Anda di halaman 1dari 17

BAB 2

TINJAUAN UMUM
2.1 Sejarah PT Rinjani Kartangara
2007 : melakukan studi kelayakan, dari distamben kukar
2009 : memperoleh izin amdal, dari bupati Kukar
2009 : memperoleh izin usaha pertambangan (IUP) operasi produksi
seluas 1.933 Ha, dari bupati Kukar
2011 : memperoleh izin pinjam pakai kawasan hutan ( IPPKH), dari
menteri kehutana republic Indonesia.
2.1.1 Data Umum Perusahaan
1. Nama
: PT Rinjani Kartanegara (persero), Tbk
2. Alamat
: Jalan gerbang dayaku RT 10 Desa Bakungan,
Kecamatan Loa Janan, Kabupaten Kutai
Kartanegara, Provinsi Kalimantan Timur
3. Telepon
: 727-111-4
4. Website : http://www.ptrinjani.com

2.2 Lokasi dan Konsensi Kerja PT Rinjani Kartanegara


Lokasi izin usaha pertambangan (IUP) operasi produksi PT.
Rinjani Kartanegara dapat dicapai melalui jalan darat dengan
menggunakan kendaraan roda empat dari tenggarong ke desa
bakungan (lokasi stock pile PT Rinjani Kartanegara dengan waktu

tempuh 45 menit dengan kondisi jalan beraspal, jika melalui jalan


rute samarinda lokasi stock pile PT Rinajani Kartanegara dengan
waktu tempuh 1 jam 15 menit dengan kondisi jalan aspal dan sedikit
berlubang. Kemudian dari stock pile PT Rinjani Kartanegara menuju
pit/ tambang melalui jalan hauling( pengangkutan), kondisi jalan
berupa jalan tanah dan setempat sudah dilakukan pengerasan dengan
batu split, berjarak 31 Km dan waktu tempuh 60 menit.

Gambar 2.1 peta lokasi penelitian

2.3 Geologi
2.3.1 Keadaan Geologi Umum

Secara geografis, daerah telitian termasuk dalam


cekungan kutai. Sejak oligosen, cekungan kutai telah dipisahkan oleh
cekungan tarakan dan punggunungan mangkalihat. Kemudia sejak
miosen tengah cekungan ini dipisahkan kembali oleh pembentukan
cekungan barito di bagian selatan dan punggungan paternoster. Bagian
barat dari cekungan kutai dibatasi oleh tinggian kuchng (mosset. Al,
2000), dan di bagian timur dibatasi oleh cekungan Makassar utara
(nuey, 1987)

Gambar 2.2 fisiografi Kalimantan

Supriana dan rustandi (1981), menyebutkan secara fisiografi


cekungan kutai dapat dibagi menjadi tiga zona, yaitu :
1. Rawa-rawa, yang berada di bagian darat
2. Pegunungan bergelombang antiklinorium saarinda, yang berada
di bagian tengah.
3. Delta Mahakam, yang berada di bagian timur.

Gambar 2.3. fisiografi regional cekungan kutai menurut supriatna dan


rustandi (1981).

2.3.2 Struktur Geologi


Menurut S. Supriatna, Sukandi dan E Rustandi, struktur yang
dapat diamati di lembar samarinda berupa lipatan antiklinorium dan
sesar, lpatan umumnya berarah timur laut- barat daya, dengan sayap
lebih curam di bagian tenggara, formasi pamaluan, bebuluh dan
Balikpapan sebagian terlipat kut dengan kemiringa antara 40- 75 o.
batuan yang lebih muda seperti formasi kampong baru pada umumnya
terlipat lemah. Di daerah ini terdapat tiga jenis sesar, yaitu sesar naik,
sesar turun, dan sesar mendatar. Sesar naik diduga terjadi pada miosen
akhir yang kemudian terpotong oleh sesar mendatar yang terjadi
kemudian sesar turun terjadi pada kala pliosen.
Samuel dan

muchsin (1975), menyatakan bahwa secara tektonik

cekungan kutai terpisah dari cekungan tarakan oleh punggungan


mangkalihat di bagian utara, di bagian barat dibatasi oleh tinggian
kuching berumur pra-tersier yang merupakan inti dari benua
Kalimantan. Cekungan ini terpisah dari cekungan barito di bagian
selatan oleh punggungan paternoster. Di bagian timur, cekungan ini
terbuka sampai selat Makassar dimana sedimen-sedimen tertransport

dan diendapkan. Adanya gerakan pemisahan dari Kalimantan dan


Sulawesi pada akhir kabur hingga paleogen awal menyebabkan
terbentuknya cekungan kutai.
Berasarkan penjelasan diatas, maka daerah telitian berada di dalam
cekungan kutai dengan beberapa tinggian sebagai pemisah dengan
cekugan yang lain, tepatnya di sinklin mnunjam yan termasuk dalam
zona antiklinorium samarinda dengan arah penunjaman relativ kearah
utara- timurlaut.

Gambar 2.4 . Geologi Regional Lembar Samarinda, Kalimantan


Timur.

2.3.3 Stratifrafi
Supriatna, Sukandi dan E. Rustandi (1995) melakukan pemetaan
geologi yang menghasilkan peta geologi permukaan lembar
samarinda, Kalimantan dengan skala 1: 250.000 (gambar 2.5).

stratigrafi regional cekungan Kutai yang terlihat dari kolom stratigrafi


pada peta geologi lembar Samarinda, Kalimantan adalah sebagai
berikut :
1. Qa : Aluilum : kerikil, pasir dan lumpur terendapkan dalam
lingkungan sungai, rawa, delta dan pantai
2. Tpkb : formasi kampong baru : batuasir kuarsa dengan sisipan
lempung, serpih, lanau dan lignit, pada umumnya lunak, mudah
hancur. Batupasir kuarsa, putih,setempat kemeranahan atau
kekuningan,

tidak

berlapis

mudah

hancur,

setempat

mengandung apisan tipis oksid besi atau konkresi, tifan


lanauan, dan sisipan abtupasir dan konglomeratan atau
knglomerat dengan komponen kuarsa, kalsedon, serpih merah
danlempeng dianeternya 0,5 1 m, udah lepas, diduga berumur
miosen akhir- pilo plistosen. Lingkungan pengendapan delta,
laut dangkal, tebal lebih dari 500 m. formasi ini menindih
selaras dan setempat tidak selaras terhadap formasi Balikpapan.
3. Tmbp : formasi Balikpapan : perselingan batupasir dan
batulempung dnhan sisipan lanau, serpih, batugamping dan
batubara. Batupasir kuarsa, putih kekuningan, tebal lapisan 1- 3
m. disisipi lapisan batubara, tebal 5- 10 cm. barupasir
gampingan, coklat, berstruktur sedimen lapisan bersusun dan

silang siur, tebal lapisan 20 40 cm. mengandung foraminifera


kecil, disispi lapisan karbon. Lempung kelabu kehitaman
setempat mengandung lensa- lensa batupasir gampingan. Lanau
gampingan berlapis tipis, serpih kecoklatan. Berlapis tipis,
batugamoing pasiran mengandung foraminifera besar. Moluska
menunjukan umur miosen akhir bagian bawah- miosen tengah
bagian atas. Lingkungan pengendapan perengan paras deltaataran delta tebal 1000 1500 meter.
4. Tmpb : formasi pulau balang : perselingan antara greywake
dan

batupasir

kuarsa

dengan

sisipan

batugamping,

batulempung, batubara, tuf dan dasit. Batupasir greywake,


kelabu kehijauan, padat, tebal lapisan antara 50 100 cm.
batupasir kuarsa, kelabu kemerahan, setempat tufan dengan
gampingan. Tebal lapisan antara 15 60 cm. batugamping,
coklat muda kekuningan, mengandung foraminifera besar,
batugamping ini terdapat sebagai sisipan atau lensa dalam
batupasir kuarsa, tebal lapisan antara 10- 40 cm. di S. Loa Haur,
mengandung foraminifera besar antara lain austrotrilina
howchini, borealis sp. Lepidodcyclina sp. Miogypsina sp,
menunjukan

umur

miosen

tengah

dengan

lingkungan

pengendapan laut dangkal. Batulempung, kelabu kehitaman,

tebal lapisan 1 2 cm. setempat berselingan dengan batubara,


tebal ada yang mencapai 4 m. tufa dasit, putih merupakan
sisipan dalam batupasir kuarsa.
5. Tmb : formasi bebuluh : batugamping terumbu dengan sisipan
batugamping pasiran dan serpih. Wena kelabu, padat,
mengandung foraminifera besar, berbutir sedang. Setempat
batugamping menghablur, kekar tak beraturan. Serpih, kelabu
keciklatan berselingan dengan batupasir halus kelabu tua
kehitaman. Foraminifera besar yang dijumpai antara lain :
lepidocylina

sumatransis

BRADY,

miogypsina

sp,

miogypsinaides sp, operculina sp, menunjukan umur miosen


awal miosen tengah. Lingkungan pengendapan laut dangkal
dengan ketebalan sekitar 300 m. formasi bebuluh tertindih
selaras oleh ormasi pulai baling.
6. Tomp : formasi pamaluan : batupasir kuarsa dengan sisipan
batulempung, serpih, batugamping, dan batulanau, berlapis
sangat baik. Batupasir kuarsa merupakan batuan utama, kelabu
kehitaman- lecoklatan, berbutir halus- sedang, terpilah baik,
butiran membulat membulat tanggung, padat, karbonan dan
gampingan. Setempat dijumpai struktur sedimen silang-siur dan
perlapisan sejajar. Tebal lapisan antara 1 2 m. batulempung

tebal, rata-rata 45 cm. serpih, kelabu keciklatan-kelabu tua,


padat, tebal sisipan antara 10 2- cm. batugamping kelabu,
pejal, berbutir sedang- kasar seempat berlapis dn mengandung
foraminifera besar. Batulanau kelabu tua kehitaman. Formasi
pamaluan merupakan batuan paling bawah yang tersingkap
dilembar ini dan bagia atas formasi ini berhubungan menjemari
dengan formasi bebuluh. Tebal formasi lebih kurang 2000 m.

Gambar 2.5 kolom stratigrafi pada peta geologi lembar samarinda.

2.5. Kegiatan Penambangan


2.5.1. Pembersihan Lahan ( Land Clearing )
Kegiatan land clearing merupakan kegiatan pembersihan lahan
dimana daerah yang akan ditambang akan di bersihkan mulai dari
semak belukar hingga pepohonan yang sangat besar. Alat yang
digunakan yaitu dozer D6R.

2.5.2 Pengupasan dan Pemindahan Tanah Pucuk ( Topsoil )


Tujuan dari pengupasan dan pemindahan tanah pucuk yaitu adar
tidak menghilangkan unsure tanah asli yang akan digunakan untuk
kegiatan revegetasi dan reklamasi.

2.5.3. Pengupasan Tanah Penutup (Overburden Removal)


Overburden removal dilakukan dengan tujuan agar dapat
berlangsungnya proses coal getting. Kegiatan pemberaian dan
pembongkarannya dimulai dari batuan yang keras dengan melakukan

peledakan, yang kemudian dilanjutkan dngan kegiatan penggalian


(excavating) menggunakan excavator.
Alat Top Soil dan OB REMOVAL
Hitachi EX 1200
Liebher R984C-22
Caterpillar CAT 775
GRADER 14 M
WATER TRUCK 20 KL

Jenis
Excavator
Excavator
Dump Truck
Support
Support

Tabel 2.1. Populasi Unit OB Removal dan Top Soil

2.5.4. Peledakan ( Blasting )


Kegiatan peledakan sebagai salah satu usah stripping
overburden dikarenakan batuan yang keras dan sulit digali. Jika
digunakan alat mekanis makan alat akan cepat aus sehingga
digunakanah teknik peledakan sehingga dapt mengurangi biaya. Hasil
dari suatu peedakn sangat tergantung dari geometri peledakan dan
pola pemboran dan peledaka serta bahan peledak. Pola peledakan
yang digunakan di PT Rinjani Kartangara yaitu box cut dengan baha
peledak ANFO.

2.5.5. Pembersihan Batubara ( Coal Cleaning ) dan


PengambilanBatubara ( Coal Getting )
Kegiatan coal cleaning merupakan kegiatan pengambilan
batubara, akan tetapi sebelum dilakukan coal getting perlu dilakukan
coal cleaning dengan tujuan untuk membersihkan barubara dari
pengotor (parting) akibat dari pengendapan air permukaan maupun air
permukaan. Peralatan yang digunakan untuk coal cleaning yaitu
excavator Komatsu PC 200 dan untuk coal gettingnya menggunakan
excavator Hitachi Zaxis 350, yang kemudian akan di angkut
menggunakan Dump Truck Hino 260 FM.

2.5.6. Pengangkutan Batubara ( coal hauling )


Setelah coal cleaning. Kegiatan yang dilakukan yaitu coal
hauling. Kegiatan pengangkutan batubara ini akan dibawa dari lokasi
pit dan langsung menuju stockpile yang kemudian akan diloah di unit
pengolahan atau coal hauling processing plant. Jarak tempuh dari
lokasi pit ke stockpilie 32 km dengan waktu tempuh 1 jam lebih
menuju CHPP. Alat mekanis yang digunakan untuk coal hauling yaitu
Dump Truck Hino 260 FM dengan kapasitas vessel 25 ton.

2.5.7. Pengolahan Batubara ( Coal Processing )


Coal processing meupakan kegiatan pengolahan batubara yang
dimulai dari penumpukan batubara di stockpile (run of mine). Di PT
Rinjani Kartanegara terdiri dari Stockroom 1 dan Stockroom 2 yang
total kapasitasnya 110.000 ton. Peralatan yang medukung coal
processing ini yaitu Komatsu PC 200, Hyundai 330, Hyundai 331,
Caterpillar Dozer D85SS dan Dozer D6R. selanjutnya batubara dari
Stockroom 1 akan di transport dengan Excavator ke hopper untuk di
crushing. Hasil crushing batubara berupa produk batubara dengan
diameter berukuran 50 mm, yang kemudian masuk ke stacking
conveyor dan dibawa menuju corong (chute) dan akan keluar di Stock
Rom 2 tempat penumpukan batubara hasil crushing sebelum batubara
tersebut dipindah ke tongkang dengan kapasitas 30000 ton.
Untuk mengurangi debu pada saat proses crushing, PT Rinjani
Kartanegara menggunakan penyaring debu dan penyemprotan air.
Selama proses pengolahan adapun analis surveyor dari CCI untuk
mengetahui kualitas batubara dengan berbagai parameter tertentu
sebelum ditumpuk di crushed coal processing dan sebelum
dipindahkan ke tongkang (barge).

2.5.8. Reklamasi ( Reclamation )


Reklamasi merupakan kegiatan yang dilakukan untuk
memperbaiki atau memulihkan kembali lahan yang rusak sebagai
akibat

dari kegiatan industri pertambangan agar dapat berfungsi

secara optimal sesuai dengan kemampuan lahannya. Salah satu


kegiatan reklamasi yaitu revegetasi atau penghijauan yaitu proses
penanaman kembali lahan bekas tambang dengan tanaman yang
hamper sama sesuai dengan tanaman pada saat tambang belum
dibuka.

Anda mungkin juga menyukai