Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN

POTENSI BATUBARA
DI WILAYAH PT. KELAPA GADING SEMITUNGGAL
KECAMATAN MUARA KAMAN
KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA
PROVINSI KALIMANTAN TIMUR
OLEH :
TIM EKSPLORASI
PT. KELAPA GADING SEMITUNGGAL

TENGGARONG
2005

BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang

PT. Kelapa Gading Semitunggal sebagai investor penanaman modal dalam negeri
ingin ikut berkiprah dalam peluang usaha penambangan batubara di Kabupaten
Kutai Kartanegara, sekaligus dalam rangka memperluas kesempatan berusaha dan
berusaha

sharing

dengan

masyarakat

setempat

untuk

meningkatkan

Kesejahteraan bersama. Salah satu tahapan dalam memperoleh izin penambangan


batubara adalah mengadakan peninjauan potensi batubara sehingga dapat
diketahui potensi bahan galian batubara secara umum di wilayah Peninjauan PT.
Kelapa Gading Semitunggal yang berlokasi di Kecamatan Muara kaman, Kabupaten
Kutai Kertanegara, Propinsi Kalimantan Timur.

I.2 Maksud dan Tujuan

Peninjauan potensi bahan galian batubara di wilayah PT. Kelapa Gading


Semitunggal dimaksudkan untuk memperoleh data data Geologi yang meliputi
data mengenai jenis, sifat, kualitas bahan galian batubara dan kondisi umum
daerah yang meliputi sosial-ekonomi, iklim, sarana dan prasarana, flora dan fauna
serta tataguna lahan.
Tujuan dilakukannya kegiatan peninjauan ini adalah untuk mengetahui keadaan
batubara di wilayah tersebut, sehingga dapat diketahui gambaran mengenai
penyebaran, jumlah seam, kualitas, cadangan serta keadaan umum daerah
sekitarnya. Atas dasar data tersebut maka dapat dipergunakan untuk
menentukan langkah-langkah selanjutnya untuk rencana kegiatan penyelidikan
umum, eksplorasi dan eksploitasi.
I.3 Lokasi Daerah Penyelidikan
Lokasi penyelidikan secara administratif termasuk Kecamatan Sebulu dan Muara
Kaman, Kabupaten Kutai Kartanegara, Provinsi Kalimantan Timur Penyelidikan
bahan galian batubara dilakukan di atas lahan seluas 4.731 Ha. Dengan kode

wilayah KTN 2005 055 SKIP. (batas astronomis terlampir pada lampiran izin
SKIP).
Untuk mencapai daerah tersebut dari Kota Tenggarong ke daerah SP 2 dapat ditempuh
dengan kendaraan roda dua maupun roda empat dengan kondisi jalan aspal dengan waktu
tempuh 3 jam, kemudian dilanjutkan ke lokasi peninjauan yang berlokasi di sebelah
Utara SP 2 dengan waktu tempuh 0,5 jam, Untuk mencapai lokasi lokasi singkapan
batubara dapat ditempuh dengan berjalan kaki menelusuri jalan setapak dan sungai.

I.4 Keadaan Lingkungan


Uraian tentang kondisi umum daerah penyelidikan meliputi kondisi
sosial ekonomi, iklim dan curah hujan, flora dan fauna, serta tataguna
lahan, adalah seperti berikut ini.
I.4.1 Kondisi Sosial Ekonomi
Pemukiman penduduk terletak di bagian Selatan lokasi yaitu di Desa Sidomukti,
Panca Jaya dan Manunggal daya kecamatan Muara Kaman
Mata pencaharian umumnya sebagai petani, peladang, pedagang, pegawai swasta
perkayuan dan sebagian kecil pegawai negeri. Sarana pendidikan terdiri dari 1
buah SD.
Masyarakat sekitar lokasi 85% beragama Islam, 15% beragama Kristen dengan
sarana peribadatan masjid 3 buah.
I.4.2 Iklim dan Curah Hujan

Seperti halnya wilayah lain di sekitar Kecamatan Muara Kaman mempunyai iklim
tropis. Curah hujan antara 1500 - 2000 mm per tahun, atau 8 - 9 hari hujan per
bulan. Musim penghujan dimulai bulan April - Agustus. Suhu udara rata-rata antara
25 - 27 C, perbedaan temperatur maksimum dan minimum 14 0 C, kelembaban
nisbi rata-rata 87%.

I.4.3 Topografi
Topografi daerah penyelidikan merupakan dataran dan bergelombang
perbedaan tinggi antara lembah dan puncak bukit mencapai 25 m
kemiringan relatif lereng 0 - 6. Dilihat dari perkembangan aliran sungai
lokasi, dimana jarak antar alur atau sungai telah maksimum, maka
tersebut tergolong berstadia dewasa. Tingkat pelapukan batuan di

lemah,
dengan
sekitar
daerah
daerah

penelitian cukup intensif, ditujukkan oleh ketebalan soil yang relatif tebal 1 5
m.
I.4.4 Flora dan Fauna

Jenis-jenis tumbuhan yang ada sebagian besar merupakan tanaman rawa dan
hutan sekunder yang masih muda.
Fauna yang ada dibedakan menjadi 2 (dua) macam yaitu :
- Fauna liar : babi hutan, ular, kijang, biawak, kadal, ayam hutan, dll.
- Fauna piaraan : sapi, kerbau, kambing, anjing, kucing, ayam, dll.
I.4.5 Tata Guna Lahan

Menurut Peta RTRW Propinsi Kaltim daerah penelitian masuk dalam kawasan
Budidaya Non Kesehatan (KNBK).
I.5 Waktu
Pelaksanaan

kegiatan

peninjauan

potensi

batubara

dari persiapan

sampai

pembuatan laporan berlangsung seperti pada tabeldibawah ini :


SKEDUL SURVEY PENINJAUAN
PT. KELAPA GADING SEMITUNGGAL

Juni

Juli

Rincian Kerja
18

1. Studi Pustaka

2. Persiapan lapangan

1
9

2
0

25

3
0

3
1

1 5 8

1
0

1
5

1
8

2
1

3. Penyelidikan
lapangan

4. Analisa laboratorium

5. Analisa data terpadu

6. Pembuatan Laporan

I.6 Metoda dan Peralatan


Metode penyelidikan dilakukan melalui pemetaan permukaan ( surface mapping) Batubara
yaitu dengan mengamati ciri-ciri fisik batubara, pengukuran kedudukan lapisan,
ketebalan, penyebaran, dan tebal tanah penutup overburden (OB), juga dilakukan
penelitian roof, floor, parting dan key bed untuk mengetahui pelamparan batubara.
Survei dilakukan dengan menyusuri aliran-aliran sungai dan jalan untuk mencari
singkapan-singkapan batubara (outcrop).

Data Geologi ini akan membantu dalam penentuan seam dan korelasi
singkapan batubara serta berguna dalam kegiatan eksplorasi dan eksploitasi
batubara di daerah ini selanjutnya.
Peralatan yang dipergunakan dalam kegiatan peninjauan ini terdiri dari
- GPS 2 buah, kompas geologi 2 buah, palu geologi 2 buah, loupe 2 buah, peta
topografi skala 1 : 52.200 20 lembar, pita ukur 2 buah, tongkat Jacobs 2
buah, kamera 2 buah dan peralatan tulis
- Alat penggali seperti : cangkul, linggis, blincong masing-masing 3 buah
- Parang, gergaji dan alat-alat potong masing-masing 3 buah
I.7 Pelaksana

Personil pelaksana Peninjauan potensi batubara PT. Kelapa Gading Semitunggal di


Kecamatan an Muara Kaman, Kabupaten Kutai Kartanegara ini terdiri :
1. Ketua tim merangkap Geologist = 1 orang
2. Geologist = 2 orang
3. Surveyor = 3 orang
4. Tenaga lokal = 16 orang
BAB II
GEOLOGI
II.1 Geologi Umum
Geologi regional di sekitar daerah penelitian termasuk dalam Cekungan Kutai yang
secara tektonik terpisah dari Cekungan Tarakan oleh Punggungan Mangkalihaat di bagian
Utara, di bagian Barat dibatasi Tinggian Kuching berumur Pra-Tersier; yang merupakan
inti benua Pulau Kalimantan. Cekungan ini di bagian Selatan terpisah dari Cekungan
Barito oleh Punggungan Patermoster. Di bagian Timur cekungan terbuka sampai Selat
Makasar.

Cekungan

Kutai

ditafsirkan

terjadi

karena

adanya

gerak

pemisahan Kalimantan dan Sulawesi pada akhir Kapur - Paleogen Awal (Samuel dan
Muchsin, 1975).

Sedimen-sedimen Tersier yang terendapkan di Cekungan Kutai bagian


Timur sangat tebal dengan fasies pengendapan yang berbeda-beda, namun
demikian keseluruhan lapisan sedimen memperlihatkan siklus transgresiregresi
seperti halnya banyak cekungan lain di Indonesia bagian Barat (Schlumberger,
1986).
Urutan regresif Cekungan Kutai dari lapisan-lapisan klastik deltaik hingga paralik
mengandung banyak lapisan batubara dan lignit, sehingga merupakan kompleks delta yang
terdiri dari siklus endapan delta. Tiap siklus dimulai dengan endapan paparan delta
(delta plain) yang terdiri dari endapan rawa ( swamp), endapan alur sungai (channel),
gosong sungai (point bar), tanggul-tanggul sungai (natural levee) dancreavase splay.
Ditempat yang lebih dalam diendapkan sedimen delta front dan prodelta.
Selanjutnya

terjadi

transgresi,

paparan

delta

kembali

di

atas

endapan delta

front dan prodelta. Siklus-siklus endapan delta ini terlihat jelas di Cekungan Kutai dari
Eosen - Tersier Muda, progadasi dari arah Barat - Timur, yang ditandai oleh

pengendapan Formasi Pulau Balang, Formasi Bebulu, Formasi Balikpapan, Formasi


Kampung Baru dan endapan delta Mahakam yang berumur Kuarter
II.1.1. Urutan Stratigrafi
Urutan stratigrafi regional dari formasi yang tertua sampai yang termuda seperti
teruraikan seperti berikut di bawah ini :
Formasi Pemaluan
Formasi ini memperlihatkan ciri litologi serpih dengan sisipan batupasir kuarsa dan
batubara. Berbeda dengan formasi-formasi sedimen Tersier yang lebih tua, Formasi
Pemaluan tersingkap pada daerah yang luas, menempati daerah topografi rendah.
Berdasarkan kandungan fosil pada serpih, menunjukkan lingkungan pengendapan litoral
sublitoral. Umumnya tidak lebih tua dari Oligosen. Singkapan Formasi Pemaluan yang
bagus teramati di daerah Sumberbatu, sebelah Tenggara Kota Bangun. Di daerah ini
tersingkap sebagai inti dari antiklin Senoni.
Litologi terdiri dari serpih berwarna abu-abu - abu-abu kehitaman dengan sisipan
batubara setebal 10 cm dan lignit setebal 30 cm. Kearah atas ditemukan sisipan
batupasir halus berselingan dengan batulanau, berstruktur laminasi silang-siur dan
sejajar. Di jumpai juga batupasir halus, bersisipan dengan serpih abu-abu, berlaminasi
sejajar. Di atasnya teramati batupasir berwarna putih kekuningan, berukuran halus sedang, dengan struktur laminasi silang-siur dan sejajar. Di atasnya terendapkan
batugamping anggota Formasi Bebulu.
Dari litologi penyusun Formasi Pemaluan yang tersingkap di daerah Sumberbatu terlihat
bahwa bagian bawah formasi ini diendapkan dalam lingkungan delta plain yaitu dengan
dicirikan adanya batubara. Kemudian terjadi regresi, lingkungan berubah menjadi pantai
dan diendapkan pasir pantai dan kemudian laut dangkal dengan diendapkannya
batugamping Formasi Bebulu. Formasi Pemaluan mempunyai hubungan menjari dengan
Formasi Bebulu (S. Supriatna Dkk, 1995).
Formasi Pulau Balang
Di atas batugamping Formasi Bebulu diendapkan Formasi Pulau Balang, formasi ini
dicirikan oleh perselingan batupasir, batulanau dan serpih. Formasi ini dapat dibedakan
dari Formasi lainnya karena perlapisannya sangat bagus dan relatif lebih resisten

terhadap pelapukan dibandingkan formasi-formasi lain, sehingga mudah dikenal dari


citra satelit.
Di Pulau Balang, formasi ini terdiri dari perselingan batupasir, batulanau dan serpih.
Batupasir berbutir halus sampai sedang, keras; di dalam batupasir ditemukan bolder
berdiameter 0,5 m dan lensa-lensa terdiri dari fragmen kecil lignit yang membentuk
struktur silang-siur. Kearah atas ditemukan batupasir halus dengan laminasi silang-siur,
berselingan dengan serpih keras berstruktur laminasi sejajar. Kemudian batupasir halus
dengan sisipan konglomerat yang berfragmen ukuran 5 40 cm, fragmen batubara
berwarna hitam ditemukan dalam konglomerat tersebut, di atasnya ditemukan
batugamping tipis.
Dengan ditemukannya fragmen batubara menunjukkan adanya pengangkatan di daerah
Barat dan endapan batubara berumur tua tererosi, terendapkan kembali pada Formasi
Pulau Balang. Pengangkatan ini menyebabkan terjadinya progradasi delta ke Timur pada
Miosen Tengah.
Di Desa Pemaluan, di atas batugamping Bebulu ditemukan batupasir halus berwarna abuabu, mudah diremas; di atasnya dijumpai batupasir kuarsa halus dengan struktur silangsiur dalam dua arah (herringbone cross stratification ). Adanya silang siur dalam dua
arah ini menunjukkan endapan tidal facies, juga ditemukan batulempung yang berwarna
abu-abu dengan struktur sedimen retak-retak ( dessication crack) yang menunjukkan
batulempung tersebut terendapkan langsung di atas air, serta dijumpai ripple

mark dan burrow yang menunjukkan lingkungan laut dangkal.


II.1.2 Cekungan Kutai
Cekungan Kutai merupakan cekungan yang sangat dalam, ke arah Selatan dibatasi
Cekungan Barito oleh sesar berarah Baratlaut Tenggara yang disebut sesar Adang. Ke
arah utara di batasi oleh Pegunungan Mangkalihaat. Menurut Rose R dan Hartono P
(1978), Cekungan Kutai terjadi karena pemekaran berarah Baratdaya Timurlaut.
Terbukanya Selat Makasar pada kala Eosen menyebabkan Cekungan Kutai ideal sebagai
pengendapan sedimen. Cekungan Kutai dapat dibagi menjadi 3 (tiga), yaitu :
1. Cekungan Kutai bagian Barat, merupakan daerah rendah, sebagian besar
tertutup rawa, danau dan aluvial, menandakan daerah ini masih bergerak
turun.
2. Antiklinorium Samarinda merupakan antiklin sempit, memanjang berarah
Timurlaut Utara Baratdaya Selatan. Terjadi kemungkinan karena

adanya shale

diapire dan

juga

karena

pergerakan-pergerakan

sesar

mendatar di basement.
3. Cekungan Kutai bagian Timur.
Beberapa sesar dapat diinterpretasikan dari citra satelit, antara lain sesar mendatar
dekstral di Utara Baratdaya. Sesar naik terlihat di Bukit Mangkujenang di sebelah
Tenggara Samarinda. Sesar ini berarah Timurlaut Baratdaya, sejajar perlapisan.
Bidang sesar miring ke arah Timur, Formasi Pulau balang terangkat ke atas sehingga
terletak di atas Formasi Balikpapan yang lebih muda.
Sedimen terlipat lemah sedang dengan kemiringan sekitar 10 - 30. Perlipatan
memanjang dalam arah Baratdaya Timurlaut. Terdapat sinklin besar dengan dua sisi
landai dan antiklin kecil dengan sisi landai sedang. Dua sinklin besar adalah sinklin
Bahulak di Timur Kota Bangun dan sinklin Jonggon di Barat Tenggarong, dengan
kemiringan sayap 10 - 20.
Beberapa antiklin yang dipotong oleh Sungai Mahakam dari Barat ke Timur adalah
sebagai berikut :
1. Antiklin Tenggarong, merupakan antiklin tegak mempunyai kemiringan di
kedua sisinya 80.
2. Antiklin Margasari, merupakan antiklin asimetri, sisi barat kemiringan
17 dan sisi Timur 44.
3. Antiklin Muara Kaman, merupakan antiklin menunjam di Selatan Mahakam
kemiringan sisi Timur 70.
II.1.3 Pola Struktur Cekungan Kutai
Pola struktur Cekungan Kutai, berupa antiklinorium yang seluruhnya cekungan berarah
Utara Timurlaut - Selatan Baratdaya dan secara keseluruhan berubah relatif Timur
Barat pada tepi bagian Utara Cekungan Kutai.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan pola struktur di atas dihubungkan
dengan pengangkatan Tinggian Kuching di bagian Barat. Gupta (1988) menyebutkan
bahwa pola tersebut dikendalikan oleh tektonik kompresi regional yang berarah Timur
Barat.

II.2 Geologi Daerah Penyelidikan


Susunan stratigrafi daerah penyelidikan didasarkan pada ciri ciri litologi batuan
yang tersingkap kemudian dikompilasikan dengan peta geologi lembar Samarinda.
Batuan yang tersingkap pada daerah peninjauan adalah batupasir, batulempung
dengan sisipan batubara dan dapat dikelompokkan ke dalam formasi Pulau Balang
dan Pemaluan. Batupasir ini mempunyai kedudukan N 210 E/ 170, Batupasir
mempunyai penyebaran di bagian Timur dan Selatan daerah penyelidikan
sedangkan batulempung mempunyai penyebaran di bagian Barat dan Utara daerah
penyelidikan. Struktur geologi yang berkembang adalah Homoklin

II.3 Penyelidikan terdahulu


Penyelidikan geologi sebelumnya di daerah Sebulu dan Muara Kaman antara lain
oleh Supriyatna dari P3G Bandung dalam rangka pembuatan peta geologi lembar
Samarinda pada tahun 1990.
Samuel dan Muchsin (1975), membahas tentang urutan stratigrafi sedimen
tersier dengan fasies pengendapannya di Cekungan Kutai. Rose R dan Hartono
(1978) menguraikan tentang evolusi tektonik Cekungan Kutai. Bukit Baiduri
Enterprise (1978) meneliti tentang kandungan batubara meliputi penyebaran,
kualitas maupun jumlah cadangannya. Allen GP Coadou (1984) menjelaskan
tentang siklus pengendapan Cekungan Kutai.
Schlumberger (1986) menguraikan tentang siklus transgresi dan regresi endapan
delta, endapan rawa, endapan sungai di Cekungan Kutai. Gupta (1988)
menggambarkan pola struktur dan analisa tektonik Cekungan Kutai. Supriatna
dkk (1995) menjelaskan hubungan antar formasi, siklus pengendapan dan
cekungan pengendapan dari Cekungan Kutai.
BAB III
KEGIATAN PENYELIDIKAN

III.1. Penyelidikan Sebelum Lapangan


Rangkaian kegiatan ini berupa persiapan sebelum turun ke lapangan seperti pengumpulan
data berupa penyediaan peta dasar, peta topografi dan peta geologi regional yang telah
tersedia untuk kegiatan lapangan dengan skala 1 : 104.400 dengan perbesaran skala 1 :
52.200, penyediaan peralatan lapangan berupa kompas geologi, GPS Garmin 12 CX, palu

geologi, kamera, tongkat Jacob,s, pita ukur, roll meter, handie talkie, topi lapangan,
sepatu safety, tas lapangan, kantong plastik sampel batubara dan seluruh kebutuhan alat
tulis dan keperluan pribadi lainnya serta pengevaluasian data-data sekunder.
III. 2. Penyelidikan Lapangan
Tahap Kerja Lapangan dengan metode pemetaan permukaan ( surface mapping) Batubara
yaitu dengan mengamati ciri-ciri fisik batubara, pengukuran kedudukan lapisan,
ketebalan, penyebaran, dan tebal tanah penutup overburden (OB), juga dilakukan
penelitian roof, floor, parting dan key bed untuk mengetahui pelamparan batubara.
Ketebalan batubara dapat diukur langsung dilapangan jika roof dan floordiketahui,
sedangkan yang tidak tersingkap semua dilakukan test pit dan trenching untuk
mengetahui roof dan floor serta ketebalannya. Survey dilakukan dengan menyusuri
aliran-aliran sungai dan jalan untuk mencari singkapan-singkapan batubara ( outcrop).

Pemetaan Geologi permukaan juga dilakukan dengan tujuan mendapatkan variasi


dan sebaran litologi serta struktur geologi. Data Geologi ini akan membantu
dalam penentuan seam dan korelasi singkapan batubara serta berguna dalam
kegiatan eksplorasi dan eksploitasi batubara di daerah ini selanjutnya.
Data hasil Peninjauan diolah dan di evaluasi untuk mengetahui pola
penyebaran seam batubara, cadangan batubara yang selanjutnya dapat digunakan
untuk penentuan areal prospek (Prospecting Area) untuk permohonan atau usulan
daerah Kuasa Pertambangan (KP) Penyelidikan Umum.
III.3. Analisa Kualitas Contoh
Analisa kualitas contoh dimaksudkan untuk mengetahui kandungan, sifat-sifat fisik dan
kimia batubara meliputi : kandungan abu, Karbon (C), Belerang (S), kandungan air, HGI
dan nilai kalorinya.
Pengambilan contoh dilakukan pada singkapan yang segar dan insitu. Analisa contoh
kualitas dilakukan di Laboratorium PT. Sucofindo dengan metode Proximate.
III.4. Pengolahan Data
Berdasarkan data yang diperoleh dari pemetaan geologi, tahap selanjutnya dilakukan
pengolahan data yang meliputi seluruh aspek-aspek geologi yang ada. Dari seluruh data
yang diperoleh di lapangan kemudian di plotkan pada peta skala 1 : 60.000 secara
keseluruhan

dan

membuat

pola

sebaran

batubara

berdasarkan

korelasi

data

berdasarkan roof, key bed dan floornya dengan juga mempertimbangkan kondisi
topografi, kontur struktur dan stratigrafinya. Berdasarkan hasil analisa diperoleh seam
seam batubara beserta jalurnya dan cadangannya dihitung berdasarkan rumus :

C = P x t x Dd x Bj
Keterangan :
C : Cadangan batubara
P : Panjang strike penyebaran batubara (m)
T : Tebal Batubara
Bj : Berat jenis batubara (1,3)
Dd : Down dip / Lebar batubara kearah kemiringannya berdasarkan

cross section

BAB IV
HASIL PENYELIDIKAN
IV.1. Geologi

Hasil penyelidikan yang dilakukan didaerah penyelidikan ditemukan 3


singkapan batubara. Secara umum di bagian Barat KP arah strike menunjukkan
pola Timurlaut - Baratdaya (N 21 0 E) dengan kemiringan berkisar antara 17
sampai 23 derajat dan tebal batubara 0,25 2.15 meter, kemudian strike
berbelok dengan arah umum Barat Timur di sebelah Timur KP mengikuti kotak
konsesi yang berarah Barat Timur, diinterpretasikan adanya perubahan arah
strike batubara ini karena adanya struktur geologi yang berkewrja di daerah
tersebut. Hasil penyelidikan dan pencarian singkapan dapat dilihat pada
lampiran peta.
Dari data hasil penyelidikan singkapan batubara dan dikorelasikan dengan
hasil interpreasi kedudukan singkapan batubara serta posisi singkapan di
lapangan maka didarah penyelidikan dapat dilakukan penarikan seam batubara
menjadi 2 seam yaitu dari tua ke muda Seam A dan B. Lokasi penyebaran
singkapan dan penarikan seam batubara dapat dilihat pada lampiran peta. Data
singkapan pendukung untuk penarikan seam batubara dapat dilihat pada tabel 3.1.
Tabel 3.1. Singkapan Pendukung Seam Batubara
Nomor

Seam

Nomor Singkapan Batubara

OC 02

OC 01, OC 3

IV.2. Hasil Analisa Kualitas

Dari 3 Singkapan batubara yang ditemukan, diambil 3 contoh ( sample)


batubara selama peninjauan ini dan dianalisa kualitasnya di Laboratorium PT.
Sucofindo. Contoh yang diambil belum bisa mewakili semua seam batubara yang
ada dan akan di detailkan pada tahap penyelidikan umum dan contoh ini diambil
dalam keadaan segar (fresh sample) untuk mencegah oksidasi dan pengotoran
karena lapuk dan memiliki ketebalan > 1 meter. Untuk pengambilan contoh ini
dilakukan pada lokasi trenchingsingkapan batubara.

KODE SAMPLE

OC 1

OC 2

OC 3

Seam B

Seam A

Seam A

Inherent Moisture

2.4

6.6

6.8

Total Sulphur

1.47

1.26

0.48

Kalori

8012

7105

7158

PARAMETER

IV.3. Estimasi Cadangan Tereka

Berdasarkan penarikan pelamparan horisontal dan ketebalan singkapan


pendukung masing masing seam dapat dihitung volume cadangan batubara
dengan pelamparan ke bawah (down dip) 50 meter, 100 m dan 150 meter dengan
asumsi pelamparan serta ketebalan kontinyu. Mengingat kemiringan lapisan ( dip)
batubara yang landai agak landai serta banyak singkapan yang belum tembus
ke floor batubara maka ketebalan yag dipakai adalah tebal maksimum yang
terukur.
Dari tabel perhitungan cadangan, daerah penyelidikan memiliki cadangan tereka
berdasarkan klasifikasi cadangan standarAustralia dan Amerika (USGS) dimana

jarak antara titik titik pengamatan atau singkapan tidak melebihi 2 km maka
cadangan terekanya (indicated reserved) adalah sebagai berikut :
Dengan down dip 50 meter, cadangan batubara sebesar 3.814.200 ton
Dengan down dip 100 meter, cadangan batubara sebesar 7.628.400 ton
Dengan down dip 150 meter, cadangan batubara sebesar 11.442.600 ton
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

Setelah dilakukan evaluasi data hasil penyelidikan di wilayah Peninjauan PT.


Kelapa Gading Semitunggal luas areal 4.731 Ha diperoleh 3 singkapan batubara
dengan ketebalan 0.25 2.15 meter yang mewakili 3 seam batubara.
Berdasarkan pada morfologi, stratigrafi, struktur geologi daerah penyelidikan
perlu penyelidikan lebih detail pada tahap penyelidikan umum mengingat minimnya
singkapan yang didapat. Mengacu pada formasi batuan dan didukung dengan hasil
analisa kualitas, lapisan batubara di daerah penyelidikan masuk dalam Formasi
Pulau Balang dan Formasi Pemaluan. Dari hasil analisa contoh batubara diperoleh
nilai kalori batubara 7105 - 8012 cal/g (adb).
Dari tabel perhitungan cadangan, daerah penyelidikan memiliki cadangan tereka
berdasarkan klasifikasi cadangan standarAustralia dan Amerika (USGS) dimana
jarak antara titik titik pengamatan atau singkapan tidak melebihi 2 km maka
cadangan terekanya (indicated reserved) adalah sebagai berikut :
Dengan down dip 50 meter, cadangan batubara sebesar 3.814.200 ton
Dengan down dip 100 meter, cadangan batubara sebesar 7.628.400 ton
Dengan down dip 150 meter, cadangan batubara sebesar 11.442.600 ton

Anda mungkin juga menyukai