Anda di halaman 1dari 23

DOKUMEN UKL-UPL

BAB II
RENCANA USAHA DAN / ATAU KEGIATAN

2.1 Informasi Umum


UPAYA PENGELOLAAN & PEMTAUAN LINGKUNGAN
(UKL & UPL)
Pemrakarsa : Gurdi, S.E
Jabatan : Direktur Utama
Perusahaan : PT. Indoprima Putra Jaya
Alamat : Desa Citatah, Kecamatan Cipatat Kabupaten
Bandung Barat Provinsi Jawa Barat
Jenis Kegiatan : Penambangan Batugamping
Luas Area : 33,8 Ha
Kontak Perusahaan : 08111541757

2.2 Wilayah Studi


2.2.1 Batas Kegiatan
Daerah penyelidikan secara administratif terletak di Desa Citatah,
Kecamatan Cipatat, Kabupaten Bandung Barat, Provinsi Jawa Barat. Secara

Geografis terletak diantara koordinat 107o 24 41,5 107o 25 20,3 BT dan 6o

50 34,4 6o 50 57,8LS dengan luas daerah penyelidikan kurang lebih sekitar


40,08 Ha.
Daerah penyelidikan ini dapat ditempuh dengan kendaraan bermotor roda
dua maupun dengan kendaraan bermotor roda empat (mobil) dengan rute
perjalanan sebagai berikut: dari Kota Bandung perjalanan diarahkan ke sebelah
barat menuju daerah Padalarang melalui jalur jalan tol Pasteur exit tol Kota
Baru Parahyangan (Padalarang) Jalan Raya Tagog Jalan Raya Nasional
(Padalarang-Rajamandala) Wilayah Kecamatan Cipatat ( 1 jam perjalanan).
Dari wilayah Kecamatan Cipatat tepatnya pada Km 25 kendaraan berbelok ke
kiri menuju ke arah Kampung Bojong Honje untuk kemudian masuk menuju ke
daerah penyelidikan.

4
DOKUMEN UKL-UPL

Sumber : Peta Rupa Bumi Indonesia


Gambar 2.1
Lokasi Administratif Daerah Kegiatan

4
DOKUMEN UKL-UPL

Tabel 2.1
Koordinat IUP
No No
X Y X Y
Patok Patok
1 766638 9242950 26 767572 9242447
2 766932 9242949 27 767572 9242420
3 766932 9242909 28 767532 9242420
4 766997 9242908 29 767532 9242401
5 766999 9242708 30 767464 9242402
6 767217 9242707 31 767464 9242371
7 767217 9242677 32 767372 9242372
8 767303 9242676 33 767372 9242307
9 767303 9242645 34 767282 9242307
10 767278 9242646 35 767282 9242228
11 767278 9242618 36 767242 9242228
12 767238 9242618 37 767242 9242243
13 767238 9242587 38 767199 9242243
14 767173 9242588 39 767199 9242296
15 767173 9242452 40 767123 9242296
16 767489 9242451 41 767123 9242400
17 767490 9242595 42 766970 9242401
18 767511 9242595 43 766970 9242472
19 767511 9242552 44 766693 9242473
20 767640 9242552 45 766694 9242529
21 767640 9242499 46 766519 9242530
22 767710 9242499 47 766520 9242769
23 767710 9242481 48 766563 9242769
24 767621 9242481 49 766563 9242870
25 767621 9242447 50 766637 9242870

2.3 Rencana Kegiatan Usaha Pertambangan


Hal terpenting dalam kegiatan usaha pertambangan ialah pemilihan suatu
metode penambangan yang sesuai dengan keberadaan, kondisi teknis maupun
kondisi ekonomis sumberdaya dan cadangan batugamping yang akan ditambang
dan menentukan besarnya volume batugamping yang dapat ditambang. Dengan
memperhatikan kondisi penyebaran batugamping, rancangan desain tambang
dapat dilakukan dengan mempertimbangkan metode penambangan yang dipilih
dan batasan-batasan desain yang telah ditetapkan.
Untuk melaksanakan pertambangan yang berada di wilayah IUP PT
Indoprima Putra Jaya metode quarry (Quarry Mining) dipilih berdasarkan

4
DOKUMEN UKL-UPL

pertimbangan faktor-faktor teknis yang mencakup model geologi, kondisi


endapan batugamping, serta pertimbangan jumlah sumberdaya dan cadangan
batugamping.
Quarry Mining merupakan teknik pertambangan batugamping yang dinilai
cocok dan sesuai untuk diterapkan pada desain pertambangan batugamping di
wilayah IUP PT Indoprima Putra Jaya. Teknik pertambangan quarry ini adalah
dengan melakukan penggalian batugamping pada batas-batas terluar bukit
gamping kemudian setelah mencapai elevasi tertentu pertambangan mengarah
kebagian dalam bukit.
2.3.1 Diagram Alir
Tahap pertama yakni dilakukannya eksplorasi yang dimana eksplorasi ini
merupakan tahap pencarian sumberdaya daya alam yang terbentuk secara alami
di muka bumi dengan tujuan bisa di berdayakan bagi kita semua. Kegiatan
eksplorasi tersebut dapat mengetahui sebaran, bentuk, litologi bawah
permukaan, kualitas dan kuantitas.
Setelah dilakukannya eksplorasi maka akan diketahui cadangan
tertambang dengan beberapa aspek teknis sehingga ekonomis untuk dilakukan
pertambangan dengan cara menggunakan alat mekanis, dengan cara manual
maupun peledakan.
2.3.2 Metode Estimasi Sumberdaya
Dalam metode estimasi sumber daya, metode penampang adalah salah
satu metode estimasi sumberdaya dan cadangan, prinsip dari metode ini adalah
dengan cara membagi endapan menjadi beberapa section dengan interval
tertentu, jarak yang sama atau berbeda sesuai dengan keadaan geologi dan
kebutuhan pertambangan. Dalam metode ini perhitungan volume sumberdaya
atau cadangan dilakukan dengan mengetahui luas area masing-masing sayatan
yang kemudian dikalikan dengan panjang blok. Volume total didapatkan dengan
penjumlahan masing-masing blok tersebut seperti dibawah ini ;
Nilai sumberdaya terukur yang dihitung diperoleh dari perhitungan data
lubang bor dengan memperhatikan faktor ketebalan lapisan tanah penutup
(topsoil), lapisan batugamping dan kemenerusan lapisan batugamping
berdasarkan data software surpac maka sumberdaya batugamping diperoleh
sebesar 15,668,000 ton.

5
DOKUMEN UKL-UPL

Gambar 2.2
Estimasi Sumberdaya

2.3.3 Peralatan Tambang


Peralatan tambang yang akan digunakan adalah kombinasi excavator
dan truk dan dibantu dengan bulldozer sebagai alat garu dorong dan untuk
material yang keras digunakan pemboran dan peledakan. Operasi pertambangan
yang dilakukan meliputi pemboran dan peledakan, penggalian bebas, pemuatan,
dan pengangkutan. Penggalian bebas dilakukan terutama untuk pengambilan
tanah pucuk.
Teknik penggaliannya bertahap dari elevasi yang paling tinggi ke elevasi
yang rendah sampai kedalaman batas pertambangan yang telah ditentukan,
yaitu di kedalaman pada batas akhir pertambangan. Arah kemajuan
pertambangan batugamping tiap tahun mengikuti penyebaran endapan
batugamping. Metode operasi pertambangan dengan sistem ini, secara prinsip
adalah penggalian dan pemuatan material batugamping menggunakan excavator
dan pengangkutan material menggunakan truk sebagai peralatan utama.
Sebagaimana dijelaskan pada penentuan metoda pertambangan
sebelumnya, telah ditentukan bahwa PT Indoprima Putra Jaya akan melakukan
pertambangan dengan sistem quarry menggunakan truk. Pada dasarnya dalam
evaluasi peralatan untuk kegiatan pertambangan terbuka ini, dibagi menjadi 3
tahapan yaitu :

6
DOKUMEN UKL-UPL

1. Tahap I : pemilihan jenis peralatan


2. Tahap II : pemilihan kapasitas peralatan
3. Tahap III : perhitungan jumlah kebutuhan alat

A. Pemilihan Jenis Peralatan


Pemilihan jenis peralatan ini adalah untuk menentukan jenis-jenis
peralatan apa saja yang dibutuhkan dalam proses operasi produksi
pertambangan batugamping. Oleh karena itu, sebelum pemilihan jenis peralatan,
terlebih dahulu dilakukan penggambaran skema operasi pertambangan yang
direncanakan dan identifikasi atas seluruh aktifitas yang akan diterapkan.
Penggambaran operasi pertambangan dan identifikasi aktifitas ini penting,
karena selain menyangkut pada pemilihan alat berat yang akan dilakukan juga
akan berpengaruh pada pembangunan fasilitas-fasilitas lainnya selain alat berat
yang dibutuhkan dalam operasi produksi. Untuk itu, penggambaran skema
operasi dan identifikasi ini sangat erat kaitannya dengan desain, metode operasi,
dan kondisi tambang.
B. Pemilihan Kapasitas Peralatan
Pemilihan kapasitas peralatan didasarkan atas kondisi teknis dari material
yang ada dan lokasi kerja, serta target produksi. Khusus untuk kombinasi antara
excavator dan truk perlu diperhatikan kesesuaian kapasitas antara masing-
masing unit.
C. Perhitungan Jumlah Peralatan
Perhitungan jumlah peralatan didasarkan pada volume pekerjaan yang
akan ditangani oleh masing-masing peralatan maupun kelompok dalam estimasi
waktu operasi efektif. Khusus untuk perhitungan truk, maka kemiringan jalan,
jarak angkut dan kondisi permukaan jalan akan sangat menentukan karena
berpengaruh terhadap waktu edar alat.
D. Jenis dan Kapasitas Peralatan
Dengan melihat kondisi geologi dan ketebalan tiap endapan batugamping
dan dengan pertimbangan kriteria perencanaan tambang tentang parameter
geoteknik material, maka rencana pertambangan batugamping PT Indoprima
Putra Jaya dapat menggunakan peralatan kapasitas kecil sampai menengah
dimana hal ini secara umum akan memberikan tingkat efisiensi yang lebih baik.

7
DOKUMEN UKL-UPL

E. Jenis dan Spesifikasi Peralatan


Excavator
Alat ini berdasarkan fungsi utamanya sering disebut alat gali muat. Pada
operasi pertambangan akan digunakan untuk melakukan tugas-tugas sebagai
berikut :
1. Melakukan penggalian, pemuatan dan pemindahan serta pencurahan
material lemah seperti top soil pada lokasi pembuatan front tambang ke
atas alat angkut.
2. Melakukan penggalian, pemuatan dan pencurahan batugamping dan
mengumpulkannya pada suatu lokasi dekat tambang atau langsung
memuat ke atas alat angkut.
3. Melakukan perintisan dan pembuatan saluran-saluran air di tambang,
untuk sistem drainase tambang.
4. Melakukan pembenahan dan penataan kemiringan lereng (bench), jalan
tambang dan tempat penimbunan (waste dump area).
Kemampuan alat ini dalam melakukan jenis pekerjaan di atas didukung
oleh :
1. Kemampuan daya gali yang besar;
2. Kemampuan memotong pada permukaan yang relatif sempit dengan
memanfaatkan teeth pada bucketnya;
3. Kemampuan untuk melakukan manuver pada medan yang sempit
dan sulit;
4. Memanfaatkan kemampuan track yang dimilikinya pada lokasi yang
sulit.
Dump Truck
Alat ini berdasarkan fungsi utamanya sering disebut truck jungkit dan
pada operasi pertambangan akan digunakan untuk melakukan tugas-tugas
sebagai berikut:
1. Melakukan pengangkutan, pencurahan batugamping hasil tambang (run
of mine) dari tambang ke tempat pengolahan. Kemampuan alat ini dalam
melakukan jenis pekerjaan di atas didukung oleh :
1. Kemampuan muat yang besar dari baknya;
2. Kemampuan mobilitas yang cepet untuk jarak angkut yang jauh;
3. Kemampuan untuk melakukan dumping dari baknya;

8
DOKUMEN UKL-UPL

4. Kemampuan untuk melakukan manuver pada medan yang sempit


dan sulit.
Bulldozer
Alat ini fungsi utamanya adalah alat gali, dorong dan gusur. Pada operasi
pertambangan akan digunakan untuk melakukan tugas-tugas sebagai berikut :
1. Melakukan pembabatan semak dan perdu serta mengumpulkannya
ke suatu lokasi tertentu;
2. Melakukan penggusuran jenis tanaman pohon-pohonan;
3. Melakukan pengupasan tanah atas (top soil) dan mengumpulkannya
dekat lokasi tambang;
4. Kadang-kadabg melakukan pembersihan lapisan batugamping
(pekerjaan cleaning) dan mengumpulkannya pada suatu lokasi dekat
tambang;
5. Melakukan perintisan dalam pembuatan lantai kerja dan jalan angkut
tambang;
6. Mengatur bentuk geometri lereng tambang.

F. Kebutuhan Bahan Bakar Peralatan


Tabel 2.2
Kebutuhan Bahan Bakar Peralatan
Jenis Vol (L) Sifat
No Penyimpanan Sisa Bahan Keterangan
Bahan / Bulan Bahan
Mudah Solar
1 Solar 8.000 Tangki BBM Habis terbakar
terbakar Industri
Sisa bahan
ditampung
dalam drum
2 Pelumas 100s Drum kemudian Beracun
dikirim ke
supplier
bersangkutan

9
DOKUMEN UKL-UPL

H. Kepemilikan
Peralatan yang digunakan dalam tahap Pertambangan yaitu dengan
sistem sewa alat berat kepada pihak jasa rental alat berat atau dengan sistem
kerja sama.

2.4 Tata Letak Tambang dan Fasilitas Penunjang


Sarana perkantoran merencanakan memakai container yang befungsi
sebagai pusat pengendalian dari kegiatan-kegiatan pertambangan, baik kegiatan
operasional di lapangan maupun kegiatan administrasi, kearsipan dan membuka
lowongan kerja bagi masyarakat dan insinyur 32 (tigapuluh dua) orang pekerja.
Bengkel atau Workshop merupakan infrastruktur yang digunakan untuk
alat-alat berat yang memerlukan perbaikan dan perawatan. Letak bangunan ini
diusahakan tidak jauh dari lokasi pertambangan agar alat-alat berat yang
memerlukan perbaikan dapat dengan cepat diperbaiki.

Tabel 2.3
Rencana Tenaga Kerja
Jumlah Jumlah
No Tenaga Kerja
Perempuan Laki-laki Lokal Pendatang
Kepala Teknik
1 1
1 Tambang
Keuangan dan
2 3 3 2
2 Pemasaran
3 Produksi 4 4
4 K3 3 1 2
5 Operator 4 1 3
6 Penumbuk batu 3 12 15
7 Checker 3 3
8 Security 2 2
TOTAL 32 Orang
Untuk menunjang kegiatan pertambangan ini diperlukan sarana
penunjang seperti kantor administrasi, kolam pengendapan,workshop pos
keamanan serta sarana lainnya.
Tabel 2.4
Sarana penunjang pada areal pertambangan
No Nama Bangunan Luas (Ha)
1 Bangunan Kantor 0,012
2 Workshop + TPS B3 0,004

10
DOKUMEN UKL-UPL

3 Pos Keamanan 0,0005


4 Nursery Area 0,0014
5 Kolam Pengendapan 0,0027
6 Jumlah 0,0216

2.5 Kegiatan Peledakan


Kegiatan pembongkaran material akan dilakukan dengan cara pemboran
dan peledakan. Adapun kegiatan pemboran dan peledakan ini akan dilakukan
oleh pihak kontraktor yang mempunyai IUP (Ijin Usaha Pertambangan) yang
akan ditunjuk oleh pihak perusahaan rencana ledak di perkirakan dalam 1 (satu)
minggu 3 (tiga) kali peledakan.
Untuk membongkar batuan yang relatif keras sampai sangat keras,
penting untuk dipertimbangkan penggunaan metode pemboran dan peledakan
yang dapat menekan biaya repair dan replacement part dari peralatan mekanis,
bila penggalian dipaksakan melalui penggaruan. Atau dengan kata lain, konsep
pemboran dan peledakan yang direkomendasikan adalah alternatif
pembongkaran material yang secara ekonomis tidak bisa lagi dicapai dengan
penggaruan menggunakan alat mekanis.
Apabila fragmentasi hasil peledakan menjadi tujuan utama, maka biaya
pemboran dan peledakan bisa meningkat secara eksponensial, bila diinginkan
fragmentasi yang sangat kecil.
Suatu batasan yang perlu diperhatikan dalam pertambangan ini,
pembongkaran hanya bertujuan agar material dapat dimuat kedalam alat angkut.
Geometri pertambangan yang dimulai dengan kegiatan pemboran dan
peledakan, direncanakan adalah sebagai berikut :
Tabel 2.5
Geometri Peledakan
Burden (m) 2.84
Spacing (m) 3.61
Hole Depth (m) 6
Subdrill (m) 1
Stemming (m) 2.03
Powder Coloum (m) 4.53
Diameter Lubang Ledak (Inch) 3,5-4,5
Bench Height (m) 5
Volume per Hole (BCM) 43.58
Powder Factor (kg/BCM) 0.52

11
DOKUMEN UKL-UPL

Gambar 2.3
Model Geometri Peledakan

2.6 Hidrologi dan Hidrogeologi


Hidrologi
Penyelidikan hidrologi dilakukan dengan cara melakukan pengumpulan
data dan pengambilan data-data meteorologi (curah hujan dan hari hujan) dari
stasiun pengamat pada daerah penyelidikan dan sekitarnya. Penyelidikan
hidrologi dan hidrogeologi ini bertujuan untuk mendapatkan data dan informasi
tentang karakteristik curah hujan, daerah tangkapan air hujan, sifat
keterembesan air dari berbagai jenis dan lapisan batuan yang ada, nilai resapan
permukaan, pola aliran air tanah permukaan dan sungai pada area rencana
pertambangan yang akan dibuka.
Dengan mengetahui sifat, perkiraan debit dan pola aliran air permukaan,
koefisien permeabilitas lapisan batuan yang akan ditambang dan perkiraan debit
air tanah yang potensial masuk kedalam bukaan tambang, maka akan dapat
direkomendasikan cara atau sistem pengendalian air tambang secara
keseluruhan.
Sistem pengendalian air diluar tambang adalah dengan cara penyaluran
air limpasan, sedang penanggulangan air didalam tambang adalah dengan cara
membuat saluran-saluran drainase dilereng tambang dan dilantai tambang,
kemudian memompa air tersebut keluar tambang. Kemudian membikin kolam
pengendapan. Curah hujan rata-rata pada setiap tahunnya (2009-2013) adalah
sebesar 215,782 mm, sedangkan curah hujan bulan tinggi terjadi pada bulan

12
DOKUMEN UKL-UPL

Oktober-Maret, hal ini dikarenakan puncak terjadinya hujan di wilayah Kabupaten


Bandung Barat.
Tabel 2.6
Data Curah Hujan dan Hari Hujan tahun 2009-2013,

Sumber: Stasiun Meteorologi dan Geofisika Bandung 2016

Intensitas hujan (I) adalah jumlah hujan per satuan waktu, yang
dinyatakan dalam satuan mm/jam, artinya tinggi kolom air hujan yang terjadi
dalam satuan mm dalam selang waktu 1 jam. Intensitas hujan pada sembarang
waktu, dapat ditentukan dengan menggunakan rumus pendekatan Mononobe
sebagai berikut :

Dimana :
I = intensitas curah hujan (mm/jam)
t = waktu lamanya hujan (jam)
R24 = curah hujan maksimum dalam selang waktu
24 jam (mm)
2/3
= angka tetapan
Data curah hujan yang digunakan untuk menghitng intensitas hujan pada
daerah penyelidikan diperoleh dari data sekunder. Berdasarkan data yang
diperoleh, diketahui bahwa curah hujan maksimum dalam 24 jam (R24) adalah
11,76 mm/hari (Berdasarkan data curah hujan bulanan maksimum selama 5
tahun terakhir). Besarnya intensitas hujan dalam selang waktu 1 jam adalah :
I = (R24 : 24) x (24/t)2/3
= (11,76/24) x (24/1) 2/3
= 4,07 mm/jam.

13
DOKUMEN UKL-UPL

Air limpasan adalah bagian dari curah hujan yang mengalir diatas
permukaan tanah. Aliran air limpasan terjadi jika air hujan yang mencapai
permukaan tanah tidak terinfiltrasi seluruhnya kedalam tanah oleh karena
intensitas huja lebih besar daripada kapasitas infiltrasi atau karena pengaruh
faktor lain, seperti kemiringan lereng, bentuk, dan kekompakan permukaan tanah
serta kondisi vegetasi.
Disamping itu, air hujan yang telah masuk kedalam tanah, kemudian
keluar lagi ke permukaan dan mengalir kebagian yang lebih rendah termasuk
juga dalam air limpasan. Koefisien limpasan dipengaruhi oleh faktor-faktor
tutupan tanah, kemiringan, intensitas hujan, dan lamanya hujan berlangsung.

Tabel 2.7
Nilai Koefisien Limpasan

Sumber: Muhjidin, 1990

Untuk memperkirakan debit air limpasan, perlu ditentukan beberapa


asumsi agar perhitungan dapat dilakukan, sehingga nilai debit air limpasan yang
diperoleh bukan angka mutlak (Muhjidin, 1990). Metode yang dianggap baik
untuk menghitung debit air limpasan puncak (peak run off = Qp) adalah metode
rasional (US National Conservation Service, 1973) dengan rumus:

Dimana :
Qp = debit air limpasan (m3/detik)
C = koefisien limpasan
I = intensitas hujan (mm/jam)

14
DOKUMEN UKL-UPL

A = luas daerah tangkapan air (CA)

Dengan nilai koefisien limpasan sebesar 0,6, debit air limpasan dapat
dihitungan dengan menggunakan rumus rasional sebagai berikut :

= 0,278 x 0,6 x 0,00407 m/jam x 100000 m2


= 67,89 m3/jam
Berikut di bawah ini rencana pembuatan kolam pengendapan terdapat 3
(tiga) kolam pengendapan rencana ukuran 4m x 4m x 2m = 32m3 terdapat 3
penampungan berarti 96 m3 hasil tersebut dapat menampung air limpasan. hasil
akhir di di penapungan yang ke tiga bisa langsung di salurkan ke sungai
setempat ataupun kolam pengendapan tersebut di pakai untuk penyiraman jalan
memakai watertank.

Gambar 2.4
Rencana Kolam Pengendapan

Hidrogeologi
Hidrogeologi bertujuan untuk mengidentifikasikan lapisan akuifer atau
lapisan pembawa air tanah yang berpotensi mempengaruhi kegiatan
pertambangan. Analisis tentang hidrogeologi daerah tambang didasarkan pada
data litologi dan karakteristik batuan.
Daerah penyelidikan termasuk dalam unit hidrogeologi sistem akuifer
vulkanik yang tersusun oleh perselingan breksi, tufa dan pasiran. Dari hasil

15
DOKUMEN UKL-UPL

penyelidikan survey geolistrik di daerah penyelidikan dapat dilihat bahwa lapisan


litologi daerah penyelidikan terdapat litologi pasir yang dapat mengalirkan air.
Namun penyelidikan hidrogeologi di wilayah penyelidikan PT Indoprima
Putra Jaya harus dilakukan lebih lanjut untuk mengetahui karakteristik sistem
akuifer, kondisi air tanah, dan mutu air tanah untuk keperluan air minum.

Sumber: Hasil Bor


Gambar 2.5
Litologi Daerah Penyelidikan

2.7 Kualitas Udara dan Kebisingan


Kualitas udara di lokasi rencana pertambangan masih dalam keadaan
baik, kondisi sekelilingnya masih dipenuhi semak belukar, tumbuhan kebun dan
tumbuhan peneduh, udaranya bersih dan segar belum tercemar debu dan gas
buangan.

16
DOKUMEN UKL-UPL

2.8 Garis Besar Komponen Rencana Kegiatan


Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Barat Nomor 2
Tahun 2012, Tentang Rencana Tata Ruang Wiayah (RTRW) Kabupaten
Bandung Barat tahun 2009 2029 lokasi kegiatan pertambangan an. PT
Indoprima Putra Jaya diperuntukan sebagai kawasan pemukiman perkotaan.
Oleh karena itu rencana reklamasi setelah kegiatan pertambangan dilakukan
akan diperuntukan sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Kabupaten Bandung Barat tahun 2009-2029. Peta kesuaian tata ruang lokasi
kegiatan terdapat pada (lampiran).
Secara prinsip an. PT indoprima Putra Jaya memiliki Penetapan Wilayah
Izin Usaha Pertambangan Keputusan Gubernur Jawa Barat Nomor :
541.39/Kep.29/10.1.03.0/BPMPT/2016, mengenai Keputusan Gubernur Nomor :
540/Kep.101/10.1.02.0/BPMPT/2016 Tentang Izin Pertambangan Eksplorasi
Mineral Bukan Logam Batu Gamping atas nama PT Indoprima Putra Jaya dan
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Bandung Barat Nomor :
057/956/BAPPEDA tentang Keterangan Rencana Ruang Untuk Kegiatan
Pertambangan.

2.9 Komponen Rencana Kegiatan yang Dapat Menimbulkan


Dampak
Dampak Lingkungan
Kegiatan pertambangan batugamping termasuk transportasi dan
penggunaan atau pemanfaatannya, dapat memberikan suatu nilai keuntungan
namun dapat pula memberikan suatu dampak yang berarti bagi lingkungan
hidup. Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup RI Nomor 11
Tahun 2006 tentang jenis usaha dan/atau kegiatan yang wajib dilengkapi dengan
analisis mengenai dampak lingkungan hidup, kegiatan pertambangan dengan
luas perizinan IUP 200 ha wajib dilengkapi dokumen AMDAL. Namun,
mengenai dampak lingkungan dalam kegiatan pertambangan batugamping H.
Dadang Rusmana ini dibahas didalam penyusunan Laporan UKL-UPL
berdasarkan Keputusan Menteri Neraga Lingkungan Hidup RI Nomor 16 Tahun
2012.

17
DOKUMEN UKL-UPL

Dampak Terhadap Perubahan Bentang Alam


Dampak lingkungan yang sangat terlihat didalam kegiatan pertambangan
batugamping adalah terjadinya perubahan bentang alam yang disebabkan oleh
kegiatan peledakan dan penggalian batugamping baik yang berada diatas
permukaan tanah maupun dibawah permukaan tanah.
Pada kegiatan dengan peledakan untuk pembongkaran, batugamping
dibongkar/digali dari tempat dan kondisi asal, kemudian dipindahkan ke tempat
lain (lokasi penimbunan batugamping). Hal ini akan mengakibatkan terbentuknya
daerah bekas pertambangan yang kondisinya berbeda dengan aslinya, dimana
lokasi tersebut akan menjadi terbuka dan membentuk lubang-lubang bekas
tambang. Dan seluruh ekosistem dalam kehidupan semula (flora dan fauna)
menjadi hilang akibat perubahan bentang alam tersebut.
Dengan demikian upaya penanggulangan dampak terhadap kegiatan
pembongkaran batugamping dengan sistem peledakan ini adalah melakukan
reklamasi terhadap daerah-daerah yang ditambang. Pelaksanaan reklamasi
(terdapat dilampiran)
ini haruslah dipandang sebagai kegiatan yang terintegrasi dalam perencanaan
dan operasi pertambangan batugamping, baik teknis maupun ekonomis.
Dampak Terhadap Kualitas Udara dan Kebisingan
Pertambangan batugamping yang dilakukan dengan kegiatan peledakan
diperkirakan akan meningkatkan kadar debu udara serta meningkatkan
kebisingan. Kegiatan pemuatan dan pengangkutan juga menyebabkan
hamburan debu di udara. Penurunan kualitas udara akan berdampak lebih lanjut
terhadap gangguan kesehatan kerja yang ada disekitar lokasi pertambangan.
Upaya penanggulangan dampak terhadap peningkatan debu tersebut
adalah dengan melakukan cara-cara sebagai berikut:
1. Melakukan penyiraman di lokasi pertambangan.
2. Karyawan yang bekerja di lokasi peledakan diwajibkan menggunaka
masker, ear plug, dan helmet.
3. Melakukan pemeriksaan kesehatan karyawan yang bekerja dekat sumber
dampak.
Dampak Terhadap Erosi
Dampak lain yang juga diperkirakan akan terjadi akibat kegiatan
pertambangan batugamping adalah terjadinya erosi pada lahan-lahan yang

18
DOKUMEN UKL-UPL

terbuka, seperti halnya daerah-daerah pertambangan dan daerah-daerah tempat


penimbunan tanah. Erosi adalah proses abrasi; benturan; dan pengangkatan
puing-puing batuan atau tanah ke tempat-tempat yang lebih rendah oleh media
air atau angin.
Pada lahan yang terbuka, aktifitas air mulai dari tetes hujan sampai
terjadinya aliran permukaan tanah, akan melakukan pengikisan yang
mengakibatkan material-material terkelupas dan terangkat melalui alur-alur,
kemudian mengalir ke sungai-sungai yang pada akhirnya akan terendapkan pada
tempat-tempat yang alirannya sudah tidak lagi mampu mengangkat material
tersebut. Erosi yang tidak terkendali dapat mengakibatkan hilangnya lapisan-
lapisan tanah subur di sekitar daerah hulu sungai, sedangkan di daerah hilir
sungai sering menimbulkan banjir. Banjir ini banyak membawa lumpur yang akan
mengakibatkan warna air sungai menjadi keruh kecoklat-coklatan, karena kadar
lumpur yang tinggi.
Mekanisme erosi yang umumnya terjadi di daerah pertambangan
batugamping diawali dengan proses erosi permukaan (sheet erotion), dilanjutkan
dengan erosi alur, dan diteruskan dengan erosi lembah (gully erotion). Erosi
permukaan pada umumnya terjadi pada lahan-lahan yang terbuka di sekitar
lokasi pertambangan, dimana sifat materialnya lepas dan mudah terkikis bila
terkena air hujan. Akumulasi erosi permukaan pada beberapa lokasi
pertambangan, terbawa oleh air ke tempat yang lebih rendah dan akan bersatu
membetuk alur-alur erosi yang lebih besar. Dari alur-alur tersebut kemudian
terkumpul dalam suatu jumlah volume yang lebih besar dan menuju ke arah
permukaan yang lebih rendah, seperti lembah-lembah, yang pada akhirnya aliran
erosi akan menuju sungai-sungai dan mengalir bersama-sama dengan aliran
sungai.
Dengan demikian daerah aliran dekat lokasi tambang yang akan dibuka,
memiliki potensi menjadi daerah endapan lumpur hasil erosi. Diperkirakan
selama periode tertentu akan terjadi pendangkalan pada aliran sungai-sungai
tersebut.
Upaya penanggulangan dampak terhadap erosi adalah dengan membuat
saluran pada lereng dengan tujuan untuk menampung air permukaan yang
masuk ke lereng tambang yang dalam kondisi terbuka dan rentan terhadap erosi

19
DOKUMEN UKL-UPL

permukaan. Saluran ini berfungsi untuk mengarahkan aliran air permukaan


menuju lubang tambang.
Dampak Terhadap Pencemaran Air
Terjadinya erosi diperkirakan akan menimbulkan dampak terhadap
penurunan kualitas air, seperti peningkatan kekeruhan air sungai yang digunakan
masyarakat. Dampak tersebut dapat menimbulkan dampak turunan berupa
gangguan kehidupan biota air.
Upaya penanggulangan dampak terhadap pencemaran air adalah dengan
melakukan cara-cara sebagai berikut:
1. Membuat Kolam Pengendapan
Penanggulangan pencemaran air di tambang dilakukan dengan membuat
kolam pengendapan (settling pond) pada titik terendah lantai kerja
tambang (mine floor). Kolam ini berfungsi sebagai tempat penampungan
akhir dari seluruh muara aliran air yang masuk ke pit, sebelum dialirkan
keluar dengan menggunakan pemompaan.
Selain untuk menampung air, kolam juga dapat difungsikan untuk
mengendapkan partikel-partikel yang terangkut oleh aliran air, sehingga
setelah melalui proses pengendapan dapat dilakukan pemisahan antara
air yang relatif lebih bersih dengan partikel pengotor. Setelah melalui
penanganan dengan kolam pengendapan, diharapkan air yang akan
dipompa ke dalam kolam pengendapan untuk dibuang ke sungai-sungai
terdekat, sudah dalam keadaan bersih dan terpisah dari partikel-partikel
pengotor.
2. Membuat Kolam Pengontrol
Kolam pengontrol akan dibuat pada lokasi diantara pit tambang dengan
titik buangan air di sungai-sungai.
3. Neraca Air
4. Kebutuhan Air Bersih
3.06 m3 0.612 m3/hari
Kegiatan Domestik
Karyawan Paritan
Kebutuhan air
3.06 m3

Reservoar
5 m3
20
DOKUMEN UKL-UPL

Terpakai/Meresap 2.448 m3/hari

Tabel 2.8
Total Kebutuhan Air Bersih
Total
Kriteria Total Air Limbah
No Penggunaan Besaran Kebutuhan air Domestik
Kebutuhan Air
Kegiatan
Bersih bersih (m3/hari) (80 % total air
bersih)
1 Aktivitas 60 ltr/org/hr* 32 Orang 3.06 m3/hari 80% x 3.06
Karyawan
Total 3.06 m3/hari 2.448 m3/hari

Pengelolaan Daerah Bekas Pertambangan


Pada saat selesai melakukan kegiatan pertambangan (pasca
pertambangan) pada suatu daerah tertentu, maka akan dilakukan pengelolaan
terhadap daerah bekas pertambangan. Pengelolaan daerah bekas
pertambangan di wilayah tambang akan dilakukan dengan cara mereklamasi
daerah tersebut termasuk penghijauan.
Pada saat melakukan reklamasi daerah bekas pertambangan, akan
dilakukan pengkajian yang disesuaikan dengan perencanaan makro dan rencana
tata ruang wilayah Kabupaten Bandung Barat. Untuk itu direncanakan akan
dilakukan langkah koordinasi antara H. Dadang Rusmana dengan pihak-pihak
terkait seperti Bappeda dan LH Kabupaten Bandung Barat.
Pengelolaan Persiapan Peledakan
Saat-saat menjelang peledakan, di mana peringatan sudah dilaksanakan
dan seluruh rangkaian sudah selesai pula diperiksa serta diputuskan siap ledak,
adalah waktu yang penting bagi seluruh team peledakan. Keselamatan dan
keamanan di area peledakan benar-benar terletak pada kekompakan team
peledakan tersebut.
a. Tempat berlindung team peledakan di tambang bawah tanah
Beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah:
Harus memperhitungkan arah angin ventilasi, ambil posisi di atas angin.

21
DOKUMEN UKL-UPL

Bila peledakan memakai sumbu api harus diperhitungkan lebih dahulu ke


arah mana dan di mana tempat berlindung yang aman karena akan
diperlukan waktu untuk berlari setelah penyulutan selesai.
Periksa keadaan sekeliling tempat berlindung terhadap kemungkinan
jatuhnya benda atau batuan, khususnya dari atap.
Pemegang blasting machine atau yang menyulut sumbu api harus orang
yang berpengalaman dan memiliki Kartu Ijin Meledakkan (KIM) atas nama
yang bersangkutan dan perusahaan.
b. Tempat berlindung team peledakan di tambang terbuka
Beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah:
Harus dipertimbangkan arah dan jarak lemparan batu, ambil posisi yang
berlawanan.
Periksa keadaan sekeliling tempat berlindung, khususnya bila ada
bongkahan batu lepas disekitarnya yang cukup besar untuk berlindung
Bila keadaan area peledakan tidak ada tempat untuk berlindung dengan
cukup aman, maka harus disiapkan shelter, yaitu tempat perlindungan
khusus terbuat dari besi dengan ukuran minimal panjang dan lebar 1,50
m.
Pemegang blasting machine harus orang yang berpengalaman dan
memiliki Kartu Ijin Meledakkan (KIM) atas nama yang bersangkutan dan
perusahaan.
c. Tanda peringatan sebelum peledakan (aba-aba)
Beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah:
Sebelum dilakukan peledakan orang-orang disekitar daerah pengaruh gas
dan lemparan batu harus diberi aba-aba peringatan agar berlindung atau
menyingkir. Demikian juga halnya dengan peralatan, sebelumnya harus
sudah diamankan.
Aba-aba dapat berupa peringatan lewat megaphone, pluit atau sirine.
Sementara itu pada batas jalan masuk ke area peledakan harus diblokir
atau ditutup oleh barikade atau oleh petugas yang memegang bendera
Jeda waktu antara aba-aba peringatan dengan saat peledakan harus
cukup untuk memberi kesempatan kepada orang-orang untuk berlindung.
Sebaiknya aba-aba dilakukan dalam beberapa tahapan dan tiap tahap

22
DOKUMEN UKL-UPL

mempunyai arti tersendiri serta dimengerti oleh team peledakan dan


seluruh karyawan.
Mandor, Foreman atau Pengawas Peledakan harus memeriksa area
sekitar peledakan sebelum aba-aba terakhir untuk menyakinkan bahwa
lokasi tersebut aman dari orang-orang yang ada disekitarnya.

B3
Yang termasuk timbulnya B3 diantaranya:
1. Maintance peralatan yaitu penggatian oli bertempat di workshop oli
tersebut disimpan baik-baik dan pengelolaan di masukan ke dalam drum
kemudian nantinya akan di kirim ke supplier bersangkutan.
Lalu Lintas
Rencana mitigasi dampak lalu lintas yang meliputi pemasangan fasilitas
dan kelengkapan lalulintas seperti rambu-rambu lalu lintas, maka jalan warning
light, pagar pengaman dan penerangan jalan umum (PJU).
Pelaksanaan rekayasa lalu lintas dan mempersiapkan petugas untuk
membantu melancarkan lalu lintas.
Penanggulangan Sampah
Sampah yang terpilah dari tong 3 (warna) akan di angkut ke TPSS-T
kemudian residu sampah akan diangkut ke TPA Kabupaten Bandung Barat.

Gambar 2.6
Kontruksi Tong Sampah 3 Warna
Estimasi Timbulan Sampah adalah sebagai berikut :
Tabel 2.9
Estimasi Timbunan Sampah
Jumlah Karyawan Timbulan sampah /orang /hari Total
32 Orang 2 Liter/Orang/Hari 64 Liter/Orang/Hari

23
DOKUMEN UKL-UPL

2.10 Waktu Kegiatan


Jumlah hari kerja tambang pertahun diperhitungkan selama 297 hari,
dimana libur yang direncanakan antara lain:
Hari Raya Idul Fitri
Hari Raya Idul Adha
Hari Natal
Tahun Baru
Hari Libur Nasional
Untuk memaksimalkan jam kerja alat, PT Indoprima Putra Jaya
berencana untuk beroperasi dalam 1 shift perhari:
Tabel 2.9
Perhitungan Jam Kerja Pertahun

Jam Kerja
Uraian Satuan
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sept Okt Nov Des Total
Jam Kalender
Hari Kalender hari = 31 28 31 30 31 30 31 31 30 31 30 31 365
Hari Minggu hari = 5 4 4 4 5 4 5 4 4 5 4 4 52
Hari Libur Nasional hari = 1 1 2 4 2 1 2 1 2 16
Jumlah Hari Libur (point 2 + point 3) hari = 6 5 6 4 9 4 7 5 6 6 4 6 68
Jumlah Hari Kerja (point 1 - point 4) hari = 25 23 25 26 22 26 24 26 24 25 26 25 297
Ketersediaan Jam Kerja/hari jam = 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24
ketersediaan Jam Kerja (point 5 x point 6) jam = 600 552 600 624 528 624 576 624 576 600 624 600 7128
Shift/hari shift= 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Jam Kerja/shift = 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9 9
Total Jam Kalender (Jumlah Jam Kerja) = 225 207 225 234 198 234 216 234 216 225 234 225 2673
Kehilangan Jam Kerja =
Kehilangan Jam Kerja Yang Direncanakan =
Istirahat Makan 1 jam/hari = 25 23 25 26 22 26 24 26 24 25 26 25 297
Pertukaran Shift =
Persiapan =
Shift Malam =
Solat Jumat 1 jam/jumat = 5 4 4 4 5 4 5 4 4 5 4 4 52
Total Kehilangan Jam Kerja Yang Direncanakan jam = 30 27 29 30 27 30 29 30 28 30 30 29 349
Jumlah Jam Kerja Yang Direncanakan jam = 195 180 196 204 171 204 187 204 188 195 204 196 2324
Kehilangan Jam Kerja Yang Tidak Direncanakan =
Faktor Hujan % = 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1
Faktor Lain-lain % = 0,05 0,05 0,05 0,05 0,05 0,05 0,05 0,05 0,05 0,05 0,05 0,05 0,05
Total (%) = point 1 + point 2 % = 0,15 0,15 0,15 0,15 0,15 0,15 0,15 0,15 0,15 0,15 0,15 0,15 0,15
Ketersediaan Waktu Karena Waktu Yang Hilang (tidak direncanakan) % = 0,85 0,85 0,85 0,85 0,85 0,85 0,85 0,85 0,85 0,85 0,85 0,85 0,85
Jam Kerja jam = 166 153 167 173 145 173 159 173 160 166 173 167 1975
Ketersediaan Mekanis =
Faktor Pemeliharaan % = 0,9 0,9 0,9 0,9 0,9 0,9 0,9 0,9 0,9 0,9 0,9 0,9 0,9
Faktor Perbaikan % = 0,9 0,9 0,9 0,9 0,9 0,9 0,9 0,9 0,9 0,9 0,9 0,9 0,9
Total (%) Ketersediaan Mekanis % = 0,9 0,9 0,9 0,9 0,9 0,9 0,9 0,9 0,9 0,9 0,9 0,9 0,9
Total jam Kerja Efektif jam = 149,2 137,7 149,9 156,1 130,8 156,1 143,1 156,1 143,8 149,2 156,1 149,9 1778

24

Anda mungkin juga menyukai