Anda di halaman 1dari 16

PENGELOLAAN LINGKUNGAN TAMBANG

BAUKSIT

Feisal Primadana 13513172


Yosi Mutiara Pertiwi 13513175
Ferdi Muhammad 13513176
Almaika Riandraswari 13513181
Lisa Gustia Norma Mungkari 13513184
Arsy Anastasya Rahmadani 13513185

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Bauksit (bahasa Inggris: bauxite) adalah bijih utama


aluminium terdiri dari hydrous aluminium oksida dan
aluminium
hidroksida.Secara
umum
bauksit
mengandung Al2O3 sebanyak 45 65%, SiO2 1 12%,
Fe2O3 2 25%, TiO2 >3%,dan H2O 14 36%.
Pertama kali ditemukan pada tahun 1821 oleh
geolog bernama Pierre Berthier pemberian nama sama
dengan nama desa tempat dimana Bauksit pertama
kali ditemukan, Les Baux di bagian selatan Perancis.
Bauksit dapat ditemukan dalam lapisan mendatar
dan tidak terlalu dalam. Biasanya banyak terdapat di
hutan biomas, oleh karena itu penambangannya
biasanya merusak hutan.

GAGASAN

SUMBER BIJIH BAUKSIT


Bijih bauksit merupakan mineral oksida yang sumber utamanya adalah:
1. Al2O3.3H2O, Gibbsit yang sifatnya mudah larut
2. Al2O3.3H2O, Bohmit yang sifarnya susah larut dan Diaspore yang tidak
larut.
Sumber lain nya adalah :
1. Nephelin : (Na,K)2O.Al2O3.SiO2
2. Alunit : K2SO4.Al2(SO4)3.4Al(OH)3
3. Kaolin & Clay : Al2O3.2SiO2.2H2O

Bijih bauksit laterit terjadi di daerah tropis dan sub-tropis membentuk


perbukitan landai yang memungkinkan terjadinya pelapukan yang sangat
kuat. Bauksit dapat terbentuk dari batuan-batuan yang mempunyai kadar
aluminium relative tinggi, kadar fe rendah dan sedikit mengandung kuarsa
( SiO2 ) bebas. Batuan yang memenuhi pesyaratan itu diantaranya ialah
syerit, nefelin yang berasal dari batuan beku, batuan lempung atau serpih
( clay ). Batuan-batuan ini mengalami proses lateritisasi, yaitu proses yang
terjadi karena pertukaran suhu secara terus-menerus, sehingga batuan
mengalami pelapukan dimana saat proses dehidrasi akan mengeras menjadi
bauksit.

PROSES PENAMBANGAN

Penambangan bijih bauksit dilakukan dengan cara


penambangan terbuka ( open pit ). Open pit sendiri berarti
setelah pohon-pohon dan semak disingkirkan dengan
bulldozer, maka dengan alat yang sama diadakan
pengupasan tanah penutup yang tebalnya antara 5-50 cm.
Lapisan bijih bauksit yang tebalnya berkisar antara 2-5
meter kemudian digali dengan shovel loader yang sekaligus
memuat bijih tersebut kedalam dump truck untuk diangkut
ke instalasi pencucian.

PENGOLAHAN BIJIH BAUKSIT

Proses pencucian yang dilakukan bertujuan untuk meliberasi bijih


bauksit terhadap unsur-unsur pengotornya yang pada umumnya berukuran
-2 mm yaitu berupa tanah liat (clay) dan pasir kuarsa. Sehingga hasil dari
proses pencucian tersebut akan mempertinggi kualitas bijih bauksit, yaitu
didapatkan kadar alumina yang lebih tinggi dengan berkurangnya kadar
silika, oksida besi, oksida titan dan mineral-mineral pengotor lainnya.
Peralatan pencucian yang dapat digunakan adalah ayakan putar
(tromol rail atau rotary grizzly) dan ayakan getar (vibrating screen).
Ayakan putar mempunyai fungsi untuk mencuci bijih bauksit yang
masuk melalui hopper (stationary grizzly), sedangkan ayakan getar
berfungsi untuk mencuci bijih bauksit yang keluar dari ayakan putar.
Ayakan getar mempunyai dua tingkat ayakan, dimana ayakan tingkat
pertama (bagian atas) mempunyai lebar lubang bukaan 12,5 mm dan
ayakan tingkat kedua (bagian bawah) mempunyai lebar bukaan 2 mm
sehingga alat ini sering juga disebut dengan system ayakan getar
bertingkat (vibration horizontal double deck screen).

CARA-CARA LEACHING

1. Cara Asam (H2SO4)


Hanya dilakukan untuk pembuatan Al2(SO4)3 untuk proses
pengolahan air minum dan pabrik
kertas.
Reaksi dapat dipercepat dengan menaikkan temperatur sampai
180 C (Autoclaving)
KalsinasiCocok untuk lowgrade Al2O3 tetapi high SiO2 yang
tidak cocok dikerjakan dengan cara basa.
Hasil Basic-Al-Sulfat dikalsinansi menjadi Al2O3, kelemahan
cara ini adalah Fe2O3 ikut larut.

2. Cara Basa (NaOH), Proses Bayers (Th 1888)


Ada 2 macam produk alumina yang bisa dihasilkan yaitu Smelter Grade Alumina
(SGA) dan Chemical Grade Alumina (CGA). 90% pengolahan bijih bauksit di dunia
ini dilakukan untuk menghasilkan Smelter Grade Alumina yang bisa dilanjutkan
untuk menghasilkan Al murni.
Reaksi Pelindian:
Mineral Bijih:
Al2O33H2O + 2 NaOH = Na2OAl2O3 + 4 H2O (T =140 C, P= 60 psi)
Impurities:
SiO2 + 2 NaOH = Na2OSiO2 + H2O (Silika yang bereaksi adalah silika reaktif)
2(Na2OSiO2) + Na2OAl2O3+2H2O = Na2OAl2O3SiO2 (Tidak larut) + 4 NaOH
Dalam proses ini dibatasi jumlah silika reaktifnya karena sangat mengganggu
dengan menghasilkan doubel Na-Al-Silikat yang mempunyai sifat tidak larut.
Fe2O3 dan TiO2 tidak bereaksi dengan NaOH dan tetap dalam residu (Red Mud),
sedangkan V2O5, Cr2O3, Ga2O3 larut sebagai by product.

Reaksi Presipitasi:
Dilakukan dengan memanfaatkan hidrolisa karena pendinginan T=60-65 C sampai 3843 C, t = 100 jam
Na2O33H2O + 4 H2o = Al2O33H2O(s) + 2 NaOH
- Kalsinasi:
Al2O33H2O = Al2O3(pure) + 3 H2O(g) (T=1200 C)

3. Cara Sintering dengan Na2CO3 (Deville-Pechiney)


Sintering dilakukan dalam Rotary Kiln 1000 C selama 2-4 jam, cocok untuk bijih
dengan high Fe2O3 dan SiO2.
Reaksi-reaksi:

Al2O3 + Na2CO3= NaAlO2 + CO2(g)


Fe2O3 + Na2CO3 = Na2OFe2O3 + CO2(g)
TiO2 + Na2CO3 = Na2OTiO2 + CO2(g)
SiO2 + Na2CO3 = Na2OSiO2 + CO2(g)

4. Dengan proses elektolisa


Bahan utamanya adalah bauksit yang mengandung aluminium
oksida. pada katoda terjadi reaksi reduksi, ion aluminium (yang
terikat dalam aluminium oksida) menerima electron menjadi atom
aluminium,

4 Al(3+) + 12 e(1-) > 4 Al


Pada anoda terjadi reaksi oksidasi, dimana ion-ion oksida
melepaskan elektron menghasilkan gas oksigen.
6 O(2-) > 3 O2 + 12 e(1-)
logam aluminium terdeposit di keping katoda dan keluar melalui
saluran yang telah disediakan.

4 LIMBAH BAUKSIT

Hasil pencucian (tailing) yang tampakannya berupa cairan lumpur


berwarna merah ini (red mud) karena banyak mengandung besi oksida.
Air dan lumpur bercampur pasir sebagai limbah pencucian bauksit
tersebut dialirkan ke kolam-kolam pengendapan sebelum air limbah
dialirkan ke laut atau lingkungan sekitar. Rosenthal et al. (1973)
menyatakan bahwa red mud mempunyai efek fisiologi terhadap organisme
Laut Utara dimana ikan lebih cepat terpengaruh dibandingkan alga. Efek
tidak langsung dari red mud tersebut adalah potensi terjadinya akumulasi
logamlogam tertentu pada ikan yang walaupun tidak berpengaruh
terhadap fisiologi ikan, tetapi dapat membahayakan bila ikan tersebut
dikonsumsi oleh manusia (biomagnifikasi melalui rantai makanan).
Red mud (lumpur merah) yang sangat besar jumlahnya merupakan
sumber pencemar lingkungan. Setiap ton alumina yang dihasilkan selalu
diikuti dengan pembuangan 1 ton red mud, sehingga daalm perencanaan
lokasi pabrik harus dicarikan lokasi pembuangan red mud, yang struktur
tanahnya padat sehingga larutan soda yang terkandung dalam red mud
tidak mencemari tanah disekitar pembuangan. Pencemaran ini dapat
dihindari dengan pengendalian yang ketat terhadap kemungkinan adanya
penetrasi atau pelimpaham red mud, yang dapat mencemari sumber air
disekitarnya.

5.PENGOLAHAN LIMBAH
BAUKSIT
Lumpur merah adalah limbah yang dihasilkan dari pengolahan bauksit
menjadi alumina di proses bayer. Lumpur merah itu berupa senyawa besi,
alumina, silika, dan titan tidak larut dan memiliki pH sekitar 13-14. Dalam lumpur
merah masih terdapat aluminium dengan 10-22%, dan beberapa unsur lainnya
seperti besi, sebesar 14-35%. Penanganan adalah salah satu cara adalah dengan
menggunakan asam anorganik (HCl, H2SO4, HNO) yang berfungsi untuk
menetralisir pH tinggi yang terkandung dalam lumpur merah. Hasilnya dapat
diketahui dari 35-40% dari total lumpur merah dapat terduksi dengan
menggunakan larutan asam. Selain untuk pengolahan bauksit menjadi alumina
juga menghasilkan emisi gas dari hasil pembakaran dalam boiler. Emisi gas dapat
dikurangi dengan menggunakan aprototype absorber penyerap dengan larutan
NaOH. Dimana konsentrasi larutan NaOH 2,5% optimal fluks 0,23 mol CO pada
15 menit menunjukkan jumlah karbon dioksida diserap per satuan luas membran
per detik. Ini akan menghemat biaya karena konsentrasi larutan NaOH tenggelam
rendah, waktu kontak yang singkat, dan hasil fluks besar. Dari konsentrasi NaOH
2,5% cukup penyerap untuk pengurangan emisi CO gas yang keluar dari unit
boiler dari 8-12%. Ini lebih baik daripada menggunakan scrubber dan penyerap
mencapai efisiensi hanya 50-60%. 22 / m 2

Dipikirkan juga untuk mengembangkan penelitian pemanfaatan red mud


tersebut, misalnya pemanfaatan kandungan besi yang berada dalam red
mud. Debu yang terjadi pada bauxite stroge dan akan terjadi pada unit
kalsinasi serta adanya debu kapur ketika pembuatan cairan dapur juga
merupakan sumber pencemaran lingkungan yang dapat diatasi dengan

KESIMPULAN

Bauksit dapat terbentuk dari batuan-batuan yang mempunyai


kadar aluminium relative tinggi, kadar fe rendah dan sedikit
mengandung kuarsa ( SiO2 ) bebas.
Penambangan bijih bauksit dilakukan dengan cara penambangan
terbuka ( open pit )
Proses pencucian yang dilakukan bertujuan untuk meliberasi bijih
bauksit terhadap unsur-unsur pengotornya yang pada umumnya
berukuran -2 mm yaitu berupa tanah liat (clay) dan pasir kuarsa.
Hasil pencucian (tailing) yang tampakannya berupa cairan
lumpur berwarna merah ini (red mud) karena banyak mengandung
besi oksida.
Lumpur merah adalah limbah yang dihasilkan dari pengolahan
bauksit menjadi alumina di proses bayer.

DAFTAR PUSTAKA

http://bheleque.wordpress.com/2012/06/01/fokus-tambang-ko
mpas-01-juni-2012/

http://www.antam.com/index.php?option=com_content&ta
sk=view&id=21&Itemid=30&lang=id

http://regionalinvestment.bkpm.go.id/

http://id.wikipedia.org/wiki/Bauksit

http://tambang.finddiscussion.com/t15-bauksit-wwwtekmira
esdmgoiD
http://klastik.wordpress.comhttp://www.borneoedo.com

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai