BAB I
PENDAHULUAN
mensejahterakan
masyarakat.
Untuk
melaksanakan
kegiatan
pembangunannya, Indonesia dianugerahi oleh Tuhan Yang Maha Esa modal yang
sangat berharga, baik dari segi jumlah penduduk maupun dari segi sumberdaya
alam yang banyak terkandung di dalamnya.
Pada saat ini perkembangan industri semakin pesat, diikuti dengan
kebutuhan bahan bakar yang semakin tinggi. Untuk memenuhi kebutuhan bahan
bakar tersebut manusia terus menggali sumberdaya alam yang ada pada lapisan
bumi. Yang mana nantinya dapat dimanfaatkan untuk kemajuan ilmu pengetahuan
dan teknologi (IPTEK).
Salah satu sumberdaya alam yang yang dapat dimanfaatkan saat ini adalah
batubara. Batubara merupakan sumber daya alam dengan jumlah cadangan yang
memamadai serta cukup berpotensial untuk dikembangkan di Indonesia. Batubara
berasal dari proses pembusukan kayu dan tumbuh-tumbuhan oleh bakteri, proses
ini dipengaruhi oleh peredaran air, tempratur, dan keasaman yang terendapkan
pada lingkungan geologi dalam suatu cekungan endapan (basin), tertutup lapisan
lain non organik sehingga dalam waktu yang sangat lama menjadi batubara.
2
Batubara merupakan sumber daya alam yang sangat potensial baik sebagai
sumber energi alternatif maupun sebagai penghasil devisa negara. Indonesia
memiliki cadangan batubara yang cukup besar dan tersebar hampir di seluruh
wilayah nusantara. Salah satu cadangan batubara Indonesia terdapat di Desa
Kelubir, Kecamatan Tanjung Palas Utara, Kabupaten Bulungan, Kalimantan
Utara.
PT. Pesona Khatulistiwa Nusantara merupakan salah satu perusahaan swasta
yang mengusahakan pertambangan batubara di Kalimantan Utara. Saat ini,
kegiatan penambangan pada PT. Pesona Khatulistiwa Nusantara berlangsung di
dua site yaitu Site Kelubir Mine Operation dan Site Sekayan Mine Operation.
Sistem penambangan yang digunakan pada dua lokasi ini adalah tambang terbuka
dengan metode back feeling.
Produksi batubara dilakukan dengan menggunakan alat gali dan muat
seperti excavator dan dump truck. Dalam melakukan produksi, pihak perusahaan
tidak terlepas dari berbagai kendala salah satunya adalah yang bisa menghambat
produksi seperti terjadinya banjir pada pit karena mine dewatering yang
diterapkan masih belum maksimal. Berdasarkan hal tersebut, maka disini penulis
akan mengangkat sebuah topik bahasan tentang sistem penyaliran tambang.
3
B.
Deskripsi Perusahaan
1.
2.
speadboat
ke
Pelabuhan
Ancam.
Atau
bisa
juga
4
meranti, kapur, ulin yang keterdapatannya banyak pada daerah perbukitan.
Jenis flora lainnya adalah semak belukar, tanaman ladang seperti singkong,
ubi, nanas, nangka,dll.
Sementara fauna yang masih sering tampak adalah babi hutan, ular,
buaya, biawak, uwak-uwak, kera dan rusa hutan. Sebagian penduduk
transmigran dan pendatang memelihara ayam, itik, kambing dan sapi.
4.
5.
Air Tanah
Untuk penyaliran tambang, informasi yang diperlukan adalah
informasi mengenai lapisan batuan yang berfungsi sebagai akuifer
sehingga pengaruhnya pada kegiatan penggalian dapat diprediksi. Hal
ini dapat diperoleh dengan cara membuat piezometer untuk setiap
lapisan batuan yang dinilai berpotensi sebagai akuifer. Dengan kata
lain saringan hanya untuk satu lapisan batuan.
5
Dengan menggunakan data yang tersedia, dilakukan semaksimal
mungkin analisis tentang kondisi air tanah dalam kaitannya dengan
penambangan. Sebagian besar sungai yang terdapat di daerah PT.
PKN adalah sungai musiman, yaitu sungai yang akan terisi air bila ada
hujan. Namun demikian sungai tersebut bersumber dari daerah
penambangan menuju kearah keluar sehingga keberadaan sungai
tersebut akan mempunyai sedikit pengaruh pada proses penambangan.
b.
Air Permukaan
Daerah penyelidikan termasuk dalam daerah berhujan tropis
dengan ciri - ciri intensitas hujan sangat bervariasi dari rendah sampai
tinggi dengan durasi waktu singkat sampai panjang. Untuk keperluan
perhitungan dan rancangan sistem penyaliran tambang menggunakan
data curah hujan diperoleh dari Stasiun Meteorologi Tanjung Selor,
Kabupaten Bulungan.
6
6.
Geologi
a.
Geologi Regional
7
bagian barat cekungan mengalami pengangkatan menyebabkan
penyebaran cepat sedimen klastik kearah timur. Proses transegresi
dan regresi selama Miosen Tengah mengendapkan perulangan
sedimen deltaik klastik dengan batugamping dan marine shale (The
Naintupo shales, Meliat Tabul Santul Tarakan Sajau Bunyu
deltaics and the Domaring Waru carbonates).
Struktur Geologi yang berkembang adalah perlipatan dengan
arah NW-SE dan sesar berarah NE-SW. Deformasi bertambah
komplek semakin kearah utara. Sesar NE-SW yang searah dengan
penebalan lapisan diperkirakan bersamaan dengan pengendapan dan
hasil dari pembebanan pengendapan delta. Tektonik inversi tidak
muncul di cekungan ini.
Sejarah Tektonik Cekungan Tarakan dimulai dengan tektonik
ekstensional pada Eosen Tengah. Pada Miosen Tengah, di Laut Sulu
(utara cekungan) terjadi subduksi dibawah kerak benua kalimantan
bagian utara, menghasilkan volkanisme neogen di Semporna
Peninsula dan menyebabkan perlipatan berarah NW-SE. Perlipatan ini
dapat terlihat pada lipatan di Pulau Sebatik, Bunya dan Tarakan.
b.
Geologi Daerah
Struktur Geologi yang berkembang adalah lipatan, sesar serta
kelurusan lipatan berupa antiklin dan sinklin dengan sumbu berarah
barat laut-tenggara dan melipatkan semua formasi. Sesar berupa sesar
normal yang merupakan pengaktifan kembali dari sesar-sesar lama
8
yang terbentuk sebelumnya. Sesar dan kelurusan umumnya berarah
barat laut-tenggara dan dibeberapa tempat barat daya-timur laut.
7.
Geomorfologi
Daerah penelitian terletak pada zona sub cekungan Bulungan, dengan
morfologi mayoritas bergelombang, sehingga hanya batuan yang berumur
muda yang banyak tersingkap, seperti endapan alluvium, Formasi Sadjau
dan Formasi Sinjin, Formasi lainnya tersingkap tetapi pelamparannya tidak
terlalu luas dan hanya pada tempat tertentu.
8.
Stratigrafi
Daerah
1. Alluvium
2. Formasi Sajau
3. Formasi Sinjin
4. Formasi Tabul
10
Alluvium terdiri dari mud, silt, pasir, kerikil dan kerakal yang
merupakan endapan sungai dan rawa. Formasi Sajau tersusun atas batupasir
kuarsa, batu lempung, batu lanau, batubara dan konglomerat, struktur
sedimen plannar dan trough cross bedding, bioturbasi, struktur sedimen
paralel laminasi, nodul besi dan fosil kayu, karbon. Formasi ini berumur
Plio-Pleistosen dengan lingkungan pengendapan fluval-delta. Ketebalan
formasi ini berkisar 600-2,000 meter. Lapisan batubara berwarna hitamcoklat, tebal 0.2 sampai 8 meter. Lingkungan pengendapan Fluviatil dan
Delta. Pada masa ini juga, di daerah daratan terjadi gunung api yang
menghasilkan batuan Formasi Sinjin dan terobosan andesit, dasit, dan basal
berupa sumbat teras.
Formasi Sinjin tersusun atas perselingan tuff, breksi tuff, aglomerat,
lava andesit piroksen. Tuff mengandung bongkah obsidian, dengan struktur
sedimen paralel laminasi dan struktur aliran dan terelaskan. Lava Andesit
porfiri dengan struktur aliran. Formasi Sinjin diperkirakan berumur Pliosen
diendapkan secara tidak selaras diatas Formasi Tabul dan menjemari dengan
Formasi Sajau bagian bawah. Lokasi tipe untuk formasi ini adalah daerah
Muara Sekatak dekat Tanjung Selor.
Formasi Tabul tersusun atas perselingan batu lempung, batu pasir,
batu gamping dan batubara. Tidak ditemukan fosil kecuali fragmen dari
foraminifera besar Cycloclypeous sp. dan Operculina sp. yang berumur
Miosen Tengah.Berdasarkan posisi dan umur fosil kemungkinan formasi ini
berumur Miosen Akhir. Lingkungan pengendapan formasi ini adalah delta-
11
laut dangkal (shallow marine). Ketebalan formasi ini adalah 600 meter.
Formasi ini diketemukan di wilayah bagian utara daerah penelitian
berdekatan dengan pelabuhan milik PT Pesona Khatulistiwa Nusantara.
12
9. Genesa Batubara
Batubara adalah batuan yang mudah terbakar yang lebih dari 50% 70% berat volumenya merupakan bahan organik yang merupakan material
karbonan termasuk inherent moisture. Bahan organik utamanya yaitu
tumbuhan yang dapat berupa jejak kulit pohon, daun, akar, struktur kayu,
spora, polen, damar, dan lain - lain. Selanjutnya bahan organik tersebut
mengalami
berbagai
tingkat
pembusukan
(dekomposisi)
sehingga
13
dan oksigen akan berkurang (Fischer, 1927, op cit Susilawati 1992). Proses
ini akan menghasilkan batubara dalam berbagai tingkat kematangan
material organiknya mulai dari lignit, sub bituminus, bituminus, semi
antrasit, antrasit, hingga meta antrasit.
10.
C.
IM
(%)
16.31
Ash
(%)
4.61
VM
FC
(%)
(%)
41.03 38.12
TS
(%)
0.13
CV
(adb)
5.210
CV
(ar)
3.509
CV
HGI
(daf)
6.578 41
14
1.
Kegiatan Penambangan
Berdasarkan bentuk dan karakteristik lapisan batubara serta lapisan
penutupnya, metode yang diterapkan adalah open pit dimana lapisan
penutup akan digali kemudian dipindahkan ke lokasi penimbunan
menggunakan dump truck. Operasi penambangan yang dilakukan meliputi
penggalian bebas, penggaruan, pemuatan dan pengangkutan.
Penambangan dimulai dengan mengupas lapisan tanah penutup di
daerah blok-blok yang sudah ditentukan dengan arah penggalian dimulai
dari singkapan batubara pada batas tertentu, kemudian diikuti dengan
penggalian batubara. Teknik penambangannya dilakukan dengan mengikuti
kaidah-kaidah penambangan secara blok sesuai dengan rencana tahunan
sedemikian rupa sehingga kesinambungan produksi bisa terjaga. Sebaiknya
penggalian dilakukan secara bertahap yang dimulai dari blok di dekat
singkapan batubara dengan panjang yang sudah ditentukan dan kemudian
dilanjutkan penggaliannya ke arah dipping maupun striking sampai pada
batas akhir lereng penambangan. Arah kemajuan penambangan tiap tahun
menyerupai garis diagonal sehingga front penambangan dengan berbagai
elevasi akan terbentuk.
Top soil digali dan ditimbun secara khusus di dekat lokasi timbunan
tanah penutup. Timbunan top soil tersebut juga dijaga sedemikian rupa
untuk meminimalkan erosi sehingga dapat ditebarkan kembali pada lahan
timbunan tanah penutup yang siap direhabilitasi dan direklamasi. Demikian
juga halnya dengan tanah penutup, material akan ditimbun di daerah waste
15
dump yang sudah ditentukan dengan baik di lokasi outside dump maupun
lokasi backfilling. Geometri lereng tambang dan lereng timbunan perlu
diperhatikan sedemikan rupa sehingga tidak melewati geometri maksimum
yang direkomendasikan berdasarkan analisa geoteknik. Secara garis besar
kegiatan penambangan dibagi ke dalam beberapa tahap, yaitu:
a.
16
b.
Kegiatan
land
clearing
ini
dilakukan
dengan
Brusing
Membersihkan area kerja dari alang-alang dan pepohonan
yang berdiameter kecil (<0,3 m) dengan menggunakan bulldozer
atau excavator.
2)
Cutting
Membersihkan
area
kerja
dari
pepohonan
yang
Grubbing
Pencabutan sisa-sisa akar dari tunggul yang telah dipotog
dan dikumpulkan untuk diangkut ke tempat yang ditentukan.
17
c.
18
Nusantara
kondisi
terdiri
lapangan
dari
beberapa
material
tanah
lapisan,
penutup
Pengupasan lapisan
keras,
maka
harus
di-ripping
dahulu
dengan
19
peralatan
mekanis
yang
tersedia
masih
mampu
untuk
Gambar 1.7
Kegiatan Pengupasan OB di Pit Utara KMO
(Sumber: Dokumetasi penulis)
2)
20
3)
pengangkutan
lapisan
tanah
penutup
21
4)
22
5)
proses selanjutnya
port
23
excavator CAT 320 dan diangkut dari ROM menuju port
dengan menggunakan Dump Truck berkapasitas 25 ton.
Gambar 1.11
Pemuatan Batubara di Pit Utara KMO
(Sumber: Dokumen penulis)
6)
Reklamasi
Pada tahap ini akan dikembalikan lahan bekas tambang
tersebut sesuai dengan peruntukannya. Pada perusahaan tempat
penulis Kerja Praktek, untuk kegiatan reklamasi langsung
dikelola oleh pihak owner. Saat ini telah tiga area yang telah
direklamasi dan ditanami dengan pohon Kayu Putih dan akasia.
2.
Peralatan Penambangan
a.
24
1)
Hidroulic Excavator
Hidroulic Excavator merupakan alat yang berfungsi
menggali atau memuat material, disamping itu alat ini juga
berfungsi untuk pembersihan lahan, pembuatan saluran dan
pembuatan jenjang (slope). Jenis Excavator yang digunakan
adalah Hitachi EX 1200 yang kapasistas bucket-nya 7 bcm
untuk membongkar overburden dan Caterpillar Type 329 D
yang kapasitas bucket-nya bcm untuk topsoil dan kontrak
batubara.
2)
25
Highway Truck (OHT) dan Articulated Dump Truck (ADT).
Jenis OHT yang digunakan adalah CAT 773 E dengan kapasitas
vessel 22 bcm, CAT 775 F dengan kapasitas vessel 27 bcm.
Sedangkan ADT yang digunakan yaitu ADT 740D berkapasitas
15 bcm.
Gambar 1.13
Off Highway Truck (OHT) 775F dan ADT 740D
(Sumber : Dokumentasi penulis)
3)
Bulldozer
Merupakan alat dorong dan gali yang dapat membantu
pekerjaan alat-alat muat, disamping itu alat ini juga berfungsi
untuk memberai, mendorong dan meratakan tanah yang akan
digali. Jenis Bulldozer yang digunakan adalah Bulldozer
caterpillar type D 6R,
alat gali dan atau ripping.
26
b.
Water Pump
Merupakan peralatan yang digunakan untuk memindahkan
zat
27
2)
Motor Grader
Motor Grader merupakan alat yang berfungsi untuk
meratakan tanah yang digunakan sebagai perawatan jalan
tambang. Alat ini berperan dalan perawatan jalan yang
merupakan salah satu faktor penentu ketercapaian targer
produksi.
28
3)
Water Tank
Water Tank merupakan truk pengangkut air yang
berfungsi untuk penyiraman disekitar
4)
Fuel Truck
Fuel Truck merupakan truk pengangkut bahan bakar yang
telah difilterisasi ke lokasi unit yang membutuhkan penambahan
fuel.
29
5)
Lighting Tower
Lighting Tower merupakan sarana penerangan minimum
yang
diadakan
untuk
membantu
operasional
dalam
30
6)
31
D.
Tabel 1.2
Rencana Kegiatan PLI PT. Pesona Khatulistiwa Nusantara
Oktober
No
Jenis
Kegiatan
Pembuatan
Proposal
Menunggu
Panggilan
Pelaksanaan
Kegiatan
Orientasi
Lapangan
Pengambilan
Data
Analisa Data
Penyusunan
Laporan
Presentasi
Kerja Praktek
Januari
Kampus
1
November
Februari
Maret
April
Lapangan (Perusahaan)
2
Kampus
2
32
E.
b.
c.
d.
e.
33
f.
Dilihat dari data aktual kecelakaan kerja di site KMO pada tahun 2013 maka dapat
dibuat beberapa bentuk piramida kecelakaan kerja seperti berikut ini :
Tabel 1.3 Data Aktual Air limbah di WMP 07 bulan Januari 2014 KMO
Parameter
Satuan
PH
2.
Kadar Maksimum
7,36
Residu Tersuspensi
mg/l
36
mg/l
0,096
mg/l
0,743
Geoteknik Section
Geoteknik adalah suatu bagian dari cabang ilmu Teknik Sipil.
Didalamnya diperdalam pembahasan mengenai permasalahan kekuatan
tanah dan hubungannya dengan kemampuan menahan beban atau tekanan
34
yang ada diatasnya. Dalam pelaksanaan PLI di Geoteknik Section penulis
mengikuti beberapa kegiatan diantaranya :
a.
b.
c.
Lokasi
Jenis Material
Soil
Sand Loose (Putih)
PIT
Mudstone/Siltyclay
Claystone
Disposal/Tanggul Campuran
BW
meter
(m)
3
3
8
10
5
Degree
()
30
40
50
50
50
meter
(m)
5.2
3.6
6.7
8.4
8.7
B
(Minimum)
meter (m)
3
3
5
8
20
35
3.
36
37
Default Control
Perhatikan saja 2 hal yaitu : display definition & class
Display difinision : maksudnya mau kita kasih warna apa point-point
tersebut
Class ; karena data tersebut merupakan point survey topografi maka
kita pilih point
Lalu OK
Nah berarti kita sudah mempunyai lebar kertas layer
bernama
38
b.
4.
39
pemanasan ini tidak terkontrol maka akan terjadi pembakaran spontan
yang sering disebut Spontaneous Combustion.
Untuk mengurangi kerugian akibat pembakaran spontan
dilakukan tindakan pencegahan yaitu dengan menerapkan sistem
FIFO (first in first out) dimana batubara yang pertama kali masuk
harus dikeluarkan pertama kali. Hal ini dimaksudkan untuk
mengurangi resiko penurunan dan pemanasan batubara. Namun sistem
FIFO ini tidak selalu diterapkan oleh PT. PKN karena batubara yang
akan dikeluarkan harus disesuaikan dengan permintaan pembeli.
Cara lain yang dapat dilakukan adalah dengan cara menentukan
bentuk stokcpile yang tepat. Dengan mempertimbangkan adanya
angin, PT. PKN menggunakan kemiringan stockpile yang tidak terlalu
curam, dan bagian atas permukaan stockpile diratakan dan dilakukan
pemadatan dengan tujuan agar ruang kosong didalam batubara
semakin sedikit.
Penggunaan
cairan
kimia
juga
dapat
digunakan
untuk
40
bertujuan untuk mengurangi jumlah air yang terdapat dalam tumpukan
batubara yang terjadi karena hujan akan mengalir ke parit dari
batubara ataupun melewati celah-celah tanah.
b.
41
c.
Pengambilan sampel
Pengambilan sampel dapat dikatakan baik apabila proses
pengambilan sebagian kecil contoh batubara dari suatu coal komoditi
yang besar dapat mewakili sifat-sifat batubara dalam jumlah yang
besar tersebut. Selama penulis melakukan orientasi di departemen
CPP PT.PKN, metoda pengambilan sampel yang digunakan adalah
metode non insitu sampling yaitu mengambil sampel batubara setelah
batubara tersebut berpindah tempat yang biasanya dilakukan setelah
proses penambangan. Salah satu metoda non insitu yang digunakan
adalah metoda stockpiles samples.
5.
Survey
Departemen survey bertugas melakukan pengukuran di lapangan
dengan tujuan untuk mendapatkan peta topografi terbaru yang berguna
sebagai data pendukung untuk departemen lainnya. Adapun tahapan
kegiatannya dapat dilihat pada bagan alir dibawah ini.
42
43
bentuk berita acara. Selanjutnya hasil dari seluruh rangkaian kegiatan tersebut
dikeluarkan dalam bentuk layout peta sebagai data pendukung untuk
pengukuran selanjutnya.
F.
Curah hujan yang tinggi diawal praktek lapangan menjadi faktor hambatan
untuk ke tambang, ketika curah hujan tinggi penulis menghabiskan waktu di
office untuk berdiskusi dan pengenalan software tambang.
2.
G.
Temuan Menarik
Beberapa temuan menarik dilapangan yaitu:
1.
Terjadinya peristiwa swabakar batubara yang masih didalam pit. Hal ini
dikarenakan tingginya kadar abu pada batubara yang tergolong dalam low
rank coal serta adanya proses oksidasi sehingga terjadinya proses
pembakaran.
2.
Terjadi retakan (crack) pada lereng di pit selatan KMO. Hal ini terjadi
karena tergenangnya air pada berm/catch bench sehingga materialnya
menjadi lunak dan mulai terbentuknya retakan atau crack. Apabila hal ini
44
tidak ditindaklanjuti maka dapat membahayakan operator ataupun alat yang
sedang bekerja disekitar lereng tersebut.