Anda di halaman 1dari 18

TUGAS RESUME

SEMINAR NASIONAL FHIL UHO DAN KOMUNITAS MANAJEMEN


HUTAN INDONESIA VI, DIRANGKAIKAN DENGAN KONGRES
KOMHINDO V TAHUN 2021
(RELAKSASI PENGELOLAAN HUTAN INDONESIA PASCA UU CIPTA KERJA)

Disusun Oleh :
Muh. Ref`vand Manthofanny R.
M1A120020

JURUSAN KEHUTANAN

FAKULTAS KEHUTANAN DAN ILMU LINGKUNGAN

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2021
DRAFT SUSUNAN ACARA (Revisi 04. Tgl 24 Juni 2021)
SEMINAR NASIONAL FAKULTAS KEHUTANAN DAN ILMU LINGKUNGAN (FHIL
UHO) DAN KOMUNITAS MANAJEMEN HUTAN INDONESIA VI, DIRANGKAIKAN
DENGAN KONGRES KOMHINDO V TAHUN 2021
Hari Pertama : 29 Juni 2021
❖ MC : Elno Molan, S.IP., M.AP & Viqi Virly, S.Km
❖ Host : Al Basri, S.Hut., M.Hut
❖ Moderator : Muthiah, S.IP
WAKTU (WITA) KEGIATAN PENANGGUNG JAWAB
09.00-09.10 Pembukaan SEMNAS & KONGRES TIM FASKIL
(Tarian Budaya Sulawesi Tenggara)
09.10-09.15 Menyanyikan Lagu Indonesia Raya Viqi Virly, S.Km (Dirjen)
dan Mars Rimbawan
09.15-09.20 Pembacaan Do’a La Ode Siwi, S.P., M.Si
09.20-09.25 Laporan Ketua Panitia Dr. Ir. Sitti Marwah, M.Si
09.25-09.30 Sambutan I Prof. Dr. Ir Aminuddin Mane
Kandari., M.Si (Dekan FHIL
UHO)
09.30-09.35 Sambutan II Prof. Rahmawaty, S.Hut.,
M.Si.., Ph.D (Ketua
KOMHINDO)
09.35-10.00 Keynote Speaker (Peran Perguruan Prof. Dr. Muh. Zamrun F., S.Si.,
Tinggi dalam Transformasi M.Si., M.Sc (Rektor UHO)
Pembelajaran Kehutanan dan
Lingkungan Pasca UU Cipta Kerja)
10.00-10.25 Opening & Keynote Speaker Dr. Ir. Siti Nurbaya Bakar, M.Sc
(Kebijakan Pemerintah dalam (Menteri KLHK RI)
Pengelolaan Hutan Pasca UU Cipta
Kerja)
10.25-10.35 Coffee Break (Ruang Jasmine CLARO Seluruh Peserta & Panitia
Hotel)
10.35-10.50 Relaksasi Pengelolaan Hutan Prof. Dr. Ir. San Afri Awang,
Konvensional dan Perhutanan Sosial M.Sc (Ahli Manajemen Hutan,
di Indonesia UGM)
10.50-11.05 Kesiapan Daerah dalam Mendukung Prof. Dr. Ir. Christine
Program Pembangunan Kehutanan Wulandari, M.P (Ahli
Berkelanjutan Berdasarkan UU Cipta Manajemen Hutan, UNILA)
Kerja
11.05-11.20 Sinergisitas Para Stakeholder untuk Prof. Dr. Ir. Daud
Optimalisasi Pelayanan Pengelolaan Malamassam, M.Agr., IPU
Dan Pemanfaatan Hutan Oleh (Ahli Manajemen Hutan,
Masyarakat dan Dunia Usaha UNHAS)
11.20-11.35 Transformasi Pengelolaan Hutan Indroyono Soesilo (Ketua
Indonesia Pasca UU Cipta Kerja dari Umum APHI)
Perspektif Sektor Usaha Kehutanan
11.35-11.50 Kebijakan dan Strategi Pengelolaan Ir. Sahid (Kepala Dinas
Hutan Tingkat Tapak Pasca UU Cipta Provinsi Kehutanan Sulawesi
Kerja Tenggara)
11.50-12.05 Ancaman Kerusakan Daerah Aliran Dr. Ir. Sitti Marwah, M.Si (Ahli
Sungai (DAS) Dibalik UU Cipta Kerja Pengelolaan DAS, UHO)
12.05-12.35 Sesi Tanya Jawab Seluruh Peserta
12.35-13.00 ISHOMA Seluruh Peserta
13.00-15.00 Presentasi Oral
• Komisi A : Kebijakan - Moderator : Dr. Safril
Pengelolaan Hutan dan Kasim, S.P., MES
Lingkungan Pasca UU Cipta - Host : Herlan Hidayat,
Kerja S.Pi., M.Sc
• Komisi B : Sosial dan Ekonomi - Moderator : Dr. Basrudin,
Kehutanan dan Lingkungan S.P., M.Si
- Host : Agus Setiawan,
S.Hut., M.Hut
• Komisi C : Perencanaan dan - Moderator : Niken Puji
Pemanfaatan Hutan Rahayu, S.Hut., M.P., Ph.D
- Host : La Ode Muh. Erif,
S.Si., M.Sc
• Komisi D : Model Pengelolaan - Moderator : Dr. Faisal
Hutan di Tingkat Tapak Danu Tuheteru, S.Hut.,
M.Si
- Host : Muh. Saleh Qadri,
S.Pi., M.Si
• Komisi E : Bidang Kehutanan - Moderator : Dr. Lies
dan Lingkungan lainnya Indriyani, S.P., M.Si
- Host : La Gandri, S.Pd.,
M.Si
15.00-16.00 Coffee Break (Ruang Jasmine CLARO Panitia & Peserta
Hotel)
16.00-17.00 Presentasi Oral (Lanjutan) Moderator & Host Per Komisi
17.00-17.30 Penutupan Semnas KOMHINDO Prof. Dr. Muh. Zamrun F., S.Si.,
M.Si., M.Sc (Rektor UHO) atau
Dr. Nur Arafah, S.P., M.Si (WR
III UHO)
Hari Kedua : 30 Juni 2021
❖ MC : Elno Molan, S.IP., M.AP & Viqi Virly, S.Km
❖ Host : Al Basri, S.Hut., M.Hut
❖ Moderator : Dr. Soni Trison, S.Hut., M.Si
WAKTU (WITA) KEGIATAN PENANGGUNG JAWAB
09.00-.09.10 Pembukaan Pembahasan Hasil Elno Molan, S.IP., M.AP & Viqi
Semnas dan KONGRES KOMHINDO V Virly, S.Km (MC)
09.10-09.15 Menyanyikan Lagu Indonesia Raya Viqi Virly, S.Km (Dirgen)
dan Mars Rimbawan
09.15-09.20 Pembacaan Do’a Agus Setiawan, S.Hut., M.Hut
09.15-10.00 Pembahasan Tema, Sub Tema, Prof. Dr. Ir. Hariadi
Penyusunan Rekomendasi Kartodiharjo, MS
10.00-10.30 Coffee Break (Ruang Jasmine CLARO Panitia & Peserta
Hotel)
10.30-11.00 Lanjutan Pembahasan Tema, Sub Prof. Dr. Ir. Hariadi
Tema, Penyusunan Rekomendasi Kartodiharjo, MS
11.30-12.00 Pembacaan Agreement sebagai Elno Molan, S.IP., M.AP & Viqi
Rekomendasi Ke Pemerintah Virly, S.Km (MC)
Republik Indonesia
12.00-13.00 ISHOMA Seluruh Peserta
13.00-13.30 Hiburan TIM FASKIL
13.30-13.35 Pengambilan Pimpinan Sidang Dr. Nur Arafah, S.P., M.S
13.35-14.00 Laporan Pertanggung Jawaban Ketua Prof. Rahmawaty, S.Hut.,
KOMHINDO 2018-2020 M.Si.., Ph.D (Ketua
KOMHINDO)
14.00-15.00 Persidangan (Pemilihan Ketua) & Pimpinan Sidang : 3 (tiga)
Pembentukan Pengurus Baru) : orang
Pembahasan AD/RT, Pembahasan
Tatib, Pemilihan Ketua
15.00-16.00 Coffee Break (Ruang Jasmine CLARO Panitia & Peserta
Hotel)
16.00-16.30 Penetapan & Pelantikan Pengurus Elno Molan, S.IP., M.AP & Viqi
Baru KOMHINDO Periode 2021-2023 Virly, S.Km (MC)
16.30-17.00 Penutupan Pembahasan Hasil Prof. Dr. Ir Aminuddin Mane
Semnas, Rekomendasi dan Kongres Kandari., M.Si (Dekan FHIL
KOMHINDO V UHO)
OPENING & KEYNOTE SPEAKER

1. Prof. Dr. Muh. Zamrun F., S.Si., M.Si., M.Sc (Sektor, UHO)
• PERAN PERGURUAN TINGGI DALAM TRANSFORMASI PEMBELAJARAN
KEHUTANAN DAN LINGKUNGAN PASCA UU CIPTA KERJA
• PEMBAHASAN :
A. Merespon Disrupsi/Perubahan
Mengatasi permasalahan harus berubah dari bereaksi terhadap
gejala masalah menjadi merespon akar masalah. Rencana Aksi yg dibuat
berdasarkan hasil reaksi terhadap gejala masalah hasilnya hanya
sementara, TETAPI jika kita merespon akar dari permasalahan maka
rencana aksi yg dihasilkan akan tuntas menyelesaikan masalah. Itulah
sebabnya dalam mengelola berbagai permasalalahan (disrupsi) yang kita
hadapi, masih banyak hal yang belum berhasil secara baik, bahkan
sebagian gagal. Sebab kita buta terhadap hakikat masalah atau kita tidak
melihat akar masalahnya, sehingga transformsi yang dilakukan belum
berhasil mengatasi masalah secara tuntas.
B. Transformasi Pembelajaran Kehutanan dan Lingkungan Pasca UU Cipta
Kerja
1) Merdeka belajar kampus merdeka: merupakan program baru dari
menteri pendidikan dan kebudayaan ri (bapak nadiem makarim)
dimana mahasiswa diberi kesempatan kuliah 2 semester (setara 40
sks) pada program studi yang sama di luar kampus, dan 1 semester
(setara 20 sks) mata kuliah pada program studi yang berbeda di dalam
kampus yang sama.
2) Pendekatan multi guna hutan melalui optimalisasi pemanfaatan hasil
hutan bukan kayu (dari hulu hingga hilir) yang mampu meningkatkan
pertumbuhan ekonomi masyarakat.
3) Pendekatan multi usaha kehutanan yang di dalamnya ada upaya
rehabilitasi, perlindungan hutan dan pemanfaatan jasa hutan yang
dapat dikemas dalam bentuk ekowisata.
4) Perlunya menyusun kurikulum di setiap fakultas yang tanggap
terhadap upaya mengurangi dampak negatif dari pemberlakuan uu
cipta kerja yang berdampak pada harmonisasi kehidupan manusia dan
eksistensi sumberdaya hutan dan ekosistemnya
C. Hasil Transformasi Pembelajaran Kehutanan dan Lingkungan Pasca UUCK
yang di harapkan yaitu:
1) Berkembangnya Jiwa dan Praktek Kewirausahaan Mahasiswa dalam
Bidang Kehutanan dan Lingkungan menuju “Circular Economy”
melalui penerapan prinsip 5 R (Reuse, Reduce, Recycle, Recovery,
Regenerate)
2) Kemampuan membuat Prototipe Masa Depan secara bersama
(gotong royong) bidang kehutanan dan lingkungan, misalnya
prototipe Taman Nasional, Kebun Raya, dll
3) Mahasiswa memiliki kapasitas Belajar dari Masa Depan (Presencing),
untuk itu mahasiswa akan dilengkapi dengan berbagai Tools antara
lain: social presencing theatre, Visual Scribing, 4 Dimension mapping,
dll).

2. Dr. Ir. Bambang Hendroyono, MM (Sekjen KLHK)


• KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PENGELOLAAN HUTAN PASCA UU CIPTA KERJA
• PEMBAHASAN :
A. Filosofil pembangunan kehutanan
B. Subtansi dalam UU 41/1999 yang direvisi dalam UUCK 11/2020
C. Penyelenggaraan kehutanan
D. Perencanaan kehutanan dalam pengurusan hutan
E. Tata hubungan rencana kehutanan
F. Mekanisme sinkronisasi rencana kawasan hutan dengan rencana
pemnfaatan hutan produksi
G. Kelembagaan UPTD KPH
H. Pembangunan/kegiatan perekonomian wajib dilakukan secara
berkelanjutan dan berwawasan lingkungan
I. Kebijakan lingkup lingkungan hidup dan kehutanan
J. Milestone pengelolaan hutan
K. Pengeloaan hutan produksi dan hutan lindung berkelanjutan
L. Kebijakan pengembangan pemanfaatan jasa lingkungan
M. Pengelolaan hutan berkelanjutan
N. Peran strategis pengelolaan hasil hutan
O. Penjaminan legalitas hasil hutan
P. Nilai ekspor produk industry kehutanan
Q. Perhutanan social
INVITED SPEAKERS

1. Prof. Dr. Ir. San Afri Awang, M.Sc (Ahli Manajemen Hutan, UGM)
• RELAKSASI PEMANFAATAN HUTAN DAN PENGELOLAAN PERHUTANAN SOSIAL
INDONESIA
• PEMBAHASAN :
A. Perancangan Tata Hutan
1) Perancangan pembagian blok dalam wilayah KPHL dan KPHP;
2) Perancangan pembukaan wilayah hutan untuk jalan hutan, sarana dan
prasarana.
B. Relaksasi Kinerja Pemanfaatan Hutan sebelum UUCK
1) Lakukan evaluasi kinerja IUPHHK-HA dan IUPHHK-HT yang sudah
berizin oleh lembaga penilai independen;
2) Bagi izin usaha yang sudah lebih dari 10 tahun berkinerja buruk maka
di cabut izinnya; Bagi izin usaha yang kurang dari 10 tahun dengan
kinerja buruk diberi kesempatan untuk memperbaiki kekurangannya;
3) Bagi pemegang izin yang kinerjanya baik maka diberi sertifikat
pengelolaan hutan lestari dan difasilitasi pinjaman dana
pengembangan dari dana pengelolaan lingkungan dan di dukung oleh
menteri LHK;
4) Areal yang dicabut izinnya karena berkinerja buruk dapat diusulkan
untuk dilelang kepada perusahaan yang baru sesuai peraturan
No.8/2021.
C. Relaksasi Pengelolaan Perhutanan Sosial
1) Pemerintah memberi bantuan permodalan melalui APBN atau APBD.
Jika skema permodalannya adalah pinjaman, maka harus seringan
mungkin sistem pengembalian dananya;
2) Komoditi tanaman hutan lebih didorong ke tanaman kayu yang cepat
menghasilkan dan HHBK yang dapat dijadikan sumber penghidupan
jangka pendek dan menengah;
3) Pembentukan KUPS jangan dipaksakan maunya pemerintah;
4) Membangun hutan melalui PPS ini harus sesuai dengan pengetahuan
lokal , dan ekosistem berbasis budaya tempatan;
5) Pemerintah membangun pusat pelatihan teknologi agroforestry untuk
mendukung PPS;
6) Pemerintah membantu sepenuhnya pemasaran hasil produksi yang
bernilai tinggi;
7) Dalam kaitannya dengan kelola kawasan maka terpenting adalah
membuat perencanaan KPS yang logis, sederhana dan dapat dipahami
dan dilaksanakan oleh pemegang persetujuan KPS. Selama ini rencana
yng dibuat hanya formalitas dan tidak dapat dilaksanakan oleh
masyarakat;
8) Berkaitan dengan penandaan batas. Ini kegiatan yang rumit dan
memberatkan petani. Buatlah batas batas lokasi dan batas
penguasaan per keluarga dengan cara yang sederhana. Pemerintah
harus mendorong yang melakukan penandaan adalah petani dan
pendamping saja. Buat pelatihan pemetaan partisipatif kepada
kelompok tani.

2. Prof. Dr. Ir. Christine Wulandari, M.P (Ahli Manajemen Hutan, UNILA)
• KESIAPAN DAERAH DALAM MENDUKUNG PROGRAM PEMBANGUNAN
KEHUTANAN BERKELANJUTAN BERDASARKAN UU CIPTA KERJA
• PEMBAHASAN :
A. Korelasinya dengan Permen LHK No. 9/ 2021 – perlu “tambahan waktu
untuk implementasi secara tepat?” – ingat KPH adalah fasilitator :
1) “Hak pengelolaan dan perizinan berusaha” dihapus dengan
“persetujuan” untuk hutan desa, hutan kemasyarakatan, hutan
tanaman rakyat dan kemitraan kehutanan atau “penetapan” untuk
hutan adat oleh Menteri Kehutanan :
- Tidak atau belum ada penjelasan lebih rinci pengertian
“persetujuan atau penetapan”.
- Dengan demikian bisa diartikan 5 skema PS tidak punya beban
menyediakan dana investasi untuk biaya pelestarian hutan
sebagaimana pasal 35 ayat (3) UU Cipta Kerja bidang kehutanan.
2) Pada permen yang baru disebutkan bahwa persetujuan pengelolaan
perhutanan sosial dapat diberikan kepada “perorangan”. Dalam
aturan lama tidak ada pengaturan ini. Tidak atau belum ada
penjelasan rinci “siapa perorangan” yang dimaksud.
B. Terkait dengan “Tata Ruang dan Badan Bank Tanah”
1) PP 21/2021 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang masih belum
jelas implementasinya, masih membutuhkan berbagai ketentuan
teknis yang diatur dalam Permen.
2) Badan Bank Tanah (PP 64/ 2021): menjamin ketersediaan tanah sesuai
dengan tujuan yang tercantum dalam peraturannya dan diharapkan
akan selalu mempertimbangkan ekonomi berkeadilan ( Kewenangan
di pusat (pasal 15 PP 64/2021) ; Redesentralisasi dalam
kewenangannya; tidak independent) .
3) Selain itu tidak ada definisi mengenai “tanah” yang semestinya sudah
dibebaskan dari berbagai hak masyarakat lokal maupun adat yang
mungkin masih ada di dalamnya.
C. Semangat resolusi konflik tenure dan upaya konservasi sumber daya hutan
berkelanjutan ?? – Durasi tambahan? Bagaimana dengan para Free Rider?
1) Adanya perubahan “penghilangan” batasan 30% luas kawasan hutan
dari DAS, pulau atau wilayah administrasi provinsi – “Kecukupan dll”.
2) Ketentuan “daerah yang strategis” yang diprioritaskan dalam
percepatan pengukuhan kawasan hutan dengan tujuan membuka
ruang investasi sebesarbesarnya.
3) Diikuti dihilangkannya peran DPR untuk memberikan persetujuan
untuk perubahan peruntukan dan fungsi kawasan hutan, dan
penggunaan kawasan hutan untuk pembangunan di luar kegiatan
kehutanan (infrastruktur jalan raya, pertambangan, dll). Kebijakan
daerah termasuk kelembagaan yang sesuai – SANGAT DIPERLUKAN.
3. Prof. Dr. Ir. Daud Malamassam, M.Agr., IPU (Ahli Manajemen Hutan, UNHAS)
• PENGUATAN SINERJITAS PARA PEMANGKU KEPENTINGAN UNTUK
MENGOPTIMALKAN PELAYANAN PENGELOLAAN HUTAN DAN PEMANFAATAN
HUTAN OLEH MASYARAKAT DAN DUNIA USAHA
• PEMBAHASAN :
A. Pembangunan KPH sangat membutuhan adanya sinergitas antar para
pemangku kepentingan KPH, agar dapat menjadi penyumbang yang cukup
signifikan bagi pengembangan investasi dan penciptaan lapangan kerja.
B. Dalam rangka pemandirian KPH, perlu rekonstruksi KPH sebagai suatu
Badan usaha dengan penyertaan modal dari pemerintah (pusat, provinsi,
kabupaten, dan desa), bersama swasta dan masyarakat, dengan memberi
peran dan tanggung jawab, serta mengakomodir kepentingan semua
pihak.
C. Perwujudan kewenangan KLHK, Pemprov (selaku Regulator dan
Administratur) dan KPH (selaku Fasilitator), pada tataran implementasi,
dengan lebih memberi penekanan pada pengembangan kapasitas KPH
sebagai Fasilitator.
D. KPH Model perlu dihidupkan lagi ; diawali dengan pengem- bangan Model
dalam perwujudan sinerjitas antar pihak. Untuk itu, perlu disiapkan data &
hasil kajian tentang potensi-potensi pengembangan setiap KPH yang ada
(Profil Investasi).
E. Untuk jangka panjang, pada saat KPH-KPH sudah terbangun, perlu
dipikirkan pendirian Badan Pengelola Kehutanan pada setiap pulau besar,
yang mengintegrasikan dan mensinergikan potensi dari KPH-KPH pada
setiap wilayah.

4. Indroyono Soesilo (Ketua Umum APHI)


• TRANSFORMASI PENGELOLAAN HUTAN INDONESIA PASCA UU CIPTA KERJA :
PERSPEKTIF SEKTOR USAHA KEHUTANAN
• PEMBAHASAN :
A. Konfigurasi bisnis baru Kehutanan melalui multiusaha kehutanan
1) Industri berbasis hasil hutan kayu
2) Hasil hutan bukan kayu dan bioprospecting
3) Agroforestry/pangan
4) Jasa lingkungan
5) Energi biomassa dan energi terbarukan
B. Pengarusutamaan industri kehutanan model
1) Penguatan kurikulum perkuliahan berbasis agro-forest industry;
2) Penetapan sektor prioritas oleh Pemerintah;
3) Penetapan sektor yang masuk dalam kategori pembiayaan keuangan
berkelanjutan; Koordinasi lintas K/L dan Pemerintah Pusat-Daerah,
untuk pengaturan jurisdiksi /kewenangan pengelolaan;
4) Insentif pajak dan PNBP untuk multiusaha berbasis kemitraan dengan
masyarakat; Insentif untuk pembangunan industri kehutanan modern
rendah karbon ( hulu hilir) a.l. tax holiday, pemanfaatan nilai ekonomi
karbon (NEK);
5) Mobilisasi sumber daya untuk penguatan pasar ekspor dan domestik.

5. Ir. Sahid (Kepala Dinas Provinsi Kehutanan Sulawesi Tenggara)


• KEBIJAKAN DAN STARATEGI PENGELOLAAN HUTAN TINGKAT TAPAK PASCA UU
CIPTA KERJA
• PEMBAHASAN :
A. Peran KPH Sebelum UU Ciptaker
1) Memanfaatkan kawasan dan hutan secara swakelola pada Wilayah
Tertentu terlebih melalui kelembagaan BLUD;
2) Melaksanakan kerjasama pemanfaatan kawasan hutan dengan mitra;
3) Melaksanakan kemitraan dengan perorangan/ kelompok masyarakat
dalam pengelolaan hutan.
B. Strategi Tindak Lanjut
1) Peran dan fungsi KPH harus dapat dijabarkan dalam NSPK (norma,
standar, prosedur, dan kriteria) yang lebih jelas Jika KPH diberi peran
sebagai administrator tapak/fasilitator, maka harus jelas
perbedaannya dengan peran Dinas / UPT Kementerian;
2) Fasilitasi KPH terhadap pengelolaan hutan tingkat tapak harus
mendapat dukungan kewenangan dan anggaran yang lebih dari
Pemerintah Pusat dan Pemerintah daerah;
3) Peran dan eksistensi pengelolaan hutan yang masih melekat di UPT
Kementerian LHK dialihkan seluruhnya ke KPH;
4) Dukungan anggaran untuk KPH melalui:
- DBH dari PNBP Penggunaan Kawasan Hutan.
- Dekonsentrasi/Desentralisasi anggaran pengelolaan hutan dari
UPT Kementerian LHK ke KPH.

6. Dr. Ir. Sitti Marwah, M.Si (Ahli Pengelolaan DAS, UHO)


• RELAKSASI PENGELOLAAN HUTAN INDONESIA PASCA UNDANGUNDANG CIPTA
KERJA
• PEMBAHASAN :
A. Kebijakan pengelolaan DAS dan hutan dalam UU cipta kerja
1) Tata Ruang : UU Cipta Kerja, mendorong percepatan dan perluasan
investasi dan pertumbuhan ekonomi tanpa mempertimbangkan aspek
pembangunan berkelanjutan, khususnya abai dalam memperhatikan
keselamatan manusia dan kelestarian fungsi ekologi.
2) Kehutanan : RUU Cipta Kerja menimbulkan dua persoalan besar yang
mengubah karakter dasar dari Undang-Undang Kehutanan, yaitu
meninggalkan semangat resolusi konflik dan upaya konservasi
sumberdaya hutan.
3) Lingkungan Hidup : Ada beberapa isu kritis di dalam UU Cipta Kerja
terkait lingkungan hidup. UU ini mengabaikan prinsip kehati-hatian
(precautionary principle) yang digunakan sebagai pedoman utama
dalam pemanfaatan SDA dan perlindungan lingkungan dengan
mengubah konsep Izin Lingkungan yang sebelumnya ada di UUPPLH
menjadi ‘persetujuan’ lingkungan. Meskipun menjadi prasyarat
perizinan berusaha, posisi persetujuan lingkungan diformulasikan
dengan tidak tegas.
B. Kewajiban pemerintah dalam penerapan UU cipta kerja bidang
Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Kehutanan
1) Izin pengelolaan : Tidak boleh ada lagi izin untuk koporasi membuka
hutan primer dan gambut.
2) Hak masyarakat : Pemerintah Melindungi semua hak rakyat sekitar
hutan dan hak masyarakat adat melalui UU CK.
3) Perlindungan kawasan hutan : Dalam Penerapan UU CK, kebijakan
Kawasan hutan harus dicover oleh kewajiban pertimbangan bio-
geofisik dan sosiologi masyarakat sebagai pertimbangan untuk
Penggunaan dan Pemanfaatan.

7. Prof. Dr. Ir. Hariadi Kartodiharjo, MS


• HASIL SEMNAS KOMHINDO
• PEMBAHASAN :
A. Beberapa Isu Pokok
1) Beberapa hal yg perlu diperjelas pelaksanaannya (“relaksasi”),
terutama untuk dapat dihubungkan dengan kenyataan di lapangan,
dan kondisi di masa lalu. HPH dan HTI misalnya, yg buruk kinerjanya
dicabut? Soal wilayah kerja P 8/2021 (KPH, penggunaan, PBPH, PS),
status HL yg datar, PS (modal, pasar, pengetahuan local, batas
individual), dlsb.
2) Kelemahan fungsi “fasilitasi” oleh KPH, termasuk dalam menghadapi
konflik, hilangnya mitra = hilangnya kapasitas finansial, dlsb. Perlu
percepatan adanya NSPK dan kejelasan makna “fasilitator”, anggaran
dan penguatan SDM, dlsb.
3) Sinergitas sangat diperlukan untuk mendapat hasil pengelolaan hutan
yang diharapkan. UUCK mereduksi “pengelolaan” diganti
“pemanfaatan”. Makna “fasilitasi”. Perlu KPH Model (kontinyuitas
pendanaan), Disinergikan hasil-hasilnya dalam suatu wilayah yng lebih
luas (Pulau).
4) UU CK memberi perluasan peluang mengembangan industri
kehutanan. Diperlukan kebijakan implementasi yang memungkinkan
efisiensi pelayanan public, kerjsama dengan PT, dlsb.
5) Belum tdp inovasi dalam pengelolaan DAS (bandingkan dng Cina
misalnya) yg ada “RHL”. Penjabaran UUCK terdapat kelemahan
misalnya terkait hilangnya angka 30%, partisipasi, hilangnya ijin, dlsb.
B. Titik Kritis UU dan Pelaksanaannya
1) Ketelitian Membaca Sumber Hukum: Anggapan bahwa pelaksanaan
UUCK dapat lebih memudahkan berusaha, meningkatkan keadilan dan
pelayanan publik yang lebih baik, tidak seluruhnya didukung oleh teks
isi UUCK serta teks PP dan Permen turunannya. Maka, perlu membaca
dengan seksama pasal demi pasal semua sumber hukum itu.
2) Kelembagaan: Pelaksanaan peraturan-perundangan sangat
tergantung pada kapasitas kelembagaan. Dalam webinar ini, terbatas
hanya membahas peran KPH. Ini tidak cukup, karena persoalan
kelembagaan terkait dengan politik anggaran, resentralisasi dalam
UUCK, serta persoalan tatakelola/governance termasuk korupsi.
Contoh negara-negara Skandinavia yg hutannya dpt sbg andalan
sosial-ekonomi itu karena korupsinya mendekati nol.
3) Menghentikan De-motivasi: Berbagai pelaksanaan UUCK perlu
kejelasan lebih lanjut (pengertian fasilitasi, NSPK, dll), karena
perkembangan akibat interpretasi teks peraturan-perundangan saat
ini sudah memberikan arah kewenangan pengelolaan yang berbeda.
Terutama ketika “KPH Mandiri” untuk HP dan HL dengan segala
upayanya sudah tidak dapat dijalankan.
4) Menyelesaikan masalah di lapangan: penggunaan peta perlu social
mapping, program/kegiatan ditentukan berdasarkan subyek utama
(tidak netral), praktek penyelesaian hak-hak pihak ketiga dlm kawasan
hutan (K, L, P), praktek pengurusan izin dan persetujuan, serta
penetapan (masy adat) diuji coba.
C. Catatan Akhir
1) WEBINAR KOMHINDO ini belum membicarakan isu lainnya seperti:
hutan adat dan masyarakat hukum adat yang termasuk tetapi punya
mekanisme di dalam PS, pengelolaan kawasan konservasi termasuk
KEE, bentuk-bentuk sanksi dan pelaksanaannya, berbagai pengaturan
turunan mengenai lingkungan hidup, dlsb.
2) FAKTA LAPANGAN DAN RESENTRALISASI. Pembahasan mengenai
dampak pelaksanaan UU perlu disertai dengan pengetahuan
mengenai ragam kondisi di lapangan—termasuk kapasitas
kelembagaan pelaksananya. Pembahasan secara khusus mengenai
dampak resentralisasi kehutanan perlu dilakukan.
LAMPIRAN
KEBUTUHAN ACARA
SEMINAR NASIONAL FHIL UHO DAN KOMUNITAS MANAJEMEN HUTAN
INDONESIA VI, DIRANGKAIKAN DENGAN KONGRES KOMHINDO V TAHUN 2021

1. Handycam (2 buah)
- Satu Handycam untuk menyorot ke Panggung Acara dan MC
- Satu Handycam untuk menyorot ke arah Peserta Semnas di Ruang Jasmine
CLARO
2. Tripod untuk Handycam (2 buah)
3. Kabel HDMI panjang 10 meter (2 buah) untuk menyambungkan Handycam ke
Laptop Panitia Seksi Acara
4. USB Port untuk connector dari HDMI Port ke Laptop (2 buah)
5. Akun ZOOM Meeting kapasitas 1000 peserta untuk Peserta Semnas
6. Akun ZOOM Meeting kapasitas 100 orang (5 buah) untuk Presentasi Oral lima Komisi
7. LCD dan Layar LCD untuk menampilkan gambar suasana di Ballroom CLARO (LCD dan
Layar LCD disediakan pihak CLARO)
8. Spanduk Utama untuk didalam ruangan Jasmine, ukuran menyesuaikan dari Pihak
CLARO, Silahkan panitia Seksi Kesekretariatan kirim File desain Spanduk (Kalau bisa
file .PNG Resolusi Tinggi) yg sudah Final ukuran 3 x 6 m ke Pihak CLARO (Cp: Pak
Syahrir/General Manager CLARO Hotel), untuk dicetakkan spanduk dalam ruangan
Jasmine, dan untuk dimasukkan file SPANDUK nya kedalam LED di Depan CLARO
HOTEL dekat Pos Bayar Parkir CLARO spy bisa ditayangkan melalui LED selama dua
hari pelaksanaan Semnas FHIL
9. Spanduk untuk di luar ruangan ukuran 2 x 6 m. Diantar ke CLARO sehari sebelum
Acara digelar (Tgl 28 Juni 2021 Pkl. 15.30 WITA)
10. Foto Booth ukuran 2 x 2 m, untuk dipajang di depan Ruang Jasmine CLARO. Dicetak
dan diantarkan ke CLARO Tgl. 28 Juni 2021, Pkl. 15.30 WITA bersamaan dengan
acara Gladi Bersih Semnas FHIL – KOMHINDO di ruangan Jasmine CLARO
11. Acara Gladi Bersih Seminar Nasional FHIL UHO dan KOMHINDO VI, akan
dilaksanakan pada Hari Senin 28 Juni 2021 Pkl. 15.30 WITA

Anda mungkin juga menyukai