Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dinamika pembangunan di Jawa timur berkembang sangat pesat seiring dengan
perencanaan strategis jangka pendek, menengah dan panjang dari pemerintah
Provinsi Jawa Timur. Pembangunan ini membutuhkan dukungan ketersediaan
sarana dan prasarana, serta fasilitas. Salah satu pendukung bagi terlaksananya
kegiatan pembangunan sarana fisik di Jawa Timur adalah ketersediaan bahan baku
berupa material bangunan yaitu batuan (diantaranya adalah batu dan urugan).

Batuan (batu dan urugan) merupakan bahan baku utama dalam pekerjaan
konstruksi mulai dari konstruksi skala kecil hingga pekerjaan berskala besar.
Kebutuhan akan bahan atau material bangunan terutama batu dan urugan semakin
meningkat seiring dengan perkembangan pembangunan sarana dan prasarana atau
infrastruktur, sedangkan suplai material batu dan urugan sering mengalami
hambatan karena terkendala oleh sarana transportasi (jarak), jumlah armada dan
jumlah stok batuan dan urugan. Kondisi ini membuka peluang bagi pengusaha
tambang batuan di Jawa Timur untuk ikut berperan serta di dalam pembangunan
daerah.

Ditinjau dari aspek geologis, Provinsi Jawa Timur memiliki potensi sumber daya
energi dan bahan tambang yang beragam dan jumlah cadangan yang layak untuk
di kembangkan. Di wilayah utara di dominasi oleh kelompok migas dan bahan
galian industri ( seperti batu gamping, dolomit, fosfat), di bagian tengah di
dominasi oleh kelompok mineral industri (jenis-jenis lempung dan agregat atau
material bangunan (batu dan urugan)), dan di bagian selatan di dominasi oleh
kelompok mineral industri (batu gamping) dan mineral logam. Potensi energi dan
pertambangan yang besar ini perlu di kelola dengan sebaik mungkin sehingga
mampu mencukupi kebutuhan energi dan bahan–bahan tambang untuk wilayah
Provinsi Jawa Timur dan mendukung terpenuhnya pembangunan nasional.

1
2

Kabupaten Bondowoso termasuk dalam kelompok zona kawasan pertambangan


batuan, dimana keberadaan material batu urugan, di jumpai dalam jumlah
cadangan yang cukup besar. Wilayah yang di indikasikan berpotensi sebagai
lokasi penambangan batu urugan adalah di desa Tanah Wulan Kec. Maesang Kab.
Bondowoso.

Untuk mengetahui layak tidaknya cadangan batu urugan tersebut untuk di


tambang maka diperlukan suatu studi atau kajian terhadap faktor – faktor teknis
dan ekonomis yang berpengaruh di dalam pengusahaan batu urugan dengan
mempertimbangkan berbagai hal. Dengan adanya suatu studi kelayakan maka
akan di dapatkan suatu gambaran tentang layak tidaknya deposit batu urugan di
Ds. Tanah Wulan, Kec. Maesang Kab. Bondowoso tersebut untuk di usahakan
secara teknis maupun ekonomis pada situasi dan kondisi saat ini.

1.1.1 Perizinan
1. IUP Eksplorasi diberikan oleh :
a. Menteri, untuk WIUP yang berada dalam lintas wilayah provinsi atau
wilayah laut lebih dari 12 mil dari garis pantai
b. Gubernur, untuk WIUP yang berada dalam lintas kabupaten/kota dalam 1
provinsi atau wilayah laut 4 - 12 mil dari garis pantai
c. Bupati/walikota, untuk WIUP yang berada dalam 1 wilayah
kabupaten/kota atau wilayah laut sampai dengan 4 mil dari garis pantai
2. IUP Eksplorasi diberikan berdasarkan permohonan dari badan usaha,
koperasi, dan perseorangan yang telah mendapatkan WIUP dan memenuhi
persyaratan
3. Menteri atau guberrnur menyampaikan penerbitan peta WIUP batuan yang
diajukan oleh badan usaha, koperasi, atau perseorangan kepada gubernur atau
bupati/walikota untuk mendapatkan rekomendasi dalam rangka penerbitan
IUP Eksplorasi. Gubernur atau bupati/walikota memberikan rekomendasi
paling lama 5 hari kerja sejak diterimanya tanda bukti penyampaian peta
WIUP mineral batuan
3

4. Badan usaha, koperasi, atau perseorangan yang telah mendapatkan peta


WIUP beserta batas dan koordinat dalam waktu paling lambat 5 hari kerja
setelah penerbitan peta WIUP mineral batuan harus menyampaikan
permohonan IUP Eksplorasi kepada Menteri, gubernur, atau bupati/walikota
dan wajib memenuhi persyaratan

5. Bila badan usaha, koperasi, atau perseorangan dalam waktu 5 hari kerja tidak
menyampaikan permohonan IUP, dianggap mengundurkan diri dan uang
pencadangan wilayah menjadi milik Pemerintah atau pemerintah daerah dan
WIUP menjadi wilayah terbuka.

IUP Eksplorasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 ayat (1) huruf a wajib
memuat ketentuan sekurang- kurangnya:
1. Nama perusahaan;
2. Lokasi dan luas wilayah;
3. Rencana umum tata ruang;
4. Jaminan kesungguhan;
5. Modal investasi;
6. Perpanjangan waktu tahap kegiatan
7. Hak dan kewajiban pemegang IUP;
8. Jangka waktu berlakunya tahap kegiatan;
9. Jenis usaha yang diberikan;
10. Rencana pengembangan dan pemberdayaan masyarakat di sekitar wilayah
pertambangan;
11. Perpajakan;
12. Penyelesaian perselisihan;
13. Iuran tetap dan iuran eksplorasi; dan

14. Amdal.

1.1.2 Status dan Kegunaan Lahan


Lahan yang dipakai untuk kegiatan eksplorasi sampai penambangan adalah lahan
perkebunan. Dimana, status lahan yang digunakan ini merupakan Hak Guna Pakai
4

Tanah. Sesuai dengan persetujuan pada perjanjian hak pakai tanah yang telah
disepakati, yang memiliki tanah (Pihak pertama) akan mendapatkan sebesar 25%
dari total pendapatan bersih. Surat keterangan tanah dikeluarkan oleh Badan
Pertanahan Nasional.

1.2 Maksud dan Tujuan


1. Mencari/menemukan jenis mineral
2. Mendapatkan gambaran sebaran bahan galian yang berharga
3. Mendapatkan gambaran bentuk dan dimensi tubuh bijih
4. Mengestimasi kuantitas dan kualitas bijih/bahan galian
5. Mengestimasi nilai ekonomi/cadangan.

1.3 Lokasi Daerah Penyelidikan


1.3.1 Administratif dan Geografis
Secara administrasi terletak di Desa Tanah Wulan, Kecamatan Maesan,
Kabupaten Bondowoso, Provinsi Jawa Timur seluas 5.1838 km 2. Batas wilayah
izin usaha pertambangan sebagai berikut:
Batas-batas wilayah pada daerah ini yaitu :
1. Utara : Kabupaten Situbondo
2. Timur : Kabupaten Situbondo dan Kabupaten Banyuwangi
3. Selatan : Kabupaten Jember

4. Barat : Kabupaten Situbondo dan Kabupaten Probolinggo

Lokasi Kabupaten Bondowoso di Provinsi Jawa Timur terdapat pada kordinat


113o 48’ 10” – 113o 48’ 26” BT dan 7o 50’ 10” – 7o 56’ 41” LS
1. Provinsi : Jawa Timur
2. Dasar Hukum : UU No.47 Tahun 1999

3. Ibu Kota : Bondowoso

Pemerintahan Kabupaten Bondowoso,


1. Bupati : Drs. KH. Salwa Arifin
2. APBD : 2 Triliun (2013)
5

3. DAU : Rp 752.776.704.000.- (2013)


4. Luas : 1.586 km2
5. Populasi total : 791.838 jiwa (2013)
6. Kepadatan : 499,27 jiwa/km2
7. Agama : Islam 99.26 %
: Kristen 0,48 %
: Katolik 0,18 %
: Hindu 0.03 %
: Budha 0.05 %
8. Kode area : 0332
9. Bandar Udara : Bandara Udara Juanda,
Bandara Udara Abdulrachman Saleh
10. Kecamatan : 23
11. Kelurahan : 10

12. Desa : 209

Keadaan Geografis Kabupaten Bondowoso memiliki jumlah penduduk yang


semakin bertambah seiring dengan berjalannya waktu. Pertambahan tersebut tidak
hanya disebabkan faktor alami pertumbuhan penduduk yakni kelahiran dan
kematian tetapi juga faktor lain yang tidak kalah pentingnya yakni migrasi. Profil
demografi Kabupaten Bondowoso yang akan dijabarkan meliputi jumlah
penduduk menurut kecamatan, komposisi per wilayah (kepadatan), struktur
penduduk berdasarkan jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, mata pencaharian,
dan laju pertumbuhan penduduk.

1.3.2 Kesampaian Wilayah


Menuju lokasi Penambangan menggunakan akses darat, dari Kota Surabaya
menuju Desa Tanah Wulan Kecamatan Maesan Kabupaten Bondowoso
memerlukan waktu tempuh 4 jam 46 menit dapat ditempuh dengan kendaraan
roda 4 maupun kendaraan roda 2.
6

Tabel 1.1
Kesampaian Lokasi Menuju Konsesi PT. Lotus Chaeza Purnama

N JARAK
JALUR KETERANGAN
O TEMPUH
Jl. Arif Rahman Hakim 209 km / 4 Jam 8 Jalan Kota, Beraspal 30-
1
-Kabupaten Bondowoso menit 40 km/jam
Jalan kabupaten,
Kabupaten Bondowoso -
2 31 km / 56 menit beraspal, kecepatan 40
Lokasi Penambangan
km/jam
Sumber : Google Earth Pro Lokasi PT. Lotus Chaeza Purnama

1.4 Keadaan Umum LIingkungan


1.4.1 Sosial, Ekonomi dan Budaya
Perekonomian Kabupaten Bondowos masih didominasi oleh sektor-sektor
Industri, pertanian, dan Perdagangan. Wilayah Kabupaten Bondowoso masih di
dominasi oleh perkebunan dan sawah yang luas juga peternakan-peternakan yang
dimiliki oleh para petani menjadikan beberapa kecamatan memiliki pasar hewan
yang besar.

Pada tahun 2010 menunjukkan bahwa struktur perekonomian Kabupaten


Bondowoso didominasi oleh sektor pertanian sebesar 44,62 %, yang diikuti
sector perdagangan; hotel; dan restaurant sebesar 25,24 %, ketiga Indusri
pengolahan sebesar 16,12 %, keempat jasa-jasa sebesar 7,90 %, kelima
keuangan,;sewa; dan jasa perusahaan sebesar 2,36 %, keenam pengankutan dan
komunikasi sebesar 1,47 %, ketujuh adalah konstruksi sebesar 1,26 %, kedelapan
pertambangan dan penggalian 0,77 %, dan yang terakhir adalah sector listrik; gas;
dan air bersih sebesar 0,68 %.
7

Tabel 1.2
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Berdasarkan Harga Dasar Berlaku (HB)
2008 2009 2010 2011 2012
No Lapangan Usaha
( %) ( %) ( %) ( %) ( %)
1 Pertanian 44,81 44,62 44,28 43,58 42,89
2 Pertambangan & Penggalian 0,81 0,80 0,78 0,76 0,72
3 Industri Pengolahan 16,24 16,18 16,12 16,16 16,25
4 Listrik ,Gas & Air Bersih 0,61 0,60 0,59 0,57 0,55
5 Konstruksi 1,20 1,21 1,26 1,33 1,42
6 Perdagangan, Hotel, & Restaurant 24,64 24,83 25,24 25,91 26,58
7 Pengakutan &Komunikasi 1,50 1,49 1,47 1,46 1,45
8 Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 2,33 2,53 2,36 2,39 2,42
9 Jasa – jasa 7,86 7,92 7,90 7,85 7,71
Jumlah 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00
Tahun 2008 – 2012

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Bondowoso

Struktur yang demikian merupakan karateristik wilayah agraris yang


perekonomiannya berada pada tahap awal perkembangan karena sektor sekunder
(sektor industri pengolahan, sektor listrik, gas dan air minum dan sektor
bangunan) memberikan kontribusi yang relatif kecil dibandingkan dengan
kontribusi sektor primer (sektor pertanian).

Selama periode tahun 2008 - 2012, struktur perekonomian Kabupaten Bondowoso


tidak mengalami perubahan yang sangat signifikan. Bisa dilihat dari data PDRD
pada tahun 2008-2012 sektor pertanian masih merupakan yang memiliki nilai
terbesar dalam PDRD Kabupaten Bondowoso.
8

Tabel 1.3
Realisasi Pendapatan Asli Daerah

Sumber : Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Bondowoso

Secara keseluruhan realisasi pendapatan daerah selama kurun waktu lima tahun
mengalami peningkatan sebesar 82,91% dari Rp. 586.839.725.157,00 pada tahun
2008 menjadi Rp. 1.073.390.149.430,73 pada tahun 2012 dengan rata-rata
pertumbuhan pendapatan sebesar 15,67%.

Realisasi penerimaan pendapatan daerah tahun 2012 mencapai Rp.


1.073.390.149.430,73 jauh melampaui target yang direncanakan dalam Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) kabupaten Bondowoso tahun
2009-2013. Pendapatan daerah RPJMD diestimasi mencapai Rp.
664.411.691.672,00 pada tahun 2012 sehingga apabila dibandingkan dengan
realisasi penerimaan pendapatan daerah pada tahun 2012 terealisasi sebesar
157,61 % dari target RPJMD. PAD sebagai bagian dari komponen pendapatan
daerah walaupun hanya memiliki tingkat kontribusi sekitar 5-7% terhadap
pendapatan daerah tetapi setiap tahun cenderung meningkat.
9

Realisasi PAD pada tahun 2008 sebesar Rp. 35.371.877.885,00 meningkat


120,08% menjadi Rp. 77.846.177.656,73 pada tahun 2012, dengan pertumbuhan
rata-rata PAD sebesar 21,09%. Kontribusi penerimaan dana perimbangan yang
bersumber dari Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK), Dan
Dana Bagi Hasil (DBH) selama periode 2008-2012 masih sangat dominan yaitu
berkisar antara 68,32% sampai 89,15% terhadap pendapatan daerah. DAU
memberikan porsi terbesar dalam menopang pendapatan daerah, yaitu berkisar
antara 50% sampai 75%.

Setiap tahun realisasi penerimaan dana perimbangan terus meningkat. Realisasi


penerimaan Dana Perimbangan pada tahun 2008 mencapai perbesaran nominal
sebesar Rp. 523.159.205.267,00 dan pada tahun 2012 mencapai Rp.
796.616.595.915,00 terjadi peningkatan sebesar 52,27% selama kurun waktu 5
(lima) tahun. Rata – rata pertumbuhan Dana Perimbangan setiap tahun mencapai
11,74%. Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah merupakan unsur pendapatan
daerah yang sangat bervariasi karena pos ini merupakan kumpulan pendapatan
daerah yang tidak dapat dimasukkan ke dalam pos pendapatan yang lain
berdasarkan peraturan perundang-undangan dan perolehannya setiap tahun
tergantung kepada ketersediaan anggaran dari pemerintah pusat dan provinsi.
Komponen penyusun pendapatan ini terdiri dari Hibah, Dana Penyesuaian dan
Otonomi Khusus, Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan Pemda Lain, bantuan
keuangan dari pemerintah provinsi dan dana lainnya.

Secara kumulatif lima tahun, pendapatan daerah dari pendapatan lain-lain yang
sah sebesar Rp.751.752.489.630,00. Perolehan Dana Lain-lain Pendapatan Daerah
yang Sah pada tahun 2008 terealisasi sebesar Rp.28.308.642.005,00 dan pada
tahun 2012 terealisasi sebesar Rp.198.927.375.859,00 terjadi lonjakan sebesar
Rp.170.618.733.854,00 atau meningkat 602,71%, pertumbuhan rata-rata
mencapai 70,61%.
10

Tabel 1.4
Pendapatan dan Belanja APBD Kabupaten Bondowoso Tahun 2009 – 2012

Uraian 2009 2010 2011 2012


Pendapatan 678.711.928 818.542.099.8 996.956.040 1.073.390.14
daerah .046,10 84,39 .994,09 9.430,73
Belanja daerah 705.698.336 765.513.977.0 950.958.157 1.074.126.37
.447,84 31,58 .445,49 1.921,77
Surplus (Defisit) Tidak 53.028.122.85 45.997.883. Tidak
Mengalami 3 549 Mengalami
Surplus Surplus
Sumber : Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Bondowoso dan Bagian Keuangan

Perkembangan public saving untuk Kabupaten Bondowoso pada tahun 2012


sangat fluktuatif dari tahun-tahun sebelumnya. Pada tahun anggaran 2012 untuk
pendapatan asli daerah tercatat sebesar Rp. 77.846.177.656,73lebih besar dari
pada tahun 2011 yaitu Rp. 66.816.392.275,09. Pada tahun anggaran 2012
peningkatan dari tahun 2011 sebesar Rp. 11.029.785.382.

Pajak sebesar Rp. 578.862.938.986,- lebih besar dari tahun 2010 yaitu sebesar
Rp. 475.699.007.927,- ( Naik
11

sebesar Rp. 312.144.289.000 naik sebesar 39.86 %, untuk dana alokasi khusus
pada tahun anggaran 2011 sebesar 40.780.000.000 mengalami atau
Tabel 1.5
Perkembangan Public Saving Kabupaten Bondowoso 2009 -2012

Komponen
No. Public 2009 (Rp.) 2010 (Rp.) 2011 (Rp.) 2012 (Rp.)
Saving

Pendapatan
40.121.861.29 49.663.941.01 66.816.392.27 77.846.177.6
1. Asli
3,10 9,39 5,09 56,73
Daerah

Dana Bagi
Hasil
Pajak/Bagi 36.176.734.40 48.826.160.28 56.765.668.82 64.341.603.9
2.
Hasil 7,00 6,00 8,00 15,00
Bukan
Pajak

3. 455.450.603.0 479.819.794.0 539.918.142.0 666.857.212.


DAU
00,00 00,00 00,00 000,00

4. 44.047.000.00 58.151.300.00 66.936.000.00 65.417.780.0


DAK
0,00 0,00 0,00 00,00

5. Dana Bagi
Hasil
Pajak/Bagi
25.291.734.34 31.381.771.24 33.447.401.54 33.020.739.9
Hasil
6,00 1,00 1,00 51,00
Bukan
Pajak dari
Provinsi
12

Grand Total 561.447.933.0 667.842.996.5 763.883.604.6 907.483.513.


Public Saving 46,00 46 64 523

Sumber : Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Bondowoso

Pembayaran pokok pinjaman-pemerintah pusat Kabupaten Bondowoso pada


tahun 2012 sebesar Rp. 0 (Nol), Total APBD pada tahun 2012 sebesar Rp.
1.073.390.149.430,73 mengalami peningkata sebesar 7,6 % dibandingkan pada
APBD tahun 2011 sebesar Rp. 996.956.040.994,09.

Tabel 1.6
Perkembangan Realisasi Pembayaran Pinjaman Kabupaten Bondowoso

Tahun 2010 – 2012

Pembayara 2010 2011 2012


n Pokok
Pinjaman –
133.613.400.000,00 0 0
Pemerintah
Pusat

Total
818.542.099.884,39 996.956.040.994,09 1.073.390.149.430,73
APBD

Sumber : Bagian Keuangan Setda Kabupaten Bondowoso

1.4.2 Iklim dan curah hujan


Pada umumnya suhu udara di suatu tempat antara lain ditentukan oleh tinggi
rendahnya tempat tersebut dari permukaan laut dan jaraknya dari pantai. Lokasi
Kabupaten Bondowoso berada di sekitar garis Khatulistiwa sehingga secara
langsung mempengaruhi kondisi iklim. Wilayah Kabupaten Bondowoso termasuk
daerah beriklim tropis yang dipengaruhi oleh iklim muson. Musim kemarau
terjadi pada bulan Juni sampai dengan Oktober dan musim penghujan terjadi pada
bulan Nopember sampai dengan Mei. Tercatat suhu rata-rata berkisar antara 27 oC
hingga 30oC. Kelembaban udara rata-rata berkisar antara 62% hingga 69%. Curah
hujan rata-rata di Kabupaten Bondowoso sebesar 5.058,3 mm/tahun dan lama
13

hujan rata-rata 264 hari/tahun. Curah hujan rata-rata minimum terjadi pada bulan
Agustus-September, sedangkan rata-rata curah hujan maksimum terjadi pada
bulan Januari.

Sumber : Badan Geologi Jawa Timur


Gambar 1.4.1
Peta Klimatologi Bondowoso

1.4.3 Topografi dan Morfologi


Wilayah Kabupaten Bondowoso Ditinjau dari ketinggiannya, hamparan wilayah
Kabupaten Bondowoso berada pada ketinggian rata-rata sekitar 253 meter di atas
permukaan laut (dpl), dengan puncak tertinggi 3.287 meter dpl dan terendah 73
meter dpl. Hamparan tersebut dikelilingi oleh gugusan Pegunungan Kendeng
Utara dengan puncak Gunung Raung, Gunung Ijen dan Gunung Widodaren
disebelah Timur, Pegunungan Hyang dengan puncak Gunung Argopuro, Gunung
14

Kilap dan Gunung Krincing di sebelah Barat, sedangkan di sebelah Utara terdapat
Gunung Alas Sereh, Gunung Biser dan Gunung Bendusa. Secara rinci luasan dan
ketinggian wilayah dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 1.7
Luas Wilayah Menurut Klasifikasi Ketinggian Tempat

N Luas
Ketinggian Km2 %
o
1 0-100 meter 50,94 3,27
2 100-500 meter 766,23 49,11
3 500-1000 meter 308,10 19,75
4 >1000 meter 434,83 27,87
Jumlah 1.560,10 100,00
Sumber : Kabupaten Bondowoso Dalam Angka, 2013

Daerah terluas berada pada ketinggian 100-500 m dpl, dengan 49,11 % dari
keseluruhan luas, daerah tersempit berada pada ketinggian 0-100 m dpl. Seluruh
wilayah Kabupaten Bondowoso merupakan daratan, dimana 44,4% wilayahnya
merupakan pegunungan dan perbukitan, 30,7% merupakan dataran rendah, dan
24,9% merupakan dataran tinggi. Kondisi permukaan tanah bervariasi namun
sebagian besar memiliki derajat kemiringan cukup tinggi sebagaimana tabel
berikut ini:
Tabel 1.8
Luas Wilayah Menurut Klasifikasi Lereng

No Ketinggian Luas
Km2 %
1 Datar (0-2%) 190,83 12,23
2 Landai (2-15%) 568,17 36,42
3 Agak Curam (15-40%) 304,70 19,53
4 Sangat Curam (>40%) 496,40 31,82
Jumlah 1.560,10 100,00
Sumber : Kabupaten Bondowoso Dalam Angka, 2013

Kabupaten Bondowoso memiliki 3 buah sungai dimana untuk sungai terpanjang


yaitu sungai Sampean. Pola aliran sungai yang terdapat di Kabupaten Bondowoso
15

merupakan sumber air permukaan mengikuti pola aliran sungai sejajar teranyam,
berkelok putus, cagar alam bersifat tetap, selain sungai sampean di Kabupaten
Bondowoso juga terdapat sungai Deluweng yang mengalir dari kecamatan Pakem
dan Kecamatan Wringin dan sungai Kalipait yang terdapar di Kecamatan Sempol.
Terdapat banyak sungai yang membelah Kabupaten Bondowoso menjadi dua
bagian yaitu dataran dan pegunungan sebelah Timur dan dataran serta
pegunungan sebelah barat. Sungai Sampean ini berhulu di sebelah selatan yaitu di
wilayah Kecamatan Maesan dan bermuara di sebelah utara yaitu wilayah
Kabupaten Situbondo.

Di tengah-tengah Sungai Sampean ini tepatnya di antara batas wilayah antara


Kecamatan Klabang di Kecamatan Tapen Kabupaten Bondowoso terdapat
bendungan yang cukup besar yaitu Bendungan Sampean Baru. Sumber air dari
Sungai Sampean ditunjang dari sungai-sungai kecil yang lain, sungai-sungai kecil
tersebut bermuara di Sungai Sampean, oleh karena itu debit Sungai Sampean juga
tergantung dari sungai-sungai kecil tersebut. Sungai-sungai kecil tersebut antara
lain : Sungai Bluncong, Taal, Telogo, Gunung piring, Klampokan, Pakisan dan
lain-lain. Pada sungai-sungai kecil tersebut di buat bendungan atau dam kecil
yang jumlahnya mencapai ± 48 buah.

Di samping sungai-sungai tersebut tata air/hidrologi di Kabupaten Bondowoso


didukung juga dengan adanya mata air yang berjuimlah ± 126 buah. Saluran Dam
Sampean Baru memanjang dari Kecamatan Tapen sampai Kecamatan Cerme ±
23,197 Km. Di Kabupaten Bondowoso juga terdapat sumber mata air mineral (air
panas) sebanyak tiga buah yang terletak di Kecamatan Sempol.

Menurut tinjauan geologis, stratigrafi wilayah Kabupaten Bondowoso disusun


oleh batuan endapan vulkanik hasil gunung api kwarter 21,6% dan hasil gunung
api kwarter muda 62,8%, yang banyak mengandung leusit, tufa dan batupasir
(5,6%), endapan alluvium 8,5% dan fasies sedimen miosen 1,5% dengan
komposisi ukuran dominan lempung, lanau, lanau berpasir dan pasir halus (±
96,9%) dan ukuran pasir kasar, kerikil, kerakal dan bongkah (±3,1%).
16

Kabupaten Bondowoso merupakan rangkaian zona fisiografis gunung api kuarter


yang dikelompokkan dalam satu grup tersendiri sebagai Komplek Pegunungan
Ringgit – Buser (Van Bemmelen, 1949), dengan dominasi endapan hasil aktifitas
gunung api kwarter muda dan sedimentasi dataran intermountain (Recent
Volcanic Formation).

Sumber : Bappeda Kabupaten Bondowoso

Gambar 1.4.1
Kondisi Geologi Kabupaten Bondowoso

Sebagian besar wilayah Kabupaten Bondowoso memiliki jenis tanah Regosol


yaitu seluas 78.286 Ha yang tersebar di 23 Kecamatan. Jenis tanah ini luasan
terbesar terdapat di Kecamatan Tlogosari mencapai seluas 11.092 Ha. Tanah
regosol merupakan tanah berbutir kasar berasal dari material vulkanik gunung
berapi yang mengendap berupa abu dan pasir vulkanik yang merupakan areal
pertanaman padi, tebu, palawija, tembakau, dan sayuran.

Sedangkan jenis tanah Andosol 32.859 Ha tersebar di 10 Kecamatan dengan


luasan terbesar terdapat di Kecamatan Sempol seluas 16.811 Ha, vegetasi yang
tumbuh berupa tanaman hutan bambu, dan rumput. Untuk jenis tanah Mediteran
terdapat seluas 11.230 Ha tersebar di Kecamatan Tapen, Wringin, Tegalampel,
Taman Krocok, Klabang, Botolinggo, Prajekan dan Cermee. Tanah mediteran
berwarna antara merah sampai kecoklatan yang merupakan hasil pelapukan
batuan kapur keras dan batuan sedimen. Jenis tanah mediteran merupakan bagian
lahan subur di daerah kapur daripada jenis tanah kapur yang lainnya. Tanaman
yang tumbuh berupa palawija, jati, tembakau, dan jambu mente. Jenis tanah
Gromosol terdapat seluas 510 Ha hanya di wilayah Kecamatan Cermee. Gromosol
17

adalah jenis tanah berwarna kelabu hitam berbentuk material halus berlempung.
Jenis tanah ini bersifat subur dan merupakan areal pertanaman padi, jagung,
kedelai, tebu, tembakau, dan jati.

Jenis tanah Litosol terdapat di Kecamatan Curahdami (1.800 Ha), Pakem (1.950
Ha) dan Klabang (1.150 Ha), Jenis tanah ini berbatu-batu dan berupa areal
pertanaman rumput ternak, palawija, dan tanaman keras. Sedangkan untuk jenis
tanah Latosol tersebar di 12 Kecamatan, total seluas 28.224 Ha yang sebagian
besar terdapat di Kecamatan Grujugan, Klabang, Cermee dan Sumber Wringin.
Jenis tanah ini berwarna merah hingga kuning, sehingga sering disebut tanah
merah, banyak mengandung zat besi dan aluminium dengan kandungan bahan
organik yang rendah sampai sedang dan pH berkisar antara 4,5-5,5. Areal
pertanaman yang ada berupa padi, palawija, sayuran, buah-buahan, dan kopi.

Tabel 1.9
Luas Wilayah (Km2) Kecamatan Menurut Jenis Tanah Kab. Bondowoso

Sumber : Bappeda Kabupaten Bondowoso


18

1.4.4 Kebudayaan Daerah Penelitian

Terdapat lima suku/etnis di Kabupaten Bondowoso. Mayoritas dari Madura.


Minoritas lainnya adalah minoritas nonpribumi, yakni suku India, Arab, dan Cina
yang terdapat di ibu kota kabupaten. Umumnya dalam kesehariannya mereka
menggunakan bahasa Jawa (dialek Surabaya) bercampur bahasa Madura. Bahkan
hampir dua pertiga penduduk Bondowoso tidak bisa berbahasa Jawa sama sekali
dan hanya berbahasa Madura dalam kesehariannya.

1.4.5 Flora dan Fauna Daerah Penelitian

Fauna Identitas pada kabupaten Bondowoso pada provinsi Jawa Timur merupakan


fauna khas yang menjadi maskot kota dan kabupatennya. Hewan-hewan ini
melengkapi ayam bekisar yang merupakan dan ditetapkan sebagai fauna identitas
provinsi Jawa Timur. Adapun hewan khas endemik asli dari kabupaten
Bondowoso yaitu Sapi Aduan (Sp).

Begitu juga kondisi geografis yang dominan perbukitan menjadikan kabupaten


Bondowoso sangat potensial untuk pengembangan sektor perkebunan. Dengan
melibatkan peran masyarakat secara aktif, pengembangan sektor perkebunan bisa
lebih semakin optimal melalui penanaman tanaman semusim dan tahunan.
Perkebunan tanaman semusim Disesuaikan dengan kondisi tanah, iklim dan curah
hujan yang sesuai dengan jenis komoditas. Untuk perkebunan tanaman tahunan
diarahkan untuk tanaman keras dengan perakaran kuat. Alokasi perkebunan
tanaman tahunan ini terutama di kawasan yang berbatasan dengan kawasan
lindung yang sekaligus berfungsi sebagai kawasan penyangga.

1.5 Waktu Pelaksanaan


Studi eksplorasi dan pembuatan laporan eksplorasi dilakukan selama sekitar 2
bulan termasuk pengamatan langsung di lapangan dan analisis data-data geologi,
sosial budaya dan keekonomiannya.
19

Tabel 1.10
Jadwal Penelitian untuk kegiatan Studi Ekplorasi

Maret April Mei


Nama kegiatan

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

Pemetaan geologi

Pemetaan topografi

Pengambilan sampel

Pemboran

1.6 Metode dan Peralatan


Metode eksplorasi yang digunakan adalah metode eksplorasi langsung dan tidak
langsung.
1. Eksplorasi Langsung
Eksplorasi langsung terdiri dari kegiatan langsung dilapangan yang dimulai
dari pemetaan dan pemboran serta pengambilan sample. Pemetaan yang
dilakukaan terbagi atas pemetaan topografi dan pemetaan geologi. Pemetaan
topografi untuk mengetahui tampak permukaan dari daerah penyelidikan.
Sedangkan pemetaan geologi dilakukan untuk mengetahui sebaran, litologi,
struktur dan kualitas bahan galian dengan dilakukannya pemboran. Semua
data yang diambil dari lapangan merupakan data primer. Pengambilan sampel
dilakukan pada setiap lubang bor.

Alat yang digunakan pada saat pemetaan topografi adalah kompas, theodolite
digital, dan GPS. Alat yang digunakan untuk perintisan jalan adalah
bulldozer. Alat yang digunakan untuk pemetaan geologi dan logging
geofisika adalah drilling machine, logging geofisika, radioaktif, water level
test, dan pump. Sedangkan alat untuk pengelolaan limbah dan lingkungan
adalah soil pH meter, dan water pH meter.
20

2. Eksplorasi Tidak Langsung


Eksplorasi tidak langsung merupakan data yang didapat dari jurnal ataupun
penyelidik terdahulu. Data ini disebut sebagai data sekunder. Analisis
laboratorium dan geokomia termasuk kedalam eksplorasi tidak langsung.
Eksplorasi tidak langsung membutuhkan laptop sebagai alat untuk melakukan
studi literature.

1.7 Pelaksanaan

Tenaga kerja yang bekerja untuk eksplorasi ini ada 5 orang untuk pemetaan
topografi dan 8 orang untuk pemetaan geologi dan pengelolaan limbah. Adapaun
yang bertanggung jawab atas semua kegiaitan eksplorasi adalah KTT Eksplorasi.
KTT Eksplorasi bertanggug jawab kepada Manajer Geologi dan Manajer
Lingkungan. Dibawah ini adalah nama tenaga kerja pada kegiatan eksplorasi :

Tabel 1.11
Pelaksana Kegiatan Eksplorasi

Status Kegiatan
No Nama Keahlian
Pekerjaan
Nama Pemetaan Topografi
1 Ahli Geologi Dan Manajer Geologi
Pemetaan Dan Geologi

2 Nama Ahli Lingkungan Manajer Pemetaan Geologi


Lingkungan
Keselamatan dan Pemetaan Topografi
3 Nama Kesehatan Kerja serta KTT Dan Geologi
Pengelolaan Lingkungan
Nama Tenaga Ahli Pemetaan Topografi
4 Ahli Pemetaan
5 Nama Ahli Pemboran Tenaga Ahli
Pemetaan Topografi
6 Nama Design Engineer Supervisior
Pemetaan Topografi
Nama Asisten Tenaga Pemetaan Topografi
7 Pemetaan
Ahli
8 Asisten Tenaga Pemetaan Topografi
Nama Pemetaan Ahli
11 Nama Operator Alat Berat Operator Pemetaan Geologi
12 Nama Operator Alat Berat Operator Pemetaan Geologi
21

13 Nama Operator Alat Berat Operator


Pemetaan Geologi
14 Nama Pengambil Semua Data Helper Pemetaan Geologi
15 Nama Pengelolaan Lingkungan Helper Pemetaan Geologi
16 Nama Pengelolaan Lingkungan Helper Pemetaan Geologi

17 Nama Pemboran Helper Pemetaan Geologi


18 Nama Pemboran Helper Pemetaan Geologi

Anda mungkin juga menyukai