Anda di halaman 1dari 44

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang PLI


Sebagai negara yang berkembang, Indonesia terus berusaha meningkatkan
pembangunannya di segala bidang dengan tujuan pembangunan nasional yaitu
untuk

mensejahterakan

masyarakat.

Untuk

melaksanakan

kegiatan

pembangunannya, Indonesia dianugerahi oleh Tuhan Yang Maha Esa modal yang
sangat berharga, baik dari segi jumlah penduduk maupun dari segi sumberdaya
alam yang banyak terkandung di dalamnya.
Pada saat ini perkembangan industri semakin pesat, diikuti dengan
kebutuhan bahan bakar yang semakin tinggi. Untuk memenuhi kebutuhan bahan
bakar tersebut manusia terus menggali sumberdaya alam yang ada pada lapisan
bumi. Yang mana nantinya dapat dimanfaatkan untuk kemajuan ilmu pengetahuan
dan teknologi (IPTEK).
Salah satu sumberdaya alam yang yang dapat dimanfaatkan saat ini adalah
batubara. Batubara merupakan sumber daya alam dengan jumlah cadangan yang
memamadai serta cukup berpotensial untuk dikembangkan di Indonesia. Batubara
berasal dari proses pembusukan kayu dan tumbuh-tumbuhan oleh bakteri, proses
ini dipengaruhi oleh peredaran air, tempratur, dan keasaman yang terendapkan
pada lingkungan geologi dalam suatu cekungan endapan (basin), tertutup lapisan
lain non organik sehingga dalam waktu yang sangat lama menjadi batubara.

2
Batubara merupakan sumber daya alam yang sangat potensial baik sebagai
sumber energi alternatif maupun sebagai penghasil devisa negara. Indonesia
memiliki cadangan batubara yang cukup besar dan tersebar hampir di seluruh
wilayah nusantara. Salah satu cadangan batubara Indonesia terdapat di Desa
Kelubir, Kecamatan Tanjung Palas Utara, Kabupaten Bulungan, Kalimantan
Utara.
PT. Pesona Khatulistiwa Nusantara merupakan salah satu perusahaan swasta
yang mengusahakan pertambangan batubara di Kalimantan Utara. Saat ini,
kegiatan penambangan pada PT. Pesona Khatulistiwa Nusantara berlangsung di
dua site yaitu Site Kelubir Mine Operation dan Site Sekayan Mine Operation.
Sistem penambangan yang digunakan pada dua lokasi ini adalah tambang terbuka
dengan metode back feeling.
Produksi batubara dilakukan dengan menggunakan alat gali dan muat
seperti excavator dan dump truck. Dalam melakukan produksi, pihak perusahaan
tidak terlepas dari berbagai kendala salah satunya adalah yang bisa menghambat
produksi seperti terjadinya banjir pada pit karena mine dewatering yang
diterapkan masih belum maksimal. Berdasarkan hal tersebut, maka disini penulis
akan mengangkat sebuah topik bahasan tentang sistem penyaliran tambang.

3
B.

Deskripsi Perusahaan
1.

Sejarah Singkat Perusahaan


PT Pesona Khatulistiwa Nusantara memiliki luas area penambangan
sebesar 23,646 Ha yang terbagi menjadi dua blok, yaitu blok utara dan blok
selatan yang keduanya terletak di kabupaten Bulungan, Kalimantan Timur.
Di area konsesi blok utara, luas areanya 6,150 Ha dan didalam daerah
konsesi tersebut terdapat dua pilot mine area, yaitu area Ardimulyo yang
terletak di bagian utara dengan luas 197 Ha dan area Kelubir yang terletak
di bagian selatan dengan luas 200 Ha. Wilayah kerja PKN Blok Utara
terletak pada 1171300- 117180BU dan 310-380. Bentuk
topografi area kerja PKN meliputi wilayah rawa, dataran, dan datarbergelombang.

2.

Lokasi dan Kesampaian Daerah


Daerah penyelidikan dapat dicapai dengan menggunakan pesawat
terbang berbadan besar dari Jakarta ke Balikpapan, kemudian dilanjutkan
dengan pesawat route Balikpapan Tarakan dan dilanjutkan dengan
menggunakan

speadboat

ke

Pelabuhan

Ancam.

Atau

bisa

juga

menggunakan pesawat terbang dari Balikpapan langsung ke lanjut


perjalanan darat ke arah Tanjung Palas Utara. Dan untuk ke lokasi
penyelidikan dapat di tempuh dengan kendaraan roda 4.
3.

Flora dan Fauna


Jenis flora dan fauna yang ditemukan cukup beragam. Hutan menutupi
sebagian besar daerah penyelidikan, dimana terdapat kayu jenis kruing,

4
meranti, kapur, ulin yang keterdapatannya banyak pada daerah perbukitan.
Jenis flora lainnya adalah semak belukar, tanaman ladang seperti singkong,
ubi, nanas, nangka,dll.
Sementara fauna yang masih sering tampak adalah babi hutan, ular,
buaya, biawak, uwak-uwak, kera dan rusa hutan. Sebagian penduduk
transmigran dan pendatang memelihara ayam, itik, kambing dan sapi.
4.

Iklim dan Curah Hujan


Secara garis besar daerah penelitian memiliki iklim tropis basah tanpa
adanya bulan kering dengan temperatur 27C yang dipengaruhi oleh dua
musim yaitu angin barat (Muson Barat) disaat itu penghujan yang jatuh pada
bulan - bulan antara Oktober - Maret, dan musim kemarau (Muson Timur)
terjadi pada bulan April September.
Curah hujan rata - rata di daerah Kabupaten Bulungan berkisar antara
185 271.4 mm dengan hujan rata - rata pertahun 2,688.2 mm. Rata - rata
curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Februari.

5.

Air Tanah dan Air Permukaan


a.

Air Tanah
Untuk penyaliran tambang, informasi yang diperlukan adalah
informasi mengenai lapisan batuan yang berfungsi sebagai akuifer
sehingga pengaruhnya pada kegiatan penggalian dapat diprediksi. Hal
ini dapat diperoleh dengan cara membuat piezometer untuk setiap
lapisan batuan yang dinilai berpotensi sebagai akuifer. Dengan kata
lain saringan hanya untuk satu lapisan batuan.

5
Dengan menggunakan data yang tersedia, dilakukan semaksimal
mungkin analisis tentang kondisi air tanah dalam kaitannya dengan
penambangan. Sebagian besar sungai yang terdapat di daerah PT.
PKN adalah sungai musiman, yaitu sungai yang akan terisi air bila ada
hujan. Namun demikian sungai tersebut bersumber dari daerah
penambangan menuju kearah keluar sehingga keberadaan sungai
tersebut akan mempunyai sedikit pengaruh pada proses penambangan.
b.

Air Permukaan
Daerah penyelidikan termasuk dalam daerah berhujan tropis
dengan ciri - ciri intensitas hujan sangat bervariasi dari rendah sampai
tinggi dengan durasi waktu singkat sampai panjang. Untuk keperluan
perhitungan dan rancangan sistem penyaliran tambang menggunakan
data curah hujan diperoleh dari Stasiun Meteorologi Tanjung Selor,
Kabupaten Bulungan.

6
6.

Geologi
a.

Geologi Regional

Gambar 1.1 Peta Geologi Regional


(Sumber : Dokumentasi Perusahaan)

Pengendapan di Cekungan Tarakan dimulai pada Eosen tengah


bersamaan dengan rifting di Selat Makassar yang memisahkan
Sulawesi dan Kalimantan (Lentini and Darman, 1996) . Cekungan
mengalami subsiden yang terbuka kearah timur. Air Laut mengalami
transgresi di bagian barat mengendapkan shale Formasi Sembakung
yang diendapkan diatas basement. Transgresi terhenti karena
pengangkatan pada Eosen Akhir dan terjadi pengendan klastik dari
Formasi Sajau. Pada Oligosen berkembang platform karbonat Formasi
Seilor berlanjut sampai Miosen Awal menjadi Formasi Mangkabua
(shale) dan Formasi Tabalar (gamping terumbu). Pada Miosen Tengah

7
bagian barat cekungan mengalami pengangkatan menyebabkan
penyebaran cepat sedimen klastik kearah timur. Proses transegresi
dan regresi selama Miosen Tengah mengendapkan perulangan
sedimen deltaik klastik dengan batugamping dan marine shale (The
Naintupo shales, Meliat Tabul Santul Tarakan Sajau Bunyu
deltaics and the Domaring Waru carbonates).
Struktur Geologi yang berkembang adalah perlipatan dengan
arah NW-SE dan sesar berarah NE-SW. Deformasi bertambah
komplek semakin kearah utara. Sesar NE-SW yang searah dengan
penebalan lapisan diperkirakan bersamaan dengan pengendapan dan
hasil dari pembebanan pengendapan delta. Tektonik inversi tidak
muncul di cekungan ini.
Sejarah Tektonik Cekungan Tarakan dimulai dengan tektonik
ekstensional pada Eosen Tengah. Pada Miosen Tengah, di Laut Sulu
(utara cekungan) terjadi subduksi dibawah kerak benua kalimantan
bagian utara, menghasilkan volkanisme neogen di Semporna
Peninsula dan menyebabkan perlipatan berarah NW-SE. Perlipatan ini
dapat terlihat pada lipatan di Pulau Sebatik, Bunya dan Tarakan.
b.

Geologi Daerah
Struktur Geologi yang berkembang adalah lipatan, sesar serta
kelurusan lipatan berupa antiklin dan sinklin dengan sumbu berarah
barat laut-tenggara dan melipatkan semua formasi. Sesar berupa sesar
normal yang merupakan pengaktifan kembali dari sesar-sesar lama

8
yang terbentuk sebelumnya. Sesar dan kelurusan umumnya berarah
barat laut-tenggara dan dibeberapa tempat barat daya-timur laut.
7.

Geomorfologi
Daerah penelitian terletak pada zona sub cekungan Bulungan, dengan
morfologi mayoritas bergelombang, sehingga hanya batuan yang berumur
muda yang banyak tersingkap, seperti endapan alluvium, Formasi Sadjau
dan Formasi Sinjin, Formasi lainnya tersingkap tetapi pelamparannya tidak
terlalu luas dan hanya pada tempat tertentu.

8.

Stratigrafi
Daerah

penelitian termasuk dalam Cekungan Tarakan dipisahkan

dengan Cekungan Kutai oleh Tinggian Mangkaliat di selatan dan tinggian


Sampoerna di utara. Cekungan Tarakan dibagi menjadi 4 sub cekungan
yaitu : Sub-Cekungan Tidung, Sub-Cekungan Berau, Sub-Cekungan
Tarakan dan Sub-Cekungan Muara (Lentini dan Darman, 1997).
Berdasarkan gambar dibawah maka lokasi penelitian berada di subcekungan Berau.

Lokasi PT. PKN-Kelubir

Gambar 1.2 Cekungan Tarakan


(Sumber : Dokumentasi Perusahaan)

Dalam Peta Geologi Regional masuk ke dalam Lembar Tarakan (S.


Hidayat, Amiruddin, dan D. Satrianas, PPPG, Bandung, 1995) seperti yang
terlihat pada gambar 3. Formasi penyusun batuan di area Kelubir adalah :

1. Alluvium
2. Formasi Sajau
3. Formasi Sinjin
4. Formasi Tabul

10
Alluvium terdiri dari mud, silt, pasir, kerikil dan kerakal yang
merupakan endapan sungai dan rawa. Formasi Sajau tersusun atas batupasir
kuarsa, batu lempung, batu lanau, batubara dan konglomerat, struktur
sedimen plannar dan trough cross bedding, bioturbasi, struktur sedimen
paralel laminasi, nodul besi dan fosil kayu, karbon. Formasi ini berumur
Plio-Pleistosen dengan lingkungan pengendapan fluval-delta. Ketebalan
formasi ini berkisar 600-2,000 meter. Lapisan batubara berwarna hitamcoklat, tebal 0.2 sampai 8 meter. Lingkungan pengendapan Fluviatil dan
Delta. Pada masa ini juga, di daerah daratan terjadi gunung api yang
menghasilkan batuan Formasi Sinjin dan terobosan andesit, dasit, dan basal
berupa sumbat teras.
Formasi Sinjin tersusun atas perselingan tuff, breksi tuff, aglomerat,
lava andesit piroksen. Tuff mengandung bongkah obsidian, dengan struktur
sedimen paralel laminasi dan struktur aliran dan terelaskan. Lava Andesit
porfiri dengan struktur aliran. Formasi Sinjin diperkirakan berumur Pliosen
diendapkan secara tidak selaras diatas Formasi Tabul dan menjemari dengan
Formasi Sajau bagian bawah. Lokasi tipe untuk formasi ini adalah daerah
Muara Sekatak dekat Tanjung Selor.
Formasi Tabul tersusun atas perselingan batu lempung, batu pasir,
batu gamping dan batubara. Tidak ditemukan fosil kecuali fragmen dari
foraminifera besar Cycloclypeous sp. dan Operculina sp. yang berumur
Miosen Tengah.Berdasarkan posisi dan umur fosil kemungkinan formasi ini
berumur Miosen Akhir. Lingkungan pengendapan formasi ini adalah delta-

11
laut dangkal (shallow marine). Ketebalan formasi ini adalah 600 meter.
Formasi ini diketemukan di wilayah bagian utara daerah penelitian
berdekatan dengan pelabuhan milik PT Pesona Khatulistiwa Nusantara.

Gambar 1.3 Stratigrafi Batuan


(Sumber : Dokumentasi Perusahaan)

12
9. Genesa Batubara
Batubara adalah batuan yang mudah terbakar yang lebih dari 50% 70% berat volumenya merupakan bahan organik yang merupakan material
karbonan termasuk inherent moisture. Bahan organik utamanya yaitu
tumbuhan yang dapat berupa jejak kulit pohon, daun, akar, struktur kayu,
spora, polen, damar, dan lain - lain. Selanjutnya bahan organik tersebut
mengalami

berbagai

tingkat

pembusukan

(dekomposisi)

sehingga

menyebabkan perubahan sifat - sifat fisik maupun kimia baik sebelum


ataupun sesudah tertutup oleh endapan lainnya.
Proses pembentukan batubara terdiri dari dua tahap yaitu tahap
biokimia (penggambutan) dan tahap geokimia (pembatubaraan). Tahap
penggambutan (peatification) adalah tahap dimana sisa-sisa tumbuhan yang
terakumulasi tersimpan dalam kondisi reduksi di daerah rawa dengan sistem
pengeringan yang buruk dan selalu tergenang air pada kedalaman 0,5 10
meter. Material tumbuhan yang busuk ini melepaskan H, N, O, dan C dalam
bentuk senyawa CO2, H2O, dan NH3 untuk menjadi humus. Selanjutnya
oleh bakteri anaerobik dan fungi diubah menjadi gambut (Stach, 1982, op
cit Susilawati 1992).
Tahap pembatubaraan (coalification) merupakan gabungan proses
biologi, kimia, dan fisika yang terjadi karena pengaruh pembebanan dari
sedimen yang menutupinya, temperatur, tekanan, dan waktu terhadap
komponen organik dari gambut (Stach, 1982, op cit Susilawati 1992). Pada
tahap ini presentase karbon akan meningkat, sedangkan presentase hidrogen

13
dan oksigen akan berkurang (Fischer, 1927, op cit Susilawati 1992). Proses
ini akan menghasilkan batubara dalam berbagai tingkat kematangan
material organiknya mulai dari lignit, sub bituminus, bituminus, semi
antrasit, antrasit, hingga meta antrasit.
10.

Cadangan dan Kualitas Batubara


Sumberdaya terukur sekitar 34.92 juta ton, sumberdaya terindikasi
sekitar 12.59 juta ton, dan sumberdaya tereka sekitar 11.42 juta ton.
Optimalisasi cadangan dilakukan dengan memperkirakan jumlah SR yang
masih memungkinkan. Optimalisasi cadangan dilakukan sampai pit limit
dan didapatkan SR 3:1 dengan jumlah cadangan batubara tertambang sekitar
9.13 juta ton. Ketebalan batubara antara 0.15 sampai 7.4 m dengan harga
rata-rata 4.72 m. Seam A memiliki arah umum strike N 325 E dan
kemiringan berkisar antara 7 - 10 dengan rata-rata kemiringan 8.
Tabel 1.1
Kualitas Batubara
TM
(%)
43.63

C.

IM
(%)
16.31

Ash
(%)
4.61

VM
FC
(%)
(%)
41.03 38.12

TS
(%)
0.13

CV
(adb)
5.210

CV
(ar)
3.509

CV
HGI
(daf)
6.578 41

Deskripsi Kegiatan Industri


Kegiatan Praktek Lapangan Industri ini terdiri dari pengamatan seluruh
kegiatan penambangan yang dilakukan oleh PT. Pesona Khatulistiwa Nusantara
site Kelubir Mine Operation.

14
1.

Kegiatan Penambangan
Berdasarkan bentuk dan karakteristik lapisan batubara serta lapisan
penutupnya, metode yang diterapkan adalah open pit dimana lapisan
penutup akan digali kemudian dipindahkan ke lokasi penimbunan
menggunakan dump truck. Operasi penambangan yang dilakukan meliputi
penggalian bebas, penggaruan, pemuatan dan pengangkutan.
Penambangan dimulai dengan mengupas lapisan tanah penutup di
daerah blok-blok yang sudah ditentukan dengan arah penggalian dimulai
dari singkapan batubara pada batas tertentu, kemudian diikuti dengan
penggalian batubara. Teknik penambangannya dilakukan dengan mengikuti
kaidah-kaidah penambangan secara blok sesuai dengan rencana tahunan
sedemikian rupa sehingga kesinambungan produksi bisa terjaga. Sebaiknya
penggalian dilakukan secara bertahap yang dimulai dari blok di dekat
singkapan batubara dengan panjang yang sudah ditentukan dan kemudian
dilanjutkan penggaliannya ke arah dipping maupun striking sampai pada
batas akhir lereng penambangan. Arah kemajuan penambangan tiap tahun
menyerupai garis diagonal sehingga front penambangan dengan berbagai
elevasi akan terbentuk.
Top soil digali dan ditimbun secara khusus di dekat lokasi timbunan
tanah penutup. Timbunan top soil tersebut juga dijaga sedemikian rupa
untuk meminimalkan erosi sehingga dapat ditebarkan kembali pada lahan
timbunan tanah penutup yang siap direhabilitasi dan direklamasi. Demikian
juga halnya dengan tanah penutup, material akan ditimbun di daerah waste

15
dump yang sudah ditentukan dengan baik di lokasi outside dump maupun
lokasi backfilling. Geometri lereng tambang dan lereng timbunan perlu
diperhatikan sedemikan rupa sehingga tidak melewati geometri maksimum
yang direkomendasikan berdasarkan analisa geoteknik. Secara garis besar
kegiatan penambangan dibagi ke dalam beberapa tahap, yaitu:
a.

Survey dan Pemetaan


Kegiatan ini merupakan faktor penting dalam kegiatan
penambangan, dan juga merupakan cikal bakal untuk melakukan
perencanaan suatu kegiatan penambangan. Kegiatan survey tetap
menjadi kegiatan penting ketika penambangan telah berjalan. Survey
dilakukan untuk mendapatkan data perubahan situasi dan data
pengukuran yang nantinya dibutuhkan untuk keperluan seperti
pemetaan, kontur, perhitungan volume OB dan batubara, design
tambang, serta untuk melihat kemajuan tambang.

Gambar 1.4 Peralatan dan kegiatan survey


(pengukuran mineout batubara)
(Sumber: Dokumentasi penulis)

16
b.

Pembersihan lahan (Land Clearing)


Kegiatan ini dilakukan sebelum pembongkaran tanah penutup.
Pembersihan lahan dilakukan pada daerah yang akan hendak
ditambang.

Kegiatan

land

clearing

ini

dilakukan

dengan

menggunakan bulldozer, excavator dan Chainsaw.


Urutan kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1)

Brusing
Membersihkan area kerja dari alang-alang dan pepohonan
yang berdiameter kecil (<0,3 m) dengan menggunakan bulldozer
atau excavator.

2)

Cutting
Membersihkan

area

kerja

dari

pepohonan

yang

berdiameter > 0,3 m dengan menggunakan chainsaw, bulldozer


atau excavator.
3)

Grubbing
Pencabutan sisa-sisa akar dari tunggul yang telah dipotog
dan dikumpulkan untuk diangkut ke tempat yang ditentukan.

17

Gambar 1.5 Kegiatan Land Clearing


( Sumber: Dokumentasi perusahaan)

c.

Pengupasan dan Pemindahan Top Soil


Setelah dilakukan land clearing, maka selanjutnya pengupasan
tanah pucuk atau top soil ketebalan 0,5-1meter yang berada pada
bagian paling atas. Pengupasan top soil dilakukan sampai batas
lapisan sub soil, yaitu pada kedalaman dimana telah sampai dilapisan
batuan penutup (tidak mengandung unsur hara). Pengupasan dan
pemuatan top soil dilakukan dengan menggunakan excavator berjenis
CAT 349 D dan CAT 320 D. Dan selanjutnya akan diangkut
menggunakan Articulated Dump Truck (ADT) berkapasitas vessel 15
bcm menuju tempat penumpukan top soil (top soil bank). Tanah
pucuk yang terkumpul untuk selanjutnya akan dipergunakan sebagai
lapisan teratas pada lahan disposal yang telah berakhir dan memasuki
tahapan reklamasi. Gambar pengupasan dan pemuatan top soil dapat
dilihat pada gambar 1.5.

18

Gambar 1.6 Pengupasan dan pemuatan top soil


( Sumber: Dokumentasi penulis)
d.

Pemindahan Overburden (Overburden Removal)


1)

Pengupasan lapisan Overburden (OB) atau Interburden


Overburden (OB) merupakan lapisan penutup yang
bersifat tidak humus yang menutupu lapisan batubara.
Sedangkan Interburden merupakan lapisan batuan diantara dua
seam batubara. Pengupasan lapisan overburden dilakukan
perblok dengan mengikuti arah kemajuan penambangan.
Material lapisan penutup dilokasi penambangan PT. Pesona
Khatulistiwa
berdasarkan

Nusantara
kondisi

terdiri

lapangan

dari

beberapa

material

didominasi oleh, siltsone dan sandtone.

tanah

lapisan,
penutup

Pengupasan lapisan

batuan penutup ini dilakukan dengan menggunakan Excavator


Hitachi Ex 1200, yang kapasitas bucket 7 bcm. Jika material
terlalu

keras,

maka

harus

di-ripping

dahulu

dengan

menggunakan Buldozer. Di PT. PKN tidak menggunakan sistem


peledakan untuk memberaikan material OB, dikarenakan

19
peralatan

mekanis

yang

tersedia

masih

mampu

untuk

memberaikan lapisan overburden-nya.

Gambar 1.7
Kegiatan Pengupasan OB di Pit Utara KMO
(Sumber: Dokumetasi penulis)

2)

Pemuatan (loading) Overburden


Kegiatan pemuatan tanah penutup merupakan kegiatan
untuk memuat material hasil pengupasan ke alat angkut OHT
(Off highway Truck) dengan alat mekanis Excavator yang juga
berfungsi sebagai alat gali-muat. Metode pemuatan (loading)
yang sering diterapkan adalah top loading, dimana posisi alat
muat lebih tinggi dibandingkan dengan posisi alat angkutnya.
Metode ini memiliki keuntungan diantaranya operator alat
excavator lebih leluasa menempatkan material yang hendak
diangkut pada vessel alat angkutnya. Selain itu waktu siklus
untuk alat muat pun juga akan semakin singkat.

20

Gambar 1.8 Loading overburden


(Sumber: Dokumen penulis)

3)

Tahap pengangkutan (hauling) Overburden


Kegitan

pengangkutan

lapisan

tanah

penutup

(overburden/interburden) dilakukan dengan menggunakan alat


angkut OHT (Off Highway Truck) type cat 773E yang
berkapasitas 22 bcm, 775F yang berkapasitas 27 bcm dan ADT
(articulated dump truck) Caterpilar type 740 yang berkapasitas
15 bcm. Overburden diangkut oleh hauler menuju ke disposal
area.

Gambar 1.9 Pengangkutan OB


(Sumber: Dokumen Penulis)

21

4)

Tahap penimbunan (dumping) Overburden


Material tanah penutup akan dibawa ke disposal area yang
telah direncanakan sebelumnya. Sebuah disposal area harus
dirancang dengan baik yaitu mulai dari sistem pengaliran airnya
serta bentuk dan susunan per layer-nya agar dapat terbentuk
sebuah disposal yang aman. Di PT. Pesona Khatulistiwa
Nusantara site KMO menggunakan metode tambang terbuka
dengan sistem backfilling, sehingga disposal area tidak hanya
dirancang di luar pit, tetapi juga ada yang dirancang di dalam pit
(inpit), yaitu pada daerah-daerah yang batubaranya telah
ditambang.

Gambar 1.10 Dumping area


(Sumber: dokumentasi penulis)

22
5)

Penggalian, Pemuatan dan Pengangkutan Batubara


Setelah Overburden dikupas dan dipindahkan ke disposal
area, selanjutnya batubara akan mulai ditambang. Ketika
batubara

telah relatif nampak, maka

proses selanjutnya

adalah coal cleaning. Proses ini menggunakan Excavator CAT


320 yang telah dimodifikasi dimana bucket-nya ditambahkan
cutting edge yang berfungsi meminimalisir kontaminasi sebelum
dilakukan penggarukan. Proses selanjutnya adalah pengupasan
batubara, dimana alat mekanis yang digunakan sama dengan
saat coal cleaning yakni menggunakan Excavator CAT 320.
Untuk proses pengangkutan dilakukan dengan 2 tujuan yaitu
dari pit menuju ROM (Run Of Mine) dan dari pit langsung
menuju port (disebut dengan direct).
Batubara sebenarnya dapat langsung seluruhnya diangkut
menuju port, namun karena dibutuhkan persediaan untuk
hauling di saat hujan serta perlu dilakukan pengujian kualitas
terlebih dahulu sebelum diangkut ke port maka sebagian
batubara di-hauling menuju ROM. Untuk pengangkutan direct
menuju

port

dan pengangkutan menuju ROM digunakan

Tronton kapasitas 25 ton.


Batubara yang di-dumping di ROM dipisahkan untuk tiap
seam-nya agar dapat mengetahui kualitas batubaranya masingmasing. Batubara kemudian di-loading dengan menggunakan

23
excavator CAT 320 dan diangkut dari ROM menuju port
dengan menggunakan Dump Truck berkapasitas 25 ton.

Gambar 1.11
Pemuatan Batubara di Pit Utara KMO
(Sumber: Dokumen penulis)

6)

Reklamasi
Pada tahap ini akan dikembalikan lahan bekas tambang
tersebut sesuai dengan peruntukannya. Pada perusahaan tempat
penulis Kerja Praktek, untuk kegiatan reklamasi langsung
dikelola oleh pihak owner. Saat ini telah tiga area yang telah
direklamasi dan ditanami dengan pohon Kayu Putih dan akasia.

2.

Peralatan Penambangan
a.

Alat Tambang Utama


Adalah alat yang dipakai untuk operasi produksi. Adapun Alat
Tambang Utama (ATU) dalam sistem penambangan PT. Pesona
Khatulistiwa Nusantara site KMO yaitu sebagai berikut:

24
1)

Hidroulic Excavator
Hidroulic Excavator merupakan alat yang berfungsi
menggali atau memuat material, disamping itu alat ini juga
berfungsi untuk pembersihan lahan, pembuatan saluran dan
pembuatan jenjang (slope). Jenis Excavator yang digunakan
adalah Hitachi EX 1200 yang kapasistas bucket-nya 7 bcm
untuk membongkar overburden dan Caterpillar Type 329 D
yang kapasitas bucket-nya bcm untuk topsoil dan kontrak
batubara.

Gambar 1.12 Excavator


(Sumber : Dokumentasi perusahaan)

2)

Alat Angkut (hauler)


Alat ini berfungsi untuk mengangkut atau memindahkan
material overburden, interburden dan lumpur keluar lokasi
tambang. Jenis Dumptruk yang digunakan ada 2 jenis yaitu Off

25
Highway Truck (OHT) dan Articulated Dump Truck (ADT).
Jenis OHT yang digunakan adalah CAT 773 E dengan kapasitas
vessel 22 bcm, CAT 775 F dengan kapasitas vessel 27 bcm.
Sedangkan ADT yang digunakan yaitu ADT 740D berkapasitas
15 bcm.

Gambar 1.13
Off Highway Truck (OHT) 775F dan ADT 740D
(Sumber : Dokumentasi penulis)

3)

Bulldozer
Merupakan alat dorong dan gali yang dapat membantu
pekerjaan alat-alat muat, disamping itu alat ini juga berfungsi
untuk memberai, mendorong dan meratakan tanah yang akan
digali. Jenis Bulldozer yang digunakan adalah Bulldozer
caterpillar type D 6R,
alat gali dan atau ripping.

D 7R ,D 8R, D 9R dan D 10T sebagai

26

Gambar 1.14 Bulldozer Caterpillar Type D10 T


(Sumber : Dokumentasi penulis)

b.

Alat Penunjang Tambang


Adalah alat yang dipakai untuk menunjang kegiatan operasi
penambangan. Adapun yang termasuk Alat Penunjang Tambang di
PT. Pesona Khatulistiwa Nusantara site KMO yaitu sebagai berikut:
1)

Water Pump
Merupakan peralatan yang digunakan untuk memindahkan
zat

cair atau fluida yang berada pada sump dalam area

penambangan menuju kolam pengendapan di luar tambang.


Pompa yang terdapat di PT. Pesona Khatulistiwa Nusantara site
KMO jenis Multiflow CF-22L, KSB 395, dan Selwood H150 HS.

27

Gambar 1.15. Water Pump


(Sumber : Dokumentasi penulis)

2)

Motor Grader
Motor Grader merupakan alat yang berfungsi untuk
meratakan tanah yang digunakan sebagai perawatan jalan
tambang. Alat ini berperan dalan perawatan jalan yang
merupakan salah satu faktor penentu ketercapaian targer
produksi.

Gambar 1.16 Motor Grader


( Sumber : Dokumentasi penulis)

28
3)

Water Tank
Water Tank merupakan truk pengangkut air yang
berfungsi untuk penyiraman disekitar

jalan tambang yang

bertujuan untuk menguarangi debu pada musim panas.

Gambar 1.17 Water Tank


(Sumber : dokumentasi penulis)

4)

Fuel Truck
Fuel Truck merupakan truk pengangkut bahan bakar yang
telah difilterisasi ke lokasi unit yang membutuhkan penambahan
fuel.

29

Gambar 1.18 Fuel Truck


(Sumber: dokumentasi penulis)

5)

Lighting Tower
Lighting Tower merupakan sarana penerangan minimum
yang

diadakan

untuk

membantu

melaksanakan aktivitas di malam hari.

operasional

dalam

30

Gambar 1.19 Tower Lamp


(Sumber : Dokumentasi Penulis)

6)

Lube Truck (Service Truck)


Service truck melayanai dan membewa oli, pelumas
ataupun bahan-bahan lainnya selain fuel untuk alat-alat berat
yang beroperasi di tambang.

Gambar 1.20 Service Truck


( Sumber : Dokumentasi Penulis)

31
D.

Perencanaan Kegiatan PLI


Praktek Lapangan Industri di PT. Pesona Khatulistiwa Nusantara site KMO
direncanakan dimulai dari tanggal 13 Januari 13 Maret 2014. Dan untuk
diseminasi direncanakan pada bulan April 2014.

Tabel 1.2
Rencana Kegiatan PLI PT. Pesona Khatulistiwa Nusantara
Oktober

No

Jenis
Kegiatan

Pembuatan
Proposal

Menunggu
Panggilan

Pelaksanaan
Kegiatan

Orientasi
Lapangan

Pengambilan
Data

Analisa Data

Penyusunan
Laporan

Presentasi
Kerja Praktek

Januari

Kampus
1

November

Februari

Maret

April

Lapangan (Perusahaan)
2

Kampus
2

32
E.

Pelaksanaan Kegiatan PLI


Pelaksanaan Kegiatan PLI lapangan dimulai tanggal 13 Januari 2014 dan
berakhir pada tanggal 10 Maret 2014. Adapun kegiatan selama pelaksanaan PLI
adalah sebagai berikut :
1.

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)


Pelaksanaan kegiatan PLI yang pertama kali dilakukan di site KMO
adalah dilaksanakan di HSE Departement. Di departemen ini dibagi menjadi
3 section yaitu Healty Section, Safety Section, dan Enviro Section. Adapun
ruang lingkup yang dikerjakan oleh HSE Departement adalah sebagai
berikut :
a.

Memberikan materi safety talk tiap minggunya kepada semua


pekerja tambang.

b.

Mengawasi secara langsung untuk melihat proses penambangan


dengan mengutamakan tingkat keselamatan dan kesehatan kerja
bagi para pekerja.

c.

Mencatat data kondisi tidak aman (KTA) maupun tindakan tidak


aman (TTA) dari para pekerja maupun alat yang sedang
beroperasi.

d.

Melakukan revegetasi dengan menanam tumbuhan sangon di


lahan bekas tambang.

e.

Mengecek dan mengontrol air asam tambang yang ada di settling


pond.

33
f.

Menambahkan kapur kedalam settling pond untuk menaikkan


kadar pH air asam tambang.

Dilihat dari data aktual kecelakaan kerja di site KMO pada tahun 2013 maka dapat
dibuat beberapa bentuk piramida kecelakaan kerja seperti berikut ini :

Gambar 1.21 Piramida Kecelakaan Kerja


(Sumber : Sefety Section)

Tabel 1.3 Data Aktual Air limbah di WMP 07 bulan Januari 2014 KMO
Parameter

Satuan

PH

2.

Kadar Maksimum

7,36

Residu Tersuspensi

mg/l

36

Besi (Fe) Total

mg/l

0,096

Mangan (Mn) Total

mg/l

0,743

Geoteknik Section
Geoteknik adalah suatu bagian dari cabang ilmu Teknik Sipil.
Didalamnya diperdalam pembahasan mengenai permasalahan kekuatan
tanah dan hubungannya dengan kemampuan menahan beban atau tekanan

34
yang ada diatasnya. Dalam pelaksanaan PLI di Geoteknik Section penulis
mengikuti beberapa kegiatan diantaranya :
a.

Mengawasi lereng di front penambangan, apakah terjadi


pergerakan atau tidak.

b.

Mengawasi material yang ditimbun di disposal, apakah terdapat


larian atau tidak serta

c.

Mengawasi paritan didalam pit apakah terjadi longsor atau tidak.

Untuk menjaga stabilitaas lereng di KMO di pakai FK yaitu:


Single Slope = 1,3
Angular Slope = 1,5

Gambar 1.22 Geometri single slope di PIT KMO


(Sumber : Dokumentasi Perusahaan)

Tabel 1.4 Anjuran geometri lereng tunggal site KMO

Lokasi

Jenis Material

Soil
Sand Loose (Putih)
PIT
Mudstone/Siltyclay
Claystone
Disposal/Tanggul Campuran

BW

meter
(m)
3
3
8
10
5

Degree
()
30
40
50
50
50

meter
(m)
5.2
3.6
6.7
8.4
8.7

B
(Minimum)
meter (m)
3
3
5
8
20

35
3.

Belajar software minescape.


Dalam pelaksanaan PLI penulis juga diajarkan cara memakai software
minescape, dimana penulis dapat :
a.

Memasukkan data topografi ke dalam minescape.

Bentuk data yang dapat di import kedalam minescape dapat berupa


ascii file, dxf/dwg, surpac, dan lain sebagainya. berikut contoh format
data dalam bentuk ascii file, data topografi yang terdiri dari x easting,
y northing & z elevation.

Data diatas merupakan data topografi dalam bentuk angka-angka =


lalu bagaimana bentuk garfisnya, oleh karena itu kita perlu meng
IMPORT data tersebut menjadi suatu layer kedalam suatu design
file (pasti akan kita letakkan didalam design file topo karena data
adalah data topografi). MINESCAPE EXPLORER / CLICK
KURSOR DI FOLDER DESIGN FILE / CLICK ICON IMPORT

36

Pilih tab divider ASCII


Pada Input :
File name : masukkan atau pilih nama data yang akan kita import
Format ; pilih format yang sesuai dengan urutan seperti apa data kita

pake format XYZfree


Pada Output :
Design file : gambar dari data2 tersebut akan kita simpan di design file
apa. Layer : lembar kertasnya kita kasih nama apa, krn data tersebut
merupakan data2 point topografi => maka lebih baik kita kasih nama
pnt_topo

37
Default Control
Perhatikan saja 2 hal yaitu : display definition & class
Display difinision : maksudnya mau kita kasih warna apa point-point
tersebut
Class ; karena data tersebut merupakan point survey topografi maka
kita pilih point

Lalu OK
Nah berarti kita sudah mempunyai lebar kertas layer

bernama

pnt_topo yang kita simpan didesign file topo Lihat hasilnya.


Buka design file topo pilih layernya

38

b.

Menentukan luas catchmen area berdasarkan data topografi.


Buka design file yang telah ada data topografi, buat layer baru untuk luas
catchment area. Setelah data topografi telah muncul dilayer, mulailah dengan
menentukan batas catchment area dengan menggunakan toolbar segmen.

4.

Coal Processing Plant (CPP)


Coal Processing Plan atau CPP merupakan suatu departemen di PT.
Pesona Khatulistiwa Nusantara yang bertugas untuk mengelola batubara
yang ada di ROM dan stockpile. Pekerjaan yang dilakukan adalah menjaga
kondisi dan kualitas batubara agar tidak terbakar, memantau proses
pengolahan mulai dari proses crushing hingga proses barging, pengambilan
sampel yang kemudian akan diuji oleh geoservice.
a.

Menjaga kondisi dan kualitas batubara.


Batubara merupakan bahan bakar padat yang terdiri dari
senyawa karbon, hidrogen, dan senyawa-senyawa lain. Unsur
pembentuk batubara yang paling dominan adalah unsur karbon, unsur
ini berperan untuk menghasilkan panas pada saat batubara dibakar.
Sama seperti bahan bakar-bahan bakar lainnya, batubara
memiliki sifat terbakar apabila terjadi proses oksidasi baik dengan
cara dibakar ataupun oksidasi akibat bereaksi dengan oksigen di
udara. Reaksi batubara dengan oksigen yang ada diudara akan
menghasilkan panas yang sering disebut self heating dan apabila

39
pemanasan ini tidak terkontrol maka akan terjadi pembakaran spontan
yang sering disebut Spontaneous Combustion.
Untuk mengurangi kerugian akibat pembakaran spontan
dilakukan tindakan pencegahan yaitu dengan menerapkan sistem
FIFO (first in first out) dimana batubara yang pertama kali masuk
harus dikeluarkan pertama kali. Hal ini dimaksudkan untuk
mengurangi resiko penurunan dan pemanasan batubara. Namun sistem
FIFO ini tidak selalu diterapkan oleh PT. PKN karena batubara yang
akan dikeluarkan harus disesuaikan dengan permintaan pembeli.
Cara lain yang dapat dilakukan adalah dengan cara menentukan
bentuk stokcpile yang tepat. Dengan mempertimbangkan adanya
angin, PT. PKN menggunakan kemiringan stockpile yang tidak terlalu
curam, dan bagian atas permukaan stockpile diratakan dan dilakukan
pemadatan dengan tujuan agar ruang kosong didalam batubara
semakin sedikit.
Penggunaan

cairan

kimia

juga

dapat

digunakan

untuk

mengurangi adanya pembakaran spontan. Di PT. PKN sendiri


menggunakan larutan nalco yang disemprotkan ke batubara. Larutan
nalco berguna sebagai cairan penghambat oksidasi sehingga batubara
tidak mudah terbakar.
Selain mempertimbangkan bentuk stockpile dan penggunaan
cairan kimia, PT.PKN juga mempertimbangkan adanya saluran
drainase berupa paritan yang ada di sekitar stockpile. Hal tersebut

40
bertujuan untuk mengurangi jumlah air yang terdapat dalam tumpukan
batubara yang terjadi karena hujan akan mengalir ke parit dari
batubara ataupun melewati celah-celah tanah.
b.

Proses crushing dan barging


Crushing adalah proses peremukan dan penyetaraan ukuran
batubara, dimana ukuran batubara dibuat sesuai dengan permintaan
pembeli. Untuk di PKN sendiri batubara yang biasa diminta adalah
ukuran 5mm-10mm. Sedangkan barging adalah proses pengangkutan
batubara kedalam tongkang menggunakan belt conveyor yang telah
dicrushing sesuai dengan ukuran yang diminta pembeli. Berikut alur
pengangkutan batubara dari pit sampai dengan proses barging.

Gambar 1.23 Proses crushing dan barging


(Sumber: Dokumentasi Perusahaan)

41
c.

Pengambilan sampel
Pengambilan sampel dapat dikatakan baik apabila proses
pengambilan sebagian kecil contoh batubara dari suatu coal komoditi
yang besar dapat mewakili sifat-sifat batubara dalam jumlah yang
besar tersebut. Selama penulis melakukan orientasi di departemen
CPP PT.PKN, metoda pengambilan sampel yang digunakan adalah
metode non insitu sampling yaitu mengambil sampel batubara setelah
batubara tersebut berpindah tempat yang biasanya dilakukan setelah
proses penambangan. Salah satu metoda non insitu yang digunakan
adalah metoda stockpiles samples.

5.

Survey
Departemen survey bertugas melakukan pengukuran di lapangan
dengan tujuan untuk mendapatkan peta topografi terbaru yang berguna
sebagai data pendukung untuk departemen lainnya. Adapun tahapan
kegiatannya dapat dilihat pada bagan alir dibawah ini.

42

Gambar 1.24 Tahapan Kegiatan Survey


(Sumber: Dekumentasi Perusahaan)

Kegiatan survey diawali dengan melakukan pengukuran di lapangan


menggunakan alat total station Leica 06 dan prisma pantul. Dalam mengambil
data menggunakan total station letak alat total station berada hanya di satu titik
dan ditempat yang tinggi, sedangkan alat yang digunakan sebagai prisma atau
stacker itu diletakkan di titik cresh, toe, dan spot. Jarak antar titik maksimal
5meter agar data yang diambil lebih akurat. Dari kegiatan pengukuran tersebut
didapat hasil berupa data-data yang tersimpan didalam total station. Data
tersebut kemudian dipindahkan kedalam komputer untuk diolah dalam bentuk
modeling surface menggunakan software minescape. Tahapan selanjutnya
yaitu melakukan perhitungan untuk mendapatkan nilai volume dengan
menggunakan minescape. Hasil dari perhitungan tersebut dikeluarkan dalam

43
bentuk berita acara. Selanjutnya hasil dari seluruh rangkaian kegiatan tersebut
dikeluarkan dalam bentuk layout peta sebagai data pendukung untuk
pengukuran selanjutnya.

F.

Hambatan dan Penyelesaian


Hambatan pada saat pelaksanaan kegiatan PLI adalah sebagai berikut:
1.

Curah hujan yang tinggi diawal praktek lapangan menjadi faktor hambatan
untuk ke tambang, ketika curah hujan tinggi penulis menghabiskan waktu di
office untuk berdiskusi dan pengenalan software tambang.

2.

Sepinya pembeli (buyer) menyebabkan terhentinya kegiatan penambangan


kurang lebih 2 minggu. Pada saat itu penulis mengikuti kegiatan general
(unproduction) dan pelatihan software tambang (minescape) yang diadakan
oleh PT. Pesona Khatulistiwa Nusantara site KMO.

G.

Temuan Menarik
Beberapa temuan menarik dilapangan yaitu:
1.

Terjadinya peristiwa swabakar batubara yang masih didalam pit. Hal ini
dikarenakan tingginya kadar abu pada batubara yang tergolong dalam low
rank coal serta adanya proses oksidasi sehingga terjadinya proses
pembakaran.

2.

Terjadi retakan (crack) pada lereng di pit selatan KMO. Hal ini terjadi
karena tergenangnya air pada berm/catch bench sehingga materialnya
menjadi lunak dan mulai terbentuknya retakan atau crack. Apabila hal ini

44
tidak ditindaklanjuti maka dapat membahayakan operator ataupun alat yang
sedang bekerja disekitar lereng tersebut.

Gambar 1.25 Retakan pada lereng pit selatan KMO

(Sumber: dokumentasi penulis)


3.

Ditemukannya bone coal pada lapisan batubara yang merupakan material


keras menyerupai batubara. Bone coal ini tidak diproduksi karena dapat
mempengaruhi kualitas batubara namun bisa digunakan sebagai pelapis
jalan karena termasuk material yang keras.

Anda mungkin juga menyukai