TAKSONOMI AVES
(Gypaetus barbatus)
DISUSUN OLEH
L. SYAHRIAL PUTRAWIJAYA
G1A012021
UNIVERSITAS MATARAM
2014
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Mengingat bahwa burung lammergeier / heriang berjenggot (Gypaetus
barbatus) merupakan burung pemakan tulang dengan luas jangkauan teritorial
sangat besardan langka sehingga membutuhkan daerah luas untuk dapat hidup
dan berkembang biak sehingga kita perlu untuk memperhatikan keadaan
lingkungan dan menghentikan pengerusakan linngkungan, selain manfaatnya
yang membersihkan lingkungan dari bangkai penyebab penyakit (dengan
memakan bangkai), burung ini juga punya peran penting lainnya dalam
ekosistem sehingga harus di jaga keberadaannya.
Pembuatan makalah ini juga bertujuan untuk memenuhi kewajiban
tugas dalam mata kuliah taksonomi hewan 2. Dengan makalah ini mahasiswa
diharapkan lebih faham dengan pengklasifikasian dalam aves, dan mampu
menjadi pengingat dalam usaha melestarikan lingkungan.
2. TUJUAN
Mengetahui posisi burung lammergaeieratau heriang berjenggot (Gypetus
barbatus) dalam taksonomi aves dan ciri morfologi yang dipakai dalam
identifikasi.
Mengetahui ciri-ciri morfologi , habitat, tingkahlaku, predasi, makanan dan
status kelangkaan.
BAB II
PEMBAHASAN
Ordo dari burung ini adalah Falconiformes dan berfamili Accipitridae yang
merupakan salah satu burung pemangsa. Burung pemangsa memiliki kombinasi
terbang,kaki yang dapat digunakan untuk memegang mangsa dan paruh yang khas
sehingga merupakan burung yang mampu menguasai sebagian besar lingkungan dengan
rentang makanan yang luas. Sebagian besar burung pemangsa memakan makanan yang
berenergi tinggi yang berasal dari daging vertebrata. Dua ordo burung pemangsa
merupakan karnivora puncak dalam rantai makanan. Burung predator ini terdiri atas
Falconiformes,yang meliputi jenis elang,falcon,rajawali,dan predator nokturnal yaitu
Strigiformes yang meliputi jenis-jenis burung hantu. Kedua ordo ini sebenarnya tidak
berkerabat,namun karena memilki kesamaan ekologi maka mereka memiliki tingkat
konvergensi sebagai burung predator. Kedua kelomok ini memiliki kaki yang kuat yang
dilengkapi oleh cakar kuat untuk membunuh mangsa dan paruh yang melengkung yang
beradaptasi untuk merobek daging. Akan tetapi mereka memilki perbedaan lokaksi
pencarian mangsa. Falconiformes yang diurnal mempunyai penglihatan yang yang sangat
tajam,sedangkan Strigiformes yang nocturnal memilii pendengaran yang sangat tajam
untuk mendeteksi mangsanya. Di samping itu meeka juga memilki kemampuan terbang
yang tidak menimbulkan suara karena mempunyai susunan bulu terbang khusus. Burung
hantu mempunyai mata besar yang beradaptasi dengan keadaan gelap dan penglihatan
binokuler untuk melengkapi kemampuan terbang ―sunyi dan pendengaran binaural.
Predator diurnal mempunyai rentang radiasai adaptif yang lebih luas daripada burung
hantu,termasuk bentuk yang sangat berbeda seperty burung secretary dan burung
pemakan bangkai.
Burung pemakan ikan yaitu famili Accipitridae mempunyai sisisk-sisik tajam pada
kakinya untuk mencengkeram mangsanya yang bertubuh licin. Burung pemakan bangkai
(vulture) umumnya tidak memiliki bulu kepala karena kebiasaan makannya,mereka biasa
menggunakn kepala mengambil daging-daging tersisa di bagian dalam sisa tubuh hewan
yang mulai membusuk. Beberapa jenis burung ini terdapat di daerah yang agak hangat di
dunia lama maupun dunia baru yang berasal dari dunia baru adalah famili Catharidae
yang terdiri atas beberapa sub ordo. Burung pemakan bangkai dari dunia lama tergolong
famili Accipitridae. Falcon dan kerabatnya yang memiliki 39 bentuk sayap dan kebiasan
terbang yang berbeda tergolong famili Falconidae.. Burung yang bertubuh besar
menggunakan panas tubuh untuk terbang berputar hampir tanpa menggerakan sayapnya
dan tetap berada di udara berjam-jam dengan menggunakn energi sesedikit mungkin.
1. Angotanya adalah predator diurnal yang ukurannya berkisar dari yang kecil(falconets)
hingga yang sangat besar (elang dan burung pemangsa)
2. Plumage bervariasi,tetapi biasanya campuran antara warna kelabu dan coklat di
bagian atas,dan hampir putih di bagian bawah. Biasanya bergaris-garis atau polos
3. Paruh pendek,kuat dan ujungnya melengkung.
4. Kaki-kakinya kuat,berukuran sedang hingga panjang,dan masing-masing mempunyai
4 jari dengan cakar yang kuat dan melengkung untuk mencengkeram mangsa.
5. Sayap bervariasi bentuknya,tetapi biasanya kuat terbang dan umumnya dapat terbang
cepat. Beberapa spesies dapat terbang melayang dan berputar-putar.
6. Palatum desmognathous
7. sarang terbuat dari ranting-ranting biasanya di pohon, celah karang atau di atas
tanah,jumlah telur 1-6 biasanya 2-3 butir,berwarna putih kotor,pada beberapa spesies
telurnya agak kecoklatan.
8. Anak-anaknya altricial,lambat perkembangannya dan diasuh oleh kedua induknya.
Heriang berjenggot (Gypaetus barbatus), yang juga dikenal sebagai Lammergeier
atau lammergeyer, adalah burung pemangsa, dan merupakan satu-satunya dari Genus
Gypaetus. Secara tradisional termasuk dalam heriang dunia lama, burung ini sebenarnya
membentuk silsilah minor dengan Acciptridae bersama dengan heriang mesir
(Neophron percnopterus), yang merupakan kerabat terdekatnya yang masih hidup.
(Gavashelishvili, A.; McGrady, M. J. 2006).
Heriang berjenggot yang masih bayi dan yang belum dewasa memiliki ciri-ciri fisik
yang sangat berbeda dari dewasanya. Burung ini memiliki warna hitang keabuan, dengan
dengan abdomen coklat keabuan yang lebih cerah dan coklat kehitaman sampai hitam
pada kepala dan leher. Karena pewarnaan yang gelap ini lebih mencolok bagi penembak
burung heriang.
Subspecies dari Gypaetus barbatus sudah mempunyai perbedaan fisik pada dewasa
yang membedakannya antara satu burung dengan burung yang lain. Gypaetus barbatus
barbatus memiliki ptongan warna hitam menyatu pada mata, wajah hitam berpola,
sebagian atau keseluruhan hitam gorget, dan tarsi sepenuhnya berbulu. Gypaetus
barbatus aureus sedikit lebih besar dan lebih mencolok dari kerabatnya dari africa barat
daya, Gypaetus barbatus meridionalis rata-rata lebih kecil dari Gypaetus barbatus
barbatus , tidak lebih mencolok dan mempunyai 4 -5cmmtarsi yang tak berbulu
(Ferguson-Lees and Christie, 2001) .
2.3 Perkembangbiakan
Lammergeier berkembang biak di goa dan tebing dengan ketinggian 400-2000 meter
di atas permukaan laut. Burung ini membangun sarang dengan ranting besar dan
menghasilkan satu atau dua telur dari akhir Desember sampai awal Maret. Kedua dewasa
berpartisipasi dalam pengeraman. Setelah 54-58 hari , anaknya menetaspadaFebruari atau
Maret dan setelah 112-119 hari mereka belajar terbang pada bulan juni. Walaupun dua
anak mungkin menetas secara normal, namun salah satu akan mati karena kegresipan
kembarannya/saudaranya; satu dari beberapa catatan kedua anak belajar terbang dari
ethiopia pada1996. Burung muda tetap di area tersebut sampai aawal siklus
perkembangbiakan selnjutnya pada November (Heredia, 1991a). Pematangan seksual
membutuhkan waktu sekitar tujuh tahun atau lebih (Del Hoyo,1994). Biasanya
Monogamous. Polyandrous trios, normalnya 2 jantan dan satu betina, pertama tercatat di
Pyreness pada 1979. Jumlah semacam ini meningkat termasuk di Corsica ;14 % dari
daerah teritorial di pyreness didiami oleh trios tadi pada 1996. Trios memiliki kesamaan
kesuksesan dalam reproduksi dengan trio lain yang menempati teritori yang sama dan
pasangan di sebelahnya (Pasangan tetangga). Formasi dari trios telah membuat
ketimpangan kedudukan atau hubungan berdasarkan rasio sex, ketersediaan makan yang
rendah , kepadatan perkembangbiakan yang tinggi ( dalam populasi) atau keterkaitan
genetik antara pejantan, tetapi masih belum ada bukti mana yang merupakan faktor kunci
(Donazar. 1991) (Ivelin Ivanov, dkk.2006).
2.4 Makanan
2.5 Fisiologi
Makanan dari Heriang berjenggot pada daerah vegetasi Alpen dan Sub-
Alpen,terutama pada ketinggian lebih dari 1000m, di mana ungulata liar tinggal dan dapat
di temukan. Pada musim digin dan awal musim semi burung ini memeriksa daerah
dengan rata-rata ketinggian dan jurang curam, dimana tidak ada salju mengalir lewat atau
menggelinding (Thibault et al. 1993). Di Pyreneess, pada musim dingin dan musim semi,
burung ini mengujungi muladares – tempat dekat desa dimana bangkai hewan biasa
dibuang. (Ivelin Ivanov, dkk.2006).
2.8 Persebaran
Wilayah persebaran dari Lammergeir atau heriang berjenggot ini meluas dari Eropa
selatan dan Asia, dari timur jauh pegunungan Pyrenees Spanyol sampai barat jauh seperti
India dan Tibet, Selatan-tengah Cina, dan Siberia selatan. Mereka juga dapat di temukan
di dataran tinggi Ethiopia, dan juga di timurlaut Uganda, Kenya barat, Lesotho dan
bagian tenggara Africa selatan. Populasi terisolasi mendiami Marocco bagian utara dan
mungkin juga Algeria (Ferguson-Lees dan Christie.2001).
2.9 Panjang Masa Hidup
Gypaetus barbatus secara individual memiliki panjang masa hidup rata-rata di alam
liar 21.4 tahun. Bagaimanapun di dalam kurungan atau kandang mereka sudah hidup
lebih dari 45 tahun (Antor, et al..2007).
Lammergeier atau heriang berjenggot adalah burung yang jarang mengeluarkan suara
atau Vocalisasi, tetapi, selama musim kawin, mereka sering mengeluarkan suara keras
seperti tertawa. Selama masa pertunjukan mencari pasangan atau kenal mengenal, heriang
berjenggot ini mengeluarkan suara tekak atau garau “kooklik,kooklik”, yang sama
baiknya dengan suara kicauan nyaring. Mereka juga kadang-kadang menggunakan
pertunjukan udara dan kejar-kejaran untuk mengkomunikasikan batas teritorial, dan untuk
melindungi atau menarik perhatian pasangan. Mereka dimasukkan dalam burung heriang
dunia lama, dan seperti heriang lainnya , grup heriang berjenggot ini memiliki indra
penciuman yang kurang berkembang. Burung ini sangat bergantung pada penglihatan
yang sangat tajam untuk menemukan bangkai. Seperti semua burung heriang berjenggot
mempersepsikan lingkungannya melalui penglihatan, pendengaran dan stimulus kimia
Blumstein.1990;Ferguson-Leesand Christie,2001).
Sebagai pemakan bangaki, heriang berjenggot menghilangkan bau busuk di udara dan
membantu menjaga kebersihan ekosistem dari penyakit. Heriang berjenggot akan
menunggu dengan sabar pada ujung jurang sampai burung pemakan bangkai lain selesai
makan dan tidak akan berkompetisi untuk makanan. Hasilnya, mereka sering memakan
bangakai yang sudah lama dan kotor, bahkan menghabiskan sisa bangkai yang tak akan
dimakan pemakan bangkai lainnya ( Ferguson-Leesand Christie,2001).
2.13 Predasi
Teknik mencari makan dan sarang yang mencolok membuat anak burung ini sangat
rapuh mungkin menjadi korban kleptoparasitisme . Mereka memiliki hubungan interaksi
agresif dengan gagak, elang emas, heriang griffon dan pemakan bangkai lainnya. Heriang
berjenggot sangat menjaga teritorial dan menggunakan serangan udara untukmelindungi
sarangnya dari kompetitor. (Bertran and Margalida, 2004; Margalida and Bertran, 2005).
Kepadatan populasi dari heriang berjenggot sangat rendah, berdasarkan luasnya daerah
yang mereka tempati. Pada tiga benua, wilayah heriang berjenggot berkurang secara
hebat (signifikan), khususnya di Eropa. Alasan potensial untuk hal ini termasuk
peracunan ilegal untuk karnivor dengan daging, degradasi habitat, dan gangguan pada
area perkembangbiakannya. Heriang berjenggot di Eropa di masukkan dalam kategori
endangered atau membahayakan, dengan kurang dari 150 teritori tersisa di eropa pada
2007, dan dan yang terakhir di ajukan di Pyrenees dan pegunungan Alpen, pada daftar
IUCN burung ini termasuk species terancam (Birdlife International 2009, 2010;
Margalida, et al., 2009b).
2.15 Alasan Penyusutan Populasi
a) Penggunaan racun
b) Polusi kimia
c) Penembakan ilegal
d) Degradasi dan hilangnya habitat
e) Hlangnya secara luas bahan makanan
f) Pergantian metode dalam pembuangan bangkai oleh warga
g) Aliran listrik pada kabel
h) Kurangnya budaya konservasi
i) Dll
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
A. Burung ini termasuk dalam ordo falconiformes dan family acciptridae, di
masukkan dalam ordo ini berdasarkan ciri kaki, cakar, perawakan, jenis
paruh,sayap,habitan, makanan dan ciri untuk identifiksai lainnya.
B. Burung ini memiliki ciri morfologi seperti burung pemburu lainnya,dengan
paruh pendek meruncing,kakipaserin, sayap besar lebar membundar,kepala
ditutupi bulu tidak seperti pemakan bangkai lainnya. Memakan tulang, hidup
di 3 benua, perilaku sexual monogami, trio polyandri, hidup di dataran tinggi
pegunungan, dan berstatus terancam punah.
3.2 Saran
Saran sangat dibutuhkan penyusun, semoga dapat diberikan kritik dan
saran untuk kemajuan penyusun serta mohon dimaklumijika terdapat
kesalahan dan kerancuan kata atau kalimat, hal ini murni kesalahan penyusun
dalam menterjemah teks secara manual dari sumber berbahasa inggris ke
bahasa indonesia, harap dimaklumi.
REFERENSI
Antor, R., A. Margalida, H. Frey, R. Heredia, L. Lorente, J. Sese. 2007. First breeding age in
captive and wild Bearded Vultures Gypaetus barbatus. Acta Ornithologica, 42/1: 114-
118.
Bertran, J., A. Margalida. 2004. Interactive behaviour between Bearded Vultures Gypaetus
barbatus and Comnon Ravens Corvus corax in the nesting sites: predation risk and
kleptoparasitism. Ardeola, 51/2: 269-274.
Blumstein, D. 1990. An Observation of Social Play in Bearded Vultures. The Condor, 92/3:
779-781.
Ferguson-Lees, J., D. Christie. 2001. Raptors of the World. New York: Houghton Mifflin
Company.
Houston, D.C. & Copsey, J.A. (1994). "Bone Digestion and Intestinal Morphology of the
Bearded Vulture" (PDF). J. Raptor Res. (Raptor Research Foundation) 28 (2): 73–78.
Retrieved 2011-07-24.
Ivelin Ivanov, dkk.2006. Viability Study for the Reintroduction of the Bearded vulture
(Gypaetus barbatus) in the Western Rhodopes mountains.jounl of
zoologgy.Frankfruit.Green Balkan.