Anda di halaman 1dari 53

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dinamika pembangunan di Jawa timur berkembang sangat pesat seiring dengan
perencanaan strategis jangka pendek, menengah, dan panjang dari pemerintah
Provinsi Jawa Timur. Pembangunan ini membutuhkan dukungan ketersediaan
sarana dan prasarana, serta fasilitas. Salah satu pendukung bagi terlaksananya
kegiatan pembangunan sarana fisik di Jawa Timur adalah ketersediaan bahan baku
berupa material bangunan yaitu batuan (diantaranya adalah batu dan urugan).

Batuan (batu dan urugan) merupakan bahan baku utama dalam pekerjaan
konstruksi mulai dari konstruksi skala kecil hingga pekerjaan berskala besar.
Kebutuhan akan bahan atau material bangunan terutama batu dan urugan semakin
meningkat seiring dengan perkembangan pembangunan sarana dan prasarana atau
infrastruktur, sedangkan suplai material batu dan urugan sering mengalami
hambatan karena terkendala oleh sarana transportasi (jarak), jumlah armada dan
jumlah stok batuan dan urugan. Kondisi ini membuka peluang bagi pengusaha
tambang batuan di Jawa Timur untuk ikut berperan serta di dalam pembangunan
daerah.

Ditinjau dari aspek geologis, Provinsi Jawa Timur memiliki potensi sumber daya
energi dan bahan tambang yang beragam dan jumlah cadangan yang layak untuk
di kembangkan. Di wilayah utara di dominasi oleh kelompok migas dan bahan
galian industri (seperti batu gamping, dolomit, fosfat), di bagian tengah di
dominasi oleh kelompok mineral industri (jenis-jenis lempung dan agregat atau
material bangunan (batu dan urugan), dan di bagian selatan di dominasi oleh
kelompok mineral industri (batu gamping) dan mineral logam. Potensi energi dan
pertambangan yang besar ini perlu di kelola dengan sebaik mungkin sehingga
mampu mencukupi kebutuhan energi dan bahan–bahan tambang untuk wilayah
Provinsi Jawa Timur dan mendukung terpenuhnya pembangunan nasional.

1
2

Kabupaten Bondowoso termasuk dalam kelompok zona kawasan pertambangan


batuan, dimana keberadaan material batu urugan, di jumpai dalam jumlah
cadangan yang cukup besar. Wilayah yang di indikasikan berpotensi sebagai lokasi
penambangan batu urugan adalah di desa Tanah Wulan Kec. Maesang Kab.
Bondowoso.

Untuk mengetahui layak tidaknya cadangan batu urugan tersebut untuk di


tambang maka diperlukan suatu studi atau kajian terhadap faktor – faktor teknis
dan ekonomis yang berpengaruh di dalam pengusahaan batu urugan dengan
mempertimbangkan berbagai hal. Dengan adanya suatu studi kelayakan maka akan
di dapatkan suatu gambaran tentang layak tidaknya deposit batu urugan di Ds.
Tanah Wulan, Kec. Maesang Kab. Bondowoso tersebut untuk di usahakan secara
teknis maupun ekonomis pada situasi dan kondisi saat ini.

Didalam uraian berikut akan digambarkan mengenai eksplorasi yang akan


dilakukan oleh PT. Devinaldi Chaeza untuk komoditas Tanah Urug seluas 15,5
Hektar di Desa Tanah Wulan, Kecamatan Maesan, Kabupaten Bondowoso, Jawa
Timur.

Tujuan dari penyusunan Dokumen eksplorasi ini adalah untuk memberikan


informasi kepada Pemerintah Kabupaten Bondowoso mengenai tahapan-tahapan
kegiatan eksplorasi dan perkiraan anggaran atau pembiayaan dari PT. Devinaldi
Chaeza untuk kegiatan eksplorasi endapan Tanah Urug di Desa Tanah Wulan,
Kecamatan Maesan, Kabupaten Jawa Timur.

Bagi pihak Devinaldi Chaeza, dokumen ekplorasi ini akan menjadi landasan serta
acuan kerja yang menjadi dasar bagi pelaksanaan kegiatan di lapangan, yang
meliputi : kegiatan eksplorasi awal, kegiatan eksplorasi Detil serta sampai pada
perhitungan sumber daya. Dengan demikian akan didapatkan hasil kerja yang
optimal sesuai dengan sasaran dan target yang telah ditentukan.

1.1.1 Perizinan
Perizinan usaha pertambangan memiliki dasar hukum berupa Undang- Undang
Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 serta pasal 33 dan ayat 3, yang
3

berbunyi bahwa bumi dan air serta kekayaan lainnya yang terkandung
didalamnya, juga dikuasai oleh negara dan digunakan untuk kemakmuran rakyat,
juga terkandung didalam undang- undang nomor 4 tahun 2009 tentang
pertambangan batubara dan mineral. Adanya perundang- undangan mengenai
pertambangan maka jika ingin mendirikan sebuah usaha pertambangan maka
harus mendapatkan izin dari pemerintah terlebih dahulu. Untuk tata cara
permohonan izin usaha jasa pertambangan ada beberapa hal yang harus
diketahui, pertama adalah administratif, kedua teknis, ketiga lingkungan dan
keempat adalah financial.

Tabel 1.1
Perizinan

Nama Perusahaan Devinaldi Chaeza


NPWP 84.385.823.9-656.001
Jl. Manyar Kartika Barat No. 1C, Kota Surabaya,
Alamat
Provinsi Jawa Timur.
Desa Tanah Wulan, Kecamatan Maesan, Kabupaten
Lokasi
Bondowoso, Provinsi Jawa Timur
No : P2T/11/31/41/V/2018
SK WIUP
Tgl : 27 April 2018
No : P2T/11/31.01/VI/2018
SK IUP Eksplorasi
Tgl : 30 April 2018
Kode WIUP 12 3511 5 19 2018 001
Luas WIUP 15,5 Ha
Luas IUP 5,43 Ha

Sumber : PT. Devinaldi Chaeza, 2018

1.1.2 Status dan Kegunaan Lahan


Lahan yang dipakai untuk kegiatan eksplorasi sampai penambangan adalah ladang
dan lahan perkebunan. Dimana, status lahan yang digunakan ini merupakan Hak
Guna Pakai Tanah. Sesuai dengan persetujuan pada perjanjian hak pakai tanah
yang telah disepakati, yang memiliki tanah (Pihak pertama) akan mendapatkan
4

sebesar 25% dari total pendapatan bersih. Surat keterangan tanah dikeluarkan oleh
Badan Pertanahan Nasional.

1.2 Maksud dan Tujuan


a. Untuk mengetahui tata guna lahan daerah penyelidikan
b. Untuk mengetahui luas prospek area dan kondisi topografi daerah
penyelidikan
c. Untuk mengetahui jenis komoditas di daerah penyelidikan dilihat dari sisi
geologi
d. Untuk mengetahui jumlah sumberdaya yana ada dilokasi penyelidikan

1.3 Lokasi Daerah Penyelidikan


PT. Devinaldi Chaeza terletak di desa Tanah Wulan, Kecamatan Maesan,
Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur. Luas area penambangan Tanah Urug adalah
15,5 Ha dengan posisi geografisnya adalah 8° 0’ 8,51’’ S 113o 44’ 14,99” E sampai 8o
0’ 22,90” S 113o 44’ 30,18” E. PT. Devinaldi Chaeza terletak kurang lebih 31 km
dari Kota Bondowoso.

1.3.1 Administratif dan Geografis


Secara administrasi terletak di Desa Tanah Wulan, Kecamatan Maesan,
Kabupaten Bondowoso, Provinsi Jawa Timur seluas 5.1838 km2. Batas wilayah
izin usaha pertambangan sebagai berikut:
Batas-batas wilayah pada daerah ini yaitu :
1. Utara : Kabupaten Situbondo
2. Timur : Kabupaten Situbondo dan Kabupaten Banyuwangi
3. Selatan : Kabupaten Jember
4. Barat : Kabupaten Situbondo dan Kabupaten Probolinggo
Lokasi Kabupaten Bondowoso di Provinsi Jawa Timur terdapat pada kordinat
113o 48’ 10” – 113o 48’ 26” BT dan 7o 50’ 10” – 7o 56’ 41” LS
1. Provinsi : Jawa Timur
2. Dasar Hukum : UU No.47 Tahun 1999
3. Ibu Kota : Bondowoso
5

Pemerintahan Kabupaten Bondowoso,


1. Bupati : Drs. KH. Salwa Arifin
2. APBD : 2 Triliun (2013)
3. DAU : Rp 752.776.704.000.- (2013)
4. Luas : 1.586 km2
5. Populasi total : 791.838 jiwa (2013)
6. Kepadatan : 499,27 jiwa/km2
7. Agama : Islam 99.26 %
: Kristen 0,48 %
: Katolik 0,18 %
: Hindu 0.03 %
: Budha 0.05 %
8. Kode area : 0332
9. Bandar Udara : Bandara Udara Juanda,
Bandara Udara Abdulrachman Saleh
10. Kecamatan : 23
11. Kelurahan : 10
12. Desa : 209

Keadaan Geografis Kabupaten Bondowoso memiliki jumlah penduduk yang


semakin bertambah seiring dengan berjalannya waktu. Pertambahan tersebut tidak
hanya disebabkan faktor alami pertumbuhan penduduk yakni kelahiran dan
kematian tetapi juga faktor lain yang tidak kalah pentingnya yakni migrasi.

1.3.2 Kesampaian Wilayah


Menuju lokasi Penambangan menggunakan akses darat, dari Kota Surabaya
menuju Desa Tanah Wulan Kecamatan Maesan Kabupaten Bondowoso
memerlukan waktu tempuh 4 jam 46 menit dapat ditempuh dengan kendaraan
roda 4 maupun kendaraan dengan roda 2.
6

Tabel 1.2
Kesampaian Lokasi Menuju Konsesi PT. Devinaldi Chaeza

JARAK
NO JALUR KETERANGAN
TEMPUH
Jl. Arif Rahman Hakim - 209 km / 4 Jam 8 Jalan Kota, Beraspal 30-
1
Kabupaten Bondowoso menit 40 km/jam
Jalan kabupaten,
Kabupaten Bondowoso -
2 31 km / 56 menit beraspal, kecepatan 40
Lokasi Penambangan
km/jam

Sumber : Google Earth Pro Lokasi PT. Devinaldi Chaeza

1.4 Keadaan Umum Lingkungan


1.4.1 Sosial, Ekonomi, dan Budaya
Perekonomian Kabupaten Bondowoso masih didominasi oleh sektor-sektor
Industri, pertanian, dan Perdagangan. Wilayah Kabupaten Bondowoso masih di
dominasi oleh perkebunan dan sawah yang luas juga peternakan-peternakan yang
dimiliki oleh para petani menjadikan beberapa kecamatan memiliki pasar hewan
yang besar.

Pada tahun 2010 menunjukkan bahwa struktur perekonomian Kabupaten


Bondowoso didominasi oleh sektor pertanian sebesar 44,62 %, yang diikuti
sector perdagangan; hotel; dan restaurant sebesar 25,24 %, ketiga Indusri
pengolahan sebesar 16,12 %, keempat jasa-jasa sebesar 7,90 %, kelima
keuangan,;sewa; dan jasa perusahaan sebesar 2,36 %, keenam pengankutan dan
komunikasi sebesar 1,47 %, ketujuh adalah konstruksi sebesar 1,26 %, kedelapan
pertambangan dan penggalian 0,77 %, dan yang terakhir adalah sector listrik; gas;
dan air bersih sebesar 0,68 %.

Tabel 1.3
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Berdasarkan Harga Dasar Berlaku (HB)

No Lapangan Usaha 2008 2009 2010 2011 2012


7

( %) ( %) ( %) ( %) ( %)
1 Pertanian 44,81 44,62 44,28 43,58 42,89
2 Pertambangan & Penggalian 0,81 0,80 0,78 0,76 0,72
3 Industri Pengolahan 16,24 16,18 16,12 16,16 16,25
4 Listrik ,Gas & Air Bersih 0,61 0,60 0,59 0,57 0,55
5 Konstruksi 1,20 1,21 1,26 1,33 1,42
6 Perdagangan, Hotel, & Restaurant 24,64 24,83 25,24 25,91 26,58
7 Pengakutan &Komunikasi 1,50 1,49 1,47 1,46 1,45
8 Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 2,33 2,53 2,36 2,39 2,42
9 Jasa – jasa 7,86 7,92 7,90 7,85 7,71
Jumlah 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Bondowoso Tahun 2008 – 2012

Struktur yang demikian merupakan karateristik wilayah agraris yang


perekonomiannya berada pada tahap awal perkembangan karena sektor sekunder
(sektor industri pengolahan, sektor listrik, gas dan air minum dan sektor
bangunan) memberikan kontribusi yang relatif kecil dibandingkan dengan
kontribusi sektor primer (sektor pertanian).

Selama periode tahun 2008 - 2012, struktur perekonomian Kabupaten Bondowoso


tidak mengalami perubahan yang sangat signifikan. Bisa dilihat dari data PDRD
pada tahun 2008-2012 sektor pertanian masih merupakan yang memiliki nilai
terbesar dalam PDRD Kabupaten Bondowoso.

Tabel 1.4
Realisasi Pendapatan Asli Daerah
8

Sumber : Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Bondowoso

Secara keseluruhan realisasi pendapatan daerah selama kurun waktu lima tahun
mengalami peningkatan sebesar 82,91% dari Rp. 586.839.725.157,00 pada tahun
2008 menjadi Rp. 1.073.390.149.430,73 pada tahun 2012 dengan rata-rata
pertumbuhan pendapatan sebesar 15,67%.

Realisasi penerimaan pendapatan daerah tahun 2012 mencapai Rp.


1.073.390.149.430,73 jauh melampaui target yang direncanakan dalam Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) kabupaten Bondowoso tahun
2009-2013. Pendapatan daerah RPJMD diestimasi mencapai Rp.
664.411.691.672,00 pada tahun 2012 sehingga apabila dibandingkan dengan
realisasi penerimaan pendapatan daerah pada tahun 2012 terealisasi sebesar
157,61 % dari target RPJMD. PAD sebagai bagian dari komponen pendapatan
daerah walaupun hanya memiliki tingkat kontribusi sekitar 5-7% terhadap
pendapatan daerah tetapi setiap tahun cenderung meningkat.

Realisasi PAD pada tahun 2008 sebesar Rp. 35.371.877.885,00 meningkat


120,08% menjadi Rp. 77.846.177.656,73 pada tahun 2012, dengan pertumbuhan
rata-rata PAD sebesar 21,09%. Kontribusi penerimaan dana perimbangan yang
bersumber dari Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK), Dan
Dana Bagi Hasil (DBH) selama periode 2008-2012 masih sangat dominan yaitu
berkisar antara 68,32% sampai 89,15% terhadap pendapatan daerah. DAU
memberikan porsi terbesar dalam menopang pendapatan daerah, yaitu berkisar
antara 50% sampai 75%.

Setiap tahun realisasi penerimaan dana perimbangan terus meningkat. Realisasi


penerimaan Dana Perimbangan pada tahun 2008 mencapai perbesaran nominal
sebesar Rp. 523.159.205.267,00 dan pada tahun 2012 mencapai Rp.
796.616.595.915,00 terjadi peningkatan sebesar 52,27% selama kurun waktu 5
(lima) tahun. Rata – rata pertumbuhan Dana Perimbangan setiap tahun mencapai
11,74%. Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah merupakan unsur pendapatan
daerah yang sangat bervariasi karena pos ini merupakan kumpulan pendapatan
daerah yang tidak dapat dimasukkan ke dalam pos pendapatan yang lain
9

berdasarkan peraturan perundang-undangan dan perolehannya setiap tahun


tergantung kepada ketersediaan anggaran dari pemerintah pusat dan provinsi.
Komponen penyusun pendapatan ini terdiri dari Hibah, Dana Penyesuaian dan
Otonomi Khusus, Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan Pemda Lain, bantuan
keuangan dari pemerintah provinsi dan dana lainnya.

Secara kumulatif lima tahun, pendapatan daerah dari pendapatan lain-lain yang
sah sebesar Rp.751.752.489.630,00. Perolehan Dana Lain-lain Pendapatan Daerah
yang Sah pada tahun 2008 terealisasi sebesar Rp.28.308.642.005,00 dan pada
tahun 2012 terealisasi sebesar Rp.198.927.375.859,00 terjadi lonjakan sebesar
Rp.170.618.733.854,00 atau meningkat 602,71%, pertumbuhan rata-rata mencapai
70,61%.

Tabel 1.5
Pendapatan dan Belanja APBD Kabupaten Bondowoso Tahun 2009 – 2012

Uraian 2009 2010 2011 2012


Pendapatan 678.711.928 818.542.099.8 996.956.040 1.073.390.14
daerah .046,10 84,39 .994,09 9.430,73
Belanja daerah 705.698.336 765.513.977.0 950.958.157 1.074.126.37
.447,84 31,58 .445,49 1.921,77
Surplus (Defisit) Tidak 53.028.122.85 45.997.883. Tidak
Mengalami 3 549 Mengalami
Surplus Surplus

Sumber : Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Bondowoso dan Bagian Keuangan

Perkembangan public saving untuk Kabupaten Bondowoso pada tahun 2012


sangat fluktuatif dari tahun-tahun sebelumnya. Pada tahun anggaran 2012 untuk
pendapatan asli daerah tercatat sebesar Rp. 77.846.177.656,73lebih besar dari
pada tahun 2011 yaitu Rp. 66.816.392.275,09. Pada tahun anggaran 2012
peningkatan dari tahun 2011 sebesar Rp. 11.029.785.382.
10

Tabel 1.6
Perkembangan Public Saving Kabupaten Bondowoso 2009 -2012

Komponen
No. Public 2009 (Rp.) 2010 (Rp.) 2011 (Rp.) 2012 (Rp.)
Saving
Pendapatan
40.121.861.29 49.663.941.01 66.816.392.27 77.846.177.6
1. Asli
3,10 9,39 5,09 56,73
Daerah
Dana Bagi
Hasil
Pajak/Bagi 36.176.734.40 48.826.160.28 56.765.668.82 64.341.603.9
2.
Hasil 7,00 6,00 8,00 15,00
Bukan
Pajak
3. 455.450.603.0 479.819.794.0 539.918.142.0 666.857.212.
DAU
00,00 00,00 00,00 000,00
4. 44.047.000.00 58.151.300.00 66.936.000.00 65.417.780.0
DAK
0,00 0,00 0,00 00,00
5. Dana Bagi
Hasil
Pajak/Bagi
25.291.734.34 31.381.771.24 33.447.401.54 33.020.739.9
Hasil
6,00 1,00 1,00 51,00
Bukan
Pajak dari
Provinsi
Grand Total 561.447.933.0 667.842.996.5 763.883.604.6 907.483.513.
Public Saving 46,00 46 64 523

Sumber : Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Bondowoso


11

Pembayaran pokok pinjaman-pemerintah pusat Kabupaten Bondowoso pada tahun


2012 sebesar Rp. 0 (Nol), Total APBD pada tahun 2012 sebesar Rp.
1.073.390.149.430,73 mengalami peningkata sebesar 7,6 % dibandingkan pada
APBD tahun 2011 sebesar Rp. 996.956.040.994,09.

Tabel 1.7
Perkembangan Realisasi Pembayaran Pinjaman Kabupaten Bondowoso
Tahun 2010 – 2012
Pembayaran 2010 2011 2012
Pokok
Pinjaman –
133.613.400.000,00 0 0
Pemerintah
Pusat
Total
818.542.099.884,39 996.956.040.994,09 1.073.390.149.430,73
APBD

Sumber : Bagian Keuangan Setda Kabupaten Bondowoso

1.4.2 Iklim dan curah hujan


Pada umumnya suhu udara di suatu tempat antara lain ditentukan oleh tinggi
rendahnya tempat tersebut dari permukaan laut dan jaraknya dari pantai. Lokasi
Kabupaten Bondowoso berada di sekitar garis Khatulistiwa sehingga secara
langsung mempengaruhi kondisi iklim. Wilayah Kabupaten Bondowoso termasuk
daerah beriklim tropis yang dipengaruhi oleh iklim muson. Musim kemarau
terjadi pada bulan Juni sampai dengan Oktober dan musim penghujan terjadi pada
bulan Nopember sampai dengan Mei. Tercatat suhu rata-rata berkisar antara 27oC
hingga 30oC. Kelembaban udara rata-rata berkisar antara 62% hingga 69%. Curah
hujan rata-rata di Kabupaten Bondowoso sebesar 5.058,3 mm/tahun dan lama
hujan rata-rata 264 hari/tahun. Curah hujan rata-rata minimum terjadi pada bulan
Agustus-September, sedangkan rata-rata curah hujan maksimum terjadi pada
bulan Januari.
12

1.4.3 Topografi dan Morfologi


Wilayah Kabupaten Bondowoso Ditinjau dari ketinggiannya, hamparan wilayah
Kabupaten Bondowoso berada pada ketinggian rata-rata sekitar 253 meter di atas
permukaan laut (dpl), dengan puncak tertinggi 3.287 meter dpl dan terendah 73
meter dpl. Hamparan tersebut dikelilingi oleh gugusan Pegunungan Kendeng
Utara dengan puncak Gunung Raung, Gunung Ijen dan Gunung Widodaren
disebelah Timur, Pegunungan Hyang dengan puncak Gunung Argopuro, Gunung
Kilap dan Gunung Krincing di sebelah Barat, sedangkan di sebelah Utara terdapat
Gunung Alas Sereh, Gunung Biser dan Gunung Bendusa. Secara rinci luasan dan
ketinggian wilayah dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 1.8
Luas Wilayah Menurut Klasifikasi Ketinggian Tempat

Luas
Ketinggian
Km2 %
1 0-100 meter 50,94 3,27
2 100-500 meter 766,23 49,11
3 500-1000 meter 308,10 19,75
4 >1000 meter 434,83 27,87
Jumlah 1.560,10 100,00

Sumber : Kabupaten Bondowoso Dalam Angka, 2013

Daerah terluas berada pada ketinggian 100-500 m dpl, dengan 49,11 % dari
keseluruhan luas, daerah tersempit berada pada ketinggian 0-100 m dpl. Seluruh
wilayah Kabupaten Bondowoso merupakan daratan, dimana 44,4% wilayahnya
merupakan pegunungan dan perbukitan, 30,7% merupakan dataran rendah, dan
24,9% merupakan dataran tinggi. Kondisi permukaan tanah bervariasi namun
sebagian besar memiliki derajat kemiringan cukup tinggi sebagaimana tabel
berikut ini:
13

Tabel 1.9
Luas Wilayah Menurut Klasifikasi Lereng

No Ketinggian Luas
2
Km %
1 Datar (0-2%) 190,83 12,23
2 Landai (2-15%) 568,17 36,42
3 Agak Curam (15-40%) 304,70 19,53
4 Sangat Curam (>40%) 496,40 31,82
Jumlah 1.560,10 100,00

Sumber : Kabupaten Bondowoso Dalam Angka, 2013

Kabupaten Bondowoso memiliki 3 buah sungai dimana untuk sungai terpanjang


yaitu sungai Sampean. Pola aliran sungai yang terdapat di Kabupaten Bondowoso
merupakan sumber air permukaan mengikuti pola aliran sungai sejajar teranyam,
berkelok putus, cagar alam bersifat tetap, selain sungai sampean di Kabupaten
Bondowoso juga terdapat sungai Deluweng yang mengalir dari kecamatan Pakem
dan Kecamatan Wringin dan sungai Kalipait yang terdapar di Kecamatan Sempol.
Terdapat banyak sungai yang membelah Kabupaten Bondowoso menjadi dua
bagian yaitu dataran dan pegunungan sebelah Timur dan dataran serta
pegunungan sebelah barat. Sungai Sampean ini berhulu di sebelah selatan yaitu di
wilayah Kecamatan Maesan dan bermuara di sebelah utara yaitu wilayah
Kabupaten Situbondo.

Di tengah-tengah Sungai Sampean ini tepatnya di antara batas wilayah antara


Kecamatan Klabang di Kecamatan Tapen Kabupaten Bondowoso terdapat
bendungan yang cukup besar yaitu Bendungan Sampean Baru. Sumber air dari
Sungai Sampean ditunjang dari sungai-sungai kecil yang lain, sungai-sungai kecil
tersebut bermuara di Sungai Sampean, oleh karena itu debit Sungai Sampean juga
tergantung dari sungai-sungai kecil tersebut. Sungai-sungai kecil tersebut antara
lain : Sungai Bluncong, Taal, Telogo, Gunung piring, Klampokan, Pakisan dan
lain-lain. Pada sungai-sungai kecil tersebut di buat bendungan atau dam kecil
yang jumlahnya mencapai ± 48 buah.
14

Di samping sungai-sungai tersebut tata air/hidrologi di Kabupaten Bondowoso


didukung juga dengan adanya mata air yang berjuimlah ± 126 buah. Saluran Dam
Sampean Baru memanjang dari Kecamatan Tapen sampai Kecamatan Cerme ±
23,197 Km. Di Kabupaten Bondowoso juga terdapat sumber mata air mineral (air
panas) sebanyak tiga buah yang terletak di Kecamatan Sempol.

Menurut tinjauan geologis, stratigrafi wilayah Kabupaten Bondowoso disusun


oleh batuan endapan vulkanik hasil gunung api kwarter 21,6% dan hasil gunung
api kwarter muda 62,8%, yang banyak mengandung leusit, tufa dan batupasir
(5,6%), endapan alluvium 8,5% dan fasies sedimen miosen 1,5% dengan
komposisi ukuran dominan lempung, lanau, lanau berpasir dan pasir halus (±
96,9%) dan ukuran pasir kasar, kerikil, kerakal dan bongkah (±3,1%).

Kabupaten Bondowoso merupakan rangkaian zona fisiografis gunung api kuarter


yang dikelompokkan dalam satu grup tersendiri sebagai Komplek Pegunungan
Ringgit – Buser (Van Bemmelen, 1949), dengan dominasi endapan hasil aktifitas
gunung api kwarter muda dan sedimentasi dataran intermountain (Recent
Volcanic Formation).

Sumber : Bappeda Kabupaten Bondowoso

Gambar 1.1
Kondisi Geologi Kabupaten Bondowoso
Sebagian besar wilayah Kabupaten Bondowoso memiliki jenis tanah Regosol
yaitu seluas 78.286 Ha yang tersebar di 23 Kecamatan. Jenis tanah ini luasan
terbesar terdapat di Kecamatan Tlogosari mencapai seluas 11.092 Ha. Tanah
regosol merupakan tanah berbutir kasar berasal dari material vulkanik gunung
15

berapi yang mengendap berupa abu dan pasir vulkanik yang merupakan areal
pertanaman padi, tebu, palawija, tembakau, dan sayuran.

Sedangkan jenis tanah Andosol 32.859 Ha tersebar di 10 Kecamatan dengan


luasan terbesar terdapat di Kecamatan Sempol seluas 16.811 Ha, vegetasi yang
tumbuh berupa tanaman hutan bambu, dan rumput. Untuk jenis tanah Mediteran
terdapat seluas 11.230 Ha tersebar di Kecamatan Tapen, Wringin, Tegalampel,
Taman Krocok, Klabang, Botolinggo, Prajekan dan Cermee. Tanah mediteran
berwarna antara merah sampai kecoklatan yang merupakan hasil pelapukan
batuan kapur keras dan batuan sedimen. Jenis tanah mediteran merupakan bagian
lahan subur di daerah kapur daripada jenis tanah kapur yang lainnya. Tanaman
yang tumbuh berupa palawija, jati, tembakau, dan jambu mente. Jenis tanah
Gromosol terdapat seluas 510 Ha hanya di wilayah Kecamatan Cermee. Gromosol
adalah jenis tanah berwarna kelabu hitam berbentuk material halus berlempung.
Jenis tanah ini bersifat subur dan merupakan areal pertanaman padi, jagung,
kedelai, tebu, tembakau, dan jati.

Jenis tanah Litosol terdapat di Kecamatan Curahdami (1.800 Ha), Pakem (1.950
Ha) dan Klabang (1.150 Ha), Jenis tanah ini berbatu-batu dan berupa areal
pertanaman rumput ternak, palawija, dan tanaman keras. Sedangkan untuk jenis
tanah Latosol tersebar di 12 Kecamatan, total seluas 28.224 Ha yang sebagian
besar terdapat di Kecamatan Grujugan, Klabang, Cermee dan Sumber Wringin.
Jenis tanah ini berwarna merah hingga kuning, sehingga sering disebut tanah
merah, banyak mengandung zat besi dan aluminium dengan kandungan bahan
organik yang rendah sampai sedang dan pH berkisar antara 4,5-5,5. Areal
pertanaman yang ada berupa padi, palawija, sayuran, buah-buahan, dan kopi.
16

Tabel 1.10
2
Luas Wilayah (Km ) Kecamatan Menurut Jenis Tanah Kab. Bondowoso

Sumber : Bappeda Kabupaten Bondowoso


Geomorfologi daerah Bondowoso dan sekitarnya dapat dibagi atas empat
satuan morfologi sebagai berikut :
1. Satuan Perbukitan
Satuan perbukitan terdiri dari perbukitan vukanik dan lipatan yang
mendominasi daerah Bondowoso pada ketinggian sekitar diatas 1000
meter diatas permukaan laut. Satuan perbukitan mendominasi di batas
wilayah daerah Bondowoso, seperti daerah gunung Raung.
2. Satuan Perbukitan Lipatan
Satuan perbukitan lipatan mendominasi daerah Gunung Widodaren
ketinggian sekitar 500 meter diatas permukaan laut.
3. Satuan Lembah Vulkanik
Satuan lembah vukanik terbentuk disekitar gunung Raung akibat
letusan gunung Raung. Dimana lembah vulkanik terdapat berbagai
batuan hasil letusan gunung Raung seperti batuan beku dan piroklastik.
17

Pola aliran sungai (drainage pattern) berupa pola aliran dendririk berbentuk
menyerupai cabang-cabang pohon yang mencerminkan kekerasan batuan yang
sama atau tanah seragam dengan lapisan batuan sedang horisontal atau miring
landai serta kontrol struktur tidak begitu tampak jelas. Pola aliran sungai dendritik
ini mengalir dari bagian puncak pebukitan dengan arah lembah sungai yang tidak
teratur dan mengalir menuju ke arah sungai induk yaitu sungai sesayap.

Stratigrafi daerah Bondowoso terbagi dalam enam satuan batuan sebagai berikut :
a. Satuan Batuan Lempung
Satuan batuan lempung memiliki Formasi Menuran dan Miosen Akhir,
dimana satuan batuan lempung tersebut berupa campuran antara produk
lingkungan turbiddit proksimal – distal yang terdiri dari perselingan batu
pasir dengan batu lempung.
b. Satuan Batuan Gamping
Satuan batu gamping tersebut merupakan Anggota Pacalan, Anggota
Menuran, Pliosen Awal, dimana satuan batuan gamping kalkarenit dan
bioklastuik dengan fragmen litik vulkanik yang cukup melimpah.
c. Satuan Batu Pasir
Satuan batu pasir memiliki formasi Leprak dan merupakan Pliosen Akhir,
dimana satuan batuan pasir tersebut berupa endapan turbidit kipas bawah
laut bagian kipas tengah terdiri dari batu pasir dengan kandungan material
vulkanik yang cukup tinggi.
d. Satuan Breksi
Satuan breksi memiliki formasi Ringgit dan merupakan Pleistosen, dimana
satuan breksi terdiri dari breksi vulkanik dengan sisipan batugamping
koral pada bagian tengah sebagai penanda lingkungan laut dangkal serta
penanda susulaut pada kala Pliestosen.
e. Satuan Breksi Tufan
Satuan breksi tufan memiliki formasi Bagor dan merupakan Holosen,
dimana satuan breksi tufan merupakan endapan darat dengan kandungan
fragmen dominan penciri khusus yang teridri dari batu apung dan glass
dam satuan alluvial.
18

Hubungan secara stratigrafi dari satuan batuan di daerah bondowoso, batuan yang
dianggap sebagai batuan yang paling tua adalah batuan-batuan pada Formasi
Ringgit dan Bagor, yang diduga umurnya lebih tua. Sedangkan batuan-batuan
pada kelompok batu lempung dan batu pasir hanya didasarkan pada posisi
stratigrafi dan kolerasi dengan lembar lainnya dan diduga berumur muda.
Hubungan stratigrafi antara kelompok batuan batu lempung dan batu pasir terletak
selaras dibawah satuan batuan pada formasi Ringgit setelah itu formasi Bagor.

Karakteristik Tanah Secara genesanya tanah terbentuk oleh hasil pelapukan pada
gunung yang terbentuk dari lipatan kerak bumi dan akibat tubrukan lempeng,
yang berlangsung dalam waktu yang sangat lama hingga sampai jutaan tahun.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan tanah adalah :

a) Iklim (suhu dan curah hujan)


b) Jasad hidup (terutama vegetasi asli)
c) Batuan sebagai bahan niduk (tekstur dan struktur susunan kimia dan
material)
d) Topografi daerah
e) Waktu yang diperlukan bahan untuk membentuk tanah

Fungsi tanah pada masing-masing sektor tentunya berbeda-beda. Untuk sektor


pertanian, tanah sangat penting untuk pertanian. Untuk sektor keteknikan, tanah
berfungsi pada daya dukungnya. Untuk sektor pertambangan, tanah itu tidak
punya arti, dalam artian apabila ada suatu endapan bahan galian (misalnya
belerang) maka tanah yang ada diatas endapan belerang tersebut, disingkirkan
sehingga endapan belerang itu tersingkap dan selanjutnya dilakukan
penambangan.

Ada tiga golongan pokok tanah yang kini umum dikenal ialah pasir, geluh, dan
lempung (dalam Ilmu Tanah, oleh Harry Buckman, terjemahan Soegiman, 1982)
sebagai berikut :
19

- Pasir
Golongan pasir mencakup semua tanah yang pasirnya meliputi 70%
atau lebih dari berat tanah itu. Sifat tanah semacam ini karena
mencerminkan sifat pasirnya.
- Geluh
Umumnya geluh itu memiliki kualitas-kualitas pasir dan lempung, tidak
terlalu lepas, tanah pertanian ialah geluh. Geluh yang mengandung pasir
digolongkan geluh pasiran. Geluh yang mengandung lempeng
digolongkan geluh lempungan.

- Lempung
Tanah dibentuk sebagai tanah lempung jika paling sedikit mengandung
35% lempung, setidak-tidaknya 40%. Selama kandungan lempung 40%
atau lebih; nama kelas tanah ialah lempung pasiran, lempung debuan
atau biasanya disebut lempung saja.

1.4.4 Tata Guna Lahan


Status lahan secara umum pada kabupaten Bondowoso yaitu sebagai berikut :
Tabel 1.11
Luas Wilayah Kabupaten Bondowoso dengan peruntukannya

Luas ( Km )
No Fungsi Kawasan Pemanfaatan Lahan %
Taman Nasional Gunung 262.45 16,82
1 Kawasan Lindung
Argopuro
Gunung Ijen 172.572 11.06
Gunung Raung 331.10 21.23
Kawasan Budidaya Kehutanan 569.640 36.5
2 Kawasan
Budidaya Kawasan Budidaya Non 224.338 14.39
Kehutanan
Jumlah 1,560.10 100.00
Sumber : Lakip Kabupaten Bondowoso Tahun 2015
20

Berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor: SK Menhut


No.395/Menhut-II/2011 tanggal 21 Juli 2011, tentang Kawasan Hutan Provinsi
Jawa Timur seluas ± 1.361.146 Hektar yang meliputi :

1. Dikelola oleh Perum Perhutani :


a. Hutan Produksi Tetap : 782.772 Ha
b. Hutan Lindung : 344.742 Ha
2. Dikelola oleh Kementerian LHK (Kawasan Suaka Alam/Kawasan
Pelestarian Alam

1.4.5 Kebudayaan Daerah Penelitian


Terdapat lima suku atau etnis di Kabupaten Bondowoso. Mayoritas dari Madura.
Minoritas lainnya adalah minoritas nonpribumi, yakni suku India, Arab, dan Cina
yang terdapat di ibu kota kabupaten. Umumnya dalam kesehariannya mereka
menggunakan bahasa Jawa (dialek Surabaya) bercampur bahasa Madura. Bahkan
hampir dua pertiga penduduk Bondowoso tidak bisa berbahasa Jawa sama sekali
dan hanya berbahasa Madura dalam kesehariannya.

1.4.6 Flora dan Fauna Daerah Penelitian


Fauna Identitas pada kabupaten Bondowoso pada provinsi Jawa Timur merupakan
fauna khas yang menjadi maskot kota dan kabupatennya. Hewan-hewan ini
melengkapi ayam bekisar yang merupakan dan ditetapkan sebagai fauna identitas
provinsi Jawa Timur. Adapun hewan khas endemik asli dari kabupaten
Bondowoso yaitu Sapi Aduan.

Begitu juga kondisi geografis yang dominan perbukitan menjadikan kabupaten


Bondowoso sangat potensial untuk pengembangan sektor perkebunan. Dengan
melibatkan peran masyarakat secara aktif, pengembangan sektor perkebunan bisa
lebih semakin optimal melalui penanaman tanaman semusim dan tahunan.
Perkebunan tanaman semusim Disesuaikan dengan kondisi tanah, iklim dan curah
hujan yang sesuai dengan jenis komoditas. Untuk perkebunan tanaman tahunan
diarahkan untuk tanaman keras dengan perakaran kuat. Alokasi perkebunan
21

tanaman tahunan ini terutama di kawasan yang berbatasan dengan kawasan


lindung yang sekaligus berfungsi sebagai kawasan penyangga.

1.5 Waktu Pelaksanaan


Studi eksplorasi dan pembuatan laporan eksplorasi dilakukan selama sekitar 2
bulan termasuk pengamatan langsung di lapangan dan analisis data-data geologi,
sosial budaya dan keekonomiannya.

Tabel 1.12
Jadwal Penelitian untuk kegiatan Studi Ekplorasi

Maret April Mei


Nama kegiatan

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

Pemetaan geologi

Pemetaan topografi

Pengambilan sampel

Pemboran

1.6 Metode dan Peralatan


Metode eksplorasi yang digunakan adalah metode eksplorasi langsung dan
tidak langsung. Pada kegiatan eksplorasi menggunakan metode Geofisika dan
Geologi.
1. Eksplorasi Langsung
Eksplorasi langsung terdiri dari kegiatan langsung dilapangan yang dimulai
dari pemetaan dan pemboran serta pengambilan sample. Pemetaan yang
dilakukaan terbagi atas pemetaan topografi dan pemetaan geologi. Pemetaan
topografi untuk mengetahui tampak permukaan dari daerah penyelidikan.
Sedangkan pemetaan geologi dilakukan untuk mengetahui sebaran, litologi,
struktur dan kualitas bahan galian dengan dilakukannya pemboran. Semua data
yang diambil dari lapangan merupakan data primer. Pengambilan sampel
22

dilakukan pada setiap lubang bor.

Alat yang digunakan pada saat pemetaan topografi adalah kompas, theodolite
digital, dan GPS. Alat yang digunakan untuk perintisan jalan adalah bulldozer.
Alat yang digunakan untuk pemetaan geologi dan logging geofisika adalah
drilling machine, logging geofisika, radioaktif, water level test, dan pump.
Sedangkan alat untuk pengelolaan limbah dan lingkungan adalah soil pH
meter, dan water pH meter.
2. Eksplorasi Tidak Langsung
Eksplorasi tidak langsung merupakan data yang didapat dari jurnal ataupun
penyelidik terdahulu. Data ini disebut sebagai data sekunder. Analisis
laboratorium dan geokomia termasuk kedalam eksplorasi tidak langsung.
Eksplorasi tidak langsung membutuhkan laptop sebagai alat untuk melakukan
studi literature.

1.7 Pelaksanaan
Tenaga kerja yang bekerja untuk eksplorasi ini ada 5 orang untuk pemetaan
topografi dan 8 orang untuk pemetaan geologi dan pengelolaan limbah. Adapaun
yang bertanggung jawab atas semua kegiaitan eksplorasi adalah KTT Eksplorasi.
KTT Eksplorasi bertanggug jawab kepada Manajer Geologi dan Manajer
Lingkungan. Dibawah ini adalah nama tenaga kerja pada kegiatan eksplorasi :

Tabel 1.13
Pelaksana Kegiatan Eksplorasi
Status Kegiatan
No Nama Keahlian
Pekerjaan
Andyl Chaeza A Pemetaan Topografi
1 Ahli Geologi Dan Manajer Geologi
S.T, M.T Pemetaan Dan Geologi
Zuhrotus Sa’adah
2 Ahli Lingkungan Manajer Pemetaan Geologi
S.T, M.T Lingkungan
Evie Noviany D Keselamatan dan Pemetaan Topografi
3 S.T, M.T Kesehatan Kerja serta KTT Dan Geologi
Pengelolaan Lingkungan
Eka Rizky R Tenaga Ahli Pemetaan Topografi
4 Ahli Pemetaan
S.T, M.T
23

5 Alfian Maulana Ahli Pemboran Tenaga Ahli


Pemetaan Topografi
S.T, M.T
6 Aldy Elriq S S.T, Design Engineer Supervisior
Pemetaan Topografi
M.T
Melly Ayu S Asisten Tenaga Pemetaan Topografi
7 Pemetaan
S.T, M.T Ahli
Maudy C Sikopa Asisten Tenaga Pemetaan Topografi
8 S.T, M.T Pemetaan Ahli
11 Bryan M Operator Alat Berat Operator Pemetaan Geologi
Beko

12 Illa Firda Operator Alat Berat Operator Pemetaan Geologi


Anggraini
13 Rizky Ardhi W Operator Alat Berat Operator
Pemetaan Geologi
14 Herman Pengambil Semua Data Helper Pemetaan Geologi
15 Daniel Mahmud Pengelolaan Lingkungan Helper Pemetaan Geologi

16 Johanis Aristo Pengelolaan Lingkungan Helper Pemetaan Geologi


Rawul
17 Dhymas Wahyu T Pemboran Helper Pemetaan Geologi
18 Yopi Pemboran Helper Pemetaan Geologi
Kombongkila’
24

BAB II

GEOLOGI

2.1 Geologi Regional


Wilayah Kuasa Pertambangan Penyelidikan Umum PT. Devinaldi Chaeza terletak
pada geografi Kabupaten Bondowoso antara 113o 48’ 10” – 113o 48’ 26” Bujur
Timur dan 7o 50’ 10” – 7o 56’ 41” Lintang Selatan dengan batas –batas wilayah:
Utara : Kabupaten Situbondo
Selatan : Kabupaten Jember
Timur : Kabupaten Situbondo dan Kabupaten Banyuwangi
Barat : Kabupaten Situbondo dan Kabupaten Probolinggo
Kabupaten Bondowoso berda di antara pegunungan Kendeng utara dengan
puncaknya Gunung Raung, Gunung Ijen di sebelah timur serta kaki Pegunungan
Hyang dengan puncak Gunung Argopuro, Gunung Kerinci, dan Gunung Kilap di
sebelah barat. Sedangkan di sebelah utara terdapat Gunung Alas Sereh, Gunung
Biser, dan Gunung Bendusa.

Kondisi wilayah Kabupaten Bondowoso terdiri dari daerah pegunungan pada


bagian barat, dataran tinggi dan bergelombang pada bagian tengah, dan
pegunungan pada bagian timur. Kondisi dataran di Kabupaten Bondowoso terdiri
atas pegunungan dan perbukitan seluas 44,4%, 24,9% berupa dataran tinggi dan
dataran rendah 30,7% dari luas wilayah keseluruhan. Kabupaten Bondowoso
berada pada ketinggian 78-2.300 mdpl dengan rincian 3,27% berada pada
ketinggian di bawah 100 mdpl, 49,11% berada pada ketinggian di antara 100-500
mdpl, 19,75% pada ketinggian antara 500-1000 mdpl dan 27,87% berada pada
ketinggian di atas 1000 mdpl.
25

2.1.1 Geomorfologi
Geomorfologi daerah Bondowoso dan sekitarnya dapat dibagi atas empat
satuan morfologi sebagai berikut :
1. Satuan Perbukitan
Satuan perbukitan terdiri dari perbukitan vukanik dan lipatan yang
mendominasi daerah Bondowoso pada ketinggian sekitar diatas 1000
meter diatas permukaan laut. Satuan perbukitan mendominasi di batas
wilayah daerah Bondowoso, seperti daerah gunung Raung.
2. Satuan Perbukitan Lipatan
Satuan perbukitan lipatan mendominasi daerah Gunung Widodaren
ketinggian sekitar 500 meter diatas permukaan laut.
3. Satuan Lembah Vulkanik
Satuan lembah vukanik terbentuk disekitar gunung Raung akibat
letusan gunung Raung. Dimana lembah vulkanik terdapat berbagai
batuan hasil letusan gunung Raung seperti batuan beku dan piroklastik.

2.1.2 Litologi
Batuan Penyusun Dalam penafsiran batuan (litologi), dilihat dari pola dan sifat
garis kontur, maka hasil penafsiran litologi dapat dibedakan antara lain :
1. Batuan keras (litologi resisten) dicirikan oleh morfologi yang relatif
tinggi dengan pola kontur rapat.
2. Batuan lunak (litologi non resisten) dicirikan oleh morfologi yang
relatif landai dengan pola kontur rendah.
3. Batuan urai (endapan alluvial).
4. Batuan karbonat dicirikan oleh kenampakkan pebukitan karst (dolina,
uvala, dan lainnya).
5. Intrusi, dicirikan oleh pola kontur yang melingkar dan berbeda dengan
pola kontur sekitarnya (merupakan bukit terisolir).

2.1.3 Struktur
Struktur Geologi Kabupaten Bondowoso memiliki jalur lipatan sinklin dan
Antiklin Klabang yang berarah timur laut – barat daya, sesar normal dengan jurus
26

yang relative sama, serta sesar mendatar dengan arah relative barat daya–
tenggara. Wilayah Bondowso termasuk dalam rangkaian zona fisiografis gunung
api kuarter yang dikelompokkan dalam satu grup tersendiri sebagai Komplek
Pegunungan Ringgit – Buser (Van Bemmelen, 1949), dengan dominasi endapan
hasil aktifitas gunung api kwarter muda dan sedimentasi dataran intermountain
(Recent Volcanic Formation). Batuan penyusun utama terdiri dari batuan endapan
vulkanik hasil gunung api kwarter 21,6% dan hasil gunung api kwarter muda
62,8%, yang banyak mengandung leusit, tufa dan batupasir (5,6%), endapan
alluvium 8,5% dan fasies sedimen miosen 1,5% dengan komposisi ukuran
dominan lempung, lanau, lanau berpasir dan pasir halus (± 96,9%) dan ukuran
pasir kasar, kerikil, kerakal dan bongkah (±3,1%).

2.2 Penyelidik dan Hasil Penyelidikan Terdahulu

2.2.1 Nama Instansi/ Organisasi

2.2.2 Rekapitulasi Kegiatan Eksplorasi yang dilakukan

2.2.3 Geomorfologi
Daerah penyelidikan umumnya ditempati oleh satuan perbukitan bergelombang
rendah hingga sedang dengan ketinggian berkisar 100 – 1000 meter diatas
permukaan air laut. Kemiringan lereng berkisar 10O – 30O. Proses geomorfologi
yang bekerja adalah pelapukan dan erosi. Proses pelapukan berlangsung cukup
intensif, hal ini ditandai dengan tebalnya top soil sehingga batuan jarang untuk
dijumpai Singkapan batuan.

2.2.4 Litologi dan Stratigrafi


Litologi daerah penyelidikan diketahui berdasarkan hasil pemetaan geologi secara
langsung di lapangan. Berdasarkan variasi dan ciri litologi, maka litologi daerah
penyelidikan secara singkat terbagi atas 1 satuan batuan yang melingkup seluruh
wilayah. Satuan Breksi Argopuro yaitu Breksi gunungapi bersusunan Andesit
bersisipan dengan lava hasil dari letusan gunung Argopuro. Dari seluruh
ketebalan batuan dan bagian atasnya sudah terubah menjadi tanah.
27

BAB III
KEGIATAN PENYELIDIKAN

3.1 Penyelidikan Sebelum Lapangan


Kegiatan ini berupa persiapan sebelum ke lapangan yang meliputi studi literatur
geologi daerah peninjauan dari peneliti terdahulu, penyiapan peta topografi
dengan skala 1 : 5.000, peta geologi regional daerah penyelidikan untuk kegiatan
lapangan dengan skala 1 : 100.000.

3.2 Penyelidikan Lapangan


Tahap Kerja Lapangan dengan metode pemetaan permukaan yaitu dengan
mengamati ciri-ciri fisik tanah urug, pengukuran kedudukan lapisan, ketebalan,
dan, penyebaran. Pemetaan Geologi permukaan juga dilakukan dengan tujuan
mendapatkan variasi dan sebaran litologi serta struktur geologi. Data Geologi ini
akan membantu dalam penentuan jenis dari tanah urug serta berguna dalam
kegiatan eksplorasi dan eksploitasi tanah urug di daerah ini selanjutnya.

Data hasil Eksplorasi diolah dan di evaluasi untuk mengetahui pola penyebaran
tanah urug, cadangan tanah urug yang selanjutnya dapat digunakan untuk
penentuan areal prospek (Prospecting Area) untuk permohonan atau usulan daerah
Wilayah Izin Usaha Pertambangan (IUP) Izin Usaha Produksi.

3.2.1 Pemetaan Geologi


Pemetaan Geologi juga dilakukan dengan tujuan mendapatkan variasi dan
sebaran litologi serta struktur geologi. Data Geologi ini akan membantu dalam
penentuan korelasi singkapan tanah urug serta berguna dalam kegiatan eksplorasi
dan eksploitasi tanah urug di daerah ini selanjutnya.

Data hasil Eksplorasi diolah dan di evaluasi untuk mengetahui pola penyebaran
tanah urug, cadangan tanah urug yang selanjutnya dapat digunakan untuk
penentuan areal prospek (Prospecting Area) untuk permohon peningkatan usulan
daerah Kuasa Pertambangan (IUP) Izin Usaha Produksi.
28

Tujuan utama dari kegiatan pemetaan geologi adalah untuk mendapatkan


gambaran mengenai keadaan geologi lokasi penyelidikan dan untuk menentukan
titik pemboran yang merupakan semua singkapan yang ditemukan yang akan
dideskripsikan. Peralatan yang dipergunakan dalam pemetaan geologi diantaranya
GPS (GPSMAP 66S), theodolite digital (SOKKIA DT 740), dan kompas (Brunton
5008 ComPro).

3.2.1.1 Lokasi dan Luasan


Perusahaan ini di bangun masuk secara adminitrasi terletak di Desa Tanah Wulan,
Kecamatan Maesan, Kabupaten Bondowoso, Provinsi Jawa Timur. Dan
berbatasan Kabupaten Situbondo di utara, Kabupaten Situbondo dan Kabupaten
Banyuwangi di sebelah timur, Kabupaten Jember di selatan, Kabupaten Situbondo
dan Kabupaten Probolinggo di sebelah Barat. Luas lahan Wilayah Izin Usaha
Pertambangan seluas 15,5 Ha.

3.2.1.2 Metoda dan Skala


Pemetaan metode chaining atau pengukuran stratigrafi terukur dan terikat
sepanjang jalur pemetaan menggunakan theodolite digital (SOKKIA DT 740)
dilakukan dengan membuat titik detail sepanjang jalur pemetaan. Pemetaan
geologi Biasanya menggunakan skala pengamatan 1:5000. Inti pekerjaan ini
merupakan kombinasi 3 pekerjaan utama, yaitu navigasi dan pengukuran lintasan,
pengamatan dan pencatatan kondisi geologi secara detail, pengambilan contoh
batuan serta penggambaran peta.

3.2.1.3 Pengambilan Conto


Data yang di peroleh dari hasil eksplorasi adalah berupa data singkapan dan data
pengeboran. Dari data-data inilah kemudian akan dilakukan perhitungan
sumberdaya Tanah Urug di daerah penelitian. Metode yang dipakai adalah
navigasi dan pemetaan serta pengambilan contoh batuan.
29

3.2.2 Pemetaan Topografi/Batimetri


Dalam kegiatan eksplorasi pemrakarsa memetakan wilayah dengan pemetaan
topografi, dengan menggunakan alat theodolite, kompas yang selanjutnya data
akan diolah di dalam software arcgis dan kemudian membentuk peta topografi
dengan skala yang di digunakan 1 : 5000.

3.2.2.1 Lokasi dan Luasan


Lokasi pada kegiatan ini berada pada Desa Tanah Wulan, Kecamatan Maesan,
Kabupaten Bondowoso, Provinsi Jawa Timur. Dengan luas area izin usaha
pertambangan 5,43 hektar.

3.2.2.2 Metoda dan Skala


Pengukuran detail topografi (pengukuran situasi) selain dapat dilakukan langsung
dilapangan dapat pula dilakukan dengan teknik pemotretan dari udara sehingga
dalam waktu yang singkat dapat terukur atau terpotret daerah yang seluas
mungkin. Pada dasarnya metode fotogametris ini mencakup fotogametris metrik
dan interprestasi citra. Fotogametris metrik merupakan ilmu dan teknik
pengukuran citra, sedangkan interprestasi citra merupakan pengenalan serta
identifikasi suatu objek pada foto. Dengan metode fotogametris ini, pengukuran
tidak perlu dilakukan lansung dilapangan tetapi cukup dilaksanakan di
laboratorium melalui pengukuran pada citra foto. Untuk dapat melaksanakan
pengukuran tersebut, diperlukan bebrapa titik kontrol pada setiap foto udara. Titik
kontrol ini dapat dihasilkan dari proses fotogametris selanjutnya yaitu proses
triangulasi udara yang bertujuan memperbanyak titik kontrol foto (titik kontrol
minor) beradasarkan titik kontrol tanah yang ada.

Penyajian data tersebut sangat tergantung pada skala peta, semakin besar skala
peta tersebut akan semakin rinci data yang dapat di sajikan, dan sebaliknya
semakin kecil skala peta yang dibuat maka semakin kurang rinci pula data yang
disajikannya. Oleh sebeb itu skala yang digunakan yaittu 1 : 5000. Sebuah peta
topografi adalah representasi grafis secara rinci dan akurat mengenai keadaan
alam di suatu daratan.
30

3.2.3 Penyelidikan Lainnya

3.3 Penyelidikan Laboratorium Fisika


Penyelidikan laboratorium dilakukan pada sampel yang diambil dari lokasi
penelitian, penyelidikan dilakukan di laboratorium milik Institut Teknologi Adhi
Tama Surabaya. Penyelidikan laboratorium dilakukan untuk mengetahui tipe
batuan dan komposisi mineral pada setia sampel.

3.3.1 Metoda dan Nama Laboratorium


Metode yang digunakan untuk penyelidikan di laboratorium yaitu menggunakan
metode analisa kimia dan bertempat laboratorium Institut Teknologi Adhi Tama
Surabaya. Contoh Tanah Urug diambil dari hasil pengamatan lapangan berupa
coring dari pemboran dengan sistem coring (hasil pemboran inti). Contoh
batuan tanah urug yang diambil dibungkus dengan plastic sampel dengan perekat
klip agar tidak terpengaruh udara luar. Berat contoh Tanah Urug diambil ± 1
kg, kemudian diberi label, nomor, kedalaman, dan tanggal pengambilan, yang
berguna untuk sampling.

Analisa conto Tanah Urug yang diambil dilakukan pada laboratorium bertempat
laboratorium Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya dengan beberapa parameter
: Tebal Solanum, warna, struktur, tekstur, berat jenis, konsistensi, dan kandungan
unsur yang ada di dalam tanah urug lokasi penyelidikan. Seluruh parameter
merupakan parameter dasar untuk mengevaluasi sifat-sifat dan jenis dari tanah
urug.

3.3.2 Jenis Conto dan Jumlah


Jenis conto yang didapat dari pengeboran coring berupa hand specimen sample
dari singkapan-singkapan yang ada di daerah penyelidikan. Dengan jumlah lubang
bor yang di analisis yaitu terdiri dari 9 lubang bor.
31

BAB IV
HASIL PENYELIDIKAN

4.1 Blok/Prospek A
Secara umum daerah penyelidikan WIUP mempunyai prospek komoditas batuan
(tanah urug). Prospek utama dari penyelidikan ini adalah dari segi kelimpahan
sumberdaya dan urutan rencana penambangan dari yang terdekat ke akses jalan,
sehingga prospek penambangan mempunyai luasan sekitar 5,43 Ha atau sekitar
35% dari seluruh WIUP 15,5 Ha yang secara detil akan dibahas pada pembahasan
selanjutnya.

4.1.1 Pemetaan Geologi


Pemetaan geologi merupakan suatu tindakan yang dilakukan untuk mengetahui
sifat-sifat geologi yang terjadi di daerah eksplorasi yang berhubungan dengan
komoditas batuan yang akan diselidiki. Metode pemetaan geologi dilakukan
dengan kompilasi data lintasan terbuka dimana data geologi berupa singkapan
batuan dan tanah lapuknya, struktur geologi, batasan lithologi, serta indikasi
mineralisasi, diplot melalui alat GPS (global position system) kemudian
dituangkan kedalam peta kerja. Hasil pemetaan geologi ini kemudian dituangkan
dalam peta penyebaran potensi batuan, yang kemudian menjadi acuan dalam
penyusunan rencana kegiatan penambangan dan pembagian blok penambangan.

Peta geologi dibuat berdasarkan kesamaan sumber batuan dan proses geologi yang
terjadi. Data lapangan dilakukan delineasi batas satuan berdasarkan karakteristik
pola kontur tertentu yang menggambarkan proses geologi yang terjadi. Dalam
peta geologi lokal daerah WIUP satuan batuan terbagi 1, yaitu satuan Breksi
Argopuro yaitu Breksi gunungapi bersusunan Andesit bersisipan dengan lava.
32

Sumber : Arcgis
Gambar 4.1
Peta Geologi Lokal

4.1.1.1 Litologi
Litologi daerah penyelidikan diketahui berdasarkan hasil pemetaan geologi secara
langsung di lapangan. Berdasarkan variasi dan ciri litologi, maka litologi daerah
penyelidikan secara singkat terbagi atas 1 satuan batuan yang melingkup seluruh
wilayah WIUP Eksplorasi. Satuan Breksi Argopuro yaitu Breksi gunungapi
bersusunan Andesit bersisipan dengan lava hasil dari letusan gunung Argopuro.
Dari seluruh ketebalan batuan dan bagian atasnya sudah terubah menjadi tanah.
33

Tabel 4.1
Litologi Hasil Pemboran

Pasir Piroklastik

Pasir Piroklastik

Pasir Piroklastik

Pasir Piroklastik

Pasir Piroklastik

Pasir Piroklastik

Pasir Piroklastik

Pasir Piroklastik

Pasir Piroklastik

4.1.1.2 Struktur
Batuan yang terdapat di daerah penyelidikan merupakan batuan berumur kuarter
yang cenderung berumur muda dan tidak terpengaruh oleh proses deformasi
regional yang telah berlangsung sebelum batuan kuarter hadir. Batuan di daerah
penyelidikan berwarna coklat kehitaman dengan struktur remah sampai padat
dengan Pola struktur yang hadir di daerah penyelidikan berupa satu sungai disisi
timur laut.

4.1.2 Pemetaan Topografi/Batimetri


Pada tahap praeksplorasi Tanah Urug, dilakukan pengukuran topografi diarea
rencana tambang untuk lokasi yang secara fisik kondisinya masih berupa ladang
dan perkebunan. Data topografi ini telah diukur dengan alat total station dan
disajikan dalam peta topografi areal tambang Tanah Urug dengan skala 1:5.000.
Data yang didapat berupa data kontur topografi digital dengan selang/interval
kontur sebesar 50 yang diekspor menjadi kumpulan titik koordinat X, Y, Z
34

(Easting, Northing, Elevation) dan kemudian data ini di overley ke dalam peta
dasar topografi global sehingga topografi detail dapat tergambarkan pada area
eksplorasi.

Sumber : Arcgis
Gambar 4.2
Peta Topografi

4.1.3 Penyelidikan Lainnya

4.1.3.1 Hasil Penelitian

4.1.3.2 Interpretasi

4.1.4 Karakteristik Batuan


Kenampakan kondisi perlapisan pada lereng atau tebing-tebing daerah bukaan
yang telah ada sangat memudahkan dalam melakukan kegiatan ini, oleh karena
pemercontoan dilakukan permeter kedalaman sehingga anlisa lapangan ini juga
dilakukan permeter dari kondisi perlapisan yang ada. Untuk mengetahui
kandungan endapan mineral dan batuan secara langsung dilapangan, dilakukan
35

dengan dua pengamatan. Pengamatan pertama dengan melihat karakteristik warna


dan tekstur tanah dan yang kedua dengan melakukan pengambilan contoh dengan
chip sampling, hal ini dilakukan untuk mengetahui tingkat konsentrasi dan
kandungan mineral yang ada pada setiap lapisan.

Karakteristik batuan pada satuan Breksi Argopuro diperkirakan telah terlapukan


sekitar 47 persen terlihat dari ubahan warna dari batuan aslinya dan remahnya
kekompakan satuan batuan, dimana bongkah andesit telah terlapukan menjadi
ukuran fragmen yang lebih kecil.

4.2 Blok/Prospek

4.3 Estimasi Sumber Daya


Hasil Estimasi Sumberdaya dan Cadangan; Dari hasil kegiatan pemetaan geologi,
pemetaan topografi, dan model endapan maka akan dievaluasi seberapa besar
sumberdaya endapan bahan galian yang akan diperoleh di lokasi pekerjaan
Pemrakarsa.

4.3.1 Metoda
Metode yang digunakan untuk perhitungan sumber daya pada bahan galian Tanah
Urug yaitu menggunakan metode cross section (metode penampang). Kemudian
untuk perhitungannya dengan menghitung luas dari masing-masing sayatan yang
meliputi luasan dari Tanah Urug yang dilakukan dengan bantuan software
pemodelan dalam tambang, setelah itu dilanjutkan menghitung volume serta
menghitung tonase Tanah Urug dengan densitas Tanah Urug sebesar 1,7 ton/m³.

4.3.2 Parameter Estimasi


Dalam penentuan sumber daya batu bara dapat menggunakan parameter berikut :
1. Lokasi daerah yang memiliki potensi Tanah Urug
2. Bentuk endapan Tanah Urug
3. Ketebalan Tanah Urug
4. Luas lahan eksplorasi
5. Luas WIUP Eksplorasi
36

6. Luas IUP eksplorasi


Dalam perhitungan sumber daya, ada beberapa parameter lain yang digunkan
yaitu dianataranya adalah :
1. Sumber Daya Tereka
Jumlah Tanah Urug didaerah penyelidikan atau bagian dari daerah
penyelidikan, yang dihitung berdasarkan data yang memenuhi syarat –
syarat yang ditetapkan untuk tahap eksplorasi pendahuluan. Parameter
dalam penentuan sumber daya tereka yaitu :
1) Luasan daerah tahap eksplorasi pendahuluan menggunakan luasan
Lahan eksplorasi ( 21,5 ha )
2) Densitas Tanah Urug yang digunakan 1,7 ton/ m3.
2. Sumber Daya Terunjuk
Jumlah Tanah Urug didaerah penyelidikan atau bagian dari daerah
penyelidikan, yang dihitung berdasarkan data yang memenuhi syarat-
syarat yang ditetapkan untuk tahap eksplorasi pendahuluan. Parameter
dalam penentuan sumber daya terunjuk yaitu :
1) Luas lahan WIUP eksplorasi ( 15,5 ha )
2) Densitas Tanah Urug yang digunakan 1,7 ton/ m3.
3. Sumber Daya Terukur
Jumlah Tanah Urug didaerah penyelidikan atau bagian dari daerah
penyelidikan, yang dihitung berdasarkan data yang memenuhi syarat –
syarat yang ditetapkan untuk tahap eksplorasi rinci. Parameter dalam
penentuan sumber daya terukur yaitu :
1) Luas IUP Eksplorasi (5,43 ha), luas lahan sudah lebih rapat dengan
lubang bor terluar.
2) Densitas Tanah Urug yang digunakan 1,7 ton/ m3.
37

Sumberdaya
Kondisi
geologi Kriteria Hipotetik Tereka Tertunjuk Terukur
Jarak titik Tidak
X≤500
Sederhana informasi(m) terbatas 1000<X≤1500 500<X≤1000
Jarak titik Tidak
X≤250
Moderat informasi(m) terbatas 500 <X≤1000 250<X≤500
Jarak titik Tidak
X≤100
Kompleks informasi(m) terbatas 200<X≤400 100<X≤200

4.3.3 Jumlah dan Klasifikasi Sumber Daya


Langkah – langkah untuk mendapatkan Sumber daya pada tahap eksplorasi.
1. Sumber Daya Tereka
Berdasarkan parameter yang telah ditentukan, maka langkah untuk
mendapatkan sumber daya tereka yaitu :
Luas lahan diketahui jumlah tonasenya yang kemudian dikalikan
dengan densitas dari Tanah Urug
Diketahui :
Luas lahan : 21,5 Ha
Densitas Tanah Urug : 1,7 ton/m3
2. Sumber Daya Terunjuk
Berdasarkan parameter yang telah ditentukan, maka langkah untuk
mendapatkan sumber daya terunjuk yaitu :
Luas lahan WIUP Eksplorasi diketahui jumlah tonasenya yang
kemudian dikalikan dengan densitas dari Tanah Urug
Diketahui :
Luas WIUP Eksplorasi : 15,5 Ha
Densitas Tanah Urug : 1,7 ton/m3
3. Sumber Daya Terukur
Berdasarkan parameter yang telah ditentukan, maka langkah untuk
mendapatkan sumber daya terukur yaitu :
38

Luas lahan IUP Eksplorasi yang merukpakan lokasi pemboran dihitung


jumlah tonasenya yang kemudian dikalikan dengan densitas dari
Tanah Urug
Diketahui :
Luas IUP Eksplorasi : 5,43 Ha
Densitas Tanah Urug : 1,7 ton/m3

Sumber : Arcgis
Gambar 4.3
Peta Sebaran Sumberdaya
39

Sumber : Surfer
Gambar 4.4
Hasil Permodelan Sumberdaya
Matrik 1. Estimasi Sumber Daya

Sumber Daya
No Nama Tereka Terunjuk Terukur Luas
Blok/Pros Volume Tonase Volume Tonase Volume Tonase (Ha)
pek (m3) (ton) (m3) (ton) (m3) (ton)
1 Tanah 15.841.635.85 26.930.780,9 12.596.444,084 21.413.954,94 4.872.357.612 8.283.007,941 21,5
Urug 6244 m3 56 ton 723 m3 4 ton 711 m3 6 ton Ha

40
BAB V
LINGKUNGAN DAN KSELAMATAN PERTAMBANGAN

5.1 Lingkungan
Penyakit Akibat Kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan, alat kerja,
bahan, proses maupun lingkungan kerja. Dengan demikian Penyakit Akibat Kerja
merupakan penyakit yang artifisial atau man made disease. Dalam melakukan
pekerjaan apapun, sebenarnya kita berisiko untuk mendapatkan gangguan kesehatan
atau penyakit yang ditimbulkan oleh penyakit tersebut.

Pada simposium internasional mengenai penyakit akibat hubungan pekerjaan yang


diselenggarakan oleh ILO (International Labour Organization) di Linz, Austria,
dihasilkan definisi menyangkut PAK sebagai berikut :
1. Penyakit Akibat Kerja – Occupational Disease adalah penyakit yang mempunyai
penyebab yang spesifik atau asosiasi yang kuat dengan pekerjaan, yang pada
umumnya terdiri dari satu agen penyebab yang sudah diakui.
2. Penyakit yang Berhubungan dengan Pekerjaan – Work Related Disease adalah
penyakit yang mempunyai beberapa agen penyebab, dimana faktor pekerjaan
memegang peranan bersama dengan faktor risiko lainnya dalam berkembangnya
penyakit yang mempunyai etiologi kompleks.
3. Penyakit yang Mengenai Populasi Kerja – Disease of Fecting Working
Populations adalah penyakit yang terjadi pada populasi pekerja tanpa adanya agen
penyebab ditempat kerja, namun dapat diperberat oleh kondisi pekerjaan yang
buruk bagi kesehatan.

Menurut Cherry, 1999 “ An occupational disease may be defined simply as one that
is cause , or made worse, by exposure at work. Di sini menggambarkan bahwa secara
sederhana sesuatu yang disebabkan, atau diperburuk, oleh pajanan di tempat kerja.
19

Atau, “ An occupational disease is health problem caused by exposure to a workplace


hazard ” (Workplace Safety and Insurance Board, 2005), Sedangkan dari definisi
kedua tersebut, penyakit akibat kerja adalah suatu masalah Kesehatan yang
disebabkan oleh pajanan berbahaya di tempat kerja.

Dalam hal ini, pajanan berbahaya yang dimaksud oleh Work place Safety and
Insurance Board ( 2005 ) antara lain :
1. Debu, gas, atau asap
2. Suara / kebisingan ( noise )
3. Bahan toksik ( racun )
4. Getaran ( vibration )
5. Radiasi
6. Infeksi kuman atau dingin yang ekstrem
7. Tekanan udara tinggi atau rendah yang ekstrem

Menurut Keputusan Presiden Nomor 22 tahun 1993 tertanggal 27 Februari 1993,


Penyakit yang timbul akibat hubungan kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh
pekerjaan atau lingkungan kerja (pasal 1). Keputusan Presiden tersebut melampirkan
Daftar Penyakit yang di antaranya yang berkaitan dengan pulmonologi termasuk
pneumokoniosis dan silikotuberkulosis, penyakit paru dan saluran nafas akibat debu
logam keras, penyakit paru dan saluran nafas akibat debu kapas, vals, henep dan sisal
(bissinosis), asma akibat kerja, dan alveolitis alergika.

Pasal 2 Keputusan Presiden tersebut menyatakan bahwa mereka yang menderita


penyakit yang timbul karena hubungan kerja berhak memperoleh jaminan kecelakaan
kerja. Keputusan Presiden tersebut merujuk kepada Undang-Undang RI No 3 tahun
1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja, yang pasal 1 nya menyatakan
bahwa kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang terjadi berhubung dengan hubungan
kerja, termasuk penyakit yg timbul karena hubungan kerja, demikian pula kecelakaan
yang terjadi dalam perjalanan berangkat dari rumah menuju tempat kerja, dan pulang
ke rumah melalui jalan yg biasa atau wajar dilalui. Beberapa jenis
20

penyakit pneumoconiosis yang banyak dijumpai di daerah yang memiliki banyak


kegiatan industri dan teknologi, yaitu :

1. Penyakit Silikosis
Penyakit Silikosis disebabkan oleh pencemaran debu silika bebas, berupa SiO2
yang terhisap masuk ke dalam paru-paru dan kemudian mengendap. Debu silika
bebas ini banyak terdapat di pabrik besi dan baja, keramik, pengecoran beton,
bengkel yang mengerjakan besi (mengikir, menggerinda, dll). Selain dari itu,
debu silika juga banyak terdapat di tempat di tempat penampang bijih besi, timah
putih dan tambang batubara.

Debu silika yang masuk ke dalam paru-paru akan mengalami masa inkubasi
sekitar 2 sampai 4 tahun. Masa inkubasi ini akan lebih pendek, atau gejala
penyakit silicosis akan segera tampak, apabila konsentrasi silika di udara cukup
tinggi dan terhisap ke paru-paru dalam jumlah banyak. Penyakit silicosis
ditandai dengan sesak nafas yang disertai batuk-batuk. Batuk ini seringkali tidak
disertai dengan dahak. Pada silicosis tingkah sedang, gejala sesak nafas yang
disertai terlihat dan pada pemeriksaan fototoraks kelainan paru-parunya mudah
sekali diamati.
Bila penyakit silicosis sudah berat maka sesak nafas akan semakin parah dan
kemudian diikuti dengan hipertropi jantung sebelah kanan yang akan
mengakibatkan kegagalan kerja jantung.

Tempat kerja yang potensial untuk tercemari oleh debu silika perlu mendapatkan
pengawasan keselamatan dan kesehatan kerja dan lingkungan yang ketat sebab
penyakit silicosis ini belum ada obatnya yang tepat. Tindakan preventif lebih
penting dan berarti dibandingkan dengan tindakan pengobatannya. Penyakit
silicosis akan lebih buruk kalau penderita sebelumnya juga sudah menderita
penyakit TBC paru-paru, bronchitis, astma broonchiale dan penyakit saluran
pernapasan lainnya.
21

Pengawasan dan pemeriksaan kesehatan secara berkala bagi pekerja akan sangat
membantu pencegahan dan penanggulangan penyakit-penyakit akibat kerja. Data
kesehatan pekerja sebelum masuk kerja, selama bekerja dan sesudah bekerja
perlu dicatat untuk pemantulan riwayat penyakit pekerja kalau sewaktu – waktu
diperlukan.
2. Penyakit Asbestosis
Penyakit Asbestosis adalah penyakit akibat kerja yang disebabkan oleh debu
atau serat asbes yang mencemari udara. Asbes adalah campuran dari berbagai
macam silikat, namun yang paling utama adalah Magnesium silikat. Debu asbes
banyak dijumpai pada pabrik dan industri yang menggunakan asbes, pabrik
pemintalan serat asbes, pabrik beratap asbes dan lain sebagainya.

Debu asbes yang terhirup masuk ke dalam paru-paru akan mengakibatkan gejala
sesak napas dan batuk-batuk yang disertai dengan dahak. Ujung-ujung jari
penderitanya akan tampak membesar atau melebar. Apabila dilakukan
pemeriksaan pada dahak maka akan tampak adanya debu asbes dalam dahak
tersebut. Pemakaian asbes untuk berbagai macam keperluan kiranya perlu diikuti
dengan kesadaran akan keselamatan dan kesehatan lingkungan agar jangan
sampai mengakibatkan asbestosis ini.
3. Penyakit Bisinosis
Penyakit Bisinosis adalah penyakit pneumoconiosis yang disebabkan oleh
pencemaran debu napas atau serat kapas di udara yang kemudian terhisap ke
dalam paru-paru manusia. Debu kapas atau serat kapas ini banyak dijumpai pada
pabrik pemintalan kapas, pabrik tekstil, perusahaan dan pergudangan kapas serta
pabrik atau bekerja lain yang menggunakan kapas atau tekstil seperti tempat
pembuatan kasur, pembuatan jok kursi dan lain sebagainya.

Masa inkubasi penyakit bisinosis cukup lama, yaitu sekitar 5 tahun. Tanda-tanda
awal penyakit bisinosis ini berupa sesak napas, terasa berat pada dada, terutama
pada hari Senin (yaitu hari awal kerja pada setiap minggu). Secara psikis setiap
22

hari Senin bekerja yang menderita penyakit bisinosis merasakan beban berat
pada dada serta sesak nafas. Reaksi alergi akibat adanya kapas yang masuk ke
dalam saluran pernapasan juga merupakan gejala awal bisinosis. Pada bisinosis
yang sudah lanjut atau berat, penyakit tersebut biasanya juga diikuti dengan
penyakit bronchitis kronis dan mungkin juga disertai dengan emphysema.
4. Penyakit Beriliosis
Udara yang tercemar oleh debu logam berilium, baik yang berupa logam murni,
oksida, sulfat, maupun dalam bentuk halogenida, dapat menyebabkan penyakit
saluran pernapasan yang disebut beriliosis. Debu logam tersebut dapat
menyebabkan nasoparingtis, bronchitis dan pneumonitis yang ditandai dengan
gejala sedikit demam, batuk kering dan sesak napas. Penyakit beriliosis dapat
timbul pada pekerja-pekerja industri yang menggunakan logam campuran
berilium, tembaga, pekerja pada pabrik fluoresen, pabrik pembuatan tabung radio
dan juga pada pekerja pengolahan bahan penunjang industri nuklir.

Adapun beberapa penyakit akibat kerja, antara lain:


1. Penyakit Saluran Pernafasan
PAK pada saluran pernafasan dapat bersifat akut maupun kronis. Akut misalnya
asma akibat kerja. Sering didiagnosis sebagai tracheobronchitis akut atau karena
virus. Kronis, missal : asbestosis. Seperti gejala Chronic Obstructive Pulmonary
Disease (COPD). Edema paru akut dapat disebabkan oleh bahan kimia seperti
nitrogen oksida.
2. Penyakit Kulit
Pada umumnya tidak spesifik, menyusahkan, tidak mengancam kehidupan,
kadang sembuh sendiri. Dermatitis kontak yang dilaporkan, 90% merupakan
penyakit kulit yang berhubungan dengan pekerjaan. Penting riwayat pekerjaan
dalam mengidentifikasi iritan yang merupakan penyebab, membuat peka atau
karena faktor lain.
23

3. Kerusakan Pendengaran
Banyak kasus gangguan pendengaran menunjukan akibat pajanan kebisingan
yang lama, ada beberapa kasus bukan karena pekerjaan. Riwayat pekerjaan
secara detail sebaiknya didapatkan dari setiap orang dengan gangguan
pendengaran. Dibuat rekomendasi tentang pencegahan terjadinya hilangnya
pendengaran.
4. Gejala pada Punggung dan Sendi
Tidak ada tes atau prosedur yang dapat membedakan penyakit pada punggung
yang berhubungan dengan pekerjaan daripada yang tidak berhubungan dengan
pekerjaan. Penentuan kemungkinan bergantung pada riwayat pekerjaan. Artritis
dan tenosynovitis disebabkan oleh gerakan berulang yang tidak wajar.
5. Kanker
Adanya presentase yang signifikan menunjukan kasus Kanker yang disebabkan
oleh pajanan di tempat kerja. Bukti bahwa bahan di tempat kerja, karsinogen
sering kali di dapat dari laporan klinis individu dari pada studi epidemiologi.
Pada Kanker pajanan untuk terjadinya karsinogen mulai > 20tahun sebelum
dilakukan diagnosis.

5.2 Keselamatan Pertambangan


Keselamatan kerja adalah usaha melakukan pekerjaan tanpa ada kecelakaan.
Kecelakaan kerja selain menyebabkan hambatan-hambatan langsung juga merupakan
kerugian-kerugian secara tidak langsung yakni kerusakan mesin dan peralatan kerja,
terhentinya proses produksi untuk beberapa saat, kerusakan pada lingkungan kerja,
dan lain-lain.

Hakekat keselamatan kerja adalah mengadakan pengawasan terhadap 4M, yaitu


manusia (man), alat-alat atau bahan-bahan (materials), mesin-mesin (machines), dan
metode kerja (methods) untuk memberikan lingkungan kerja yang aman sehingga
tidak terjadi kecelakaan manusia atau tidak terjadi kerusakan/kerugian pada alat-alat
24

dan mesin. Hal-hal yang harus dilakukan dalam menciptakan keselamatan kerja
antara lain :
1. Pencegahan Kecelakaan
Pencegahan kecelakaan dimulai sejak perencanaan perusahaan dan pengaturan
proses produksi yang akan dicapai. Suatu prinsip penting pada semua perencanaan
adalah menekan kecelakaan sekecil mungkin dan menanggulanginya seefektif
mungkin.
2. Pengawasan Terhadap Kemungkinan Terjadinya Kecelakaan.
Saat terbaik untuk menanggulangi kecelakaan adalah sebelum kecelakaan itu
terjadi. Usaha keselamatan dan kesehatan kerja yang harus dilakukan adalah
mengawasi tindakan dan kondisi tidak aman.
3. Sistem Tanda Bahaya Kecelakaan dalam Pertambangan
Pemakaian tanda peringatan, warna dan label sangat penting bagi keselamatan
para pekerja untuk megetahui bahaya kecelakaan.
a. Peringatan dan tanda-tanda
Contoh peringatan-peringatan yang harus dipasang :
1) “Dilarang merokok”
2) “Awas tegangan tinggi”
3) “Hati-hati berbahaya” dipasang pada tempat-tempat yang mengakibatkan
kecelakaan.
4) Juga dipasang tanda-tanda lalu lintas pada jalan masuk tambang
b. Pemakaian Warna
Contoh penggunaan warna dalam keselamatan kerja :
1) Merah, untuk tanda berhenti, alat-alat yang memberikan pertanda berhenti
dan alat pemadam kebakaran.
2) Hijau, untuk jalan penyelamatan diri, tempat-tempat untuk PPPK dan
instalasi-instalasi keselamatan.
3) Jingga (orange) dipakai untuk menunjukkan adanya bahaya, misalnya daerah
yang harus disertai pagar pengaman.
25

4) Putih dipakai untuk garis-garis jalan.


c. Label
Bahan-bahan berbahaya dan wadahnya harus diberi label pada wadah-wadah
yang dipakai untuk bahan beracun, korosif dan dapat terbakar atau lain-lainnya.
Penggunaan lambang harus juga disertai dengan keterangan sebagai penjelasan
memuat :
1) Nama bahan
2) Uraian tentang bahaya utama dan bahaya lainnya
3) Penjelasan cara-cara pencegahan yang harus diambil
4) Jika perlu petunjuk tentang pertolongan pertama atau tindakan-tindakan lain
yang sederhana dalam hal kecelakaan atau keadaan darurat.
4. Pelatihan dan Penyuluhan
Tingkat keselamatan tergantung dari sikap dan praktek semua orang yang terlibat
dalam perusahaan pertambangan. Maka dari itu, penyuluhan dan pelatihan sangat
penting peranannya bagi peningkatan penghayatan keselamatan kerja dan
pencegahan kecelakaan. Penyuluhan adalah pemberian informasi yang dapat
menimbulkan kejelasan pada orang-orang yang bersangkutan. Latihan lebih
khusus menyangkut keterampilan dalam keselamatan kerja dan pencegahan
kecelakaan.
Cara-cara yang digunakan dalam penyuluhan antara lain :
a. Poster
Poster adalah alat penunjang bagi keselamatan kerja dan pencegahan
kecelakaan. Poster membantu tenaga kerja untuk jauh lebih memikirkan
keselamatan. Poster dapat dipakai untuk pengarahan suatu sikap atau tindakan
yang selamat.
b. Film dan Slide
Suatu film dapat memperlihatkan suatu cerita tentang suatu kecelakaan dengan
menunjukkan lingkungan kerja, bagaimana timbulnya situasi yang berbahaya,
26

bagaimana terjadinya kecelakaan, apa akibat-akibat kecelakaan dan bagaimana


mencegah suatu kecelakaan yang akan ditimbulkan.

c. Ceramah, diskusi dan konferensi


Seperti halnya poster, film, dan alat penyuluhan lain. Ceramah, diskusi, dan
koferensi memberikan kesempatan secara langsung untuk mendiskusikan suatu
keselamatan kerja antara pendengar dan pembicara.

Tabel 5.1
Langkah-langkah Pelaksanaan Keselamatan Pertambangan
No. Kegiatan Uraian
1. Patroli a. Implementasi peninjauan atau pengecekan untuk
keamanan mengantisipasi kekurangan dan kondisi yang tidak aman
b. Melakukan tindakan pencegahan dengan pemberhentian
dan peringatan jika terdapat hal-hal yang bertentangan
dengan peraturan K3
c. Melaporkan secara lisan/tertulis kepada supervisor dari
pelanggar peraturan
2. Inspeksi a. Cek kondisi alat pemadam api
keamanan b. Cek kondisi fasilitas transportasi
c. Cek kondisi fasilitas bengkel
d. Cek kondisi dan penataan gedung
e. Cek kondisi dan penataan camp utama dan lokasi kerja
3. Diskusi a. Diskusi masalah keselamatan pada saat jam kerja
masalah b. Diskusi pagi dengan karyawan, membantu dan memonitor
keselamatan realisasi diskusi pagi
4. Kampanye a. Implementasi pengutamaan keselamatan kerja pada setiap
keselamatan tingkat pekerjaan yang dilakukan dengan sistem
pendekatan pribadi, pemberian pelajaran dan slogan yang
27

diedarkan
b. Evaluasi kontes keselamatan
5. Pelindung a. Inventaris alat pencegahan sendiri
keamanan b. Melengkapi kekurangan peralatan K3
c. Memonitor pemakaian
d. Cek dan lengkapi perlindungan keselamatan pada alat dan
rambu
6. Pemilihan a. Cek jenis peralatan
operator b. Cek kesehatan para operator
c. Cek mental para operator
7. Laporan a. Laporan kecelakaan
keselamatan b. Laporan bulanan
kerja c. Laporan pelatihan
28

BAB VI
KEUANGAN

6.1 Biaya Langsung dan Biaya Tidak Langsung


Biaya yang digunakan dari semua pengeluaran kegiatan eksplorasi, dengan
memisahkan biaya langsung dan biaya tidak langsung yang digunakan selama proses
eksplorasi.

Matrik 2. Rincian Realisasi Biaya Eksplorasi


Keterangan Kuantitas Biaya Total
(Satuan) (Rp) (Rp)
Biaya Langsung terdiri
dari :
Pemetaan Regional 15,5 Ha 53.450.000 53.450.000
Pemetaan detil 15,5 Ha 56.000.000 56.000.000
Pemetaan 15,5 Ha 54.250.000 54.250.000
Topografi/Batimetri
Analisa Conto 1 Kg 5.000.000 5.000.000
Biaya Tidak Langsung,
terdiri dari :
Biaya tenaga kerja 18 orang 318.000.000 318.000.000
Transportasi 1 Paket 7.500.000 7.500.000
Sewa Kantor 1 Ruangan 10.000.000 10.000.000
Analisa Laboratorium Sampel 5.000.000 5.000.000

6.2 Penerimaan Negara


Pajak yang harus dibayarkan Pemrakasa sebesar 25% kepada pemerintah dari biaya
yang di keluarkan saat kegiatan eksplorasi yaitu Rp. 127.300.000
29

BAB VII
KESIMPULAN

Hasil eksplorasi di lokasi pertambangan PT. Devinaldi Chaeza selaku Pemrakarsa


yang terletak di Desa Tanah Wulan, Kecamatan Maesan, Kabupaten Bondowoso
adalah sebagai berikut:
1. Tata guna lahan yang ada di sekitar lokasi eksplorasi adalah sebagai jalan,
sungai, ladang, hutan kering, dan área perkebunan. Khusus untuk di dalam
wilayah WIUP adalah ladang, perkebunn, jalan, dan sungai.
2. Luas area prospek untuk ditambang adalah sebesar ± 5,43 Ha dari luas WIUP
15,5 Ha, dengan batasan elevasi terendah 625 m batasan elevasi tertinggi 850
m.
3. Komoditas tambang berupa Batuan Tanah Urug yang terdapat di daerah
penyelidikan berupa produk dari letusan Gunung Argopuro yaitu Breksi
Argopuro yang telah mengalami pelapukan. Sehingga dapat dikelompokkan
dalam tanah urug jenis semi padas.
4. Jumlah sumberdaya tereka pada lokasi penyelidikan 26.930.790,956 ton,
sumberdaya terunjuk sebesar 21.413.954,944 ton, dan sumberdaya terukur
sebesar 8.283.007,9416 ton.
30

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik. 2012. Kabupaten Bondowoso dalam Angka 2012. Bondowoso:
BPS.

Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Bondowoso. 2012. Pendapatan Daerah


Kabupaten Bondowoso 2012. Bondowoso : Dipenda.

Panigoro, Edwin. 2013. Geomorfologi Bondowoso. Malang : Universitas Brawijaya


Malang

Sapei, Suganda, Astadiredja, Suharsono. 1992. Peta Geologi Lembar Jember, Jawa.
Bandung : Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi.

Van Bemmeln R. W. 1949. The Geology of Indonesia V. I. A. Government Printing


Offive : The Hague.

Anda mungkin juga menyukai