Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Bauksit (bahasa Inggris: bauxite) adalah bijih utama aluminium terdiri dari
hydrous aluminium oksida dan aluminium hidroksida yakni dari mineral gibbsite
Al(OH)3, boehmite -AlO(OH), dan diaspore -AlO(OH), bersama-sama dengan
oksida besi goethite dan bijih besi, mineral tanah liat kaolinit dan sejumlah kecil
anatase Tio2. Secara umum bauksit mengandung Al2O3 sebanyak 45 65%, SiO2
1 12%, Fe2O3 2 25%, TiO2 >3%,dan H2O 14 36%.

PT. Jiwa Muda Tbk, Unit bisnis Pertambangan Bauksit Rusa saat ini merupakan
salah satu perusahaan di Indonesia yang seluruh hasil produksi dari Unit Bisnis
Pertambangan Bauksit Rusa adalah untuk tujuan ekspor dengan kualitas dan
persyaratan tertentu.

Persyaratan kualitas bauksit yang diteteapkan negara pembeli antara lain:

a. Kadar komponen Al2O3 minimal 51%


b. Kadar SiO2 maksimal 6,5%
c. Kadar Fe2O3 maksimal 14%
d. Kadar TiO2 maksimal 1,2%
e. Ukuran Produk -76,2mm + 2mm

Untuk dapat memenuhi persyaratan ekspor tersebut dilakukan proses pencucian


terhadap bijih bauksit. Pencucian bijih bauksit yang dilakukan di Unit Bisnis
Pertambangan Bauksit Rusa dengan menggunakan trommol screen dengan ukuran
lubang ayakan 12,7 mm dan 2 mm.

Saat ini kegiatan pertambangan hanya difokuskan di Bukit Bintang, dengan


instalasi pencucian terdapat di Ponjang yang belum memenuhi persyaratan ekspor
yaitu :

1
a. Kadar komponen Al2O3 = 50,86% (Tidak lolos persyaratan)
b. Kadar SiO2 = 7,24% (Tidak lolos persyaratan)
c. Kadar Fe2O3 = 13,87% (Lolos persyaratan)
d. Kadar TiO2 = 0,62% (Lolos persyaratan)

Untuk mengatasi hal tersebut dilakukan pencucian ulang pada bauksit tercuci dari
instalasi pencucian Ponjang di instalasi pencucian ulang Bukit Rusa menggunakan
double deck trommol screen dengan ukuran lubang ayakan 12,7mm dan 2mm.
Sasaran produksi yang ditargetkan untuk pencucian ulang adalah sebesar 1.500
ton/ hari.

1.2. Permasalahan
Permasalahan yang dihadapi saat ini adalah kualitas hasil proses pencucian ulang
bauksit di Instalasi pencucian ulang Bukit Rusa untuk kadar Al2O3 sebesar
51,58%, Fe2O3 sebesar 13,19%, dan TiO2 sebesar 0,57% sudah memenuhi
persyaratan ekspor, sedangkan untuk SiO2 masih belum memenuhi persyaratan
ekspor yaitu 6,5% sehingga perlu dilakukan suatu upaya penurunan kadar SiO2
dengan mengkaji terhadap variabel- variabel alat dan operasi double deck trommol
screen yang meliputi kemiringan, diameter, panjang, kecepatan putaran,
pemenuhan kebutuhan air dan kecepatan pengumpanan trommol.

1.3. Tujuan Penelitian


Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui penyebab tingginya kadar SiO2,
sehingga dapat diupayakan suatu penyelesaian masalah untuk meningkatkan
produksi alat pencucian ulang tersebut.

1.4. Batasan Masalah


Penelitian ini hanya mencakup aspek teknis variabel alat dan operasi double
deck trommol screen yang meliputi kemiringan, diameter, panjang, kecepatan
putaran, pemenuhan kebutuhan air dan kecepatan pengumpanan pada trommol.

1.5. Hasil yang diharapkan

Hasil yang diharapkan setelah dilakukannya penelitian ini adalah :

2
1. Dapat diketahui penyebab tingginya kadar SiO2 sehingga dapat dilakukan
upaya penurunan kadar SiO2 yang sesuai dengan persyaratan ekspor.
2. Dapat dilakukan perbaikan- perbaikan yang diperlukan agar proses
pencucian ulang dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan.

1.6. Manfaat Penelitian


Manfaat dari penilitian ini antara lain:
1. Menambah keilmuan bagi mahasiswa di lingkungan Universitas
Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta.
2. Dapat menjadi acuan perusahaan dalam perbaikan- perbaikan yang
diperlukan untuk pencucian ulang bauksit menjadi maksimal.

3
BAB II
METODOLOGI PENELITIAN

2.1. Dasar Teori


Menurut Tim Analisa dan Evaluasi Komoditi Mineral Internasional Proyek
Pengembangan Pusat Informasi Mineral (1984), Bauksit merupakan mineral bijih
alumina yang dimanfaatkan sebagai bahan galian industri, sebagai bahan dasar
pembuatan jenis logam aluminium. Bauksit berasal dari endapan residual dari
proses lateritisasi batuan asal. Bauksit adalah bahan mineral yang heterogen, yang
mempunyai mineral dengan susunan terutama dari oksida aluminium, yaitu
berupa mineral buhmit (Al2O3H2O) dan mineral gibsit (Al2O3 3H20). Secara
umum bauksit mengandung Al2O3 sebanyak 45-65 %, SiO2 1-12 %, Fe2O3 2-25%,
TiO2 >3 % dan H2O 14-36 %.

Sumber daya biji bauksit Indonesia sebagai bahan baku industri Alumina cukup
besar. Menurut data USGS (United States Geological Survey) tahun 2013, sumber
daya bauksit Indonesia terbesar ke-6 di dunia dan tingkat produksinya berada di
peringkat ke-4 di dunia setelah Australia, China dan Brazil. Data dari Badan
Geologi ESDM menunjukkan jumlah keseluruhan sumber daya bauksit Indonesia
mencapai 838,9 juta ton dengan jumlah cadangan bauksit mencapai 302,3 juta ton
yang terdiri dari cadangan terkira sebesar 149,5 juta ton dan cadangan terbukti
152,8 juta ton. Dari sisi geografis, cadangan bauksit Indonesia terbesar berada di
wilayah Kalimantan Barat. Kapasitas produksi bijih bauksit Indonesia cukup
besar. Hal ini dapat terlihat dari volume ekspor bijih bauksit Indonesia yang terus
meningkat. Tidak adanya industri pengolahan bijih bauksit menyebabkan seluruh
hasil produksi tambang harus diekspor dalam bentuk bijih. Volume ekspor bijih
bauksit pernah mencapai titik tertinggi di tahun 2011 yakni mencapai 40,6 juta ton
lalu menurun sebesar 27,3% karena adanya dampak regulasi Permen ESDM
Nomor 7 tahun 2012 menjadi 29,5 juta ton di tahun 2012.

4
2.1.1. Gambaran Umum Pencucian Bijih Bauksit dengan Screen

Pengayakan merupakan pemisahan berbagai campuran partikel padatan


yang mempunyaI berbagai ukuran bahan dengan menggunakan ayakan. Proses
pengayakan juga digunakan sebagai alat pembersih, pemisah kontaminan yang
ukurannya berbeda dengan bahan baku. Pengayakan memudahkan kita untuk
mendapatkan serbuk dengan ukuran yang seragam. Dengan demikian pengayakan
dapat didefinisikan sebagai suatu metoda pemisahan berbagai campuran partikel
padat sehingga didapat ukuran partikel yang seragam serta terbebas dari
kontaminan yang memiliki ukuran yang berbeda dengan menggunakan alat
pengayakan.

Pengayakan dengan berbagai rancangan telah banyak digunakan dan


dikembangkan secara luas pada proses pemisahan bahan-bahan pangan
berdasarkan ukuran. Pengayakan yaitu pemisahan bahan berdasarkan ukuran
mesin atau lubang ayakan. Bahan yang mempunyai ukuran lebih kecil dari
diameter lubang akan lolos dan bahan yang mempunyai ukuran lebih besar akan
terjerap pada permukaan lubang ayakan. Bahan-bahan yang lolos melewati lubang
ayakan mempunyai ukuran yang seragam dan bahan yang terjerap dikembalikan
untuk dilakukan penggilingan ulang .

Proses pencucian bauksit bertujuan untuk menaikan kualitas bauksit dengan


mencuci dan memisahkan bauksit tersebut dan komponen- komponen yang tidak
diinginkan seperti butir- butir kuarsa, clay serta material pengotor lainnya yang
pada umumnya berukuran kurang dari 2mm dengan menggunakan alat trommol
screen.

Dalam pengolahan bahan galian proses pencucian bauksit ini termasuk dalam
tahapan klasifikasi ukuran partikel, dimana proses pencucian bauksit merupakan
proses pemisahan bijih dengan cara pengayakan basah (wet screening), yaitu
proses pemisahan butir mineral berdasarkan lubang ayakan sehingga hasilnya
seragam dengan menggunakan bantuan media air.

2.1.2. Klasifikasi Ayakan


Screen atau ayakan diklasifikasikan menjadi dua yaitu :

5
a. Fixed Screen
Ayakan tidak bergerak dan permukaannya sangat keras dan terbuat dari
batangan baja yang dirangkai sejajar di pasang miring disesuaikan dengan
angle of repose material agar material yang kecil lolos dan yang besar
menggelinding. Contohnya Grizzly Screen.
b. Moving Screen
Ayakan bergerak sehingga ayakan mempunyai efisiensi yang lebih tinggi
dari fixed screen. Macam- macam moving screen diantaranya adalah
vibrating screen, shaking screen, trommol screen dan belt screen.

2.1.3. Faktor yang Mempengaruhi Kecepatan Material Menerobos Ayakan


Pada dasarnya ayakan merupakan sebuah permukaan yang mempunyai berbagai
ukuran dan bentuk lubang bukaan. Meterial dengan berbagai ukuran yang
tercampur akan lolos atau tertahan pada ayakan tergantung dari pada ukuran
partikel tersebut lebih kecil atau lebih besar dari pada ukuran lubang ayakan.
Menurut (Taggart,1927), kecepatan pelolosan material dalam ayakan dipengaruhi
oleh beberapa hal, yaitu:
1. Ukuran material yang sesuai dengan lubang ayakan
2. Ukuran rata-rata material yang menembus lubang ayakan
3. Sudut yang dibentuk oleh gaya pukulan partikel
4. Komposisi air dalam material yang akan diayak
5. Letak perlapisan material pada permukaan sebelum diayak

2.1.4. Faktor yang Mempengaruhi Proses Pencucian Menggunakan Trommol


Screen
Proses pencucian ulang dengan menggunakan double deck trommol screen
dipengaruhi oleh beberapa variabel, yaitu variabel alat, variabel operasi dan faktor
konkresi bijih bauksit. Berikut ini termasuk variabel alat antara lain: kemiringan
trommol screen; diameter dan panjang trommol screen. Sedangkan untuk
varaiabel operasi yaitu kecepatan pengumpanan, banyaknya air yang digunakan
dan kecepatan putaran trommol.

6
Gambar 2.1
Trommol Screen

2.1.4.1. Variabel Alat


a. Kemiringan trommol screen
Kemiringan trommol screen berpengaruh pada kecepatan lolos atau
mengalirnya material pada trommol screen. Efisiensi dan kapasitas dapat
meningkat pada kemiringan tertentu, yang baik untuk trommol antara
2o24 14o. Tujuan pengaturan kemiringan ini agar bauksit yang tercuci
tidak terlalu cepat atau terlalu lambat sehingga proses pencucian dapat
berjalan dengan baik.
b. Diameter dan panjang trommol screen
Diameter dan panjang trommol screen berpengaruh terhadap luar
pemukaan screen.Semakin besar diameter dan panjang trommol screen
maka kesempatan material yang lolos lubang screen akan semakin besar
dan kapasitas trommol screen semakin besar.
HG. Smith memberikan rumus agar sesuai dengan kapasitas yang
dikehendaki, yaitu:
D = 7,66 W/d
Dimana : D = Diameter Trommol
W = tonase umpan yang diinginkan (ton/jam)
d = SG material
c. Kapasitas trommol screen
Kapasitas trommol screen merupakan berat umpan maksimmum yang
dapat dikerjakan selama proses pencucian

7
Rumus : C = A x k x a
Dimana :C = kapasitas trommol screen
A = Luas permukaan screen
k = unit kapasitas rata- rata (ton) 0,3 2 ton
a = Lebar bukaan trommol (mm)
2.1.4.2. Variabel Operasi
a. Kecepatan Pengumpanan

Kecepatan pengumpanan adalah banyaknya bauksit kotor yang masuk ke


double deck trommol screen pencucian setiap satuan waktu.

Kecepatan pengumpanan terlalu tinggi akan mengakibatkan:

Kualitaas hasil pencucian menurun


Mecetnya aat pencucian

b. Banyaknya air yang digunakan

Dalam proses pengayakan basah banyaknya air sangat penting untuk

diperhatikan, karena air sangat menetukan dalam proses pelepasan


pengotor- pengotor luar yang menempe pada permukaan konkresi
bauksit.

c. Kecepatan putaran trommol

Kecepatan putaran mempengaruhi kapasitas dan efisiensi. Meningkatnya


kecepatan putaran menyebabkan meningkatnya kapasitas dan efisiensi
ayakan. Akan tetapi, pada titik tertentu kecepatan putaran akan
menyebabkan material anya menempel pada dinding screen, untuk itu
putaran kritis dari trommol harus diperhitungkan dengan rumus:

Nc = 76,6/ D

Dimana: D = diameter trommol (ft)

Nc = kecepatan putaran kritis

8
2.1.5. Faktor Konkresi Bijih Bauksit

Faktor konkresi adalah perbandingan antara berat bauksit tercuci berukuran


+2mm dengan berat bauksit sebelum dicuci. Perhitungan faktor konkresi bauksit
dinyatakan dalam persen menggunakan rumus :

+2
FK = x 100%

Dimana : FK = faktor koreksi (%)

2.1.6. Efisiensi Pencucian

Baik tidaknya suatu proses pencucian dengan menggunakan alat trommol screen
ditentukan oleh besar kecilnya efisiensi pencuciannya. Semakin besar efisiensi,
maka semakin baik proses pencucian tersebut. Menurut Richard dan Locke,
proses pencucian dikatakan baik apabila efisiensi pencucian lebih besar dari 70%
Dalam perhitungan menurut Taggart, digunakan rumus sebagai berikut:

10.000 ( )
E=
(100 )

Dimana : E = efisiensi pencucian (%)

e = % berat undersize (-2mm) yang terdapat dalam umpan

v = % berat undersize (-2mm) yang terdapat dalam produk

2.2. Metode Pengambilan Sampel dan Data

Adapun penulisan laporan ini didasarkan pada 4 metode yaitu :

1. Observasi

Metode ini dilakuakan dengan cara melakukan tinjauan secara langsung


terhadap kondisi lapangan di PT. Jiwa Muda Tbk.

2. Diskusi

Metode ini melibatkan secara langsung mahasiswa untuk berdiskusi


dengan pihak-pihak yang berhubungan dalam pencucian bauksit khususnya

9
yang ahli dan berkompeten di bidang pengolahan serta pihak pendukung
lainnya dalam keperluan data dan lain-lain.

3. Pengumpulan Data Hasil Pengamatan

Metode pengambilan data dilakukan dengan metode eksperimental yang


mengadakan manipulasi terhadap nilai variabel alat dan nilai variabel
operasi serta adanya kontrol untuk mendapatkan hasil produksi yang
diinginkan dari kadar yang telah ditentukan.

Tujuan dari metode ini untuk menyelidiki ada tidaknya hubungan sebab
akibat dan berapa besar hubungan sebab akibat tersebut dengan cara
memberikan perlakuan-perlakuan tertentu dan menyediakan kontrol untuk
perbandingan.

Variabel alat dilakukan dengan pengubahan derajad Kemiringan trommol


screen dari 8o menjadi 5o, Sedangkan variabel operasi dilakukan
pengubahan pada:

1. Kecepatan pengumpanan dari (umpan maksimal trommol screen) 122


ton/jam menjadi 118 ton/jam

2. Banyak air yang digunakan dari 1400 liter/ton menjadi 1600 liter/ton

3. Kecepatan putaran trommol dari 11,30 rpm menjadi 11,50 rpm

4. Faktor Konkresi berkisar 78,56% hingga 91,65%

4. Studi Pustaka

Pengolahan data dilakukan berdasarkan hasil data pengamatan untuk


menganalisis tentang penyebab hasil proses pencucian ulang bauksit di
Instalasi pencucian ulang Bukit Rusa untuk kadar SiO2 yang masih belum
memenuhi persyaratan ekspor yaitu 6,5% sehingga perlu dilakukan suatu
upaya penurunan kadar SiO2.

10
2.3. Bagan Alir Penelitian

Berikut ini bagan alir penelitian yang telah di rumuskan untuk mendapatkan hasil
dan tujuan yang diinginkan :

KAJIAN TEKNIS PROSES PENCUCIAN ULANG BAUKSIT


DI UNIT BISNIS PERTAMBANGAN BAUKSIT RUSA
PT. JIWA MUDA Tbk.

Tujuan Penelitian:
mengetahui penyebab tingginya kadar SiO2
pada pencucian bauksit

Data :
1. Kecepatan putaran Trommol
2. Kecepatan Pengumpanan
3. Banyak Air yang di gunakan (liter/ton)
4. Efisiensi screen
5. Kadar SiO2 pada bauksit setelah dilakukan
perubahan variabel alat dan operasi

Pengolahan Data :
1. Perhitungan Kecepatan trommol
2. Perhitungan Kecepatan Pengumpanan
3. Perhitungan Banyak Air yang digunakan
(liter/ton)
4. Perhitungan Efisiensi Screen
5. Perhitungan Kadar SiO2

Pembahasan :
Penguraian mengenai analisis penyebab-
penyebab yang menjadikan kadar SiO2 setelah
pencucian belum memenuhi syarat ekspor yang
telah ditentukan

Kesimpulan :
1. Dasar penentuan pengaturan untuk trommol
screen
2. Pengaturan yang tepat untuk trommol screen
3. Kadar SiO2 hasil pencucian ulang bauksit

Gambar 2.2
Bagan Alir Penelitian

11
BAB III
RENCANA PENYELESAIAN PENELITIAN

3.1. Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan dan analisis data dilakukan setelah melakukan eksperimen pada


pengubahan variabel untuk membandingkan antara pengaturan semula dengan
hasil dari pengubahan variabel. Syarat untuk mencapai keberhasilan penelitian
adalah mengurangi kadar SiO2 yang memenuhi persyaratan ekspor dengan jumlah
maksimum sebesar 6,5 %.

Data yang diperoleh :

1. Perhitungan Kecepatan trommol

2. Perhitungan Kecepatan Pengumpanan

3. Perhitungan Banyak Air yang digunakan (liter/ton)

4. Perhitungan Efisiensi Screen

5. Perhitungan Kadar SiO2

3.2. Penyelesaian Masalah

Setelah didapatkan pengaturan pada variabel alat dan operasi sesuai dengan
ketentuan produksi, maka dapat diketahui penyebab- penyebab pencucian ulang
bauksit pada pengaturan semula tidak berhasil menghasilkan produk yang sesuai
persyaratan untuk tujuan ekspor.

3.3. Hasil yang diharapkan

Hasil yang diharapkan setelah dilakukannya penelitian ini adalah :

1. Dapat diketahui penyebab tingginya kadar SiO2 sehingga dapat dilakukan


upaya penurunan kadar SiO2 yang sesuai dengan persyaratan ekspor.

12
2. Dapat dilakukan perbaikan- perbaikan yang diperlukan agar proses
pencucian ulang dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan.

3.4. Skedul Pelaksanaan Penelitian

Adapun waktu penelitian yang diperlukan untuk penelitian ini, dilakukan selama
enam (6) bulan, yang dirinci sebagaimana berikut

Jadwal Rencana 2015 2016


no
Penelitian
Oktober November Desember Januari Februari Maret
Konsultasi
1
Judul Penelitian
Konsultasi dan
penyusunan
2
proposal
penelitian
Penyerahan
Proposal
3 penelitian
kepada
pembimbing
Perbaikan/
4
Revisi Proposal
Pengiriman
5
Proposal
Pelaksanaan
penelitian dan
6
pengumpulan
data
7 Pengolahan data
Bimbingan
8 konsultasi hasil
penelitian
Konsultasi,
koreksi, revisi
9
draft skripsi,
penulisan

13
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2013. Karut Marut Pengelolaan Tambang Bauksit Pulau Bintan.


Aziz Muchtar. 2009. Pemrosesan Red Mud Limbah Ekstraksi Alumina
dariBijih Bauksit Bintan untuk Memperoleh kembali Alumina dan Soda. Jurnal
Teknologi Mineral dan Batubara Vol. 5 No 14. 11-18. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Tekologi Mineral dan Batubara.
Suhala, S, A. F. Yoesoef dan Mutaalim. 1995. Teknologi Pertambangan
Indonesia. Pusat Penelitlan dan Pengembangan Teknologi Mineral,Direktorat
Jenderal Pertambangan Umum Departemen Pertambangan dan Energi. Jakarta
Suseno, Triswan. 2010. Analisis Nilai Sumber Daya Bijih Bauksit, Nikel
dan Emas PT. Antam Tbk . Karya Ilmiah Penelitian dan Pengembangan Mineral
dan Batubara.

14

Anda mungkin juga menyukai