PENDAHULUAN
Batuan (batu dan urugan) merupakan bahan baku utama dalam pekerjaan
konstruksi mulai dari konstruksi skala kecil hingga pekerjaan berskala besar.
Kebutuhan akan bahan atau material bangunan terutama batu dan urugan semakin
meningkat seiring dengan perkembangan pembangunan sarana dan prasarana atau
infrastruktur, sedangkan suplai material batu dan urugan sering mengalami
hambatan karena terkendala oleh sarana transportasi (jarak), jumlah armada dan
jumlah stok batuan dan urugan. Kondisi ini membuka peluang bagi pengusaha
tambang batuan di Jawa Timur untuk ikut berperan serta di dalam pembangunan
daerah.
Ditinjau dari aspek geologis, Provinsi Jawa Timur memiliki potensi sumber daya
energi dan bahan tambang yang beragam dan jumlah cadangan yang layak untuk
di kembangkan. Di wilayah utara di dominasi oleh kelompok migas dan bahan
galian industri (seperti batu gamping, dolomit, fosfat), di bagian tengah di
dominasi oleh kelompok mineral industri (jenis-jenis lempung dan agregat atau
material bangunan (batu dan urugan), dan di bagian selatan di dominasi oleh
kelompok mineral industri (batu gamping) dan mineral logam. Potensi energi dan
pertambangan yang besar ini perlu di kelola dengan sebaik mungkin sehingga
mampu mencukupi kebutuhan energi dan bahan–bahan tambang untuk wilayah
Provinsi Jawa Timur dan mendukung terpenuhnya pembangunan nasional.
1
2
Bagi pihak Devinaldi Chaeza, dokumen ekplorasi ini akan menjadi landasan serta
acuan kerja yang menjadi dasar bagi pelaksanaan kegiatan di lapangan, yang
meliputi : kegiatan eksplorasi awal, kegiatan eksplorasi Detil serta sampai pada
perhitungan sumber daya. Dengan demikian akan didapatkan hasil kerja yang
optimal sesuai dengan sasaran dan target yang telah ditentukan.
1.1.1 Perizinan
Perizinan usaha pertambangan memiliki dasar hukum berupa Undang- Undang
Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 serta pasal 33 dan ayat 3, yang
3
berbunyi bahwa bumi dan air serta kekayaan lainnya yang terkandung
didalamnya, juga dikuasai oleh negara dan digunakan untuk kemakmuran rakyat,
juga terkandung didalam undang- undang nomor 4 tahun 2009 tentang
pertambangan batubara dan mineral. Adanya perundang- undangan mengenai
pertambangan maka jika ingin mendirikan sebuah usaha pertambangan maka
harus mendapatkan izin dari pemerintah terlebih dahulu. Untuk tata cara
permohonan izin usaha jasa pertambangan ada beberapa hal yang harus
diketahui, pertama adalah administratif, kedua teknis, ketiga lingkungan dan
keempat adalah financial.
Tabel 1.1
Perizinan
sebesar 25% dari total pendapatan bersih. Surat keterangan tanah dikeluarkan oleh
Badan Pertanahan Nasional.
Tabel 1.2
Kesampaian Lokasi Menuju Konsesi PT. Devinaldi Chaeza
JARAK
NO JALUR KETERANGAN
TEMPUH
Jl. Arif Rahman Hakim - 209 km / 4 Jam 8 Jalan Kota, Beraspal 30-
1
Kabupaten Bondowoso menit 40 km/jam
Jalan kabupaten,
Kabupaten Bondowoso -
2 31 km / 56 menit beraspal, kecepatan 40
Lokasi Penambangan
km/jam
Tabel 1.3
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Berdasarkan Harga Dasar Berlaku (HB)
( %) ( %) ( %) ( %) ( %)
1 Pertanian 44,81 44,62 44,28 43,58 42,89
2 Pertambangan & Penggalian 0,81 0,80 0,78 0,76 0,72
3 Industri Pengolahan 16,24 16,18 16,12 16,16 16,25
4 Listrik ,Gas & Air Bersih 0,61 0,60 0,59 0,57 0,55
5 Konstruksi 1,20 1,21 1,26 1,33 1,42
6 Perdagangan, Hotel, & Restaurant 24,64 24,83 25,24 25,91 26,58
7 Pengakutan &Komunikasi 1,50 1,49 1,47 1,46 1,45
8 Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 2,33 2,53 2,36 2,39 2,42
9 Jasa – jasa 7,86 7,92 7,90 7,85 7,71
Jumlah 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Bondowoso Tahun 2008 – 2012
Tabel 1.4
Realisasi Pendapatan Asli Daerah
8
Secara keseluruhan realisasi pendapatan daerah selama kurun waktu lima tahun
mengalami peningkatan sebesar 82,91% dari Rp. 586.839.725.157,00 pada tahun
2008 menjadi Rp. 1.073.390.149.430,73 pada tahun 2012 dengan rata-rata
pertumbuhan pendapatan sebesar 15,67%.
Secara kumulatif lima tahun, pendapatan daerah dari pendapatan lain-lain yang
sah sebesar Rp.751.752.489.630,00. Perolehan Dana Lain-lain Pendapatan Daerah
yang Sah pada tahun 2008 terealisasi sebesar Rp.28.308.642.005,00 dan pada
tahun 2012 terealisasi sebesar Rp.198.927.375.859,00 terjadi lonjakan sebesar
Rp.170.618.733.854,00 atau meningkat 602,71%, pertumbuhan rata-rata mencapai
70,61%.
Tabel 1.5
Pendapatan dan Belanja APBD Kabupaten Bondowoso Tahun 2009 – 2012
Tabel 1.6
Perkembangan Public Saving Kabupaten Bondowoso 2009 -2012
Komponen
No. Public 2009 (Rp.) 2010 (Rp.) 2011 (Rp.) 2012 (Rp.)
Saving
Pendapatan
40.121.861.29 49.663.941.01 66.816.392.27 77.846.177.6
1. Asli
3,10 9,39 5,09 56,73
Daerah
Dana Bagi
Hasil
Pajak/Bagi 36.176.734.40 48.826.160.28 56.765.668.82 64.341.603.9
2.
Hasil 7,00 6,00 8,00 15,00
Bukan
Pajak
3. 455.450.603.0 479.819.794.0 539.918.142.0 666.857.212.
DAU
00,00 00,00 00,00 000,00
4. 44.047.000.00 58.151.300.00 66.936.000.00 65.417.780.0
DAK
0,00 0,00 0,00 00,00
5. Dana Bagi
Hasil
Pajak/Bagi
25.291.734.34 31.381.771.24 33.447.401.54 33.020.739.9
Hasil
6,00 1,00 1,00 51,00
Bukan
Pajak dari
Provinsi
Grand Total 561.447.933.0 667.842.996.5 763.883.604.6 907.483.513.
Public Saving 46,00 46 64 523
Tabel 1.7
Perkembangan Realisasi Pembayaran Pinjaman Kabupaten Bondowoso
Tahun 2010 – 2012
Pembayaran 2010 2011 2012
Pokok
Pinjaman –
133.613.400.000,00 0 0
Pemerintah
Pusat
Total
818.542.099.884,39 996.956.040.994,09 1.073.390.149.430,73
APBD
Tabel 1.8
Luas Wilayah Menurut Klasifikasi Ketinggian Tempat
Luas
Ketinggian
Km2 %
1 0-100 meter 50,94 3,27
2 100-500 meter 766,23 49,11
3 500-1000 meter 308,10 19,75
4 >1000 meter 434,83 27,87
Jumlah 1.560,10 100,00
Daerah terluas berada pada ketinggian 100-500 m dpl, dengan 49,11 % dari
keseluruhan luas, daerah tersempit berada pada ketinggian 0-100 m dpl. Seluruh
wilayah Kabupaten Bondowoso merupakan daratan, dimana 44,4% wilayahnya
merupakan pegunungan dan perbukitan, 30,7% merupakan dataran rendah, dan
24,9% merupakan dataran tinggi. Kondisi permukaan tanah bervariasi namun
sebagian besar memiliki derajat kemiringan cukup tinggi sebagaimana tabel
berikut ini:
13
Tabel 1.9
Luas Wilayah Menurut Klasifikasi Lereng
No Ketinggian Luas
2
Km %
1 Datar (0-2%) 190,83 12,23
2 Landai (2-15%) 568,17 36,42
3 Agak Curam (15-40%) 304,70 19,53
4 Sangat Curam (>40%) 496,40 31,82
Jumlah 1.560,10 100,00
Gambar 1.1
Kondisi Geologi Kabupaten Bondowoso
Sebagian besar wilayah Kabupaten Bondowoso memiliki jenis tanah Regosol
yaitu seluas 78.286 Ha yang tersebar di 23 Kecamatan. Jenis tanah ini luasan
terbesar terdapat di Kecamatan Tlogosari mencapai seluas 11.092 Ha. Tanah
regosol merupakan tanah berbutir kasar berasal dari material vulkanik gunung
15
berapi yang mengendap berupa abu dan pasir vulkanik yang merupakan areal
pertanaman padi, tebu, palawija, tembakau, dan sayuran.
Jenis tanah Litosol terdapat di Kecamatan Curahdami (1.800 Ha), Pakem (1.950
Ha) dan Klabang (1.150 Ha), Jenis tanah ini berbatu-batu dan berupa areal
pertanaman rumput ternak, palawija, dan tanaman keras. Sedangkan untuk jenis
tanah Latosol tersebar di 12 Kecamatan, total seluas 28.224 Ha yang sebagian
besar terdapat di Kecamatan Grujugan, Klabang, Cermee dan Sumber Wringin.
Jenis tanah ini berwarna merah hingga kuning, sehingga sering disebut tanah
merah, banyak mengandung zat besi dan aluminium dengan kandungan bahan
organik yang rendah sampai sedang dan pH berkisar antara 4,5-5,5. Areal
pertanaman yang ada berupa padi, palawija, sayuran, buah-buahan, dan kopi.
16
Tabel 1.10
2
Luas Wilayah (Km ) Kecamatan Menurut Jenis Tanah Kab. Bondowoso
Pola aliran sungai (drainage pattern) berupa pola aliran dendririk berbentuk
menyerupai cabang-cabang pohon yang mencerminkan kekerasan batuan yang
sama atau tanah seragam dengan lapisan batuan sedang horisontal atau miring
landai serta kontrol struktur tidak begitu tampak jelas. Pola aliran sungai dendritik
ini mengalir dari bagian puncak pebukitan dengan arah lembah sungai yang tidak
teratur dan mengalir menuju ke arah sungai induk yaitu sungai sesayap.
Stratigrafi daerah Bondowoso terbagi dalam enam satuan batuan sebagai berikut :
a. Satuan Batuan Lempung
Satuan batuan lempung memiliki Formasi Menuran dan Miosen Akhir,
dimana satuan batuan lempung tersebut berupa campuran antara produk
lingkungan turbiddit proksimal – distal yang terdiri dari perselingan batu
pasir dengan batu lempung.
b. Satuan Batuan Gamping
Satuan batu gamping tersebut merupakan Anggota Pacalan, Anggota
Menuran, Pliosen Awal, dimana satuan batuan gamping kalkarenit dan
bioklastuik dengan fragmen litik vulkanik yang cukup melimpah.
c. Satuan Batu Pasir
Satuan batu pasir memiliki formasi Leprak dan merupakan Pliosen Akhir,
dimana satuan batuan pasir tersebut berupa endapan turbidit kipas bawah
laut bagian kipas tengah terdiri dari batu pasir dengan kandungan material
vulkanik yang cukup tinggi.
d. Satuan Breksi
Satuan breksi memiliki formasi Ringgit dan merupakan Pleistosen, dimana
satuan breksi terdiri dari breksi vulkanik dengan sisipan batugamping
koral pada bagian tengah sebagai penanda lingkungan laut dangkal serta
penanda susulaut pada kala Pliestosen.
e. Satuan Breksi Tufan
Satuan breksi tufan memiliki formasi Bagor dan merupakan Holosen,
dimana satuan breksi tufan merupakan endapan darat dengan kandungan
fragmen dominan penciri khusus yang teridri dari batu apung dan glass
dam satuan alluvial.
18
Hubungan secara stratigrafi dari satuan batuan di daerah bondowoso, batuan yang
dianggap sebagai batuan yang paling tua adalah batuan-batuan pada Formasi
Ringgit dan Bagor, yang diduga umurnya lebih tua. Sedangkan batuan-batuan
pada kelompok batu lempung dan batu pasir hanya didasarkan pada posisi
stratigrafi dan kolerasi dengan lembar lainnya dan diduga berumur muda.
Hubungan stratigrafi antara kelompok batuan batu lempung dan batu pasir terletak
selaras dibawah satuan batuan pada formasi Ringgit setelah itu formasi Bagor.
Karakteristik Tanah Secara genesanya tanah terbentuk oleh hasil pelapukan pada
gunung yang terbentuk dari lipatan kerak bumi dan akibat tubrukan lempeng,
yang berlangsung dalam waktu yang sangat lama hingga sampai jutaan tahun.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan tanah adalah :
Ada tiga golongan pokok tanah yang kini umum dikenal ialah pasir, geluh, dan
lempung (dalam Ilmu Tanah, oleh Harry Buckman, terjemahan Soegiman, 1982)
sebagai berikut :
19
- Pasir
Golongan pasir mencakup semua tanah yang pasirnya meliputi 70%
atau lebih dari berat tanah itu. Sifat tanah semacam ini karena
mencerminkan sifat pasirnya.
- Geluh
Umumnya geluh itu memiliki kualitas-kualitas pasir dan lempung, tidak
terlalu lepas, tanah pertanian ialah geluh. Geluh yang mengandung pasir
digolongkan geluh pasiran. Geluh yang mengandung lempeng
digolongkan geluh lempungan.
- Lempung
Tanah dibentuk sebagai tanah lempung jika paling sedikit mengandung
35% lempung, setidak-tidaknya 40%. Selama kandungan lempung 40%
atau lebih; nama kelas tanah ialah lempung pasiran, lempung debuan
atau biasanya disebut lempung saja.
Luas ( Km )
No Fungsi Kawasan Pemanfaatan Lahan %
Taman Nasional Gunung 262.45 16,82
1 Kawasan Lindung
Argopuro
Gunung Ijen 172.572 11.06
Gunung Raung 331.10 21.23
Kawasan Budidaya Kehutanan 569.640 36.5
2 Kawasan
Budidaya Kawasan Budidaya Non 224.338 14.39
Kehutanan
Jumlah 1,560.10 100.00
Sumber : Lakip Kabupaten Bondowoso Tahun 2015
20
Tabel 1.12
Jadwal Penelitian untuk kegiatan Studi Ekplorasi
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Pemetaan geologi
Pemetaan topografi
Pengambilan sampel
Pemboran
Alat yang digunakan pada saat pemetaan topografi adalah kompas, theodolite
digital, dan GPS. Alat yang digunakan untuk perintisan jalan adalah bulldozer.
Alat yang digunakan untuk pemetaan geologi dan logging geofisika adalah
drilling machine, logging geofisika, radioaktif, water level test, dan pump.
Sedangkan alat untuk pengelolaan limbah dan lingkungan adalah soil pH
meter, dan water pH meter.
2. Eksplorasi Tidak Langsung
Eksplorasi tidak langsung merupakan data yang didapat dari jurnal ataupun
penyelidik terdahulu. Data ini disebut sebagai data sekunder. Analisis
laboratorium dan geokomia termasuk kedalam eksplorasi tidak langsung.
Eksplorasi tidak langsung membutuhkan laptop sebagai alat untuk melakukan
studi literature.
1.7 Pelaksanaan
Tenaga kerja yang bekerja untuk eksplorasi ini ada 5 orang untuk pemetaan
topografi dan 8 orang untuk pemetaan geologi dan pengelolaan limbah. Adapaun
yang bertanggung jawab atas semua kegiaitan eksplorasi adalah KTT Eksplorasi.
KTT Eksplorasi bertanggug jawab kepada Manajer Geologi dan Manajer
Lingkungan. Dibawah ini adalah nama tenaga kerja pada kegiatan eksplorasi :
Tabel 1.13
Pelaksana Kegiatan Eksplorasi
Status Kegiatan
No Nama Keahlian
Pekerjaan
Andyl Chaeza A Pemetaan Topografi
1 Ahli Geologi Dan Manajer Geologi
S.T, M.T Pemetaan Dan Geologi
Zuhrotus Sa’adah
2 Ahli Lingkungan Manajer Pemetaan Geologi
S.T, M.T Lingkungan
Evie Noviany D Keselamatan dan Pemetaan Topografi
3 S.T, M.T Kesehatan Kerja serta KTT Dan Geologi
Pengelolaan Lingkungan
Eka Rizky R Tenaga Ahli Pemetaan Topografi
4 Ahli Pemetaan
S.T, M.T
23
BAB II
GEOLOGI
2.1.1 Geomorfologi
Geomorfologi daerah Bondowoso dan sekitarnya dapat dibagi atas empat
satuan morfologi sebagai berikut :
1. Satuan Perbukitan
Satuan perbukitan terdiri dari perbukitan vukanik dan lipatan yang
mendominasi daerah Bondowoso pada ketinggian sekitar diatas 1000
meter diatas permukaan laut. Satuan perbukitan mendominasi di batas
wilayah daerah Bondowoso, seperti daerah gunung Raung.
2. Satuan Perbukitan Lipatan
Satuan perbukitan lipatan mendominasi daerah Gunung Widodaren
ketinggian sekitar 500 meter diatas permukaan laut.
3. Satuan Lembah Vulkanik
Satuan lembah vukanik terbentuk disekitar gunung Raung akibat
letusan gunung Raung. Dimana lembah vulkanik terdapat berbagai
batuan hasil letusan gunung Raung seperti batuan beku dan piroklastik.
2.1.2 Litologi
Batuan Penyusun Dalam penafsiran batuan (litologi), dilihat dari pola dan sifat
garis kontur, maka hasil penafsiran litologi dapat dibedakan antara lain :
1. Batuan keras (litologi resisten) dicirikan oleh morfologi yang relatif
tinggi dengan pola kontur rapat.
2. Batuan lunak (litologi non resisten) dicirikan oleh morfologi yang
relatif landai dengan pola kontur rendah.
3. Batuan urai (endapan alluvial).
4. Batuan karbonat dicirikan oleh kenampakkan pebukitan karst (dolina,
uvala, dan lainnya).
5. Intrusi, dicirikan oleh pola kontur yang melingkar dan berbeda dengan
pola kontur sekitarnya (merupakan bukit terisolir).
2.1.3 Struktur
Struktur Geologi Kabupaten Bondowoso memiliki jalur lipatan sinklin dan
Antiklin Klabang yang berarah timur laut – barat daya, sesar normal dengan jurus
26
yang relative sama, serta sesar mendatar dengan arah relative barat daya–
tenggara. Wilayah Bondowso termasuk dalam rangkaian zona fisiografis gunung
api kuarter yang dikelompokkan dalam satu grup tersendiri sebagai Komplek
Pegunungan Ringgit – Buser (Van Bemmelen, 1949), dengan dominasi endapan
hasil aktifitas gunung api kwarter muda dan sedimentasi dataran intermountain
(Recent Volcanic Formation). Batuan penyusun utama terdiri dari batuan endapan
vulkanik hasil gunung api kwarter 21,6% dan hasil gunung api kwarter muda
62,8%, yang banyak mengandung leusit, tufa dan batupasir (5,6%), endapan
alluvium 8,5% dan fasies sedimen miosen 1,5% dengan komposisi ukuran
dominan lempung, lanau, lanau berpasir dan pasir halus (± 96,9%) dan ukuran
pasir kasar, kerikil, kerakal dan bongkah (±3,1%).
2.2.3 Geomorfologi
Daerah penyelidikan umumnya ditempati oleh satuan perbukitan bergelombang
rendah hingga sedang dengan ketinggian berkisar 100 – 1000 meter diatas
permukaan air laut. Kemiringan lereng berkisar 10O – 30O. Proses geomorfologi
yang bekerja adalah pelapukan dan erosi. Proses pelapukan berlangsung cukup
intensif, hal ini ditandai dengan tebalnya top soil sehingga batuan jarang untuk
dijumpai Singkapan batuan.
BAB III
KEGIATAN PENYELIDIKAN
Data hasil Eksplorasi diolah dan di evaluasi untuk mengetahui pola penyebaran
tanah urug, cadangan tanah urug yang selanjutnya dapat digunakan untuk
penentuan areal prospek (Prospecting Area) untuk permohonan atau usulan daerah
Wilayah Izin Usaha Pertambangan (IUP) Izin Usaha Produksi.
Data hasil Eksplorasi diolah dan di evaluasi untuk mengetahui pola penyebaran
tanah urug, cadangan tanah urug yang selanjutnya dapat digunakan untuk
penentuan areal prospek (Prospecting Area) untuk permohon peningkatan usulan
daerah Kuasa Pertambangan (IUP) Izin Usaha Produksi.
28
Penyajian data tersebut sangat tergantung pada skala peta, semakin besar skala
peta tersebut akan semakin rinci data yang dapat di sajikan, dan sebaliknya
semakin kecil skala peta yang dibuat maka semakin kurang rinci pula data yang
disajikannya. Oleh sebeb itu skala yang digunakan yaittu 1 : 5000. Sebuah peta
topografi adalah representasi grafis secara rinci dan akurat mengenai keadaan
alam di suatu daratan.
30
Analisa conto Tanah Urug yang diambil dilakukan pada laboratorium bertempat
laboratorium Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya dengan beberapa parameter
: Tebal Solanum, warna, struktur, tekstur, berat jenis, konsistensi, dan kandungan
unsur yang ada di dalam tanah urug lokasi penyelidikan. Seluruh parameter
merupakan parameter dasar untuk mengevaluasi sifat-sifat dan jenis dari tanah
urug.
BAB IV
HASIL PENYELIDIKAN
4.1 Blok/Prospek A
Secara umum daerah penyelidikan WIUP mempunyai prospek komoditas batuan
(tanah urug). Prospek utama dari penyelidikan ini adalah dari segi kelimpahan
sumberdaya dan urutan rencana penambangan dari yang terdekat ke akses jalan,
sehingga prospek penambangan mempunyai luasan sekitar 5,43 Ha atau sekitar
35% dari seluruh WIUP 15,5 Ha yang secara detil akan dibahas pada pembahasan
selanjutnya.
Peta geologi dibuat berdasarkan kesamaan sumber batuan dan proses geologi yang
terjadi. Data lapangan dilakukan delineasi batas satuan berdasarkan karakteristik
pola kontur tertentu yang menggambarkan proses geologi yang terjadi. Dalam
peta geologi lokal daerah WIUP satuan batuan terbagi 1, yaitu satuan Breksi
Argopuro yaitu Breksi gunungapi bersusunan Andesit bersisipan dengan lava.
32
Sumber : Arcgis
Gambar 4.1
Peta Geologi Lokal
4.1.1.1 Litologi
Litologi daerah penyelidikan diketahui berdasarkan hasil pemetaan geologi secara
langsung di lapangan. Berdasarkan variasi dan ciri litologi, maka litologi daerah
penyelidikan secara singkat terbagi atas 1 satuan batuan yang melingkup seluruh
wilayah WIUP Eksplorasi. Satuan Breksi Argopuro yaitu Breksi gunungapi
bersusunan Andesit bersisipan dengan lava hasil dari letusan gunung Argopuro.
Dari seluruh ketebalan batuan dan bagian atasnya sudah terubah menjadi tanah.
33
Tabel 4.1
Litologi Hasil Pemboran
Pasir Piroklastik
Pasir Piroklastik
Pasir Piroklastik
Pasir Piroklastik
Pasir Piroklastik
Pasir Piroklastik
Pasir Piroklastik
Pasir Piroklastik
Pasir Piroklastik
4.1.1.2 Struktur
Batuan yang terdapat di daerah penyelidikan merupakan batuan berumur kuarter
yang cenderung berumur muda dan tidak terpengaruh oleh proses deformasi
regional yang telah berlangsung sebelum batuan kuarter hadir. Batuan di daerah
penyelidikan berwarna coklat kehitaman dengan struktur remah sampai padat
dengan Pola struktur yang hadir di daerah penyelidikan berupa satu sungai disisi
timur laut.
(Easting, Northing, Elevation) dan kemudian data ini di overley ke dalam peta
dasar topografi global sehingga topografi detail dapat tergambarkan pada area
eksplorasi.
Sumber : Arcgis
Gambar 4.2
Peta Topografi
4.1.3.2 Interpretasi
4.2 Blok/Prospek
4.3.1 Metoda
Metode yang digunakan untuk perhitungan sumber daya pada bahan galian Tanah
Urug yaitu menggunakan metode cross section (metode penampang). Kemudian
untuk perhitungannya dengan menghitung luas dari masing-masing sayatan yang
meliputi luasan dari Tanah Urug yang dilakukan dengan bantuan software
pemodelan dalam tambang, setelah itu dilanjutkan menghitung volume serta
menghitung tonase Tanah Urug dengan densitas Tanah Urug sebesar 1,7 ton/m³.
Sumberdaya
Kondisi
geologi Kriteria Hipotetik Tereka Tertunjuk Terukur
Jarak titik Tidak
X≤500
Sederhana informasi(m) terbatas 1000<X≤1500 500<X≤1000
Jarak titik Tidak
X≤250
Moderat informasi(m) terbatas 500 <X≤1000 250<X≤500
Jarak titik Tidak
X≤100
Kompleks informasi(m) terbatas 200<X≤400 100<X≤200
Sumber : Arcgis
Gambar 4.3
Peta Sebaran Sumberdaya
39
Sumber : Surfer
Gambar 4.4
Hasil Permodelan Sumberdaya
Matrik 1. Estimasi Sumber Daya
Sumber Daya
No Nama Tereka Terunjuk Terukur Luas
Blok/Pros Volume Tonase Volume Tonase Volume Tonase (Ha)
pek (m3) (ton) (m3) (ton) (m3) (ton)
1 Tanah 15.841.635.85 26.930.780,9 12.596.444,084 21.413.954,94 4.872.357.612 8.283.007,941 21,5
Urug 6244 m3 56 ton 723 m3 4 ton 711 m3 6 ton Ha
40
BAB V
LINGKUNGAN DAN KSELAMATAN PERTAMBANGAN
5.1 Lingkungan
Penyakit Akibat Kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan, alat kerja,
bahan, proses maupun lingkungan kerja. Dengan demikian Penyakit Akibat Kerja
merupakan penyakit yang artifisial atau man made disease. Dalam melakukan
pekerjaan apapun, sebenarnya kita berisiko untuk mendapatkan gangguan kesehatan
atau penyakit yang ditimbulkan oleh penyakit tersebut.
Menurut Cherry, 1999 “ An occupational disease may be defined simply as one that
is cause , or made worse, by exposure at work. Di sini menggambarkan bahwa secara
sederhana sesuatu yang disebabkan, atau diperburuk, oleh pajanan di tempat kerja.
19
Dalam hal ini, pajanan berbahaya yang dimaksud oleh Work place Safety and
Insurance Board ( 2005 ) antara lain :
1. Debu, gas, atau asap
2. Suara / kebisingan ( noise )
3. Bahan toksik ( racun )
4. Getaran ( vibration )
5. Radiasi
6. Infeksi kuman atau dingin yang ekstrem
7. Tekanan udara tinggi atau rendah yang ekstrem
1. Penyakit Silikosis
Penyakit Silikosis disebabkan oleh pencemaran debu silika bebas, berupa SiO2
yang terhisap masuk ke dalam paru-paru dan kemudian mengendap. Debu silika
bebas ini banyak terdapat di pabrik besi dan baja, keramik, pengecoran beton,
bengkel yang mengerjakan besi (mengikir, menggerinda, dll). Selain dari itu,
debu silika juga banyak terdapat di tempat di tempat penampang bijih besi, timah
putih dan tambang batubara.
Debu silika yang masuk ke dalam paru-paru akan mengalami masa inkubasi
sekitar 2 sampai 4 tahun. Masa inkubasi ini akan lebih pendek, atau gejala
penyakit silicosis akan segera tampak, apabila konsentrasi silika di udara cukup
tinggi dan terhisap ke paru-paru dalam jumlah banyak. Penyakit silicosis
ditandai dengan sesak nafas yang disertai batuk-batuk. Batuk ini seringkali tidak
disertai dengan dahak. Pada silicosis tingkah sedang, gejala sesak nafas yang
disertai terlihat dan pada pemeriksaan fototoraks kelainan paru-parunya mudah
sekali diamati.
Bila penyakit silicosis sudah berat maka sesak nafas akan semakin parah dan
kemudian diikuti dengan hipertropi jantung sebelah kanan yang akan
mengakibatkan kegagalan kerja jantung.
Tempat kerja yang potensial untuk tercemari oleh debu silika perlu mendapatkan
pengawasan keselamatan dan kesehatan kerja dan lingkungan yang ketat sebab
penyakit silicosis ini belum ada obatnya yang tepat. Tindakan preventif lebih
penting dan berarti dibandingkan dengan tindakan pengobatannya. Penyakit
silicosis akan lebih buruk kalau penderita sebelumnya juga sudah menderita
penyakit TBC paru-paru, bronchitis, astma broonchiale dan penyakit saluran
pernapasan lainnya.
21
Pengawasan dan pemeriksaan kesehatan secara berkala bagi pekerja akan sangat
membantu pencegahan dan penanggulangan penyakit-penyakit akibat kerja. Data
kesehatan pekerja sebelum masuk kerja, selama bekerja dan sesudah bekerja
perlu dicatat untuk pemantulan riwayat penyakit pekerja kalau sewaktu – waktu
diperlukan.
2. Penyakit Asbestosis
Penyakit Asbestosis adalah penyakit akibat kerja yang disebabkan oleh debu
atau serat asbes yang mencemari udara. Asbes adalah campuran dari berbagai
macam silikat, namun yang paling utama adalah Magnesium silikat. Debu asbes
banyak dijumpai pada pabrik dan industri yang menggunakan asbes, pabrik
pemintalan serat asbes, pabrik beratap asbes dan lain sebagainya.
Debu asbes yang terhirup masuk ke dalam paru-paru akan mengakibatkan gejala
sesak napas dan batuk-batuk yang disertai dengan dahak. Ujung-ujung jari
penderitanya akan tampak membesar atau melebar. Apabila dilakukan
pemeriksaan pada dahak maka akan tampak adanya debu asbes dalam dahak
tersebut. Pemakaian asbes untuk berbagai macam keperluan kiranya perlu diikuti
dengan kesadaran akan keselamatan dan kesehatan lingkungan agar jangan
sampai mengakibatkan asbestosis ini.
3. Penyakit Bisinosis
Penyakit Bisinosis adalah penyakit pneumoconiosis yang disebabkan oleh
pencemaran debu napas atau serat kapas di udara yang kemudian terhisap ke
dalam paru-paru manusia. Debu kapas atau serat kapas ini banyak dijumpai pada
pabrik pemintalan kapas, pabrik tekstil, perusahaan dan pergudangan kapas serta
pabrik atau bekerja lain yang menggunakan kapas atau tekstil seperti tempat
pembuatan kasur, pembuatan jok kursi dan lain sebagainya.
Masa inkubasi penyakit bisinosis cukup lama, yaitu sekitar 5 tahun. Tanda-tanda
awal penyakit bisinosis ini berupa sesak napas, terasa berat pada dada, terutama
pada hari Senin (yaitu hari awal kerja pada setiap minggu). Secara psikis setiap
22
hari Senin bekerja yang menderita penyakit bisinosis merasakan beban berat
pada dada serta sesak nafas. Reaksi alergi akibat adanya kapas yang masuk ke
dalam saluran pernapasan juga merupakan gejala awal bisinosis. Pada bisinosis
yang sudah lanjut atau berat, penyakit tersebut biasanya juga diikuti dengan
penyakit bronchitis kronis dan mungkin juga disertai dengan emphysema.
4. Penyakit Beriliosis
Udara yang tercemar oleh debu logam berilium, baik yang berupa logam murni,
oksida, sulfat, maupun dalam bentuk halogenida, dapat menyebabkan penyakit
saluran pernapasan yang disebut beriliosis. Debu logam tersebut dapat
menyebabkan nasoparingtis, bronchitis dan pneumonitis yang ditandai dengan
gejala sedikit demam, batuk kering dan sesak napas. Penyakit beriliosis dapat
timbul pada pekerja-pekerja industri yang menggunakan logam campuran
berilium, tembaga, pekerja pada pabrik fluoresen, pabrik pembuatan tabung radio
dan juga pada pekerja pengolahan bahan penunjang industri nuklir.
3. Kerusakan Pendengaran
Banyak kasus gangguan pendengaran menunjukan akibat pajanan kebisingan
yang lama, ada beberapa kasus bukan karena pekerjaan. Riwayat pekerjaan
secara detail sebaiknya didapatkan dari setiap orang dengan gangguan
pendengaran. Dibuat rekomendasi tentang pencegahan terjadinya hilangnya
pendengaran.
4. Gejala pada Punggung dan Sendi
Tidak ada tes atau prosedur yang dapat membedakan penyakit pada punggung
yang berhubungan dengan pekerjaan daripada yang tidak berhubungan dengan
pekerjaan. Penentuan kemungkinan bergantung pada riwayat pekerjaan. Artritis
dan tenosynovitis disebabkan oleh gerakan berulang yang tidak wajar.
5. Kanker
Adanya presentase yang signifikan menunjukan kasus Kanker yang disebabkan
oleh pajanan di tempat kerja. Bukti bahwa bahan di tempat kerja, karsinogen
sering kali di dapat dari laporan klinis individu dari pada studi epidemiologi.
Pada Kanker pajanan untuk terjadinya karsinogen mulai > 20tahun sebelum
dilakukan diagnosis.
dan mesin. Hal-hal yang harus dilakukan dalam menciptakan keselamatan kerja
antara lain :
1. Pencegahan Kecelakaan
Pencegahan kecelakaan dimulai sejak perencanaan perusahaan dan pengaturan
proses produksi yang akan dicapai. Suatu prinsip penting pada semua perencanaan
adalah menekan kecelakaan sekecil mungkin dan menanggulanginya seefektif
mungkin.
2. Pengawasan Terhadap Kemungkinan Terjadinya Kecelakaan.
Saat terbaik untuk menanggulangi kecelakaan adalah sebelum kecelakaan itu
terjadi. Usaha keselamatan dan kesehatan kerja yang harus dilakukan adalah
mengawasi tindakan dan kondisi tidak aman.
3. Sistem Tanda Bahaya Kecelakaan dalam Pertambangan
Pemakaian tanda peringatan, warna dan label sangat penting bagi keselamatan
para pekerja untuk megetahui bahaya kecelakaan.
a. Peringatan dan tanda-tanda
Contoh peringatan-peringatan yang harus dipasang :
1) “Dilarang merokok”
2) “Awas tegangan tinggi”
3) “Hati-hati berbahaya” dipasang pada tempat-tempat yang mengakibatkan
kecelakaan.
4) Juga dipasang tanda-tanda lalu lintas pada jalan masuk tambang
b. Pemakaian Warna
Contoh penggunaan warna dalam keselamatan kerja :
1) Merah, untuk tanda berhenti, alat-alat yang memberikan pertanda berhenti
dan alat pemadam kebakaran.
2) Hijau, untuk jalan penyelamatan diri, tempat-tempat untuk PPPK dan
instalasi-instalasi keselamatan.
3) Jingga (orange) dipakai untuk menunjukkan adanya bahaya, misalnya daerah
yang harus disertai pagar pengaman.
25
Tabel 5.1
Langkah-langkah Pelaksanaan Keselamatan Pertambangan
No. Kegiatan Uraian
1. Patroli a. Implementasi peninjauan atau pengecekan untuk
keamanan mengantisipasi kekurangan dan kondisi yang tidak aman
b. Melakukan tindakan pencegahan dengan pemberhentian
dan peringatan jika terdapat hal-hal yang bertentangan
dengan peraturan K3
c. Melaporkan secara lisan/tertulis kepada supervisor dari
pelanggar peraturan
2. Inspeksi a. Cek kondisi alat pemadam api
keamanan b. Cek kondisi fasilitas transportasi
c. Cek kondisi fasilitas bengkel
d. Cek kondisi dan penataan gedung
e. Cek kondisi dan penataan camp utama dan lokasi kerja
3. Diskusi a. Diskusi masalah keselamatan pada saat jam kerja
masalah b. Diskusi pagi dengan karyawan, membantu dan memonitor
keselamatan realisasi diskusi pagi
4. Kampanye a. Implementasi pengutamaan keselamatan kerja pada setiap
keselamatan tingkat pekerjaan yang dilakukan dengan sistem
pendekatan pribadi, pemberian pelajaran dan slogan yang
27
diedarkan
b. Evaluasi kontes keselamatan
5. Pelindung a. Inventaris alat pencegahan sendiri
keamanan b. Melengkapi kekurangan peralatan K3
c. Memonitor pemakaian
d. Cek dan lengkapi perlindungan keselamatan pada alat dan
rambu
6. Pemilihan a. Cek jenis peralatan
operator b. Cek kesehatan para operator
c. Cek mental para operator
7. Laporan a. Laporan kecelakaan
keselamatan b. Laporan bulanan
kerja c. Laporan pelatihan
28
BAB VI
KEUANGAN
BAB VII
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik. 2012. Kabupaten Bondowoso dalam Angka 2012. Bondowoso:
BPS.
Sapei, Suganda, Astadiredja, Suharsono. 1992. Peta Geologi Lembar Jember, Jawa.
Bandung : Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi.