KATA PENGANTAR
Bab I Pendahuluan
1.1. Identitas Perusahaan
1.2. Maksud dan Tujuan
1.3. Perijinan
Pada akhirnya ijin yang telah diperoleh adalah Ijin Eksploitasi, meliputi
kegiatan Penambangan, Pengangkutan, Pengolahan, Pemurnian dan
Penjualan dengan DU KP. No. KW96))00329; SK Mentamben RI No.
1411.K/2014/MPE/1997; berlaku selama 8 (delapan ) tahun secara berturut-
turut.
2.2. Topografi
Daerah Kuasa Pertambangan Eksploitasi pada umumnya
memperlihatkan keadaan topografi perbukitan rapat dengan ketinggian 700
sampai 1200 m di atas permukaan laut, membentuk perbukitan
bergelombang dengan puncak bukit antara lain: Pr. Gedigan, G. Tupeng, Pr.
Rancabelut, G. Singa, G. Kutamajangkar dan lainnya. Luas area Kuasa
Pertambangan Eksploitasi adalah 99 Ha, yang sedang dikerjakan dengan
intensif meliputi kawasan dari perbukitan dengan puncak Pr. Welanda dan
Pr. Menyan dengan kemiringan lereng umumnya di atas 20°.
Sungai yang mengalir di wilayah ini di antaranya adalah Sungai Cipetir,
Sungai Ciherang yang kesemuanya bermuara di Sungai Ciwidey.
Gambar 2.2. Kenampakan morfologi terjal di daerah KP. PT. Panca Raksa
Abadi
Dari hasil interpretasi foto dan citra landsat terlihat adanya struktur
lingkaran yang diperkirakan adalah kaldera purba yang melingkar sepanjang
G. Kutamanjangkar, G. Buled dan G. Puncaksalam dan selain itu terlihat juga
adanya kelurusan yang umumnya berarah Baratlaut – Tenggara dan Barat –
Timur. Sesar berarah Barat – Timur dengan kemiringan tegak ditandai
dengan kontak hornblende andesit dengan piroklastik, kenampakan itu
terlihat di sebelah Utara G. Buled.
3.3 Geologi Lokal
Berdasarkan pengamatan lapangan didukung dengan data Peta
Geologi Lembar Bandung (PH. Silitonga, 1978). Wilayah KP secara umum
tersusun dari batuan Endapan Danau (Kwarter), andesit (Pliosen) dan breksi
gunungapi (Miosen). Jenis andesit adalah andesit hornblende dan andesit
piroksen. Sedangkan breksi gunungapi mempunyai komposisi tufa dan lava
bersusunan andesit sampai basalt. Batuan endapan danau terdiri dari
komponen lempung, lanau, pasir halus - kasar dan kerikil yang umumnya
bersifat tufaan. Batuan ini menempati bagian Timur KP. Eksploitasi terutama
pada bagian lembah yang dimanfaatkan sebagai lahan pertanian. Batuan
andesit hornblende dan andesit piroksen menempati hampir seluruh wilayah
KP. Eksploitasi hingga ke bagian Barat dalam KP Eksplorasi. Bedasarkan
pengamatan lapangan batuan ini banyak mengalami ubahan hidrotermal
berupa piritisasi dan kaolinisasi. Batuan breksi gunungapi paling luas
menempati wilayah KP dari Utara hingga Selatan.
3.4. Mineralisasi
Gambar 2.6. Andesit yang telah mengalampi proses ubahan, diambil dari
hasil penggalian.
3.5. Hasil Penyelidikan
3.5.1 Hasil penyelidikan geokimia
Setiap conto tanah yang diambil dianalisa di laboratorium Direktorat
Sumberdaya Mineral di Bandung untuk mengetahui kandungan Au, Ag, Cu,
Pb, Zn, Data-data hasil analisa kimia unsur terhadap tanah yang diambil-dari
setiap titik penyontohan dalam KP.
2. Cadangan Terunjuk
Cadangan terunjuk dihitung untuk lokasi blok 1 atau Ann Zone. Akan
tetapi perhitungan kedalaman dimulai dari kedalaman 10 m sampai dengan
kedalaman yang diwakili oleh Bor DDH-3 yang mempunyai kemiringan 500,
maka kedalaman vertikal yaitu 70 m. Sehingga cadangan terunjuk dapat
dihitung sebagai berikut ;
Luas daerah mineralisasi 400 m x 100 m = 40.000 m2
Kedalaman 10 m – 70 m = 60 m
Specific Gravity Batuan = 2,88
Kadar Au Rata – rata diwakili oleh bor DDH-1 =
2,44 + 1,08 + 3,05 + 2,12 + 1,17 + 30,21 = 6,678 gr/ton
Jumlah Cadangan Terunjuk
40.000m2 x 60 m x 2,88 = 6.720.000 ton
6.720.000 ton x 6,678 gr/ton = 44.876.160 gram
3. Cadangan Terukur
Cadangan terukur dapat dihitung untuk lokasi Blok I atau Ann Zone.
Perhitungan ini didukung oleh data 7 buah parit uji, 11 buah sumur uji dan 12
buah titik bor auger dan hasil analisa laboratorium, maka cadangan bijih
emas dapat dihitung sebagai berikut ;
Luas daerah mineralisasi 400 m x 100 m = 400.000 m2
Kedalaman yang ditentukan = 10 m
Specific gravity batuan = 2,88
Cadangan bijih ;
400.000m2 x 10m x 2,88 = 1.152.00 ton
Kadar Au rata – rata = 1,521 gr/ton
Sehingga cadangan terukur didapat sebagai berikut ;
1.152.000 ton x 1,521 gr/ton = 1.752.192 gram
Drainage Tambang
Lubang bukaan utama dibuat dengan kemiringan antara 3 o – 5o.
dimaksudkan untuk memberikan kemudahan airtanah agar dapat
mengalir secara alamiah. Hal ini dikarenakan, selama ini aktifitas
penambangan selalu terganggu oleh kehadiran airtanah yang sangat
besar, sehingga tidak mampu diatasi. Jika pengaliran alamiah ini tidak
terjadi, maka disiapkan pompa untuk mengeluarkan air tambang.
Ventilasi Tambang
Untuk kebutuhan udara segar sekaligus dapat difungsikan sebagai jalan
darurat, maka akan dibuat vertical shaft yang menembus lubang bukaan
utama dan permukaan bukit. Selanjutnya pada ujung vertical shaft
dipasang “exhaust fan“ yang berfungsi menyedot udara dan debu
penambangan, agar penambang memperoleh udara segar.
Pengangkutan
Semua material, baik batuan maupun bijih yang diperoleh, dimasukkan ke
dalam keranjang dan selanjutnya dikeluarkan melalui lubang bukaan
utama, dengan cara menyeretnya di atas landasan (rel) yang terbuat dari
bambu. Material yang diyakini tidak mengandung emas, akan ditumpuk
secara terpisah. Sedangkan material yang diduga banyak mengandung
emas akan ditumbuk dan dipecah-pecah menjadi fragmen-fragmen kecil
agar mudah diproses lebih lanjut.
4.3. Pengolahan
Bijih dari penambangan sebelum diolah terlebih dahulu dibersihkan
dari pengotor lempung dengan cara mencuci dalam bak - bak sambil diaduk .
Ini dilakukan terutama terhadap bijih yang lunak (kaolinisasi). Pengotor
biasanya merupakan lumpur yang ikut mengalir (overflow). Sedangkan bijih
yang akan diolah berada dalam bak (mengendap). Untuk bijih keras
(silisifikasi dan Oksidasi Sulfida) biasanya dipecah - pecah dalam ukuran 2
cm kemudian diseleksi dari pengotor. Bijih yang dianggap mengandung
emas yang tinggi akan diolah sedangkan sisanya di buang (tailing).
Cara pengolahan yang diterapkan adalah, proses amalgamasi.
Urutan kerja pengolahan adalah sebagai berikut :
1. Bijih bersih yang sudali dipecah - pecah sanmpai ukuran 2 cm sebanyak
20 kg dimasukkan ke dalam setiap gelundung
2. Ditambahkan air sehingga persen solid 69 %
3. Dimasukan gerinding media lalu gelundung diputar selama 12 Jam
4. Setelah itu, gelundung dihentikan lalu dimasukkan CaO sehingga pH 7-9
dan tambahkan air sehingga persen solid menjadi sekitar 50%.
5. Masukkan air raksa sebanyak 1 kg lalu gelundung diputar selama 10 jam
6. Setelah itu isi gelundung dikeluarkan dan dimasukkan ke dalam baskom
7. Isi baskom digoyang dan dikeluarkan kecuali amalgam (air raksa)
8. Air raksa diperas dengan menggunakan kain sehingga amalgam
tertinggal dalam kain
9. Amalgam digarang di atas api suhu 200 - 600° C.
10. Sisa penggarangan Au - Ag (bullion) dibakar menggunakan emposan
pada suhu 800°C, (di sini ditambahkan KN03,Na2B407 untuk
mempercepat pelelehan)
11. Bullion dilarutkan dalam HN03 sehingga Ag Iarutt dan Au mengendap
12. Au dimurnikan dengan cara membakar melalui alat retort.
BAB V
RENCANA PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN LINGKUNGAN