Anda di halaman 1dari 47

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Dalam rangka mengimbangi pertumbuhan kebutuhan material urug
kegunaan penambangan penimbunan maupun pemerataan tanah baik
untuk infrastruktur serta penambangan pada umumnya Jawa Timur
khususnya di wilayah Surabaya dan sekitarnya sangat dibutuhkan
mengingat kondisi permukaan tanahnya membutuhkan treatment sebelum
dipergunakan.
Peluang tersebut di atas dimanfaatkan oleh PT Muda Mudi Indonesia
(MMI), perusahaan yang bergerak salah satunya dalam bidang
pertambangan yang berpusat di Malang merencanakan usaha
pertambangan tanah urug untuk kepentingan penambangan.
Sesuai dengan PP No. 27 tahun 1999 tentang Amdal, serta berbagai
perangkat peraturan perundangan lainnya yang berkaitan dengan kegiatan
yang akan dilaksanakan, khususnya KEPMENLH No. 11 tahun 2006
tentang Jenis Usaha dan/atau Kegiatan yang Wajib Dilengkapi dengan
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL), kegiatan
pertambangan tanah urug PT MMI di Desa Mojolebak termasuk kategori
kegiatan yang tidak wajib dilengkapi dengan Studi AMDAL, sehingga
harus melakukan studi UKL-UPL sebagai bagian dari studi kelayakan
kegiatan proyek dilihat dari aspek lingkungan hidup.
Di samping berbagai dampak positif yang diharapkan, muncul juga
berbagai dampak negatif yang tidak diinginkan terhadap lingkungan hidup
sebagai efek dari kegiatan penambangan tanah urug. Pelaksanaan
penambangan ini harus pula diikuti dengan kegiatan pengelolaan
lingkungan yang diarahkan pada upaya untuk mencegah atau
menanggulangi dampak negatif dan mengembangkan dampak positif agar
manfaat yang diperoleh dari kegiatan penambangan dapat dioptimalkan
dan berkelanjutan.

1
PT MMI memiliki komitmen yang tinggi di bidang lingkungan
hidup yang dijabarkan ke dalam kebijakan pengelolaan lingkungan hidup
bagi pelaksanaan penambangan sebagai pra penambangan yaitu
penambangan urugan tanah diharapkan akan dapat menimbulkan dampak
penting.
Studi UKL-UPL yang dilakukan merupakan bagian dari proses
perencanaan dalam kerangka operasional komitmen dan kebijakan
lingkungan hidup.

1.2. Maksud, Tujuan, dan Kegunaan Penyusunan UKL dan UPL


Maksud dilaksanakannya studi UKL dan UPL penambangan tanah
urug adalah:
 Merumuskan tindakan pengelolaan dampak yang mungkin
timbul dan upaya pemantauannya untuk menilai
keberhasilan upaya pengelolaan yang telah dilakukan.
 Memberikan informasi kepada instansi dan masyarakat
tentang pengelolaan dan pemantauan dampak lingkungan
sebagai akibat kegiatan yang telah dilaksanakan.
 Melaksanakan ketentuan perundang-undangan yang berlaku
sebagai wujud upaya menunjang konsep penambangan yang
berwawasan lingkungan.
Adapun tujuan dilaksanakannya studi UKL dan UPL penambangan
tanah urug di dusun Mojolebak desa Mojogeneng kecamatan Jetis
kabupaten Mojokerto ini adalah:
 Mengidentifikasikan rona lingkungan hidup, yang
diprakirakan akan terkena dampak akibat pelaksanaan
kegiatan penambangan.
 Mengidentifikasikan kegiatan yang diprakirakan berpotensi
menimbulkan dampak penting terhadap lingkungan hidup.
 Menyusun dokumen UKL dan UPL sebagai pedoman dalam
melaksanakan pengelolaan dan pemantauan dampak penting
terhadap lingkungan hidup baik bersifat positif maupun
2
negatif berkenaan dengan pelaksanaan kegiatan
penambangan yang dimaksud.
 Memberikan rekomendasi mengenai hal-hal yang harus
diperhatikan guna mengoptimalkan dampak penting kegiatan
terhadap lingkungan hidup dan saran tindak dalam
pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup.
Penyusunan UKL dan UPL penambangan tanah urug ini memiliki
kegunaan sebagai berikut:
 Sebagai instrumen pengikat dan acuan bagi pemrakarsa
dalam hal ini penambangan tanah urug di dusun Mojolebak
desa Mojogeneng kecamatan Jetis kabupaten Mojokerto,
yaitu untuk melaksanakan kegiatan pengelolaan dan
pemantauan lingkungan yang berkaitan dengan kegiatan
yang diselenggarakan.
 Sebagai acuan bagi pemerintah daerah setempat, dalam hal
ini Badan Pengendalian Lingkungan Hidup Kabupaten
Mojokerto serta institusi pengawas yang berwenang.

1.3. Identitas Pemrakarsa, Penanggung Jawab, dan Penyusun UKL-UPL

1.3.1. Identitas Pemrakarsa

Nama perusahaan : PT Sederhana Saja Indonesia

Alamat : Jalan Majapahit No.117 Mojokerto

Telepon/fax : 0321 - 4351261

1.3.2. Identitas Penyusun Studi UKL-UPL

Nama Lembaga : Lembaga Pusat Penelitian Lingkungan Hidup


Penelitian : Universitas Wijaya Kusuma Surabaya
Alamat : Kampus UWKS Jl. Dukuh Kupang XXV No.54,
Dukuh Pakis, Kota SBY, Jawa Timur 60225

Telepon/Fax : (031) 5677577

3
Penanggung jawab : Drs. M. Saifuddin, MS.

Jabatan : Kepala

Ketua Tim : Dr. Agus Sutomo, Th. M.

Anggota Tim :

1. Dr. Agung Budi, SpJ


(Kualitas Udara, Kebisingan, Kesehatan Masyarakat)

2. Ir. Syarif Dradjat


(Geologi, Tanah, Tata Ruang, Hidrologi)

3. Dr. Kristina Sedyastuti, MM.


(Ekonomi, Sosial, Budaya, Keamanan dan Ketertiban
Masyarakat)

1.4. Peraturan dan Perundang - undangan sebagai Acuan UKL dan UPL

Peraturan perundang-undangan yang menjadi acuan landasan


hukum dan pedoman dalam pelaksanaan UKL-UPL pertambangan tanah
urug Mojogeneng Jatis, antara lain :

1. Undang-Undang RI Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan


Kerja.

2. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi


Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya

4
3. Undang-Undang RI Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial
Tenaga Kerja (JAMSOSTEK).

4. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan

5. Undang-undang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang

6. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan


Lingkungan Hidup

7. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pokok-pokok


Pemerintahan di Daerah

8. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis


Mengenai Dampak Lingkungan

9. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian


Pencemaran Udara

10. Peraturan Pemerintah RI Nomor 74 Tahun 2001 tentang


Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun

11. Peraturan Pemerintah Nomor 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan


Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air

12. Keputusan Presiden Nomor 55 tahun 1993 tentang Tata Cara


Perolehan Tanah Untuk Pengembangan dan Implementasi
Kepentingan Umum.

13. Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup


Nomor KEP-03/MENKLH/6/1987 tentang Prosedur
Penanggulangan Kasus Pencemaran dan Perusakan Lingkungan
Hidup

14. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Nomor KEP-


13/MENLH/1995 tentang Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak

5
BAB II

RENCANA KEGIATAN

2.1. Nama Kegiatan : Tambang Tanah Urug Quary Mojolebak

2.2. Lokasi Kegiatan : Desa Mojolebak, Kecamatan Jetis

Kabupaten Mojokerto – Jawa Timur

Peta Lokasi Quary Mojolebak dapat dilihat pada Lampiran Teks 2-1.

Titik koordinat lokasi terletak pada:

70 23’ 40” LS 1120 27’ 30” BT

70 23’30” LS 1120 27’ 20” BT

70 23’ 20” LS 1120 27’ 10” BT

70 23’ 10” LS 1120 27’ 0” BT

2.3. Skala Kegiatan

2.3.1.Tipe Tambang : Penambangan Tanah Urug Paras ( PasirKeras)

2.3.2. Keadaan lingkungan di sekitar rencana lokasi Penambangan yang


termasuk ke dalam Desa Mojolebak dideskripsikan sebagai berikut:

Sebelah Kebun campuran,


Utara : kebun singkong

Sebelah
Timur : Lombok

Sebelah
Selatan : Jati

6
Sebelah
Barat : Kebun campuran

2.3.3. Areal Kegiatan

Luas
lahan ± 12,3 ha

Wilayah Mojokerto

Jenis Tanah Urug

Desa Mojolebak

2.3.4. Jadwal Kegiatan

Tabel 2-1

Jadwal rencana penambangan dan pengoperasian Tambang Tanah Urug

Kegiatan Tahun 2015


Juli Agustus September Oktober
Tahap Pra Pra Operasional:
1. Survey Sept – Des.
2. Penguasaan lahan Jan - Feb
3. Persetujuan dana Februari
Tahap Pra Operasional:
1. Pekerjaan Enjiniring Maret
2. Pengadaan alat September
3. Persiapan lapangan dan
Mei
Sosialisasi warga
Pengukuran rencana
4. prasarana infrastruktur September

7
5. Kantor lapangan
6. Test Kebisingan Agustus
7. Test Air September
8. Test Udara Oktober
9. Test Batuan / Tanah Urug Oktober
10. PemasanganTurbine Unit 1 November
11. PemasanganTurbine Unit 2 November
Tahap Operasional:
1. Pengoperasian tambang
November

2. Pengoperasian dan sinkronisasi


November
Kerja
3. Pengoperasian komersial Unit 1 November
4. Pengoperasian komersial Unit 2 November

2.4. Garis Besar Komponen Rencana Kegiatan

Rencana kegiatan yang diprakirakan akan menimbulkan dampak


terhadap lingkungan hidup, dapat dibagi atas 3 (tiga) tahapan, yaitu Tahap
Pra Operasional, Tahap Operasional, Tahap Pasca Operasi.

Kegiatan yang akan dilaksanakan dalam setiap tahapan kegiatan


diringkaskan sebagai berikut:

(1) Tahap Pra-Operasi :

1. Survei Lapangan

2. Pengadaan Lahan

3. Sosialisasi Warga

4. Penambangan Sarana dan Prasarana

5. Mobilisasi Peralatan
8
6. Pembukaan dan pematangan lahan

7. Penggunaan tenaga kerja

(2) Tahap Operasi :

1. Pengoperasian Tambang

2. Pemeliharaan dan reklamasi tambang

(3) Tahap Pasca Operasi :

1. Pemanfaatan eks Tambang

2.4.1. Rencana Kegiatan Tahap Pra Operasi

2.4.1.1. Survei Lapangan

Kegiatan survei lapangan yang akan dilakukan oleh pemrakarsa,


meliputi :

1. Pekerjaan pra survei yakni mengadakan koordinasi dengan institusi


terkait, penjajagan, pemilihan, penetapan lokasi Tambang,

2. Pekerjaan survei untuk melakukan pengukuran dan penyelidikan antara


lain penyelidikan mekanika tanah dan hidrogeologi, dengan pekerjaan
sebagai berikut :

• Survei pengukuran diperlukan untuk mempersiapkan data yang akurat


dalam menentukan elevasi, batas areal tambang, penempatan patok
batas rencana tanah yang akan ditambang, serta menetapkan posisi
patok bench mark sebagai titik dasar survei pekerjaan selanjutnya.

• Penyelidikan mekanika tanah sehingga dapat ditentukan jenis tanah


yang sesuai guna mengetahui jenis material yang bermanfaat dalam
pengurugan.

9
Pekerjaan tersebut dilakukan dengan menggunakan berbagai
peralatan terutama GPS Garmin dengan berbagai perlengkapan lainnya
yang dilakukan oleh tenaga berpengalaman . Adapun untuk survey luas
tanah yang dimaksud adalah untuk petugas survey Dinas ESDM Provinsi
Jawa Timur pada Bulan Juli 2015 yang lalu. Pekerjaan survei dilakukan pula
oleh Team Studi UKL-UPL Tambang yang meliputi pekerjaan: pra survei,
survei dan pengamatan, sampling, interview dan sosialisasi yang
dilaksanakan di dalam tapak tambang dan sekitar tapak tambang yang
dimaksud.

2.4.1.2. Pengadaan Lahan

Lahan untuk Tambang adalah Penduduk setempat Desa Mojolebak


Dusun Mojogeneng. Pada saat ini dimanfaatkan oleh masyarakat untuk
pertanian tadah hujan. Pengadaan lahan melalui proses: pertemuan dengan
masyarakat pengguna lahan, inventarisasi dan klarifikasi luasan dan status
lahan yang akan dibebaskan, penawaran nilai lahan, tanaman di atas lahan
dan pencapaian kesepakatan, pembayaran dan penyerahan ganti rugi atau
kompensasi. Semuanya bisa melalui kontrak sewa maupun pembebasan
lahan.

Proses pembebasan lahan akan ditangani oleh Tim Pembebasan


lahan PT.Sederhana Saja Indonesia. Proses ini dimulai dengan kegiatan
public hearing antara tim pembebasan lahan dengan seluruh masyarakat
yang lahannya akan terkena pembebasan. Penentuan nilai tali asih atas
lahan, dan tanaman tumbuh dan bangunan dilakukan dengan cara
musyawarah untuk mufakat serta mentaati peraturan perundangan yang
berlaku.

Lahan yang akan dibebaskan terdiri atas lahan tapak Kegiatan


Operasional Tambang (± 12,3 ha).

10
2.4.1.3 Sosialisasi ke warga

Demi menjaga akan dampak yang tidak diinginkan atas kedua belah
pihak maka sebelumterjadi transaksi baik yang berupa persewaan maupun
jual beli tanah, maka sosialisasi bagi semua pihak akan dilakukan
sebagaimana yang telah dikerjakan sebelumnya.

Demikian juga berkaitan dengan rencana operasi penambangan yang


akan dilakukan sehingga warga khususnya yang tinggal dekat dengan lokasi
tambang akan mendapatkan penjelasan bahkan juga kompensasi yang
berkaitan dengan dampak yang akan ditimbulkan dengan adanya
penambangan tersebut.

2.4.1.4. Penambangan Prasarana dan Sarana

Sarana infrastruktur jalan adalah menggunakan sarana jalan yang


pernah dipakai penambangan sebelumnya dengan terlebih dahulu dilakukan
perbaikan dan penambahan pengurugan. Adapun jarak sarana jalan menuju
lokasi tambang dari jalan umum adalah lebih kurang 600 meter sedangkan
saat ini kondisi jalan yang ada adalah sepanjang 550m, jadi masih kurang
50 meter lagi.

2.4.1.5. Mobilisasi Peralatan

Peralatan yang dibutuhkan dalam penambangan tanah urug Desa


Mojolebak umumnya didatangkan dari luar Kabupaten Mojokerto Provinsi
Jawa Timur. Jenis-jenis peralatan yang digunakan dalam kegiatan Pra
Operasional tersebut diperincikan pada Tabel 2-2.

11
Tabel 2-2

Jenis-jenis peralatan yang dimobilisasikan pada Tahap Pra Operasi

No. Nama Jenis Alat Jumlah (unit)


1. Dump truck / trailer 50
2 Vibro hammer 1
3 Bulldozer 3
4 Excavator 5
5 Motor grader 1
6 Light truck 1
7 Water tank truck 2
8 Water tank 1
9 Asphalt sprayer 1
10 Asphalt finisher 1
11 Water pump 2
12 Water pass 2
13 Genset 2
14 Air compressor 1
15 Theodolite 2

2.4.1.6. Pembukaan dan Pematangan Lahan

Kegiatan pembukaan dan pematangan lahan yang diperlukan antara


lain meliputi pekerjaan-pekerjaan berikut :

• Pekerjaan pembersihan (clearing, grubbing dan stripping top


soil) meliputi pembersihan lahan dari tumbuh-tumbuhan, batuan
permukaan dan pengupasan permukaan tanah lunak, termasuk
pembuatan jalan sementara menuju area penempatan material
pembersihan itu sendiri. Khusus top soil akan ditempatkan di
pinggiran lokasi yang selanjutnya digunakan untuk keperluan
landscaping. Selanjutnya untuk pekerjaan operasi penambangan
setelah dilakukan aktifitas tersebut di atas diharapkan untuk
proses operasi produksi operasi penambangan akan berjalan
12
sesuai dengan rencana dan kriteria jenis tanah urug yang
diharapkan.

2.4.1.7. Pengerahan dan pengurangan tenaga kerja

Jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan khususnya pada saat pra


operasi dan operasi diperkirakan 27 orang, dan 10 orang diantaranya tenaga
kerja setempat. Tenaga kerja yang digunakan diutamakan berasal dari
daerah sekitar tambang yang berdasarkan kriteria keahlian dan
keterampilannya diperkirakan dapat mencapai sekitar 20 orang. Sedangkan
lainnya sekitar 17 orang tenaga kerja berasal dari luar daerah.

Berdasarkan tingkat keahlian dan keterampilan yang dimiliki, tenaga


kerja tersebut dapat dikatagorikan sebagai supervisor, tukang, mandor,
buruh dan personalia. Sedangkan tingkat pendidikannya dapat bervariasi
mulai dari tingkat SD, SLTP, SLTA, Sarjana Muda atau Diploma, dan
Sarjana (S1). Perkiraan jumlah tenaga kerja yang diperlukan tersebut
disajikan pada Tabel 2-5.

Tabel 2-3

Perkiraan jumlah tenaga kerja pada Tahap Pra operasi dan operasi

No. Posisi / Keahlian Jumlah (orang)

1 Manajerial 5
2 Supervisi 2
3 Tenaga kerja trampil 20
4 Tenaga kerja kasar 10

13
2.4.2. Rencana Kegiatan Tahap Operasi

2.4.2.1 Pengoperasian Penambangan Tanah Urug

Secara umum pengoperasian tambang tanah urug ini dalam


pelaksanaanya adalah memakai system operasional kerja yang terlebih
dahulu dibuat jalannya sehingga memudahkan akan operasional
pelaksanaan dan terjadi koordinasi maupun kecepatan kerja yang lebih
efektif dan efisien.

Selain daripada itu control pengaturan setiap unit kerja akan selalu
dilaksanakan selaras dengan aktifitas kerja yang dilakukan. Untuk itu
monitoring dan laporan berkala akan dilakukantermasuk juga pengawasan
terhadap kondisi lingkungan yang mungkin ditimbulkan dengan adanya
aktifitas penambangan tersebut sehingga selain dapat mencegah terhadap
akses – akses yang ditimbulkan juga demi mengantisipasi terhadap dampak
yang tidak diinginkan antara lain debu yang ditimbulkan karena lalu
lalangnya kendaraan dan penyelamatan biota air maupun darat.

2.4.3 Kegiatan pada Tahap Operasi

Persiapan akan dilaksanakan dan dimulai dengan operasional kerja


dengan memaksimalkan kinerja alat berat dan tenaga manusia yang bekerja
sebagai operator maupun helper operator saat melaksanakan tugasnya.

2.4.4. Rencana Kegiatan Tahap Pasca Operasi

Masa berlangsungnya operasional Tambang sesuai ijin IUP dan juga


potensi ke depan yang mendukungnya. Dalam Tahap Pasca Operasi, sumber
dampak utama (pemanfaatan lahan eks tambang) dan pengelolaan-
pemantauannya diuraikan lebih lanjut dalam UKL-UPL ini.

14
2.5. Sumber-Sumber Polutan dan Penanganannya

Dalam rangkaian sistem operasi pemanfaatan tanah urug, disamping


menghasilkan tanah urug, juga dihasilkan material tanah buangan
(limbahyang tidak sesuai dengan kebutuhan pasar.

Sumber-sumber polutan pada Tambang Tanah Urug adalah :

1. Akibat lalu lalang kendaraan pengangkut material tanag urug yang


memiliki daya angkut tonase sekitar 25 -30 ton m3 maka akan
menimbulkan debu dari jalan maupun di lokasi tambang. Oleh
akrena itu untuk mengurangi dampak tersebut di lokaso maupun kea
rah jalan menuju lokasi Kegiatan Operasional selalu dilakukan
penyiraman secara berkala sehingga jalan terpelihara dan debu yang
beterbangan juga sangat berkurang.

2. Secara berkala PT.Sederhana Saja Indonesia juga akan menunjuk


petugas khusus untuk memberi bantuan berupa masker maupun obat
– obat yang diperlukan jika ada penduduk di sekitar lokasi
penambangan mengalami gangguan ISPA.

3. Untuk material buangan yang berupa top zoil akan dialokasikan di


tempat yang khusus sehingga pada saat selesai dilakukan reklamasi
maka bagian atas tanahnya akan diurug dengnan tanah top soil
supaya dengan demikian humus tanahnya bisa membantu
pertumbuhan dan lokasi tersebut tetap bisa dimanfaatkan untuk
usaha pertanian bahkan saluran irigasinyapun menjadi
memungkinkan untuk dialirkan karena kondisi tanahnya sudah
berupa tanah rata dengan elevasi yang sudah tidak seperti
sebelumnya.

15
BAB III

RONA LINGKUNGAN AWAL

3.1. Komponen Fisik Kimia

3.1.1 Iklim

Wilayah sekitar rencana lokasi Tambang Tanah Urug Mojolebak


termasuk dalam iklim munson tropis. Angin dari Barat Daya membuat
curah hujan cukup tinggi, pada periode November - April. Sebaliknya,
karena adanya pengaruh angin dari Tenggara pada periode Mei -
Oktober, curah hujan menjadi lebih sedikit. Angin munson dari arah
Barat menyebabkan musim penghujan. Musim kemarau jatuh dalam
bulan Mei – Oktober.

Hasil pengumpulan data iklim dari Stasiun Klimatologi sebagai


stasiun terdekat dengan rencana lokasi tambang yang tercatat selama 10
tahun antara 2000 - 2010, menunjukkan suhu udara rata-rata bulanan
berkisar antara 29,23 - 31,17 OC. Suhu maksimum terjadi pada bulan
Agustus dan suhu minimum terjadi pada bulan Desember sampai Januari.

Pengumpulan data curah hujan di Indonesia, diperoleh data selama


tahun 1997 – 2000 menunjukkan rata-rata curah hujan bulanan berkisar
antara 68,38 – 264,25 mm. Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan
Desember dan terendah pada bulan Agustus.

Kelembaban relatif udara rerata bulanan dalam wilayah studi


tergolong tinggi berkisar antara 74.6 % – 85.6 %.

Kecepatan angin rerata bulanan termasuk rendah berkisar antara 0,7


knot atau 0,35 m/det (bulan Pebruari dan Maret) sampai 3,3 knot atau
1,65 m/det (bulan Agustus) dengan rata-ratanya 1,78 knot atau 0,89
m/det. Pada bulan Mei-Oktober (kemarau) arah angin dominan
berhembus dari Timur Laut (NE) dan Timur (E),Sedangkan pada musim
16
hujan (Nopember – April) angin berhembus dari arah Timur (E) dan
Tenggara (SE).

Hasil pengukuran dalam bulan Desember 2006 pada studi UKL-UPL


ini seperti ditunjukkan dalam Lampiran Teks 3-1 dan Tabel 3-1,
menunjukkan arah angin Timur Laut – Barat Daya dan kecepatan 2 – 5
m/s, kelembaban 45 – 65% dan suhu 30 – 320C.

3.1.2 Kualitas Udara dan Kebisingan

Rona lingkungan kualitas udara dan kebisingan, sebagai kondisi


awal sebelum adanya tambang di amati pada tiga titik ukur, yaitu (1)
dalam kawasan rencana Lokasi tambang, (2) persimpangan Jalan Akses
dengan jalan Raya, dan (3) dalam kawasan pertigaan Mojokerto.

Kondisi kualitas udara yang dinyatakan dalam parameter debu


menunjukkan bahwa pada titik KU-3 (= pemukiman penduduk Desa
Bendung) sudah berada di atas baku mutu maksimum yang
dipersyaratkan oleh PP Nomor 41 Tahun 1999, sedangkan di dua titik
lainnya masih berada di bawah baku mutu. Kadar debu yang terukur di
Mojokerto serta jalan menuju jalan raya ini bersumber dari arus lalu
lintas jalan desa yang dalam kondisi kering, sehingga saat dilintasi oleh
kendaraan sangat mudah mendisversikan debu ke udara ambien. Titik
ukur kualitas udara pada Mojokerto maupun arah menuju lokasi tambang
ini tepat berada di tepi jalan desa sehingga kadar debu yang terukur juga
relatif tinggi. Selengkapnya hasil pengukuran kualitas udara dapat dilihat
pada Tabel 3-1.

Dari parameter tingkat kebisingan, seluruh titik pengamatan


memiliki tingkat kebisingan yang berada di bawah baku mutu maksimum
yang dipersyaratkan untuk masing-masing baku mutu yang ditetapkan
sesuai dengan peruntukkannya. Pada titik (1) memiliki tingkat
kebisingan yang paling rendah dibandingkan dengan dua titik pantau
lainnya, hal ini disebabkan karena pada titik (1) = rencana lokasi
tambang) ini tidak ada kegiatan yang menimbulkan tingkat kebisingan,
17
kecuali suara-suara yang ditimbulkan dari hembusan angin yang
menggoyang daun. Selengkapnya hasil pengukuran kebisingan dapat
dilihat pada Tabel 3-1.

Tabel 3-1

Kondisi rona awal kualitas udara dan tingkat kebisingan pada rencana
pengoperasian tambang dan daerah sekitarnya

No Parameter Satuan KU.1 KU.2 KU.3 Baku mutu


1 Kondisi Pengukuran
Cuaca - cerah cerah Cerah -
Arah angin - BL BD BD -
Kecepatan angin m/s 2–4 2–5 3–5 -
Temperatur OC 30 32 32 -
udara
Kelembaban % 65 46 45 -
udara
2 Debu μg/m3 39,31 64,27 274,34 230
3 Kebisingan dBA 36,45 50,12 50,04 55 / 70

Keterangan : (lihat Lampiran Teks 2-1)

• KU.1 : Rencana Lokasi tambang

• KU.2 : Jalan Akses menuju ke tambang

• KU.3 : Di pertigaan Mojokerto kota

Baku Mutu Kualitas Udara menurut PP. Nomor 41 tahun 1999 tentang
Pengendalian Pencemaran Udara

Baku Mutu Kebisingan menurut Kepmen LH Nomor 48/MENLH/11/1996 tentang


Baku Tingkat Kebisingan

Sumber : Lampiran Teks 3-1

18
Tabel 3-2

Kualitas udara di sekitar rencana lokasi Tambang

No Titik Pengukuran Kadar (µg/m3)


Debu SO2 NO2 CO
4 km dari rencana lokasi
1 tambang 126,98 1,0057 6,3945 94,27

2 Desa / dusun terfekat 261,44 0,5106 2,5107 2.232,68

3 Simpang tiga jalan masuk 522,88 6,4527 6,7644 4.798,77

4 Pertigaan Mojokerto 526,32 2,9864 3,2505 6.509,50

5 Pemukiman Jalan Poros 233,92 0,5106 2,6956 1.377,32

Baku mutu*) 230 900 400 30.000

*) Baku mutu menurut Peraturan Pemerintah nomor 41 Tahun 1999, tentang


Pengendalian Pencemaran Udara

Hasil pengukuran debu dalam bulan Oktober 2014 pada studi UKL-UPL ini
seperti ditunjukkan dalam Lampiran Teks-3-1, adalah 39,31 – 274,38 (µg/m3) lebih
kecil dibandingkan hasil pengukuran pada Tabel 3-2 (126,98 – 526,32 µg/m3). Pada
umumnya sumber debu berasal dari debu jalanan yang melayang di udara setelah
dilintasi oleh kendaraan disamping debu yang berasal dari spora tumbuhan yang
terbang ditiup angin.

Tingkat kebisingan di daerah sekitar rencana lokasi tambang pada 3 (tiga)


titik pantau pada studi UKL-UPL ini (Lampiran Teks- 3-1 dan Tabel 3-1), adalah
36,45– 50,04 dBA, masih di bawah baku mutu. Pengukuran tahun 2003 pada titik
pantau di sekitar rencana lokasi tambang adalah 43,8 – 58,9 dBA. Kebisingan ini
bersumber dari kendaraan bermotor yang melintas disamping suara yang
ditimbulkan oleh binatang (seperti burung) dan suara pepohonan yang gemuruh
ditiup angin.

19
3.1.3 Fisiografi dan Morfologi

Sistem fisiografi yang berkembang di daerah rencana penambangan


menjadi bagian dari perkembangan tatanan sistem fisiografi Desa
Mojolebak. Secara morfologi kondisi sistim fisiografi tanah terletak pada
satuan topografi bergelombang/berbukit - bukit. Keberadaan satuan
geomorfik topografi bergelombang terletak di sebelah timur laut dari
lajur sungai Brantas.

Perkembangan relief morfologi satuan topografi bergelombang


tersebut dicirikan dengan kemiringan lereng 5-15% miring ke arah
selatan dengan beda tinggi 5-20m. Sungai yang berkembang adalah
Sungai Brantas. S. Brantas merupakan sungai utama yang pola alirannya
mengarah pada desa di Porong maupun di Surabaya.

3.1.4 Geologi

3.1.4.1 Struktur dan Karakteristik

Tanah di Wilayah Kabupaten Mojokerto ditinjau dari


struktur Geologi yang terbanyak adalah dari batuan pembentuk
Aluvium Plistosen, faces sedimen dan pleitosen faces gunung
berapi. Jadi dari aspek struktur karakteristik pembentuknya
menunjukkan bahwa sebagian besar merupakan endapan alluvium,
endapan ini secara umum merupakan lahan subur untuk usaha
pertanian juga akan memberikan berbagai macam bahan dan
berbagai macam jenis tanah tetapi juga merupakan pembentuk
batuan ini.

3.1.4.2 Tekstur Tanah

Tekstur tanah di Wilayah Kabupaten Mojokerto dibagi


menjadi 2 (dua) macam yaitu tekstur tanah halus seluas27,24%
sedangkan tekstur sedang seluas 76,76% dari total wilayah
Kabupaten Mojokerto. Sedangkan lahan tambang Mojolebak
memiliki tekstur tanah sedang.
20
3.1.5 Hidrologi

Pola tata air di Kabupaten Mojokerto pada umumnya ditentukan oleh


derasnya curah hujan yang turun. Jumlah mata air / sumber air dan pola
aliran sungai maupun tampungan air/bendungan. Adapun kondisi di
sekitar tambang adalah agak jauh dengan sungai Brantas sebagai sumber
air yang utama. Sehingga apabila terjadi musim kemarau berkepanjangan
akan menjadi kering dan aliran imigrasi beserta sungai yang dekat lokasi
tambang pun tidak mengairi dan debitnya menjadi sanagat kekurangan
sekali (kering) sehingga tanah yang memiliki ketinggian seperti tanah
yang diajukan sebagai tanah yang berbukit menjadi sukar untuk diairi.
Maka dengan dilakukan penambangan selain materialnya bermanfaat
untuk pengurukan tanah, lokasi yang ditambang kontur ketinggiannya
bisa menjadi turun serta memiliki potensi lebih besar untuk diairi karena
ketinggiannya terkurangi.

3.1.6 Air Tanah

Kondisi air tanah yang tersedia cukup memadai, jika mengamati dari
keberadaan sumur-sumur di sekitar konsentrasi penduduk pinggiran jalan
raya Mojolebak, di mana fluktuasi kedalaman air sumur ± 5 – 7 m dari
level muka tanah setempat. Pergerakan air tanah di perkirakan bergerak
dari arah Utara, daerah kontur tinggi bergerak ke Selatan mengikuti
dengan keadaan kontur lebih rendah sampai mencapai alur pengumpul
air permukaan dan air tanah yaitu sungai Mojokertodengan laju
pergerakan air tanah berkisar k = 5. 10 −4 cm/dt.

Air hujan yang masuk menjadi air tanah diperkirakan 10 % - 30 %


dari curah hujan tahunan di daerah ini yang besarnya sekitar 2000 mm.
Infiltrasi air hujan menjadi air tanah dipengaruhi oleh kondisi permukaan
daerah recharge. Misalnya 15 % air hujan diperkirakan menjadi air
tanah, maka debit input air tanah dalam sistem air tanah Tinggian
Tutupan yang terjadi adalah setara dengan 0.246 m3/det atau 246 L/det.

21
Dengan faktor keamanan sebesar 1.5, maka debit input air tanah
maksimum sebesar 164 L/det.

Air tanah di wilayah studi terdapat dalam sistem akifer yang disebut
dengan strip thin leaky-multiaquifer system. Dalam sistem akifer ini
aliran air tanah bersifat anisotropik, padamana drawdown searah strike
lebih dominan dibanding drawdown searah dip. Fenomena ini
mengindikasikan bahwa transmisi air lebih banyak terjadi dalam arah
horisontal, sehingga terdapat daerah pengaruh yang searah dengan strike.

3.1.7 Kualitas Air

Pengamatan terhadap kualitas fisik dan kimia air permukaan


dilaksanakan pada sungai dan aliran air (creek) yang terdapat di dekat
lokasi tambang. Studi yang mencakup 2 titik pengamatan (site sampling)
di dalam areal DAS. Hasil pengukuran kualitas air pada ke empat lokasi
pengamatan tersebut secara lengkap dapat di lihat di Lampiran Teks 3-3
(hasil analisis laboratorium). Hasil analisis menunjukkan parameter
kualitas airnya masih berada dalam kisaran yang diperbolehkan menurut
baku mutu air golongan B.

3.1.8 Kebijakan Tata Ruang

Berdasarkan dokumen Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten


Mojokerto 2010-2020, tapak lokasi tambang di Wilayah yang
diperuntukkan sebagai pendukung penambangan yaitu menghasilkan
material tambang galian C

Dalam skala perencanaan yang lebih rinci, yakni seperti yang


tertuang dalam Rencana Tata Ruang Kawasan Penyangga “industri”,
tapak lokasi berada pada kawasan pengembangan Kegiatan Operasional
dan industri, meskipun penggunaan lahan ada yang berupa pertanian
rakyat. Kawasan Kegiatan Operasional ini sendiri adalah merupakan
kawasan yang diharapkan dapat mendukung perkembangan industry
mengingat Mojokerto sudah terlewati akses tol yang memudahkan arus

22
transportasi perdagangan selain juga adanya akses jalan artileri lainnya
yang selama ini dipakai aktifitas roda ekonomi.

Akses jalan primer yang menghubungkan Kota Mojokerto dengan


kota-kota Kecamatan lainnnya maupun sebagai jalan utama untuk lintas
propinsi yang diperkirakan akan mengalami pertumbuhan sangat cepat.

3.1.9 Tanah

Pengumpulan data kualitas tanah dilakukan dengan pengambilan


contoh di tapak lokasi tambang dan di lingkungan sekitar lokasi yang
disesuaikan dengan tata guna lahan. Pengambilan contoh terusik
dilakukan dengan menggunakan ring sample dan contoh tanah terusik
dengan cara pemboran pada kedalaman 0-30 cm dan 30-60 cm. Sampel
tanah kemudian diambil dan dianalisa di Laboratorium Kualitas Tanah
Pusat Penelitian Lingkungan Hidup Universitas Brawijaya Malang.
Pengambilan contoh tanah dilakukan pada tapak lokasi tambang dan di
lingkungan sekitar tambang dengan menggunakan konsep katena
(toposequen) pada tiga posisi lereng antara lain; (1). Punggung bukit (T
1), (2). Pelembahan (T 2), dan (3). Puncak bukit (T 3).

3.1.10 Status Hara dan Sifat Tanah

Hasil analisis contoh tanah pada beberapa lokasi tapak tambang.


Selengkapnya disajikan pada Tabel 3-3. Hasil analisis tanah kemudian
diberikan harkat jenisnya menurut kriteria dari Pusat Penelitian Tanah.

23
Tabel 3-3

Hasil analisis contoh tanah pada berbagai lokasi pengambilan sampel


Lokasi
Sampel

No. Parameter Satuan T1 T1 T2 T2 T3 T3


(30- (30- (30-
(0-30) 60) (0-30) 60) (0-30) 60)

1 Tekstur

Pasir % 8.29 6.17 29.63 24.29 23.03 15.16

Debu % 27.68 32.67 24.41 30.37 49.02 25.73

Liat % 47.90 50.55 30.51 33.73 12.88 38.31

PSH % 16.13 10.61 15.45 11.62 15.07 20.81

2 Bulk density g/cm3 1.21 - 1.23 - 1.29 -


3 Permeabilitas cm/jam 3.48 - 5.65 - 3.91 -

4 pH H2O - 4.25 4.38 4.32 4.45 4.30 4.85

5 pH KCl - 3.57 3.60 3.62 3.61 3.68 3.64

6 C-organik % 1.45 0.65 0.29 0.93 0.94 0.36

7 N-total % 0.16 0.12 0.17 0.12 0.17 0.13

8 P2O5-total mg/100 g 11.90 10.03 11.26 8.77 15.98 10.65

9 P2O5-tersedia ppm 14.43 14.44 15.24 13.61 15.23 14.46

10 K2O-total mg/100 g 13.52 6.98 2.41 1.95 6.85 2.61

11 K-tukar me/100 g 0.14 0.09 0.06 0.04 0.06 0.07

12 Na-tukar me/100 g 0.18 0.28 0.10 0.11 0.18 0.19

13 Mg-tukar me/100 g 0.74 0.50 1.00 0.30 0.50 0.40

14 Ca-tukar me/100 g 2.71 3.50 2.50 2.65 2.25 2.60

15 Al-tukar me/100 g 2.20 2.40 1.80 1.00 1.00 0.80

16 H-tukar me/100 g 6.70 6.70 4.30 5.80 4.11 5.20

17 KTK me/100 g 29.25 24.91 12.75 16.11 15.62 15.44

24
18 KB % 12.88 17.56 28.67 19.22 19.16 21.07

Sumber : Data primer hasil analisa laboratorium Kualitas Tanah Desa


Mojolebak

Punggung Bukit (T 1) Kedalaman 0-30 cm

Tanah mempunyai sifat-sifat sebagai berikut: kandungan C-organik rendah


(1,45%), kandungan N-total rendah (0,16%), kandungan P2O5 tanah tergolong
rendah (11.90 mg/100 g tanah), kandungan K2O tanah tergolong rendah (13.52
mg/100 g tanah), kandungan P-tersedia tanah dapat digolongkan rendah (14.43
ppm). Susunan kation tukar terutama Kalium digolongkan sangat rendah (0.14
me/100 g tanah), Natrium dikelaskan rendah (0.74 me/100 g tanah), kandungan
Magnesium dikelaskan rendah (0,50 me/100 g tanah) dan kandungan Kalsium
digolongkan rendah (2.71 me/100 g tanah). Kejenuhan basa (KB) dikelaskan sangat
rendah (12.88%), dengan kapasitas tukar kation (KTK) dikelaskan tinggi (29.25
me/100 g). Tanah di lahan ini mempunyai pH yang dikelaskan agak masam (pH
H2O = 4.25 ; pH KCl = 3.57). Tekstur tanah tergolong liat.

Punggung Bukit (T 1) Kedalaman 30-60 cm

Tanah mempunyai sifat-sifat sebagai berikut: kandungan C-organik sangat


rendah (0.65%), kandungan N-total rendah (0,12%), kandungan P2O5 tanah
tergolong rendah (10.03 mg/100 g tanah), kandungan K2O tanah tergolong sangat
rendah (6.98 mg/100 g tanah), kandungan P-tersedia tanah dapat digolongkan
rendah (14.44 ppm). Susunan kation tukar terutama Kalium digolongkan sangat
rendah (0.09 me/100 g tanah), Natrium dikelaskan sedang (0.28 me/100 g tanah),
kandungan Magnesium dikelaskan rendah (0.50 me/100 g tanah) dan kandungan
Kalsium digolongkan rendah (3.50 me/100 g tanah). Kejenuhan basa dikelaskan
sangat rendah (17.56%), dengan kapasitas tukar kation (KTK) dikelaskan sedang
(24.91 me/100 g). Tanah di lahan ini mempunyai pH yang dikelaskan agak masam
(pH H2O = 4.38; pH KCl = 3.60). Tekstur tanah tergolong liat.

25
Pelembahan (T 2) Kedalaman 0-30 cm

Tanah mempunyai sifat-sifat sebagai berikut: kandungan C-organik sangat


rendah (0.29%), kandungan N-total rendah (0,17%), kandungan P2O5 tanah 100
tergolong rendah (11.26 mg/100 g tanah), kandungan K2O tanah tergolong sangat
rendah (2.41 mg/100 g tanah), kandungan P-tersedia tanah dapat digolongkan
rendah (15.20 ppm). Susunan kation tukar terutama Kalium digolongkan sangat
rendah (0.06 me/g tanah), Natrium dikelaskan rendah (0,10 me/100 g tanah),
kandungan Magnesium dikelaskan rendah (1.00 me/100 g tanah) dan kandungan
Kalsium digolongkan rendah (2.50 me/100 g tanah). Kejenuhan basa dikelaskan
rendah (28.67%), dengan kapasitas tukar kation (KTK) dikelaskan rendah (12.75
me/100 g). Tanah di lahan ini mempunyai pH yang dikelaskan agak masam (pH
H2O = 4.32; pH KCl = 3.62). Tekstur tanah tergolong lempung liat berpasir.

Pelembahan (T 2) Kedalaman 30-60 cm

Tanah mempunyai sifat-sifat sebagai berikut: kandungan C-organik sangat


rendah (0.93%), kandungan N-total rendah (0,12%), kandungan P2O5 tanah
tergolong sangat rendah (8.77 mg/100 g tanah), kandungan K2O tanah tergolong
sangat rendah (1.95 mg/100 g tanah), kandungan P-tersedia tanah dapat
digolongkan rendah (13.60 ppm). Susunan kation tukar terutama Kalium
digolongkan sangat rendah (0.04 me/100 g tanah), Natrium dikelaskan rendah (0.11
me/100 g tanah), kandungan Magnesium dikelaskan sangat rendah (0.30 me/100 g
tanah) dan kandungan Kalsium digolongkan rendah (2.65 me/100 g). Kejenuhan
basa dikelaskan sangat rendah (19.22%), dengan kapasitas tukar kation (KTK)
dikelaskan rendah (16.11 me/100 g). Tanah di lahan ini mempunyai pH yang
dikelaskan agak masam (pH H2O = 4.45; pH KCl = 3.61). Tekstur tanah tergolong
lempung berliat.

Puncak Bukit (T 3) Kedalaman 0-30 cm

Tanah mempunyai sifat-sifat sebagai berikut: kandungan C-organik sangat


rendah (0.94%), kandungan N-total rendah (0,17%), kandungan P2O5 tanah
tergolong rendah (15.98 mg/100 g tanah), kandungan K2O tanah tergolong sangat
rendah (6.85 mg/100 g tanah), kandungan P-tersedia tanah dapat digolongkan
26
rendah (15.23 ppm). Susunan kation tukar terutama Kalium digolongkan sangat
rendah (0.06 me/100 g tanah), Natrium dikelaskan rendah (0.18 me/100 g tanah),
kandungan Magnesium dikelaskan rendah (0.50 me/100 g tanah) dan kandungan
Kalsium digolongkan rendah (2.25 me/100 g tanah). Kejenuhan basa dikelaskan
sangat rendah (19.16%), dengan kapasitas tukar kation (KTK) dikelaskan rendah
(15.62 me/100 g). Tanah di lahan ini mempunyai pH yang dikelaskan agak masam
(pH H2O = 4.30; pH KCl = 3.68). Tekstur tanah tergolong lempung.

Puncak Bukit (T 3) Kedalaman 30 - 60 Cm

Tanah mempunyai sifat-sifat sebagai berikut: kandungan C-organik sangat


rendah (0.36%), kandungan N-total rendah (0,13%), kandungan P2O5 tanah
tergolong rendah (10.65 mg/100 g tanah), kandungan K2O tanah tergolong sangat
rendah (2.61 mg/100 g tanah), kandungan P-tersedia tanah dapat digolongkan
rendah (14.46 ppm). Susunan kation tukar terutama Kalium digolongkan sangat
rendah (0.07 me/100 g tanah), Natrium dikelaskan rendah (0.19 me/100 g tanah),
kandungan Magnesium dikelaskan rendah (0.40 me/100 g tanah) dan kandungan
Kalsium digolongkan rendah (2.60 me/100 g tanah). Kejenuhan basa dikelaskan
rendah (21.07%), dengan kapasitas tukar kation (KTK) dikelaskan rendah (15.44
me/100 g). Tanah di lahan ini mempunyai pH yang dikelaskan agak masam (pH
H2O = 4.85; pH KCl = 3.64). Tekstur tanah tergolong lempung berliat.

3.1.11 Kesuburan Tanah

Penilaian kesuburan tanah dilakukan menurut kriteria yang


dikembangkan oleh Pusat Penelitian Tanah Bogor (PPT, 1983). Kriteria
ini digunakan karena belum ada baku mutu kualitas tanah dari instansi
yang berwenang. Kriteria yang digunakan ini cukup representatif
karena dibuat secara emperis. Ada lima sifat kimia tanah penting yang
digunakan untuk menilai kesuburan tanah secara emperik, yaitu :
kapasitas tukar kation (KTK), kejenuhan basa (KB), P2O5-total, K2O-
total dan C-organik. Berdasarkan kriteria tersebut dilakukan penilaian
kesuburan tanah pada lokasi pemantauan dan hasilnya disajikan pada
Tabel 3-4. Hasil penilaian kesuburan tanah pada lokasi pemantauan

27
menunjukkan bahwa status kesuburan tanah pada semua lokasi
pemantauan adalah rendah.

Tabel 3-4

Penilaian status kesuburan tanah pada lokasi pengambilan sampel tanah

Sifat Kimia Tanah Status

No. Lokasi Sampel


KTK KB P2O5 K2O C-org. Kesuburan

1 T 1 (0-30 cm) Tinggi Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah

2 T 1 (30-60 cm) Sedang Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah

3 T 2 (0-30 cm) Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah

4 T 2 (30-60 cm) Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah

5 T 3 (0-30 cm) Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah

6 T 3 (30-60 cm) Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah

3.1.12 Erosi Tanah

Hasil pengamatan lapangan dan data hasil analisis contoh tanah


di laboratorium yang berkaitan dengan erosi tanah adalah tekstur, C-
organik, struktur, dan permeabilitas. Variabel-variabel tersebut
nantinya akan menentukan indeks erodibilitas yang menunjukan nilai
kepekaan suatu tanah terhadap kejadian erosi. Dengan menggunakan
rumus Universal Soil Losses Equation (USLE) maka akan diperoleh
nilai pendugaan erosi. Hasil pendugaan besarnya erosi tanah pada
beberapa lokasi pengambilan sampel selengkapnya disajikan pada
Tabel 3-5.

28
Tabel 3-5

Pendugaan besarnya erosi tanah

Lokasi
No. R K LS CxP A
Pemantauan

1 T1 1215 0.13 0.85 0.9 143.57


2 T2 1215 0.12 0.45 0.45 57.08
3 T3 1215 0.10 0.95 0.38 117.27

Keterangan :
R = Erosivitas hujan K = Erodibilitas tanah
LS = Panjang lereng dan slope C = Faktor vegetasi
P = Faktor pengelolaan A = Erosi (ton/ha/tahun)

3.1.13 Kestabilan Tanah

Kestabilan tanah dapat diartikan sebagai ketahanan tanah


terhadap daya rusak dari luar. Ketahanan tanah menentukan tidak
mudahnya massa tanah dihancurkan oleh air (air hujan dan air
limpasan). Ketahanan tanah dipengaruhi oleh kandungan bahan
organik, tekstur tanah dan bahan semen lainnya.

Dalam kapasitas kestabililan tanah yang berhubungan


dengan erosi tanah diindikasikan dengan nilai erodibilitas tanah.
Nilai erodibilitas tanah ini dihitung berdasarkan hasil analisis contoh
tanah di laboratirium terhadap data kandungan bahan organik,
tekstur tanah (kandungan pasir, debu, liat, dan pasir sangat halus),
permeabilitas tanah dan struktur tanah.

Kesetabilan tanah dapat juga dinilai dari tingkat bahaya erosi


yang merupakan perkiraan kehilangan tanah maksimum
dibandingkan dengan tebal solum tanahnya pada setiap unit lahan

29
bila teknik pengelolaan tanaman dan konservasi tanah tidak
mengalami perubahan.

Jumlah maksimum tanah hilang dimaksudkan untuk


memprediksi produktivitas lahan tetap lestari. Penentuan tingkat
bahaya erosi akan menggunakan kriteria dari Departemen
Kehutanan (1986) dengan menggunakan pendekatan tebal solum
tanah yang telah ada dan besarnya erosi sebagai dasar. Kriteria
tingkat bahaya erosi berdasar tebal solum tanah dan besarnya bahaya
erosi selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 3-6.

Ketebalan solum tanah di dalam lokasi Kegiatan Operasional


rata-rata memiliki ketebalan solum lebih dari 90 cm. Penetapan TBE
didasarkan pada pembandingan nilai kedalaman solum tanah yang
dihubungkan dengan erosi maksimum tanah dari masing-masing
lokasi yang menunjukan nilai erosi antara 57.08 hingga 143.57
ton/ha./tahun. Berdasarkan kriteria tingkat bahaya erosi pada Tabel
3-6 terlihat bahwa tingkat bahaya erosi pada masing-masing lokasi
memiliki tingkat bahaya erosi sedang (S).

Tabel 3-6

Tingkat bahaya erosi berdasar tebal solum tanah dan besarnya bahaya erosi

Tebal Solum Erosi Maksimum (ton/ha/th.)

(cm) < 15 15 - 60 60 - 180 180 - 480 > 480

> 90 SR S S B SB

60 – 90 R B B SB SB

30 – 60 S SB SB SB SB

< 30 B SB SB SB SB

Keterangan :
SR = sangat rendah B = berat R = rendah S = sedang SB = sangat berat

30
3.2. Komponen Biologi

3.2.1 Flora Darat

Keadaan vegetasi yang di rencana areal Tambang dan sekitarnya


terdiri atas hutan sekunder muda (belukar), kebun campuran dan tanaman
pekarangan.

Pada tapak Kegiatan Operasional untuk tingkat semai didominasi


oleh alaban (Vitex pubescens), karamunting gunung (Rhodomyrus
tomentosa), pelawan (Tristani obovata), beringin (Ficus benjamina),
jamai (Rhodomnia ceneria) dan kujanjing (Pterospernum javanicum).
Untuk tingkat pancang didominasi alaban (Viteks pubescens), pelawan
(Tristani obovata), beringin (Ficus benjamina), bati-bati (Adina
minutiflora), bengkirai (Trema amboinensis), mahang (Macaranga
hypoleuca) dan jambu-jambuan ( Eugenia sp). Sedang tumbuhan bawah
pada tapak ini didominasi oleh jenis alang-alang, hering, rio-rio,
karamunting kodok, kacang polong. Secara keseluruhan keadaan
vegetasi di areal tapak tambang dari segi keragaman dan potensi tidak
terlalu besar.

Pada areal sekitar tapak tambang untuk vegetasi hutan sekunder


muda (belukar) jenis yang mendominasi juga tidak jauh berbeda yaitu
jenis alaban (Vitex pubescens). Sedang tumbuhan bawah yang
mendominasi yaitu alang-alang, rumput teki, pandan, kerinyuh, hering,
putri malu.

Pada kebun campuran dan tanaman pekarangan terdapat 15 jenis


tanaman yang didominasi oleh jenis karet (Hevea brasilensis), rambutan
(Nephelium lappaceum), petai (Parkia spp), nangka (Arthocarpus
integra). Untuk tumbuhan bawah didominasi oleh orok-orok, rumput
teki, alang-alang, karamunting dan krinyuh.

31
3.2.2 Flora Air

Hasil analisa sampel plankton pada 4 (empat) sampling sites dalam


studi UKL-UPL Tambang memperlihatkan adanya sejumlah genera
fitoplankton yang dijumpai di wilayah studi. Terdapat 3 (tiga) phylum
yang mengkontribusi keanekaragaman hayati planktonik di kawasan
studi, yaitu 6 genera dari phylum Cyanophyta, 7 genera dari phylum
Chlorophyta, dan 3 genera dari phylum Chrysophyta (Lampiran Teks 3-
5). Jenis fitoplankton yang ditemukan dengan jumlah tertinggi adalah
Oscillatoria dari phylum Cyanophyta. Secara kuantitatif phylum
Chlorophyta memperlihatkan keberadaan jumlah sel yang terbanyak dan
jumlah spesies (jenis) tertinggi.

Dari seluruh perhitungan kelimpahan sel planktonik yang


diidentifikasi tersebut dapat dihitung tingkat keanekaragaman hayati
biota planktonik pada setiap stasiun pengamatan.

Nilai keanekaragaman Shannon-Wiener untuk fitoplankton pada


wilayah studi UKL-UPL berkisar dari 1,9914 sampai 3,6405. Dari data
Nilai keanekaragaman pada semua stasiun memperlihatkan tingkat
keanekaragaman hayati masih tergolong baik yang dapat diartikan juga
bahwa kondisi lingkungan perairan yang termasuk belum tercemar.

3.2.3 Fauna Darat

Untuk memperoleh data satwa liar dilakukan pengamatan langsung


(observasi) terhadap satwa liar, selain itu juga berasal dari informasi
penduduk dan data sekunder. Jenis-jenis satwa liar di lokasi paling
sedikit dijumpai 12 jenis Mamalia, Reptila sebanyak 6 jenis, dan Aves
terdapat 23 jenis (Tabel 3-7).

32
Tabel 3-7

Jenis satwa liar yang terdapat di wilayah studi UKL-UPL Tambang

Nama Indonesia
No. Nama Spesies atau Famili Sumber Status
atau Lokal

Mamalia

1 Kera ekor panjang Macaca fascicularis O -

2 Musang Paradoxurus hermaphroditus 0 -

3. Tupai Sundasciurus lowii I -

4. Pelanduk/Kancil Tragulus javanicus I -

5. Babi Sus barbatus I -

6 Landak Hystrix brachyura I -

7 Tringgiling Manis javanica 0 -

8. Hirangan Presbytis melalophos I -

9 Sado Mydaus javanensis I -

10 Tikus Rattus exulans O -

11 Menjangan Cervus unicolor I -

12 Berang-berang Cynogale bennetti I

Reptilia

1 Ular pucuk Trimeresurus albolabris I -

2 Biawak Kalimantan Varanus bornensis I -

3 Biawak bergaris Varanus salvator I -

4 Ular sanca Phyton reticulatus I -

5. Kadal Mabuia multifasciata O -

6. Ular belang Bunarus fasciatus I -

33
Nama Indonesia Sumber
No. Nama Spesies atau Famili Status
atau Lokal

Aves

1. Pipit/Bondol rawa Lonchura malacca O -

2. Kelayangan Hirundo tahitia O -

3. Punai gading Treron vernans O -

4. Tekukur biasa Streptopelia chinensis O -

5. Ketinjau/Murai batu Copsychus malabaricus I -

6. Burung gereja Passer montanus O -

7. Cinenen belukar Orthotomus atrogularis O -

8. Bubut alang-alang Centropus bengalensis O -

9. Prenjak Abroscopus bengalensis I -

10. Kucica kampung Copsychus saularis I -

11 Tombelet Hemicircus concretus O -

12 Meninting Alcedo meningting O -

13. Burung madu -


merah Aethopyga siparaja 0

14. Karuang Pycnonotus flavescens O -

15. Bambangan coklat Ixobrychus eurhythmus O -

16 Cabak Caprimulgus affinis O -

17 Cekakak kecil Todirhamphus sauctus O -

18. Elang bondol Haliastur indus O -

19. Kutilang Pycnonotus aurigaster O -

20. Kacamata gunung Zosterops montanus O -

21 Cuit Nectarinia jgularis O -

34
22 Pentet kelabu Lanius schach O -

23. Caladi batu/pelatuk Meiglyptes tristis O -

Keterangan : O = nihil; I = Informasi

3.2.4 Fauna Air

Dari hasil analisa contoh plankton yang telah dilakukan, dalam


wilayah studi UKL-UPL Tambang hanya ditemukan 4 genera, yakni
Castrada luthera, Notholca, Rotaria, dan Floscularia (Lampiran Teks 3-
5). Indek keanekaragaman zooplankton semua berada dibawah 1, kecuali
pada satu stasiun (PP-05, s. Mojokerto) indek keanekaragaman mencapai
nilai 2. Data ini memperkuat dugaan kondisi perairan di wilayah studi
yang telah tercemar.

Dari hasil analisa sampel benthos, juga dijumpai keberadaan jenis


zoobenthos secara kuantitatif yang sedikit. Dari hasil analisa hanya
ditemukan 5 genera (Lampiran Teks 3-5), diantaranya Valvata
tricarinata dan Viviparus intertextus. Dari data yang diperoleh dengan
nilai indeks keanekaragaman sebesar 0,6822 – 1,5644 dapat dikatakan
bahwa perairan di wilayah studi termasuk agak tercemar.

3.3. Komponen Sosial

3.3.1 Kependudukan

Jumlah Penduduk Tahun 2011 - 2013

Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013


Jumlah Penduduk 1.112.821 1.143.747 1.162.630
Laki 559.793 575.435 585.135
Perempuan 553.028 568.312 577.495
Sumber data : BPS Kabupaten Mojokerto, Tahun 2013

Berdasarkan jenis kelamin maka jumlah penduduk laki-laki lebih


banyak dibandingkan jumlah penduduk perempuan. Dalam
35
Tahun 2013 jumlah penduduk laki-laki Kabupaten Mojokerto
sebesar 585.135 jiwa dan jumlah penduduk perempuan
sebesar 577.495 jiwa. Berikut data jumlah penduduk Kabupaten
Mojokerto menurut jenis kelamin untuk tiap kecamatan.

Jumlah Penduduk Kabupaten Mojokerto Menurut Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Jumlah


No. Kecamatan Laki-laki Perempuan Penduduk
1. Jatirejo 22.751 22.195 44.946
2. Gondang 22.650 22.436 45.086
3. Pacet 30.158 29.979 60.137
4. Trawas 15.798 15.869 31.667
5. Ngoro 41.704 41.778 83.482
6. Pungging 39.580 39.157 78.737
7. Kutorejo 33.640 32.816 66.456
8. Mojosari 41.182 40.228 81.410
9. Dlanggu 29.528 29.366 58.894
10. Bangsal 27.027 26.370 53.397
11. Puri 39.984 39.411 79.395
12. Trowulan 40.158 39.303 79.461
13. Sooko 39.878 39.168 79.046
14. Gedeg 31.237 30.859 62.096
15. Kemlagi 31.421 31.374 62.795
16. Jetis 44.913 43.855 88.768
17. Dawarblandong 27.115 27.545 54.660
18. Mojoanyar 26.411 25.786 52.197
Jumlah 585.135 577.495 1.162.630

Sumber data : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten


Mojokerto, Tahun 2013

3.3.2 Ekonomi

3.3.2.1 Pendapatan Rumah Tangga

Dari pengamatan di lapangan, sebagian besar responden di Desa


Mojolebak merupakan karyawan swasta perusahaan perkebunan dan
Kegiatan Operasional Tambang. Untuk Desa Bendung sebagian besar

36
merupakan pekebun karet, kemudian yang lainnya swasta. Sedang untuk
Desa Bendung, sebagian besar responen merupakan pekebun karet dan
pekebun buah-buahan, dan 1 orang yang merupakan karyawan Kegiatan
Operasional.

Penghasilan utama bervariasi antara Rp 300.000,- dan Rp


2.500.000,-. Tertinggi didapatkan di Desa Bendung dan Desa Mojolebak,
sedangkan penghasilan terendah didapatkan di Desa Bendung.

Penghasilan sampingan bervariasi antara Rp 400.000,- dan Rp


3.000.000,-. Penghasilan tertinggi didapatkan di Desa Bendung dengan
usahanya berupa pembibitan dan pertanian. Sedangkan penghasilan
terendah di Desa Mojolebak yang hanya Rp 400.000,- dari usaha
menyadap pertanian dan pembibitan.

Pengeluaran rumah tangga tertinggi di desa Mojolebak dan Desa


Bendung sebanyak Rp 1.500.000,- dan terendah terdapat di Desa
Mojolebak dan Desa Bendung sebanyak Rp 300.000,- per bulan.
Pengeluaran rumah tangga tergantung dari penghasilan/pendapatan.

Kesempatan kerja dan kesempatan berusaha bagi penduduk di


Kabupaten Mojokertocukup terbuka luas. Masyarakat masih dapat
memanfaatkan peluang kerja di bidang penggalian dan Kegiatan
Operasional. Masyarakat juga dapat memanfaatkan peluang pada sektor-
sektor atau bergerak di sektor perdagangan lain lain seperti warung
makan, kios, atau jasa-lain yang merupakan dampak ekonomi dari
keberadaan Kegiatan Operasional limbah padat/lumpur skala besar.

37
3.3.2.2 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Tabel PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN MOJOKERTO


11.2
Table MENURUT LAPANGAN USAHA ATAS DASAR HARGA KONSTAN TAHUN 2000

TAHUN 2011 - 2013 (Jutaan Rupiah)

Lapangan Usaha 2011 2012*) 2013**)

(1) (2) (3) (4)

1 PERTANIAN 1863162.4989969 1956272.4989969 2030419.7436218

1.1 Tanaman Bahan Makanan 942083.94170293 973183.94170293 995798.41702927

1.2 Tanaman Perkebunan 380542.34900895 400442.34900895 415843.49008952

1.3 Peternakan dan Hasil-hasilnya 515276.43179955 556076.43179955 591095.54678073

1.4 Kehutanan 17441.512321964 17971.512321964 18502.741699166

1.5 Perikanan 7818.2641635452 8598.2641635452 9179.5480231

2 KEGIATAN OPERASIONAL DAN PENGGALIAN 121074.18091832 128934.18091832 137259.87568037

2.1 Minyak dan Gas Bumi

2.2 Kegiatan Operasional Tanpa Migas

2.3 Penggalian 121074.18091832 128934.18091832 137259.87568037

3 INDUSTRI PENGOLAHAN 3074465.7158917 3294634.7158917 3532797.6283538

3.1 INDUSTRI MIGAS

a. Pengilangan Minyak Bumi

b. Gas Alam Cair

3.2 INDUSTRI TANPA MIGAS 3074465.7158917 3294634.7158917 3532797.6283538

a. Industri Makanan, Minuman dan Tembakau 1397625.7711128 1500625.7711128 1610338.757757

b. Industri Tekstil, Pakaian Jadi, Barang Kulit dan Alas kaki 204051.42956956 217151.42956956 231214.77425014

c. Industri Barang Kayu dan Hasil Hutan Lainnya 184734.90613973 197384.90613973 211474.70199184

d. Industri Kertas, Percetakan dan Penerbitan 826704.69346783 883904.69346783 946806.73989487

e. Industri Pupuk, Kimia, Barang Dari Karet dan Plastik 189622.80332787 203522.80332787 219241.97880271

f. Industri Semen dan Barang Galian Bukan Logam 113410.76740362 122210.76740362 131763.29156191

g. Industri Logam Dasar Besi dan Baja 135967.36084454 145667.36084454 156174.61350565

h. Industri Alat Angkutan, Mesin dan Peralatannya 496.22962794501 545.22962794501 583.0237502476

i. Industri Barang Lainnya 21851.754397762 23621.754397762 25199.746839388

4 LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH 77151.628438564 81997.628438564 87458.021501966

4.1 Listrik 75335.17907642 80135.17907642 85516.646553382

4.2 Gas

4.3 Air Bersih 1816.4493621437 1862.4493621437 1941.3749485839

5 BANGUNAN/PRA OPERASIONAL 122912.14979325 138032.14979325 154473.53838504

6 PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN 2150945.0804753 2332035.0804753 2527892.4065164

6.1 Perdagangan Besar dan Eceran 2111639.8805938 2287639.8805938 2477637.1171704

38
6.2 Hotel 23093.643938262 26463.643938262 30362.031529921

6.3 Restoran 16211.555943269 17931.555943269 19893.257816087

7 PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI 294586.48891359 328295.48891359 363113.68114416

7.1 PENGANGKUTAN 107382.14075487 115088.14075487 123641.69407608

a. Angkutan Rel

b. Angkutan Jalan Raya 106014.22332294 113564.22332294 121974.36153005

c. Angkutan Laut

d. Angkutan Sungai, Danau dan Penyeberangan

e. Angkutan Udara

f. Jasa Penunjang Angkutan 1367.9174319318 1523.9174319318 1667.3325460346

7.2 KOMUNIKASI 187204.34815871 213207.34815871 239471.98706807

a. Pos dan Telekomunikasi 184072.59352556 209672.59352556 235507.1686292

b. Jasa Penunjang Komunikasi 3131.7546331497 3534.7546331497 3964.8184388747

8 KEUANGAN, PERSEWAAN DAN JASA PERUSAHAAN 135913.08647626 149049.08647626 163443.33967078

8.1 Bank 12901.791676675 14148.791676675 15541.34609751

8.2 Lembaga Keuangan Tanpa Bank 16238.522346929 17828.522346929 19602.854838834

8.3 Jasa Penunjang Keuangan

8.4 Sewa Bangunan 100976.92956164 110766.92956164 121531.29047484

8.5 Jasa Perusahaan 5795.8428910079 6304.8428910079 6767.8482596

9 JASA-JASA 616892.06169338 657244.06169338 696933.75028532

9.1 PEMERINTAHAN UMUM 303472.24114249 319359.24114249 334804.1557021

a. Administrasi Pemerintah dan Pertahanan 303472.24114249 319359.24114249 334804.1557021

b. Jasa Pemerintah Lainnya

9.2 SWASTA 313419.8205509 337884.8205509 362129.59458322

a. Sosial Kemasyarakatan 103228.73249901 109742.73249901 117353.13076379

b. Hiburan dan Rekreasi 25842.828484224 29024.828484224 32559.529365023

c. Perorangan dan Rumahtangga 184348.25956766 199117.25956766 212216.93445441

PDRB DENGAN MIGAS 8457102.8915973 9066494.8915973 9693791.9851596

PDRB TANPA MIGAS 8457102.8915973 9066494.8915973 9693791.9851596

Sumber Data : BPS


Kabupaten Mojokerto
Keterangan : *) Angka
diperbaiki **) Angka
sementara

39
3.3.2.3 Pertumbuhan Ekonomi

Bidang fisik prasarana masih mendominasi usulan yang masuk


dalam RAPBD 2016 Kabupaten Mojokerto. Terbukti, dari total usulan
anggaran sebesar Rp 748 M, bidang ini menyumbang angka Rp 563 M,
atau sebesar 70% dari total usulan anggaran dari penyelenggaraan
Musrenbang tingkat kecamatan yang sudah dilaksanakan sejak bulan
Februari lalu, total usulan seluruh kecamatan sebesar Rp 748.184 M.
Dengan total kegiatan sebanyak 3604 kegiatan.

Selanjutnya bidang sosial budaya sebanyak 554 kegiatan dengan


anggaran senilai total Rp 72 M dan terakhir bidang ekonomi sebanyak
741 kegiatan sedangkan rencana anggaran senilai total Rp 95 M.Hal ini
merupakan landasan untuk penyusunan KUA dan PPAS serta RAPBD
Kabupaten Mojokerto tahun anggaran 2016.

Sementara itu, perihal sektor penting yang memerlukan perhatian


lebih Kabupaten Mojokerto, Isu-isu strategis pembangunan Kabupaten
Mojokerto yang memerlukan sorotan khusus saat ini meliputi
peningkatan akses dan kualitas pelayanan kesehatan, pembangunan dan
pemeiliharaan infrastruktur, revitalisasi pertanian dan pengembangan
Agroindustri, peningkatan industri pariwisata, serta pembangunan
ekonomi.

Para pemangku kepentingan atau stakeholders di tingkat Kabupaten


atau Kota, bisa mematangkan Rancangan Rencana Kerja Pembangunan
Daerah (RKPD), yang disusun berdasar pada kompilasi seluruh
rancangan Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renja SKPD).
Target utama dari Musrenbang 2015 yaitu untuk mendapatkan masukan
tentang penyempurnaan rancangan awal RKPD yang memuat rencana
prioritas pembangunan daerah serta pendanaannya. Penajaman,
penyelarasan, klarifikasi dan kesepakatan terhadap RKPD Kabupaten,
serta menyepakati prioritas pembangunan.

40
Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Mojokerto sebesar 6,92%, angka
ini bahkan melebihi pencapaian tingkat Provinsi Jawa Timur yang sedikit
di bawah Kabupaten Mojokerto, yakni sebesar 6,55% dalam
prosentase.Penjelasan tersebut tentu dibarengi dengan fakta statistik
yang menjelaskan bahwa pendapatan perkapita Kabupaten Mojokerto
berangsur-angsur naik per tahunnya, dari Rp 22.515.171 pada 2012
menjadi Rp 25.458.979,23 pada 2013. Prestasi ini juga ditambah dengan
IPM Kabupaten Mojokerto yang juga meningkat tiap tahunnya, dari
74,42% pada 2012 menjadi 75,26% pada 2013.

Angka-angka kenaikan tersebut tidak lepas dari perencanaan dan


perhitungan matang, yang direalisasikan untuk pembangunan merata dan
menyeluruh. Beberapa hal yang masuk daftar prioritas pembangunan
tahun ini adalah peningkatan pembangunan infrastruktur umum, seperti
pemeliharaan dan peningkatan sejumlah jalan poros desa, jalan
lingkungan. dengan kerjasama dengan pihak Perhutani Pasuruan untuk
mengembangkan kawasan perekonomian, dengan anggaran dana
mencapai Rp 50 M sebagai bentuk upaya serius Pemkab.

Sektor yang perlu di bidang kesehatan dalam rancangan


pembangunan dan pengembangannnya. Akses kesehatan dan kualitas
pelayanan atau hospitality akan terus ditingkatkan dengan membangun
unit Puskesmas Rawat Inap lengkap dengan pengadaan mobil
ambulance. Dari sebelumnya 16 Puskesmas Rawat Inap, akan ditambah
lagi 11 Puskesmas Rawat Inap, sehingga totalnya menjadi 27 Puskesmas
Rawat Inap. Semakin bagus fasilitas Puskesmas Rawat Inap, maka akan
mengurangi angka rujukan ke RS yang tentu akan membutuhkan biaya
lebih mahal.

Dari semua sektor pembangunan infrastruktur umum yang


ditargetkan Pemkab, kesejahteraan masyarakat menjadi hal utama yang
harus digaris bawahi. Infrastruktur umum yang nyaman, berbanding
lurus dengan kesejateraan masyarakat. Upaya peningkatan kesejahteraan
masyarakat, akan didukung penuh oleh Pemkab. Program Bedah Rumah
41
diharapkan akan mampu mengangkat dan memperbaiki kesejahteraan
dan kualitas standar hidup masyarakat Mojokerto.

3.3.3 Kegiatan Kemasyarakatan, Keamanan dan Ketertiban

Menurut responden kegiatan gotong royong masih kuat dilakukan


oleh masyarakat. Kegiatan gotong royong itu antara lain: membersihkan
masjid, membersihkan lingkungan, acara perkawinan, yasinan,
posyandu, selamatan, dan pembangunan desa.

Menurut responden keadaan kegiatan gotong royong ini sama saja


dari dulu sampai sekarang. Hal ini dinyatakan oleh 53,33% dari
responden. Yang menyatakan semakin baik ada 43,33% dari total
responden.

Konflik sosial jarang terjadi, bahkan hampir tidak ada. Tokoh


masyarakat yang berperan dalm menyelesaikan konflik untuk Desa
Mojolebak secara berurutan dari yang terbanyak Ketua RT, Kepala Desa,
Pimpinan Perusahaan, dan Bagian Humas. Untuk Desa Mojolebak tokoh
masyarakat yang berperan adalah Kepala Desa, dan Ketua RT. Di Desa
Mojolebak penyelesaian konflik tokoh yang berperan utama adalah
kepala adat, kemudian baru kepala desa. Hubungan antar etnis di desa
sendiri sangat akrab dan tidak ada konflik, serta berlangsung harmonis.

3.3.4 Sikap dan Persepsi Masyarakat

Pada persepsi masyarakat ingin diketahui seberapa jauh masyarakat


dalam hal ini responden mengetahui ada rencana Pengoperasian
Tambang. Dari hasil wawancara dan kuesioner yang dilakukan
didapatkan hal-hal sebagai berikut:

• Mayoritas responden di Desa Mojolebak mengetahui rencana


pembangunan Tambang.

• Rencana pembangunan Tambang telah diketahui oleh responden


Desa Mojolebak sekitar 2 tahun yang lalu.

42
• Mayoritas responden (76,67%) yang memberikan pernyataan
dampak positif pada pengoperasian tambnag ini. Hanya sebanyak 2
responden (6,67%) yang memberikan pernyataan ada dampak
negatif. Diantara 30 responden seluruhnya terdapat 5 responden atau
16,67% yang menyatakan bahwa selain dampak positif juga ada
dampak negatif.

• Adanya peluang dan kesempatan kerja secara langsung dan tidak


langsung keberadaan tambang, merupakan tanggapan positif dan
harapan dari responden.

• Dampak negatif yang terjadi menurut responden, adanya erosi,


limbah debu, menambah anggaran, dan sebagian kelompok
mementingkan kelompoknya sendiri untuk mengurusi perusahaan.

• Dari 30 orang responden, didapatkan 12 orang responden yang


menyatakan kemungkinan kena dampak dari tambang ini, sedangkan
yang menyatakan tidak ada 17 responden.

• Hanya ada 1 orang responden yang menyatakan bahwa lahan


perkebunannya terkena rencana pembangunan tambang tersebut.
Responden tersebut bersedia diganti rugi, dengan persyaratan ada
musyawarah lebih dahulu antara pemilik tanah dengan perusahaan.
Responden lainnya juga menyarankan, bahwa sebaiknya penggantian
rugi tanah, dimusyawarahkan antara perusahaan dan pemilik tanah.

43
3.3.5 Kesehatan Masyarakat

3.3.5.1 Pola Penyakit

Rona lingkungan komponen kesehatan masyarakat digambarkan


dari kejadian kesakitan selama tiga tahun terakhir (2004, 2005 dan 2006).
Kejadian kesakitan inik diperoleh dari data sekunder yang berasal dari
Puskesmas Jetis Kabupaten Mojolebak yang wilayah kerjanya mencakup
rencana lokasi pembangunan dan operasional tambang. Sebagai
pertimbangan digunakannya data kesehatan yang berasal dari puskesmas
setempat ini yaitu wilayah ekologis sebaran polutan udara yang
diprediksi dapat mencapai seluruh wilayah kerja puskesmas.
Selengkapnya angka 10 penyakit terbanyak di wilayah kerja Puskesmas
Jetis Kabupaten Mojokerto dapat dilihat pada tabel 3-8.

Tabel 3-8

Angka 10 Penyakit Terbanyak di Wilayah Kerja Puskesmas Jetis,


Kabupaten Mojokerto Tahun 2004, 2005 dan 2006

Jumlah Kasus Pada Tahun

No Jenis Penyakit
2004 2005 2006

1 ISPA 2804 3001 3360

2 Peny. Pulpa dan Jar. Peripikal 2253 2478 2530

3 Hipertensi 1218 1365 1464

Peny. Rongga Mulut, Kelenjar


4 850 893 935
Ludah, Rahang dan lainnya

5 Rematik 635 699 768

6 Tonsilitis (Amandel) 564 536 672

7 Mag 524 527 572

8 Diare 501 476 550


44
9 Penyakit Kulit Alergi 429 459 473

Penyakit Lain pada Saluran


10 418 481 422
Pernapasan Bagian Atas

Sumber : Puskesmas Jetis, 2007

Angka kesakitan seperti yang ditunjukkan pada Tabel 3-8, terlihat


bahwa penyakit ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Bagian Atas) selalu
menduduki urutan paling banyak selama tiga tahun terakhir. Penyakit
ISPA ini sangat erat hubungannya kondisi kualitas udara, baik di dalam
rumah maupun di luar (udara ambien). Penyakit ISPA ini perlu
diwaspadai peningkatannya seiring dengan operasional tambang, karena
polutan udara yang dapat disebarkan melalui cerobong.

Penyakit lainnya yang diderita oleh masyarakat yang berhubungan


dengan kualitas lingkungan adalah:1) penyakit Diare pada urutan ke 8,
penyakit ini berkaitan dengan terjadinya perubahan kualitas air, karena
operasional tambang juga menimbulkan polusi debu, sehingga
peningkatan kasus penyakit ini juga perlu diwaspadai, 2) penyakit Lain
Pada Saluran Pernafasan Bagian Atas pada urutan ke 10, seperti halnya
ISPA penyakit ini juga lebih banyak disebabkan oleh perubahan kualitas
udara namun bisa juga disebabkan oleh kejadian infeksi kuman, sehingga
peningkatan penyakit ini juga perlu mendapat perhatian.

Sedangkan angka kesakitan yang dikumpulkan langsung melalui


kuesioner menunjukkan bahwa penyakit yang sering diderita adalah flu
dan gatal-gatal pada kulit, penyakit ini bersesuaian dengan angka
kesakitan terbanyak di Puskesmas setempat.

3.3.5.2 Status Gizi

Status gizi masyarakat yang digambarkan dari status gizi bayi di


wilayah kerja Puskesmas Jetis, dapat dikatakan bahwa sebagian besar
bayi / balita di sekitar rencana lokasi pembangunan dan pengoperasian
45
tambnag memiliki status gizi yang tergolong baik, yaitu sebesar 98,99%,
sedangkan sebagian kecil sisanya, yaitu 1,01% memiliki status gizi
buruk. Kondisi ini dalam standar skala kualitas lingkungan termasuk
dalam kategori baik dengan nilai 5.

3.3.5.3 Sanitasi Lingkungan

Kondisi sanitasi perumahan penduduk sekitar lokasi tapak Kegiatan


Operasional rencana pengoperasian tambang dari segi kepadatan hunian
semuanya termasuk dalam kategori tidak pada huni, dengan Pra
Operasional terbanyak adalah semi permanen 87,2%, sedangkan sisanya
12,8% adalah termasuk dalam kategori permanen. Dari segi suhu,
kelembaban dan kebersihan ruangan juga termasuk baik, yaitu terasa
sejuk dan bersih 89,7% dan sisanya 10,3% keadaan rumah terasa panas
dan cukup bersih, sedangkan segi penerangan rumah 94,9% termasuk
dalam kategori baik, sedangkan sisanya 5,1 % termasuk dalam kategori
kurang. Kondisi sanitasi perumahan ini secara keseluruhan dalam skala
kualitas lingkungan termasuk kategori baik, dengan nilai 4.

3.3.5.4 Pembuangan Sampah

Dari aspek pengelolaan sampah di sekitar rumah kebanyakan


penduduk mengumpulkannya kemudian dibakar dan ini dilakukan
dengan frekuensi yang sering, sehingga dari aspek pembuangan sampah
penduduk sekitar tapak Kegiatan Operasional dalam skala kualitas
lingkungan termasuk kategori baik dengan nilai 4.

3.3.5.5 Pembuangan Kotoran

Dari aspek penggunaan jamban keluarga / sarana pembaunagn


kotoran manusia 100% penduduk membuang kotorannya ke jamban
keluarga, namun ada 7,7 % penduduk yang menggunakan sarana jamban
umum, sedangkan sisanya 92,3% menggunakan jamban keluarga milik
sendiri. Kondisi demikian dalam skala kualitas lingkungan termasuk
dalam kategori sangat baik dengan nilai 5.

46
3.3.5.6 Sumber Air Bersih

Sumber air bersih yang sering digunakan oleh penduduk baik untuk
keperluan mandi, cuci dan minum adalah 43,5 % mengambil air dari
sumur gali, 43,7 % dari air sungai dan sisanya 12, 8% menggunakan air
yang berasal dari PDAM. Penduduk yang mengambil air untuk
kebutuhan sehari-hari dari PDAM adalah penduduk yang berada di Desa
Mojolebak yang terutama digunakan untuk keperluan minum, sedangkan
untuk keperluan lainnya kadang-kadang mereka juga menggunakan air
sungai, karena desanya yang berada di tepi sungai. Kondisi demikian
dalam skala kualitas lingkungan termasuk dalam kategori jelek dengan
nilai 2.

47

Anda mungkin juga menyukai