Anda di halaman 1dari 35

Titistyas Gusti Aji et al.

: Lubang Resapan Biopori untuk Meningkatkan Kapasitas


Penyimpanan Air di Daerah Perakaran Jeruk Keprok ...

Lubang Resapan Biopori untuk Meningkatkan Kapasitas Penyimpanan


Air di Daerah Perakaran Jeruk Keprok (Citrus reticulata)
[Biopore Infiltration Holes to Increase Water Holding Capacity
in Rhizosphere of Mandarin (Citrus reticulata)]

Titistyas Gusti Aji, Sutopo, dan Norry Eka Palupi

Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika, Jln. Raya Tlekung No.1 Junrejo, Batu, Jawa Timur, Indonesia 65327
E-mail: titistyasgusti@pertanian.go.id

Diterima: 11 Januari 2019; direvisi: 2 Desember 2019; disetujui: 15 April 2020

ABSTRAK. Lubang Resapan Biopori (LRB) dan penambahan bahan organik ke dalam LRB dapat memperbaiki sifat fisik, kimia,
dan biologi tanah pada jangka panjang. Tujuan penelitian ini adalah mempelajari pengaruh jumlah LRB dan jenis bahan organik
pengisi LRB terhadap kapasitas penyimpanan air di daerah perakaran tanaman jeruk keprok dewasa di lahan kering dan pengaruhnya
terhadap kualitas buah. Penelitian disusun berdasarkan Rancangan Acak Kelompok dengan faktor yang diujikan adalah kombinasi
jumlah LRB dan bahan pengisi LRB. Hasil percobaan menunjukkan bahwa perlakuan jumlah LRB, baik 4, 5, maupun 6 lubang
dan bahan pengisi baik cocopeat maupun zeolit meningkatkan lengas tanah di daerah perakaran tanaman jeruk pada bulan kering.
Penambahan cocopeat, zeolit, atau pupuk kandang ke dalam LRB meningkatkan kandungan jus. Perlakuan bahan pengisi serasah
pada LRB dan tanpa LRB meningkatkan kandungan padatan terlarut total (PTT), sedangkan penambahan zeolit dan serasah serta
perlakuan tanpa LRB meningkatkan kandungan asam tertitrasi total (ATT). Kadar air pada daerah perakaran yang tinggi menyebabkan
peningkatan kandungan jus, serta penurunan kandungan PTT dan ATT pada buah jeruk keprok. Pembuatan LRB pada awal musim
hujan dapat dilakukan sebagai upaya menabung air hujan sehingga dapat menghindarkan tanaman dari pengaruh negatif defisit air
pada musim kering.

Kata kunci: Air; Buah jeruk keprok; Kualitas; Lubang resapan biopori; Rizosfer

ABSTRACT. Biopore Infiltration Holes (BIH) and addition of organic matters to the BIH can improve the physical, chemical, and
biological properties of the soil. The purpose of this study was to study the effect of BIH and type of BIH filler on water storage
capacity in the rhizosphere of mature mandarin plants on dry land and their effect on fruit quality. The study employed a randomized
block design with the tested factors of combination of BIH number and BIH filler material. The results showed that either 4, 5 or
6 holes BIH and fillers of both cocopeat and zeolite increased the soil water content in the rhizosphere in the dry months. Adding
cocopeat, zeolite, or manure into BIH increased the juice content. Weeds as fillers and treatment without BIH increased the total
soluble solids (TSS), while addition of zeolite and weeds and treatment without BIH increased the total acid (TA). High water content
in the rhizosphere caused an increase in juice content, but a decrease in TSS and TA. Making BIH at the beginning of rainy season
is an effort to save rainwater so that it can prevent plants from the negative influence of water deficit in the dry season.

Keywords: Water; Mandarin; Quality; Biopore infiltration holes; Rhizosphere

Pengembangan jeruk di Indonesia diprioritaskan di Tanaman jeruk sangat sensitif terhadap defisit
lahan-lahan marginal, termasuk lahan kering. Di lahan irigasi, terutama pada tahap pembungaan dan
ini, keterbatasan air dan kesuburan tanah merupakan pembuahan tanaman (González-Altozano & Castel
masalah utama yang sering membatasi mutu dan 1999; Pérez-Pérez et al. 2008). Pada tanaman yang
keberlanjutan kebun. Kekurangan air akan menjadi belum menghasilkan (TBM), kekurangan air dapat
masalah yang semakin serius sejalan dengan fenomena menghambat pertumbuhan tanaman, sedangkan pada
perubahan iklim yang semakin ekstrim. Pada tahun tanaman yang menghasilkan (TM) dapat menyebabkan
2015, fenomena El Nino kuat yang berdampak pada kerontokan bunga dan buah, serta menurunkan
musim kering berupa penurunan curah hujan di bawah produksi dan kualitas buah (García-Tejero et al.
normal dan suhu udara yang lebih tinggi (Athoillah, 2010). Fase pertumbuhan buah dan tahap pembungaan
Sibarani & Doloksaribu 2017) menjadi salah satu adalah periode yang paling sensitif dalam kaitannya
ancaman bagi pengembangan dan keberlanjutan kebun dengan defisit air dan kehilangan hasil. Ketika fase
jeruk di lahan kering. Terdapat lebih dari 30% populasi pertumbuhan buah, stres air dapat menurunkan
tanaman jeruk varietas keprok Madura di kawasan diameter buah dan kandungan sari buah jeruk (García-
pengembangan baru di Kabupaten Tuban mengalami Tejero et al. 2012). Defisit air juga menyebabkan
kerusakan hingga kematian akibat musim kemarau peningkatan kandungan vitamin C dan antosianin
yang lebih panjang. dalam buah jeruk manis (Stagno et al. 2015).

41
J. Hort. Vol. 30 No. 1, Juni 2020 : 41-46

Air merupakan faktor yang sangat penting bagi Kecamatan Singgahan, Kabupaten Tuban, Jawa Timur.
pertumbuhan tanaman. Pengelolaan air yang efektif dan Analisis kualitas buah dilakukan di Laboratorium
efisien merupakan kebutuhan dasar dalam pengelolaan Ekofisiologi, Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah
kebun jeruk di lahan kering. Upaya menabung air Subtropika, Batu, Jawa Timur.
hujan dan memanfaatkan air yang tersedia menjadi
kunci penting yang akan menentukan keberhasilan Bahan dan Alat Penelitian
pengembangan jeruk di lahan kering. Salah satu cara Tanaman jeruk yang diberi perlakuan biopori adalah
menabung air hujan dapat dilakukan melalui teknologi jeruk keprok varietas Madura yang telah memasuki
biopori. Lubang Resapan Biopori (LRB) adalah lubang fase generatif, berumur 6 tahun. Keprok Madura
silindris yang dibuat secara vertikal ke dalam tanah dipilih untuk ditanam di kawasan pengembangan jeruk
dengan diameter 10–30 cm dan kedalaman sekitar baru di Kabupaten Tuban karena dapat beradaptasi di
100 cm atau tidak melebihi kedalaman muka air dataran rendah beriklim kering dan berpotensi menjadi
tanah (Karuniastuti 2014). Manfaat LRB antara lain komoditas jeruk substitusi impor. Bahan pengisi LRB
dapat meningkatkan daya resap air, meningkatkan terdiri atas zeolit, cocopeat, serasah gulma, dan pupuk
kualitas air tanah, sebagai tempat pembuangan sampah kandang. Pemupukan dilakukan dengan menggunakan
organik, mengubah sampah organik menjadi kompos, pupuk kandang dan pupuk kimia. Pupuk kandang sapi
meningkatkan peran aktivitas fauna tanah dan akar dengan jumlah 50 kg/pohon diaplikasikan pada akhir
tanaman, mencegah banjir, dan mengatasi masalah musim kemarau pada tahun sebelumnya, yaitu bulan
yang ditimbulkan oleh genangan air (Sanitya & November 2015. Pupuk kimia diaplikasikan pada bulan
Burhanudin 2013; Karuniastuti 2014). Desember 2015, Maret 2016, dan Mei 2016 dengan
Secara umum, pembuatan LRB akan berujung pada dosis 225 g N, 108 g P2O5, dan 60 g K2O per pohon,
peningkatan kualitas tanah. Penambahan bahan organik masing-masing dalam bentuk Urea, SP36, dan KCl per
ke dalam LRB dapat memperbaiki sifat fisik, kimia, pohon pada masing-masing aplikasi. Pupuk kandang
dan biologi tanah. Menurut Maharany, Rauf, & Sabrina diaplikasikan dengan cara membuat larikan pupuk
(2011), penambahan bahan organik pada LRB di lahan sedalam 20 cm melingkar di bagian terluar kanopi
landai mampu meningkatkan permeabilitas lahan. tanaman, sedangkan pupuk kimia diaplikasikan dengan
Berbagai bahan organik telah diteliti sebagai bahan cara membuat empat lubang pupuk dengan diameter 30
pengisi LRB, di antaranya serasah daun kakao, limbah cm sedalam 20 cm di bagian terluar kanopi tanaman.
kulit buah kakao, sampah daun dan ranting kering, Pestisida berbahan aktif imidakloprid dengan
sampah organik rumah tangga, rumput atau tanaman konsentrasi 1 ml/L dan fungisida berbahan aktif
liar, pupuk kompos, dan kotoran ternak (Widyastuti propineb dengan konsentrasi 2 g/L diaplikasikan
2013; Darwia, Ichwana & Mustafril 2017; Muzaimah, pada saat pertunasan dengan interval penyemprotan
Abdi & Razie 2017; Nurhayati, Fahri & Annawaty 2 minggu sekali. Pestisida berbahan aktif sipermetrin
2017; Maharany, Rauf & Sabrina 2011). dengan konsentrasi 2 ml/L diaplikasikan 2 minggu
Adanya LRB dengan berbagai bahan pengisi sekali pada saat perkembangan buah dan jika
diharapkan mampu meningkatkan daya memegang ditemukan ulat pada tanaman.
air pada tanah sehingga dapat memperpanjang masa Alat yang digunakan adalah bor tanah berdiameter
ketersediaan air, terutama di lahan kering. Penelitian 10 cm dan panjang 100 cm, peralatan pertanian, dan
ini bertujuan untuk melakukan pengujian jumlah peralatan laboratorium untuk uji kualitas buah.
LRB dan jenis bahan organik pengisi LRB terhadap
kapasitas penyimpanan air di daerah rizosfer tanaman Metode Penelitian
jeruk keprok dewasa dan pengujian pengaruh kadar Penelitian ini disusun berdasarkan Rancangan
air tanah terhadap kualitas buah jeruk di lahan kering Acak Kelompok dengan faktor yang diujikan adalah
di Kabupaten Tuban. Hipotesis pada penelitian ini LRB. Perlakuan terdiri atas 13 taraf dan masing-
adalah jumlah LRB dan bahan pengisi tertentu dapat masing diulang empat kali. Perlakuan yang diujikan,
meningkatkan kapasitas penyimpanan air tanah dan yaitu (1) 4 LRB dengan bahan pengisi serasah gulma,
berpengaruh pada kualitas buah. (2) 5 LRB dengan bahan pengisi serasah gulma, (3) 6
LRB dengan bahan pengisi serasah gulma, (4) 4 LRB
dengan bahan pengisi pupuk kandang, (5) 5 LRB
dengan bahan pengisi pupuk kandang, (6) 6 LRB
BAHAN DAN METODE
dengan bahan pengisi pupuk kandang, (7) 4 LRB
dengan bahan pengisi cocopeat, (8) 5 LRB dengan
Waktu dan Tempat bahan pengisi cocopeat, (9) 6 LRB dengan bahan
Penelitian dilaksanakan mulai bulan Januari hingga pengisi cocopeat, (10) 4 LRB dengan bahan pengisi
Desember 2016 di kebun petani di Desa Mulyorejo, zeolit, (11) 5 LRB dengan bahan pengisi zeolit, (12)

42
Analisa Penerapan Resapan Biopori Pada Kawasan
Rawan Banjir Di Kecamatan Telaga Biru

Ilyas Ichsan1) dan Zulkifli S. Hulalata2)

1)Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Gorontalo


e-mail : ilyasichsan10@gmail.com
2)Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Gorontalo

e-mail : zulkiflihulalata@gmail.com

Abstract

Surface Runoff occurs due to high rainfall that falls in an area that is able to caused
flooding. Infiltration Biopori Technology serves to reduce storm water runoff is to increase
the water absorbing soil thus reducing surface runoff that often causes floods. This
research aim was to get the value of infiltration without biopori infiltration and infiltration
with infiltration biopori, as well as obtaining the presentation of discharge runoff can be
reduced by 1 piece infiltration biopori on a plot of land with an area of 100 m2. The
research methods used quantitative methods. Primary data obtained from testing on-site
infiltration studies used Single Tool Infiltrometer Ring with a diameter of 25 cm, were
analyzed used the method of Horton Curve. Secondary data, precipitation last 10 years
from the year 2006 to 2015 obtained from BMKG Djalaludin Gorontalo Airport consists of
three stations that BPP-Tapa, Talumelito, Slamet Djalaludin Gorontalo, then analyzed used
rational methods to obtain discharge of the runoff. Analysis of the results obtained,
infiltration without absorption biopori was 4.5 cm / hour, once created biopori infiltration
infiltration rate rose to 38.1 cm / hour, and 1 absorption biopori on a plot of land with an
area of 100 m2 can reduce runoff discharge at 10.82%

Keywords : Floods, Runoff, Infiltration Biopori, Infiltration

1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Limpasan permukaan merupakan air larian yang muncul diakibatkan oleh
tingginya curah hujan yang jatuh pada suatu kawasan, buruknya sistem
drainase dan kurangnya daerah resapan air memperparah limpasan yang terjadi
sehingga dapat menyebabkan banjir. Selain masalah limpasan permukaan,
kekurangan air di musim kemarau juga merupakan masalah yang sering timbul
pada kawasan rawan banjir. Teknik konservasi terhadap sumber daya air
kurang mendapat perhatian bahkan penebangan pohon dan pengrusakan hutan
terjadi semakin tidak terkendali diberbagai tempat. Hal ini mengakibatkan
terganggunya siklus hidrologi yang memberi dampak negatif terhadap

33
lingkungan seperti berkurangnya persediaan air dalam tanah dan meningkatnya
pergerakan air dari hulu ke hilir sehingga pada musim hujan dengan intensitas
tinggi di daerah hilir akan rawan terjadi banjir.
Resapan Biopori merupakan teknologi tepat guna dan ramah lingkungan
untuk mengatasi banjir yaitu dengan meningkatkan daya resap tanah pada air
sehingga mengurangi limpasan permukaan dan genangan air yang timbul
selama dan setelah hujan. Bertambahnya air yang meresap kedalam tanah
dapat meningkatkan kuantitas air dalam tanah sehingga walaupun musim
kemarau kebutuhan akan air sedikitnya dapat terpenuhi.
Berangkat dari pembahasan masalah diatas maka dilakukan penelitian
tentang penerapan Resapan Biopori, dengan focus riset untuk mendapatkan
nilai laju infiltrasi tanah tanpa resapan biopori dan dengan resapan biopori pada
kawasan rawan banjir dikecamatan telaga biru untuk penerapan lubang resapan
biopori, kemudian mendapatkan presentasi debit limpasan yang dapat direduksi
oleh 1 buah resapan biopori pada sebidang tanah dengan luasan 100 m 2.
Diharapkan hasil penelitian ini akan menjadi salah satu solusi penanggulangan
banjir di kawasan rawan banjir di Kecamatan Telaga Biru dan dapat menjadi
referensi dalam perencanaan resapan biopori.

2. KAJIAN TEORI
2.1. Resapan Biopori
Lubang Resapan Biopori adalah lubang silindris yang dibuat secara vertikal
ke dalam tanah dengan diameter 10 cm dan kedalaman sekitar 100 cm, atau
dalam kasus tanah dengan permukaan air tanah dangkal, tidak sampai melebihi
muka air tanah, lubang diisi dengan sampah organik untuk memicu
terbentuknya Biopori
Biopori adalah lubang-lubang di dalam tanah yang terbentuk akibat
berbagai aktifitas organisme di dalamnnya, seperti cacing, perakaran tanaman,
rayap dan fauna tanah lainnya. Lubang-lubang yang terbentuk akan terisi
udara, dan akan menjadi tempat berlalunya air di dalam tanah.

Gambar 1 : Foto Mikroskop Elektron dari Lubang Cacing dan Akar pada Matriks
Tanah (dalam lingkaran kuning),
(Sumber : http://www.biopori.com/index.php)

Gambar 1 Menunjukan Foto melalui mikroskop elektron yang menggunakan


dua buah lubang yang terbentuk oleh cacing (pada lingkaran kuning bagian
atas) dan lubang yang terbentuk oleh aktifitas akar tanaman (pada lingkaran
kuning bagian bawah). Bila lubang-lubang seperti ini dapat dibuat dengan

34
IOSR Journal of Environmental Science, Toxicology and Food Technology (IOSR-JESTFT)
e-ISSN: 2319-2402,p- ISSN: 2319-2399.Volume 12, Issue 2 Ver. II (February. 2018), PP 77-82
www.iosrjournals.org

Waste Management with the Technology of Biopore Hole Absorption


(LRB) Based on Biochar in Medan, Indonesia
Sumihar Hutapea1, Gusmeizal1, Rizal Aziz1
Agricultural Faculty, Medan Area University (UMA), Medan, Indonesia
Corresponding Author: Sumihar Hutapea

Abstract: The problem of waste in the city of Medan is a problem that can not be handled thoroughly. Garbage clogging
drainage channels causes flooding in the rainy season. In addition, the less water absorption area due to many home pages
and roads are made waterproof so that became the main trigger of flooding, especially in the rainy season. One way of
waste management, especially for organic waste is the technology of biopori infiltration hole (LRB), has been known to
accelerate the infiltration of water by utilizing organic waste. Some of the advantages of LRB are improving soil ecosystems,
absorbing water and preventing floods, increasing groundwater reserves, and overcoming drought, facilitating waste
management and maintaining cleanliness, converting waste into compost, reducing greenhouse gas and methane emissions,
and overcoming the problem of inundation. This devotional activity uses LRB technology, so that greater water absorption is
given the addition of biochar at the bottom, so that water absorption becomes more stable over long periods of time because
biochar is not easy to decay and durable. Socialization of devotional activities using training methods, training,
demonstration manufacture of demonstration demonstration plots, as well as organic waste processing practices in LRB on
the partners of Part I community groups VI of Karya Kasih sub-district of Mashur Base Sub-district of Medan Johor and
partner II of Datuk Kabu neighborhood of Trail Sub-district, Medan Trail District prone to flooding as pilot. The result of
the devotion activity has been witnessed by the residents in both Partners that their formerly flooded homes, after the LRB
water technology inundated rapidly, besides that. Organi composted in LRB can be used as compost fertilizer. The output of
this activity is technology appropriate to make biochar-based LRB, and the ability to process household organic waste into a
valuable compost fertilizer
Keywords: Flood, garbage, LRB (Biopori infiltration hole), biochar, Medan City
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- ----------
Date of Submission:03-02-2018 Date of acceptance: 26-02-2018
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- ----------

I. INTRODUCTION
Medan city is flood-prone area, because it is lowland, flat (flat), height of 2.5-40 meters from sea level (asl) and
slope 0-4%. In addition, the city of Medan is traversed by the river Deli, the river that divides the city of Medan, and several
other rivers such as the Babura river, Belawan River, Percut river, Glance river and other small rivers that if not managed
very well susceptible to flooding (JICA , 1992, Medan City Government of Medan II, 2000) .Then the intensity and
frequency of rainfall in Medan city is also very high so it can cause flood 10 to 12 times a year (Hasibuan, 2007). Flood
Disasters in Medan City mostly occur along the Deli River. According to Hutapea (2013) about 33.2% of the Deli River area
has very high runoff and very low water storage, increasing runoff will decrease groundwater filling and result in increased
river flow discharge during the rainy season drastic and this condition is one of the factors causing the flood in Medan City.
In addition, with the development of existing settlements in the city of Medan, the more land is covered by buildings, so that
the rainwater absorbed into the soil less and less.
Biopore absorption hole technology (LRB) has been known to accelerate water absorption by utilizing organic
waste. In use, LRB which is a cylindrical hole 10 cm in diameter with a depth of about 100 cm from the surface of the soil,
filled with organic waste as the activator of the creation of biopori . According to Brata and Nelistya (2009) the benefits of
LRB are to improve soil ecosystems, absorb water and prevent floods, increase groundwater reserves, overcome drought,
facilitate waste management and maintain cleanliness, convert waste into compost, reduce greenhouse gas and methane
emissions, as well as overcoming the problem due to inundation. By modifying the biochar-based Biopori Absorption (LRB)
technology the water absorption rate is greater, since one of the materials that has a large water-absorbing capacity is
biochar. Biochar is a pyrolysis-shaped residual residue (Mohammad et al., 2013) made of biomass of agricultural products,
plantations, forestry produced by combustion processes at temperatures <250 - 700 oC (Lehman & Joseph, 2009, Hunt et al.,
2010). Biocharks great ability to hold water because it has a high number of macro and micro pores (Major et al., 2009,
Karhua et al., 2011), the presence of hydrophilic functional groups (Bruno et al., 2002). Another advantage of biochar
feeding is increased soil microbial activity in decomposing organic matter (Lehmann et al., 2011). Then the addition of
biochar to LRB is a function as the infiltration becomes more stable and over long periods because biochar is not easy to
decay and hold up to 100 year (Steiner et al., 2008). Biochar to be used in this activity is biochar from kendaga and rubber
seed shells (Hutapea et al, 2015), and biochar derived from jengkol peel.
The problem of waste in big cities, such as Medan city is a problem that can not be handled thoroughly. The ever-
increasing volume of garbage has caused various problems related to health, sanitation and aesthetics, as well as
environmental pollution (Astriani, 2009). The garbage that clogs the drainage channels causes flooding in the rainy season.
This is exacerbated by the less water absorption area due to the many home pages and roads that are made waterproof to
become the main triggers of flooding during the rainy season and drought in the dry season (Brata and Purwakusuma 2007).

DOI: 10.9790/2402-1202027782 www.iosrjournals.org 77 | Page


International Journal of Advances in Science Engineering and Technology, ISSN: 2321-9009 Volume- 3, Issue-2, April-2015

BIOPORE INFILTRATION HOLE: "ONE DAY FOR BIOPORE" AS AN


ALTERNATIVE PREVENT FLOOD
LARAS PERMATASARI

Department Aquatic Product of Technology, Bogor Agricultural University, Jl. Dramaga Lingkar Dalam, Bogor
E-mail: permatasari_laras@rocketmail.com

Abstract- Floods are natural disasters caused by the overflow of sea water or river water caused by rainfall. The flood
disaster is becoming one of the biggest problems faced in every country because it caused damage, the spread of the disease,
and loss of life. In 2012, major floods occurred in five countries: China, Nigeria, Myanmar, Russia, and Italy. Appropriate
controlsis a solution to prevent flooding.Kamir R. Brata a researcher of the Institute of Agriculture (IPB), which is the
creator Biopore holes technology that use organic waste to cope with stagnant water by increasing the water absorbing
power on the ground. Biopore infiltration holes can be used as an alternative for flood control by relying on the principle of
water infiltration. Biopore infiltration holes must be applied appropriately, focused and true to the flooding that occurred in
various countries can be resolved. Application of biopore technology can be applied by making the policy of "One Day for
Biopore". The policy involves all layers of society in every country so that the effect of the biopore infiltration hole can be
immediately felt and society becomes more concerned about the environment.

Keywords- Biopore Infiltration Hole, Flooding

I. INTRODUCTION

Many things could be done to prevent any future II. REVIEW OF LITERATUR
flooding. One way to prevent flooding or at least
reduce it is to make a biopore infiltration hole. A Definition of BioporeInfiltrration Hole
Researchers Bogor Agricultural University (IPB), Ir. According to Griya (2008), Biopore is small holes in
Kamir R. Brata, M.Sc, Associate Professor Soil the ground formed by the activity of soil organisms
Ecology, who also staff the Department of Soil such as worms or movement of roots in the soil. The
Science and Land Resources, Faculty of Agriculture hole will be filled with air and water become flow
Biopore successfully developed a technology that is paths. So the rain water does not go directly to the
very simple, namely " Biopore Infiltration Hole" to sewer, but seep into the ground through the hole.
prevent floods and droughts (Ristek 2009).
Ir. Kamir R. Brata, MSc from the Bogor Agriculture
Biopore is small holes are there in the soil due to the University (2008) describes that biopore is "80 cm -
activity of organisms in the soil such as worms, the 100 cm deep hole with a diameter of 10-30 cm,
movement of roots in the soil, termites and other soil intended as biopore infiltration pits to collect rain
fauna. The holes are filled with air and into the path water and seep it back to the land". Biopore enlarge
of water flow. Rainwater does not go directly to the the capacity of the soil to rain water, reducing the
sewer, but seep into the ground through the hole. pool of water, which further reduces the overflow of
Biopore can be made in the front yard, backyard or rainwater down to the river. Thus, reducing also the
garden of the house. biopore hole infiltration with a flow and volume of river water to a lower level, such
diameter of 20 cm and the depth 15 cm at intervals of as in Jakarta that water capacity is very low because
2 meters proved to be very effective in preventing the the land is filled by buildings.
occurrence of surface runoff water, erosion and
nutrient losses in dry agricultural land. According to John Herf (2009), Bioporeinfiltrration
hole is made cylindrical holes into the ground with a
Flooding caused by high rainfall and lack of water diameter of 10 cm – 30 cm. In leaflets Biopore
infiltration can be overcome by making a biopore described, about a hundred centimeters or depth not
infiltration hole. Biopore application can be done by exceeding the depth of water table. Holes is filled by
applying a policy of "One Day for Biopore". The organic waste, encourage biopore. Biopore is a pore
policy is required for all levels of society in each like canal (small tunnel) which is formed by the
country in a small family. activity of soil fauna or plant roots.

"One Day for Biopore" can be implemented at the Bioporeinfiltrration hole according to Minister of
time of Earth Day April 22 at every year. People who Forestry Regulation No. P.70 / Forestry II 2008 /
violate them will be charged onerous taxes. Biopore About the Technical Guidelines for Forest and Land
infiltration holes that have been created by the Rehabilitation, is holes in the ground formed by the
community should be documented as evidence has activities of organisms in it, such as worms, plant
been implementing the "One Day for Biopore". roots, termites, and other soil fauna. The holes will be
Biopore Infiltration Hole: "One Day For Biopore" As An Alternative Prevent Flood

6
International Journal of Advances in Science Engineering and Technology, ISSN: 2321-9009 Volume- 3, Issue-2, April-2015

filled with air and will be a passage of water in the Making biopore infiltration holes in each type of land
soil. Understanding concluded biopore be made use can facilitate the utilization of organic waste by
vertical cylindrical holes into the ground and the putting it into the ground. The location of making
ground state of the shallow ground water level, not to holes can be done in the area / location of surface
exceed the depth of ground water. The hole is filled water flows and high sedimentation rate and
with organic waste that biopore formation. Biopore is agricultural land, yard, farm, forest and road edges.
shaped hole pores (small tunnel) made by the activity Maintenance is done by moving the absorption wells
of soil fauna or plant roots, shows a cross section of sediment absorption wells to the field of fitness or the
the holebiopore infiltration. plant around as fertilizer. Moving biopore hole on the
other side of the organic fertilizer plant as a back up.
B How to Make a Bioporeinfiltrration hole
Biopore is one of the water absorption method used C Implications of Application Bioporeinfiltrration
to overcome the problem of flooding by increasing hole
the sink in the water in the soil. This method Making holes biopore infiltration will increase the
proposed by Dr. Kamir R Brata, one of the ability of the environment to sustain life on it.
researchers from the InstitutPertanian Bogor. How to According Brata and Purwakusuma (2008), that the
make Bioporeinfiltrration hole is as follows: technology of Bioporeinfiltrration hole, developed
1. Find the right location to make the hole biopore based on the principle of maintaining the health of the
infiltration, namely in the area of rainwater that flows soil ecosystem to support the existence of
like a garden, parking lot, and so on. biodiversity in the soil by the availability of sufficient
2. The land that would be drilled, must be watered water, air, and food sources (organic matter).
for easy flushing Determination of the number of holes biopore
3. Place the drill perpendicular to the ground to infiltration specifically appropriate to a particular area
begin drilling. with a certain area and a certain intensity of rain
4. Punch a hole with the drill ground Biopore, anyway, calculated by equation (Brata 2008):
(Biopore drill is the drill for mineral soil, with drill
presses while playing to right to right to drill into the n=I×Lv
ground. Remarks:
5. To facilitate the drilling, do the watering with n: Number of Holes Infiltration Biopore
water during drilling. I: The intensity of the biggest rainfall in 10 years
6. Each approximately 15cm or as deep as the drill (mm / h)
stop, pull the drill bit while still rotated to the right, to L: The area of impervious areas (m2)
clear land located within the drill bit. v: The rate of water infiltration on average per hole
7. Clean the land of the drill bit by using a knife or (liters / sec)
other puncture tool, begin by pressing the ground
from the side of the drill bit so that the soil is The main benefits of the hole is its ability to increase
removed. the biopore infiltration of rain water infiltration into
8. Do the process of perforating the ground the soil. Ability biopore infiltration holes in absorb
repeatedly until it reaches a depth of approximately water is affected by the diameter of the hole is made.
100 cm. Relationship with the diameter of the hole infiltration
9. If the soil is rocky or gravel, so that inhibition of load is shown in Table 1.
drilling, the drilling can be stopped to a depth that can Table 1. Hole Diameter Relationship with the
be penetrated by the drill bit alone, although only Infiltration and Added Charges
reaching a depth of approximately 50 cm. Source: Brata and Nelistya 2008.
10. Then fill with organic waste. Table 1 shows that the hole diameter of 10 cm
biopore infiltration with a depth of 100 cm using only
Table 1. Hole Diameter Relationship with the horizontal surface 79 cm2 produces vertical surface
Infiltration and Added Charges area of 0.314 m2 of wall hole, then expand to 40
times that can absorb water.

The results showed that, in relation to the hole


diameter and the load increase surface area of
absorption biopore infiltration holes 10 cm in
diameter with a depth of 100 cm using only
horizontal surface 79 cm 2, resulting in a vertical
surface area of 0.314 m2 of wall hole, then expand to
40 times seep water. The volume of water entering
the maximum accommodated 7.9 liters will be able to
seep through the walls of the hole in any direction,
will cause infiltration load a maximum of 25 liters /

Biopore Infiltration Hole: "One Day For Biopore" As An Alternative Prevent Flood

7
6 Jurnal Komunitas : Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat Vol. 1, No. 1, Juli 2018, pp. 06-12
ISSN 2621-6434

Sosialisasi Penggunaan Lubang Biopori Dalam Rangka


Mengurangi Banjir Di SMP Negeri 3 Cikarang Timur
Istianah Setyaningsih a,1,*, Yenia Endriastuti b,2
a Program Studi Ilmu Administrasi Publik, Fakultas Ilmu Administrasi, Institut STIAMI
b Program Studi Ilmu Administrasi Publik, Fakultas Ilmu Administrasi, Institut STIAMI
1 istianah@stiami.ac.id *; 2 yenia@stiami.ac.id

* corresponding author

ARTICLE INFO ABSTRACT

Article history Bekasi Regency, one of the districts affected when rainfall is high occurs
Received according to data from BPS during 2016 the average rainfall reached
Revised 2,000.12 mm. Public Middle School 3 East Cikarang, one of the areas that
Accepted has the potential for flooding, is caused by a lower land surface than the
surrounding area. Biopori Infiltration Hole, is one of the techniques carried
out for disaster mitigation and can be applied easily by everyone. The
purpose of this study is to find out how much the benefits of biopori as a
Keywords solution to minimize the potential for flooding applied in schools that are
Floods, often affected by flooding. The benefit of this research is that students and
Biopori, Students the community know the benefits of biopori as a whole, not just as a flood
prevention. The results obtained are overall knowledge about biopori, the
benefits of applying biopori, designing a good biopori installation location,
and also designing an effective biopori manufacture.

A. PENDAHULUAN
Analisis Situasi
Kabupaten Bekasi merupakan salah satu kabupaten di Indonesia yang terdampak apabila curah hujan
tinggi terjadi. Menurut data BPS pada tahun 2017(BPS 2017), rata-rata curah hujan yang terjadi di Kabupaten
Bekasi kurang lebih 2.000,12 mm. Curah hujan yang tinggi berakibat volume air meningkat sedagkan daya
serap tanah terhadp air berkuang, sehingga menyebabkan terjadinya banjir di beberapa titik di Kabupaten
Bekasi. Pembukaan lahan, perataan dan pemadatan tanah untuk pembangunan permukiman maupun prasaran
lainnya menjaid salha satu penyebab daya serapt tanah terhadpa air menurun. Selain itu berkurangnya sumber
bahan organik dalam unsur tanah dan rusaknya lubang-lubang bekas penembusan galian faunah tanah juga
menjadi penyebab menurunya daya serap tanah terhadap air. Banjri terjadi bukan hanya diarea permukiman
saja, bahkan beberpaa sekolah di wilayah Cikarang Timur juga mengalami banjir salah satunya di SMP
Negeri 3 Cikarang Timur. Kondisi tanah yang lebih rendah dari daerah sekitarnya menyebabkan SMP Negeri
3 Cikarang Timur sering mengalami banjir, selain kondisi tanah yang rendah banyaknya kegiatan pengecoran
jalan dan pembangunan ruang tambanhan di sekitar sekolah juga menjadi penyebab banjir terjadi setiap kali
musim penghujan tiba.
Upaya dalam mengatasi potensi terjadinya banjir dapat dilakukan dengan beberapa cara, seperti
pemeliharaan saluran air serta pengelolaan pembuangan sampah. Salah satu upaya sederhana yang dapat
dilakukan adalah dengan menggunakan teknologi sederhana tetapi memiliki dampak yang sangat besar bagi
lingkungan yaitu Lubang Resapan Biopori (LRB). Lubang Resapan Biopori menjadi salah satu upaya yang
mudah diterapkan di wilayah yang masih mengalami pembangunan, karena dana yang dibutuhkan sedikit
serta efektif dalam proses penyerapan air dan dapat mengurangi jumlah sampak organik.
Lubang Resapan Biopori (LRB) ditemukan dan dikembangkan oleh seorang dosen Ilmu Tanah dan
Sumber Daya Lahan Institut Pertanian Bogor, Jawa Barat pada tahun 2000 yang bernama Ir. Kamir R. Brata,
MSc. Menurut Kamir, lubang resapan biopori yang baru dibuat serta telah diisi sampah bisa memasukan air
sebanyak 1,5 liter hingga 16 liter per menit. Lubang resapan biopori (LRB) adalah lubang-lubang tanah yang
terbentuk akibat aktivitas organisme di dalamnya, seperti cacing, perakaran tanah, rayap, dan fauna tanah
lainnya. Dengan adanya aktivitas fauna tanah pada lubang resapan maka biopori akan terjaga kemampuannya
dalam menyerap air dan akan terus terpelihara keberadaannya.

http://ojs.stiami.ac.id jurnalkomunitas1@gmail.com / jurnalkomunitas@stiami.ac.id


Jurnal Sains Teknologi dalam Pemberdayaan Masyarakat (JSTPM)
e-ISSN : 2722-3957
Vol. 1 No. 2 (Desember 2020), Hal : 63-68

PENINGKATAN RESAPAN AIR HUJAN DAN REDUKSI


SAMPAH ORGANIK DI WILAYAH PERMUKIMAN
DENGAN PEMBUATAN LUBANG
RESAPAN BIOPORI
1 1 1
Sophia Shanti Meilani *, Wahyu Kartika , Dovina Navanti
1
Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik, Universitas Bhayangkara Jakarta Raya, Jl.
Raya Perjuangan, Marga Mulya, Bekasi Utara, Kota Bekasi, Jawa Barat 17121. Telp
: (021) 88955882, 889955883, sophia.shanti@dsn.ubharajaya.ac.id,
wahyu.kartika@dsn.ubharajaya.ac.id, dovina.navanti@dsn.ubharajaya.ac.id

*Korespondensi : sophia.shanti@dsn.ubharajaya.ac.id

Diterima: 30 Oktober 2020 ; Review: 1 November 2020 ; Disetujui: 14 Desember 2020 ; Diterbitkan: 28 Desember 2020

Abstract

Puddles during rainy season and domestic waste have become problems in many cities.
Another recurring problem is decreasing water source during dry season because rain
water hardly infiltrated into the soil. Green open spaces have been converted into building
resulting in the decrease of rain water infiltration. Due to decreasing water infiltration
area, rain water mostly becomes water run off instead of infiltrated water. Domestic waste
management is also another concern in the city. Domestic waste can cause many
problems to the environment and health if it is not managed properly. Mutiara Gading
Timur housing complex is one of the areas in Bekasi city which only has limited green
open space. Most of the area has been transformed into house or street. Biopori
infiltration hole can be an alternative to reduce water run-off and reduce biodegradable
waste. It is made vertically into the soil by digging a hole of 10 – 25 cm in diameter dan
100 cm depth. Organic waste is placed on the top of biopori infiltration hole. It will
decompose and turn into compost which will improve organisms activity in the soil and
create pores to infiltrate water.

Keywords : biopori, water infiltration, waste reduction

Abstrak

Genangan air di musim hujan dan tumpukan sampah telah menjadi masalah bagi banyak
kota. Masalah lain yang sering dialami adalah kekeringan di musim kemarau yang
diakibatkan sedikitnya air hujan yang mengisi kembali rongga tanah. Semakin banyaknya
lahan hijau yang berubah fungsi menjadi bangunan menyebabkan berkurangnya daerah
resapan air. Dengan berkurangnya daerah resapan air, hujan yang turun tidak meresap
kembali ke dalam tanah melainkan mengalir di permukaan.Hal lain yang harus menjadi
perhatian adalah pengelolaan sampah domestik. Apabila tidak dikelola dengan baik,
sampah domestik menimbulkan masalah bagi lingkungan dan kesehatan. Perumahan

Available Online at http://ejurnal.ubharajaya.ac.id/index.php/JSTPM

63
Sophia Shanti Meilani, Wahyu Kartika, Dovina Navanti
Diterima : 30/10/2020 ; Review : 1/11/2020 ; Disetujui : 14/12/2020 ; Diterbitkan : 28/12/2020

Mutiara Gading Timur merupakan salah satu tempat di kota Bekasi yang hanya memiliki
sedikit daerah resapan air karena sebagian besar lahan telah dipergunakan sebagai
rumah atau jalan.Pembuatan lubang resapan biopori dapat menjadi alternatif untuk
mengurangi volume air permukaan, meningkatkan tingkat resapan air hujan ke dalam
tanah, dan mereduksi sampah organik yang mudah terurai. Lubang resapan biopori
dibuat vertikal ke dalam tanah, dengan diameter 10 – 25 cm dan kedalaman sekitar 100
cm. Di bagian atas lubang diisi dengan sampah organik yang kemudian akan terurai
menjadi kompos.Adanya kompos di bagian atas lubang biopori akan meningkatkan
aktivitas organisme dalam tanah yang membentuk rongga-rongga untuk meresapkan air
ke dalam tanah.

Kata kunci : biopori, resapan air, reduksi sampah

1. PENDAHULUAN
Sirkulasi air di permukaan bumi dan atmosfer tidak pernah berhenti dan mengikuti
siklus hidrologi. Kebutuhan air di bumi dapat terpenuhi dengan adanya siklus hidrologi.
Air hujan yang turun sebagian akan masuk ke dalam tanah melalui proses infiltrasi dan
sebagian lagi bergerak di atas tanah menjadi air permukaan. Air yang masuk ke dalam
tanah mengisi rongga dalam tanah dan mengisi cadangan air dalam tanah. Air
permukaan bergerak dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah melalui saluran,
misalnya saluran drainase, sungai, dan laut.
Salah satu fungsi lahan adalah untuk meresapkan air hujan yang jatuh ke
permukaan tanah. Masalah banjir sering melanda kota-kota di Indonesia yang
berhubungan dengan semakin berkurangnya daerah resapan air. Sebagian besar lahan
hijau sebagai daerah resapan air di perkotaan telah beralih fungsi menjadi bangunan dan
jalan. Dengan berkurangnya daerah resapan air, hujan yang turun tidak meresap kembali
ke dalam tanah melainkan mengalir di permukaan. Bila jumlah air permukaan meningkat
dan saluran drainase tidak dapat menampung debit air yang masuk maka air meluap
menjadi banjir (Widyastuti, 2013). Selain banjir, masalah lain yang sering dialami adalah
kekeringan di musim kemarau yang diakibatkan sedikitnya air hujan yang mengisi
kembali rongga tanah (Brata & Nelistya, 2008).
Pengelolaan sampah yang tidak tepat juga dapat menjadi penyebab banjir. Sampah
yang dibuang ke sungai dan saluran drainase menyebabkan berkurangnya daya
tampung saluran dan aliran air menjadi terhambat sehingga air meluap menjadi
banjir(Karuniastuti, 2014). Sebagian besar sampah yang dihasilkan di Indonesia
merupakan jenis sampah organik. Saat ini sebagian besar sampah organik langsung
dibuang ke tempat pembuangan tanpa pengolahan. Hal ini menyebabkan tingginya
volume sampah yang harus diangkut dan luasnya lahan tempat pembuangan akhir yang
harus disediakan. Jumlah sampah organik dapat dikurangi dengan melakukan
pengomposan. Pada proses pengomposan, sampah organik akan diuraikan menjadi
unsur hara yang dibutuhkan tanah dengan bantuan mikroorganisme. Pengomposan
mengubah sampah organik yang berpotensi menimbulkan pencemaran menjadi sesuatu
yang bermanfaat.

64 Jurnal JSTPM 1 (2) : 63-68 (Desember 2020)


Available Online at SAINS TANAH Website : http://jurnal.fp.uns.ac.id/index.php/tanah/
SAINS TANAH – Journal of Soil Science and Agroclimatology, 12 (1) , 2015, 1-9
RESEARCH ARTICLE

EVALUATION ON SUSTAINABILITY OF TECHNOLOGICAL DIMENSION BIOPORE


ABSORPTION HOLE MANAGEMENT FOR SOIL WATER CONSERVATION
IN SEMARANG CITY
Elesvera Destry1,3*), Hartuti Purnaweni1), Syafrudin Syafrudin2)
1)
Department of Environmental Science, Post Graduate Programme,
Diponegoro University, Semarang, Indonesia
2)
Department of Environmental Engineering, Faculty of Engineering,
Diponegoro University, Semarang, Indonesia
3)
Environment Agency of Bengkulu Province
Submitted : 2015-06-05 Accepted : 2016-02-19

ABSTRACT

Biopore technology Innovation is an easy and cheap technology that can be applied in any
class of society. Biopore Absorption Hole (BAH) is a cylincric vertical hole with a relatively small
diameter. Eventhough the diameter is not so big, it is still effective to absorb groundwater. The
dimension of technology reflected how this BAH tecnology is applied to the Management of BAH
within the society of Semarang City. In order to achieve maximum results, an evaluation toward the
sustainability of the dimension of BAH Management technology in Semarang City needs to be
performed. The objectives of this research are to:1) studying the status of technology dimension in
maintaining BAH, 2) studying sensitive attributes having influence toward index value and the
sustainability status of technology dimension in maintaining BAH, as well as 3) formulating the
priorities for policies applicable to technology in maintaining BAH in Semarang. The research took
place in three administrative villages (Srondol Wetan, Jatingaleh, and Bendan Ngisor) in the city of
Semarang. Those three locations were chosen to represent upper, middle, and lower regions of
Semarang as water absorption area.The analysis of status determining data and leveraging factor
was conducted using RAP – biopore method, while the the making of policy priorities was performed
by using Analitycal Hierarchy Process (AHP).Results suggest that the status of the sustainability of
Semarang’s BAH Management technology dimension was on “less sustainable” status (25,01 –
50,00). The strategy of enhancing influential sensitive attributes to improve sustainability status was
a great success in affecting the values and sustainability status.

Keywords : Biopore, RAP-Fish Modification, Sensitive Attribute, AHP, BAH Management.

Permalink/DOI : http://dx.doi.org/10.15608/stjssa.v12i1.249

INTRODUCTION need of land. Such increase in the need of


The city of Semarang is the capital of land is the implication of the various roles and
Central Java Province. It is the fifth biggest city functions of the physical development in
with the highest population among other urban area consisting of the use of
regions in Central Java. Along with the ever farming/plantation and non-farming soil such
growing population comes an ever increasing as residential, governmental, trade and
_____________________________________ services, as well as industrial area. Together
* Coresponding Author : with the demand and the fulfillment of the
Email : elesveradestryst@yahoo.co.id (E. Destry) need of land, comes a shift in functions in
Tel. : 089633050438
urban and rural area. Places which used to

STJSSA, ISSN p-ISSN 1412-3606 e-ISSN 2356-1424, parent DOI : 10.15608/stjssa


Destry et al. / SAINS TANAH – Journal of Soil Science and Agroclimatology, 12 (1) , 2015, 2

be forest area, water absorption area, into the ground. An absorption well is too big
farming, and plantation, now turns into and the materials filling it cannot be utilized
commercial area. by soil biota as an energy source in the
The potential impacts that can happen creation of biopore. Soft matters carried by
due to the change in the way of using the land water filtered by filling materials can block the
is the emergence and dominance of surface cavities between the materials and thus
runoff resulting in damaged farms or reducing absorption rate. A big diameter will
plantations, fields, floodings, and local increase absorption blockage and reducing
puddles in various residential areas. In the absorption rate (Alimaksum, 2010).
addition, the flood is also triggered by low
infiltration level leading to the inability of the MATERIALS AND METHODS
soil to absorp water. Flood can also be caused The research was conducted in three
by surface runoff with a volume bigger than administrative village, Srondol Wetan,
the capacity of drainage system or river flow Jatingaleh, and Bendan Ngisor, belonging to
system (Haryani, et al., 2008). the city of Semarang (Figure 1).
It is hoped that the existence of biopore
can assist the soil in performing its function in
absorbing water. Biopore is shaped like a
burrow (small tunnels) placed under the
ground with branches very effective in
channeling water and air into the ground. The
pores can increase the soil’s capability in
containing water by circulating water and
oxygen into the ground. Automatically, the
more biopores existed underground, the
more healthy the soil in the area will become.
Based on Forestry Minister’s
Regulation No. 70/2008 on the Technical
Guidelines of Land and Forest Rehabilitation,
Biopore Absorption Hole (BAH) is an effective
and eco-friendly tecnology to address flooding
by enhancing water absorption capabilities,
turning organic trash into compost, and
reducing greenhouse gas emissions (CO2 and Figure 1. Map of Research Location
methane), and utilizing the role of soil fauna’s
activities and the roots of plants in solving the The research was a descriptive
problems caused by water puddles such as quantitative research employing primary and
dengue fever and malaria. secondary data. Primary data were obtained
Biopore technology utilizes a cylincric through survey, observation, and interview
vertical hole with a relatively small diameter with respondents in research area.
but still effective to absorb groundwater. This Respondents are determined using simple
technology is considered more effective than random sampling. Respondents chosen were
absorption well in terms of absorbing water BAH Management stakeholders such as

STJSSA, ISSN p-ISSN 1412-3606 e-ISSN 2356-1424, parent DOI : 10.15608/stjssa


Sumatra Journal of Disaster, Geography and Geography Education, June, 2020, Vol. 4, No. 1, pp. 100-104
DISASTER, GEOGRAPHY, GEOGRAPHY EDUCATION http://sjdgge.ppj.unp.ac.id/index.php/Sjdgge
ISSN : 2580 - 4030 ( Print ) 2580 - 1775 ( Online), Indonesia

THE EFFECT OF USING BIOPORE ON FLOOD REDUCTION IN


DISTRICT OF BESUKI, TULUNGAGUNG REGENCY
Nur Isroatul Khusna1, *Saiful Amin2, and Cipta Estri Sekarrini3
1
Faculty of Tarbiyah and Teacher Training, Institut Agama Islam Negeri Tulungagung, Indonesia
2Faculty of Tarbiyah and Teacher Training, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, Indonesia
2,3
Doctor Candidate, Department of Geography Education, Universitas Negeri Malang, Indonesia
Email: amin.geo87@pips.uin-malang.ac.id

*Corresponding Author, Received: May 1, 2020, Revised: May 10, 2020, Accepted: May 20, 2020

ABSTRACT: The District of Besuki is one of the regions in Tulungagung Regency which has karst
morphology. The high quantity of rainfall and unpredictable weather in the karst area can increase the risk of
natural disasters such as floods and landslides. The technology of making biopore infiltration holes can be used
as one of the solutions in flood disaster mitigation efforts. These infiltration holes generally used in dense areas
of settlements or regions that have minimal water catchment areas. This study aims to determine the use of
biopore to prevent flood in Gambiran, Besole Village, district of Besuki, Tulungagung Regency. This type of
research is an experiment. The measure water absorption was utilizing a variety of tools such as double-ring
infiltrometer, stopwatch, special ruler measuring the water speed. The results showed that the use of biopore is
effective in reducing the impact of flooding in karst topographic areas, especially in Gambiran Hamlet, Besole
Village, Besuki district, Tulungagung Regency. This was proven by experiments conducted by making
comparisons between treated soils with biopore infiltration holes and soils without any treatment. During one
month, with four times the treatment of water absorption can increase more than doubled. If the point without
treatment is only able to absorb water as deep as 23 cm / 30 minutes or an average of 0.7 cm/minute, then the
treatment point can absorb water as deep as 57cm / 30 minutes or with an average value of 1.9 / minute. With
the increasing absorption of groundwater, the use of biopore infiltration holes can reduce the impact of flooding
in karst areas, especially in Gambiran Village Besole Village Besuki District Besuki Tulungagung Regency.

Keywords: Biopore, Flood Reduction, Tulungagung Regency

1. INTRODUCTION Disaster Management Agency), two subdistricts


that were prone to flash floods were identified by
Besuki sub-district, Tulungagung Regency is the Tulungagung BPBD team in Besuki and
one of the sub-districts that has karst morphology. Bandung Districts [4]. Gambiran Hamlet Besole
Various typical natural features show that the Village Besuki Subdistrict is an area affected by the
domain is a visible karst region in this area where natural floods in 2016 where the flood was severe
many limestone host rocks. The mining products compared to other regions of Tulungagung.
are abundant compared to other areas, and there is Gambiran area which has a kart area has arid forests
typical vegetation of the karst region, namely teak and is close to Sungai Parit Agung and Parit Raya,
trees. From the data recorded by the sanitation if rainfall is high causing the area is still potentially
POKJA in Tulungagung Regency, there is 88.72 ha experiencing flooding in the following years
of mining land used in Besuki from 123.53 ha of Therefore, sustainable management for the karst
mining land located in Tulungagung Regency. region needed that is environmentally friendly and
In addition to the advantages of the area in the can be carried out by all components of the
Karst region, which is rich in mining materials, this community. The use of scientific facilities in the
region also has various problems that can harm form of man-made products that are ecologically
places or creatures in the region. In earth science, friendly needed as an effort to mitigate natural
karst identified with a perishable area, where disasters, such as biopore. The technology of
underlying rocks are readily soluble, and the soil is making biopore infiltration holes can be used as one
infertile [1]. Various threats can trigger damage in of the solutions in flood disaster mitigation efforts
the area. Problems with the natural environment and [5]. These infiltration holes generally used in dense
erratic weather conditions add to the adverse effects areas of settlements or regions that have minimal
of regions that have karst morphology. The high water catchment areas [6].
quantity of rainfall and unpredictable weather can Making biopore infiltration holes are expected
increase the risk of natural disasters such as floods to be able to minimize the effects of floods in the
and landslides [2] [3]. karst region [7] [8] [9]. Based on the studies that
According to the Tulungagung BPBD (Regional have done before, there are some features of the use

100
Sumatra Journal of Disaster, Geography and Geography Education, June, 2020, Vol. 4, No. 1, pp. 100-104
DISASTER, GEOGRAPHY, GEOGRAPHY EDUCATION http://sjdgge.ppj.unp.ac.id/index.php/Sjdgge
ISSN : 2580 - 4030 ( Print ) 2580 - 1775 ( Online), Indonesia

of biopore compared to other methods, namely: 1) Furthermore, the difference is that if O2 is more
increasing the absorption of groundwater; 2) able to significant than O1, the quality control group has a
convert organic waste into compost; 3) able to positive effect, and if O2 is smaller than O4, it has
improve soil fertility; and 4) making it very easy a negative impact [11].
and straightforward [5] [8].
The researcher hopes that the technology of 3. RESULTS AND DISCUSSION
making biopore infiltration holes can be used as a
solution to reduce flood disasters in Tulungagung Description of Pre-action Soil Absorption Data
Regency. These infiltration holes generally used in
densely populated areas or areas that have minimal They measure the absorption capacity of
water catchment areas. This simple and groundwater in pre-action activities carried out to
environmentally friendly technology is still rarely conduct a pretest. The results of the pretest of water
used, and researchers previously suggested the need absorption at two points are as follows.
for action in the form of socialization to the public
about the importance of using biopore. Table 1. Pretest Soil Absorption

2. METHOD No. Time (minutes) Point A Point B


1. 5 2 3
This type of research is experimental research. 2. 10 7 8
The experimental study is research conducted 3. 15 17 9
4. 20 22 22
through preliminary activities aimed at getting the 5. 25 23 24
intended results. This research is one part of the 6. 30 23 24
kind of quantitative analysis [10]. Source: Results of data analysis, 2018
The instrument used in this study, to measure
water absorption utilizing a variety of tools such as From the data above explains about the amount
double-ring infiltrometer, stopwatch, special ruler of water infiltration until it reaches a constant
measuring the water speed. condition that is for 30 minutes. At point A it
Methods of data collection include observation permeates 23 cm deep, and at point B it penetrates
and field studies; mapping; remote sensing; 24 cm.
Interview; treatment/action in the form of
infiltration measurements using a double-ring Description of First Action Soil Absorption Data
infiltrometer.
The treatment or action in this research is in the The first action to measure soil fertility is carried
form of an experimental work carried out on the out at five predetermined points and is the same as
sample to obtain data on water absorption. The the place for measuring water absorption. The data
procedure is given by using several specialized analysis of soil fertility obtained in the field and
tools and techniques, namely by the measurement laboratory are as follows.
method using a double-ring infiltrometer. At the
selected points, each double-ring infiltrometer will Table 2. Water Absorption First Action
be install. Then measures and measurements with
specific rhythm patterns are carried out to determine Time
Absorption (cm)
the rate of infiltration of water per unit time. No. Point Point Point Point
(minutes)
A B C D
To measure and know the use of biopore to
1. 5 12 17 66 66
minimize the impact of flooding, namely by 2. 10 25 30 78 75
conducting field research activities by measuring 3. 15 39 48 85 89
the level of infiltration of land without biopore (as a 4. 20 45 50 96 94
control variable) and with biopore (as a variable 5. 25 47 53 98 95
6. 30 47 53 98 95
subject to action). To obtain water absorption
Source: Results of data analysis, 2018
figures using the double-ring infiltrometer
measurement technique. Data analysis using
From the data above, it explains about water
formulas:
infiltration at the points given treatment and points
that are used as control variables. Points A, B, C,
R O1 X O2
and D are the points treated. At Point A, water can
R O3 - O4
Information:
constantly seep 47 cm for 30 minutes. At point B, at
R = control group and experiment taken by random method. the same time, it can absorb 53 cm of water. At
O1 & O3 = Both of these groups observed by carrying out the Point C, 98 cm of water incorporated in the soil with
pretest. the same time-frequency of 30 minutes. At point D,
O2 = variable that has been subject to quality control.
O4 = variable that is not subject to quality control.
95 cm of water absorbed over 30 minutes. While the
absorption capacity by using a double ring (as a

101
PengabdianMu: Jurnal Ilmiah Pengabdian kepada Masyarakat
Volume 4, Issue 2, Page 105–110 September 2019 e-ISSN: 2654-4835 p-ISSN: 2502-6828
http://journal.umpalangkaraya.ac.id/index.php/pengabdianmu/article/view/892
DOI: https://doi.org/10.33084/pengabdianmu.v4i2.892

Penyuluhan Teknik Pembuatan Lubang Biopori dalam Pencegahan


Banjir di Desa Pemalongan Kecamatan Pelaihari Kabupaten Tanah
Laut
Extension of Bioporical Hole Techniques in Flood Prevention in Pemalongan Village Sub
District of Pelaihari, Tanah Laut District

Akhmad Gazali* Abstrak


Fathurrahman Pemanfaatan lahan yang tidak sesuai dengan kaidah-kaidah
konservasi dan melampaui kemampuan daya dukungnya, akan
Hendra Cahyadi menyebabkan terjadinya lahan kritis. Disamping itu perilaku
masyarakat yang belum mendukung pelestarian tanah dan
lingkungan menyebabkan terjadinya bencana alam banjir pada
Department of Civil Engineering, musim penghujan. Perlu upaya untuk meningkatkan pengelolaan
Universitas Islam Kalimantan sumber daya air, yaitu untuk menjaga agar kuantitas air tanah tetap
Muhammad Arsyad Al Banjari terjaga sehingga menjamin ketersediaan air bagi masyarakat.
Banjarmasin, Banjarmasin, South Pengembangan sumur resapan dan pembuatan lubang biopori ini
Kalimantan, Indonesia dimaksudkan sebagai media menahan dan menyimpan air hujan.
Lubang biopori adalah teknologi lingkungan yang murah dan baik.
*email: akhmadgazali51@gmail.com Modal utama adalah keinginan dan kesadaran manusia untuk
menyelamatkan lingkungan mereka dari ketersediaan air dan polusi
air. Penyuluhan teknik pembuatan lubang biopori dilakukan
Kata Kunci dengan metode ceramah disertai tanya jawab, dan demonstrasi.
Lubang Biopori Metode ceramah diperlukan untuk menjelaskan konsep upaya
Konservasi Sumber Daya Alam pengelolaan dan kelestarian keberadaan sumber air serta lubang
Banjir biopori secara umum, sedangkan tanya jawab untuk memberi
Desa Pemalongan kesempatan para peserta lebih memahami konsep sehingga bagi
yang belum paham dapat menanyakan. Metode demonstrasi
Keywords: diperlukan untuk memperjelas proses teknik dan tahapan cara
Biopore Hole pembuatan biopori.
Natural Resource Conservation
Flood Abstract
Pemalongan Village Land use that is not in accordance with conservation rules and
exceeds the capacity of its carrying capacity, will cause critical land.
Received: June 2019 The behavior of the people who have not supported the preservation
Accepted: August 2019 of land and the environment have caused floods in the rainy season.
Published: September 2019 Efforts are needed to improve the management of water resources,
namely to keep the quantity of groundwater maintained so as to
ensure the availability of water for the community. The
development of infiltration wells and making biopore holes is
intended as a medium to hold and store rainwater. Biopori holes are
cheap and good environmental technology. The main capital is
human desire and awareness to save their environment from water
availability and water pollution. Extension of biopore hole making
techniques is done by the lecture method along with questions and
answers and demonstrations. The lecture method is needed to
explain the concept of management efforts and the sustainability of
the existence of water sources and biopore holes in general, while
the question and answer to give the opportunity for participants to
better understand the concept so that those who do not understand
can ask. Demonstration methods are needed to clarify the process of
the technique and the stages of making biopore.

© 2019 Authors. Published by Institute for Research and Community Services Universitas Muhammadiyah
Palangkaraya. This is Open Access article under the CC-BY-SA License
(http://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/). DOI: https://doi.org/10.33084/pengabdianmu.v4i2.892.
PengabdianMu: Jurnal Ilmiah Pengabdian kepada Masyarakat,Vol 4 No 2, September 2019,Page 105-110 p-ISSN: 2502-6828; e-ISSN: 2654-4835

PENDAHULUAN banjir pada musim penghujan (Hong et al., 2014;


Taryono, 1992).
Membuat lubang biopori adalah solusi teknologi ramah
Dalam rangka pemanfaatan sumber daya alam baik
lingkungan untuk mengatasi ketersediaan air tanah
berupa tanah dan air perlu direncanakan dan dikelola
dengan memanfaatkan sampah organik melalui lubang
secara tepat melalui suatu sistem pengelolaan Lubang
kecil di tanah. Air dan sampah adalah hal-hal yang tidak
Resapan Biopori (LRB). Untuk menghindari hal tersebut
dapat dipisahkan dari kehidupan makhluk hidup,
di atas perlu dilakukan upaya pelestarian lahan kritis,
termasuk manusia. Setiap manusia menghasilkan
dan pengembangan fungsi lubang biopori terus
sampah dari aktivitasnya sehari-hari. Terkadang
ditingkatkan dan disempurnakan. Lubang Biopori pada
sampah menjadi sumber masalah pencemaran
lahan kritis dimaksudkan untuk memulihkan
lingkungan, padahal sampah memiliki potensi besar
kesuburan tanah, melindungi tata air, dan kelestarian
dalam menyelamatkan lingkungan, jika diolah dengan
daya dukung lingkungan (Sembel & Rondonuwu, 2016).
bijak dan bijak. Adapun air, sangat penting untuk
Salah satu upaya pokok dalam pengelolaan LRB adalah
makhluk hidup. Tanpa air, makhluk hidup akan mati.
berupa pengaturan keseimbangan pada lingkungan
Oleh karena itu, perlu untuk mengolah air dan sampah
yang kurang daerah peresapan. Brata (2009) menjelaskan
untuk mempertahankan kehidupan (Yohana et al., 2017).
biopori adalah lubang sedalam 80-100cm dengan
Pembuatan biopori dapat dilakukan dimana saja,
diameter 10-30 cm, dimaksudkan sebagi lubang resapan
dengan ketersediaan tanah yang tidak terlalu luas.
untuk menampung air hujan dan meresapkannya
Teknologi yang dikembangkan oleh Brata (2006) sangat
kembali ke tanah. Biopori memperbesar daya tampung
cocok diterapkan di wilayah perkotaan yang tanahnya
tanah terhadap air hujan, mengurangi genangan air,
penuh bangunan sehingga penyerapan air menjadi
yang selanjutnya mengurangi limpahan air hujan turun
minim. Dengan memanfaatkan lubang kecil dan
ke sungai (Santosa et al., 2018).
sampah organik maka wilayah perkotaan yang terlihat
Dari aspek perencanaan ditempuh melalui
kering dan gersang akan berubah menjadi wilayah yang
penyempurnaan pembuatan biopori di lingkungan
ramah lingkungan.
sekitar masyarakat. Di akspek inilah diharapkan akan
Pemanfaatan sumber daya alam yang berupa tanah dan
dapat menjadi acuan pelaksanaan pembuatan biopori
air sebagai salah satu modal dasar pembangunan
oleh semua kalangan masyarakat (Ulfah et al., 2016).
nasional, harus dilaksanakan sebaik-baiknya
Biopori secara umum, dapat mengurangi resiko bahaya
berdasarkan azas kelestarian, keserasian dan azas
banjir di daerah yang kurang lahan peresapan air. Tidak
pemanfaatan yang optimal, yang dapat memberikan
hanya sebagai pencegah banjir, penerapan biopori yang
manfaat ekonomi, ekologi dan sosial secara seimbang
secara rutin akan menghasilkan pupuk kompos yang
(Nursalam, 2010). Penggunaan pemanfaatan tanah dan
sangat bermanfaat (Widyastuty et al., 2019). Solusi
lahan yang tidak sesuai dengan kaidah-kaidah
pemecahan masalah yang diajukan secara operasional
konservasi dan melampaui kemampuan daya
untuk menjawab permasalahan yang ada tersebut yaitu
dukungnya, akan menyebabkan terjadinya lahan kritis
dengan menyelenggarakan penyuluhan pentingnya
(Kubangun et al., 2014). Disamping itu perilaku
pembuatan lubang biopori dan teknik pembuatan
masyarakat yang belum mendukung pelestarian tanah
lubang biopori di Desa Pemalongan, Kecamatan
dan lingkungan menyebabkan terjadinya bencana alam

106
EKOBIS ABDIMAS Volume 2, Nomor 1, Juni, 2021
Jurnal Pengabdian Masyarakat E - ISSN: 2721-9933

Penerapan Lubang Resapan Biopori Guna Menanggulangi Genangan Air


Hujan Di Desa Bohar Kecamatan Taman Sidoarjo

Indah Nurhayati*1, Setyo Purwoto2, Pungut3


1,2,3
Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik, Universitas PGRI Adi Buana Surabaya
Email : indahnurhayati@unipasby.ac.id

ABSTRAK
Pada saat intensitas hujan tinggi, Desa Bohar terutama di RW 9 mengalami genanngan air dan masyarakat
belum memanfaatkan sampah organik rumah tangga secara optimal. Untuk menanggulangi genangan air
hujan dan sampah organik salah satu alternatif dengan menggunakan lubang resapan biopori (LRB).
Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan, ketrampilan, dan
kesadaran kepada masyarakat tentang pembuatan dan manfaat LRB. Metode pelaksanaan pengabdian
diawali dari survey lokasi, penyuluhan dan praktek pembuatan LRB, dan monitoring serta evaluasi.
Hasil dari kegiatan ini adalah masyarakat memperoleh, pengetahuan dan kertampilan serta kesadaran
membuat LRB; membangun 20 buah LRB; LRB mengurangi genangan air terutama pada saat hujan
dengan intensitas hujan tinggi; sampah organik dari rumah tangga diolah menajdi kompos dengan
dimasukan ke dalam LRB.
Kata kunci: Genangan air, Lubang Resapan Biopori, Sampah Organik

ABSTRACT

When the intensity of rain is high, Bohar Village, especially in RW 9, experiences waterlogging and the
community has not utilized household organic waste optimally. To cope with rainwater puddles and
organic waste, one alternative is to use biopore infiltration holes. This community service activity aims to
provide knowledge, skills, and awareness to the community about the manufacture and benefits of
biopore infiltration holes. The method of implementing the service begins with a site survey, counseling
and practice of making biopore infiltration holes, and monitoring and evaluation. The result of this
activity is that the community acquires knowledge and skills as well as awareness of making biopore
infiltration holes; build 20 biopore infiltration holes; biopore infiltration holes reduces waterlogging,
especially when it rains with high rain intensity; organic waste from households is processed into
compost by putting it into the bio pure infiltration holes.
Keywords: Biopore Infiltration Hole, Organic Waste, Waterlogging

PENDAHULUAN
Bohar merupakan adalah sebuah desa yang masuk dalam wilayah Kecamatan Taman
kabupaten Sidoarjo. Desa Bohar mempunyai luas wilayah 148 ha, terdiri dari 9 RW dengan
jumlah penduduk 5902 jiwa (“Kecamatan Taman Dalam Angka,” 2020). Kabupaten Sidoarjo
salah satu kebupaten yang berbatasaan langsung dengan Kota Surabaya. Tingginya urbaninsasi
di Kota Surabaya menyebabkan pertumbuhan perumahan di Sidoarjo juga meningkat. Keadaan

52
EKOBIS ABDIMAS Volume 2, Nomor 1, Juni, 2021
Jurnal Pengabdian Masyarakat E - ISSN: 2721-9933

ini membuat infrastruktur pertumbuhan ekonomi terus meningkat. Pertumbuhan perumahan


mengakibatkan berkurangnya ruang terbuka hijau dan sawah. Lahan sawah banyak yang beralih
fungsi menjadi perumahan. Pada umunya perumahan juga dilengkapi dengan pengerasan jalan
menggunakan, aspal, semen, beton atau paving sehingga membatasi air hujan masuk ke dalam
tanah (Purwaningrum et al., 2021).
Pada saat curah hujan tinggi air hujan langsung masuk ke drainase, atau menggenang di
pemukiman yang lebih rendah. Air hujan yang jatuh tidak dapat tertampung dalam air tanah,
dapat menyebabkan banjir dan genangan air, jika daerah tangkapan air atau tanah sudah jenuh
oleh air. Genangan air hujan dan banjir akan mengakibatkan terganggunya aktifitas masyarakat
Desa Bohar. Untuk mengatasi banjir selain membersihkan selokan dari sampah juga dilakukan
dengan memperbanyak kesempatan air hujan masuk ke dalam tanah, yaitu dengan menambah
daerah resapan dan tangkapan air, dengan membuat sumur resapan dan LRB (Yohana et al.,
2017). Tanah dengan LRB akan meningkatkan laju infiltrasi air hujan dari 4,5 cm/jam menjadi
38,1 cm/jam, dan 1 buah LRB pada luas tanah 100 m2 dapat mengurangi debit limpasan 10,82%
(Ichsan & Hulalata, 2018)
Pertumbuhan penduduk juga berdampak pada meningkatnya volume sampah rumah tangga.
Timbulan sampah rumah tangga dapat memberikan dampak, antara lain lingkungan menjadi
kotor, menjadi sumber penyebaran bibit penyakit, menimbulkan bau yang tidak sedap,
menyumbat saluran air sehingga dapat mengakibatkan banjir (Purwaningrum et al., 2021).
Kesadaran masyarakat Desa Bohar terhadap pengelolaan lingkungan terutama dalam
mengelola sampah organik juga masih rendah. Masyarakat masih banyak yang membakar
sampah dan membuang ke sungai. Masyarakat masih mempunyai pemikiran bahwa sampah
merupakan bahan yang harus dibuang dan tidak mempunyai kegunaan. Padahal sampah organik
dari rumah tangga dapat dijadikan pupuk kompos yang sangat bermanfaatn dalam bidang
pertanian dan pertamanan. Pihak pemerintah desa juga belum memberikan solusi yang tepat
untuk mengatasi permasalahan lingkungan warganya. Pemerintahan desa perlu menambah
kapasitasnya dalam melindungi dan meningkatkan kesadaran masyarakatnya dalam mengatasi
kesehatan lingkungan
Menurut Peraturan Menteri Kehutanan No. 70 tahun 2008 tentang Pedoman Teknis
Rehabilitasi Hutan dan Lahan, disebutkan bahwa konservasi tanah dan air, antara lain dilakukan
53
Journal of Innovation and Community Engagement (Journal of ICE) e-ISSN: 2776-0421
Vol. 02, No. 01, (August, 2021)

The Effect of Greenhouse and Biopore on Community


Development of Economy and Knowledge of Citeureup Village
During the Pandemic

Tania Verasta1*
1
Engineering Physics, School of Electrical Engineering
Telkom University, Bandung, Indonesia
taniaverasta@student.telkomuniversity.ac.id
Ihsan Maulidin , Hapsah Aulia Azzahra3, Aulya Sholehah Wataawa Sau Bhis Sobri4,
2

Amaliyah Rohsari Indah Utami5


2,3,4,5
Engineering Physics, School of Electrical Engineering
Telkom University, Bandung, Indonesia
ihsanmaudilin@student.telkomuniversity.ac.id, hapsahauliaa@student.telkomuniversity.ac.id,
aulyasw@student.telkomuniversity.ac.id, amaliyahriu@telkomuniversity.ac.id

(Received May 04, 2021, accepted June 29, 2021)

Abstract

Citeureup Village, RW 06, located in Bandung Regency, West Java Province, is a regional
area with low-level economy. The Covid-19 pandemic has made it worse and adding
difficulties to the villagers. On the other hand, this area also often experiences flooding with
an erratic pattern. Therefore, efforts are needed to improve local food security, economy, and
flood disaster mitigation for the Citeureup Village community. Efforts has been made by
Telkom University, some through activities carried out by students of the Undergraduate
Program in Engineering Physics (TF), which were to carry out community service activities
funded by the Village Development and Empowerment Holistic Program (PHP2D) in 2020.
These activities were decided by decree number 29/E2/KM/2020. The results of these
activities are the construction of a Hydroponic Greenhouse (HG) on 10m x 4m and biopore
infiltration holes as many as 45 hole constructions throughout RW 06 Citeureup Village.
Three months after construction, HG's existence has succeeded in improving Citeureup
Villagers behavior and practical knowledge in hydroponic and biopore systems from 21% to
98%. As conclusion, Telkom University has succeeded in playing role in improving
knowledge, local food security, economy, and reducing flood inundation at Citereup Village.

Keywords: biopore; economy; food security; greenhouse; hydroponics

21
The Effect of Greenhouse and Biopore on Community Development of Economy and Knowledge of Citeureup Village 23
During the Pandemic

make good use of the land by constructing hydroponic systems, seedling, planting and
maintaining plants, and organizing the results of hydroponic plants so that they can improve
food producing and the community's economy.

A hydroponic greenhouse is a building that functions as a place for cultivating horticultural


crops with a hydroponic farming system. Agricultural land problems in Citeureup Village can
be resolved by building a hydroponic house. Hydroponics is a method of farming without
using soil media, but with nutritious mineral solutions or other materials. Soil substitutes
must contain nutrients such as coconut husk, mineral fiber, sand, broken bricks, sawdust, and
others (Chandra, 2016). Hydroponic cultivation can develop quickly because this method has
many advantages. The main advantage is that plants can grow and produce better than
ordinary planting techniques (M.K., 2015). Meanwhile, if you use conventional techniques,
you need a large area for planting, the use of pesticides that can damage environmental
sustainability, and the harvest period for conventional is longer than hydroponics (Ariati et
al., 2018).

On the other hand, to solve the problem of flooding that always occurs in Citeureup Village,
Hidrobici Team provided a solution in the form of biopore infiltration hole construction,
which covered most of RW 06 area, at Citeureup Village. With the presence of biopore
infiltration holes, water absorption can be accelerated (Ichsan & Hulalata, 2018). When this
happens, there is no longer standing water around the residential houses.

As a side effect of the community service activities, the level of public awareness in the
importance of knowledge about hydroponic house construction and about biopore infiltration
hole construction increases. With the construction of hydroponic houses, the community gets
several benefits. The community can save for every harvest process they get. For food
security, the community can save a few percent more compared to before the hydroponic
house construction. Besides, the community can improve the flood disaster mitigation effort
in Citeureup Village. This have a positive impact on the improvement of knowledge for every
household in the Citeureup Village and could extend to their neighborhoods and hopefully to
other villages beyond.

Journal of Innovation and Community Engagement (Journal of ICE) e-ISSN: 2776-0421


Vol. 02, No. 01, (August, 2021)
© 2021 Program Studi Ilmu Lingkungan Sekolah Pascasarjana UNDIP
JURNAL ILMU LINGKUNGAN
Volume 19 Issue 1 (2021) : 53-59 ISSN 1829-8907

The Effect of Activator Addition to the Compost with Biopore


Infiltration Hole (BIH) Method

Yenni Ruslinda1, Rizki Aziz1, Larasati Sekar Arum1, dan Novita Sari1

1Environmental Engineering, Engineering Faculty, Andalas University, Padang, Indonesia; e-mail:


yenni@eng.unand.ac.id

ABSTRACT
The composition of organic waste reaches 59% of the total municipal solid waste in Indonesia. One way to process organic
waste is composting by utilizing microorganisms to break down waste into compost. Naturally, the composting process took
a long time but can be accelerated by adding microorganisms to the activator. This study analyzes the quality and quantity of
compost using the Biopore Infiltration Hole (BIH) method with activator addition. Composting was duplicated in the yard area
with clay soil type and water infiltration rate of 0,3 cm/hour. The BIH was made in a 10 cm diameter, a 100 cm depth, and the
distance between the holes was 50 cm. Composting variations consist of variations in the composition of the raw materials
and the activators' uses. Variations in the raw material composition consisted of 100% yard waste, 100% food waste, 50%
yard waste and 50% food waste, and 70% food waste and 30% yard waste. In contrast, the activator variations consisted of
no activator, EM4 activator, and Stardec activator. Compost analysis consists of maturity, quality of physical and macro
elements, and quantity of compost. The results showed that all variations of composting had met the standard of maturity and
quality of physical and macro elements according to SNI 19-7030-2004. The addition of activator affected composting time
and compost quantity. The composting time in BIH with activator ranges from 41-60 days. In BIH without activator ranges
from 65-75 days, there was a reduction in composting time by 15-25 days with the activator addition. However, the activator
addition caused reducing the compost quantity by 10-20%. The selection of compost variations by scoring results in compost
with a composition of 50% yard waste and 50% food waste and the addition of Stardec activators was the best variation in
terms of compost maturity, quality, and quantity.

Keywords: Activator, Biopore Infiltration Hole (BIH), Compost, Quality, Quantity

Citation: Ruslinda, Y., Aziz, R., Arum, L. S., Sari, N. (2021). The Effect of Activator Addition to the Compost with Biopore Infiltration Hole (BIH)
Method. Jurnal Ilmu Lingkungan, 19(1), 53-59, doi:10.14710/jil.19.1.53-59

1. Introduction and fungi (Chatterjee, 2017). Domestic waste and yard


Waste is one of the problems that are closely waste were the categories of organic waste that could
related to human activities. Law of The Republic be composted. Fruits waste, vegetable waste, potato
Indonesia Number 18 of 2008 about Waste skins, eggshells, and tea pulp are examples of organic
Management stated that waste is the residue of daily waste that could be easily composted at home (Baya,
human actions and solid natural processes. The 2014). There are several composting methods, one of
increasing population growth and a consumptive which is by composting Biopore Infiltration Hole
lifestyle will be in line with increasing waste (BIH). BIH is a water infiltration method and
production. This condition is proven by data obtained composting on a domestic scale with 10 cm cylindrical
from the Ministry of Environment and Forestry hole made in soil and putting organic material in it as
(2017) that Indonesia's waste production increased food for the organisms so that the biopore formed.
by an average of 1 million tons per year. Data from the Naturally, the composting process took a long time but
Ministry of Environment and Forestry in 2018 stated can be accelerated by adding microorganisms
that Indonesia's total organic waste is 59% consisting contained in the activator (Damanhuri, 2016).
of 44% of food waste and 15% of yard waste. Research about the effect of activators' addition
However, only 7% of the total waste was recycled, and on the quality and duration of composting has been
69% of the waste ended up in landfills, while the rest conducted for several composting techniques.
is in the environment and cannot be handled. Rahman (2016) mentioned that composting using
Therefore, proper processing is needed for the Rotary Kilns produced compost in good quality and a
organic waste problem in Indonesia. shorter time when using Stardec activators than using
One of the ways to process organic waste is by EM4 activators. Octavia conducted another research
composting technique. Composting is a natural (2012) using Takakura composting. The three
process of decomposing organic materials conducted activators used are EM4, Stardec, and Superfarm. EM4
by microorganisms such as bacteria, actinomycetes, and Stardec activators produce better quality
53
PENGARUH PERESAPAN AIR HUJAN MENGGUNAKAN
LUBANG RESAPAN BIOPORI (LRB)
Ashri Febrina Rahmasari1), Suripin2), Sudarno3)
1)
Mahasiswa Pascasarjana Ilmu Lingkungan UNDIP
2)
Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik UNDIP
3)
Jurusan Teknik Lingkungan Fakultas Teknik UNDIP
ashrifebrinar@gmail.com

Abstract
The increasing of quantity and quality of community needs recipitation change the
late of land use from green land which function is as water filtration and to make
organic compost in LRB as water conservation and handling waste as well. This
study is done by making LRB application. Filtration application is taken continues in
every 60 minutes and periodic by used by used bucket and organic natural
decomposition. Compost used was taken from kitchen waste, leaf litter and mixed of
both of them. The density of compost varied from 0,5 kg, 2 kg, and 3 kg per hole. The
observation was done in 14 weeks. Infiltration of LRB increased from the first week
to nineth week and then decreased until the end of observation (fourteenth week) due
to the soil pore had been recharged of water. Maximum infiltrationof LRB with 3 kg
of kitchen waste then filtration of LRB with 2 kg og starfruits leaf litter and LRB with
0,5 kg of mixed waste. Infiltration rate for the first maximum were 274,79 l/h, 250,18
l/h, and 239,4 l/h. The effect of LRB was calculated based in the LRB capacity of
one LRB can contained of 0,2 ;/d household waste during 20 days with 10 weeks
cycle.

Kata kunci : infiltration, LRB capacity, LRB biopore holes, Organic waste and
Household waste

PENDAHULUAN genangan. Oleh karena itu, diperlukan


Pada dasarnya penggunaan lahan adanya upaya untuk memanfaatkan air
memiliki banyak fungsi yaitu lahan hujan, salah satunya dengan
terbangun sebagai pemenuhan sarana meresapkan air hujan ke dalam tanah.
prasarna seperti perkantoran; Salah satu teknologi peresapan air ke
pendidikan; perdagangan; perumahan, dalam tanah yang mudah aplikasinya
dan sebagai lahan konservasi seperti adalah lubang resapan biopori (LRB).
lahan hijau peresapan air. Perubahan LRB dapat dikatakan sebagai alternatif
tata guna lahan terjadi pada berupa upaya perbaikan fungsi hidrologis
meningkatnya pembangunan di lahan lingkungan dalam konservasi air.
tutupan hijau yang semula berfungsi Permasalahan mendasar tidak hanya
sebagai lahan peresapan air, dimana mengenai konservasi air, tetapi
terjadi peningkatan lahan perkerasan permasalahan sampah domestik yang
berupa aspal, beton, semen dan paving. berupa sampah organik dari dapur
Akibatnya, dibeberapa tempat terjadi merupakan timbulan yang paling
PENGARUH BIOPORI TERHADAP INFILTRASI DAN LIMPASAN PADA TANAH
LEMPUNG BERLANAU
Umbu Damar Yudhistira 1), Siti Qomariyah 2), Sobriyah 3)
1) Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil, Universitas Sebelas Maret
2), 3)Pengajar Jurusan Teknik Sipil, Universitas Sebelas Maret
Jln. Ir. Sutami 36 A, Surakarta 57126
e-mail : umbu.damar@gmail.com

Abstract
The amount of water in nature is fixed and follows a stream called the hydrologic cycle. Hydrological cycle is a process associated, in which water is
transported from the ocean to the atmosphere (air), to land and back again into the sea. The hydrological cycle has a very important role for human
life, animals, and plants. The rapid development led to increased land cover which will cause a reduction in infiltration of rain water into the soil
and increases the amount of surface runoff. To overcome these problems, it takes the form of environmental management that can be done easily.
This can be done for example by utilizing existing technologies such as Hole Infiltration Biopori. The purpose of this study was to determine the
effect on infiltration and runoff biopori on silty clay soil with variable rainfall intensity, number biopori, and the slope of the land. The method used
is an experimental method in the laboratory using a rainfall simulator. The parameters used are varied ntensitas rain (torrential evenly, heavy in
the upstream, downstream heavy), the number biopori (0, 6, 12) and the slope is used (0o, 3o). Based on the results, the highest volume of
infiltration on the number biopori 12, 0o tilt, and intensity of heavy rainfall in the upstream. Most on the amount of runoff volume biopori 0, the
slope of 3o, and intensity of heavy rainfall in the downstream. Variations in the amount biopori more dominant effect than variations in slope and
rainfall intensity.
Keywords: biopori, infiltration, runoff, rainfall intensity, slope of the land.

Abstract
Pada prinsipnya, jumlah air di alam ini tetap dan mengikuti suatu aliran yang dinamakan siklus hidrologi. Siklus hidrologi
adalah suatu proses yang berkaitan, dimana air diangkut dari lautan ke atmosfer (udara), ke darat dan kembali lagi ke laut.
Siklus hidrologi ini mempunyai peranan yang sangat penting bagi kehidupan manusia, hewan, dan tumbuhan. Pesatnya
pembangunan menyebabkan tutupan lahan meningkat yang akan menyebabkan berkurangnya resapan air hujan ke dalam
tanah dan bertambah besarnya aliran permukaan. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, diperlukan bentuk penanganan
lingkungan yang dapat dilakukan dengan mudah. Hal ini dapat dilakukan antara lain dengan memanfaatkan teknologi yang
telah ada seperti Lubang Resapan Biopori (LRB). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh biopori terhadap
infiltrasi dan limpasan pada tanah lempung berlanau dengan peubah intensitas hujan, jumlah biopori, dan kemiringan lahan.
Metode yang digunakan adalah metode eksperimental di laboratorium dengan menggunakan alat rainfall simulator. Peubah
yang digunakan adalah intensitas hujan yang bervariasi (deras merata, deras di hulu, deras di hilir), jumlah biopori (0, 6, 12)
dan kemiringan yang digunakan (0o, 3o). Berdasarkan hasil penelitian didapatkan volume infiltrasi terbanyak pada jumlah
biopori 12, kemiringan 0o, dan intensitas hujan deras di hulu. Volume limpasan terbanyak pada jumlah biopori 0, kemiringan
3o, dan intensitas hujan deras di hilir. Variasi jumlah biopori berpengaruh lebih dominan daripada variasi kemiringan dan
intensitas hujan.
Kata kunci : biopori, infiltrasi, limpasan, intensitas hujan, kemiringan lahan.

PENDAHULUAN
Hujan yang jatuh ke bumi baik langsung menjadi aliran maupun tidak langsung yaitu melalui vegetasi atau media
lainnnya akan membentuk siklus aliran air mulai dari tempat yang tinggi (gunung, pegunungan) menuju ke tempat
yang rendah baik di permukaan tanah maupun di dalam tanah yang berakhir di laut. Pada prinsipnya, jumlah air
di alam ini tetap dan mengikuti suatu aliran yang dinamakan siklus hidrologi. Siklus Hidrologi adalah suatu proses
yang berkaitan, dimana air diangkut dari lautan ke atmosfer (udara), ke darat dan kembali lagi ke laut. Siklus
hidrologi ini mempunyai peranan yang sangat penting bagi kehidupan manusia, hewan, dan tumbuhan.
Pesatnya pembangunan fisik dari pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi menyebabkan tutupan lahan oleh
bangunan-bangunan kedap air (beton, aspal, dan sejenisnya) akan menyebabkan berkurangnya resapan air hujan
ke dalam tanah dan bertambah besarnya aliran permukaan (surface run off). Untuk mengatasi permasalahan
tersebut, diperlukan bentuk penanganan lingkungan yang dapat dilakukan dengan mudah. Hal ini dapat dilakukan
antara lain dengan memanfaatkan teknologi yang telah ada seperti Lubang Resapan Biopori (LRB).

e-Jurnal MATRIKS TEKNIK SIPIL/Desember 2014/784


Translated from Indonesian to English - www.onlinedoctranslator.com

CRANE : Civil Engineering Research Journal


Volume 2 Number 1 April 2021 Edition
E-ISSN: 2775-4588

THE EFFECT OF THE BIOPORY SYSTEM TO HANDLE INFLOATING ON


LANU LANU

Novianto1), Alfian Adie Chandra2), Bahtiar3)

Department of Civil Engineering, Faculty of Engineering, University of Cenderawasih


Jl. New Campus Wolker Camp, Waena, Jayapura, Papua, Tel. (0967) 574124
E-mail: noopitoraja@gmail.com1)

ABSTRACT

The problem of inundation is not a simple problem, several factors must be considered, among others, the
increase in flood discharge due to changes in land use, narrowing and silting of the channel due to
settlement pressure and sediment. the problem of high ground water levels and waste problems. For this
reason, the solution for handling puddles on soil with silt conditions is to implement a water conservation
system, one of which is by making biopore infiltration holes. In this study, researchers took locations with
silty soil conditions. the data that has been collected is then processed and analyzed. The primary data
obtained are in the form of the rate of water infiltration into the soil and the value of the infiltration rate
before and after the biopore infiltration hole.

Keywords: Biopore infiltration hole, infiltration, density, permeability

1. Introduction to the earth's surface. This biopore technology


1.1 Background will be able to reduce rainwater runoff by
During the rainy season, there are often soaking more volume of rainwater into the
flooding problems in Jayapura Regency. ground so as to minimize the occurrence of
Locations that are prone to inundation are in puddles. The system is filled with organic
areas with silty soil conditions. At this location, waste to attract microorganisms in the soil,
after the occurrence of heavy rainfall, it will the movements of microorganisms in the soil
cause a very wide inundation and the create pore grooves in the soil to accelerate
inundation height sometimes reaches a the absorption of water by the soil which is
maximum height of 20cm. When inundation then stored in the water basin area in the soil.
occurs, water takes a long time, up to 2 hours
to seep out into the ground. Solutions that
can be done to overcome the problem of 2. Basic Theory
flooding, especially for dense residential areas 2.1 Hydrological Cycle
or those that have minimal rainwater The hydrological cycle is the never-ending
infiltration land, can be done using biopore circulation of water from the atmosphere to the
technology. This biopore technology will be earth and back to the atmosphere with the sun as
able to reduce rainwater runoff by soaking the main guardian in the process. The main
more volume of rainwater into the ground so components of the hydrological cycle are
as to minimize the occurrence of puddles. condensation, precipitation, infiltration, run off,
evaporation and transpiration.
The biopore system is one of the In order to maintain the hydrological cycle
engineering water conservation techniques, in so that its main components can work properly, it
the form of holes made on the earth's surface is necessary to maintain equilibrium through the
that act as the entrance for rainwater that falls. process of filling rainwater with

https://ojs.unikom.ac.id/index.php/jati 18 Novianto/CRANE/2021
Translated from Indonesian to English - www.onlinedoctranslator.com

ISBN 978-979-3793-70-2

BIOPORY HOLE AN EFFORT IN OVERCOMING


PUDDING OF WATER IN THE MUARA TAKUS TEMPLE AREA

Alfian Saleh and Widya Apriani


Lecturer of the Civil Engineering Study Program, Faculty of Engineering, Lancang Kuning University
Email: alfian.saleh@gmail.com

Abstract

Cultural Conservation Preservation is a dynamic effort to maintain the existence of


cultural heritage by protecting, developing, and utilizing cultural heritage in the present
context. How to protect cultural heritage within the framework of conservation is called
protection which is an effort to prevent and cope with damage, destruction, or
destruction by saving, securing, zoning, maintaining, and restoring cultural heritage. The
most basic problem is regarding the hydrological impact of the existence of the Koto
Panjang Hydroelectric Power Plant (PLTA) around the Muara Takus Temple which can
threaten the sustainability of the area. Hydropower dams often cause the Kampar Kanan
River to overflow so that it has the potential for flooding, especially during the rainy
season which can eventually drown the Muara Takus Temple Complex area. The total
area of the Muara Takus Temple area is ± 94.5 Ha. Land use within the Muara Takus
Temple complex is divided into two main parts, namely land land ± 56.44 m² and PLTA
Koto Panjang lake ± 38.06 m². One solution to deal with flooding problems in this temple
complex area is biopore infiltration holes. This biopore infiltration hole technology serves
to reduce rainwater runoff by absorbing more volume of water into the ground so as to
minimize the possibility of flooding. This study aims to provide an overview of planning in
making biopore infiltration holes in the Muara Takus temple area by looking at field
conditions.

Keywords: Muara Takus Temple, Puddle of Water, Biopori Infiltration Hole

I. Introduction It is hoped that the concept of


conservation can be structured as part of
The cultural heritage of the Muara
solving (mitigating) various unspoken
Takus Temple, seen from its geographical
problems. The most basic problem in the
location, has a very strategic location,
Muara Takus temple complex area is
namely in the middle of the trade shipping
regarding the hydrological impact of the
lanes between India and China. Therefore, it
existence of the Koto Panjang
has become an obligation for the Indonesian
Hydroelectric Power Plant (PLTA) around
nation as its heir to try to preserve it.
the Muara Takus Temple which can
However, conservation activities are not an
threaten the sustainability of the area.
easy thing. Various problems must first be
Hydropower dams often cause the Kampar
identified in order to design an appropriate
Kanan River to overflow so that it has the
conservation concept. The results of field
potential for flooding, especially during
observations show that there are two things
the rainy season which can eventually
that need to be taken into account in
drown the Muara Takus Temple area. The
conservation planning, namely those related
total area of the Muara Takus Temple
to the existence of the material cultural
area is ± 94.5 Ha. Land use in the Muara
heritage of the Muara Takus Temple and
Takus Temple area is divided into two
social, economic and cultural problems that
main parts, namely land land ± 56.44 m²
are expected to be challenges or obstacles to
and PLTA Koto Panjang lake ± 38.06 m².
carrying out conservation efforts. By
With the inundation of the reservoir that
identifying the two main things
almost surrounds the entire complex, only
National Seminar on “Mitigation and Adaptation Strategies for the Impact of Climate Change in Indonesia”

241
PENGARUH PERESAPAN AIR HUJAN MENGGUNAKAN
LUBANG RESAPAN BIOPORI (LRB)
Ashri Febrina Rahmasari1), Suripin2), Sudarno3)
1)
Mahasiswa Pascasarjana Ilmu Lingkungan UNDIP
2)
Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik UNDIP
3)
Jurusan Teknik Lingkungan Fakultas Teknik UNDIP
ashrifebrinar@gmail.com

Abstract
The increasing of quantity and quality of community needs recipitation change the
late of land use from green land which function is as water filtration and to make
organic compost in LRB as water conservation and handling waste as well. This
study is done by making LRB application. Filtration application is taken continues in
every 60 minutes and periodic by used by used bucket and organic natural
decomposition. Compost used was taken from kitchen waste, leaf litter and mixed of
both of them. The density of compost varied from 0,5 kg, 2 kg, and 3 kg per hole. The
observation was done in 14 weeks. Infiltration of LRB increased from the first week
to nineth week and then decreased until the end of observation (fourteenth week) due
to the soil pore had been recharged of water. Maximum infiltrationof LRB with 3 kg
of kitchen waste then filtration of LRB with 2 kg og starfruits leaf litter and LRB with
0,5 kg of mixed waste. Infiltration rate for the first maximum were 274,79 l/h, 250,18
l/h, and 239,4 l/h. The effect of LRB was calculated based in the LRB capacity of
one LRB can contained of 0,2 ;/d household waste during 20 days with 10 weeks
cycle.

Kata kunci : infiltration, LRB capacity, LRB biopore holes, Organic waste and
Household waste

PENDAHULUAN genangan. Oleh karena itu, diperlukan


Pada dasarnya penggunaan lahan adanya upaya untuk memanfaatkan air
memiliki banyak fungsi yaitu lahan hujan, salah satunya dengan
terbangun sebagai pemenuhan sarana meresapkan air hujan ke dalam tanah.
prasarna seperti perkantoran; Salah satu teknologi peresapan air ke
pendidikan; perdagangan; perumahan, dalam tanah yang mudah aplikasinya
dan sebagai lahan konservasi seperti adalah lubang resapan biopori (LRB).
lahan hijau peresapan air. Perubahan LRB dapat dikatakan sebagai alternatif
tata guna lahan terjadi pada berupa upaya perbaikan fungsi hidrologis
meningkatnya pembangunan di lahan lingkungan dalam konservasi air.
tutupan hijau yang semula berfungsi Permasalahan mendasar tidak hanya
sebagai lahan peresapan air, dimana mengenai konservasi air, tetapi
terjadi peningkatan lahan perkerasan permasalahan sampah domestik yang
berupa aspal, beton, semen dan paving. berupa sampah organik dari dapur
Akibatnya, dibeberapa tempat terjadi merupakan timbulan yang paling
dominan pada areal permukiman Manfaat LRB adalah untuk
sehingga salah satunya dapat dibuat meresapkan air hujan maka diperlukan
kompos. LRB juga berfungsi sebagai lebih dari satu jumlah LRB pada
komposter alami yang dapat membantu luasan lahan tertentu dengan
mengurangi timbulan sampah perhitungan dengan cara berikut:
(organik) rumah tangga yang akan
masuk ke TPS (tempat pembuangan
sementara). Oleh karena itu, pada
penelitian ini bermaksud menganalisa
pengaruh LRB sebagai upaya Keterangan:
konservasi / pencegahan genangan dan N = Jumlah LRB
besar kapasitas LRB dalam menangani I = Intensitas Hujan )
timbulan sampah (organik) rumah A = luas bidang kedap (m2)
tangga. P = laju peresapan air per lubang
Lubang resapan biopori (LRB) ( )
merupakan lubang berbentuk silindris
berdiameter 10 cm yang digali ke Peresapan air hujan yang
dalam tanah, dimana kedalamannya efektif perlu dilakukan untuk
tidak melebihi 100 cm dari permukaan mengurangi aliran permukaan, dapat
tanah atau tidak melebihi muka air dilakukan dengan biopori untuk
tanah. Biopori adalah pori makro memelihara kelembaban tanah dan
berbentuk liang sinambung berfungsi menambah cadangan air bawah tanah
mempercepat peresapan air ke dalam (ground water). Adapun hubungan
tanah, terbentuk karena aktivitas fauna diameter lubang dengan beban resapan
tanah seperti cacing, rayap dan semut dan pertambahan luas permukaan
(Brata dan Anne, 2008). resapan pada Tabel 1. Berikut:

Tabel 1. Hubungan diameter lubang dengan beban resapan dan pertambahan luas
permukaan resapan
Diameter Mulut Luas Pertambahan Volume Beban
lubang lubang dinding luas (kali) (liter) resapan
(cm) (cm2) (m2) (liter/m2)
10 79 0,3143 40 7,857 25
40 1257 1,2571 11 125,714 100
60 2829 1,8857 7 282,857 150
80 5029 2,5143 5 502,857 200
100 7857 3,1429 4 785,714 250
Sumber : Brata dan Anne (2008)

METODE PENELITIAN dilakukan di daerah sumurboto


Penelitian ini dilakukan dengan semarang, di halaman salah satu rumah
aplikasi penerapan biopori warga. Penelitian ini memiliki variable
dipermukaan berpaving. Penelitian terikat berupa temperatur sampah dan

12 Wahana TEKNIK SIPIL Vol. 20 No. 1 Juni 2015 11-15


Diterjemahkan dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia - www.onlinedoctranslator.com

Jurnal Teknik dan Ilmu Terapan 15 (2): 341-349, 2020 ISSN:


1816-949X
© Jurnal Medwell, 2020

Penentuan Lubang Resapan Biopori sebagai Tangkapan Banjir di


Daerah Genangan Bagian Timur Kota Makassar Berdasarkan
Sistem Informasi Geografis (SIG)

Abdul Rivai Suleman, Hamzah Yusuf, Abdul Nabi, Andi Erdiansa, Shanty Halim and Nur Aulia
Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Ujung Pandang, Jl. Perintis
Kemerdekaan Makassar, 90245 Sulawesi Selatan, Indonesia

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk menentukan lokasi lubang resapan biopori yang sesuai
dengan memanfaatkan Perangkat Lunak Sistem Informasi Geografis (SIG) dalam mengadopsi
teknologi tepat guna Lubang Resapan Biopori (LRB) pada daerah genangan di bagian timur kota
Makassar. Analisis penelitian ini dilakukan dalam bentuk analisis kualitatif untuk mengidentifikasi
jenis tanah dalam penelitian dan juga analisis kuantitatif untuk menentukan lokasi yang sesuai
untuk diterapkan pada Lubang Resapan Biopori (LRB). Secara garis besar, konsep penerapan
teknik analisis super-impose dengan tiga variabel penentuan lokasi analisis Lubang Resapan
Biopori (LRB) seperti jenis tanah, curah hujan dan koefisien daerah terbangun. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa tiga lokasi yang cocok untuk diterapkan Lubang Resapan Biopori (LRB),
yaitu;

Kata kunci: Lubang resapan biopori, resapan banjir, daerah genangan, kota Makassar, GIS, pelaksana

PENGANTAR Konsep drainase yang banyak diterapkan di perkotaan adalah


pengaturan sistem drainase kawasan. Konsep prinsip ini
Banjir merupakan salah satu bencana alam yang sering menyatakan bahwa semua air hujan yang jatuh di suatu wilayah
melanda beberapa negara termasuk Indonesia. Banjir harus dibuang ke sungai. Filosofi membuang air genangan
bandang yang berlebihan sering terjadi pada musim hujan. aliran sungai bisa disebabkan karena menerima beban di luar
Genangan air muncul karena meningkatnya volume air kapasitasnya sedangkan air yang meresap ke dalam tanah tidak
yang mengalir di atas permukaan tanah, baik akibat curah banyak (Wahyuningtyas, 2011).
hujan yang tinggi maupun luapan air sungai, Indrianawati Menurut Basuki (2013), beberapa teknologi resapan
(2013). Mirip dengan kota besar di Indonesia termasuk air ke dalam heart ground pool seperti resapan, parit
Makassar. resapan, dan french drain sudah populer di masyarakat.
Kota Makassar merupakan salah satu kota terbesar di Namun, teknologi peresapan air belum banyak
Indonesia bagian timur yang setiap tahun sering dilanda diterapkan karena berbagai alasan seperti
banjir. Secara geografis Kota Makassar terletak di pesisir membutuhkan tempat untuk meletakkan antara ukuran,
Barat Sulawesi Selatan pada koordinat 119°18'27.97” memakan waktu dan biaya yang relatif mahal. Untuk itu
119°32'31.03” BT dan 5°00'30.18”5°14'6.49. Lintang Selatan diperlukan alternatif teknologi impregnasi yang tidak
dengan luas sekitar 175,77 km2. Banjir biasanya terjadi pada memerlukan waktu proses yang lama serta biaya yang
bulan Desember hingga Februari saat curah hujan tertinggi lebih murah dan teknologi yang ramah lingkungan yang
setiap tahunnya. Beberapa banjir besar pernah terjadi di sesuai dengan menggunakan metode Lubang Resapan
Kota Makassar yaitu pada tahun 1999, 2000 dan 2013. Biopori (LRB).
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya banjir Lubang Resapan Biopori (LRB) adalah lubang di dalam tanah
seperti besarnya intensitas curah hujan. Tata kota yang yang terbentuk dari aktivitas organisme di dalamnya seperti cacing,
kurang baik, pengaruh pasang surut dan pemanasan global perakaran tanah, rayap dan fauna tanah lainnya. Dengan adanya
serta kebiasaan masyarakat dalam membuang sampah ke aktivitas fauna tanah di lubang resapan, maka biopori akan mampu
saluran drainase atau sungai. menyerap air dan terus mempertahankan keberadaannya. Hal ini
Pertumbuhan kota meningkat setiap tahun, yang disebabkan dipicu oleh Kamir R. Bratan guru besar Ilmu Tanah dan Sumberdaya
oleh perubahan penggunaan lahan. Salah satu akibatnya adalah Lahan Institut Pertanian Bogor, Jawa Barat, sejak tahun 2000 yang
meningkatnya limpasan permukaan dan berkurangnya jumlah air menemukan suatu metode teknologi yang sangat sederhana namun
yang meresap ke dalam tanah, yang disebabkan oleh banjir pada memiliki dampak yang sangat besar terhadap lingkungan.
musim hujan dan kekeringan pada musim kemarau. Selama ini,

Penulis yang sesuai: Abdul Rivai Suleman, Jurusan Teknik Sipil, Politeknik Negeri Ujung Pandang,
Jl. Perintis Kemerdekaan Makassar, 90245 Sulawesi Selatan, Indonesia
341
J. Eng. Ilmu Terapan, 15 (2): 341-349, 2020

Data primer diperoleh langsung dengan uji tanah di - Al - - Hai -


laboratorium dan uji lapangan. Data primer sebagai
k - 2,303- -catatan-
- (2)
- Pada - - HF -
berikut:
Di mana:
C Klasifikasi data uji tanah k : Koefisien permeabilitas (cm secG1
C Data uji permeabilitas A ) : Luas buret (cm2) : Panjang kolom
C Data infiltrasi pengamatan situ akutanah (cm)
AT : Luas kolom tanah (cm2) H
Berdasarkan tujuan dalam penelitian ini, maka perlu Saya : Tinggi awal air (cm)
dilakukan analisis kualitatif untuk mengidentifikasi jenis tanah
dalam penelitian, sebagai berikut. Analisis curah hujan, intensitas curah hujan dan debit
limpasan
Analisis tanah: Analisis jenis tanah dilakukan di Curah hujan: Besarnya curah hujan di permukaan bumi
Laboratorium Mekanika Tanah Jurusan Teknik Sipil dinyatakan dalam kedalaman air (mm) yang dianggap
Politeknik Ujung Pandang dengan metode merata di seluruh daerah tangkapan air. Intensitas hujan
pengujian langsung. adalah banyaknya curah hujan dalam satuan waktu,
biasanya dinyatakan dalam mm/jam, mm/hari, mm/minggu,
Klasifikasi tanah: Ada dua sistem klasifikasi yang sering mm/bulan, mm/tahun dan seterusnya yang berturut-turut
digunakan, yaitu USCS (Unified Soil Classification sering disebut hujan per jam, harian, mingguan, bulanan,
System) dan AASTHO (American Association of State tahunan, dll., yang biasa ditangkap di stasiun hujan tetapi
Higway and Transportation Official). Sistem ini stasiun hujan hanya memberikan kedalaman hujan di
menggunakan sifat-sifat indeks plastisitas. Klasifikasi tempat di mana stasiun itu berada, jadi, hujan di area
tanah sistem unified awalnya diperkenalkan oleh stasiun diperkirakan dari titik pengukuran. Jika suatu daerah
Casagrande, 1942 (Joseph, 1986). lebih dari satu stasiun pengukuran ditempatkan secara
tersebar, hujan yang tercatat di setiap stasiun tidak akan
Permeabilitas: Dalam menghitung, pergerakan air melalui sama (Bambang, 2008).
tanah dalam kondisi jenuh dikenal sebagai hukum Darcy Dalam penyusunan rancangan penggunaan air dan
yang digunakan dalam menghitung permeabilitas. Hukum pengendalian banjir, curah hujan membutuhkan curah hujan rata-
Darcy adalah pengukuran aliran air dalam tanah jenuh dan rata di seluruh wilayah yang bersangkutan dan bukan curah hujan
dirumuskan sebagai berikut (Siregar, 2013): permeabilitas di pada titik-titik tertentu. Curah hujan disebut daerah curah hujan
laboratorium menggunakan dua metode untuk yang diperkirakan dari beberapa titik pengamatan curah hujan. Ada
menghitung. beberapa teknik perhitungan curah hujan daerah pengamatan di
beberapa titik, yaitu metode aljabar rata-rata, metode poligon
Uji permeabilitas kepala konstan: Uji permeabilitas kepala Thiessen dan metode Isohyets.
konstan tetap dilakukan jika percobaan yang memiliki banyak Namun, penelitian ini untuk distribusi curah hujan
air dapat meresap ke dalam contoh tanah dalam waktu yang regional, menggunakan metode aritmatika rata-rata.
tidak lama, maka percobaan ini dapat dilakukan dengan Metode ini paling sederhana dalam perhitungan curah
menggunakan persamaan berikut: hujan regional serta didasarkan pada asumsi bahwa semua
pluviometer memiliki efek yang sama. Metode ini cocok
QL (1) untuk daerah dengan topografi datar, alat pluviometer adalah
k-
Ah - t tersebar merata dan biaya individu curah hujan tidak terlalu
jauh dari biaya rata-rata. Luas hujan diperoleh dengan
Di mana: Persamaan. 3, berikut ini:
k : Koefisien permeabilitas (cm secG1) Q :
Volume air yang terkumpul (cm3) L P1 - P2 - P3... - Pn
: Panjang kolom tanah P- (3)
n
H (cm) : Beda tinggi (cm) Di mana:
A : Luas sampel (cm2) P : Curah hujan curah hujan daerah saat ini
T : Waktu yang diperlukan untuk mendapatkan volume (detik)
P1, P2, P3 : Curah hujan stasiun pengukuran n :
Jumlah stasiun pengukuran curah hujan
Uji permeabilitas kepala jatuh: Uji permeabilitas kepala jatuh
dilakukan dimana pada percobaan ini air yang meresap ke Intensitas curah hujan: Intensitas curah hujan adalah curah hujan
dalam contoh tanah sangat kecil, sehingga percobaan ini dapat per satuan waktu. Sifat umum hujan adalah semakin pendek hujan
dilakukan dengan menggunakan Persamaan berikut. 2: yang terjadi, semakin tinggi periode ulang yang terjadi. Intensitas
hubungan antara hujan lama dan hujan biasanya dinyatakan

343
Jurnal Untuk Mu negeRI Vol. 1, No.2, November 2017

ISSN : 2550-0198

PEMBUATAN LUBANG RESAPAN BIOPORI SEBAGAI


ALTERNATIF PENANGGULANGAN BANJIR DI
KELURAHAN MAHARATU KECAMATAN MARPOYAN
DAMAI PEKANBARU
Elsie*, Israwati Harahap, Nofripa Herlina, Yeeri Badrun, Novia Gesriantuti
Program Studi Biologi, Fakultas MIPA dan Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Riau
*Email: elsie@umri.ac.id

Banjir merupakan masalah yang hampir setiap tahun melanda wilayah perkotaan maupun
pedesaan. Banjir disebabkan karena tidak lancarnya saluran pembuangan air (di selokan
atau badan air) yang menyebabkan terjadinya luapan air, kurangnya kesadaran
masyarakat untuk tidak membuang sampah ke aliran air, dan berkurangnya lahan terbuka
yang berguna untuk resapan air. Penyebab banjir di wilayah perkotaan lebih banyak
disebabkan oleh tidak lancarnya aliran air (di selokan) akibat sampah yang dibuang ke
aliran air dan berkurangnya daerah resapan air di pekarangan rumah. Tujuan dari
kegiatan pengabdian masysrakat ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan masyarakat di Kelurahan Maharatu, Kecamatan Marpoyan Damai dalam
pembuatan lubang biopori sebagai upaya untuk penanggulangan dan pencegahan banjir
di sekitar pemukiman masyarakat tersebut yang nantinya dapat diaplikasikan oleh
masyarakat di lingkungan sekitar rumah.

Kata kunci: Lubang Resapan Biopori, Banjir, Kompos

kurangnya kesadaran manusia untuk


PENDAHULUAN tidak membuang sampah ke aliran air,
dan berkurangnya lahan terbuka yang
Pada saat ini, banyak sekali berguna untuk resapan air. Penyebab
wilayah Indonesia yang tidak banjir di perkotaan lebih banyak
terbebas dari banjir. Baik di disebabkan oleh tidak lancarnya
perkotaan maupun di pedesaan. aliran air akibat sampah yang dibuang
Banjir yang terjadi bukan hanya ke badan air dan lahan resapan air
berdampak pada wilayah dimana yang semakin berkurang. Setiap kita
terjadinya banjir tersebut, tetapi juga dapat ikut berperan untuk mencegah
pada wilayah-wilayah sekitar banjir. terjadinya banjir dan dapat dimulai
Dampak yang ditimbulkan sangat dari sekitar tempat tinggal kita.
beragam, mencakup beberapa aspek Penanggulangan banjir untuk daerah
kegiatan manusia seperti kesehatan, yang sudah mulai berkurang daerah
social, pendidikan hingga resapan air dapat diatasi dengan
perekonomian. Penyebab banjir pembuatan lubang resapan biopori
antara lain saluran-saluran (LRB) (Sutandi et. al, 2013).
pembuangan air serta sungai yang
tidak lancar alirannya sehingga Selain mencegah banjir, LRB juga
mengakibatkan luapan air sungai, dapat membantu mengurangi
kekeringan dan membantu
Jurnal Pengabdian Untuk Mu negeRI Vol.1, No.2, November 2017

ISSN : 2550-0198
mengurangi beban sampah kota. 11,26 km2 dengan jumlah Rukun
Menurut (Brata & Nelistya, 2008), Warga (RW) Tingginya penggunaan
teknologi LRB merupakan produk lahan untuk bangunan/pekarangan
yang sederhana, murah dan tidak perumahan menyebabkan
memerlukan lahan yang luas, serta berkurangnya daerah resapan air.
cepat dan mudah dalam Kondisi ini makin diperburuk karena
pembuatannya. LRB sangat tepat banyak halaman rumah warga yang
diterapkan pada lokasi yang memiliki disemenisasi sehingga apabila terjadi
kepadatan bangunan dan pemukiman hujan air yang meresap ke dalam
penduduk. Menurut Peraturan tanah makin berkurang. Sampai
Menteri Lingkunan Hidup Nomor 12 sejauh ini, sebagian besar masyarakat
Tahun 2009 tentang Pemanfaatan Air di Kelurahan Maharatu, khususnya di
Hujan, LRB adalah lubang yang RT 03/RW 07 belum menerapkan
dibuat secara tegak lurus ke dalam teknologi lubang resapan biopori
tanah, dengan diameter 10 - 25 cm sebagai alternatif penanggulangan
dan kedalaman sekitar 100 cm atau banjir dan mengurangi beban sampah
tidak melebihi kedalaman muka air organik rumah tangga.
tanah. LRB sangat tepat diterapkan
pada lingkungan perkotaan yang Kegiatan pengabdian kepada
memiliki kondisi permukiman masyarakat ini bertujuan untuk
dengan kepadatan penduduk yang meningkatkan pengetahuan dan
tinggi karena lahan yang dibutuhkan keterampilan masyarakat di
untuk LRB relatif kecil Kelurahan Maharatu, Kecamatan
(Mulyaningsih et al. 2014). Marpoyan Damai dalam pembuatan
lubang biopori sebagai upaya untuk
LRB merupakan lubang kecil di penanggulangan dan pencegahan
dalam tanah yang terbentuk karena banjir di sekitar pemukiman
adanya aktivitas organism tanah masyarakat tersebut.
seperti cacing, pergerakan akar di
dalam tanah, rayap dan hewan-hewan METODE PENGABDIAN
lainnya. Lubang terisi oleh udara
hingga memasuki aliran air. Air Pelaksanaan kegiatan pengabdian
hujan tidak secara langsung masuk ke ini dalam bentuk penyuluhan dan
dalam selokan tetapi merembes ke pelatihan pembuatan Lubang
dalam tanah melalui lubang tersebut. Resapan Biopori (LRB).
LRB dapat dibuat di halaman depan,
1. Penyuluhan tentang Lubang
belakang atau kebun dari rumah.
Resapan Biopori
LRB dengan diameter 20 cm dan
kedalaman 15 cm dengan jarak 2 m Sebelum dilakukan pembuatan
terbukti sangat efektif dalam lubang biopori, dilakukan penyuluhan
mencegah terjadinya mengalirnya air tentang apa itu lubang resapan
permukaan, erosi dan kehilangan biopori, manfaat serta bagaimana cara
nutrient di lahan pertanian pembuatannya. Penyuluhan
(Permatasari, 2015). dilakukan dilakukan di salah satu
rumah warga dimana lokasi kegiatan
Kelurahan Maharatu merupakan
ini berlangsung. Tujuan
salah satu kelurahan yang berada di
dilakukannya penyuluhan ini adalah
dalam Kecamatan Marpoyan Damai,
untuk member informasi awal tentang
Kota Pekanbaru dengan luas wilayah

94
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota, Vol.13 No.1

PENENTUAN LOKASI DAN JUMLAH LUBANG RESAPAN


BIOPORI DI KAWASAN DAS CIKAPUNDUNG
BAGIAN TENGAH
1
RIA SARAH SANITYA, 2 HANI BURHANUDIN
1
Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik,
Universitas Islam Bandung
Jl. Tamansari No. 1 Bandung, 40116
2
Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik,
Universitas Islam Bandung
Jl. Tamansari No. 1 Bandung, 40116

ABSTRAK

Semakin banyaknya lahan terbangun dan kurangnya Ruang Terbuka Hijau (RTH) maka akan
mengakibatkan berkurangnya kawasan resapan air bagi masyarakat Bandung. untuk peresapan air ke
dalam tanah diperlukan pemanfaatan lubang resapan biopori (LRB) sebagai media konservasi air
tanah juga sebagai suatu upaya pelestarian air tanah dan penanganan genangan air di kawasan
perkotaan. Metode pendekatan yang digunakan yaitu metode dengan teknik analisis kualitatif untuk
mengidentifikasi Lubang Resapan Biopori (LRB) eksisting, serta analisis kuantitatif untuk
mengidentifikasi kebutuhan Lubang Resapan Biopori yang ideal dan untuk penentuan lokasi Lubang
Resapan Biopori (LRB) yang tepat.

Keywords: Lokasi Lubang Biopori Kota bandung

Pendahuluan Fungsi dominan Sungai Cikapundung


Berdasarkan UU No. 26 Tahun 2008 adalah sebagai pemenuhan kebutuhan air
Daerah Aliran Sungai adalah suatu wilayah bersih, selain berfungsi sebagai pemenuhan
daratan yang merupakan satu kesatuan kebutuhan air bersih Sungai Cikapundung
dengan sungai dan anak-anak sungainya memiliki fungsi utama yaitu sebagai jaringan
yang berfungsi menampung, menyimpan dan drainase utama di Kota Bandung. Dalam
mengalirkan air yang berasal dari curah hujan pemanfaatan air permukaan, sekitar 53%
ke danau atau ke laut secara alami, yang batas pelayanan air bersih di Sungai Cikapundung
di darat merupakan pemisahan topografis dan masih diatur oleh PDAM dan 47% air bersih
batas di laut sampai dengan daerah perairan Sungai Cikapundung dikuasai oleh masyarakat
yang masih terpengaruh aktivitas daratan. yang memiliki permukiman di sekitaran
Sungai Cikapundung melintasi di Kota sempadan Sungai Cikapundung. Kondisi pada
Bandung dari bagian utara yang berada di saat ini dapat diketahui bahwa pemanfaatan
Maribaya sebagai wilayah hulu sungai ke air bersih Sungai Cikapundung belum
bagian selatan di Jalan Tol Purbaleunyi maksimal dan tidak sesuai dengan fungsi
sebagai batas kota. Panjang Sungai utama Sungai Cikapundung yaitu sebagi
Cikapundung dari ujung utara (Dago penyedia air bersih. Sistem Drainase yang
Bengkok) sampai dengan batas kota ujung berada di Kawasan Daerah Aliran Sungai
selatan (Jalan Tol Padaleunyi) adalah sekitar Cikapundung dapat dibagi kedalam dua
15,61 Km. bagian yaitu Sistem Drainase Makro dan
Mikro. Sistem Drainase Makro Sungai

Page | 1
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota, Vol.13 No.1

tanah juga sebagai suatu upaya pelestarian air


tanah dan penanganan genangan air di
kawasan perkotaan. LRB adalah berupa
pengaturan keseimbangan pada lingkungan
yang kurang daerah peresapan dan dapat
digunakan pada daerah padat bangunan,
karena LRB mempunyai diameter 10 cm
dengan kedalaman 80 cm.
Dalam rangka menerapkan lubang resapan
biopori perlu diperhatikan beberapa Gambar 1 Tampak Samping Lubang
persyaratan, meliputi : tanah harus mudah Resapan Biopori di dalam tanah
meloloskan air; dibangun tidak melebihi (Brata, 2008).
kedalaman permukaan air tanah (water table)
dalam hal perancangan pembuatan biopori, Manfaat Lubang Resapan Biopori (LRB)
agar kinetik kerja biopori lebih maksimal perlu Pertama, Mencegah Banjir
tempat-tempat yang khusus dan tepat, seperti : Banjir sendiri telah menjadi bencana yang
pada alas saluran air hujan di sekitar rumah, merugikan bagi warga Jakarta.
kantor, sekolah, di sekeliling pohon, pada Keberadaan lubang biopori dapat menjadi
tanah kosong antar tanaman atau batas jawaban dari masalah tersebut.
tanaman; menggunakan sampah organik agar Bayangkan bila setiap rumah, kantor atau
mudah terurai; adanya pemantauan untuk tiap bangunan di Jakarta memiliki biopori
mengisi kembali sampah, karena sampah akan berarti jumlah air yang segera masuk ke
menyusut menjadi kompos; kedalaman tanah tentu banyak pula dan dapat
dinding paralon tidak usah terlalu dalam, mencegah terjadinya banjir.
karena fungsinya hanya untuk menahan tanah Kedua, Tempat Pembuangan Sampah Organik
jatuh; untuk setiap 100 lahan idealnya Lubang Banyaknya sampah yang bertumpuk juga
Resapan Biopori (LRB) dibuat sebanyak 30 telah menjadi masalah tersendiri di kota
titik dengan jarak antara 0,5 - 1 m. Dengan Jakarta. Kita dapat pula membantu
kedalam 100 cm dan diameter 10 cm setiap mengurangi masalah ini dengan
lubang bisa menampung 7,8 liter sampah. memisahkan sampah rumah tangga kita
menjadi sampah organik dan non organik.
Studi Kepustakaan
Untuk sampah organik dapat kita buang
Pengertian dalam lubang biopori yang kita buat.
Lubang Resapan Biopori menurut Ketiga, Menyuburkan Tanaman
Peraturan Menteri Kehutanan Nomor: P.70/ Sampah organik yang kita buang di lubang
Menhut-II/ 2008/ Tentang Pedoman Teknis biopori merupakan makanan untuk
Rehabilitasi Hutan dan Lahan, adalah lubang- organisme yang ada dalam tanah.
lubang di dalam tanah yang terbentuk akibat Organisme tersebut dapat membuat
berbagai aktivitas organisme di dalamnya, sampah menjadi kompos yang merupakan
seperti cacing, perakaran tanaman, rayap, dan pupuk bagi tanaman di sekitarnya.
fauna tanah lainnya. Lubang - lubang yang Keempat, Meningkatkan Kualitas Air Tanah
terbentuk akan terisi udara dan akan menjadi Organisme dalam tanah mampu membuat
tempat berlalunya air di dalam tanah. samapah menjadi mineral-mineral yang
kemudian dapat larut dalam air. Hasilnya,
air tanah menjadi berkualitas karena
mengandung mineral.

Teknologi lubang resapan biopori


memiliki manfaat yang sangat banyak namun
secara garis besar adalah sebagai berikut:

Page | 3
LAJU RESAPAN BIOPORI PADA BEBERAPA TIPE TANAH

BIOPORIAL APPROACHRATE IN VARIOUS SOIL TYPES

Lidia Anike Pandeirot¹)*), Josephus I Kalangi²) dan Alfonsius Thomas²)


¹) Mahasiswa Program Studi Ilmu Kehutanan, Fakultas Pertanian Unsrat Manado, 95115
²) Dosen Program Studi Ilmu Kehutanan, Fakultas Pertanian Unsrat Manado, 95115
*) Korespondensi Email: lidyapandeirot@gmail.com

ABSTACT

The city of Manado annually experiences flooding in certain areas caused by changes in
land use, a cycle of reduction in river capacity, and public awareness in disposing of garbage and
maintaining a very low environment. The study was conducted at four locations namely Pandu sub-
district,Rurukan sub-district,Kali village and Matungkas village. In order to determine the rate of water
absorption and the minimum amount of biopore infiltration holes in four different soil types. From this
research, it is expected to be able to provide information for the government and the developing
community to be taken into consideration in efforts to prevent flooding and minimize surface runoff.
The method in this study uses a factorial randomized design as a method of retrieving data which is
then analyzed using an analysis of two way variants. The results of the study show that the rate of
recharge has a significant effect on the level of depth, and type of soil. The highest absorption rate is in
the regosol soil type and at a depth of 75 cm.
Keywords : Biopori, Floods, Biopore Infiltration Holes

ABSTRAK

Kota Manado setiap tahunnya mengalami banjir pada daerah-daerah tertentu yang
disebabkan oleh perubahan tata guna lahan, siklus pengecilan kapasitas tampung sungai, dan
kesadaran masyarakat dalam membuang sampah serta memelihara lingkungan yang masih sangat
rendah Penelitian ini dilakukan pada empat lokasi yaitu Kelurahan Pandu, Kelurahan Rurukan, desa
Kali dan desa Matungkas. Dengan tujuan untuk mengetahui laju resapan air dan jumlah minimal
lubang resapan biopori pada empat tipe tanah yang berbeda. Dari penelitian ini diharapkan dapat
memberikan informasi bagi pemerintah dan masyarakat yang sedang membangun untuk dijadikan
bahan pertimbangan dalam upaya pencegahan banjir dan meminimalisir limpasan permukaan. Metode
dalam penelitian ini menggunakan rancangan acak faktorial sebagai metode pengambilan data yang
kemudian di analisis menggunakan analisis of varian two way. Hasil dari penelitian menunjukkan
bahwa laju resapan berpengaruh signifikan terhadap tingkat kedalaman, dan jenis tanah. Laju resapan
tertinggi berada pada jenis tanah regosol dan pada tingkat kedalaman 75 cm.
Kata Kunci : Biopori, Banjir , Lubang Resapan Biopori
Tabel 2. Gambaran Lokasi Penelitian

Lokasi Jenis CH/ Titik Lokasi


Penelitian Tanah Kemirigan 1 2 3 4 5
Matungkas 1.90◦ LU dan 1.29◦ LU dan 1.94◦ LU dan 1.24◦ LU dan 1.24◦ LU dan
Regosol 20 mm/7°
309 mdpl 124.94◦ BT 124.30◦ BT 124.89◦ BT 124.46◦ BT 124.53◦ BT
Rurukan 1.34◦ LU dan 1.20◦ LU dan 1.60◦ LU dan 1.58◦ LU dan 1.38◦ LU dan
Andosols 20 mm/12°
700 mdpl 124.88◦ BT 124.75◦ BT 124.61◦ BT 124.29◦ BT 124.58◦ BT
Kali 1.89◦ LU dan 1.19◦ LU dan 1.33◦ LU dan 1.57◦ LU dan 1.97◦ LU dan
Alfisols 20 mm/32°
436 mdpl 124.64◦ BT 124.73◦ BT 124.98◦ BT 124.82◦ BT 124.29◦ BT
Pandu 1.59◦ LU dan 1.60◦ LU dan 1.32◦ LU dan 1.57◦ LU dan 1.93◦ LU dan
Aluvial 20 mm/20°
319 mdpl 124.49◦ BT 124.89◦ BT 124.90◦ BT 124.34◦ BT 124.78◦ BT
Pengukuran laju resapan Berdasarkan analisis keresapan diperoleh
Berdasarkan pengamatan didapat laju resapan perlakuan laju resapan air A3B1 berbeda dengan
yang dipengaruhi oleh jenis tanah pada Kelurahan perlakuan lainnya
Pandu, Kelurahan Rurukan, Desa Kali dan Desa
Kebutuhan Jumlah Ideal Lubang Resapan Biopori
250,00 untuk Setiap Jenis Tanah dengan Kedalaman yang
Resapanl/jam

200,00 Berbeda
150,00
Laju

Telah dijelaskan sebelumnya bahwa jenis


100,00 75 cm 50 cm
tanah dan tingkat kedalaman mempengaruhi laju
50,00 25 cm
resapan. Jenis tanah yang berpasir memiliki laju resapan
0,00
Matungkas Rurukan Kali Pandu
yang tinggi sedangkan jenis tanah yang mengandung liat
Lokasi penelitian cenderung memiliki laju resapan yang rendah.
Pembuatan lubang resapan biopori perlu diperhatian
Matungkas disajikan pada gambar 1.
jenis tanah dan tingkat kedalamannya agar memperoleh
Sumber Data : Hasil analisis, 2018 lubang resapan biopori yang ideal, untuk dapat melihat
Gambar 1. Laju Resapan pada Setiap Lokasi dan jumlah kebutuhan ideal lubang resapan biopori pada
Kedalaman. setiap tipe tanah dengan kedalaman yang berbeda
Tekstur tanah mempengaruhi laju peresapan air dilakukan perhitungan menggunakan persamaan Kamir
kedalam tanah, jenis tanah berpasir mempengaruhi laju Brata dengan laju resapan yang diperoleh dilapangan
peresapan air. Jenis tanah berpasir memiliki laju resapan dan asumsi intesitas curah hujan 20 mm/jam dengan
yang sangat cepat. Berdasarkan penjabaran tersebut luas lahan 1000 m2 .
menyatakan bahwa daerah Matungkas memiliki laju Penelitian yang dilakukan di daerah
resapan yang cepat dikarenakan tekstur tanah yang Matungkas memiliki jumlah ideal biopori terendah
mengandung pasir (Jenis tanah regosol). Daerah dikarenakan laju resapan pada daerah Matungkas
Rurukan, Kali dan Pandu memiliki laju resapan yang sangat tinggi dan juga untuk daerah Matungkas memiliki
lambat karena mengandung liat. Hasil analisis ragam tutupan lahan yang masih banyak tumbuhan, untuk
yang dilanjutkan dengan uji beda nyata terkecil (BNT) melihat perbandingan antara kedalaman 25 cm, 50 cm
memperoleh perlakuan terbaik dari keempat jenis tanah dan 75 cm dengan jenis tanah yang berbeda-beda pada
adalah daerah Matungkas. Matungkas berbeda dengan setiap kedalaman memiliki perbedaan atau tidak dapat
daerah Rurukan, tetapi daerah Rurukan tidak berbeda dilihat pada tabel 4.
dengan Kali dan Pandu. Selain oleh jenis tanah laju Tabel 4. Hasil Perhitungan Uji BNT Laju
peresapan juga dipengaruhi oleh tingkat kedalaman, Resapan Terhadap Kedalaman dan
hasil uji beda nyata terkecil disajikan pada tabel 3. Jenis Tanah
Lokasi Penelitian, Jumlah Biopori dan
Tabel 3. Hasil Perhitungan Uji BNT Laju Resapan Jenis Tanah
Terhadap Kedalaman dan Jenis Tanah Kedalaman
Biopori Matungkas Rurukan Kali Pandu
Laju resapan (l/jam) dan jenis tanah
Kedalaman (lokasi penelitian) Regosol Andisol Alfisol Aluvial
Biopori Matungkas Rurukan Kali Pandu 25cm 2102a 7137b 8266b 8899c
Regosol andisol alfisol Aluvial 50cm 393a 9583c 5194b 9131c
25 cm 9.80a 4.61a 2.93a 2.41a 75cm 180a 3994b 3458a 8783c
50 cm 80.56b 2.83a 4.43a 2.36a BNT 5% 32.44
75 cm 121.49c 8.44a 8.17a 3.06a
Sumber data : analisis data, 2018
BNT 5% 19.43
Berdasarkan kondisi yang ditemukan di
Sumber data : analisis data, 2018 lapangan semakin dalam lubang resapan yang dibuat
semakin banyak air yang dibutuhkan, Semakin berpasir

Anda mungkin juga menyukai