Anda di halaman 1dari 69

Dokumen Studi Kelayakan Revisi III

PT. Muara Alam Sejahtera

BAB V
GEOTEKNIK, HIDROLOGI DAN HIDROGEOLOGI

5.1. Geoteknik
Rencana penambangan batubara yang akan dilakukan PT. Muara
Alam Sejahtera adalah menggunakan sistem tambang terbuka. Kegiatan
tersebut akan membentuk lereng tambang. Lereng adalah deviasi dari
bentuk permukaan bumi yang tegak lurus horizontal, sehingga
membentuk sudut yang terukur dari dasar. Sudut sebuah lereng dapat
terukur mulai 1o sampai dengan 90o.
Hasil laporan Geoteknik PT. Muara Alam Sejahtera tahun 2018,
merekomendasikan teknik dalam pelaksanaan kegiatan penambangan, di
antaranya kemampugalian dan kemampugaruan sebagai salah satu
bahan pertimbangan dalam penentuan peralatan tambang yang ideal
untuk digunakan dalam kegiatan penambangan, khususnya pada kegiatan
pemberaian material dan penentuan geometri lereng tambang yang
optimal. Daerah penyelidikan terletak di dalam area penambangan
batubara PT. Muara Alam Sejahtera di Kecamatan Merapi Barat,
Kabupaten Lahat, Provinsi Sumatera Selatan.
5.1.1. Akuisisi Data
5.1.1.1. Jenis
Metoda penyelidikan yang dilakukan adalah dengan cara
pengumpulan data primer dan data sekunder. Data primer yang
dikumpulkan dari kegiatan lapangan seperti pengukuran topografi,
pengeboran, pengambilan contoh tanah tidak terganggu, penilaian
kualitas batuan dengan menggunakan parameter Rock Quality
Designation (RQD) dan analisis laboratorium mekanika tanah. Sedangkan
untuk data sekunder diperoleh dari laporan/penyelidikan terdahulu, dari
Tim Engineering PT. Muara Alam Sejahtera, Badan Informasi Geospasial
dan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) seperti peta
topografi dan peta geologi.

GEOTEKNIK, HIDROLOGI DAN HIDROGEOLOGI V-1


Dokumen Studi Kelayakan Revisi III
PT. Muara Alam Sejahtera

Analisa geoteknik dilakukan pada daerah rencana penambangan batubara


IUP PT. Muara Alam Sejahtera. Analisis dilakukan pada bagian high wall,
low wall dan side wall untuk memperoleh rekomendasi geometri yang
dinilai optimum. Secara umum analisa geoteknik dilakukan dengan ruang
lingkup di bawah ini :
a. Analisa pola struktur dan massa batuan
b. Analisa stabilitas pit
Pemetaan geoteknik permukaan dilakukan di area rencana
tambang (pit) PT. Muara Alam Sejahtera, pada 2 (dua) objek yang diteliti,
yaitu penyelidikan kekuatan massa batuan pada setiap lapisan yang
tampak dan terjangkau pada singkapan dan kondisi bidang lemah
(discontinue) batuan. Berikut adalah hasil penyelidikan batuan di daerah
penelitian :
- Pada umumnya batuan termasuk dalam kategori ekstrem lemah
(extremely weak rock condition, UCS < 1 MPa) dan sangat lemah (very
weak rock, UCS = 1-2 MPa).
- Batu lempung (claystone) bersifat ekspansif, sehingga kekuatannya
menurun ketika terekspos (Gambar 5.1). Material jenis inilah yang
memicu terjadinya longsoran.
- Material batu pasir (sandstone) pembentuk lereng mempunyai 2 (dua)
tipikal, yaitu yang bersifat relative homogeny dengan kekuatan lemah
dan tidak mudah tergerus oleh air (Gambar 5.2), dan yang tidak
homogen dengan kekuatan sangat lemah dan mudah tergerus aliran air
(Gambar 5.3). Sandstone jenis kedua yang dapat memicu terjadinya
longsoran.
- Penyebab longsoran dari kondisi batuan ini, dapat merupakan
kombinasi dari material yang lemah, material bersifat ekspansif ketika
terekspos, material mudah tergerus air, aliran air yang mengalir pada
muka lereng, dan keberadaan struktur per lapisan bila orientasinya
merugikan.

GEOTEKNIK, HIDROLOGI DAN HIDROGEOLOGI V-2


Dokumen Studi Kelayakan Revisi III
PT. Muara Alam Sejahtera

Sumber : Tim Teknis PT. MAS, 2020


Gambar 5.1. Claystone Bersifat Ekspansif (Klas IV)

Sumber : Tim Teknis PT. MAS, 2020


Gambar 5.2. Sandstone Bersifat Homogen (Klas V)

GEOTEKNIK, HIDROLOGI DAN HIDROGEOLOGI V-3


Dokumen Studi Kelayakan Revisi III
PT. Muara Alam Sejahtera

Sumber : Tim Teknis PT. MAS, 2020


Gambar 5.3. Sandstone Tidak Homogen (Klas V)

5.1.1.2. Jumlah
a. Jumlah bor geoteknik sebelum revisi
Jumlah titik bor studi geoteknik sebelum revisi pada tahun 2018,
pengeboran geoteknik dilakukan di 7 titik lokasi, yaitu : GT-01, GT-02,
GT-03, GT-04, GT-04B, GT-05 dan GT-06, dengan kedalaman lubang
bor antara 80m - 160 m.
B. Jumlah bor geoteknik setelah revisi tahun 2020
Titik pengeboran geoteknik pada tahun 2020 terdapat penambahan,
Laporan penyelidikan geoteknik dilakukan oleh Konsultan Independen Gde
Suratha dkk pada tahun 2013 dan PT. Solusi Tampang Indonesia pada
tahun 2018. Pengeboran dilakukan di 13 titik lokasi, yaitu 10 titik di pit alam
1-3 dan 3 titik di pit alam 4. 10 titik di pit alam 1-3 yaitu : GT-III/B1 , GT-III/B2
, GT-III/B3 , GT-III/B4 , GT-III/B5 , GT-III/D1 , GTIII/D2, GT-III/D3, GT-III/D4,
GT-III/D5, dengan kedalaman lubang bor 150 m. Sedangkan 3 titik di pit
alam 4 diberi penamaan : GT-A4-1, GT-A4-1R dan GT-A4-2.

GEOTEKNIK, HIDROLOGI DAN HIDROGEOLOGI V-4


Dokumen Studi Kelayakan Revisi III
PT. Muara Alam Sejahtera

Tabel 5.1. Jumlah Titik Bor Geoteknik Sebelum dan Setelah Revisi

Titik Bor Sebelum Revisi Titik Bor Penambahan Setelah Revisi

No. Tahun 2018 Tahun 2020

Pit Alam 1-3 Pit Alam 1-3 Pit Alam 4

1 GT-01 GT-III/B1 GT-A4-1

2 GT-02 GT-III/B2 GT-A4-1R

3 GT-03 GT-III/B3 GT-A4-2

4 GT-04 GT-III/B4

5 GT-04B GT-III/B5

6 GT-06 GT-III/D1

7 GT-07 GTIII/D2

8 GT-III/D3

9 GT-III/D4

10 GT-III/D5

Total 7 Titik 10 Titik 3 Titik


Sumber : Studi kelayakan PT. MAS, 2018

5.1.1.3. Sebaran Data


Pemboran geoteknik dilakukan untuk mendapatkan contoh batuan
untuk keperluan pengujian sifat fisik dan mekanik dari batuan yang
terdapat pada masing-masing lokasi yang dianalisis. Kegiatan
penyelidikan geoteknik pada kegiatan eksplorasi rinci batubara PT. Muara
Alam Sejahtera dilakukan di Kecamatan Merapi Barat, Kabupaten Lahat,
Provinsi Sumatera Selatan. Aktivitas pengeboran geoteknik tersebut
dilakukan pada akhir tahun 2018 sebanyak 3 (tiga) lubang bor dan
tersebar di sekitar lokasi tambang PT. Muara Alam Sejahtera. Pemboran
juga dilakukan pada Pit Alam 4. Lubang-lubang bor tersebut diberi
penamaan sebagai berikut : GT-A4-1, GT-A4-1R dan GT-A4-2.

GEOTEKNIK, HIDROLOGI DAN HIDROGEOLOGI V-5


Dokumen Studi Kelayakan Revisi III
PT. Muara Alam Sejahtera

Keterangan : : Titik Bor Sebelum Revisi


: Titik Bor Tambahan Setelah Revisi
Sumber : Geoteknik PT. MAS, 2018
Gambar 5.4. Peta Sebaran Titik Bor Geoteknik di Pit Alam 1-3 PT. MAS

Keterangan : : Titik Bor Sebelum Revisi


: Titik Bor Tambahan Setelah Revisi
Sumber : Geoteknik PT. MAS, 2018
Gambar 5.5. Peta Sebaran Titik Bor Geoteknik di Pit Alam 4 PT. MAS

GEOTEKNIK, HIDROLOGI DAN HIDROGEOLOGI V-6


Dokumen Studi Kelayakan Revisi III
PT. Muara Alam Sejahtera

5.1.2. Analisis Geoteknik


5.1.2.1. Kemampugalian dan Kemampugaruan
Analisis kemampugalian dilakukan dengan menggunakan Kriteria
Franklin (1971). Adapun parameter yang digunakan dalam kriteria ini adalah
fracture index dan point load index. Fracture index digunakan sebagai
ukuran karakteristik bidang diskontinuitas dan didefinisikan sebagai jarak
rata-rata bidang diskontinuitas sepanjang bor inti atau massa batuan.
Fracture index dapat diperoleh dari fracture frequency fungsi dari RQD
menurut persamaan Priest & Hudson (1976). Nilai Point Load Index (PLI)
diperoleh dari data Uji Kuat Tekan (UCS) dengan menggunakan persamaan
Kramadibrata (1992).
Berdasarkan kriteria indeks kekuatan batu Franklin (1971),
material di Pit PT. Muara Alam Sejahtera berada pada kisaran gali bebas
hingga peledakan pembongkaran. Tabel 5.2, Tabel 5.3, dan Gambar 5.6
sampai dengan Gambar 5.7 adalah parameter kekuatan batuan dan
distribusi penyebaran tingkat kemampugalian masing-masing material
pada lokasi Pit dengan menggunakan kriteria indeks kekuatan batuan
menurut Franklin.
Walaupun hasil analisis kemampugalian menunjukkan bahwa
batuan penutup (overburden) secara umum masih dapat digali bebas dan
digaru namun pada pelaksanaannya kegiatan pemberaian material
overburden dilakukan dengan menggunakan metode peledakan yang
bertujuan untuk membuat rekahan pada material overburden sehingga
alat gali-muat dapat bekerja lebih produktif.
Penggalian pada tambang terbuka, terkait kemampugalian
ditentukan oleh pemilihan jenis peralatan yang akan digunakan (alat berat,
peledakan atau kombinasi) untuk mengambil atau memindahkan endapan
batubara secara efisien. Kriteria untuk memilih alat yang digunakan,
dalam kaitan kemampugalian, diperlukan beberapa penilaian berdasarkan
pada parameter antara lain dijelaskan sebagai berikut :
a. Analisis rock quality designation (RQD)

GEOTEKNIK, HIDROLOGI DAN HIDROGEOLOGI V-7


Dokumen Studi Kelayakan Revisi III
PT. Muara Alam Sejahtera

Analisis RQD (dikembangkan oleh Franklin, 1977), diperoleh dari hasil


pengamatan dan deskripsi yang dilakukan pada inti batubara. Penilaian
RQD dihitung berdasarkan persentase yang didapat dari pengukuran
terhadap jarak antar kekar (joint) < 10 cm pada setiap interval 100 cm.
Kekar-kekar yang diukur disebabkan hanya oleh struktur geologi.
(Tabel 5.2) di bawah ini adalah menunjukkan penilaian RQD
(berdasarkan asumsi hasil data core recovery).

Tabel 5.2. Peringkat Kualitas Batuan Berdasarkan Nilai RQD

Nilai RQD (%) Deskripsi


0 - 25 Very poor
25 - 50 Poor
50 - 75 Fair
75 - 90 Good
90 - 100 Excellent
Sumber : KG Stagg dan OC Zienkiewiez, 1968

Dikaitkan dengan data batuan di Wilayah IUP PT. Muara Alam


Sejahtera, nilai dari hasil pengamatan RQD tercantum pada (Tabel 5.3)
berikut ini.

Tabel 5.3. Parameter Kriteria Indeks Kekuatan Batuan di Pit Alam 1-3 (GTIII-B)

Fracture
Kode From RQD UCS PLI
To (m) Litologi Index
Sampel (m) (%) (Mpa) (Mpa)
(m)
100.
GT III B 1/1 2.00 3.50 Claystone 2.00000 0.35 0.030
0
GT III B 1/2 6.45 7.95 Claystone 66.7 0.08418 0.27 0.023
GT III B 1/3 12.45 13.95 SandyClay 86.7 0.15789 0.82 0.069
100.
GT III B 1/4 15.45 16.95 SandyClay 2.00000 1.59 0.135
0
GT III B 1/5 19.95 21.45 SandyClay 58.7 0.07072 0.92 0.078
100.
GT III B 1/6 27.50 29.00 SandyClay 2.00000 0.95 0.080
0
GT III B 1/7 29.50 31.00 SandyClay 30.0 0.04100 0.45 0.038
GT III B 1/8 42.90 44.40 SandyClay 82.0 0.13009 1.05 0.089
GT III B 1/9 47.40 48.90 Claystone 66.7 0.08418 1.15 0.097
100.
GT III B 1/10 53.50 55.00 Claystone 2.00000 0.72 0.061
0
GT III B 1/11 58.00 59.50 Siltstone 94.7 0.27227 0.33 0.028

GEOTEKNIK, HIDROLOGI DAN HIDROGEOLOGI V-8


Dokumen Studi Kelayakan Revisi III
PT. Muara Alam Sejahtera

Kode From RQD Fracture UCS PLI


To (m) Litologi Index
Sampel (m) (%) (Mpa) (Mpa)
GT III B 1/13 62.50 64.00 Claystone 90.0 (m)
0.18804 0.5 0.042
GT III B 1/14 65.50 67.00 Claystone 90.0 0.18804 0.81 0.069
100.
GT III B 1/15 74.50 75.60 Claystone 2.00000 0.79 0.067
0
100.
GT III B 1/16 78.60 80.00 Claystone 2.00000 0.88 0.074
0
100.
GT III B 1/17 90.10 91.60 Claystone 2.00000 0.82 0.069
0
GT III B 1/18 99.10 100.60 Claystone 78.6 0.11588 1.04 0.088
100.
GT III B 1/19 100.60 102.10 Siltstone 2.00000 1.29 0.109
0
GT III B 1/20 105.10 106.60 Siltstone 86.7 0.15789 0.7 0.059
GT III B 1/21 113.90 115.40 Siltstone 97.3 0.39593 0.46 0.039
100.
GT III B 1/22 119.45 120.95 Siltstone 2.00000 0.44 0.037
0
GT III B 1/23 122.1 123.4 Claystone 96.0 0.31888 1 0.085
GT III B 1/24 127.9 129.4 Claystone 93.0 0.23210 1.91 0.162
GT III B 1/25 129.4 130.9 Claystone 90.6 0.19514 0.56 0.047
GT III B 1/26 132.4 133.9 Claystone 97.0 0.37379 1.84 0.156
GT III B 1/27 136.9 138.4 Claystone 98.0 0.46565 0.54 0.046
100.
GT III B 1/28 138.4 139.9 Claystone 2.00000 0.59 0.050
0
GT III B 1/29 142.9 144.4 Claystone 81.0 0.12553 0.17 0.014
GT III B 1/30 147.4 148.9 Sandstone 81.3 0.12686 0.43 0.036
Carbonaceou 95.3
GT-IIIB-2/1 0.50 2.00 s
0.29244 0.01 0.001
3
100.
GT-IIIB-2/2 6.50 8.00 Claystone 2.00000 0.20 0.017
0
100.
GT-IIIB-2/3 12.50 14.00 Claystone 2.00000 0.13 0.011
0
100.
GT-IIIB-2/4 15.50 17.00 Claystone 2.00000 0.19 0.016
0
100.
GT-IIIB-2/5 21.50 23.00 Claystone 2.00000 0.69 0.058
0
80.6
GT-IIIB-2/6 27.50 29.00 Siltstone 0.12410 0.60 0.051
7
100.
GT-IIIB-2/11 52.00 53.50 Claystone 2.00000 0.28 0.024
0
81.4
GT-IIIB-2/12 58.00 59.50 Sandstone 0.12745 0.06 0.005
3
100.
GT-IIIB-2/13 62.50 64.00 Siltstone 2.00000 0.17 0.014
0
96.6
GT-IIIB-2/14 67.00 68.50 Sandstone 0.35297 0.07 0.006
7
83.3
GT-IIIB-2/15 71.50 73.00 Saltstone 0.13677 0.11 0.009
3
93.3
GT-IIIB2/16 77.50 79.00 Sandyclay 0.23870 0.37 0.031
3
39.3
GT-IIIB2/18 88.00 89.50 SandyClay 0.04882 0.84 0.071
3
67.3
GT-IIIB2/19 91.00 92.50 Claystone 0.08530 0.30 0.025
3
93.3
GT-IIIB-2/22 106.00 107.50 Claystone 0.23869 0.09 0.008
3

GEOTEKNIK, HIDROLOGI DAN HIDROGEOLOGI V-9


Dokumen Studi Kelayakan Revisi III
PT. Muara Alam Sejahtera

Kode From RQD Fracture UCS PLI


To (m) Litologi Index
Sampel (m) (%) (Mpa) (Mpa)
100. (m)
GT-III B2/24 118 119.5 Sandstone 2.00000 0.29 0.025
0
66.6
GT-III B2/25 122.5 124 SandyClay 0.08418 0.22 0.019
7
100.
GT-III B2/26 128.5 130 Claystone 2.00000 0.56 0.047
0
80.0
GT-IIIB2/27 131.5 133 Sandstone 0.12110 1.14 0.096
0
GT-IIIB-2/28 136.00 137.50 Sandstone 92.0 0.21471 0.75 0.063
100.
GT-IIB-2/29 141.00 142.00 Claystone 2.00000 2.11 0.179
0
100.
GT-IIB2/30 146.5 148 Claystone 2.00000 0.92 0.078
0
GT-IIIB3/2 6.00 7.50 Claystone 70.0 0.09113 0.19 0.016
100.
GT-IIIB3/3 10.50 12.00 Claystone 2.00000 0.55 0.047
0
GT-IIIB3/4 - - Claystone 18.7 0.03241 0.55 0.047
100.
GT-IIIB-3/5 21.00 22.50 Claystone 2.00000 0.02 0.002
0
100.
GT-IIIB-3/6 25.00 26.50 Saltstone 2.00000 0.34 0.029
0
100.
GT-IIIB-3/7 - - Claystone 2.00000 0.59 0.050
0
100.
GT-IIIB-3/8 - - Siltstone 2.00000 0.57 0.048
0
100.
GT-IIIB3/9 - - Siltstone 2.00000 0.55 0.47
0
100.
GT-IIIB3/10 46.00 47.50 Sandstone 2.00000 0.2 0.017
0
GT-IIIB3/11 52.00 53.50 Claystone 0.0 0.00010 0.1 0.008
GT-IIIB-3/12 58.00 59.50 Claystone 48.7 0.05813 0.41 0.035
100.
GT-IIIB-3/13 62.50 64.00 Claystone 2.00000 0.36 0.032
0
100.
GT-IIIB-3/14 65.50 67.00 Saltstone 2.00000 0.75 0.063
0
100.
GT-IIIB3/15 71.00 72.50 Claystone 2.00000 0.6 0.051
0
GT-IIIB3/17 84.50 86.00 Sandstone 97.3 0.39590 1.52 0.129
GT-IIIB3/18 86.00 87.50 Sandstone 66.7 0.08418 2.09 0.177
GT-IIIB-3/21 102.50 104.00 Saltstone 91.3 0.20434 0.03 0.003
100.
GT-IIIB-3/22 107.00 108.50 Claystone 2.00000 1.1 0.093
0
100.
GT-IIIB-3/23 111.50 113.00 Claystone 2.00000 0.23 0.019
0
GT-IIIB3/24 - - Saltstone 40.0 0.04945 1.59 0.135
100.
GT-IIIB3/25 122.00 123.50 Saltstone 2.00000 0.35 0.030
0
100.
GT-IIIB-3/30 146.00 147.50 Claystone 2.00000 0.42 0.036
0
- - 73.3
GT-IIIB4B/1 Claystone 0.09934 0.74 0.063
3
100.
GT-IIIB4B/2 111.00 112.50 Claystone 2.00000 0.80 0.068
0
GT-IIIB4B/5 115.50 117.00 Claystone 93.3 0.23807 0.81 0.069

GEOTEKNIK, HIDROLOGI DAN HIDROGEOLOGI V - 10


Dokumen Studi Kelayakan Revisi III
PT. Muara Alam Sejahtera

Kode From RQD Fracture UCS PLI


To (m) Litologi Index
Sampel (m) (%) (Mpa) (Mpa)
3 (m)
- - 86.6
GT-IIIB4B/8 SandyClay 0.15767 0.16 0.014
7
100.
GT-IIIB4B/9 138.00 139.50 Claystone 2.00000 0.94 0.080
0
GT-IIIB4B/ 94.0
142.50 144.00 Claystone 0.25367 0.09 0.008
10 0
GT-IIIB4B/ 100.
148.50 150.00 Claystone 2.00000 0.58 0.049
11 0
Sumber : Geoteknik PT. MAS, 2018

Sumber : Geoteknik PT. MAS, 2018


Gambar 5.6. Kriteria Kekuatan Batuan di Pit Alam 1-3 (GTIII-B)

Tabel 5.4. Parameter Kriteria Indeks Kekuatan Batuan di Pit Alam 1-3 (GTIII-
D)

Fracture
RQD UCS
Kode Sampel (m) (m) Litologi Index (Mpa)
(%) (Mpa)
(m)
GTIIID-01/1 4,22 4,72 Sandyclay 100,00 0,10 2,00000 0,01
GTIIID-01/2 8,50 9,00 Sandyclay 96,60 0,24 0,34895 0,02
GTIIID-01/3 12,50 13,00 Sandyclay 100,00 0,11 2,00000 0,01
GTIIID-01/4 17,44 17,94 Siltstone 80,00 0,37 0,12120 0,03
GTIIID-01/5 22,50 23,00 Sandyclay 90,00 1,28 0,18804 0,11
GTIIID-01/6 29,15 29,65 Claystone 90,00 0,51 0,18804 0,04
GTIIID-01/7 32,84 33,34 Claystone 100,00 0,48 2,00000 0,04
GTIIID-01/8 38,18 38,68 Sandstone 80,00 0,24 0,12120 0,02
GTIIID-01/9 42,50 43,00 Sandstone 87,30 0,91 0,16250 0,08

GEOTEKNIK, HIDROLOGI DAN HIDROGEOLOGI V - 11


Dokumen Studi Kelayakan Revisi III
PT. Muara Alam Sejahtera

Fracture
RQD UCS
Kode Sampel (m) (m) Litologi Index (Mpa)
(%) (Mpa)
(m)
GTIIID-01/10 48,00 48,50 Sandstone 66,60 1,11 0,08399 0,09
GTIIID-01/11 53,00 53,50 Sandclay 92,00 0,05 0,21471 0,00
GTIIID-01/12 57,92 58,42 Sandyclay 100,00 0,46 2,00000 0,04
GTIIID-01/13 64,50 65,00 Sandstone 60,00 0,61 0,07265 0,05
GTIIID-01/14 67,50 68,00 Sandyclay 100,00 0,67 2,00000 0,06
GTIIID-01/15 73,00 73,50 Sandyclay 93,33 0,52 0,23807 0,04
GTIIID-01/16 78,50 79,00 Sandyclay 96,00 0,65 0,31891 0,06
GTIIID-01/17 81,85 82,35 Sandyclay 100,00 0,54 2,00000 0,05
GT-IIID1/18 89,90 90,40 Sandstone 93,33 0,39 0,23807 0,03
GT-IIID1/19 93,93 94,43 Sandstone 76,60 0,66 0,10897 0,06
GT-IIID1/20 97,50 98,00 Claystone 66,60 0,53 0,08399 0,05
GT-IIID1/21 102,00 102,50 Claystone 86,70 0,42 0,15786 0,04
GTIIID-01/23 111,50 112,00 Claystone 100,00 0,62 2,00000 0,05
GT-IIID1/24 120,00 120,50 Sandyclay 60,00 0,90 0,07265 0,08
GT-IIID1/25 123,85 124,35 Sandyclay 86,60 0,60 0,15786 0,05
GT-IIID1/26 127,00 127,50 Sandyclay 100,00 0,65 2,00000 0,06
GT-IIID1/27 133,50 134,00 Sandstone 100,00 0,85 2,00000 0,07
GT-IIID1/28 137,24 137,74 Sandstone 93,33 0,55 0,23807 0,05
GT-IIID1/29 142,11 142,61 Sandstone 100,00 0,74 2,00000 0,06
GTIIIID1/30 146,50 147,00 Sandstone 86,67 0,93 0,15786 0,08
GT-III3D2/1 3,25 3,75 Claystone 53,33 0,31 0,06345 0,03
GT-III D2/2 6,70 7,20 Claystone 88,67 0,24 0,17433 0,02
GT-III D2/3 10,50 11,00 Claystone 94,62 0,10 0,26997 0,01
GT-III D2/4 17,80 18,30 Claystone 100,00 0,51 2,00000 0,04
GT-III D2/5 23,30 23,80 Claystone 100,00 0,52 2,00000 0,04
GT-III D2/6 28,30 28,80 Claystone 100,00 0,05 2,00000 0,00
GT-III D2/7 34,50 35,00 Claystone 94,67 0,14 0,27137 0,01
GT-III D2/8 39,40 39,90 Claystone 92,00 0,43 0,21471 0,04
GT-III D2/9 42,22 42,27 Sandyclay 95,33 0,71 0,29244 0,06
GT-III D2/10 47,40 47,90 Sandyclay 100,00 1,58 2,00000 0,13
GT-IIIB-3/11 54,00 54,50 Claystone 48,67 0,11 0,05810 0,01
GT-IIIB-3/12 59,50 60,00 Claystone 82,31 0,14 0,13160 0,01
GT-IIIB-3/13 64,50 65,00 Claystone 100,00 1,07 2,00000 0,09
GT-IIIB-3/14 69,20 69,70 Claystone 95,53 0,59 0,29244 0,05
GT-III D2/15 71,24 71,74 Claystone 95,33 0,09 0,29244 0,01
GT-III D2/16 76,91 77,41 Siltstone 100,00 0,45 2,00000 0,04
GT-III D2/17 82,00 82,50 Siltstone 100,00 0,43 2,00000 0,04
GT-III D2/18 86,00 86,50 Siltstone 91,33 0,51 0,20476 0,04
GT-III D2/19 92,30 92,80 Claystone 58,00 1,07 0,06971 0,09
GT-III D2/20 97,30 97,80 Claystone 94,67 0,28 0,27137 0,02
GT-III D2/21 102,00 102,50 Claystone 94,81 1,25 0,27553 0,11
GT-III D-2/22 106,75 107,75 Claystone 87,33 0,77 0,16273 0,07
GT-III D2/23 117,25 117,75 Coallyclay 90,67 0,19 0,19601 0,02
GT-IIID3/1 4,60 5,10 Sandyclay 100,00 0,15 2,00000 0,01
GT-IIID3/2 7,40 9,90 Sandyclay 96,70 0,09 0,35471 0,01
GT-IIID3/3 14,50 15,00 Claystone 92,00 0,21 0,21471 0,02
GT-IIID3/4 19,00 19,50 Claystone 95,30 0,49 0,29139 0,04
GT-IIID3/5 24,20 24,70 Claystone 90,00 0,55 0,18804 0,05
GT-IIID3/6 29,50 30,00 Sandyclay 75,00 0,82 0,10410 0,07
GT-IIID3/7 32,90 33,40 Sandstone 100,00 0,31 2,00000 0,03
GT-IIID3/8 38,90 39,40 Sandyclay 100,00 3,48 2,00000 0,29
GT-IIID3/9 44,50 45,00 Claystone 100,00 0,56 2,00000 0,05
GT-IIID3/10 49,00 49,50 Claystone 91,30 0,30 0,20434 0,03

GEOTEKNIK, HIDROLOGI DAN HIDROGEOLOGI V - 12


Dokumen Studi Kelayakan Revisi III
PT. Muara Alam Sejahtera

Fracture
RQD UCS
Kode Sampel (m) (m) Litologi Index (Mpa)
(%) (Mpa)
(m)
GT-IIID3/11 54,50 55,00 Claystone 92,70 0,15 0,22652 0,01
GT-IIID3/12 55,90 56,40 Siltstone 80,00 0,43 0,12130 0,04
GT-IIID3/13 64,30 64,80 Sandstone 86,70 1,26 0,15789 0,11
GT-IIID3/14 72,20 72,70 Claystone 96,70 0,68 0,35471 0,06
GT-IIID3/15 83,30 83,80 Claystone 100,00 0,09 2,00000 0,01
GT-IIID3/16 86,00 86,50 Siltstone 94,00 0,25 0,25367 0,02
GT-IIID3/17 92,50 93,00 Siltstone 100,00 0,66 2,00000 0,06
GT-IIID3/18 98,00 98,50 Siltstone 96,70 0,09 0,35471 0,01
GT-IIID3/19 103,75 104,25 Claystone 94,70 0,06 0,27227 0,01
GT-IIID3/20 109,35 109,85 Claystone 90,00 0,23 0,18804 0,02
GT-IIID3/21 114,40 114,90 Claystone 100,00 0,29 2,00000 0,03
GT-IIID3/22 119,00 119,50 Siltstone 90,00 0,16 0,18804 0,01
GT-IIID3/23 127,50 128,00 Claystone 83,30 0,02 0,13662 0,00
GT-IIID3/24 132,10 132,60 Coalyclay 92,00 0,42 0,21471 0,04
GT-IIID3/26 142,20 14,70 Siltstone 90,70 0,14 0,19639 0,01
GTIIID-04/9 43,10 43,60 Sandstone 93,33 0,19 0,23872 0,02
GTIIID-04/10 47,06 47,56 Sandstone 93,33 0,46 0,23872 0,04
GTIIID-04/11 52,50 53,00 Claystone 100,00 0,14 2,00000 0,01
GTIIID-04/12 58,32 58,82 Siltstone 60,00 0,72 0,07265 0,06
GTIIID-04/13 62,00 62,50 Claystone 100,00 0,49 2,00000 0,04
GTIIID-04/14 68,00 68,50 Sandstone 85,33 0,52 0,14844 0,04
GTIIID-04/15 72,71 73,21 Claystone 82,00 0,07 0,13009 0,01
GTIIID-04/16 79,50 80,00 Claystone 100,00 0,63 2,00000 0,05
GTIIID-04/17 81,50 82,00 Claystone 96,00 0,33 0,31891 0,03
GTIIID-04/18 88,14 88,64 Claystone 100,00 0,18 2,00000 0,02
GTIIID-04/19 92,80 93,30 Claystone 100,00 0,11 2,00000 0,01
GTIIID-04/20 99,50 100,00 Claystone 66,60 0,06 0,08399 0,01
GTIIID-04/21 103,35 103,85 Sandstone 48,60 0,41 0,05802 0,04
GT-IIID-05/2 7,10 7,60 Sandstone 76,92 0,17 0,11028 0,01
GT-IIID-05/7 30,00 30,50 Claystone 100,00 0,16 2,00000 0,01
GT-IIID-05/8 36,10 36,60 Claystone 100,00 0,03 2,00000 0,00
GT-3D 5/9 44,00 44,50 Sandstone 96,67 0,04 0,35297 0,00
GT-3D 5/10 47,60 48,10 Claystone 96,67 0,27 0,35297 0,02
GT-3D 5/11 50,50 51,00 Coalyclay 96,67 0,16 0,35297 0,01
GT-3D 5/12 56,60 57,10 Claystone 100,00 0,16 2,00000 0,01
GT-3D 5/13 60,50 61,00 Sandstone 100,00 1,87 2,00000 0,16
GT-3D 5/14 68,00 68,50 Sandstone 96,67 0,63 0,35297 0,05
GT-IIID-05/15 73,60 74,10 Claystone 100,00 1,17 2,00000 0,10
GT-IIID-05/16 78,00 78,50 Claystone 100,00 0,59 2,00000 0,05
GT-IIID-05/17 83,20 83,70 Claystone 40,00 1,13 0,04943 0,10
GT-3D 5/18 85,10 85,60 Claystone 96,67 1,92 0,35297 0,16
GT-3D 5/19 91,00 91,50 Sandstone 66,67 0,17 0,08412 0,01
GT-3D 5/20 95,60 96,10 Siltstone 93,33 0,65 0,23872 0,06
GT-3D 5/21 102,10 102,60 Claystone 100,00 1,77 2,00000 0,15
GT-IIID-05/22 109,40 109,90 Claystone 48,67 0,93 0,05811 0,08
GT-IIID-05/24 116,60 117,10 Sandstone 40,71 0,60 0,05010 0,05
GT-IIID-05/27 133,23 133,73 Claystone 100,00 0,43 2,00000 0,04
GT-3D5/29 144,40 144,90 Claystone 100,00 0,08 2,00000 0,01
GT-3D5/30 148,05 148,55 Sandstone 100,00 1,15 2,00000 0,10
GT-III D2B/1 6,15 6,65 Coalyclay 75,33 0,03 0,10501 0,00
GT-III D2B/2 10,50 11,00 Sandyclay 91,33 0,02 0,20476 0,00
GT-III D2B/3 28,40 28,90 Claystone 92,00 0,71 0,21471 0,06
GTIII D2B/04 32,35 32,85 Claystone 100,00 0,61 2,00000 0,05

GEOTEKNIK, HIDROLOGI DAN HIDROGEOLOGI V - 13


Dokumen Studi Kelayakan Revisi III
PT. Muara Alam Sejahtera

Fracture
RQD UCS
Kode Sampel (m) (m) Litologi Index (Mpa)
(%) (Mpa)
(m)
GTIIID2B/05 56,20 56,70 Claystone 100,00 0,16 2,00000 0,01
Sumber : Geoteknik PT. MAS, 2018

Sumber : Geoteknik PT. MAS, 2018


Gambar 5.7. Kriteria Kekuatan Batuan di Pit Alam 1-3 (GTIII-D)

Tabel 5.5. Parameter Kriteria Indeks Kekuatan Batuan di Pit Alam 4

Fractur UCS PLI


RQD
Sample Code From (m) Litologi e Index (Mpa (Mpa
(%)
(m) ) )
Sandston 30,0
GT-A4-01/2/UCS-02 30,87 - 31,15 0,04 0,90 0,07
e 0
86,6
GT-A4-01/3/UCS-03 42,50 - 42,70 Claystone 0,15 1,04 0,08
9
56,0
GT-A4-01/4/UCS-04 44,70 - 44,89 Claystone 0,06 1,06 0,08
0
79,9
GT-A4-01/5/UCS-05 46,26 - 46,78 Claystone 0,12 0,71 0,06
5
53,2
GT-A4-01/6/UCS-06 53,60 - 53,81 Claystone 0,06 1,42 0,12
7
75,2
GT-A4-01/7/UCS-07 56,20 - 56,78 Claystone 0,10 1,20 0,10
6
92,6
GT-A4-01/8/UCS-08 62,20 - 62,46 Claystone 0,22 1,79 0,15
6
59,2
GT-A4-1R/10/UCS-10 66,97 - 67,40 Claystone 0,07 2,61 0,22
9

GEOTEKNIK, HIDROLOGI DAN HIDROGEOLOGI V - 14


Dokumen Studi Kelayakan Revisi III
PT. Muara Alam Sejahtera

81,2
GT-A4-1R/11/UCS-11 68,46 - 68,76 Claystone 0,12 0,85 0,07
9
78,6
GT-A4-1R/12/UCS-12 77,62 - 77,84 Coal 0,11 7,22 0,61
7
78,6
GT-A4-1R/13/UCS-13 80,15 - 80,36 Claystone 0,11 1,56 0,13
7
60,6
GT-A4-02/14/UCS-01 11,85 - 12,06 Claystone 0,07 0,34 0,02
7
40,0
GT-A4-02/15/UCS-02 29,90 - 30,18 Coal 0,04 16,90 1,43
0
15,9
GT-A4-02/15/UCS-03 35,10 - 35,34 Claystone 0,03 1,53 0,13
9
Sumber : Geoteknik PT. MAS, 2018

Sumber : Geoteknik PT. MAS, 2018


Gambar 5.8. Kriteria Kekuatan Batuan di Pit Alam 4

b. Analisis kemampugalian (Digibility)


Selanjutnya analisis terhadap kemampugalian dengan menggunakan
klasifikasi Rating Weaver (1975) yang menggunakan data dari RQD
dan pengamatan terhadap bidang diskontinu (kekar), seperti yang
tercantum pada Tabel 5.6. berikut.

Tabel 5.6. Klasifikasi Pembobotan Massa Batuan Untuk Penggaruan

Kelas Batuan I II III IV V

Deskripsi Excelent Good Fair Poor Very poor


Kecepatan
> 2150 2150-850 1850-1500 1500-1200 1200-450
Seismik (m/dt)

GEOTEKNIK, HIDROLOGI DAN HIDROGEOLOGI V - 15


Dokumen Studi Kelayakan Revisi III
PT. Muara Alam Sejahtera

Kelas Batuan I II III IV V

Bobot 26 24 20 12 5

Kekerasan Ekstra keras Sangat keras Keras Lunak Sangat lunak

Bobot 10 5 2 1 0

Pelapukan Segar Agak lapuk Lapuk Sangat lapuk Lapuk total

Bobot 9 7 5 3 1
Jarak kekar
> 3000 3000-1000 1000-300 300 - 50 < 50
(mm)
Bobot 30 25 20 10 5
Kemenerusan Agak menerus Menerus Menerus
Tidak menerus Agak menerus
kekar tanpa gouge beberapa gouge dengan gouge
Bobot 5 5 3 0 0

Gouge kekar Tdk terpisah Agak terpisah Tepisah < 1 mm Gouge < 5 mm Gouge > 5 mm

Bobot 5 5 4 3 1
Sedikit tidak Tidak Sedikit Sedikit
Orientasi kekar Menguntungkan
menguntungkan menguntungkan menguntungkan menguntungkan
Bobot 15 13 10 5 3

Jumlah Bobot 100 - 90 90 - 70 70 - 50 50 - 25 < 25


Ekstra susah
Taksiran Sangat susah
Peledakan garu & Susah garu Mudah garu
kemampugaruan garu
peledakan
Pemilihan dozer - D9G D9 / D8 D8 / D7 D7

Daya kuda (HP) - 770-385 385-270 270-180 180


Kapasitas
- 575-290 290-200 200-135 135
(kilowatt)
Sumber : Geoteknik PT. MAS, 2018

Dengan menerapkan klasifikasi bobot (rating) Weaver di atas,


yang dikaitkan dengan frekuensi RQD : Good - Fair dan kuat tekan antara
25,9 s/d 387,2 Mpa. Kondisi pada bawah permukaan (batubara) di
Wilayah IUP PT. Muara Alam Sejahtera, mempunyai bobot berkisar 70 s/d
100 umumnya termasuk dalam kategori ekstra susah garu sampai
peledakan. Jenis peralatan yang dibutuhkan untuk menggali batubara di
daerah lokasi ini, untuk menggali (cut slope) minimal dengan
menggunakan alat dorong/garu dengan menggunakan minimal dozer D8
dikombinasikan dengan Jack Hammer atau peledakan.

GEOTEKNIK, HIDROLOGI DAN HIDROGEOLOGI V - 16


Dokumen Studi Kelayakan Revisi III
PT. Muara Alam Sejahtera

Mengacu pada Tabel NAFVAC (2003) pada Gambar 5.9 di bawah,


menegaskan untuk menggali batubara dapat menggunakan alat
konvensional biasa (minimum dozer D-8) dan sebagian lainnya perlu
dibantu dengan tambahan pemasangan alat penggaru (ripper) dengan
bantuan peledakan.

Sumber : Geoteknik PT. MAS, 2018


Gambar 5.9. Grafik Kemampugalian Berdasarkan
Kuat Beban Terpusat dan Jarak Pecah

5.1.2.2. Kestabilan Lubang Bukaan Bawah Tanah


Metode penambangan PT. Muara Alam Sejahtera adalah Surface
Mining (Tambang Terbuka), PT. Muara Alam Sejahtera belum
merencanakan melakukan penambangan bawah tanah (Underground
Mining).

5.1.2.3. Kestabilan Lereng


Analisis kemantapan lereng bertujuan untuk menentukan geometri
(tinggi dan sudut kemiringan) lereng yang benar. Data yang digunakan
untuk di antaranya adalah keadaan topografi, per lapisan batuan, serta

GEOTEKNIK, HIDROLOGI DAN HIDROGEOLOGI V - 17


Dokumen Studi Kelayakan Revisi III
PT. Muara Alam Sejahtera

sifat fisik dan mekanik dari batuan pembentuk lereng. Untuk memperoleh
geometri lereng total dan jenjang tambang yang aman diperlukan analisis
perhitungan kemantapan lereng (slope stability) secara empiris. Dengan
kata lain, analisis kemantapan lereng diperlukan untuk menentukan suatu
bangunan lereng agar cukup stabil sehingga tidak berbahaya untuk
keselamatan dan kehidupan. Hal yang terkait secara langsung dengan
kemantapan lereng adalah menentukan nilai Faktor Keamanan (Safety
Factor). Faktor Keamanan (FK) adalah nilai empiris yang diperoleh dari
gaya penahan dibagi oleh gaya pendorong. Selanjutnya nilai FK menurut
Bowles, 1981 dinyatakan sebagai berikut jika nilai FK < 1,0 maka lereng
akan mengalami longsor, jika nilai FK 1, 0 - 1,2 maka lereng dalam kondisi
kritis dan jika nilai FK > 1,2 maka lereng dianggap aman (stabil).
Untuk mengupas lapisan tanah penutup batubara, akan terbentuk
lereng highwall yang terdiri dari lereng tunggal (individual slope) dan
lereng keseluruhan (overall slope). Pendekatan analisis dalam
perhitungan lereng tunggal adalah :
1) Dalam analisis lereng tunggal, material dalam satu per lapisan
dianggap homogen dan mempunyai kekuatan geser (s).
2) Nilai kohesi (c) dan sudut geser dalam () yang digunakan dalam
analisis kemantapan lereng diambil berdasarkan analisis statistik, yaitu
dipilih nilai terkecil antara nilai rata-rata dan mediannya, sedangkan
nilai berat jenis jenuh (s) diambil dari nilai rata-rata terkecil dari data
yang ada.
3) Untuk kondisi tertentu (terdapat beberapa sampel) maka nilai-nilai sifat
batuan didekati dengan pendekatan tertentu.
Pendekatan-pendekatan yang dilakukan sebagaimana disebutkan di atas
diuraikan secara detail berikut ini :
1) Untuk litologi yang di analisa :
Batu pasir : nilai s, c dan  merupakan nilai rata-rata pengujian yang
diperoleh dari Laporan Laboratorium Uji Geoteknik (Log Bor hasil
Pemboran Geoteknik).

GEOTEKNIK, HIDROLOGI DAN HIDROGEOLOGI V - 18


Dokumen Studi Kelayakan Revisi III
PT. Muara Alam Sejahtera

Batu lanau : nilai s, c dan  merupakan nilai rata-rata pengujian yang
diperoleh dari Laporan Laboratorium Uji Geoteknik (Log Bor Pemboran
Geoteknik).
Batu lempung : nilai s, c dan  merupakan nilai rata-rata pengujian
yang diperoleh dari Laporan Laboratorium Uji Geoteknik (Log Bor
Pemboran Geoteknik).
Batubara : nilai s, c dan  merupakan nilai rata-rata pengujian yang
diperoleh dari Laporan Laboratorium Uji Geoteknik (Log Bor Pemboran
Geoteknik).
2) Material weathering zone (zona pelapukan) dianggap sebagai soil.
3) Tinggi muka air tanah dianggap mengikuti tinggi permukaan lereng
(lereng dalam keadaan jenuh).
4) Dalam melakukan perhitungan tersebut diasumsikan longsoran
berbentuk busur.
Parameter-parameter batuan untuk kebutuhan analisis
kemantapan lereng meliputi uji sifat fisik dan mekanik yang didapatkan
dari hasil pengujian laboratorium mekanika batuan yang disertakan di
dalam lampiran laporan sebelumnya yang dilakukan oleh konsultan
independen (Gde Suratha dkk, 2013). Parameter-parameter batuan
tersebut di atas meliputi : uji sifat fisik, uji geser langsung, uji kuat tarik &
uji kuat tekan. Di mana dari hasil uji-uji tersebut di atas akan dipilih
parameter batuan yang akan digunakan sesuai dengan kebutuhan &
persyaratan untuk analisis yang akan dilakukan.

GEOTEKNIK, HIDROLOGI DAN HIDROGEOLOGI V - 19


Dokumen Studi Kelayakan Revisi III
PT. Muara Alam Sejahtera

12

13
Sumber : Geoteknik PT. MAS, 2018
Gambar 5.10. Sebaran Penampang Geoteknik di Tambang PT. MAS
Analisis kemantapan lereng tambang yang dilakukan untuk penentuan
geometri aman lereng keseluruhan (high wall, low wall, dan side wall).
Adapun pendekatan- pendekatan yang dilakukan dalam analisis lereng
keseluruhan Pit Alam 1-3, Pit Alam 4, dan Pit Alam 5-9 adalah:
1. Penampang lereng high wall dan low wall dibuat tegak lurus jurus
batubara (strike) sedangkan penampang lereng side wall dibuat sejajar
jurus batubara (strike). Litologi batuan penyusun lereng diambil dari
data lubang bor terdekat yang dianggap dapat mewakili penampang
dua dimensi yang telah disediakan oleh PT. MAS.
2. Karakteristik batuan yang digunakan adalah hasil uji laboratorium dari
batuan yang mewakili penampang dua dimensi tersebut.
3. Dalam perhitungan, parameter batuan yang digunakan adalah nilai
kohesi dan sudut geser dalam puncak.
4. Muka air tanah yang digunakan, mengikuti hasil permodelan
hidrogeologi.
5. Batas lereng diambil berdasarkan pertimbangan tinggi lereng sesuai
dengan rencana penambangan hingga pembentukan lereng akhir
tambang dari lantai batubara target.

GEOTEKNIK, HIDROLOGI DAN HIDROGEOLOGI V - 20


Dokumen Studi Kelayakan Revisi III
PT. Muara Alam Sejahtera

6. Faktor keamanan minimum yang digunakan adalah 1,3.


Dasar pertimbangan dari perhitungan kemantapan lereng untuk
penentuan parameter desain tambang adalah kondisi aktual topografi
dan seam batubaranya. Kondisi ini menjadikan tinggi lereng akhir
penambangan akan mengalami variasi tergantung pada kedua hal
tersebut di atas. Namun demikian untuk memudahkan dalam pembuatan
rencana desain penambangannya, analisis kemantapan lereng dilakukan
dengan mengacu pada ketinggian rata-rata pada setiap lokasi / pit yang
nantinya akan terbentuk berdasarkan proyeksi dari total lantai (floor)
seam batubara target terhadap aktual topografi.
Setiap perhitungan kemantapan lereng yang dilakukan mengacu pada
target seam batubaranya sehingga akan menjadikan tinggi lereng/dinding
tambang yang bervariasi. Model lereng keseluruhan yang menjadi basis
setiap perhitungan akan mengacu pada desain pit limit penambangan
yang telah dibuat berdasarkan proyeksi terhadap permukaan topografi dari
seam batubara target. Dimana penampang yang digunakan sebagai model
untuk perhitungan kestabilan lereng keseluruhan adalah penampang 1,
penampang 2, penampang 3, penampang 4 dan penampang 5 (Lampiran C).
a. Lereng keseluruhan
Penampang geoteknik yang digunakan untuk pemodelan lereng
keseluruhan dan contoh model lereng untuk analisis kemantapan
lereng keseluruhan di Pit Alam 1-3 PT MAS untuk penampang 3 yang
dianalisis berdasarkan rencana desain pit LOM dengan elevasi
Sa
nd
st
on
e

terendah di elevasi RL -130 (Lampiran C) dapat dilihat pada gambar


berikut.

GEOTEKNIK, HIDROLOGI DAN HIDROGEOLOGI V - 21


Dokumen Studi Kelayakan Revisi III
PT. Muara Alam Sejahtera

Sumber : Geoteknik PT. MAS, 2018


Gambar 5.11. Penampang Geoteknik 3

Sumber : Geoteknik PT. MAS, 2018


Gambar 5.12. Contoh Model Analisis Kemantapan Lereng Keseluruhan
untuk Penampang 3 (Elevasi -130)

5
Sumber : Geoteknik PT. MAS, 2018
Gambar 5.13. Penampang Geoteknik 5

GEOTEKNIK, HIDROLOGI DAN HIDROGEOLOGI V - 22


Dokumen Studi Kelayakan Revisi III
PT. Muara Alam Sejahtera

Sumber : Geoteknik PT. MAS, 2018


Gambar 5.14. Contoh Model Analisis Kemantapan Lereng Keseluruhan
untuk Penampang 5 (Elevasi -130)

Patahan yang sudah diidentifikasi sebelum tambang beroperasi


tentunya akan menjadi pertimbangan dalam perhitungan kestabilan
lereng jika patahan tersebut berada di belakang rencana lereng
highwall. Kemudian hasilnya dipakai dalam pembuatan desain pit dan
perencanaan tambang terutama menyangkut sisi operasional. Perlu
strategi khusus secara operasional terutama pada saat menambang
mendekati zona patahan yang tentunya mempunyai risiko longsor.
Penanganan patahan untuk kondisi seperti Gambar 5.13 dilakukan
dengan menerapkan strategi penambangan yang berkesinambungan
antara sisi highwall dan lowwall dengan tidak membentuk beda elevasi
yang tinggi antara sisi highwall dan lowwall khususnya pada area
sekitar patahan. Strategi ini diterapkan untuk meminimalkan longsor
dan bahaya jatuhan batu dari longsoran toppling melalui bidang
patahan mengingat posisi highwall yang berada di bagian up dip dari
foot wall.
Hasil simulasi dan analisis stabilitas lereng secara keseluruhan untuk
seluruh area rencana penambangan Pit Alam 1-3 (Pit Plan) disajikan
pada Tabel 5.7 sebagai berikut :

Tabel 5.7. Rekapitulasi Faktor Keamanan di Pit Alam 1-3 PT. MAS

Variation 2 Variation 3
Number Section

Slope Angle Slope Slope Slope


FK FK
(o) Height (m) Angle (o) Height (m)

GEOTEKNIK, HIDROLOGI DAN HIDROGEOLOGI V - 23


Dokumen Studi Kelayakan Revisi III
PT. Muara Alam Sejahtera

Highwal - - - - - -
1 1 RL 40 l
Existing
Lowwall - - - - - -

Highwal 17 166 1.5 18 170 1.3


RL -110 l
Lowwall 19 185 1.5 21 188 1.3

2 1 LOM
Highwal 17 156 1.5 18 160 1.3
RL -100 l
Lowwall 19 175 1.5 23 178 1.3

Highwal 18 146 1.5 18 150 1.3


RL -90 l
Lowwall 20 165 1.5 23 168 1.3

Highwal - - - - - -
3 2 RL 10 l
Existing
Lowwall - - - - - -

Highwal 20 238 1.5 25 231 1.3


RL -160 l
Lowwall 16 240 1.5 18 238 1.3

4 2 LOM
Highwal 21 228 1.5 25 221 1.3
RL -150 l
Lowwall 17 230 1.5 19 228 1.3

Highwal 20 218 1.5 24 211 1.3


RL -140 l
Lowwall 18 220 1.5 19 218 1.3

Highwal - - - - - -
5 3 RL l
Existing 7
Lowwall - - - - - -

Highwal 20 284 1.5 23 284 1.3


RL -130 l
Lowwall 14 202 1.5 16 214 1.3
6 3 LOM

Highwal 20 274 1.5 23 274 1.3


RL -120 l
Lowwall 13 192 1.5 17 204 1.3

RL -110 Highwal 20 264 1.5 24 264 1.3


l
Lowwall 13 182 1.5 17 194 1.3
RL -160 Sidewall 19 214 1.5 23 226 1.3

RL -150 Sidewall 18 204 1.5 23 216 1.3


7 4 LOM

RL -140 Sidewall 19 194 1.5 21 206 1.3

8 5 LOM RL -130 Sidewall 18 209 1.5 23 219 1.3

RL -120 Sidewall 19 199 1.5 21 209 1.3

GEOTEKNIK, HIDROLOGI DAN HIDROGEOLOGI V - 24


Dokumen Studi Kelayakan Revisi III
PT. Muara Alam Sejahtera

RL -110 Sidewall 18 189 1.5 21 199 1.3

Rekomendasi
Sumber : Geoteknik PT. MAS, 2018

Perhitungan kemantapan lereng yang dilakukan mengacu pada target


seam batubaranya sehingga akan menjadikan tinggi lereng/dinding
tambang yang bervariasi. Model lereng keseluruhan Pit Alam 4 yang
menjadi basis setiap perhitungan akan mengacu pada desain pit limit
penambangan yang telah dibuat berdasarkan proyeksi terhadap
permukaan topografi dari seam batubara target. Dimana penampang
yang digunakan sebagai model untuk perhitungan kestabilan lereng
keseluruhan adalah penampang 6, penampang 7, penampang 8,
penampang 9, penampang 10, penampang 11A dan penampang 11B
(Lampiran C).
Penampang geoteknik yang digunakan untuk pemodelan lereng
keseluruhan dan contoh model lereng untuk analisis kemantapan lereng
keseluruhan di Pit Alam 4 yang dianalisa menggunakan penampang 7
dan Pit Alam 5-9 yang dianalisa menggunakan penampang 13.

7
Sumber : Geoteknik PT. MAS, 2018
Gambar 5.15. Penampang Geoteknik 7

GEOTEKNIK, HIDROLOGI DAN HIDROGEOLOGI V - 25


Dokumen Studi Kelayakan Revisi III
PT. Muara Alam Sejahtera

Sumber : Geoteknik PT. MAS, 2018


Gambar 5.16. Contoh Model Analisis Kemantapan Lereng Keseluruhan
untuk Penampang 7 (RL -7)

Sumber : Geoteknik PT. MAS, 2018


Gambar 5.17. Hasil Analisa Geoteknik Section 13 (Desain Lom Pit Alam 5-9
Metode Circular), FK = 1,44, Overall High = 33,03 m, Overall Slope = 420)

Tabel 5.8. Rekapitulasi Faktor Keamanan di Pit Alam 4 dan Pit Alam 5-9 PT.
MAS

No Penampang
Variasi 1 Variasi 2 Variasi 3
Sudut Tinggi FK Sudut Tinggi FK Sudut Tinggi FK
PIT ALAM 4
RL -4 Highwall 37.00 84. 0.56 15. 74.40 1.5 18.00 73.40 1.32
30 00 2
Lowwall 11.00 55. 1.66 - - - - - -
1 6 LOM RL 0 Highwall 37.00 80. 0.56 15. 70.00 1.5 19.00 71.20 1.29
Lowwall 11.00 51. 1.68 - - - - - -
RL 10 Highwall 37.00 70. 0.58 18. 62.40 1.4 20.00 67.00 1.33
Lowwall 10.60 41. 1.81 - - - - - -
RL -7 Highwall 33.00 87. 0.61 14. 77.40 1.5 16.00 77.00 1.33

GEOTEKNIK, HIDROLOGI DAN HIDROGEOLOGI V - 26


Dokumen Studi Kelayakan Revisi III
PT. Muara Alam Sejahtera

Lowwall 9 59. 1.69 - - - - - -


2 7 LOM RL 0 Highwall 37.00 80. 0.61 15. 70.20 1.5 17.00 70.00 1.32
Lowwall 9 52. 1.77 - - - - - -
RL 10 Highwall 37.00 70. 0.65 15. 60.00 1.5 19.00 57.60 1.31
Lowwall 9 42. 1.76 - - - - - -
RL -12 Highwall 37.00 67. 0.75 15. 81.90 1.5 18.00 84.40 1.29
Lowwall 12.00 62. 1.64 - - - - - -
3 8 LOM RL 0 Highwall 35.00 54. 0.86 15. 69.40 1.4 18.00 69.40 1.26
Lowwall 12.70 49. 1.64 - - - - - -
RL 10 Highwall 34.00 44. 0.89 16. 59.40 1.5 20.00 59.40 1.26
Lowwall 13.30 39. 1.67 - - - - - -
4 9 LOM RL 15 Sidewall 44.00 45. 0.73 16. 39.20 1.5 20.00 39.80 1.34
RL 20 Sidewall 47.00 40. 0.78 17. 34.60 1.5 21.00 35.10 1.32
RL 30 Sidewall 48.00 30. 0.90 22. 26.80 1.5 27.00 28.00 1.28
00 00 2
5 10 LOM RL 12 Sidewall 42.00 48. 0.63 - - - - - -
6 11A LOM RL 33 Diversion 15.00 23. 1.55 - - - - - -
7 11B LOM RL -1 Diversion 40.00 56. 0.48 - - - - - -
PIT ALAM 5-9
8 13 LOM RL 40 Low Wall & 42,00 33 1,44 - - - - - -
High Wall
Rekomendasi
Sumber : Geoteknik PT. MAS, 2018
b. Lereng tunggal
Simulasi analisis stabilitas lereng tunggal dilakukan dengan variabel :
 Jenis batuan (sandstone, siltstone, dan claystone)
 Tinggi lereng tunggal (6 m, 8 m, dan 10 m)
 Kemiringan lereng tunggal (40, 50, 60 dan 70)
Rekapitulasi hasil simulasi analisis kemantapan lereng tunggal, dengan
metode keseimbangan batas, disusun pada Tabel 5.9. di bawah ini.

Tabel 5.9. Rekapitulasi Hasil Perhitungan FK Lereng Tunggal

Tinggi Lereng Tunggal (FK)


Jenis Batuan Kemiringan lereng tunggal
6m 8m 10 m
70 2,663 2,137 1,604
60 2,944 2,258 1,827
Sandstone
50 3,176 2,470 2,153
40 3,370 2,625 2,175
70 2,241 1,792 1,297
60 2,482 1,900 1,511
Siltstone
50 2,683 2,084 1,815
40 2,858 2,165 1,839
70 1,985 1,587 1,119
60 2,198 1,682 1,288
Claystone
50 2,374 1,843 1,526
40 2,521 1,961 1,622
Sumber : Geoteknik PT. MAS, 2018

GEOTEKNIK, HIDROLOGI DAN HIDROGEOLOGI V - 27


Dokumen Studi Kelayakan Revisi III
PT. Muara Alam Sejahtera

Berikut ini beberapa gambar hasil simulasi dan analisis stabilitas lereng
tunggal dengan menggunakan program Slide versi 5.0.

Sumber : Geoteknik PT. MAS, 2018


Gambar 5.18. Lereng Tunggal Sandstone, Tinggi 10 m Kemiringan 50
(FK=2,153)

Sumber : Geoteknik PT. MAS, 2018


Gambar 5.19. Lereng tunggal Siltstone, Tinggi 10 m Kemiringan 50 (FK=1,815)

GEOTEKNIK, HIDROLOGI DAN HIDROGEOLOGI V - 28


Dokumen Studi Kelayakan Revisi III
PT. Muara Alam Sejahtera

Sumber : Geoteknik PT. MAS, 2018


Gambar 5.20. Lereng Tunggal Claystone, Tinggi 10 m Kemiringan 50 (FK=1,526)

Hasil simulasi dan analisis stabilitas lereng tunggal dengan nilai FK >1,3,
direkomendasikan Geometri Lereng Tunggal Pit Alam 1-3 low wall
adalah : tinggi, H = 8 m dan kemiringan, ß = 30, Pit Alam 4 high wall
adalah : tinggi, H = 10 m dan kemiringan, ß = 45, Pit Alam 5-9 adalah :
tinggi, H = 10 m dan kemiringan, ß = 50 (aman untuk ketiga batuan
sandstone, siltstone, dan claystone) .
c. Lereng timbunan
Parameter geoteknik material timbunan ditentukan dengan cara
pendekatan, yaitu dengan menentukan parameter ekuivalen yang mewakili
campuran material batu lempung, batu lanau dan batu pasir, yang
diperkirakan (diasumsikan) mempunyai komposisi perbandingan 7 : 1 : 2
(berdasarkan data log bor). Densitas rata-rata batu lempung, batu lanau
dan batu pasir, berturut-turut adalah; 2,2 2,1 dan 2,0 gr/cm 3. Densitas
material in-situ eqivalent = (7(2,2) + 1(2,1) + 2(2,0)) : 10 = 2,15 gr/cm3.
Perhitungan Bobot Isi Tanah Timbunan ekuivalen :
Density material in-situ eqivalent = 2,15 gr/cm3. Swell Factor material
campuran diperkirakan (pada umumnya) ~ 80%. Sehingga, densitas
material timbunan (lepas) = 2,15 gr/cm 3 x 80% = 1,720 gr/cm3 = 1720

GEOTEKNIK, HIDROLOGI DAN HIDROGEOLOGI V - 29


Dokumen Studi Kelayakan Revisi III
PT. Muara Alam Sejahtera

kg/m3. Jadi, bobot isi (unit weight) tanah timbunan eqivalent = 1720
kg/m3 x 9,81 m/dt2 = 16.873 N/m3 = 16,87 kN/m3.
Parameter kekuatan tanah timbunan ekuivalen :
Parameter kekuatan material timbunan ekuivalen terdiri dari kohesi (c) dan sudut
gesek-dalam (), ditentukan dengan menggunakan kurva, sebagai berikut.
 Kurva hubungan densitas dan sudut gesek-dalam material waste
(untuk timbunan yang dominan bersifat pasiran), atau
 Kurva hubungan antara IP (index plasticity) dan sudut gesek-dalam
material waste (untuk timbunan yang dominan lempungan).

Sumber : Geoteknik PT. MAS, 2018


Gambar 5.21. Kurva Hubungan Sudut Gesek Dalam dan Densitas Timbunan

GEOTEKNIK, HIDROLOGI DAN HIDROGEOLOGI V - 30


Dokumen Studi Kelayakan Revisi III
PT. Muara Alam Sejahtera

Sumber : Geoteknik PT. MAS, 2018


Gambar 5.22. Kurva Hubungan Sudut Geser dan IP Material Timbunan

Kurva pada Gambar 5.14., untuk densitas batupasir = 1,720 gr/cm3 dan
kurva no. 5 (batupasir sedang), dapat ditentukan sudut gesek dalam material
timbunan eqivalent, Ø waste = 27o. Dari kurva pada Gambar 5.15, untuk IP =
15% (umumnya IP (material clay) = 10% - 20%, diambil = 15%), dapat ditentukan
sudut gesek dalam material timbunan eqivalent adalah Ø waste = 15o.
Dengan demikian, parameter geoteknik material timbunan untuk desain
ditentukan sebagai berikut.
 Bobot isi (unit weight) = 16,870 kN/m3
 Kohesi (cohesion) = 50 kPa (ditentukan dengan perkiraan)
 Sudut gesek-dalam = 21o (antara 15o - 27o)
Hasil simulasi dan analisis kemantapan lereng tanah timbunan (waste
dump slopes) secara keseluruhan dan rekomendasinya, kemudian dapat
disajikan sebagai dalam tabel berikut ini.

Tabel 5.10. Rekapitulasi dan Rekomendasi Lereng Timbunan

GEOTEKNIK, HIDROLOGI DAN HIDROGEOLOGI V - 31


Dokumen Studi Kelayakan Revisi III
PT. Muara Alam Sejahtera

SLOPE (degree)
HEIGHT (m)
15 20 25 30 35 40
SAFETY FACTOR, SF
30 1.828 1.476 1.322 1.200 1.097 1.010
40 1.599 1.326 1.129 1.010 0.914 0.853
50 1.476 1.238 1.066 0.914 0.817 0.753
60 1.422 1.129 0.960 0.853 0.768 0.698
70 1.369 1.066 0.893 0.783 0.698 0.640
80 1.280 1.037 0.853 0.768 0.673 0.619
90 1.238 0.984 0.834 0.738 0.640 0.591
100 1.200 0.960 0.800 0.698 0.619 0.565
Sumber : Geoteknik PT. MAS, 2018

SLOPE HEIGHT VS SAFETY FACTOR CURVE'S


2.0
1.9
S 1.8
A 1.7
1.6
F 1.5
E 1.4
T 1.3 15 degree
1.2
Y 1.1 20 degree
1.0
0.9 25 degree
F 0.8
A 0.7 30 degree
C 0.6 35 degree
0.5
T 0.4 40 degree
O 0.3
R 0.2
0.1
0.0
0 20 40 60 80 100 120
WASTE DUMP SLOPE HEIGHT, m

Sumber : Geoteknik PT. MAS, 2018


Gambar 5.23. Kurva Safety Factor (SF) dan Tinggi Lereng Timbunan (H)

Dengan menggunakan acuan SF ~ 1,30 dan memperhitungkan faktor


gempa f = 0,10g (Tim Zonasi SKSNI, Peta Kegempaan Indonesia, 2000),
maka untuk lereng timbunan dengan tinggi 30 m, sudut kemiringan yang
direkomendasikan adalah 25o. Untuk tinggi timbunan 40 m, sudut

GEOTEKNIK, HIDROLOGI DAN HIDROGEOLOGI V - 32


Dokumen Studi Kelayakan Revisi III
PT. Muara Alam Sejahtera

kemiringan adalah 20o, dan untuk tinggi timbunan 50 m, 60 m dan 70 m


maka sudut kemiringan yang direkomendasikan adalah 15 o.
Gambar-gambar berikut adalah output pemodelan dan analisis stabilitas
lereng tanah timbunan eqivalent, menggunakan software “Slide”, dan
parameter geoteknik tanah timbunan eqivalent, pada faktor keamanan, SF ~
1,30.

Sumber : Geoteknik PT. MAS, 2018


Gambar 5.24. Output Pemodelan Lereng Timbunan
(α=250, H=30m, SF=1,322)

Sumber : Geoteknik PT. MAS, 2018


Gambar 5.25. Output Pemodelan Lereng Timbunan

GEOTEKNIK, HIDROLOGI DAN HIDROGEOLOGI V - 33


Dokumen Studi Kelayakan Revisi III
PT. Muara Alam Sejahtera

(α=200, H=40m, SF=1,326)

Sumber : Geoteknik PT. MAS, 2018


Gambar 5.26. Output Pemodelan Lereng Timbunan
(α=150, H=70m, SF=1,369)

5.1.3. Rekomendasi Geoteknik


5.1.3.1. Rekomendasi Penggalian dan Penggaruan
Kekuatan batuan di daerah rencana pit (tambang) berdasarkan
hasil uji Laboratorium menunjukkan bahwa nilai UCS sebagian besar
adalah < 1 MPa, dan beberapa (sedikit) lapisan mempunyai nilai UCS
antara 1 - 2 MPa. Berdasarkan klasifikasi kemampugalian, dapat
dinyatakan bahwa material batuan tersebut dapat digali dengan
penggalian langsung (Free digging).

5.1.3.2. Rekomendasi Penyanggaan, Dimensi Front Produksi


Metode penambangan PT. Muara Alam Sejahtera adalah Surface
Mining (Tambang Terbuka), PT. Muara Alam Sejahtera belum merencanakan
melakukan penambangan bawah tanah (Underground Mining).

5.1.3.3. Rekomendasi Geometri dan Dimensi Lereng


Hasil analisa dan rekomendasi geoteknik sebelum revisi (2018)
Rekomendasi Geometri Lereng Tunggal : Lereng tunggal maksimum untuk
Pit yang direkomendasikan adalah 45º dengan ketinggian maksimum 9

GEOTEKNIK, HIDROLOGI DAN HIDROGEOLOGI V - 34


Dokumen Studi Kelayakan Revisi III
PT. Muara Alam Sejahtera

meter. Rekomendasi Geometri Lereng Keseluruhan : Lereng keseluruhan


maksimum di Pit yang direkomendasikan untuk tinggi lereng 70 meter
adalah 40º. Rekomendasi Geometri Lereng Timbunan : Lereng timbunan
dengan material campuran yang direkomendasikan adalah maksimum 27º
untuk tinggi lereng 9 meter (Tidak ada tabulasi rekomendasi lereng dalam
dokumen studi kelayakan sebelum revisi 2018).
Hasil analisa dan rekomendasi geoteknik setelah revisi (2020) terhadap
desain LOM NRM Pit Alam 1-9 dapat di lihat pada Tabel 5.12. Rekomendasi
ini hanya berlaku terhadap desain yang di analisa saja, jika ada perubahan
desain, maka harus di analisa ulang dan tidak boleh dilakukan aktivitas
penambangan belum ada rekomendasi geoteknik yang baru.

Tabel.5.11. Rekomendasi Lereng Tunggal dan Keseluruhan

Geometri Lereng
Single Overall Remak
Section Analisa Geoteknik FK ΔH
Slop Bench Slop ΔH s
(m
e (°) (m) e (°) (m)
)
10 -
Desai High Wall RL -130 1,3 30° 10 23° 284 Stabil
12
1 n Pit
Low Wall RL -130 1,3 30° 15 10 16° 214 Stabil
Alam
1-3 11 -
Side Wall -130 1,3 30° 10 23° 219 Stabil
15

Desai
n Pit High Wall RL 0 1,3 40° 10 10 17° 70 Stabil
2
Alam
4
Low Wall RL 0 1,7 40° 10 10 9° 52 Stabil
Desai Low Wall RL +40 1,4 50° 5 10 42° 33 Stabil
3 n Pit
Alam High Wall RL +40 1,4 50° 5 10 42° 33 Stabil
5-9
Sumber : Geoteknik PT. MAS, 2018

- Desain LOM Pit Alam 1-3 sisi Low-wall :


a. Single bench = 10 m,
b. Overall slope = 16 degree dengan ketinggian 214 m, dan
c. Single slope mengikuti kemiringan bidang per lapisan (30 degree).
- Desain LOM Pit Alam 1-3 sisi High-wall :
a. Single bench = 10 m,
b. Overall slope = 23 degree dengan ketinggian 284 m, dan
c. Single slope mengikuti kemiringan bidang per lapisan (30 degree).

GEOTEKNIK, HIDROLOGI DAN HIDROGEOLOGI V - 35


Dokumen Studi Kelayakan Revisi III
PT. Muara Alam Sejahtera

- Desain LOM Pit Alam 1-3 sisi Side-wall :


a. Single bench = 10 m,
b. Overall slope = 23 degree dengan ketinggian 219 m, dan
c. Single slope mengikuti kemiringan bidang per lapisan (30 degree).
- Desain LOM Pit Alam 4 sisi Low-wall :
a. Single bench = 10 m,
b. Overall slope = 9 degree dengan ketinggian 52 m, dan
c. Single slope mengikuti kemiringan bidang per lapisan (40 degree).
- Desain LOM Pit Alam 4 sisi High-wall :
a. Single bench = 10 m,
b. Overall slope = 17 degree dengan ketinggian 70 m, dan
d. Single slope mengikuti kemiringan bidang per lapisan (40 degree).
- Desain LOM Pit Alam 5-9 sisi High Wall,
a. Single bench = 10 m,
b. Overall slope = 42 degree dengan ketinggian 33 m, dan
c. Single slope mengikuti kemiringan bidang per lapisan (50 degree).
d. Rekomendasi IPD Disposal Alam 4
Overall slope maksimum adalah 8 degree, lebar berm RL 90 di revisi
menjadi 100 m, lebar berm RL direvisi menjadi 35 meter, lebar berm RL
110 menjadi 50 meter, dan tinggi maksimum adalah RL 120.
e. Disposal Timur
Overall slope rekomendasi 6-8 degree. lebar berm RL 140, RL 150, RL 160
direvisi dari 25 meter menjadi 78 meter, tinggi maksimum adalah RL 170.

5.1.3.4. Rekomendasi Faktor Keamanan Statis dan Dinamis,


Probabilitas Longsor, dan Tingkat Keparahan Longsor
Hal yang terkait secara langsung dengan kemantapan lereng
adalah penentuan nilai FK (safety factor). Faktor keamanan adalah nilai
empiris yang didapat dari gaya penahan dibagi dengan gaya pendorong.
f. Nilai FK < 1,0 lereng longsor.
g. Nilai FK 1,0 - 1,3 lereng dalam kondisi kritis.
h. Nilai FK > 1,3 lereng dianggap aman.

GEOTEKNIK, HIDROLOGI DAN HIDROGEOLOGI V - 36


Dokumen Studi Kelayakan Revisi III
PT. Muara Alam Sejahtera

Dari sifat fisik dan mekanis batuan yang didapat dari lokasi pengeboran
(Hasil Uji Lab di Lampiran), serta dilakukan analisis lebih lanjut mengenai FK
yang dilakukan per-section (penampang), maka rekomendasi nilai FK ≥ 1,3.

Sumber : Tim Teknis PT. MAS, 2020


Gambar 5.27. Grafik Hubungan Tinggi Lereng dan Sudut Lereng (High Wall)

GEOTEKNIK, HIDROLOGI DAN HIDROGEOLOGI V - 37


Dokumen Studi Kelayakan Revisi III
PT. Muara Alam Sejahtera

Sumber : Tim Teknis PT. MAS, 2020


Gambar 5.28. Grafik Hubungan Tinggi Lereng dan Sudut Lereng (Low Wall)
5.1.3.5. Rekomendasi Pemantauan Geoteknik
Dalam menjaga kondisi lubang bukaan tambang di seluruh area PT.
Muara Alam Sejahtera, maka dilakukan kegiatan pemantauan rutin untuk
mengawasi kondisi kestabilan lereng dengan crack meter. Beberapa aspek
yang dipantau adalah pergerakan pada lereng, perubahan bentuk lereng,
kondisi muka air tanah dan kondisi air hujan. Kegiatan pemantauan pada lereng
untuk memberikan tanda bahaya pada lereng yang berpotensi tidak stabil
sebelum terjadi longsor lereng penambangan. Hal ini bertujuan untuk menjaga
keselamatan pekerja dan peralatan, serta untuk menentukan tindakan yang
harus dilakukan agar lereng kembali stabil. Kegiatan pemantauan kestabilan
lereng dilakukan pada lereng tertentu yang dianggap berpotensi dalam keadaan
kritis. Pada dasarnya lereng telah didesain dengan pertimbangan geoteknik
untuk memperoleh kondisi stabil. Namun demikian masih terdapat faktor-faktor
yang belum dimasukkan ke dalam analisis kemantapan lereng seiring dengan
kemajuan kegiatan penambangan seperti adanya bedding shear, patahan,
kondisi air tanah yang berubah dan lain sebagainya.

GEOTEKNIK, HIDROLOGI DAN HIDROGEOLOGI V - 38


Dokumen Studi Kelayakan Revisi III
PT. Muara Alam Sejahtera

Sumber : Tim Teknis PT. MAS, 2020


Gambar 5.29. Pemasangan Crack Meter Pada Lokasi Timbunan

Pemantauan dilakukan pada lereng yang mempunyai kecenderungan


untuk tidak stabil, yang menunjukkan tanda - tanda tertentu. Apabila
ditemui kondisi tersebut, maka segera dilakukan pemantauan. Kondisi
yang ditemui pada lereng yang mengharuskan adanya pemantauan
adalah sebagai berikut :
i. Adanya rekahan tarik (tension crack) pada bagian atas lereng. Rekahan
tersebut terbentuk pada saat material pembentuk lereng bergerak ke
arah pit. Apabila rekahan tersebut terisi dengan air hujan, maka akan
menambah potensi ketidakstabilan lereng.
j. Perubahan keadaan air tanah yang tiba-tiba, seperti munculnya
rembesan pada bagian bawah lereng (toe) akibat kenaikan airtanah
maupun akibat adanya hujan yang terus menerus akan mengakibatkan
berat material lereng dan tekanan air pada lereng semakin besar.
k. Adanya sebagian kecil crest yang turun secara vertikal. Hal ini bisa
diamati secara visual pada bagian atas lereng yang menunjukkan
adanya pergerakan parsial dari lereng.
l. Adanya runtuhan kecil pada bagian bawah lereng (toe).
Runtuhan tersebut akan mengakibatkan material di atasnya menjadi
menggantung (over hanging) dan berpotensi runtuh. Kegiatan pemantauan yang
dilakukan apabila ditemui hal-hal tersebut yang paling umum adalah pengamatan
dengan memasang rambu pengamatan pada lereng yang berpotensi runtuh.

GEOTEKNIK, HIDROLOGI DAN HIDROGEOLOGI V - 39


Dokumen Studi Kelayakan Revisi III
PT. Muara Alam Sejahtera

Koordinat dari rambu diketahui dengan menembak rambu dari satu titik ikat
dengan alat ukur total station. Pengamatan dilakukan dengan cara menembak
titik rambu tersebut dengan selang waktu tertentu/hari (Gambar 5.30).

Sumber : Tim Teknis PT. MAS, 2020


Gambar 5.30. Pos Pemantauan Lereng
5.2. Hidrologi - Hidrogeologi
5.2.1. Akuisisi Data
5.2.1.1. Jenis
Secara umum sumber air yang sering masuk ke bukaan tambang
dapat dibedakan menjadi empat macam, yaitu air yang berasal dari
permukaan tanah baik berupa air sungai, air danau, air rawa, serta air
limpasan dari daerah sekitarnya yang topografinya lebih tinggi, dan juga
air yang berasal dari dalam tanah atau disebut dengan air tanah.
Berdasarkan KEPMEN Nomor 1827/K/30/MEM/2018, kajian
hidrologi adalah kegiatan penelitian untuk mempelajari dan mengetahui
pergerakan, distribusi, kuantitas, dan kualitas air permukaan dalam rangka
perencanaan dan kegiatan pertambangan. Kajian hidrogeologi adalah
kegiatan penelitian untuk mengidentifikasi dan mempelajari lapisan batuan
yang mengandung air tanah, serta kuantitas dan kualitas air tanah dalam
rangka perencanaan dan kegiatan pertambangan, oleh karena itu PT.

GEOTEKNIK, HIDROLOGI DAN HIDROGEOLOGI V - 40


Dokumen Studi Kelayakan Revisi III
PT. Muara Alam Sejahtera

Muara Alam Sejahtera melakukan kajian hidrologi dan hidrogeologi yang


merupakan salah satu aspek penting perencanaan tambang.
Jenis data yang digunakan untuk kajian hidrologi dan hidrogeologi
PT. MAS adalah sebagai berikut :
1. Data Curah Hujan
Data curah hujan diambil dari data curah hujan yang dikeluarkan oleh
NASA GES-DAAC TRMM.
2. Peta Topografi
Peta topografi yang digunakan dalam kajian ini didapatkan dari
departemen engineering PT. Muara Alam Sejahtera.
3. Data Luas Daerah Tangkapan Hujan (DTH)
Data luas DTH didapatkan dari analisa terhadap peta topografi dan
desain tambang di PT. Muara Alam Sejahtera.
4. Data Lubang Bor
Data lubang bor merupakan data hasil identifikasi lubang bor yang dibuat untuk
sumur uji dalam penyelidikan hidrogeologi PT. Muara Alam Sejahtera. Identifikasi
lubang bor pada sumur uji menghasilkan data litologi dan tinggi muka air tanah.
5.2.1.2. Jumlah
Jumlah data yang digunakan untuk kajian hidrologi dan
hidrogeologi PT. MAS adalah sebagai berikut :
1. 5 (lima) pemboran Hidrogeologi (piezometer) berupa 2 (dua) pemboran
Hidrogeologi di Disposal Selatan (PZ-DS-01, 1 (satu) PZ-DS- 02) yang
sudah diselesaikan dan digunakan sebagai sumur pemompaan air
tanah dan sumur pantau, 1 (satu) pemboran Hidrogeologi di Disposal
Timur (PZ-DT-05) dan 1 (satu) pemboran Hidrogeologi pada High wall
Pit Alam 1-3, Low wall Pit Alam 1-3 digunakan sebagai sumur pantau.
2. Data curah hujan dalam rentang waktu 10 tahun (tahun 2010 sampai
dengan tahun 2019).
3. Data luas area DTH (catchment area) di wilayah IUP OP PT. Muara
Alam Sejahtera.

5.2.1.3. Sebaran Data

GEOTEKNIK, HIDROLOGI DAN HIDROGEOLOGI V - 41


Dokumen Studi Kelayakan Revisi III
PT. Muara Alam Sejahtera

Litologi pada setiap lubang bor didapatkan berdasarkan hasil


deskripsi cuttings pemboran di titik terkait. Logging geofisika dilakukan
untuk meyakinkan hasil deskripsi tersebut. Namun logging geofisika hanya
dilakukan di lubang PZ-DS-01 dan PZ-DS-02 saja. Pemantauan muka air
tanah masing-masing lubang bor yang telah dilakukan diberikan pada
Tabel 5.12, kecuali pada lubang GT-A4-02 yang tidak dilakukan
pemantauan muka air tanah, karena tidak ditemukan lapisan akuifer di
lubang tersebut.

Tabel 5.12. Pemantauan Muka Air Tanah di Lubang Bor

Lokasi MAT (m di bawah muka tanah) Catatan


PZ-DS-01 4,19
PZ-DS-02 4,03
PZ-A3-03 Flowing
PZ-A4-04 5,73
PZ-DT-05 2,01
GT-A4-01R 7,33
GT-A4-02 Tidak Ada Lapisan Akuifer
Sumber : Tim Teknis PT. MAS, 2020

GEOTEKNIK, HIDROLOGI DAN HIDROGEOLOGI V - 42


Dokumen Studi Kelayakan Revisi III
PT. Muara Alam Sejahtera

Sumber : Geoteknik PT. MAS, 2018


Gambar 5.31. Peta Lokasi Lubang Bor Hidrologi

GEOTEKNIK, HIDROLOGI DAN HIDROGEOLOGI V - 43


Dokumen Studi Kelayakan Revisi III
PT. Muara Alam Sejahtera

Tabel 5.13. Litologi Hasil Pemboran Hidrogeologi (Slug Test)

PZ-DS-01 PZ-A4-04 PZ-DT-05


Kedalaman
Kedalaman Kedalaman
(m) Tebal Tebal
Litologi Litologi Litologi
Tebal (m) dar (m)
dari sampai dari sampai sampai
(m) i
0 5,55 5,55 Material timbunan 0 20 20 Material timbunan 0 5 5 Tanah Penutup
5,55 10,55 5 Tanah penutup 20 22 2 Tanah penutup 5 13 8 Batu Lempung
10,5
35,55 25 22 32 10 13 25 12
5 Batupasir Batupasir Batupasir
35,5
41,55 6 32 42 10
5 Batupasir lempungan Batulempung
41,5
50,55 9 42 43 1
5 Batupasir Batubara
50,5
62,55 12 43 74,6 31,6
5 Batulempung Batulempung
62,5
70,05 7,5
5 Batupasir
60,0
75 4,95
5 Batulempung
PZ-DS-02 GT-A4-01R
Kedalaman Kedalaman
(m) Tebal (m) Tebal
Litologi Litologi
(m) (m)
dari sampai dari sampai
0 5 5 Tanah penutup 0 3 3 Tanah penutup
5 31 26 Batupasir 3 20 17 Batupasir
31 34 3 Batubara 20 73 53 Batulempung
34 35 1 Batulempung 73 79 6 Batubara
35 100 65 Batupasir 79 87 8 Batulempung
PZ-A3-03 GT-A4-02

GEOTEKNIK, HIDROLOGI DAN HIDROGEOLOGI V - 44


Dokumen Studi Kelayakan Revisi III
PT. Muara Alam Sejahtera

Kedalaman
Kedalaman Tebal Tebal
Litologi (m) Litologi
(m) (m)
dari sampai dari sampai
0 33 33 Material timbunan 0 5 5 Tanah penutup
33 42 9 Batupasir 5 26 21 Batulempung
42 50 8 Batulempung 26 32 6 Batubara
32 44 12 Batulempung
Sumber : Geoteknik PT. MAS, 2018

GEOTEKNIK, HIDROLOGI DAN HIDROGEOLOGI V - 45


Dokumen Studi Kelayakan Revisi III
PT. Muara Alam Sejahtera

5.2.2. Analisis Hidrologi dan Hidrogeologi


5.2.2.1. Hidrologi
Air yang ada di tambang dalam jumlah lebih akan menimbulkan
masalah dalam pekerjaan tambang. Hal ini berpengaruh baik secara langsung
ataupun tidak langsung terhadap target produksi yang direncanakan sehingga
dalam hal ini diperlukan upaya penirisan. Penirisan yang dimaksud di sini
adalah usaha atau penanganan yang dilakukan terhadap air pada area
penambangan dengan maksud untuk mencegah, mengeringkan, mengalirkan
atau mengeluarkan air yang masuk ke area penambangan.
Hal ini dilakukan guna mencegah terganggunya aktivitas tambang
akibat adanya genangan air, baik air permukaan atau air bah permukaan.
Selain itu, sistem penyaliran tambang juga dimaksudkan untuk
memperlambat kerusakan alat, sehingga alat mekanis yang digunakan
memiliki umur pakai yang lebih lama. Sumber air yang masuk ke daerah
tambang, dapat berasal dari air permukaan maupun air tanah.
Air yang terdapat dan mengalir di permukaan disebut juga sebagai
air permukaan. Air yang masuk ke dalam tambang melalui daerah
tangkapan hujan akan menuju kolam penampungan dalam pit atau sump
dari masing-masing pit, baik pit alam 1-3, pit alam 4, pit alam 5-7, dan pit
alam 8-9. Air dalam sump pit alam 1-3 akan dipompakan ke dalam KPL di
sisi selatan, sump pit alam 4 akan dipompakan ke dalam KPL di sisi timur
laut, sump pit alam 5-7 akan dipompakan ke dalam KPL di sisi timur,
sump pit alam 8-9 akan dipompakan ke dalam KPL di sisi barat yang
kemudian air dari masing-masing sump akan dikelola hingga baku mutu
air dalam KPL sudah memenuhi standar untuk dikeluarkan ke sungai.
Adapun upaya penanganan terhadap air yang dapat dilakukan pada tambang
terbuka adalah :
a. Mine Drainage
Merupakan upaya untuk mencegah masuknya air ke daerah penambangan.
Hal ini umumnya dilakukan untuk penanganan air tanah dan air rembesan
yang berasal dari sumber air permukaan, tindakan ini juga disebut usaha

GEOTEKNIK, HIDROLOGI DAN HIDROGEOLOGI V - 46


Dokumen Studi Kelayakan Revisi III
PT. Muara Alam Sejahtera

preventif. Cara yang biasa digunakan untuk mencegah air permukaan adalah
dengan membuat saluran terbuka di sekeliling tambang atau lantai jenjang.
b. Mine Dewatering
Mine dewatering merupakan upaya untuk mengeluarkan air tambang
yang telah masuk ke lokasi penambangan. Adapun metode Mine
Dewatering adalah sebagai berikut :
a). Sistem Paritan
Merupakan metode penyaliran yang paling murah dibandingkan dengan
metode yang lainya. Lubang paritan dibuat pada lokasi penambangan guna
menampung sementara serta mengalirkan air limpasan, sehingga tidak
mengganggu pekerjaan tambang. Bentuk saluran terbuka yang paling
sederhana dan umum digunakan adalah saluran dengan bentuk trapesium.
b). Sistem Sumuran
Sistem ini diterapkan untuk membuang air yang telah masuk ke
dalam lokasi penambangan. Air limpasan yang ada dialirkan ke
kolam penampungan melalui saluran-saluran terbuka. Setelah air
dalam kolam penampung penuh kemudian dipompa keluar area.
Pemasangan jumlah pompa tergantung pada debit air yang harus
dikeluarkan, kapasitas pompa dan head pompa.
5.2.2.1.1. Analisis Hidrologi
Kegiatan analisis hidrologi yang dilakukan berupa analisis
daerah tangkapan hujan (DTH), perhitungan curah hujan rencana, periode
ulang hujan, perhitungan intensitas curah hujan rencana, perhitungan
koefisien limpasan, dan perhitungan debit air limpasan (Lampiran H).
Analisis hidrologi dijelaskan sebagai berikut :
a. Daerah Tangkapan Hujan
Daerah tangkapan hujan merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi terhadap besar kecilnya air hujan yang masuk pada lokasi
penambangan. Semakin luas daerah tangkapan hujan maka air yang
masuk ke saluran penirisan semakin besar sehingga daerah tangkapan
hujan akan berpengaruh terhadap ukuran dan jumlah saluran penirisan.
Air yang jatuh ke bumi, sebagian meresap ke dalam tanah, sebagian

GEOTEKNIK, HIDROLOGI DAN HIDROGEOLOGI V - 47


Dokumen Studi Kelayakan Revisi III
PT. Muara Alam Sejahtera

tertahan oleh tumbuh-tumbuhan, dan sebagian lagi akan mengalir di


permukaan melewati sungai menuju danau, rawa, dan samudra.
b. Perhitungan Curah Hujan Rencana
Curah hujan adalah jumlah air hujan yang jatuh pada satu satuan luas
yang dinyatakan dalam milimeter. Satu milimeter dapat diartikan pada
luasan satu meter persegi terdapat air sebanyak satu liter. Curah hujan
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi sistem penirisan di
tambang terbuka. Besar kecilnya curah hujan pada lokasi
penambangan akan mempengaruhi besar kecilnya air tambang yang
harus ditangani. Banyaknya air yang masuk ke lokasi penambangan
akan berpengaruh terhadap geometri saluran penirisan, jumlah saluran
penirisan, kolam pengendapan dan pompa yang diperlukan tergantung
pada sistem penirisan yang dipakai.

Tabel 5.14. Curah Hujan di Area Penambangan PT. MAS

LAMA HUJAN (MENIT)


TAHUN
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des 1 Thn
2010 568.0 705.0 356.0 340.0 298.0 195.0 113.0 353.0 215.0 328.0 564.0 274.0 4309.0
2011 175.3 319.9 200.9 180.6 374.8 327.4 57.6 21.3 114.5 300.1 265.2 660.7 2998.3
2012 384.1 553.2 92.1 201.8 366.3 98.6 133.8 62.0 140.5 352.0 315.7 512.4 3212.5
2013 572.6 324.4 472.2 300.0 425.2 161.2 283.8 111.3 168.3 371.0 275.6 509.7 3975.3
2014 324.8 310.4 259.0 242.6 257.0 141.0 196.6 325.0 42.2 90.1 300.5 458.3 2947.5
2015 245.1 382.9 203.3 251.2 127.5 81.0 9.5 102.2 3.3 8.2 359.5 448.3 2222.0
2016 717.7 239.5 554.0 536.5 277.7 71.0 125.0 40.5 230.5 475.4 262.3 106.0 3636.1
2017 216.5 374.5 475.1 397.2 355.5 106.0 169.0 223.5 254.4 560.0 708.0 400.2 4239.8
2018 168.5 592.0 484.5 269.5 296.5 115.0 9.0 218.0 111.0 277.5 419.0 426.0 3386.5
2019 468.5 466.6 325.0 270.8 68.0 159.0 93.5 0.0 0.0 0.0 160.8 334.8 2347.0
Rata-rata 384.11 426.84 342.20 299.02 284.65 145.52 119.08 145.68 127.97 276.23 363.06 413.04 588.43
Maksimum 717.70 705.00 554.00 536.50 425.20 327.40 283.80 353.00 254.35 560.00 708.00 660.70 717.70
Minimum 168.50 239.50 92.10 180.60 68.00 71.00 9.00 0.00 0.00 0.00 160.80 106.00 448.30
n 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
Sumber : Data Badan Metereologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Kenten, 2020

Air yang berasal dari hujan merupakan sumber utama dari sistem
penirisan. Jadi diperlukan data mengenai curah hujan yang dapat
mewakili daerah penelitian untuk di analisa. Data curah hujan biasanya
disajikan dalam data curah hujan harian, bulanan dan tahunan, yang
dapat berupa tabel atau grafik. Perhitungan curah hujan rencana
menggunakan persamaan Gumbell, sebagai berikut :

GEOTEKNIK, HIDROLOGI DAN HIDROGEOLOGI V - 48


Dokumen Studi Kelayakan Revisi III
PT. Muara Alam Sejahtera

Keterangan :
Xt = Curah Hujan Rencana (mm/hari)
X = Curah Hujan rata-rata (mm/hari)
SD = Standard Deviation
Yn = Reduced Mean
Sn = Reduced Standard Devition
Yt = Reduced Variate
Nilai Reduced Mean (Yn) dan Reduced Variate (Yt) dapat dicari dengan
rumus sebagai berikut :

Keterangan :
n = Jumlah sampel
m = Urutan sampel

Keterangan :
T = Periode Ulang Hujan
Sedangkan nilai dari Reduced Standard Deviation (Sn) dan Standard
Deviation (SD) ditentukan dengan rumus :

Tabel 5.15. Perhitungan Curah Hujan Rencana

GEOTEKNIK, HIDROLOGI DAN HIDROGEOLOGI V - 49


Dokumen Studi Kelayakan Revisi III
PT. Muara Alam Sejahtera

Rh Rh Rata-
No Tahun rencana rata (Xi-X) (Xi-X)² (Xi-X)³ (Xi-X)4
(mm) (X)
1 2010 705,00 588 117 13.589 1.584.019,0 184.649.096,0
2 2011 660,70 588 72 5.223 377.462,8 27.279.237,0
3 2012 553,20 588 -35 1.241 -43.725,8 1.540.460,5
4 2013 572,60 588 -16 251 -3.966,8 62.794,8
5 2014 458,30 588 -130 16.934 -2.203.597,6 286.754.154,8
6 2015 448,30 588 -140 19.636 -2.751.651,1 385.588.868,7
7 2016 717,70 588 129 16.711 2.160.196,4 279.248.594,1
8 2017 708,00 588 120 14.297 1.709.490,5 204.403.777,2
9 2018 592,00 588 4 13 45,5 162,4
10 2019 468,50 588 -120 14.383 -1.724.977,8 206.876.583,2
Jumlah 5884,30 -0 102.277 -896.705 1.576.403.729
Sumber : Tim Teknis PT. MAS, 2020

c. Periode Ulang Hujan


Curah hujan biasanya terjadi menurut pola tertentu di mana curah hujan
biasanya akan berulang pada periode tertentu, yang kita kenal dengan Periode
Ulang Hujan. Periode Ulang Hujan adalah periode di mana hujan dengan
intensitas yang sama kemungkinan bisa terjadi kembali. Kemungkinan yang
terjadi adalah satu kali dalam batas periode ulang yang ditetapkan.
Penentuan periode ulang hujan dilakukan dengan menyesuaikan data
dan keperluan pemakaian saluran yang berkaitan dengan umur tambang
serta tetap memperhitungkan risiko hidrologi. Penentuan periode ulang
dan risiko hidrologi dihitung dengan menggunakan rumus.

Keterangan :
Pr = Risiko Hidrologi
Tr = Periode Ulang Hujan
Tl = Umur Tambang
Adapun dasar yang digunakan untuk menentukan Periode Ulang Hujan
dapat dilihat pada Tabel 5.16.

Tabel 5.16. Dasar Penentuan Periode Ulang Hujan Rencana

No. Daerah untuk Penambangan Periode Ulang Hujan


1 Daerah Terbuka 0.5
2 Sarana Tambang 2-5
3 Lereng Tambang dan Penimbunan 5-10

GEOTEKNIK, HIDROLOGI DAN HIDROGEOLOGI V - 50


Dokumen Studi Kelayakan Revisi III
PT. Muara Alam Sejahtera

No. Daerah untuk Penambangan Periode Ulang Hujan


4 Sumuran Utama 10-25
5 Penirisan Keliling Tambang 25
6 Pemindahan Aliran Sungai 100
Sumber : Eksplorasi PT. MAS, 2017

Tabel 5.17. Perhitungan Distribusi Sebaran Gumbell

No. n

1 10 0,09 -0,87 1,88


2 10 0,18 -0,53 1,06
3 10 0,27 -0,26 0,57
4 10 0,36 -0,01 0,26
5 10 0,45 0,24 0,07
0,50 1,00
6 10 0,55 0,50 0,00
7 10 0,64 0,79 0,09
8 10 0,73 1,14 0,42
9 10 0,82 1,61 1,23
10 10 0,91 2,35 3,44
Sumber : Tim Teknis PT. MAS, 2020

Tabel 5.18. Perhitungan Periode Ulang Hujan

No. Periode X Sd Sn Yn (T-1)/T Yt Yt-Yn Xt

1 1 588 143,02 1,00 0,50 - - -0,50 517,7

2 2 588 143,02 1,00 0,50 0,500 0,367 -0,13 570,0

3 5 588 143,02 1,00 0,50 0,800 1,500 1,00 732,0

4 10 588 143,02 1,00 0,50 0,900 2,250 1,76 839,2

5 20 588 143,02 1,00 0,50 0,950 2,970 2,47 942,1


Sumber : Tim Teknis PT. MAS, 2020

5.2.2.1.2. Intensitas Curah Hujan


Intensitas curah hujan adalah jumlah air hujan yang jatuh dalam
jangka waktu tertentu, yang dapat dinyatakan dalam mm/jam. Perhitungan

GEOTEKNIK, HIDROLOGI DAN HIDROGEOLOGI V - 51


Dokumen Studi Kelayakan Revisi III
PT. Muara Alam Sejahtera

intensitas curah hujan dimaksudkan untuk mendapatkan kurva durasi


yang nantinya dapat dipakai sebagai dasar perencanaan debit limpasan
hujan pada daerah penelitian.
Untuk menentukan nilai intensitas curah hujan digunakan cara statistik
dari pengamatan durasi yang terjadi. Rumus yang dipakai dalam
pengolahan data ini menggunakan rumus Mononobe sebagai berikut :

Keterangan :
I = Intensitas Curah Hujan (mm/jam)
R24 = Curah Hujan harian maksimum (mm/jam)
t = Lamanya Curah Hujan
Adapun dasar yang digunakan untuk menentukan keadaan dan intensitas
curah hujan dapat dilihat pada tabel 5.19 di bawah ini.

Tabel 5.19. Keadaan Curah Hujan dan Intensitas Curah Hujan

Intensitas CH
Keadaan Curah (mm)
Kondisi
Hujan
1 Jam 24 Jam

Hujan sangat
<1 <5 Tanah agak basah atau dibasahi sedikit
ringan

Hujan ringan 1-5 5-20 Tanah menjadi basah semuanya

Hujan normal 5-10 20-50 Bunyi curah hujan terdengar

Air tergenang di seluruh permukaan tanah dan bunyi


Hujan lebat 10-20 50-100
keras kedengaran dari genangan

Hujan sangat
> 20 > 100 Hujan seperti ditumpahkan
lebat
Sumber : Eksplorasi PT. MAS, 2017

Daerah penyelidikan termasuk daerah hujan tropis yang


ditandai dengan adanya pergantian dua musim, yaitu musim kemarau
(Juni s/d Oktober) dan penghujan (November s/d Mei). Intensitas hujan
bervariasi dari rendah sampai tinggi dengan durasi waktu pendek (singkat)

GEOTEKNIK, HIDROLOGI DAN HIDROGEOLOGI V - 52


Dokumen Studi Kelayakan Revisi III
PT. Muara Alam Sejahtera

sampai panjang (lama). Berdasarkan data curah hujan selama 10 tahun


(2010 -2019), curah hujan tahunan di daerah penyelidikan berkisar antara
(0 - 716,50) mm. Curah hujan rata-rata per tahun = 259,37 mm.
Tabel 5.20. Intensitas Curah Hujan Dengan Periode Ulang 20 Tahun

R20
t
R2 R5 R10 R20
(jam)
570,04 731,99 839,21 942,06

1 197,623 253,766 290,937 326,593

2 124,494 159,862 183,279 205,741

3 95,007 121,998 139,868 157,010

4 78,427 100,707 115,459 129,609

5 67,586 86,787 99,499 111,693

6 59,851 76,854 88,111 98,910

7 54,005 69,348 79,506 89,250

8 49,406 63,441 72,734 81,648

9 45,675 58,650 67,242 75,482

10 42,576 54,672 62,681 70,362

11 39,955 51,306 58,822 66,031

12 37,704 48,415 55,507 62,309

13 35,744 45,899 52,622 59,072

14 34,021 43,687 50,086 56,224

15 32,492 41,723 47,834 53,697

16 31,124 39,966 45,820 51,435

17 29,891 38,383 44,005 49,398

18 28,773 36,947 42,360 47,551

19 27,755 35,639 40,860 45,867

20 26,822 34,441 39,486 44,326

21 25,963 33,339 38,223 42,907

22 25,170 32,321 37,055 41,597

GEOTEKNIK, HIDROLOGI DAN HIDROGEOLOGI V - 53


Dokumen Studi Kelayakan Revisi III
PT. Muara Alam Sejahtera

23 24,435 31,377 35,973 40,382

24 23,752 30,499 34,967 39,252


Sumber : Tim Teknis PT. MAS, 2020
5.2.2.1.3. Debit Air Limpasan
Air limpasan disebut juga air permukaan, yaitu air hujan yang mengalir
di atas permukaan tanah menuju sungai, danau, laut atau daerah yang rendah.
Air limpasan berlangsung ketika jumlah curah hujan melebihi laju infiltrasi air ke
dalam tanah. Setelah laju infiltrasi terpenuhi, air mulai mengisi cekungan-
cekungan pada permukaan tanah. Setelah pengisian air pada cekungan tersebut
selesai, air kemudian dapat mengalir di atas permukaan tanah dengan bebas.
Aliran itu terjadi karena air hujan yang mencapai permukaan bumi tidak dapat
terinfiltrasi, baik yang disebabkan karena intensitas curah hujan atau faktor lain
misalnya kemiringan lereng, bentuk, dan kekompakan permukaan tanah serta
vegetasi. Air limpasan dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu :
1. Limpasan Permukaan
Limpasan yang mengalir di atas permukaan tanah menuju saluran sungai.
2. Limpasan Bawah Permukaan
Limpasan ini merupakan sebagian dari limpasan permukaan yang
disebabkan oleh bagian presipitasi yang berinfiltrasi ke dalam tanah
dan bergerak secara lateral.
a. Debit Air Limpasan
Untuk memperkirakan debit air limpasan dapat digunakan rumus
berikut :
Q = 0,278 x C x I x A
Keterangan :
Q = Debit air (m3/ detik)
C = Koefisien Limpasan
I = Intensitas Curah Hujan (mm/ jam)
A = Luas Daerah Tangkapan Hujan (km2)

Tabel.5.21. Hasil Perhitungan Debit Air Limpasan

No. Periode ulang A I C Qt

GEOTEKNIK, HIDROLOGI DAN HIDROGEOLOGI V - 54


Dokumen Studi Kelayakan Revisi III
PT. Muara Alam Sejahtera

(tahun) (km²) (mm/jam) m3 (m³/dtk)


2,39
1 2 197,62 0,44 57,99
9
2,39
2 5 253,77 0,44 74,47
9
2,39
3 10 290,94 0,44 85,38
9
2,39
4 20 326,59 0,44 95,84
9
Sumber : Tim Teknis PT. MAS, 2020
b. Koefisien Limpasan
Koefisien limpasan merupakan suatu konstanta yang dapat
menggambarkan dampak proses infiltrasi, penguapan, tata guna lahan,
serta kemiringan lahan. Koefisien limpasan dipengaruhi oleh faktor tanah
penutup dan kemiringan, intensitas dan lamanya hujan. Beberapa faktor
yang mempengaruhi koefisien limpasan dijelaskan sebagai berikut :
1) Limpasan Permukaan
Daerah dengan vegetasi yang rapat, akan memberikan nilai
koefisien yang kecil, karena air hujan yang masuk tidak dapat
langsung mengenai tanah, melainkan akan tertahan oleh
tumbuhan, sedangkan tanah yang gundul akan memberi nilai
koefisien yang besar.
2) Tataguna Lahan
Lahan persawahan atau rawa-rawa akan memberikan nilai
koefisien yang kecil daripada daerah hutan atau perkebunan,
karena pada daerah persawahan misalnya padi, air hujan yang
jatuh akan tertahan pada petak-petak sawah, sebelum akhirnya
menjadi limpasan permukaan.
3) Kemiringan Tanah
Daerah dengan kemiringan yang kecil (<3%), akan memberikan
nilai koefisien yang kecil, daripada daerah dengan kemiringan
tanah yang sedang sampai curam untuk keadaan yang sama.
Menurut Suripin (2005) membagi penentuan harga koefisien
limpasan berdasarkan tiga faktor utama, yaitu berdasarkan
vegetasi (Cv), topografi (Ct) dan kondisi tanah (Cs).

GEOTEKNIK, HIDROLOGI DAN HIDROGEOLOGI V - 55


Dokumen Studi Kelayakan Revisi III
PT. Muara Alam Sejahtera

Tabel 5.22. Harga Koefisien Limpasan

Sumber : Eksplorasi PT. MAS, 2017

Sumber : Studi Kelayakan PT. MAS, 2018


Gambar 5.32. Peta Penyaliran Tambang PT. MAS

5.2.2.2. Hidrogeologi
5.2.2.2.1. Sistem Akuifer
Air tanah ditemukan pada formasi geologi permeabel (tembus
air) yang dikenal dengan akuifer (juga disebut reservoir air tanah, formasi
pengikat air, dasar-dasar yang tembus air) yang merupakan formasi
pengikat air yang memungkinkan jumlah air yang cukup besar untuk
bergerak melaluinya pada kondisi lapangan yang biasa. Air tanah juga
ditemukan pada akiklud (atau dasar semi permeabel) yang mengandung air
tetapi tidak mampu memindahkan jumlah air yang nyata (seperti tanah liat).
Potensi air tanah di dalam suatu akuifer, di samping
dipengaruhi oleh parameter hidrolik air tanah juga tergantung dari

GEOTEKNIK, HIDROLOGI DAN HIDROGEOLOGI V - 56


Dokumen Studi Kelayakan Revisi III
PT. Muara Alam Sejahtera

parameter geologinya. Parameter geologi tersebut, di antaranya kondisi


struktur geologi, jenis dan ukuran butir material penyusun akuifer. Untuk
mengklasifikasi ukuran butir umumnya digunakan acuan Skala Wen
Worth, 1992 (Tabel 5.23). Klasifikasi Ukuran Material Berdasarkan Ukuran
Butir (grain size).

Tabel 5.23. Klasifikasi Ukuran Material Berdasarkan Ukuran Butir

No. Nama Ukuran Material Ukuran Butir (mm)


1 Bongkah (boulder) > 256
2 Brangkal (couble) 256 - 64
3 Krakal (pebble) 64 - 4
4 Kerikil (granule) 4-2
5 Pasir sangat kasar (very coarse sand) 2-1
6 Pasir kasar (coarse sand) 1 - 0,50
7 Pasir sedang (medium coarse sand) 0,50 - 0,25
8 Pasir halus (fine sand) 0,25 - 0,125
9 Pasir sangat halus (very fine sand) 0,125 - 0,0625
10 Lanau (silt) 0,0625 - 0,0391
11 Lempung (clay) < 0,0391
Sumber : Studi Kelayakan PT. MAS, 2018

Kondisi alami dan distribusi akuifer, akiklud dan akuitard


dikendalikan oleh litologi, stratigrafi dan struktur dari materi simpanan
geologi dan formasi. Litologi merupakan susunan fisik dari simpanan
geologi. Susunan ini termasuk komponen mineral, ukuran butir, dan
kumpulan butir (grain packing) yang terbentuk dari sedimentasi atau
batuan yang menampilkan sistem geologi. Stratigrafi menjelaskan
hubungan geometris dan umur antara macam-macam lensa, dasar dan
formasi dalam geologi sistem dari asal terjadinya sedimentasi.
Bentuk struktur seperti pecahan, retakan, lipatan dan patahan
merupakan sifat-sifat geometrik dari sistem geologi yang dihasilkan oleh perubahan
bentuk (deformasi) akibat proses penyimpanan (deposisi) dan proses kristalisasi
dari batuan. Pada simpanan yang belum terkonsolidasi (unconsolidated deposits)
litologi dan stratigrafi merupakan pengendali yang paling penting.

GEOTEKNIK, HIDROLOGI DAN HIDROGEOLOGI V - 57


Dokumen Studi Kelayakan Revisi III
PT. Muara Alam Sejahtera

Ada tiga tipe akuifer utama :


1. Akuifer tidak tertekan
Akuifer in (disebut juga bebas, freatik atau non-artesis) batas-batas atasnya
adalah muka air tanah. Kelengkungan dan kedalaman muka air tanah
beragam tergantung pada kondisi-kondisi permukaan, luas pengisian
kembali, debit, pemompaan dari sumur, permeabilitas, dan lain-lain.
2. Akuifer tertekan
Akuifer ini disebut juga akuifer artesis atau akuifer tekanan di mana air
tanah tertutup antara 2 strata yang relatif kedap air. Airnya ada di bawah
tekanan dan bagian atasnya dibatasi oleh permukaan piezometrik. Jika
suatu sumur dimasukkan dalam akuifer ini, arah air akan naik sampai
batas piezometrik dan akan membentuk suatu sumur yang mengalir.
3. Akuifer semi tertekan
Akuifer ini merupakan kasus khusus akuifer bertekanan yang dibatasi
oleh lapisan-lapisan semi-permeabel.
Di samping sistem akuifer, jenis dan karakteristik akuifer
merupakan hal yang penting di dalam melakukan kajian hidrogeologi
adalah penentuan nilai dari parameter akuifer. Berdasarkan kondisi
akuifer, nilai parameter akuifer dan analisis kualitas air, maka dapat
dilakukan identifikasi maupun kajian terhadap karakteristik akuifer, kondisi
hidrolik dan potensi air tanah di daerah penyelidikan.

5.2.2.2.2. Potensi Air Tanah


Debit rembesan air tanah dihitung dengan menggunakan
persamaan Darcy adalah sebagai berikut :
Q=K*i*A
Di mana :
Q = debit (m3/detik), i = gradien hidrolik, 𝑖 = ⧍ℎ, L = daerah pengaruh
L

GEOTEKNIK, HIDROLOGI DAN HIDROGEOLOGI V - 58


Dokumen Studi Kelayakan Revisi III
PT. Muara Alam Sejahtera

Sumber : Tim Teknis PT. MAS, 2020


Gambar 5.33. Ilustrasi Gradien Hidrolik
A = luas penampang (m2)
K = konduktivitas hidrolik (m/detik)
Konduktivitas hidraulik (hydraulic conductivity) atau
permeabilitas adalah : laju rata-rata aliran di suatu media aliran, pada
satuan gradien dan kondisi aliran adalah laminar pada arah aliran
tertentu. Permeabilitas primer menunjukkan aliran melalui media butiran
yang lolos air, sedangkan permeabilitas sekunder menunjukkan aliran
melalui bukaan pada media seperti retak- retak atau alur-alur pelarutan.

Tabel 5.24. Koefisien Permeabilitas (K)

Jenis Tanah Konduktivitas Hidrolik (m/detik)


Kerikil Bersih 0,01 - 1
Pasir Kasar 0,01 - 0,0001
Pasir Halus 0,00001 - 0,000001
Lanau 0,00001 - 0,00000001
Lempung < 0,00000001
Sumber : Pengaruh Ukuran Butir Terhadap Porositas dan Permeabilitas pada Batu Pasir, 2006

Asumsi perhitungan :
1. Tebal akuifer yang terkupas setebal 15 m dan panjang 0,5 Km pada
setiap tahap.
A = P x l = 5.000 m x 15 m = 7.500 m2
2. Gradien hidrolik (𝑖 = ⧍ℎ = 15 𝑚 = 0,05)
L 300 m

3. Nilai konduktivitas hidrolik pasir dan lanau (Tabel 5.24) Maka nilai Q

GEOTEKNIK, HIDROLOGI DAN HIDROGEOLOGI V - 59


Dokumen Studi Kelayakan Revisi III
PT. Muara Alam Sejahtera

Tabel 5.25. Hasil Perhitungan Debit Air Tanah pada Rencana Bukaan Tambang

No. Nilai K Nilai i Nilai A Q (m3)


1 0,001 0,003 7.500 0,375
2 0,0001 0,003 7.500 0,0375
3 0,00001 0,003 7.500 0,00375
4 0,000001 0,003 7.500 0,000375
5 0,00000001 0,003 7.500 0,00000375
Sumber : Tim Teknis PT. MAS, 2020

Berdasarkan perhitungan di atas, maka pengaruh air tanah untuk masuk


ke dalam tambang sangat kecil (0.000375 m 3)
5.2.2.2.3. Ketebalan Akuifer
Ditentukan dari data pemboran. Meskipun ketebalan ini tidak
pernah konstan, dalam menganggap bahwa suatu akuifer mempunyai
ketebalan yang seragam, diambil suatu nilai rata-rata. Ketebalan ini dapat
mencapai ukuran puluhan meter.
Gerakan air tanah sebagian hasil dari cara-cara bahan diendapkan
semula, akuifer hampir tidak pernah seragam dalam ciri-ciri hidrologinya. Bahkan
bila struktur geologi sistem akuifer diketahui detail gerakan air di dalamnya sulit
untuk diketahui. Banyak detail gerakan air tanah masih jauh dari jelas.
Tetapi proses umum gerakan air tanah, sangat sederhana,
suatu gerakan yang didorong oleh gaya berat, ditahan oleh gesekan
cairan pada medium yang poreus. Bila kita bawa prinsip-prinsip yang
sederhana itu pada perlakuan matematis dari aliran air tanah, asumsi dan
generalisasi tertentu harus dilakukan.
Beberapa asumsi itu adalah :
1. Akuifer haruslah homogen dan isotropik
2. Lapisan-lapisan semi tembus mempunyai ketahanan hidrolik yang seragam
3. Koefisien permeabilitas merupakan invarian waktu
4. Transmisibilitas suatu akuifer bebas adalah konstan
5. Koefisien cadangan atau simpanan adalah konstan
6. Pelepasan air dari cadangan adalah seketika

GEOTEKNIK, HIDROLOGI DAN HIDROGEOLOGI V - 60


Dokumen Studi Kelayakan Revisi III
PT. Muara Alam Sejahtera

5.2.3. Rekomendasi Hidrologi-Hidrogeologi


5.2.3.1. Rencana Penyaliran Tambang (Dimensi Sump, Dimensi Ditch,
Horizontal/Vertical Drain, Dimensi Settling Pond)
Sistem penyaliran yang diterapkan harus disesuaikan dengan
rancangan penambangan, sehingga sistem penyaliran tersebut dapat
mendukung kegiatan penambangan yang dilakukan. Hal yang perlu
dipersiapkan dalam merancang sistem penyaliran tambang, yaitu :
1. Limpasan Permukaan.
2. Data Curah Hujan (jam atau harian).
3. Peta topografi / peta kemajuan tambang.
a. Saluran Terbuka Dan Sumuran (Drainage)
Saluran ini berfungsi untuk menampung sementara serta mengalirkan air ke
tempat lain. Bentuk penampungan saluran umumnya dipilih berdasarkan
debit air, material pengotor dan kemudahan dalam pembuatannya. Dalam
merancang bentuk dan geometri saluran air perlu dilakukan analisa,
sehingga saluran air tersebut memenuhi hal sebagai berikut :
1) Dapat mengalirkan debit air yang direncanakan
2) Kecepatan air sedemikian rupa, sehingga tidak terjadi pengendapan
atau sedimentasi.
3) Kecepatan air sedemikian rupa, sehingga tidak merusak saluran (erosi).
4) Kemudahan dalam penggalian (pembuatan).
Bentuk penampang saluran umumnya dipilih berdasarkan debit air, tipe
material pembentuk saluran serta kemudahan pembuatannya. Saluran air
dengan penampang segi empat atau segi tiga umumnya untuk debit kecil,
sedangkan penampang trapesium untuk debit besar. Perhitungan kapasitas
pengaliran suatu saluran air dapat dilakukan dengan rumus Manning, yaitu :
Q = 1/n . A . S1/2 . R2/3
Keterangan :
Q = Besarnya debit air yang mengalir sepanjang saluran (m 3/detik)
R = Jari-jari hidrolik, A/P
S = Gradien kemiringan dasar saluran (%)
n = Koefisien kekasaran Manning

GEOTEKNIK, HIDROLOGI DAN HIDROGEOLOGI V - 61


Dokumen Studi Kelayakan Revisi III
PT. Muara Alam Sejahtera

A = Luas penampang saluran


P = Keliling basah

Tabel 5.26. Koefisien Kekasaran Dinding Saluran Menurut Manning

Tipe Dinding Saluran n


Semen 0,010 - 0,014
Beton 0,011 - 0,016
Bata 0,012 - 0.020
Besi 0,013 - 0,017
Tanah 0,020 - 0,030
Kerikil 0,022 - 0,035
Tanah yang ditanam 0,025 - 0,040
Sumber : Eksplorasi PT. MAS, 2017
Dimensi penampang yang paling efisien untuk beberapa bentuk
penampang saluran air adalah sebagai berikut :
a. Penampang Trapesium
Bentuk penampang saluran yang paling sering digunakan dan umum
dipakai adalah bentuk trapesium, hal ini dikarenakan bentuk saluran
trapesium mudah dalam pembuatannya, murah efisien dan mudah
dalam perawatannya, serta stabilitas kemiringan dindingnya dapat
disesuaikan menurut keadaan daerah.

Sumber : Eksplorasi PT. MAS, 2017


Gambar 5.34. Penampang Trapesium

GEOTEKNIK, HIDROLOGI DAN HIDROGEOLOGI V - 62


Dokumen Studi Kelayakan Revisi III
PT. Muara Alam Sejahtera

Keterangan :
a = Panjang sisi saluran dasar ke permukaan air, m
b = Lebar dasar saluran, m
B = Lebar permukaan air, m
d = Kedalaman penampang aliran, m
h = Kedalaman aliran, m
α = Sudut kemiringan saluran, derajat
l = Tinggi jagaan saluran, m
Untuk mencegah kenaikan muka air yang melimpah ke tepi, maka
saluran perlu dibuatkan suatu jagaan, yaitu jarak vertikal dari puncak
saluran ke permukaan air :
l = 0,5 x h
Keterangan :
l = Tinggi jagaan saluran, m
h = Kedalaman air, m
Penampang trapesium yang efisien adalah jika kemiringan dindingnya
m = 1√3 atau ⍬ = 60o. Trapesium yang berbentuk berupa setengah segi
enam beraturan (hexagonal).
b. Dimensi Saluran
Telah diketahui bahwa pekerjaan penambangan dilakukan dengan
sistem jenjang. Air yang akan masuk ke pit berasal dan air
limpasan, air hujan dan air tanah. Untuk mengatasi air tersebut
maka di setiap lantai tambang harus dibuat sistem penyaliran pada
kaki jenjang sehingga air tersebut tidak mengganggu pekerjaan
penambangan. Kemiringan memanjang (gradien) dan saluran
penyaliran pada umumnya adalah 2%. Apabila kemiringan terlalu
besar maka akan menyebabkan terjadinya longsoran dan erosi
akibat pengikisan oleh air, sehingga akan merusak dinding saluran.
Bila kemiringan terlalu kecil, maka akan menyebabkan terjadinya
pengendapan oleh lumpur. Lantai jenjang sebaiknya juga dibuat
dengan kemiringan 2% ke arah dalam (back slope). Hal ini

GEOTEKNIK, HIDROLOGI DAN HIDROGEOLOGI V - 63


Dokumen Studi Kelayakan Revisi III
PT. Muara Alam Sejahtera

dilakukan untuk menjaga agar air limpasan tidak mengalir masuk ke


jenjang yang berada di bawahnya. Sedangkan tinggi jenjang,
kemiringan jenjang dan lebar jenjang disesuaikan dengan
rekomendasi dan geoteknik.
1) Saluran Sekeliling Tambang (Perimeter Ditch)
Saluran ini mempunyai penampang berbentuk trapesium. Hal ini
disebabkan karena saluran ini direncanakan digunakan dalam jangka
waktu relatif panjang. Perhitungan dimensi Perimeter Ditch dilakukan
dengan menggunakan rumus Manning :
1 2 /3 1 /2
Q= x R x S xA '
n
Keterangan :
Q = Debit
R = Jari-jari hidrolik
S = Gradien (diasumsikan sebesar 2% = 0,02)
N = Koefisien kekasaran Manning, saluran untuk mengalirkan air
tambang umumnya terdiri dan tanah tanpa penyemenan, maka
koefisien kekasaran Manning diambil 0,03
A = Luas penampang basah
Saluran dibuat di sekeliling pit untuk mencegah masuknya air ke
dalam pit. Dalam perhitungan ini, lokasi tambang dihitung dalam
keseluruhan bukaan tambang.
Penampang trapesium yang digunakan memiliki kemiringan sisi 60°
(Gambar 5.35), dengan dimensi sebenarnya adalah sebagai berikut
(Perhitungan pada lampiran) :

Tabel 5.27. Dimensi Saluran Air Rencana

Periode Ulang Q α b d d' B a A


n S
(Tahun) m3/dtk 0
m m m m m m2
2 57,99 0,04 0,02 60,00 0,22 3,83 0,57 4,65 4,43 25,41
5 74,47 0,04 0,02 60,00 0,22 3,83 0,57 4,65 4,43 25,41
10 85,38 0,04 0,02 60,00 0,22 3,83 0,57 4,65 4,43 25,41
20 95,84 0,04 0,02 60,00 0,22 3,83 0,57 4,65 4,43 25,41
Sumber : Tim Teknis PT. MAS, 2020

GEOTEKNIK, HIDROLOGI DAN HIDROGEOLOGI V - 64


Dokumen Studi Kelayakan Revisi III
PT. Muara Alam Sejahtera

Sumber : Tim Teknis PT. MAS, 2020


Gambar 5.35. Saluran Trapesium
c. Sumuran (Sump)
Sumuran utama dibuat pada elevasi yang paling rendah di dalam area pit
penambangan. Sumuran utama letaknya akan berpindah-pindah sesuai
dengan kemajuan tambang. Sumuran utama dapat juga diletakkan di
daerah yang telah selesai di tambang (mined out), sebelum dilakukan
backfill. Sumuran utama ini juga dapat dipakai untuk pengendapan,
sebelum di pompa ke kolam pengendapan lumpur diluar pit area.
Rencana dimensi sump PT. MAS dapat dilihat pada (Tabel 5.28).

Tabel 5.28. Rencana Dimensi Sump


Yearly 2020
Rainfall max
- Catchment area 239,91 ha 1.549.650,66
- Maksimum Rainfall Prediction 717,70 mm/day
- Surface Runoff 90%
1.549.650,7 m3
Mud (Estimate) 598.707,22

Total Water for 1 day


- Rain 1.549.650,7 m3
Total water volume 1.782.098,3 m3
1.782.098 m3
Total sump capacity 2.380.805,5 m3
Total sump capacity (elevasi kritis) -144,3 112.500,0 m3
Total sump capacity (elevasi banjir) -143 450.000,0 m3
Tinggi sump 10,0 m
Lebar sump 100,0 m
Panjang sump 450,0 m
Luas permukaan sump 4,50 ha
Elv. Inlet : 32 Elv. Outlet: 100 Panjang pipa: 735 m / bar
Vol. surut m3
Volume harus terpompa dlm 1 hari m3
Sumber : Tim Teknis PT. MAS, 2020

d. Kolam Pengendap Lumpur

GEOTEKNIK, HIDROLOGI DAN HIDROGEOLOGI V - 65


Dokumen Studi Kelayakan Revisi III
PT. Muara Alam Sejahtera

Kolam pengendapan lumpur (KPL) atau yang sering disebut dengan settling
pond berfungsi untuk mengendapkan lumpur yang terbawa air sebelum air
tersebut dilepas ke badan air penerima atau sungai. Sesuai dengan fungsi
tersebut, maka pada KPL diperlukan waktu tunggu air di dalam KPL
tersebut. Berdasarkan Keputusan Menteri ESDM Nomor 1827/K/30/MEM/,
yaitu KPL harus dilengkapi dengan perlengkapan sebagai berikut :
1. Akses pemeliharaan dan pemantauan yang terpelihara dengan baik.
2. Alat yang berfungsi menghentikan aliran air di titik keluar menuju badan
perairan umum jika terjadi pelampauan baku mutu lingkungan hidup
pada titik keluar (outlet) kolam pengendap.
3. Sarana pengukur debit air pada titik keluar kolam pengendap.
4. Papan informasi hasil pemantauan kualitas air limbah pertambangan.
Bentuk KPL PT. MAS yaitu berupa kolam berbentuk zig-zag agar
kecepatan aliran lumpur relatif rendah, sehingga partikel padatan cepat
mengendap. KPL yang dibuat terdiri atas 4 zona yaitu :
1. Zona masukan (inlet zone)
Zona ini berfungsi sebagai tempat masuknya air yang bercampur
dengan padatan dalam bentuk lumpur ke dalam KPL.
2. Zona pengendapan (settlement zone)
Zona ini berfungsi sebagai tempat partikel padatan untuk mengendap
secara maksimal.
3. Zona endapan lumpur (sediment zone)
Zona ini merupakan tempat material padatan yang bercampur
bersama air akan mengalami sedimentasi.
4. Zona keluaran (outlet zone)
Zona ini merupakan tempat keluaran air yang diharapkan hampir
jernih. Sketsa KPL PT. MAS dapat dilihat pada (Gambar 5.36).

GEOTEKNIK, HIDROLOGI DAN HIDROGEOLOGI V - 66


Dokumen Studi Kelayakan Revisi III
PT. Muara Alam Sejahtera

Sumber : Tim Teknis PT. MAS, 2020


Gambar 5.36. Sketsa KPL PT. MAS

PT. MAS merencanakan kapasitas KPL dengan mempertimbangkan


dapat menampung air yang masuk ke tambang selama 2 jam. Dimensi
KPL berdasarkan debit air yang masuk pada setiap DTH adalah Panjang
= 90 m, Lebar = 60 m dan Tinggi = 5 m dengan kapasitas 18.900 m 2.
e. Kebutuhan Pompa
Berdasarkan perhitungan potensi debit air yang masuk ke lubang bukaan
tambang, maka diperlukan pompa untuk mengalirkan air agar tidak
mengganggu kegiatan penambangan. Pompa digunakan untuk
mengalirkan air dari sump ke KPL, agar ada keseimbangan antara air
yang masuk dan air yang dikeluarkan.
Pompa yang direkomendasikan untuk digunakan oleh PT. MAS adalah
pompa dengan rpm (rotation per minute) maksimal sebesar 1.500 rpm,
dengan debit yang dialirkan mencapai 1.080 m3/jam untuk satu pompa,
dengan head 100 m dan efisiensi pompa minimal 65%.
Jumlah pompa yang direkomendasikan adalah dua buah pompa di bulan
basah yaitu Januari - Mei, dan Oktober - Desember, satu buah pompa
dibulan Juni - September sedangkan sisanya hanya memerlukan satu buah
pompa. Adapun hasil perhitungan analisis pompa yang direkomendasikan
untuk mengeluarkan air yang masuk ke dalam bukaan tambang pada setiap
DTH dapat dilihat pada (Tabel 5.28). Kebutuhan pompa tiap tahun PT. MAS
dapat dilihat pada (Tabel 5.29). Perhitungan kebutuhan pompa sesuai dengan
data Q air limpasan dijelaskan lebih detail di (Lampiran H).

GEOTEKNIK, HIDROLOGI DAN HIDROGEOLOGI V - 67


Dokumen Studi Kelayakan Revisi III
PT. Muara Alam Sejahtera

Sumber : Studi Kelayakan PT. MAS, 2018


Gambar 5.37. Peta Pengelolaan Air Tambang PT. MAS

GEOTEKNIK, HIDROLOGI DAN HIDROGEOLOGI V - 68


Dokumen Studi Kelayakan Revisi III
PT. Muara Alam Sejahtera

Tabel 5.29. Perhitungan Analisis Pompa

Bulan January February March April May June July August September October November December
Jumlah Pompa (Berdasarkan Q Air Limpasan)

Multiflo 420 - Warman 8/6 - Warman 8/6 - Warman 8/6


Multiflo 420 EX - Warman 8/6 - Warman 8/6
Multiflo 420 - Warman 8/6
Ksb DnD 200 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
Multiflo 290
Total Jumlah Pompa 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
Jumlah Pompa SF 1,15

Ksb DnD 200 2 2 2 2 2 1 1 1 1 2 2 2


Multiflo 290
Multiflo 420 - Warman 8/6
Multiflo 420 - Multiflo 420 - Warman 8/6
Multiflo 420 - Warman 8/6
Total Jumlah Pompa 2 2 2 2 2 1 1 1 1 2 2 2
Sumber : Tim Teknis PT. MAS, 2020

GEOTEKNIK, HIDROLOGI DAN HIDROGEOLOGI V - 69

Anda mungkin juga menyukai