Anda di halaman 1dari 11

BAB II

GAMBARAN UMUM LOKASI

2.1

Lokasi dan Kesampaian Daerah Penelitian


Lokasi penambangan PT. BERAU COAL yang akan dijadikan sebagai daerah
Kerja Praktek adalah di lokasi tambang BMO (Binungan Mine Operation). Lokasi
tambang Binungan ini secara administratif terletak di Desa Pegat Bukur, Kecamatan
Sambaliung, Kabupaten Berau, Kalimantan Timur. Berjarak 35 km dari Kota Tanjung
Redeb. Sedangkan secara geografis terletak pada koordinat 117o 35 02 117o 37 03
BT dan 02o 02 35 02o 04 37 LU (Gambar 2.1)
Untuk mencapai lokasi kerja praktek dapat di tempuh dengan menggunakan jalur
transportasi udara (pesawat) dengan rute sebagai berikut :
1

Ternate - Makasar
Ternate - Makasar dapat di tempuh dengan menggunakan pesawat udara dengan
waktu tempuh 1 jam 45 menit.

Makasar - Balikpapan
Makasar - Balikpapan dapat di tempuh dengan menggunakan pesawat udara
55 menit.

Balikpapan - Tanjung Redep


Balikpapan-Tanjung Redep dapat di tempuh dengan menggunakkan kendaraan
roda empat (mobil) dan roda dua dengan waktu tempuh kurang lebih 5 jam.

Tanjung Redep PT. BerauCoal


Untuk menuju ke Site Binungan dapat di tempuh melalui dua jalur, yaitu jalur

darat dan jalur sungai. Untuk jalur sungai dapat di tempuh 45 menit dengan
menggunakan speed boat dari dermaga HO Tanjung Redeb melintasi Sungai Kelai.
Sedangkan melalui jalur darat dapat ditempuh

1.5 jam dengan menggunakan

kendaraan roda dua atau roda empat.


Kegiatan penambangan di Binungan untuk saat ini telah beroperasi di 5 pit,
yaitu : pit H4, pit K, pit F, pit E, dan pit C3. Sedangkan untuk penelitian dilakukan pada
Pit K.

(Gambar 2.1 Lokasi PT BerauCoal)

2.2

Iklim dan Curah Hujan


Daerah Binungan beriklim tropis, musim hujan dan musim kemarau saling
bergantian sepanjang tahun. Suhu udara di Binungan berkisar antara 25 o- 32o. Rata-rata
curah hujan bulanan tahun 2001 sampai dengan tahun 2010 adalah 6.92 mm dengan
curah hujan tertinggi pada bulan November yaitu 9,27 mm dan curah hujan terendah
pada bulan Agustus sebesar 4,48 mm (gambar 2.2).

Sumber : Record data curah hujan Binungan Mine Operation 2010

(Gambar 2.2 Grafik Curah Hujan Rata-rata Bulanan Binungan)

2.3

Kondisi Geologi
1. Geologi Regional
Daerah

Binungan terletak pada Cekungan

Tarakan,salah

satu

dari 3

cekungan utama di Mandala Kalimantan Timur yang terbentuk pada kurun Tersier.
Cekungan Tarakan terdiri dari empat cekungan (sub-basin) yaitu : Tidung, Tarakan,
Muras dan Berau.
Daerah Binungan termasuk dari Cekungan Berau yang merupakan anak cekungan
(sub basin) dari Cekungan Tarakan, yang terletak pada pantai timur laut Kalimantan

Timur dan sebagian kecil berada dibagian tenggara Sabah. Luas cekungan seluas
300 km2 arah utara-selatan dan 150 km2 arah timur-barat. Bagian selatan

dibatasi

oleh Tinggian Mangkalihat yang merupakan pemisah antara Cekungan Tarakan


dan Cekungan Kutai, di bagian utara dibatasi oleh Tinggian Kalimantan Utara
(Malaysia), di sebelah barat oleh Tinggian Sekatak.
Cekungan Tarakan termasuk Berau, didominasi oleh batuan sedimen klastik
halus sampai kasar dengan beberapa endapan karbonat. Lingkungan pengendapan
dimulai dari proses pengangkatan (transgresi) pada kala Eosen sampai Miosen Awal,
bersamaan dengan Tinggian Kuching. Pada kala Miosen Tengah terjadi penurunan
(regresi) dan dilanjutkan dengan pengendapan

progradasi

kearah timur dan

membentuk endapan delta yang menutupi Prodelta dan Bathyal. Cekungan ini
mengalami penurunan secara aktif pada kala Miosen sampai Pliosen.
Urutan sedimentasi delta yang tebal terus berlanjut sampai sekarang dan
pusat cekungan (depocenters) relatif bergerak ke arah timur.
2. Geologi Daerah Penelitian
Secara umum, geologi daerah Binungan terbentuk dari bebatuan Formasi
Lati. Batuannya berupa sedimen deltaik yang terdiri dari fraksi klastik halus serta
lapisan batubara, dengan ketebalan bervariasi.
Data hasil pemboran eksplorasi menunjukkan : dominasi batuan sedimen
secara berturutan adalah batulanau, batulempung, batupasir, dan batubara. Pada
beberapa lokasi yang realatif sempit, kadang terbentuk channel system,

yakni

hilangnya lapisan fraksi halus batubara digantikan oleh lapisan batupasir.

(Gambar 2.3.Peta geologi daerah Berau, Kalimantan Timur (Situmorang & Burhan,
1995)dan lokasi pengukuran stratigrafi rinci (Rachmansjah drr., 2003).

2.4

Stratigrafi
Secara regional, daerah Anak Cekungan Berau merupakan bagian dari Cekungan
Tarakan dan tersusun oleh batuan sedimen, batuan vulkanik dan batuan beku dengan
kisaran umur dari Tersier sampai Kwarter. Formasi yang menyusun stratigrafi Anak
Cekungan Berau terdiri dari 4 formasi utama. Urutan dari yang tertua yaitu Formasi
Birang (Formasi Glogigerina Marl),

Formasi

Latih

(Formasi

Batubara

Berau),

Formasi Labanan (Formasi Domaring) dan Formasi Sinjin (Tabel 2.4).

Tabel 2.4. Kolom Stratigrafi Cekungan Tarakan

1. Formasi Birang
Formasi Birang tersusun dari perselang selingan antara napal, batu gamping,
tufa hablur di bagian atas, serta perselang selingan antara napal, rijang, konglomerat, batu
pasir kwarsa, dan batu gamping dibagian bawah. Napal kelabu, kompak mengandung
foramanifera besar terutama orbituid. Konglomerat kompak, tersusun dari batuan beku,

10

kwarsa dan kwarsit berukurran kerkil, membulat tanggung sampai menyudut tanggung
dengan matriks berupa pasir berbutir sampai halus kasar. Batupasir kwarsa, kelabu
coklat kekuningan, berbutir halus sedang, membundar tanggung, kompak, berlapis baik
dari beberapa senwaktuter sampai dua meter, mengandung mineral kwarsa, mineral
bijih, fragmen batuan dan mineral hitam.Batugamping, putih, sangat kompak,
berlapis

baik

dan

berselang-seling dengan batupasir kwarsa yang mengandung

foraminifera besar dan kecil yang sangat berlimpah. Formasi ini disebut juga Formasi
Globigerina Marl dan menunjukkan kisaran umur Oligo Miosen dan diendapkan di
lingkungan laut dangkal. Ketebalan formasi ini lebih dari 110 meter (Klompe, 1941).
2. Formasi Latih
Formasi Latih tersusun dari perselang-selingan antara batupasir kwarsa,
batulempung, batulanau dan batubara di bagian atas, dan bersisipan dengan serpih
pasiran dan batugamping di bagian bawah. Batu pasir kwarsa, kelabu muda, coklat
kekuningan, hingga ungu, berbutir halus hingga kasar, membulat tanggung hingga
menyudut, berlapis baik, selang- seling dengan batulempung berwarna kelabu hingga
kehitaman, megandung sisa tumbuhan.
Batulanau,

kelabu

kekuningan,

berselingan

dengan

batupasir

kwarsa,

umumnya tidak gampingan. Batubara, coklat hitam, selang-seling dengan batupasir


kwarsa dan batulempung, tebal dari beberapa cenwaktuter hingga 5,5 meter. Serpih
pasiran, coklat kemerahan, berbutir halus sampai sedang. Batugamping merupakan
sisipan di bagian bawah, putih, sangat kompak dan berlapis baik. Ketebalan Formasi
Latih kurang lebih 600 m (Klompe, 1941). Umur Miosen Tengah dan diendapkan pada

11

lingkungan delta, estuarin dan laut dangkal.


Formasi ini menjemari dengan atas Formasi Birang. Nama lain dari formasi
ini adalah Formasi Batubara Berau (Klompe, 1941). Sebagai lapisan pembawa
batubara (coal bearing), Formasi Latih cukup luas sebarannya, meliputi sebagian
besar wilayah KP. PT Berau Coal, termasuk daerah Binungan.

Berdasarkan

kedudukan posisi stratigrafinya Formasi Latih dibagi menjadi dua yaitu :


a. Formasi Latih bagian atas yang terbentuk dari pengulangan pengendapan
(selang seling) yang terdiri dari satuan ; batupasir (kwarsa), batu lanau,
batu lempung dan batubara
b. Formasi Latih bagian bawah (Klompe, 1941), terbentuk dari sisipan serpih
pasiran dan batu gamping. Batu gamping berwarna putih, sangat kompak dan
berlapis baik dengan ketebalan 600 meter, berumur Miosen Tengah. Umumnya
bebatuan tersebut diendapakan pada lingkungan delta, estuarin sampai laut
dangkal.

Formasi Latih bagian bawah ini menjemari dengan bagian

atas Formasi Birang.


3. Formasi Labanan
Formasi Labanan tersusun dari perselingan konglomerat, batu pasir, batu
lanau, batu lempung dan sisipan batu gamping dan batubara.Konglomerat, terdiri dari
fragmen

batuan

beku

(andesit,

basal)

kwarsa, kwarsit,

berukuran

kerikil,

membundar tanggung menyudut tanggung, matriks tersiri dari pasir halus


kasar.Batupasir, kelabu, coklat, kompak, berbutir halus sampai sedang, gampingan,
fragmen terdiri dari batuan beku, kwarsa dan mineral bijih.Batulanau, kelabu kotor,

12

kompak, mengandung sisa tumbuhan, perlapisan kurang baik. Batulempung, kelabu


kehijauan, mengandung sisa tumbuhan dan fosil moluska. Batugamping,
kecoklatan, pasiran, kompak, berlapis baik Batubara,

putih

coklat - kehitaman, tebal di

bagian atas hanya beberapa senwaktuter, sedangkan di bagian bawah mencapai 1,5
meter.
Tebal Formasi Labanan lebih kurang 450 meter, umur Miosen Akhir dan
terletak secara tidak selaras di atas Formasi Latih. Lingkungan pengendapannya
adalah fluviatil. Nama lain dari Formasi Labanan ini adalah Formasi Domaring.
3. Formasi Sinjin
Formasi ini tersusun dari perselingan tuf, aglomerat, tuf lapili, lava andesit
piroksen, tuf terkersikan, batulempung tufaan dan kaolin. Tuf berwarna putih
kecoklatan ungu, berbutir halus, lunak kompak, berselingan dengan aglomerat dan
tuf lapili, berwarna kelabu kehijauan, kehitaman, mengandung andesit dan basalt.
Lava andesit piroksen menunjukkan struktur aliran. Tuf terkersikan berwarna coklat
muda ungu, berlapis

baik, berbutir sangat halus, mengandung mineral kwarsa,

feldspar dan mineral hitam.


Batulempung tufaan, kelabu kotor kelabu kecoklatan, kompak, berlapis
buruk, mengandung sisa tumbuhan.Tebal formasi ini lebih dari 500 meter
(Llewly,1941), umurnya diduga Pliosen dan terletak secara tidak selaras di atas
Formasi Labanan.

13

2.5

Hidrologi dan Hidrogeologi


1. Hidrologi
Sungai yang mengalir didaerah binungan termasuk pola dendritik dengan sungai
utama adlah sungai kelai yang mempunyai beberapa anak sungai yaitu Sungai Inaran,
Sungai Suaran. Sungai Binunggan, Sungai suungai tersebut akhirnya bergabung
menjadi sungai yang lebih besar yaitu sungai Berau. Sungai Kelai dibagian hilir
dimanfaatkan untuk berbagai kkeperluan penduduk yang hidup ebervariasi dari mulai 1
meter pada bagian tepi hingga mencapai 12 meter dibagian tengah. Lebar sungaii ratarata 50 meter dibagiian hulu dan sekitar 300 meter dibagian hilir.
2. Hidrogeologi
Batuan dilokasi rencana tambang merupakan sedimen Tersier dan Kuarter yang
relatif lunak dan tingkat sedimentasinya agregat rendah. Sebagian besar air tanah terdapat
dilapisan batu pasir, tersimpan dan mengalir melalui pori - pori antara butiran sedimen (
permeabilitas primer ). Sedangkan pada lapisan batubara, air tanah tersimpan dan
mengalir melalui retakan-retakan ( permeabilitas sekunder ). Air tanah dangkal yang
berada pada kedalaman 10 20 meter hanya dijumpai pada musim hujan, karena air
tanah ini berasal dari peresapan air permukaan.
Pada musim kemarau tetap dijumppai adanya aliran air tanah.Aliran air sungai
yang relatif sejajar dengan lokasi dan arah penambangan menyebabkan peluang
terjadinya resapan akibat air sungai relatif tidak ada. Namun lain halnya dengan lokasi
penilitian dimana elevasi pada endapan rawa mencapai 4 meter sehingga jika terjadi
banjir 5 tahunan aliran dari Sungai Kelai dapat mencapai elevasi 5,8 meter.

14

2.6

Vegetasi
Vegetasi yang tumbuh secara alami sebelum adanya kegiatan penambangan
batubara adalah Dipterocarpus sp (keruing), Shorea sp (meranti), Ficus Benzamina
(beringin), Eusideroxylon zwageri (ulin), Kompassia exelsa (kempas), Durio
oxeleyanus (durian), Macaranga triloba (mahang) , shorea pinanga (tengkawang),
dan Parkia speciosa (petai).

15

Anda mungkin juga menyukai