Anda di halaman 1dari 9

BAB III

LANDASAN TEORI

3.1 Genesa Andesit


Andesit merupakan salah satu jenis batuan beku ekstrusif yang terbentuk
akibat dari proses kristalisasi cairan silika kental bersifat volatile (air, co2, chlorine,
fluorine, iron, dan sulphur) yang berasal dari bagian bawah kerak bumi.Proses
kristalisasi magma akan tejadi pada temperatur 1500 – 2500. Komposisi mineral
yang terkandung di dalam batuan andesit terdiri dari kalium felspar 10%, natrium
plagioklas , kuarsa krang dari 10%, felspatoid kurang dari 10%, hornblenda, biotit,
dan piroksin.
Andesit termasuk jenis batuan beku kategori menengah sebagai hasil
bentukan lelehan magma diorit. Nama andesit sendiri diambil berdasarkan tempat
ditemukan, yaitu di daerah Pegunungan Andes, Amerika Selatan. Awal mula
terbentuknya bahan galian Jenis magma diorit merupakan salah satu magma
terpenting dalam golongan kapur alkali sebagai sumber terbentuknya andesit.
Lelehan magma tersebut merupakan kumpulan mineral silikat yang kemudian
menghablur akibat pendinginan magma pada temperatur antara 1500 – 2500oC
membentuk andesit berkomposisi mineral felspar plagioklas jenis kalium felspar
natrium plagioklas, kuarsa, felspatoid serta mineral tambahan berupa hornblenda,
biotit dan piroksen. Andesit bertekstur afanitik mikro kristalin dan berwarna gelap.
Mineral yang ada dalam andesit ini berupa kalium felspar dengan jumlah kurang
10% dari kandungan felspar total, natrium plagioklas, kuarsa kurang dari 10%,
felspatoid kurang dari 10%, hornblenda, biotit dan piroksen. Penamaan andesit
berdasarkan kepada kandungan mineral tambahannya yaitu andesit hornblenda,
andesit biotit dan andesit piroksen.
Keterdapatannya batuan ini terdapat hampir di semua tempat di Indonesia
terutama di Bagian Timur Indonesia. Andesit banyak digunakan untuk sektor
konstruksi, terutama infrastruktur seperti sarana jalan raya, jembatan, gedung-
gedung, irigasi, bendungan dan perumahan, landasan terbang, pelabuhan,
sebagai pondasi, dan lain-lain.

15
16

3.2 Metode Penambangan Andesit


Kegiatan penambangan andesit dilakukan dengan metode tambang
terbuka. Tambang terbuka adalah metode penambangan yang segala kegiatan
atau aktivitasnya dilakukan di atas atau relatif dekat dengan permukaan bumi,
dimana tempat kerjanya berhubungan langsung dengan udara luar. H.L. Hartman
(1987) mengklasifikasikan tambang terbuka menjadi empat metode, seperti berikut
ini.
1. Open Pit / Open Cast / Open Cut / Open Mine
Adalah metode tambang terbuka yang diterpakan ore atau bijih misalnya
nikel, tembaga, dan lain sebagainya. Secara umum metode penambangan
ini dilakukan secara konvensional ( pemboran, peledakan, gali – muat, dan
angkut). Perbedaan antara open pit dengan open cast / open cut/ open
mine adalah arah penambangannya, open pit apabila penambangannya
dari permukaan relatif datar menuju ke arah bawah dimana endapan bijih
tersebut. Open cut/ open cast/open mine apabila penambangan dilakukan
pada suatu lereng.
2. Quarry
Adalah tambang terbuka yang diterapkan pada bahan galian industri atau
mineral industri, berdasarkan letak dari endapannya secara garis besar
kuari dapat dibagi menjadi dua, yaitu side hill typediterapkan pada endapan
nya berbentuk lereng bukit. Pit type di terapkan pada endapan bahan galian
industri yang terletak pada daerah yng relatif datar.
3. Strip Mine
Adalah metode tambang terbuka yang diterapkan pada endapan horizontal
atau sub-horizontal khususnya endapan batubara, bahkan metode ini
sering diterapkan pada endapan garam yang mendatar.
4. Alluvial Mining
Pada umumnya metode penambangan ini disebut dengan placer mining
yaitu tambang terbuka yang diterapkan pada endapan bahan galian placer
atau alluvial contohnya adalah tambang kasiterit di Pulau bangka, Belitung
dan tambang-tambang sekitarnya, tambang bijih timah, pasir besi dan lain
– lain. Secaara garis besar dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu Tambang
semprot, penambangan dengan kapal keruk.
17

Secara garis besar kegiatan penambangan terbagi atas tiga kegiatan, yaitu
pemberaian, pemuatan dan pengangkutan. Adapun rincian dari ketiga kegiatan
tersebut adalh berikut ini :
1. Pemberaian
Pemberaian adalah salah satu kegiatan penambangan yang dilakukan
dengan tujuan memisahkan antara endapan bahan galian dengan batuan
induknya. Kegiatan ini dilakukan setelah pengupasan lapisan tanah
penutup endapan bahan galian tersebut selesai. Pemberain dapat
dilakukan dengan cara peledakan, atau bahkan peralatan mekanis
maupun peralatan non mekanis. Penentuan peledekan atau menggunakan
alat mekanis tergantung terhadap kekerasan dari bahan galian tersebut.
2. Gali – Muat
Gali – Muat adalah kegiatan penggalian dan kegiatan untuk memasukkan
atau mengisikan material atau endapan bahan galian hasil dari pemberaian
ke dalam alat angkut. Pada umumnya alat gali – muat dan angkut dilakukan
dengan alat yang sama. Tujuan dari kegiatan ini adalahuntuk
memindahkan bahan galian atau hasil dari pemberaian kedalam alat
angkut.
3. Pengangkutan
Pengangkutan adalah kegiatan yang dilakukan untuk memindahkan
material hasil pemberaian dari lokasi gali – muat ke lokasi dumping.
tempat mengangkut atau membawa material atau endapan bahan galian.
Pengangkutan dapat dilakukan dengan alat buldozer dan dumtruck.
apabila jarak angkut antara lokasi gali – muat ke dumping dekat digunakan
buldozer, namun apabila jarak angkut antara lokasi gali – muat ke dumping
digunakan dumptruk
3.3 Kegiatan Penambangan
3.3.1 Pemberaian
1. Pemboran
Kegiatan pengeboran merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk
membor suatu bahan galian yang ada dibawah tanah yang mana didalam
pemboran ini terdapat peralatan yang mana peralatan ini digunakan untuk
melakukan pengeboran ke dalam reservoir bawah tanah untuk memperoleh air,
minyak, atau gas bumi, atau deposit mineral bawah tanah. Pengeboran ini juga
18

dapat dilakukan terhadap sampel atau bahan galian yang berada di atas tanah
atau dengan kata lain (on shore) atau dapat juga dilakukan terhadap keadaan di
atas laut/lepas pantai atau dapat disebut dengan (off shore) hal ini akan tergantung
kepada kebutuhan pemakaianya apabila digunakan untuk tambang bawah tanah
maka dapat dilakukan diatas permukaan tanah akan tetapi apabila digunakan
untuk tambang minyak maka dapat dilakukan diatas laut lepas.
Akan tetapi meskipun kegiatan pengeboran ini dapat dilakukan terhadap
kegiatan lepas pantai hal ini tidak dapat melakukan pengeboran hingga ke dasar
laut untuk mencari mineral-mineral, teknologi dan keekonomian tambang bawah
laut belum dapat dilakukan secara komersial. Hal ini dikarenakan pada kegiatan
pengeboran yang biasa dilakukan peralatan ini akan lebih mengacu pada
kumpulan peralatan yang digunakan untuk melakukan pengeboran pada
permukaan kerak bumi untuk mengambil contoh minyak, air, atau mineral. Di
dalam suatu instalasi kegiatan pemboran yang ada ini, terutama untuk pemboran
migas & geothermal, lazimnya menggunakan spesifikasi peralatan yang mampu
bekerja pada rating tekanan yang cukup tinggi mulai dari 2000 psi sampai 15000
psi.
2. Peledakan
Peledakan adalah aktivitas penambangan yang dimaksudkan untuk
memberaikan batuan atau material berharga dengan menggunakan bahan-bahan
kimia yang tepat yang mampu menciptakan hasil ledakan yang diinginkan.
Kegiatan peledakan dilakukan apabila material tidak dimungkinkan untuk digali
secara mekanis, sehingga perlu diberaikan terlebih dahulu untuk memudahkan
pekerjaan penggalian dan pengangkutan atau pemuatan.Sedangkan pada
material lunak tidak efektif untuk dilakukan peledakan. Hasil dari peledakan ini
akan mempengaruhi produktivitas dan biaya operasi berikutnya. Adapun jenis-
jenis peledakan yang bergantung kepada material atau dimana tempat peledakan
dilakukan, yaitu:
a) Peledakan biasa, peledakan yang dilakukan di dalam lubang atau sumur
dangkal yang digunakan untuk penyelidikan geofisika agar menimbulkan
getaran dengan seismik bias.
b) Peledakan bongkah, peledakan yang digunakan untuk memecah ukuran
bongkah batuan menjadi kecil
19

c) Peledakan terendam, peledakan dengan hasil getaran yang relatif lembut


karena diberi rongga udara antara bahan peledak dan sumbat ledak atau
dengan dibuatnya lubang yang lebih besar dari diameter dodol (dinamit)
yang digunakan.
d) Peledakan lubang dalam, peledakan yang dilakukan pada tambang
terbuka yang disesuaikan dengan tinggi dari jenjang yang akan diledakan.
3.3.2 Pemuatan dan Pengangkutan
Pengaturan terhadap pola dan kesesuaian antara alat muat dan angkut
yang bekerja dalam satu siklus dibutuhkan keselarasan diantara kedua jenis alat
tersebut, hal tersebut merupakan hal yang sangat penting untuk diperhatikan.
Untuk menentukan keselarasan kerja antara kedua alat tersebut maka digunakan
rumus sebagai berikut :
na x lm
MF= ……………………………………(3.1)
nm x CTa
Ha
lm= x CTm………………………………….(3.2)
Hm

Keterangan :
MF : Match Factor
na : Jumlah Alat Angkut (buah)
Cta : Cycle Time Alat Angkut (detik)
Lm : Waktu Pengisian (detik)
Ha : Kapasitas alat angkut (m3)
Hm : Kapasitas alat muat (m3)
CTm : Cycle Time alat muat (detik)
Jika :
MF = 1, maka faktor kerja alat muat dan alat angkut 100%
MF > 1, maka faktor kerja alat muat 100 % dan alat angkut <100%
MF < 1, maka faktor kerja alat muat <100% dan alat angkut 100%.
A. Efisiensi Kerja
Selama proses penambangan, pekerja , mesin maupun alat mekanis tidak
selamanya bekerja 60 menit dalam sejam, hal tersebut diakibatkan oleh
hambatan-hambatan kecil, misalnya: menunggu alat, perawatan dan pelumasan
mesin-mesin. Bahkan terkadang pada lat mekanis maupun mmesin dapat terjadi
hambatan – hambatan yang besar, seperti ruaknya alat mekanik.
20

Efisiensi kerja atau Penggunaan Efektif adalah angka yang menunjukkan


berapa persen dari seluruh waktu kerja yang tersedia dapat dipergunakan untuk
kerja produktif, yang dinyatakan dengan persamaan sebagai berikut, yaitu :
We
EU = x 100%..........................................(3.3)
We+R+S

Wp = We + R + S…………………………………….(3.4)

We
EU = x 100%....................................................(3.5)
Wp
Keterangan :
EU :Penggunaan effective.
We :Waktu kerja efektif, yaitu waktu yang benar-benar digunakan untuk
bekerja yang dinyatakan dalam jam.
R :Jam reparasi atau waktu perbaikan yang rusak yaitu waktu yang
dibutuhkan untuk perbaikan, penggantian suku cadang, yang
dinyatakan dalam satuan jam dimana hambatan ini tidak dapat
dikendalikan.
S :Waktu menunggu yaitu waktu dimana suatu alat tersedia untuk
dioperasikan tetapi tidak digunakan karena alasan tertentu seperti
hujan deras, tempat kerja belum siap dalam satuan jam, dimana
hambatan ini dapat dikendalikan dengan cara mencari solusi yang
sesuai dengan hambatan itu sendiri.
Wp :Waktu produktif yaitu waktu yang diberikan oleh perusahaan untuk
bekerja diluar waktu persiapan, istirahat dan rusak.
B. Gali – Muat.
Pemuatan adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk memasukkan atau
mengisikan material atau endapan bahan galian hasil pemberaian yang telah
dilakukan sebelumnya ke dalam alat angkut. Kegiatan pemuatan dilakukan setelah
kegiatan penggalian, pada umumnya pemuatan dilakukan dengan menggunakan
alat muat Excavator dan diisikan ke dalam alat angkut.
Cm = tg + tsi + td + tsk……………………………….(3.6)
Keterangan :
Cm : Waktu edar alat muat (detik)
21

tg : Waktu digging (detik)


tsi : Waktu swing isi (detik)
td : Waktu dumping (detik)
tsk : Waktu swing kosong (detik)

(Hm x FFm ) x SF x (Em x 3600)xρi


Pm = ton/jam…………..(3.7)
Cm
Keterangan :
Pm : Produksi excavator alat muat (ton/jam/alat)
Hm : Kapasitas bucket (LCM)
SF : Swell Factor (%)
FFm : Bucket Factor alat muat (%)
Em : Effisiensi kerja alat muat (%)
𝜌i : Density insitu (ton/BCM)
Cm : Waktu edar alat muat (detik)

C. Pengangkutan
Waktu edar alat angkut adalah waktu yang dibutuhkan dalam satu siklus
pekerjaan. Waktu edar alat angkut meliputi:
1. Waktu mengatur posisi ketika masih kosong, dihitung mulai pada saat
belok (mengambil posisi) untuk di muat.
2. Waktu mengisi muatan, dimulai dari alat muat pertama kali melakukan
pengisian kealat angkut sampai terisi penuh.
3. Waktu mengangkut, dimulai dari alat angkut bergerak meninggalkan
tempat pemuatan sampai ketempat pengosongan muatan.
4. Waktu mengatur posisi untuk menumpahkan material.
5. Waktu dumping (menumpahkan), dihitung saat bak alat angkut diangkat
untuk menumpahkan muatan sampai bak kembali ke posisi semula.
6. Waktu kembali kosong, dihitung dari waktu alat angkut meninggalkan
tempat penampungan sampai kembali di tempat pemuatan untuk diisi
kembali.
Waktu edar (cycle time) alat angkut dapat dihitung dengan menggunakan
rumus sebagai berikut :
CTa = tma + tl + tt + tmd + td + tb………………...……...(3.8)
22

Keterangan :
Ca : Cycle time alat angkut (detik)
tma : Waktu mengatur posisi untuk dimuat (detik)
tl : Waktu memuat (detik)
tt : Waktu mengangkut isi (detik)
tmd : Waktu mengatur posisi untuk menumpahkan isi (detik)
td : Waktu dumping (detik)
tb : Waktu kembali kosong (detik)
Untuk menghitung besarnya produksi alat angkut yang digunakan diketahui
dengan rumus :
Ea x 3600 x (np x Hm x FFm)x SF x ρi
Pa = Ca
………………………….(3.9)

Keterangan :
Pa : Produktivitas (Ton/Jam / Alat)
np : Banyaknya pengisian
Hm : Kapasitas alat muat teoritis (LCM)
FF : Fill Factor alat muat (%)
Ea : Efisiensi Kerja (%)
SF : Swell Factor
𝜌𝑖 : Density Insitu (ton/BCM)
Ca : Cycle Time (detik)
Kegiatan pengangkutan di pengaruhi beberapa faktor, salah satunya factor
kondisi jalan angkut, ukuran fragmentasi, dan pola pemuatan. Jalan angkut pada
lokasi tambang sangat mempengaruh kelancaran dari suatu operasi
penambangan terutama dalam kegiatan pengangkutan. Oleh sebab itu adea
beberapa kondisi dari jalan yang harus diperhatikan diantaranya adalah lebar
jalan, jarak antara lokasi gali – muat dengan lokasi dumping, kemiringan jalan, dan
keadaan permukaan jalan. Penentuan dari lebar jalan angkut didasarkan pada
lebar kendaraan terbesar yang digunakan dalam kegiatan penambangan.
Semakin lebar jalan angkut yang diterapkan maka operasi pengangkutan akan
semakin aman dan lancar. Lebar jalan tersebut terbagi atas beberapa, yaitu :
1. Lebar Jalan Angkut Minimum Pada Jalan Lurus
23

Lebar jalan angkut minimum yang dipakai untuk jalur ganda atau lebih
(dapat dilihat pada Gambar 3.8) menurut AASHTO manual Rural High-
Way Design adalah :
L = n x Wt+(n+1)(0,5xWt)…………...………(3.10)
Keterangan :
L : Lebar jalan angkut minimum (m)
n : Jumlah jalur
Wt : Lebar truk jungkit (m)
2. Lebar jalan angkut minimum pada tikungan
Lebar jalan angkut produksi tambang pada keadaan lurus dan belokan
penting ditentukan untuk kelancaran dan keberhasilan operasi
pengangkutan yang dilakukan dari tempat pemuatan hingga ke tempat
penampungan. Lebar jalan angkut minimum pada tikungan (Gambar 3.4)
selalu lebih besar daripada jalan angkut pada jalan lurus. Untuk
menentukan ukurannya dapat digunakan rumus berikut ini :
W = 2 (U+Fa+Fb+Z)+C……………………………(3.11)
C = Z = ½ (U+Fa+Fb)…………………………….(3.12)
Keterangan :
W : Lebar jalan angkut minimum pada tikungan
U : Jarak jejak terluar roda depan dengan jejak terluar roda yang ada
pada belakang kendaraan (m)
Fa : Jarak roda depan dengan sisi samping terluar truck
dikalikan
sinus sudut penyimpangan roda (m)
Fb : Jarak roda belakang dengan sisi samping terluar dikalikan sinus
sudut
penyimpangan roda (m)
Z : Jarak sisi luar truk ke tepi jalan (m)
C : Jarak antara dua truck yang bersimpangan (m)

Anda mungkin juga menyukai