Anda di halaman 1dari 7

IDENTIFIKASI SUMBER PENCEMARAN DI WILAYAH MANGROVE WANA TIRTA KULON PROGO

YOGYAKARTA

IDENTIFIKASI SUMBER PENCEMARAN DI WILAYAH MANGROVE WANA TIRTA KULON


PROGO YOGYAKARTA

A.D. Kusumoa, M.P. Pangestub, A.L. Gaolc, K.N. Waluyad 10-B /


a
17513152/ b17513167/ c17513173/ d17513188

1. Tujuan
a. Mengetahui kegiatan sehari – hari masyarakat di sekitar wisata Hutan Mangrove Wana Tirta
b. Mengetahui sumber pencemar yang berdampak pada perairan di kawasan wisata Hutan
Mangrove Wana Tirta yang meliputi sungai dan laut serta ekosistem di dalamnya
2. Peralatan Lapangan

No Nama Fungsi Gambar


1 Alat Tulis Untuk mencatat semua hasil
observasi maupun wawancara
yang didapat pada kuliah
lapangan di wisata Hutan
Mangrove Wana Tirta.

2 Handphone Berisi aplikasi avenza maps


sebagai petunjuk arah menuju
lokasi kuliah lapangan dan juga
sebagai dokumentasi lapangan.
IDENTIFIKASI SUMBER PENCEMARAN DI WILAYAH MANGROVE WANA TIRTA KULON PROGO
YOGYAKARTA

3. Diskripsi Lokasi Kuliah Lapangan

Lokasi kuliah lapangan berada di wisata Mangrove Wana Tirta berada di Jalan Pasir Mendit,
Jangkaran, Kecamatan Temon, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta. Perjalanan
menuju ke area pengamatan 10 (Krusty Krab) dari parkiran bus, menempuh jarak sekitar 2 km
melewati pemukiman warga dan memasuki kawasan wisata Mangrove Wana Tirta. Area pengamatan
didominasi oleh tambak udang dan warung makan. Beberapa fasilitas yang tersedia antara lain toilet,
sarana ibadah hingga gazebo untuk mendukung kegiatan ekowisata. Terdapat sungai besar di Lokasi
pengamatan yaitu Sungai Bogowonto. Sedangkan zonasi kawasan tambak Udang Vannamei tersebar
di pesisir Kecamatan Temon, Wates, Panjatan, dan Galur;

4. Hasil dan Pembahasan


Nama Umur Pekerjaa Dokumentasi
n
IDENTIFIKASI SUMBER PENCEMARAN DI WILAYAH MANGROVE WANA TIRTA KULON PROGO
YOGYAKARTA

Sugiyant 57 Pemilik
o dan
petani
tambak
udang

Yuni 45 Pemilik
warung
dan
tambak
udang

Narsidi 52 Pemilik *Untuk foto Bersama Bapak Narsidi tidak sempat diambil karena
dan Beliu harus segera menuju tambak udang untuk panen
petani
tambak
udang
Painah 48 Pemilik
warung

4.1. Karakteristik Kegiatan Responden di Zona Pengamatan


Secara umum kegiatan warga di sekitar Mangrove Wana Tirta adalah berdagang dan
budidaya Udang berjenis Vannamei. Untuk lebih detailnya, berikut masing-masing kegiatan
warga di sekitar wisata Mangrove Wana Tirta berdasarkan empat responden yang berhasil
diwawancarai:
a) Responden 1
Responden pertama adalah Bapak Sugianto (57), beliau adalah seorang petani
sekaligus pemilik tambak udang. Tambak yang dimilikinya kurang lebih seluas 1500 m 2
dengan perawatan langsung oleh pemilik. Hal ini dikarenakan untuk perawatan udang
tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang karena akan mempengaruhi hasil panen
IDENTIFIKASI SUMBER PENCEMARAN DI WILAYAH MANGROVE WANA TIRTA KULON PROGO
YOGYAKARTA

udang tersebut. Pada permukaan tambak, dipasang beberapa kincir sebagai suplai oksigen
untuk udang. Untuk pemberian pakan, responden memberikan sebanyak tiga kali pada
pukul 07.00, 11.00, dan 15.00 dengan jenis pakan berupa pelet. Udang dipanen dengan
sistem parsial kurang lebih per 70 hari menggunakan jaring. Setelah panen, dilakukan
pengurasan pada tambak yang bertujuan meremajakan kondisi air tambak. Berdasarkan
pengakuan responden, air kurasan tambak dibuang dan dialirkan ke sungai. Sementara
untuk mengisi tambak kembali diambil air dari bawah tanah menggunakan sumur bor.
b) Responden 2
Responden kedua adalah Ibu Yuni (45) pemilik warung makan sekaligus tambak udang.
Jumlah tambak yang dimilikinya berjumlah dua blok dengan perawatan oleh teknisi
tambak. Seperti tambak udang pada umumnya terdapat kincir untuk suplai oksigen dan
menggunakan sistem panen parsial. Hal yang membedakan adalah periode pemberian
akhir pekan pakan oleh responden kedua berjumlah empat kali sehari yaitu pada pukul
07.00, 10.00, 13.00, dan 16.00. Menurut bu Yuni, semakin besar udang maka pemberian
pakan akan semakin sering dan sekali panen dapat menghasilkan udang sebanyak 1,1 Ton.
Setelah panen, air tambak dikuras dan dibuang oleh responden ke tanah atau daerah di
sekitar tambak. Untuk pengisian air kembali menggunakan sumur bor dengan sumber air
bawah tanah. Sementara untuk kegiatan jual beli, responden menjual makanan ringan
hingga makanan berat. Target utama penjualannya adalah wisatawan yang datang. Hal ini
telah didukung oleh tempat sampah yang berada di dekat warung.
Responden 3
Responden ketiga adalah Bapak Narsidi (52) pemilik tambak dan sekaligus petani
udang dan memiliki 6 blok. Beliau sudah menekuni pekerjaan sebagai petani tambak
udang kurang lebih selama 5 tahun. Gambaran umum tambak maupun proses panen pada
umumnya sama dengan 2 responden sebelumnya. Responden ketiga membuang air
kurasan tambak ke sungai. Untuk perawatan tambak, responden ketiga menggunakan jasa
teknisi untuk uji kualitas air di tambaknya, hal ini dilakukan untuk mengetahui kondisi air
maupun pertumbuhan dan perkembangan udang. Saat pengisian ulang air, responden
tiga biasanya menambahkan kaporit yang bertujuan untuk penjernihan air tambak dan
berguna sebagai desinfektan.
c) Responden 4
Responden keempat
adalah Ibu Painah (48)
seorang pemilik warung
makan di dekat wisata pantai.
Dimana beliau sudah
berjualan kurang lebih 3
tahun dengan menjual
makanan dan minuman
ringan. Lonjakkan pengunjung
biasanya mempengaruhi
timbulan sampah, dimana
terjadi peningkatan timbulan
sampah seiring adanya
lonjakkan pengunjung. Untuk
jenis sampah plastic/botol
terdapat pemulung yang
mengumpulkannya setiap
siang atau sore hari.
Sementara sampah lain yang tidak bisa dijual kembali dikumpulkan dari semua warung
dan dilakukan pembakaran secara kolektif di satu titik pembakaran sampah yang berada
di belakang warung.

4.2. Pengamatan kondisi hidrologi permukaan

Kondisi hidrologi permukaan air secara umum, perairan di kawasan mangrove


IDENTIFIKASI SUMBER PENCEMARAN DI WILAYAH MANGROVE WANA TIRTA KULON PROGO
YOGYAKARTA

merupakan air payau akibat campuran dari Sungai Bogowonto dan air laut yang masuk
melalui muara. Jenis mangrove pada kawasan tersebut merupakan spesies Avicennia alba.
Terdapat Gastropoda di sepanjang kawasan mangrove menuju lokasi pegamatan, salah
satunya berspesies Malaniodes tuberculate. Hal ini mengindikasikan adanya oksigen terlarut
(DO) rendah dan partikel tersuspensi tinggi pada ekosistem perairan.
Warna dari sungai di sekitar tambak udang berwarna kehijauan yang disebabkan oleh
tingginya konsentrasi jumlah alga. Kondisi ini dipengaruhi oleh nutrisi yang berasal dari pakan
udang yang dibuang ke sungai.
Selain pembuangan air kurasan tambak ke sungai, beberapa petani tambak membuang
air tambaknya ke tanah. Hal ini dapat mencemari serta menurunkan kualitas air di dalam
tanah jika dilakukan secara terus menerus. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara,
intensitas hujan yang turun di lokasi pengamatan tergolong rendah pada beberapa bulan
terakhir sehingga mengakibatkan penurunan volume air sungai.

4.3. Pengamatan dan hasil data wawancara limbah/ pencemar


Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan di lapangan, sumber pencemar utama
di wisata Hutan Mangrove Wana Tirta adalah air kurasan tambak udang. Komposisi limbah
tambak udang sendiri sangat kompleks. Air tambak mengandung bahan organic dan kimia dari
pakan udang, probiotik, vitamin, protein serta kaporit. Pakan dan suplemen udang
menghasilkan nitrogen dan fosfor sehingga kemungkinan terjadi eutrofikasi sangat tinggi.
Pencemar yang berhasil diidentifikasi selanjutnya adalah timbulan sampah yang
tersangkut di akar mangrove serta di aliran sungai. Hal ini disebabkan oleh perilaku wisatawan
yang tidak mengindahkan kebersihan dengan membuang sampah sembarangan. Kemudian
diperparah dengan kurang tersedianya wadah sampah di sekitar daerah wisata.
kegiatan lain yang dapat mengakibatkan pencemaran adalalah pembakaran sampah
yang dilakukan oleh warga sekitar. Berdasarkan hasil wawancara, warga membakar sebagian
sampah yang tidak laku terjual dan sebagiannya yang masih bernilai rupiah diambil oleh
pengepul. Diperkirakan jika semakin tingginya timbulan sampah yang dibakar dapat
mengakibatkan pencemaran udara di sekitar lokasi pengamatan maupun zona tambak udang
hingga kawasan konservasi mangrove.

4.4. Analisis potensi masalah ekosistem pesisir yang muncul di zona pengamatan
Potensi malasalah yang akan terjadi apabila disinggung dari sumber pencemar antara
lain:
1. Air kurasan/ limbah tambak udang
Air kurasan tambak termasuk ke dalam polutan atropogenik karena disebabkan oleh
aktivitas manusia. Masuknya air kurasan/limbah tambak ke badan air yaitu sungai dan laut
memungkinkan terjadinya pencemaran perairan mengingat muara dari sungai Wisata
Hutan Mangrove Wana Tirta adalah laut. Air tambak mengandung bahan organic dan
kimia dari pakan udang, probiotik, vitamin, protein serta kaporit. Pakan dan suplemen
udang menghasilkan nitrogen dan fosfor serta bahan organic lain dalam jumlah yang
besar. Adanya kandungan bahan organic yang terlalu banyak mengendap disinyalir
berpotensi menyebabkan eutrofikasi. Eutrofikasi dapat mengurangi oksigen terlarut dan
tingginya ammonia yang bersifat toksik bagi biota air. Selain itu beberapa petambak juga
membuang air limbah tambak ke tanah. Hal ini tentu akan mengakibatkan penurunan
kualitas air tanah akibat tercemar air limbah tambak. Apalagi jika air tersebut dikonsumsi
masyarakat setempat tentu dapat mengakibatkan masalah kesehatan seperti ruam, sakit
perut, dan gangguan pernapasan.
Polusi nutrisi juga dapat mengakibatkan hujan asam yang merusak hutan, sungai dan
muara. Senyawa nitrogen udara seperti nitrogen oksida berkontribusi terhadap
IDENTIFIKASI SUMBER PENCEMARAN DI WILAYAH MANGROVE WANA TIRTA KULON PROGO
YOGYAKARTA

pembentukan polutan udara lain seperti ozon di permukaan tanah, komponen kabut asap
yang dapat membatasi jarak pandang.
2. Timbulan sampah
Timbulan sampah yang tersangkut di akar mangrove umumnya berbentuk kemasan
plastik tentu berpotensi menganggu pertumbuhan mangrove serta akan merusak
ekosistem yang berada disana. Sampah yang lolos kemudian terbawa oleh sungai lalu
bermuara ke laut dan menambah jumlah sampah di lautan, berdampak buruk bagi biota
laut dan ekosistem terumbu karang serta secara tidak langsung membahayakan manusia
melalui bioakumulasi dan biomagnifikasi.
3. Pembakaran sampah
Pembakaran sampah yang dilakukan oleh masyarakat setempat dapat menurunkan
kualitas udara ambien di Kawasan Mangrove Wana Tirta dan tambak udang. Jika terjadi
lonjakan pengunjung yang berdampak pada meningkatnya volume timbulan sampah.
Diperkirakan pembakaran semakin besar. Hal ini dapat membahayakan kesehatan
masyarakat setempat terutama gangguan pernapasan.
5. Kesimpulan
1. Umumnya waga bermata pencaharian sebagai petani tambak udang dan berdagang.
2. Diantara sumber pencemar yang berdampak pada perairan di kawasan wisata Hutan
Mangrove Wana Tirta adalah air kurasan/ limbah tambak udang yang dapat
menyebabkan eutrofikasi, air tanah yang telah tercemar dan dikonsumsi masyarakat
setempat dapat mengakibatkan masalah kesehatan seperti ruam dan sakit perut,
serta polusi nutrisi yang dapat mengakibatkan hujan asam. Selanjutnya terdapat
timbulan sampah yang tersangkut di akar mangrove umumnya berbentuk kemasan
plastic yang berpotensi menganggu pertumbuhan mangrove dan mengganggu
ekosistem Hutan, sampah yang lolos bermuara ke laut dan menambah jumlah
sampah di lautan, berdampak buruk bagi biota laut dan ekosistem terumbu karang.
Terakhir yaitu sumber pencemar yang berasal dari pembakaran sampah dapat
menurunkan kualitas udara ambien di Kawasan Mangrove Wana Tirta dan tambak
udang serta membahayakan kesehatan masyarakat setempat terutama gangguan
pernapasan.

6. Daftar Pustaka
Eva, Kristiani. (2019). “Komposisi Jenis Dan Keanekaragaman Vegetasi Mangrove Di Hutan
Mangrove Wana Tirta, Kabupaten Kulon Progo”. Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidkan. Universitas Sanata Dharma: Yogyakarta.
Mulyadi, E., Laksmono, R., & Aprianti, D. (2009). Fungsi Mangrove Sebagai Pengendali
Pencemar Logam Berat. Jurnal Ilmiah Teknik Lingkungan, 33-39.
Prakoso, A. A., & Irawati, N. (2018). Performa Hutan Mangrove Wanatirta berbasis Ekowisata.
Ecotourism STIPRAM.
Pramudji. (2000). Dampak Perilaku Manusia Pada Ekosistem Hutan Mangrove di Indonesia.
Oseana, 13-20.
Tanjung, R., Nurul, K., & Rustadi. (2017). Kajian Fisik Pesisir Kulon Progo Untuk Penentuan
Zona Kawasan Mangrove dan Tambak Udang. Majalah Geografi Indonesia, 22.
IDENTIFIKASI SUMBER PENCEMARAN DI WILAYAH MANGROVE WANA TIRTA KULON PROGO
YOGYAKARTA

Ketentuan Mengerjakan:

a. Laporan Kuliah Lapangan dikerjakan oleh kelompok kelas masing-masing (sudah dibentuk sebelum
kuliah lapangan).
b. Khusus judul dan bab tujuan, dapat dimodifikasi dan dikembangkan sendiri.
c. Laporan dikerjakan dalam kertas A4, jenis huruf Calibri ukuran 11.
d. Laporan ini berformat chapter buku-bunga rampai, buat sebagus dan semenarik mungkin
e. Laporan maksimal 10 halaman, minimal 6 halaman.
f. Laporan dikumpulkan dalam bentuk sofcopy (ms-word) dikirimkan ke email
dhandhunwacano@uii.ac.id, paling lambat hari Kamis Tanggal 5 Desember 2019 Pukul 15.00 WIB
g. Kerjakan dengan jujur, kerjakan sesuai dengan prinsip profesionalitas dan tunjukkan kapasitas
kalian sebagai senior di TL UII.

Selamat Mengerjakan dan Sukses Untuk Kalian !


28 November 2019 Wacano,
D.

Anda mungkin juga menyukai