PENDAHULUAN
Eksplorasi Batubara telah banyak dilakukan di Indonesia dalam tiga dasawarsa terakhir ini,
baik yang dilakukan oleh pemerintah maupun swasta. Batubara di Indonesia merupakan salah
satu sumber energi andalan dan harapan utama sebagai sumber energi alternatif, mengingat
endapan batubara tersedia cukup banyak terutama di Pulau Sumatra, Pulau Kalimantan, Pulau
Irian dan Pulau Jawa.
Sehubungan dengan Keputusan Bupati sesuai dengan SK ang diberikan Kepada PT.
Benamakmur Selaras Sejahtera maka diadakan kegiatan Eksplorasi di lokasi WIUP. PT.BSS
untuk persyarat ketahap perizinan selanjutnya.
Maksud dari eksplorasi batubara ini adalah untuk mengetahui luas sebaran di bawah
permukaan tanah, jumlah lapisan batubara, jenis batuan, jumlah sumberdaya, dan
sarana/infrastruktur yang sudah tersedia sehingga dapat dijadikan sebagai dasar dalam
perencanaan eksploitasi penambangan dan konstruksi desain tambang. Tujuannya adalah
untuk membuat rencana kerja tambang yang sesuai dengan jumlah sumberdaya terukur
batubara yang dapat dieksploitasi sehingga pada tahapan ini dapat membantu pembuatan
master plan kawasan tambang yang efisien dan ekonomis serta ramah lingkungan.
Wilayah IUP Tahap Eksplorasi bahan galian batubara yang akan ditingkatkan ke
tahap operasi produksi secara administratif terletak di Kecamatan Tanjung Palas Timur,
Kabupaten Bulungan, Propinsi Kalimantan Utara. Lokasi daerah penyelidikan, secara
geografis dibatasi oleh garis Bujur Timur 1170 5’ 53,5” di bagian Barat sampai dengan 1170
1’ 47,6” di bagian Timur, serta garis Lintang Utara 20 49’ 43,7” pada bagian Selatan sampai
dengan 20 48’ 50,3” pada bagian Utara, dengan areal seluas 3.544,740 Ha.
• Dari Jakarta menggunakan pesawat terbang menuju Balikpapan selama ± 1 jam 55 menit
penerbangan.
• Dari Balikpapan dengan menggunakan pesawat terbang selama + 50 menit menuju
Tarakan.
• Dari Kota Tarakan dengan pesawat kecil menuju Kota Bulungan selama 25 menit.
• Dari Kota Bulungan dilanjutkan dengan perjalanan darat + 15 km dengan kondisi jalan +
13 km beraspal dan sisanya pengerasan jalan dan tanah.
Uraian tentang kondisi umum daerah kegiatan ekslorasi meliputi kondisi sosial
ekonomi, iklim dan curah hujan, flora dan fauna, serta tataguna lahan, adalah seperti berikut
ini.
Pada saat sekarang ini pengusahaan lahan pertanian di lokasi dekat aktifitas penambangan
dilakukan masyarakat dengan motivasi untuk menguatkan kepemilikan dan penguasaan atas
lahan tersebut. Apabila nanti lahan tersebut dimanfaatkan oleh perusahaan penambangan
batubara, maka penduduk akan memperoleh dana konpensasi.
Dengan melihat curah hujan pada tabel di atas, maka Daerah Kabupaten Bulungan
menurut klasifikasi Oldeman termasuk B1, yaitu rata-rata bulan basah/curah hujan lebih dari
200 mm/bulan sebanyak 8 bulan dan bulan lembab/curah hujan antara 90 s/d 200 mm/bulan
sebanyak 4 bulan selama tahun 2015.
1.5.3 Morfologi
Daerah penyelidikan pada umumnya ditempati oleh satuan perbukitan bergelombang
lemah hingga sedang dengan ketinggian berkisar 30 – 100 meter di atas permukaan air laut.
O O
Kemiringan lereng berkisar 10 – 15 . Proses geomorfologi yang bekerja adalah pelapukan
dan erosi. Proses pelapukan berlangsung cukup intensif, hal ini ditandai dengan tebalnya top
soil, sehingga batuan jarang dijumpai. Singkapan batuan hanya dapat ditemukan pada alur-
alur sungai dan bukit yang telah mengalami proses erosi. Secara umum, morfologi ini disusun
oleh batupasir, batupasir lepas dan batupasir kuarsa.
Aliran sungai di daerah penyelidikan mempunyai pola sub-dendritik, hal ini didukung
oleh keadaan morfologi yang relatif rendah dengan batuan yang relatif homogen.
Keadaan flora dan fauna di daerah penyelidikan sangat bervariasi namun dapat
digolongkan dalam kelompok paleotropis yang umumnya dijumpai di Indonesia.
Flora yang dijumpai di daerah penyelidikan antara lain : nipah, rumbia, rumput-
rumputan dan ilalang, rotan, karet, kelapa, petai, cempedak, kelapa sawit, nangka,
rambutan dan durian.
Sedangkan fauna yang dijumpai adalah : babi hutan, kijang, payau, biawak, kura-kura
sungai, monyet, ular, berbagai jenis burung, ikan sungai, itik, ayam, kambing, sapi
dan kerbau.
Berdasarkan interpretasi, wilayah penyelidikan dulu tertutupi hutan primer, saat ini
wilayah penyelidikan banyak ditumbuhi tanaman heterogen khas wilayah hutan dan semak
belukar. Secara umum di wilayah penyelidikan terdapat tanaman ilalang, perdu dan akasia.
Perkebunan berkembang, sehingga luas hutan yang tersisa semakin berkurang. Tanah
pertanian hanya terbatas pada daerah yang berhubungan langsung dengan perkampungan.
Sawah yang ditanami padi dan kebun sayuran terdapat di sepanjang lembah sungai.
1.6. Waktu
1.8 Pelaksana
Dalam melakukan kegiatan penyelidikan, melibatkan tenaga kerja terdiri atas :
1. Project Manager : 1 Orang
2. Geologist : 3 Orang
3. Technical Support : 1 Orang
4. Logistic : 1 Orang
5. Driller : 1 Orang
6. Asisten Driller : 1 Orang
7. Mekanik : 2 Orang
8. Driver : 2 Orang
9. Helper : 7 Orang
BAB II
TATANAN GEOLOGI
Namun dengan dilakukannya pemetaan geologi oleh Pusat Penelitian Geologi 1995,
kerancuan mengenai satuan stratigrafi ini telah dapat diatasi dengan melakukan
penyeragaman yang bisa diterima oleh pihak perusahaan minyak bumi, batubara dan
perusahaan pertambangan lainnya. Dan berdasarkan pada Peta Geologi Lembar Tanjung
Redeb skala 1 : 250.000 oleh R.L. Situmorang dan G. Burhan, maka stratigrafi umum daerah
ini dapat dilihat pada Peta Geologi Regional.
2.1.1 Struktur Geologi
Struktur geologi yang terdapat di Lembar Tanjung Redeb adalah sinklin, antiklin,
sesar mendatar dan sesar naik. Kegiatan tektonik di daerah ini dimulai sejak paleosen yang
menghasilkan perlipatan yang sangat kuat pada batuan sedimen kelompok embaluh.
Perlipatan tersebut memperlihatkan arah sumber hampir utara – selatan, yang diikuti oleh
sesar naik yang searah dengan sumbu lipatan dan sesar mendatar mengiring (sinistral) dengan
arah barat laut – tenggara. Sesar-sesar tersebut diantaranya mensesarkan batuan sekis paking
dan batuan ultrabasa terhadap batuan Kelompok Embaluh.
Pada Kala Eosen batuan Kelompok Embaluh tertindih secara tidak selaras oleh batuan
sedimen Formasi Malinau yang menjemari dengan Formasi Sebakung. Pada Kala Oligosen
sampai Miosen terjadi kegiatan gunungapi yang menghasilkan batuan Gunungapi Jelai.
Batuan batuan tersebut ditindih secara tidak selaras oleh Formasi Langap dan ditrobos oleh
batuan intrusi yang tersusun oleh batuan andesit sampai basal dan diduga berumur Miosen.
2.1.2 Stratigrafi
ALLUVIUM (Qa) : Lumpur, lanau, krikil, krakal dan gambut berwarna kelabu sampai
kehitaman ,tebalnya lebih dari 40 cm.
BATU GAMPING TRUMBU (Ql) : Trumbu, koral dan breksi koral berwarna putih
sampai kelabu, coklat, kristalin, berongga mengandung koral setempat.
FORMASI TABUL : Terdiri dari batu pasir, batulempung konglomerat dan sisipan
batubara mengandung Operculina sp., tebal satuan lebih kurang 1050 m satuan batuan
merupakan endapan regresif delta. Umurnya miosen akhir.
BATUAN GUNUNG API JELAI : Breksi gunung api, batu pasir tufaan dan tuf
setempat bersisipan dengan batubara menunjukkan struktur lapisan bersusun dan
silang- siur diterobos retas –retas batuan beku bersusunan andesit, tebal satuan batuan
antara 100 dan 200 m.
FORMASI BIRANG : Perselingan napal, batu gamping, dan tuf dibagian atas, dan
perselingan napal, rijang, konglomerat, batu pasir kuarsa, dan batu gamping dibagian
bawah. Tebal satuan batuan lebih dari 1100 m ; mengandung fosil antara lain :
Lepidocyclina ephicides, spiroclypeus sp, miogypsina sp, marginopora vertebralis sp,
operculina sp, globigerina tripartika, globoquadrina altispira, globorotalia mayeri,
globorotalia peripheronda, globigerinoides immaturus, globigerinoides sacculifer, pra
orbulina transitoria, uvegirina sp, dan cassidulina sp., kisaran umur oligo – miosen.
2.2 Keadaan Geologi daerah Penyelidikan
Di daerah penyelidikan Wilayah IUP PT. Benamakmur Selaras Sejahtera, terdapat dua
formasi, yaitu : Formasi Malinau (Tema) berumur Eosen – Miosen Awal terendapkan pada
lingkungan darat. Formasi ini tertindih secara tidak selaras oleh Formasi Langap berdasarkan
kedudukan stratigrafinya. Satuan ini terdiri atas batulempung berbutir, graded bedding,
mengandung kuarsa dan sedikit mineral hitam, struktur sedimen silang siur (crossbedding),
laminasi, dengan tebal lapisan sampai 5 meter. Formasi ini tersebar di seluruh daerah
penyelidikan. Umumnya endapan batubara pada formasi ini ditemukan pada alur-alur sungai
O
dimana aktifitas erosi terjadi. Batubara umumnya berlapis baik dengan kemiringan antara 11
O
ampai 20 dengan arah jurus relatif dari Utara - Selatan.
Formasi Sajau (TQps) memiliki litologi yang terdiri dari : Perselingan batulempung,
batulanau, batupasir, kolongmerat, disisipi lapisan batubara, mengandung moluska, kuarsit
dan mika; menunjukkan struktur silang siur dan laminasi, lapisan batubara (20 – 40 cm).
Berwarna hitam, coklat, tebal satuan batuan lebih kurang 775 m diendapkan dalam
lingkungan fluviatil dan delta. Formasi ini menempati 30 % daerah penyelidikan. Umumnya
endapan batubara pada formasi ini ditemukan pada alur-alur sungai dimana aktifitas erosi
terjadi di ketinggian > 90 m dpl.
Endapan batubara umumnya berlapis baik dengan kemiringan antara 11Barat laut -
O O
Tenggara. sampai 15 dengan arah jurus relatif dari Utara-Selatan.
mempunyai struktur geologi E dengan arah kemiringan . Hal ini menunjukkan bahwa di
daerah
Analisis Peta Geologi Regional Lembar Tanjung Redeb disebutkan bahwa Formasi
Sajau merupakan formasi pembawa batubara yang memiliki ketebalan formasi hingga ratusan
meter sehingga berangkat dari hasil penelitian terdahulu ini Tim eksplorasi menindaklanjuti
untuk membuktikan jumlah cadangan batubara yang ada di formasi ini.
BAB III
KEGIATAN PENYELIDIKAN
Kegiatan ini berupa persiapan sebelum ke lapangan yang meliputi studi literatur
geologi daerah peninjauan dari peneliti terdahulu serta penyediaan peta topografi dengan
skala 1 : 50.000 dan peta geologi regional daerah penyelidikan untuk kegiatan lapangan
dengan skala 1 : 250.000.
Pemetaan Geologi permukaan juga dilakukan dengan tujuan mendapatkan variasi dan
sebaran litologi serta struktur geologi. Data Geologi ini akan membantu dalam penentuan
seam dan korelasi singkapan batubara serta berguna dalam kegiatan eksplorasi dan
eksploitasi batubara di daerah ini selanjutnya.
Data hasil Eksplorasi diolah dan di evaluasi untuk mengetahui pola penyebaran seam
batubara, cadangan batubara yang selanjutnya dapat digunakan untuk penentuan areal
prospek (Prospecting Area) untuk permohonan atau usulan daerah Wilayah Izin Usaha
Pertambangan (IUP) Izin Usaha Produksi.
Pemetaan Geologi permukaan juga dilakukan dengan tujuan mendapatkan variasi dan
sebaran litologi serta struktur geologi. Data Geologi ini akan membantu dalam penentuan
seam dan korelasi singkapan batubara serta berguna dalam kegiatan eksplorasi dan
eksploitasi batubara di daerahiniselanjutnya.
Data hasil Eksplorasi diolah dan di evaluasi untuk mengetahui pola penyebaran seam
batubara, cadanganbatubara yang selanjutnya dapat digunakan untuk penentuan areal prospek
(Prospecting Area) untuk permohon peningkatan usulan daerah Kuasa Pertambangan (IUP)
Izin Usaha Produksi.
Peta dasar yang digunakan dalam penyelidikan ini adalah peta topografi skala 1 :
50.000 dari BAKOSURTANAL, sedang pengukuran posisi singkapan batubara, lokasi sumur
uji / parit uji, dilakukan dengan alat ukur GPS.
Tujuan utama dari kegiatan pemetaan geologi adalah untuk mendapatkan gambaran
mengenai keadaan geologi/jumlah seam dan untuk menentukan titik pemboran. Semua
singkapan yang ditemukan dideskripsi, khusus untuk singkapan batubara dideskripsi lebih
detail yang meliputi kedudukan lapisan (jurus dan kemiringan lapisan), tebal sebenarnya,
jenis roof dan floor, serta jenis parting. Peralatan yang dipergunakan dalam pemetaan geologi
diantaranya kompas geologi, palu geologi, GPS, roll meter, pita stasiun pengamatan, alat tulis
dan peta dasar skala 1:10.000.
1. Pengamatan sifat fisik batubara (warna, kilap, gores, kekerasan, cleat, pengotor, tingkat
pelapukan)
2. Pengamatan roof , floor , parting dan interburden batubara.
3. Pengukuran kedudukan lapisan batubara.
4. Pengukuran ketebalan batubara, roof, floor, parting dan interburden batubara.
5. Pengukuran ketebalan pelapukan vertikal dan horizontal batubara.
6. Pengamatan lapisan tanah penutup (overburden) batubara.
Penyelidikan Geokima bertujuan untuk mengetahui kandungan unsur kimia yang ada
di daerah penyelidikan. Namun dalam hal ini penyelidikan Geokimia tidak dilakukan. Ini
dikarenakan, pada tahap ini team eksplorasi lebih terfokus pada kegiatan pemetaan geologi
dan pemetaan batubara.
3.2.3 Penyelidikan Geofisika
Kontras yang paling jelas untuk mendeteksi lapisan batubara terlihat dari hasil
pengukuran logging gamma ray,maka metode ini harus diprioritaskan terlebih dalulu dalam
pengukuran dilapangan.
Pada tahap penyelikan umum PT. Benamakmur Selaras Sejahtera, tidak melakukan
penyelidikan geofisika (well logging) karena cukup full coring.
Pada beberapa lokasi singkapan batubara yang tertutup tanah akan dilakukan
pembuatan sumur uji (test pit) atau parit uji (trenching). Pembuatan sumur uji dan parit uji
dapat menggunakan alat berat atau dengan peralatan sederhana seperti cangkul, ganco,
belincong, linggis dan ember.
Kegunaan dari sumur uji / parit uji dapat untuk mengetahui ketebalan lapisan tanah
penutup, lapisan bawah dari lapisan batubara, memperoleh kejelasan posisi jurus dan
kemiringan lapisan batubara serta untuk mengukur ketebalan lapisan batubara dan
mendapatkan contoh batubara yang masih segar.
Sumur uji yang dibuat berukuran 1 m x 1 m dengan kedalama mencapai batubara >
1.6m .Lokasi pembuatan sumur uji dipilih yang tepat dan mewakili.Umumnya sumur uji
dibuat tidak jauh dari lokasi singkapan dan di lokasi yang berlereng sehingga penggalian
tidak terlalu dalam (Foto 3.1).
3.2.5 Pemboran
Tujuan utama pemboran adalah untuk mengetahui secara pasti ketebalan batubara,
variasi ketebalan, jumlah lapisan batubara, dan urutan litologi yang ada di daerah
penyelidikan. Perencanaan titik pemboran dilakukan berdasarkan data hasil pemetaan geologi
lokal terutama pada posisi singkapan batubara sehingga dapat ditentukan jumlah dan
penyebaran titik bor.
Dalam pelaksanaan pemboran menggunakan mesin bor jacro (type 175),jenis mesin
bor jacro dapat mencapai kedalaman 100 m.Resume pemboran wilayah Wilayah Izin Usaha
Pertambangan PT.Benamakmur Selaras Sejahtera dapat dilihat Pada Gambar 3.2
Keselamatan dan kesehatan kerja adalah suata pemikiran dan upaya untuk menjamin
keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah tenaga kerja pada
khususnya,dan manusia pada umumnya,hasil karya dan budaya untuk menuju masyarakat
adil dan makmur.
3.3 Penyelidikan Laboratorium 3.3.1 Analisa Kimia
Contoh batubara diambil dari hasil pengamatan lapangan berupa singkapan, sumur
uji, dan pemboran dengan sistem coring (hasil pemboran inti). Contoh batubara yang diambil
adalah yang mewakili seam, dibersihkan dari lapukan sehingga contoh batubara yang diambil
dalam keadaan segar, kemudian dibungkus dengan plastik dengan perekat/lakban agar tidak
terpengaruh udara luar. Berat contoh batubara diambil ± 5 kg, kemudian diberi label, nomor,
kedalaman dan tanggal pengambilan.
Analisa contoh batubara yang diambil dilakukan pada laboratorium Surveyor CCI
Samarinda dengan beberapa parameter : Proximate (Moisture, Ash, VolatileMatter, Fixed
Carbon), TotalMoisture, Total Sulphur, Berat Jenis dan Calorivic Value dalam kondisi udara
kering (adb) dengan standard ASTM.
- Moisture (% ADB)
Seluruh parameter kualitas di atas merupakan parameter dasar untuk mengevaluasi sifat-sifat
dan mutu batubara
Uji sifat mekanik atau keteknikan diperlukan untuk mengetahui ketahanan tanah atau
batuan di bawah tekanan statik atau dinamik. Untuk tekanan satu (1) dimensi digunakan Uji
Kuat Tekan atau Unconfined Compressive Strength. Untuk tekanan dua (2) dimensi adalah
Uji Geser Langsung dan untuk tekanan tiga (3) dimensi adalah Uji Triaxial. Untuk Uji Geser
Langsung akan menghasilkan Nilai Kohesi (C) dan Sudut Geser Dalam (Ф).
3.4 Pengolahan Data 3.4.1 Pengolahan Data Geologi
Adapun data yang di peroleh dari hasil eksplorasi adalah berupa data singkapan, data
pengeboran, data sumur dan data parit uji. Dari data-data inilah kemudian akan dilakukan
perhitungan sumberdaya batubara di daerah penelitian. Selanjutnya akan menjadi pedoman
dalam pemodelan tambang dan perhitungan estimasi dari segi ekonomi yang pada akhirnya
akan menjadi suatu data kesatuan yang akan menjadi tolak ukur dalam perhitungan layak
tidaknya untuk di tindak lanjuti.
HASIL PENYELIDIKAN
4.1 Geologi
Dari hasil temuan 13 singkapan di wilayah IUP tersebut, setelah dilakukan analisa
mengenai karakteristik ketebalan, jurus dan kemiringannya serta interpretasi penyebarannya,
maka dapat diperkirakan bahwa jumlah lapisan (seam) batubara di daerah ini sebanyak 7
(empat) seam, yaitu Seam 1, Seam 2, Seam 3,Seam 4,Seam 5,Seam 6 dan Sampai Seam 9.
Seam 1 mempunyai ketebalan lapisan rata-rata 2,5 meter, Seam 2 mempunyai ketebalan
lapisan rata-rata 1 meter, Seam 3 mempunyai ketebalan lapisan rata-rata 1 meter, Seam 4
mempunyai ketebalan lapisan rata-rata 2,5, Seam 5 mempunyai ketebalan lapisan rata-rata 7,
Seam 6 mempunyai ketebalan lapisan rata-rata 1,2 meter meter meter dan Seam 7 mempunyai
ketebalan lapisan rata-rata 2,65 meter.
Ketebalan lapisan batubara umumnya regular dan cukup konstan, penipisan dan
penghilangan lapisan batubara yang mendadak ditafsirkan suatu pemancungan
akibat proses erosi atau secara geologi akibat pengaruh channel.
4.1.2 Kualitas Endapan Batubara
Dari hasil pengamatan di lapangan pada beberapa singkapan batubara dan hasil dari
pemboran dapat diketahui, bahwa karakteristik batubara pada seluruh blok yang ada pada
wilayah IUP PT. Benamakmur Selaras Sejahtera mempunyai karakteristik yang sama, yaitu :
hitam kusam, berlembar/berlaminasi, keras, maka dapat disimpulkan bahwa batubara daerah
penyelidikan merupakan batubara berkualitas lignite.
Analisa contoh batubara yang diambil dilakukan pada laboratorium Surveyor CCI
Samarinda dengan beberapa parameter : Proximate (Moisture, Ash, Volatile Matter, Fixed
Carbon), Total Moisture, Total Sulphur, Berat Jenis dan Calorivic Value dalam kondisi udara
kering (adb) dengan standard ASTM. Hasil analisa laboratoriumnya dapat dilihat pada Tabel
berikut.
Melihat hasil di atas menunjukkan kalori berkisar antara 4600 – 5103 kcal/kg (adb)
dengan kandungan sulfur berkisar dari 0,12 %.
4.2 Geokimia
4.3 Geofisika
Pendiskripsian batuan yang tertembus mata bor pada saat pemboran non coring
dilakukan dengan mendiskripsi cutting hasil pemboran. Sedang deskripsi untuk inti
bor batubara yang terambil dilakukan seperti pendiskripsian batubara di singkapan.
Kegiatan pemboran yang telah dilakukan di wilayah IUP sebanyak 14 titik bor, dimana
koordinat lokasi dan kedalaman pemboran ditunjukkan pada di bawah ini. Seluruh titik bor
(diberi kode DH-BSS) terletak di wilayah IUP, dimana jarak / spasi antara titik pemboran
berkisar dari 100 meter hingga 300 meter.
4.5 Pemineralan
Dalam perhitungan cadangan geologi batubara dihitung secara manual dengan dasar
klasifikasi standar dari USGS (United States of Geological Survey), sebagai berikut:
Sumberdaya batubara adalah bagian dari endapan batubara yang diharapkan dapat
dimanfaatkan. Sumber daya batubara ini dibagi dalam kelas-kelas sumber daya berdasarkan
tingkat keyakinan geologi yang ditentukan secara kualitatif oleh kondisi geologi/tingkat
kompleksitas dan secara kuantitatif oleh jarak titik informasi.
- Ketebalan batubara sama untuk satu daerah pengaruh titik bor dan dihitung sebagai
potensi sumberdaya batubara.
- Daerah pengaruh yang digunakan adalah 250 – 500 m dari masing-masing titik bor
dengan acuan dasar adalah garis sebaran (cropline) batubara.
- Ketebalan batubara dianggap sama untuk satu daerah pengaruh titik bor dan dihitung
sebagai potensi sumberdaya batubara.
Sumber Daya Batubara Terukur (Measured Coal Resource) adalah sumberdaya
batubara di daerah peyelidikan atau bagian dari daerah penyelidikan, yang dihitung
berdasarkan data yang memenuhi syarat–syarat kuantitas dan kualitasnya diperoleh
berdasarkan hasil tahap Eksplorasi Rinci. Adapun pendekatan-pendekatan yang
digunakan adalah :
- Daerah pengaruh yang digunakan adalah 0 - 250 m dari masing-masing titik bor
dengan acuan dasar adalah garis sebaran (cropline) batubara.
- Ketebalan batubara dianggap sama untuk satu daerah pengaruh titik bor dan dihitung
sebagai potensi sumberdaya batubara.
Untuk perhitungan sumberdaya batubara, data-data yang digunakan sebagai acuan adalah :
Lapisan batubara yang digunakan untuk perhitungan sumberdaya adalah batubara yang
mempunyai ketebalan > 0.2 meter.
Tonnage = Ts x L X S x R
Dimana :
Jumlah sumberdaya batubara setiap blok ada dalam Tabel di bawah ini :
4.6.2 Cadangan Batubara (Coal Reserve)
Cadangan batubara adalah bagian dari sumberdaya batubara yang telah diketahui
dimensi, sebaran kuantitas dan kualitasnya yang pada saat pengkajian kelayakan dinyatakan
layak untuk ditambang.
Ketebalan batubara didasarkan pada ketebalan lubang bor pada daerah pengaruh
dengan metode poligon,
Batubara yang dihitung adalah batubara Seam 1, Seam 2, Seam 3, sampai Seam 9,
serta mempunyai ketebalan ≥ 0,20 m,
Batubara yang dihitung hanya pada daerah dengan klasifikasi sumberdaya measured.
Kemiringan lapisan (untuk penentuan true thickness) yang digunakan adalah 10° -
21°, sesuai dengan kemiringan lapisan batubara.
Perhitungan cadangan tertambang berdasarkan batasan dari kajian Geoteknik.
1. Cadangan Terbukti
Metode perhitungan yang digunakan adalah metode penampang, yaitu penentuan luas
overburden dan batubara dilakukan pada masing-masing penampang. Cadangan batubara
terbukti di wilayah IUP PT. Benamakmur Selaras Sejahtera adalah sebesar 4.497.085,82 ton.
Besarnya cadangan batubara terbukti pada masing-masing seam dapat dilihat pada Tabel III-
21 di bawah ini.
2. Cadangan Tertambang
Metode perhitungan yang digunakan adalah metode penampang, yaitu penentuan luas
overburden dan batubara dilakukan pada masing-masing penampang. Cadangan batubara
tertambang sebesar 4,047,377.24 ton dan volume tanah penutup yang akan digali dan
dipindahkan sebesar 9,893,588.80 bcm, sehingga nilai Stripping Ratio sebesar 2,20 : 1
Apabila susunan batuan yang berada pada tiap lubang bor dikorelasikan, maka
kedudukan stratigrafi batupasir dan batulempung menjadi simpang siur. Kedudukan seam-
seam batubara dapat terletak di dalam lapisan batulempung atau di dalam lapisan batupasir.
• Penelitian kondisi air tanah tertekan & tidak tertekan pada sumur bor dan sumur gali.
• Penyelidikan geolistrik untuk mengetahui konfigurasi akuifer.
• Uji pemompaan (pumping test) untuk mengetahui parameter akuifer.
• Pengukuran beberapa sifat fisik dan kimia air, seperti warna, rasa, DHL, temperatur dan
pH yang dilakukan di lapangan dan laboratorium.
• Bagian atas memiliki tahanan jenis 7,87 – 1402,02 Ω m, yang mengindikasikan lapisan
batuan dibentuk oleh tanah penutup dan material lepas yang umumnya berukuran
pasir sampai kerakal bercampur lempung.
• Tahanan jenis batuan kurang dari 15,567 Ω m, ditafsirkan sebagai batulempung yang
mengandung batulanau, sisipan batulempung dan batubara.
• Tahanan jenis batuan antara 46,72 – 151,27 Ω m, ditafsirkan sebagai lapisan batupasir
yang mengandung sisipan batulempung, batulanau dan batubara.
Berdasarkan hasil analisis sebaran litologi akuifer bawah permukaan tersebut diatas,
maka sistim akuifer di wilayah ini dapat disimpulkan sebagai berikut :
1) Sistem akuifer umumnya termasuk dalam akuifer tertekan (confined aquifer) dan semi
tertekan (semi confined aquifer) serta bagian lainnya berupa akuifer tidak tertekan
(unconfined aquifer).
2) Pembentuk akuifer tidak tertekan adalah lapisan batupasir lempungan yang bersifat
lepas sampai semi tertekan adalah batupasir dan batulanau pasiran.
2. Parameter Akuifer
Dalam pengujian ini pemompaan dilakukan dengan debit tetap sampai muka air tanah turun
pada kedalaman tertentu, kemudian pemompaan dihentikan dan diukur pulihnya kembali
muka air tanah dengan selang waktu tertentu sampai tercapai kedudukan muka air tanah statis
(MAS) seperti semula. Data uji pemompaan yang diperoleh secara langsung di lapangan ini
dianalisis dengan metode Bouwer-Rices yang dipandang paling sesuai untuk kondisi sumur
berdiameter relatif besar.
Uji pemompaan pada sumur bor (diameter 6 inchi) dengan sistim akuifer tertekan
(berdasarkan data sumur bor dan geolistrik) dilakukan pada SMR 1. Berdasarkan hasil uji
pemompaan, maka parameter akuifer pada sistim akuifer tak tertekan mempunyai nilai
permeabilitas 0,86 m³/hari. Sedangkan pada sistim akuifer tak tertekan/semi tertekan
diketahui nilainya rata-rata 2,51 m³.
Sifat kimia dan fisika air tanah daerah penelitian diketahui dari hasil pemeriksaan
beberapa unsur kimia dan fisika tertentu dari air tanah secara langsung di lapangan, yakni
meliputi warna, bau, rasa, daya hantar listrik (DHL), temperatur dan derajat keasaman (pH),
kemudian dilakukan pengumpulan per conto dari sumur gali, sumur bor dan mata air di lokasi
yang tertentu untuk keperluan analisis unsur kimia/fisika air tanah secara lengkap di
laboratorium.
Sifat kimia dan fisika air tanah di daerah penyelidikan ini sangat dipengaruhi oleh
beberapa faktor, terutama menyangkut kondisi litologi dan lingkungannya, dimana air tanah
tersebut berada, yaitu :
Berdasarkan hasil pemeriksaan unsur kimia dan fisika air tanah dari sejumlah per conto
yang dikumpulkan dari beberapa lokasi tertentu, analisis mengenai komposisi kimia/fisika air
tanah serta mutu air tanah untuk keprluan air minum, baik berasal dari akuifer tidak tertekan,
akuifer tertekan dan mata air.
Hasil analisis air tanah ini dapat memenuhi standar untuk keperluan air minum. Sesuai
dengan Keputusan Menteri Kesehatan tersebut sebaiknya penggunaan air minum harus
direbus lebih dahulu.
Untuk menghidari terjadi hal-hal yang tidak di inginkan pada saat pelaksanaan
kegiatan penyelidikan maka sebelum melaksanakan kegiatan management PT.Benamakmur
Selaras Sejahtera terlebih dahulu mengadakan sosiallisasi kepada tokoh – tokoh pemuka
masyarakat yang masuk didaerah penelitian,serta team lapangan mempersiap pengamanan
perlengkapan kerja (helem,jas hujan,sepatu boat dan lain – lain).
Hidrologi
Penyaliran Tambang
Bentuk umum dari bukaan tambang adalah berupa cekungan (pit), maka operasi
penambangan akan selalu dihadapkan pada masalah air. Air tersebut dapat berupa air tanah,
air sungai maupun air hujan. Jika daerah penambangan tergenang air, maka alat-alat akan
sulit beroperasi dengan baik. Kemantapan lereng pun akan terganggu bila lereng selalu dalam
keadaan basah. Untuk mengatasi masalah ini diperlukan suatu sistim penyaliran yang baik.
Berdasarkan kajian hidrogeologi diketahui bahwa air tanah tidak akan mempengaruhi
daerah penambangan. Air dari aliran sungai akan ditangani dengan cara mengalihkan aliran
yang mungkin masuk ke tambang ke lokasi lain yang lebih rendah.
1). Air hujan yang jatuh di luar pit diusahakan semaksimal mungkin tidak mengalir ke dalam
pit dengan membuat paritan/saluran di sekeliling pit atau di lereng pit untuk mengalirkan
air tersebut ke daerah lain yang lebih rendah.
2). Air yang jatuh ke dalam pit akan ditangani dengan menggunakan sistim penyaliran open
sump. Ini adalah suatu metode penyaliran dengan cara membuat sumuran (sump) di
elevasi terendah daerah penambangan (lantai tambang), kemudian air dalam sumuran
dipompakan ke luar pit.
Sistim penyaliran open sump ini dilakukan dengan cara membuat paritan di dekat kaki
jenjang (toe) untuk mengalirkan air menuju ke sumuran serta mencegah genangan air di
daerah jenjang. Paritan-paritan ini merupakan paritan yang bersifat sementara yang akan
berubah kedudukannya sesuai dengan kemajuan tambang. Sumuran berfungsi sebagai tempat
penampungan air sementara sebelum dipompa ke luar daerah tambang. Agar daerah
penggalian tidak tergenang air maka elevasi sumuran dibuat lebih rendah dari elevasi daerah
penggalian, sehingga semua air akan mengalir ke dalam sumuran. Untuk menjaga agar tidak
terjadi genangan air pada lereng (yang dapat menyebabkan terganggunya kemantapan
lereng), maka lantai jenjang dibuat miring dan pada sisi jenjang dibuat paritan. Paritan ini
akan mengalirkan air langsung ke luar daerah tambang. Air yang tidak mungkin dialirkan
langsung keluar daerah tambang akan dialirkan ke sumuran yang terdapat pada lantai
tambang. Selanjutnya air akan dipompa ke luar pit kemudian diendapkan dalam kolam
pengendap yang ditempatkan pada lokasi-lokasi tertentu, sebelum dialirkan ke sungai-sungai
di sekitar daerah tambang.
Penanganan terhadap air yang masuk ke dalam tambang dilakukan dengan membuat
beberapa saluran penyaliran di beberapa tempat. Saluran penyaliran yang direncanakan
adalah sebagai berikut :
Saluran penyaliran ini berfungsi untuk mencegah air yang berasal dari luar tambang
masuk ke dalam tambang. Dalam pembuatan saluran ini perlu diperhatikan keadaan
topografi sekitar tambang, sehingga dapat ditentukan daerah tangkapan hujan secara
tepat.
Saluran penyaliran ini berfungsi untuk mengalirkan air yang berada di atas jenjang
menuju lantai tambang, sehingga tidak terjadi genangan air di atas jenjang yang
dapat mempengaruhi kemantapan lereng.
Selain pembuatan saluran-saluran penyaliran tersebut, maka di lantai tambang perlu juga
dibuat sumuran (sump) untuk menampung air yang masuk ke dalam tambang dan
memompakannya ke luar. Didalam pembuatan saluran-saluran tersebut, maka hal-hal yang
menjadi pertimbangan adalah sebagai berikut :
Dalam menentukan dimensi saluran maka digunakan rumus Manning sebagai berikut :
Q = (1/n) R²/³ S½ L
Dimana :
Q = debit (m³/detik)
S = gradien (%)
Koefisien kekasaran Manning yang digunakan dalam perhitungan adalah sebesar 0,02 – 0,03.
Penampang ini adalah untuk saluran-saluran yang berumur relatif panjang, seperti
saluran di sekeliling tambang. Berdasarkan perhitungan debit air, maka kedalaman
saluran berkisar antara 0,56 sampai 0,86 m.
b. Penampang segitiga, khususnya untuk saluran diatas jenjang
• L = h²
• P = 2h √2
• R = h/2 √2
Dengan :
• H = kedalaman saluran (m
Berdasarkan hasil perhitungan debit air, maka kedalaman saluran berkisar antara 0,36 sampai
0,56 m. Dinding saluran umumnya tidak dilapisi secara khusus (terbuat dari tanah) khususnya
untuk saluran yang umurnya tidak lama seperti pada jenjang aktif. Pembuatannya
menggunakan buldoser untuk saluran trapesium atau backhoe untuk saluran segitiga.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Secara umum pada hasil penelitian di wilayah konsesi PT. Benamakmur Selaras Sejahtera
di daerah Desa Tengkapak dan sekitarnya, Kecamatan Tanjung Palas timur, Kabupaten
Bulungan, Propinsi Kalimantan Utara dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
5.2 Saran-saran
Dalam rencana pengembangan wilayah, ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan
adalah sebagai berikut:
1) Kondisi Batubara, meliputi tebal batubara, kualitas batubara dan ada tidaknya parting.
2) Kondisi Topografi sebagai overburden yang menutupi lapisan batubara.
3) Kondisi Kontrol Struktur meliputi posisi strike, dip dan struktur batuan lain.
4) Kondisi litologi bagian atas/penutup batubara, batupasir lepas-lepas atau batulempung
5) Kondisi kemudahan pengembangan, yaitu jalan penghubung, pembebasan tanah dan
sebagainya.
TUGAS PEMODELAN DAN EVALUASI CADANGAN
Oleh:
ISRADIA REDESSA
NPM 1610024427029
PROGRAM STUDI
TEKNIK PERTAMBANGAN
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI (STTIND)
PADANG
2019