Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM HIDROLOGI

“PROFIL TANAH”

OLEH:

KELOMPOK 3

KELAS A

MUHAMMAD FATAHUDDIN
(M1A120021)

JURUSAN KEHUTANAN

FAKULTAS KEHUTANAN DAN ILMU LINGKUNGAN

UNIVERSITAS HALUOLEO

KENDARI

2021
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tanah sudah digunakan orang sejak dahulu karena semua orang yang
hidup di permukaan bumi mengenal wujud tanah. Pengertian tanah itu sendiri
bermacam-macam, akan tetapi karena luas penyebarannya apa sebenarnya yang
dimaksud tanah, akan ditemui bermacam-macam jawaban atau bahkan orang akan
bingung untuk menjawabnya. Masing-masing jawaban akan dipengaruhi oleh
pengetahuan dan minat orang yang menjawab dalam sangkut-pautnya dengan
tanah. Mungkin pengertian tanah antara orang yang satu dengan yang lain
berbeda. Misalnya seorang ahli kimia akan memberi jawaban berlainan dengan
seorang ahli fisika, dengan demikian seorang petani akan memberi jawaban lain
dengan seorang pembuat genteng atau batubata. Pada mulanya orang menganggap
tanah sebagai medium alam bagi tumbuhnya vegetasi yang terdapat di permukaan
bumi atau bentuk organik dan anorganik yang di tumbuhi tumbuhan, baik yang
tetap maupun sementara (Mpapa. B. L., 2016).
Semua makhluk hidup sangat tergantung dengan tanah, sebaliknya suatu
tanah pertanian yang baik ditentukan juga oleh sejauh mana manusia itu cukup
terampil mengolahnya. Tanah merupakan sumber daya alam yang dapat
dimanfaatkan untuk kepentingan dan kesejahteraan manusia. Tanah dapat
digunakan untuk medium tumbuh tanaman yang mampu menghasilkan berbagai
macam makanan dan keperluan lainnya. Maka dari berbagai macam tanah beserta
macam-macam tujuan penggunaannya itu perlu dilakukan suatu pembelajaran
lebih lanjut mengenai tanah agar kita benar-benar memahami tanah itu sendiri
(Novita Evarnas, 2014).
Fungsi utama tanah adalah sebagai media tumbuh makhluk hidup. Proses
pembentukan tanah dimulai dari hasil pelapukan batuan induk menjadi batuan
induk tanah, diikuti oleh proses pencampuran bahan organic dengan mineral
tanah, pembentukan struktur tanah, pembentukan profil tanah. Tanah terdiri dari
partikel pecahan batuan yang telah diubah oleh proses kimia dan lingkungan yang
meliputi pelapukan dan erosi. Susunan horizon yang melintang pada tubuh tanah
ini disebut profil tanah. Lapisan-lapisan tersebut terbentuk selain dipengaruhi oleh
perbedaan bahan induk yang terbentuk juga karena pengendapan yang berulang-
ulang oleh genangan air (Gusmara herry et. al., 2016).
Tanah disetiap tempat berbeda, perbedaan ini terjadi karena proses yang
alami. Proses tersebut yang menimbulkan perbedaan kenampakan tanah pada
setiap tanah yang berada diwilayah yang satu dengan tanah yang ada diwilayah
lainnya. Perbedaan kenampakan tersebut terlihat pada warna tanah, tekstur tanah,
struktur tanah, ketebalan horizontal dan kedalaman solum, sifat perakaran, bahan
organic dan lain-lain. Oleh karena itu, praktikum ini perlu dilakukan agar
mahasiswa mampun mengetahui profil tanah disuatu tempat dengan tempat yang
lainnya.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dalam laporan percobaan profil tanah ini adalah
sebagai berikut:
1. Bagaiamana cara mengetahui jenis tanah?
2. Apa saja bahan penyusun struktur tanah?
3. Bagaiamana cara mengukur ketebalan jenis tanah?

1.3 Tujuan Dan Manfaat


Adapun tujuan dan manfaat laporan percobaan profil tanah ini adalah
sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui jenis tanah
2. Untuk mengetahui struktur tanah
3. Untuk mengetahui cara menghitung ketebalan jenis tanah
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Profil Tanah


Profil tanah adalah penampang vertikal tanah yang menunjukkan susunan
horizon tanah. Sedangkan horizon tanah adalah lapisan-lapisan tanah yang
terbentuk karena hasil pembentukan tanah yang hampir sejajar dengan permukaan
tanah. Apabila kita membuat irisan tegak tanah (biasanya hingga kedalaman 110
cm), maka kita akan melihat lapisan-lapisan tanah (horizon) ini, yang secara
berturut-turut dari permukaan tanah adalah (1) horizon organik (O), (2) horizon A,
(3) horizon B, dan (4) horizon C Horison A, B, dan C disebut sebagai horison
mineral. Tanah pada hakekatnya merupakan gabungan horizon A dan B yang
disebut solum. Solum berbeda dengan regolit, yaitu lapisan batuan yang telah
mengalami pelapukan yang berada di atas batuan induk. Regolit meliputi horizon
A, B, dan C (Gusmara herry et. al., 2016).
Profil tanah merupakan suatu irisan melintang pada tubuh tanah, dimulai
dari permukaan tanah sampai lapisan bahan induk di bawah tanah. Terdapatnya
horizon-horizon pada tanah-tanah yang memiliki perkembangan genetik
menyugestikan bahwa beberapa proses tertentu, umum terdapat dalam
perkembangan pembentukan profil tanah (Rajamuddin. U. A., 2010).
Menurut Manik et.al. (2017) tanah adalah tubuh alam yang tersusun dari
bahan padatan (bahan mineral dan bahan organik), cairan dan gas, terjadi pada
permukaan lahan, menutupi ruang dan dicirikan oleh salah satu atau kedua hal
berikut: horizon-horizon yang dibedakan dari bahan asalnya, sebagai akibat dari
penambahan, penghilangan, transfer, dan perubahan bentuk dari energi dan bahan,
atau kemampuan dalam menyokong tanaman berakar pada lingkungan.
Sifat-sifat tanah dapat dilihat dan diketahui dengan jelas melalui
pembuatan lubang profil. Pembuatan profil tanah dapat dilaksanakan dengan dua
cara. Cara pertama dengan pembuatan pedon tanah dengan penggalian profil
dengan panjang x lebar x dalam (150 cm x 100 cm x 150 cm). Cara kedua yaitu
dengan mengamati tebing-tebing yang sudah tersingkap dengan cara
membersihkan tebing-tebing tersebut untuk dibuat menjadi profil tanah sehingga
tampak horisonnya dari lapisan atas hingga sampai terdapat lapisan bahan induk
(Setiawan et.al., 2020).

2.2 Sifat Tanah


Menurut Delsiyanti (2016) sifat fisika tanah merupakan unsur lingkungan
yang sangat berpengaruh terhadap tersedianya air, udara tanah dan secara tidak
langsung mempengaruhi ketersediaan unsur hara tanaman. Sifat ini juga akan
mempengaruhi potensi tanah untuk berproduksi secara maksimal. sifat fisika
tanah ini sangat berpengaruh terhadap segala organisme yang hidup di atas tanah.
Jika salah satu sifat fisika tanah ini tidak terpenuhi maka tanaman atau organisme
akan mengalami gangguan pertumbuhan.
Pengambilan contoh tanah merupakan tahapan penting untuk penetapan
sifat-sifat fisik tanah di laboratorium. Prinsipnya, hasil analisis sifat-sifat fisik
tanah di laboratorium harus dapat menggambarkan keadaan sesungguhnya sifat
fisik tanah di lapangan. Keuntungan penetapan sifat-sifat fisik tanah yang
dilakukan di laboratorium dapat dikerjakan lebih cepat, dan dalam jumlah contoh
tanah relatif lebih banyak. Kerugiannya adalah contoh tanah yang diambil di
lapangan bersifat destruktif, karena dapat merusak permukaan tanah, seperti
terjadinya lubang bekas pengambilan contoh tanah, cenderung menyederhanakan
kompleksitas sistem yang ada di dalam tanah, dan sebagainya (Hanaafiah, 2010).
Sifat kimia tanah merupakan salah satu indikator untuk menentukan
tingkat kemampuan lahan. Sifat kimia tanah menunjukkan aktivitas ion yang tidak
dapat dilihat secara langsung namun dapat diuji dengan menggunakan bahan-
bahan kimia. Sifat kimia tanah juga dapat digunakan sebagai rekomendasi dalam
pemupukan untuk unsur hara tanaman (Wilson et. al., 2015).
Ketahanan tanah merupakan salah satu faktor penentu besarnya erosi.
Makin tinggi nilai indeks erodibilitas tanah (K), makin rendah ketahanan tanah
sehingga semakin mudah pula tanah tererosi. Lahan hutan, pertanian monokultur
dan lahan pertanian turnpangsari pada kelerengan yang sama memiliki tingkat
erosi yang berbeda. Hal ini diantaranya disebabkan oleh vegetasi pada masing
masing lahan tersebut berbeda. Selain vegetasi, sifat fisiknya tanah faktor lain
yang menentukan besarya erosi, meliputi kelerengan, permeabilitas, tekstur dan
struktur tanah. Tanah memiliki sifat fisik, biologi maupaun kimia yang berbeda
beda pada lingkungan yang berbeda pula. Demikian halnya pada lahan hutan,
pertanian campuran maupun pertanian monokultur. Keadaan sifat fisik tanah yang
baik dapat memperbaiki lingkungan untuk perakaran tanaman dan secara tidak
langsung memudahkan penyerapan hara. sehingga relatif menguntungkan
pertumbuhan tanaman.(Arifin, M.,2010).
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil

Tabel. 1. Hasil pengamatan

No Jenis Lapisan Tanah Ketebalan Keterangan

1. lapisan tanah atas 30 cm Tanah berwarna gelab, kehitam


(Lapisan timbunan 1) hitaman dan bertekstur kasar.

2. lapian tanah bawah 22 Cm Jenis Lapisan tanah ini


(Lapisan rtimbunan 2) berwarna cerah dan tanah ini
memiliki tekstur lembut dan
berpori karena bercampur
dengan pasir.

3. Lapisan induk tanah 20 cm Jenis lapisan tanah ini berwarna


kemerah- merahan dan
bertekstur liat, halus, lembab
dan berair.

\
3.2 Pembahasan
Pada kegiatan praktikum ini dilakukan dengan melakukan pengamatan
profil tanah dengan penggalian tanah selebar 1 x 1 meter dengan kedalaman 1
meter. Dan menurut Rajamuddin. U.A (2010) Pembuatan Profil Tanah dilakukan
dengan beberapa langkah yaitu yang pertama, Penempatan profil tanah di
lapangan dilakukan berdasarkan informasi hasil pengeboran. Langkah kedua,
Profil dibuat dengan ukuran 100 cm x 100 cm x 120 cm. langkah ke tiga
Pengamatan profil tanah dilakukan untuk mendeskripsi sifat morfologi seperti
tekstur, struktur, konsistensi, warna, dan ketebalan solum tanah dan untuk
mengetahui tingkat perkembangan tanah. Pengamatan dilakukan pada beberapa
kedalaman yaitu 0 – 20 cm, 20 – 40 cm, 40 – 60 cm dan 60 - 80 cm.
Dari hasil pengamatan profil tanah terdapat 3 lapisan tanah yaitu lapisan
top soil (lapisan timbunan 1), lapisan bawah (lapisan timbunan 2) dan lapisan
batuan atau lapisan induk tanah. Pada lapisan tanah timbunan 1 tanahnya
berwarna gelab kehitam- hitaman untuk tekstur tanah ini kasar dan berpasir. Jenis
tanah ini tidak cocok di tanami tumbuhan. Tanah ini membutuhkan pengelolaan
yang lebih baik agar tanaman yang di budidayakan dapat memberi hasil yang
opimal. Menurut Jaenudin, A (2017) jenis tanah ini adalah tanah aluvial yang
merupakan tanah yang berasal dari endapan alluvial atau koluvial muda dengan
perkembangan profil tanah lemah sampai tidak ada. Sifat tanah beragam
tergantung dari bahan induk yang diendapkannya serta penyebarannya tidak
dipengaruhi oleh ketinggian maupun iklim. Sedangkan jenis tanah aluvial
kelabuan mempunyai bahan induk endapan liat, terdapat di daerah yang datar
yang sering digenangi air, sehingga warna tanah kelabu tua atau kehitam-hitaman,
sifat tanah lekat tanpa struktur.
Menurut Jaenudin, A (2017) Nama lain dari jenis tanah aluvial adalah
entisols, sifat ciri utama tanah ordo Entisol solum dangkal yaitu hanya lapisan A
dan diikuti lapisan C atau R, sehingga merupakan tanah yang masih sangat muda
yaitu baru tingkat permulaan dalam perkembangan. Tidak ada horison penciri
lain kecuali epipedon ochrik, albik atau histik. Entisol terjadi di daerah dengan
bahan induk dari pengendapan material baru atau di daerah-daerah tempat laju
erosi atau pengendapan lebih cepat dibandingkan dengan laju pembentukan tanah.
Kata Ent berarti recent atau baru. Padanan dengan sistem klasifikasi lama adalah
termasuk tanah Aluvial atau Regosol.
Pada lapisan tanah timbunan 2 Lapisan tanah tanahnya berwarna cerah.
jenis tanah ini termasuk timbunan karena tanah ini mengandung bahan organic
dalam jumah tinggi cenderung berwarnah hitam, atau setidaknya berwarna coklat
gelap. Selain itu, saat di genggam di tangan, tanah akan sedikit melekat dan
menimbulkan kesan berdebu. Berdasarkan hasil praktikum tanah ini memiliki
tekstur lembut dan berpori karena bercampur dengan pasir. Dan menurut
Holilullah et.al., (2016) Warna coklat kekuningan pada tanah disebabkan karena
adanya kandungan bahan organik yang mengalami proses pencucian tanah,
sedangkan warna tanah pada lahan produksi tinggi didominasi oleh warna
orange.Warna orangedisebabkan karena adanya kandungan mineral geothit di
dalam tanah. Adanya perbedaan warna antar lapisan disebabkan oleh kandungan
bahan organik dan kandungan mineral yang terdapat didalam tanah.
Pada lapisan tanah timbunan 3 atau lapisan batuan, tanah ini berwarna
kemerah-merahan dan bertekstur halus dan berair. Berdasarkan hasil pratikum
tanah ini memiliki tekstur liat, karena lebih halus maka setap satuan berat
mempunyai luas yang lebih besar sehingga kemampuan menahan air dan
menyediakan unsur hara tinggi. Menurut Kurniawan et.al., (2011) Alfisols
merupakan tanah-tanah yang mengalami pelapukan intensif dan perkembangan
tanah lanjut, sehingga terjadi pelindian unsur basa, bahan organik, dan silika
dengan meninggalkan sesquioksida sebagai sisa berwarna merah. Alfisol
mengandung SiO2 atau sesquioksida. Fraksi lempung tinggi, kapasitas tukar
kation rendah, stabilitas agregat tinggi. Ciri morfologi yang umum adalah tekstur
lempung sampai geluh, struktur remah sampai gumpal lemah dan konsistensi
gembur. Alfisols merupakan salah satu ordo tanah yang telah mengalami
pelapukan secara intensif (progressif weathering). Alfisols di lapang, dicirikan
dengan adanya horizon penciri Bargilik pada profil tanah tersidik dan mempunyai
kejenuhan basa tinggi, yaitu lebih dari 35%
BAB 1V
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan laporan profil tanah ini adalah sebagai berikut:
1.
4.2 Saran
Sebaiknya sebelum dilaksanakan praktikum para praktikan di beri tugas
pendahuluan agar para praktikan setidaknya mengetahui apa yang akan
dilaksanakan saat praktikum berlangsung.
DAFTAR PUSTAKA

Arifin, A. 2010. Ajian Sifat Fisik Tanah Dan Berbagai Penggunaan Lahan Dalam
Hubungannya Dengan Pendugaan Erosi Tanah. Jurnal Pertanian Mapeta,
12 (2)
Gusmara, H., Nusantara, A. D., Hermarwan, B., Et. Al. 2016. Bahan Ajar Dasar-
Dasar Ikmu Tanah. Universitas Bengkulu

Hanafiah. 2010. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta
Hollilulah., Afandi., Novpriansyah, H. 2015. Arakterisitk Sifat Fisik Tanah Pada
Lahan Produksi Rendah Dan Tinggi Di Pt Great Giant Pineapple. J.
Agrotek Tropika. 3 (2) : 278-282,
Husein Suganda. 2012. Petunjuk Pengambilan Contoh Tanah. Halaman 13.
Jaenudin, A. 2017. Evaluasi Kesuburan Beberapa Jenis Tanah Di Lokasi
Perkebunan Tebu Pabrik Gula PT. Tersana Baru Kabupaten Cirebon.
Jurnal Agrowagati 5 (1)
Kurniawan, R. E., Utomo, S., Mujiyo. 2011. Pendugaan Perkembangan Alfisols
Di Kecamatan Jatipuro, Karanganyar Dengan Model Kestabilan Genetik.
Jurnal Ilmu Tanah dan Agroklimatologi 8 (1)
Manik. H., Marpaung.P., Sabrina. P. 2017. Tingkat Perkembangan Tanah
Berdasarkan Pola Distribusi Mineral Liat Di Kecamatan Lumbanjulu
Kabupaten Toba Samosir. Jurnal Agroekoteknologi 5 (2) : 422- 433.
Mpapa. B. L. 2016. Analisis Kesuburan Tanah Tempat Tumbuh Pohon Jati
Tectona Grandis Pada Ketinggian Yang Berbeda. Jurnal Agrista. 20 (3)
Novita Evarnas. 2014. Sifat Fisik Tanah di Bawah Tegakan Eboni pada Kawasan
Cagar Alam Pani Binangga Kabupaten Parigi Mautong. Volume 2.
Halaman 113.
Rajamuddin, U. A. 20 10. Kajian Tingkat Perkembangan Tanah Pada Lahan
Persawahan Di Desa Kaluku Tinggu Kabupaten Donggala Sulawesi
Tengah. Jurnal J. Agroland 16 (1) : 45 – 52,
Setiawan. J, Karim.A, Arabia.T. 2020. Karakteristik, Klasifikasi, dan Pengelolaan
Tanah yang Terbentuk di Daerah Gunung Api Jaboi Kota Sabang. Jurnal
Ilmiah Mahasiswa Pertanian 5 (2) : 2614-6053
Wilson., Supriadi., Guchi.H. 2015. Evaluasi Sifat Kimia Tanah pada Lahan Kopi
di Kabupaten Mandailing Natal. Jurnal Online Agroekoteaknologi . ISSN
No. 2337- 6597 Vol.3, No.2 : 642- 648, Maret 2015

Anda mungkin juga menyukai