Anda di halaman 1dari 42

AKTIVITAS PENAMBANGAN BATU ANDESIT

DI PT PANGHEGAR MITRA ABADI, DESA LAGADAR,


KECAMATAN MARGAASIH, KABUPATEN BANDUNG,
PROVINSI JAWA BARAT

LAPORAN KERJA PRAKTIK (TTA-300)

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Kerja Praktik (TTA – 300)
pada Program Studi Teknik Pertambangan Fakultas Teknik Universitas Islam Bandung,
Tahun Akademik 2018/2019

Disusun Oleh :
Fadly Ridho Abdan (100.701.16.104)
M. Al-Arief Mufthian (100.701.16.113)

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
1441 H / 2019 M
LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Aktivitas Penambangan Batu Andesit di PT Panghegar Mitra


Abadi, Kecamatan Batujajar, Kabupaten Bandung Barat,
Provinsi Jawa Barat.
Peserta : 1. Fadly Ridho Abdan (100.701.16.104)
2. M. Al-Arief Mufthian (100.701.16.113)

Bandung, November 2019


Menyetujui,

Rully Nurhasan R, S.T., M.T. Elfida Moralista, S.Si., M.T.


Pembimbing Proposal Koordinator Kerja Praktik

Mengetahui,

Ir. Dono Guntoro, M.T.


Ketua Program Studi Teknik Pertambangan
AKTIVITAS PENAMBANGAN BATU ANDESIT
DI PT PANGHEGAR MITRA ABADI, DESA LAGADAR
KECAMATAN MARGAASIH, KABUPATEN BANDUNG,
PROVINSI JAWA BARAT

SARI

PT Panghegar Mitra Abadi adalah salah satu tambang batu andesit


yang berlokasi di Desa Lagadar, Kecamatan Margaasih, Kabupaten Bandung,
Provinsi Jawa Barat. Aktivitas penambangan batu andesit di PT Panghegar
Mitra Abadi meliputi beberapa kegiatan, yaitu pengeboran, peledakan, muat,
angkut dan pengecilan ukuran. Berdasarkan hasil dari kegiatan pengeboran,
peledakan dan muat serta angkut diharapkan dapat memenuhi target produksi.
Hal penting yang perlu diperhatikan dalam kegiatan muat dan angkut adalah
efisiensi kerja alat, sehingga dapat mencapai target produksi.
Tujuan dilakukannya kerja praktik di PT Panghegar Mitra Abadi ialah
untuk mengetahui produktivitas dari alat bor, alat muat dan alat angkut, hingga
untuk mengetahui keserasian antara alat muat dan alat angkut yang digunakan.
Hal ini dapat mempengaruhi untuk menentukan tercapai atau tidaknya target
produksi yang sudah ditetapkan dalam perharinya.
Produk dari PT Panghegar Mitra Abadi terdiri dari 3 produk, yaitu batu
split, abu batu dan base coarse. Produk-produk tersebut dapat digunakan
sebagai bahan dasar pencampuran dalam pengecoran, pengaspalan dan beton.
PT Panghegar Mitra Abadi melakukan pemasaran ke beberapa daerah
khususnya bagian Jawa Barat.
Pola pemboran yang diterapkan di PT Panghegar Mitra Abadi adalah
staggered rectangular, dengan alat pemboran berupa Furukawa Crawler Rock
Drill PCR 200 dengan menggunakan kompresor PDS 7505-402. Bahan peledak
yang digunakan dalam aktivitas peledakan di PT Panghegar Mitra Abadi adalah
ANFO dengan detonator elektrik. Dan pola peledakan yang diterapkan adalah V
- cut dan corner cut. Dalam kegiatan muat, alat yang digunakan adalah
Excavator Kobelco SK-200, serta alat angkut yaitu Dump Truck Hino Super
Ranger FF. Aktivitas dari muat dan angkut, diharapkan dapat memenuhi target
produksi 400 ton/hari.
PT Panghegar Mitra Abadi menerapkan alat mekanis yang digunakan
untuk kegiatan produksi agar mencapai target, dimana alat mekanis yang
digunakan adalah 1 unit Excavator dan 2 unit Dump Truck, memiliki faktor
keserasian 0,81. Nilai keselarasan tersebut dapat dianggap menjadi MF<1. Hal
ini menunjukkan bahwa alat muat lebih banyak menunggu alat angkut. Namun
hal tersebut tidak begitu buruk mengingat angka tersebut sudah mendekati nilai
MF = 1 (serasi).
Kata Kunci : pemboran, peledakan, pemuatan, pengangkutan
KATA PENGANTAR

Assalaamu’alaikum Wr.Wb.
Puji dan syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan nikmat Iman, Islam dan yang utama adalah nikmat kesehatan
sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Kerja Praktik yang berjudul
“Aktivitas Penambangan Batu Andesit di PT Panghegar Mitra Abadi, Desa
Lagadar, Kecamatan Margaasih, Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat”.
Laporan ini dibuat untuk memenuhi salah satu persyaratan mata kuliah Kerja
Praktik (TTA-300) pada Program Studi Teknik Pertambangan, Fakultas
Teknik, Universitas Islam Bandung.
Penyelesaian laporan ini tidak lepas dari bantuan beberapa pihak atas
segala bentuk bimbingan, bantuan, dukungan, dan doa kepada :
1. Kedua Orangtua yang telah memberikan dukungan berupa doa maupun
materil.
2. Bapak Ir. Dono Guntoro, M.T., selaku Ketua Prodi Teknik
Pertambangan Unisba.
3. Bapak Indra Karna Wijaksana, S.Pd., S.T., M.T., selaku Sekretaris Prodi
Teknik Pertambangan Unisba.
4. Ibu Elfida Moralista , S.Si., M.T., selaku Koordinator Kerja Praktik yang
senantiasa membimbing dan banyak membantu penulis dalam
kelancaran pelaksanaan Kerja Praktik.
5. Bapak Rully Nur Hasan, M.T., selaku Dosen Pembimbing Kerja Praktik
yang telah banyak memberikan ilmu pengetahuan dan arahan selama
masa bimbingan.
Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Bapak-bapak yang telah
membimbing pada saat pelaksanaan kerja praktik di PT Panghegar Mitra Abadi.
1. Bapak Teguh Marjanto, S.T, selaku Manager Perusahaan.
2. Bapak Agung Moch. Husein, Amd.T, selaku Wakil Kepala Teknik
Tambang serta pembimbing selama Kerja Praktik.
Terlepas dari itu semua penulis menyadari bahwa masih terdapat
kekurangan didalam penyusunan maupun pengolahan kata dalam Laporan Kerja

i
Praktik ini yang perlu diperbaiki. Maka dari itu dengan tangan terbuka penulis
mengharapkan kritik dan saran serta masukan guna menyempurnakan laporan
ini hingga menjadi layak dan dapat diterima dikemudian hari.
Wassalamualaikum Wr.Wb.

Bandung, Oktober 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

SARI
KATA PENGANTAR.....................................................................................i
DAFTAR ISI ..............................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR.....................................................................................v
DAFTAR FOTO...........................................................................................vi
DAFTAR TABEL........................................................................................vii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................1
1.2 Ruang Lingkup Masalah................................................................2
1.3 Tujuan............................................................................................2
1.4 Metoda Pengamatan Lapangan.....................................................2
1.5 Sistematika Penulisan....................................................................4
BAB II TINJAUAN UMUM...........................................................................6
2.1 Keadaan Perusahaan....................................................................6
2.2 Lokasi dan Kesampaian Daerah....................................................6
2.3 Keadaan Iklim dan Cuaca..............................................................9
2.4 Keadaan Topografi dan Morfologi..................................................9
2.5 Keadaan Geologi.........................................................................11
2.6 Flora dan Fauna...........................................................................13
2.7 Keadaan Penduduk.....................................................................14
BAB III LANDASAN TEORI......................................................................16
3.1 Andesit.........................................................................................16
3.1.1 Pengertian Andesit...........................................................16
3.1.2 Keterbentukan, Mineralogi dan Karakteristik Andesit.......16
3.1.3 Metode Penambangan.....................................................17
3.2 Pemboran....................................................................................18
3.2.1 Pola Pemboran.................................................................18
3.2.2 Arah Pemboran................................................................20
3.3 Teknik Peledakan........................................................................22
3.3.1 Perlengkapan dan Peralatan Peledakan..........................23
3.3.2 Pola Peledakan................................................................26
3.3.3 Geometri Peledakan.........................................................27
3.4 Penggalian (Loosening), Pemuatan (Loading) dan Pengangkutan
(Hauling)......................................................................................30
3.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Alat........................31
3.5.1 Waktu Edar (Cycle Time) Alat.........................................31
3.5.2 Waktu Edar Alat Muat.......................................................31
3.5.3 Waktu Edar Alat Angkut...................................................32
3.6 Kemampuan Produksi Alat...........................................................35
3.7 Faktor Keserasian Kerja Alat (Match Factor)...............................36
BAB IV KEGIATAN LAPANGAN DAN PEMBAHASAN..........................37
4.1 Kegiatan Lapangan......................................................................37
4.1.1 Kegiatan Pemboran (Drilling)............................................38
4.1.2 Kegiatan Peledakan.........................................................39
4.1.3 Kegiatan Pemuatan (Loading)..........................................41
4.1.4 Kegiatan Pengangkutan (Hauling)....................................42
4.2 Pembahasan................................................................................45
4.2.1 Kegiatan Pemboran (Drilling)............................................45
4.2.2 Kegiatan Peledakan (Blasting).........................................48
4.2.3 Kegiatan Pemuatan (Loading)..........................................59
4.2.4 Kegiatan Pengangkutan (Hauling)....................................64
4.3 Keserasian Alat (Match Factor)....................................................68
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN........................................................70
5.1 Kesimpulan..................................................................................70
5.2 Saran...........................................................................................70
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN A (SPESIFIKASI ALAT BOR DAN KOMPRESOR)
LAMPIRAN B (SPESIFIKASI PERALATAN DAN PERLENGKAPAN
PELEDAKAN)
LAMPIRAN C (SPESIFIKASI ALAT MUAT)
LAMPIRAN D (SPESIFIKASI ALAT ANGKUT)
LAMPIRAN E (PENGOLAHAN DATA PENGEBORAN)
LAMPIRAN F (PENGOLAHAN DATA PEMUATAN DAN FILL FACTOR)
LAMPIRAN G (PENGOLAHAN DATA PENGANGKUTAN)
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Diagram Penelitian............................................................................4


Gambar 2.1 Peta Kesampaian Daerah.................................................................8
Gambar 2.2 Peta Topografi Regional.................................................................10
Gambar 2.3 Peta Geologi Regional....................................................................12
Gambar 2.4 Jumlah Penduduk Kecamatan Margaasih.......................................15
Gambar 3.1 Pola Pemboran Square .................................................................. 19
Gambar 3.2 Pola Pemboran Rectangular...........................................................19
Gambar 3.3 Pola Pemboran Staggered Square.................................................20
Gambar 3.4 Pola Pemboran Staggered Rectangular..........................................20
Gambar 3.5 Pola Pemboran Tegak (a), Pemboran Miring (b).............................21
Gambar 3.6 Detonator Biasa..............................................................................24
Gambar 3.7 Instantaneous dan Delay Detonator................................................25
Gambar 3.8 Detonator Non Electric....................................................................25
Gambar 3.9 V Delay Pattern...............................................................................27
Gambar 3.10 V Delay Pattern.............................................................................27
Gambar 3.11 Geometri Peledakan Sistem Jenjang............................................30
Gambar 3.12 Bucket Fill Factor..........................................................................33
YGambar 4.1 Diagram Alir Kegiatan Pengeboran (Drilling) .................................
39
Gambar 4.2 Diagram Alir Kegiatan Peledakan (Blasting)...................................41
Gambar 4.3 Diagram Alir Kegiatan Pemuatan (Loading)....................................42
Gambar 4.4 Diagram Alir Kegiatan Pengangkutan (Hauling)..............................45
DAFTAR FOTO

YFoto 3.1 Andesit...............................................................................................17


Foto 3.2 Kabel Utama (Lead Wire).....................................................................23
Foto 3.3 Kabel Penyambung (Connecting Wire).................................................24
YFoto 4.1 Kegiatan Pengeboran ...........................................................................
38
Foto 4.2 Kegiatan Pemuatan (Loading)..............................................................42
Foto 4.3 Kegiatan Pengangkutan (Hauling)........................................................43
Foto 4.4 Kegiatan Dumping................................................................................43
DAFTAR TABEL

YTabel 2.1 Koordinat Jobsite PT Panghegar Mitra Abadi....................................7


Tabel 2.2 Curah Hujan Kabupaten Bandung Barat...............................................9
Tabel 2.3 Flora Daerah PT Panghegar Mitra Abadi............................................13
Tabel 2.4 Fauna Daerah PT Panghegar Mitra Abadi..........................................14
YTabel 3.1 Efisiensi Operator ...............................................................................
34
Tabel 3.2 Tinggi Rendahnya Efisiensi Kerja.......................................................34
YTabel 4.1 Jadwal Kerja.....................................................................................37
Tabel 4.2 Waktu Kerja Alat Bor (CRD)................................................................46
Tabel 4.3 Efisiensi Kerja.....................................................................................47
Tabel 4.4 Produktivitas Alat Bor..........................................................................48
Tabel 4.5 Rencana Geometri Peledakan............................................................48
Tabel 4.6 Geometri Peledakan Aktual................................................................50
Tabel 4.7 Hasil Pengolahan Data Geometri Peledakan Teoritis Metode R.L. Ash
...........................................................................................................55
Tabel 4.8 Hasil Pengolahan Data Geometri Peledakan Teoritis Metode C.J
Konya.................................................................................................58
Tabel 4.9 Perbandingan Fragmentasi.................................................................60
Tabel 4.10 Waktu Kerja Alat Muat (Excavator Kobelco SK 200).........................60
Tabel 4.11 Efisiensi Kerja Excavator Kobelco SK-200........................................61
Tabel 4.12 Produktivitas Alat Muat (Loading).....................................................63
Tabel 4.13 Waktu Kerja Alat Angkut (Dump Truck Hino Super Ranger FF)........64
Tabel 4.14 Efisiensi Kerja Dump Truck Hino Super Ranger FF..........................65
Tabel 4.15 Produktivitas Alat Angkut (Hauling)...................................................67
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perkembangan industri yang terus meningkat menyebabkan kebutuhan
bahan baku setiap harinya semakin tinggi. Hal tersebut menuntut perusahaan-
perusahaan tambang terus meningkatkan produksinya. Dengan kata lain
perusahaan-perusahaan tambang bertanggungjawab memenuhi kebutuhan
tersebut. Untuk menjawab permintaan tersebut diperlukan perkembangan secara
kontinu dalam bidang teknologi maupun ilmu pengetahuan yang sejalan dengan
kondisi lapangan. Jenis bahan galian industri disaat sekarang menjadi salah satu
primadona dalam menunjang pembangunan bangsa. Maka dari itu pentingnya
mempelajari metode serta faktor penunjang pada aktivitas penambangan pada
bahan galian industri menjadi salah satu kewajiban engineer tambang saat ini.
Segala macam aktivitas yang berhubungan dengan kegiatan pemberaian
dan penggalian, pemuatan, pengangkutan, penimbunan, perataan dan
pemadatan tanah atau batuan dengan alat-alat mekanis disebut dengan
Pemindahan Tanah Mekanis. Material yang di gali dengan menggunakan alat
mekanis ataupun pemberaian dengan kegiatan peledakan yang kemudian
dimuat dan diangkut oleh alat-alat mekanis tersebut tidaklah sedikit melainkan
dalam volume yang besar, sehingga dengan kondisi seperti itu banyak faktor-
faktor yang berpengaruh sehingga kemampuan alat menjadi berkurang,
ditambah lagi dengan penggunaan alat yang setiap hari beraktivitas untuk
kelangsungan produksi penambangan. Teknologi yang terus berkembang dan
jenis-jenis alat yang dioperasikan dengan teknologi canggih guna mendukung
aktivitas penambangan yang ada juga memerlukan perawatan, pemeriksaan dan
pemeliharaan agar alat tersebut masih dapat terus produktif dan efektif dalam
melakukan pekerjaan sehingga segala aktivitas penambangan yang dilakukan
tetap terkendali dengan baik.
1.2 Ruang Lingkup Masalah
Ruang lingkup masalah dalam kegiatan kerja praktik ini meliputi kegiatan
pengeboran, peledakan, pemuatan dan pengangkutan. Dari rangkaian kegiatan
penambangan tersebut diharapkan dapat memenuhi target produksi yang ada.
Batasan masalah dalam kegiatan kerja praktik ini dibatasi oleh kegiatan
pengeboran, peledakan, pemuatan dan pengangkutan batu andesit sampai
dengan dumping kedalam hopper.
Adapun rumusan masalah yang dibahas dalam kegiatan kerja praktik ini,
yaitu:
1. Bagaimana metode penambangan di lokasi kegiatan penelitian?
2. Berapa prodiktivitas dari alat pemboran?
3. Bagaimana geometri peledakan yang diterapkan?
4. Berapa produktivitas dan produksi alat muat dan alat angkut?
5. Bagaimana keserasian (match factor) antara alat muat dan alat angkut?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari pelaksanaan kegiatan kerja praktik ini, yaitu:
1. Untuk mengetahui metode penambangan yang digunakan.
2. Untuk mengetahui produktivitas dari alat pemboran.
3. Untuk mengetahui geometri peledakan yang diterapkan.
4. Untuk mengetahui produktivitas alat muat dan alat angkut.
5. Untuk mengetahui faktor keserasian (match factor) antara alat muat dan
alat angkut.

1.4 Metoda Pengamatan Lapangan


Metoda pengamatan yang diterapkan dalam kegiatan kerja praktik ini
terdiri dari beberapa tahapan, yaitu:
1. Data Sekunder

Menghimpun referensi dari kumpulan laporan, jurnal dan buku yang dapat
digunakan atau menunjang kegiatan kerja praktik.
2. Data Primer
Data primer merupakan data yang didapatkan secara langsung di
lapangan. Data ini terbagi menjadi 2, yaitu:
a. Observasi
 Mengamati kegiatan pengeboran secara langsung, sehingga dapat
diketahui waktu dan kecepatan dari pengeboran untuk melakukan
perhitungan produktivitas alat bor yang digunakan.
 Pengamatan dan pengukuran geometri peledakan yang diterapkan,
sehingga dapat dilakukan perhitungan guna mengetahui volume
batuan yang akan diledakkan.
 Pengamatan waktu kerja alat muat (excavator) yang mencakup
waktu gali (digging), waktu putar isi (swing load), waktu
menumpahkan material ke dalam dump truck (dumping) dan waktu
putar kosong (swing empty). Sehingga dapat dilakukan perhitungan
guna mengetahui produktivitas alat muat.
 Pengamatan waktu kerja alat angkut (dump truck) yang mencakup
waktu memposisikan (manufer load), waktu mengisi (loading),
waktu angkut (hauling), waktu memposisikan (waiting dump), waktu
menumpahkan material (dump) dan waktu angkut kosong (hauling
empty). Sehingga dapat dilakukan perhitungan guna mengetahui
produktivitas alat angkut.
 Pengamatan terhadap dimensi tumpukan hasil tumpahan dari
bucket excavator untuk perhitungan FF (Fill Factor).
b. Wawancara
Melakukan wawancara atau bertanya langsung kepada orang-orang
yang berkecimpung langsung atau ahli di bidang tersebut.
Gambar 1.
Diagram Penelitian

1.5 Sistematika Penulisan


Sistematika penulisan ini disusun berdasarkan acuan yang terdapat pada
penulisan laporan kerja praktik adalah sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini membahas tentang latar belakang penelitian, ruang
lingkup masalah, tujuan penelitian, metode penelitian dan
sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN UMUM
Bab ini membahas informasi seputar profil perusahaan,
kesampaian daerah, keadaan iklim dan cuaca, keadaan geologi,
keadaan flora dan fauna, keadaan penduduk dan tahapan
kegiatan penambangan.
BAB III LANDASAN TEORI
Bab ini terdiri dari teori-teori yang mendasari atau mendukung
topik penelitian, di mana teori tersebut merupakan dasar dari
kegiatan penelitian yang dilakukan di perusahaan.
BAB IV KEGIATAN LAPANGAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini membahas keadaan lapangan dan kegiatan yang
dilakukan di perusahaan baik pengamatan, pengukuran dan hasil
perhitungan data lapangan.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini menerangkan tentang kesimpulan dan saran dari hasil
penulisan laporan penelitian.
BAB II
TINJAUAN UMUM

2.1 Keadaan Perusahaan


Sebelum menjadi PT atau CV, Panghegar ditahun 1982 masih berupa
perusahaan yang menjalankan usaha dibidang penyewaan alat mekanis dan
juga penyediaan bahan bangunan dalam skala kecil (Alm. H. Oo Rosyadi)
Pada tahun 1984 barulah perusahaan ini menjadi CV Panghegar dan
memulai usaha dibidang pertambangan yang terletak di Gunung Gadung, Desa
Lagadar, Kecamatan Margaasih, Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat.
Kemudian pada tahun 2015 CV Panghegar Panghegar Mitra Abadi
berubah menjadi PT Panghegar Mitra Abadi. PT Panghegar Mitra Abadi atau
biasanya disebut PT Panghegar Quarry Andesit menggunakan metode tambang
terbuka untuk bahan galian golongan C atau lebih sering disebut dengan metode
Quarry.
Sampai saat ini PT Panghegar Mitra Abadi masi beroperasi di bidang
penambangan batu andesit dengan Nomor 545/06.IUP-OP_P/DSDAPE/2014
dan masa berlaku sampai 5 tahun setelah dikeluarkan Surat Izin Bupati
Bandung, dengan target produksi sebesar 144.000 m3 per Tahun. Produk hasil
penambangan di PT. Panghegar Mitra Abadi yaitu berupa batu belah, batu split
1/2, batu split 1/1 dan abu batu.

2.2 Lokasi dan Kesampaian Daerah


Letak lokasi penambangan batu andesit PT Panghegar Mitra Abadi
berada di Desa Lagadar, Kecamatan Margaasih, Kabupaten Bandung, Provinsi
Jawa Barat yang secara Geografis terletak pada koordinat 6° 55' 32,9“ - 6° 55'
46,4“ LS dan 107° 31' 18,7” - 107° 31' 27,5“ BT. Lokasi tersebut dapat dicapai
dengan menempuh jalur darat. Jarak tempuh menuju lokasi penambangan dari
Kampus I UNISBA yaitu ±17 km dengan menggunakan kendaraan roda dua
(sepeda motor) ±1 jam dengan kondisi ramai lancer dan dapat ditempuh ±40
menit dengan kondisi lancar. Perjalanan menuju lokasi tersebut dapat dicapai
dengan melaluli daerah Pasteur, Maleber, Cijerah dan Lagadar. (Peta
Kesampaian PT Panghegar Mitra Abadi, Gambar 2.1)
Secara geografis lokasi penambangan batu andesit milik PT Panghegar
Mitra Abadi berada di Desa Lagadar, Kecamatan Margaasih, Kabupaten
Bandung, Provinsi Jawa Barat terletak pada koordinat sebagai berikut :
Tabel 2.
Koordinat Jobsite PT Panghegar Mitra Abadi
mE mN
778851.6973 9233650.753
778891.2506 9233579.847
778918.2892 9233465.975
778939.4625 9233404.388
778834.5263 9233309.66
778819.2181 9233318.963
778816.261 9233340.495
778810.4776 9233408.147
778804.4653 9233432.769
778795.398 9233460.481
778786.396 9233500.487
778749.4568 9233485.315
778725.0974 9233525.403
778706.9625 9233580.826
778704.1523 9233630.021
778738.3304 9233703.608
778769.0124 9233697.298
778796.6557 9233697.151
778836.4869 9233678.497
Sumber : Data Hasil Kegiatan Kerja Praktik, 2019
Kabupaten Bandung terdiri dari 15 kecamatan dan 165 desa/kelurahan
dengan luas wilayah mencapai ±1.305,77 km2. Secara administratif menurut Peta
Administratif Daerah Penambangan PT Panghegar Mitra Abadi terletak di Desa
Lagadar, Kecamatan Margaasih, Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat
tersebut berbatasan dengan beberapa desa, yaitu :
Utara : Desa Leuwigajah dan Desa Utama
Selatan : Desa Jelegong dan Desa Nanjung
Barat : Desa Melong
Timur : Desa Selacau
Gambar 2.
Peta Kesampaian Daerah
2.3 Keadaan Iklim dan Cuaca
Luas wilayah dari Kecamatan Margaasih adalah sebesar 16,467 km2
yang terdiri dari 6 desa. Lokasi kegiatan kerja praktik berada di Desa Lagadar
denga luas wilayah sebesar 3,199 km2.
Kemudian adapun data rata-rata curah hujan Kecamatan Margaasih pada
tahun.
Tabel 2.
Curah Hujan Kabupaten Bandung Barat
Curah Hujan Hari Hujan
Bulan (mm) (hari)
2013 2014 2013 2014
Januari 352 324,6 23 26
Februari 250,8 150,6 19 16
Maret - 162,4 - 13
April 221,,3 121,8 22 17
Mei 204 119,5 23 20
Juni 99,9 87,9 17 16
Juli 118,3 29,1 16 11
Agustus 22,4 80,3 7 4
Septembe
r 2 31,8 5 1
Oktober 183,4 33,5 16 4
November 180,9 284,1 17 22
Desember 255,9 283,5 19 18
Sumber : Kabupaten Bandung Barat Dalam Angka, Tahun 2019

2.4 Keadaan Topografi dan Morfologi


Lokasi kegiatan kerja praktik yaitu di PT Panghegar Mitra Abadi, Desa
Lagadar, Kecamatan Margaasih, Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat
secara umum memiliki ketinggian berkisar ±700 MDPL. Keberadaan wilayah
Kecamatan Margaasih berada diluar kawasan hutan. Kondisi topografi dapat
dilihat pada Peta Topografi PT Panghegar Mitra Abadi.
Gambar 2.
Peta Topografi Regional
2.5 Keadaan Geologi
Secara umum keadaan geologi dilokasi kegiatan kerja praktik yang
dilakukan di PT. Panghegar Mitra Abadi memiliki komoditas batu andesit yang
termasuk kedalam geologi batuan terobosan (d) dasit horenblenda, dasit
hipersten horenblenda, dasit augit horenblenda. Berupa tebal antara 100 – 200
m.intrusi di sekitar lokasi merupakan penerobosan dari formasi samping antara
lain : (Pb) breksi, tufaan, lava batupasir, konglomerat- Breksi bersifat andesit,
basal, lava, batupasir tufaan dan konglomerat. Membentuk punggung-punggung
tak teratur, kadang-kadang sangat curam : (Ql) Endapan danau (0 – 125 m) –
Lempung tufaan, batupasir, kerikil tufaan. Membentuk bidang-bidang berlapisan
mendatar dibeberapa tempat. Mengandung kongkresi-kongkresi gamping, sisa-
sisa tumbuhan, moluska air tawar dan tulang-tulang binatang bertulang
belakang. Setempat mengandung sisipan breksi. : (Qyt) Tufa Berbatuapung –
Pasir tufaan, lapili, bom-bom, lava berongga dan kepingan-kepingan andesit-
basal padat yang bersudut dengan banyak bongkahan-bongkahan dan pecahan-
pecahan batuapung berasal dari Gunung Tangkubanparahu (eripsi “A”, van
Bemmlen, 1934) dan Gunung Tampomas.
Gambar 2.
Peta Geologi Regional
2.6 Flora dan Fauna
Jenis flora yang dapat dijumpai pada daerah sekitar wilayah
pertambangan terdiri dari : Pohon Mangga, Pohon Kersen, Pohon Sukun, Semak
Belukar, Alang-alang dan lain-lain. Kemudian jenis fauna yang sering dijumpai
sebagian besar termasuk satwa liar, diantaranya : Luwak, Tupai, Burung, Ulat
dan lainnya.
Tabel 2.
Flora Daerah PT Panghegar Mitra Abadi
No Foto Nama Nama Ilmiah
1.
Ilalang Imperata
Cylindrica

2.
Pohon Kersen Muntingia calabura
L

3.
Pohon Jamuju Dacrycarpus
Imbricatus

4.
Pohon Sukun Artocarpus altilis

5.
Pohon Pisang Musa Parasidica
No Foto Nama Nama Ilmiah
6.
Putri Malu Mimosa Piduca

Sumber : Dokumentasi Kegiatan Kerja Praktik PT PANGHEGAR, 2019


Tabel 2.
Fauna Daerah PT Panghegar Mitra Abadi
No. Foto Nama Nama Ilmiah
1.
Ayam Ternak Gallus Gallus
Domesticus

2.
Capung Ghomphus Exilis

3
Kupu-kupu Eurema Sp

Sumber : Dokumentasi Kegiatan Kerja Praktik PT PANGHEGAR 2019

2.7 Keadaan Penduduk


Pada tahun 2017 jumlah penduduk Kecamatan Margaasih berjumlah ±
156.669 jiwa yang terbagi pada 6 desa, lokasi kegiatan kerja praktik berada di
Desa Lagadar dengan jumlah penduduk ± 25.057 jiwa yang terdiri dari 12.741
penduduk laki-laki dan 12.316 penduduk perempuan. Jika dilihat dari data jumlah
penduduk Kecamatan Margaasih, tingkat kepadatan penduduk Desa Lagadar
berada pada urutan ke 4 dari 6 desa yang ada.
Sebagian besar penduduk laki-laki di Desa Lagadar bekerja sebagai
petani dan tukang pembelah batu pada beberapa tambang yang ada, sementara
untuk penduduk perempuan sebagian besar menjadi ibu rumah tangga dan
adapula yang bekerja sebagai petani.

Sumber : Data BPS Kabupaten Bandung, 2019.


Gambar 2.
Jumlah Penduduk Kecamatan Margaasih
BAB III
LANDASAN TEORI

3.1 Andesit
3.1.1 Pengertian Andesit
Andesit termasuk jenis batuan beku kategori menengah sebagai hasil
bentukan lelehan magma diorit. Nama andesit sendiri diambil berdasarkan
tempat ditemukan, yaitu di daerah Pegunungan Andes, Amerika Selatan.
Peranan bahan galian ini penting sekali di sektor konstruksi, terutama dalam
pembangunan infrastruktur, seperti jalan raya, gedung, jembatan, saluran
air/irigasi dan lainnya. Dalam pemanfaatannya dapat berbentuk batu belah, split
dan abu batu. Sebagai negara yang sedang membangun, Indonesia
membutuhkan bahan galian ini yang terus setiap tahun.
3.1.2 Keterbentukan, Mineralogi dan Karakteristik Andesit
Jenis magma diorit merupakan salah satu magma terpenting dalam
golongan kapur alkali sebagai sumber terbentuknya andesit. Lelehan magma
tersebut merupakan kumpulan mineral silikat yang kemudian menghablur akibat
pendinginan magma pada temparatur antara 1500 - 2500°C membentuk andesit
berkomposisi mineral felspar plagioklas jenis kalium felspar natrium plagioklas,
kuarsa, felspatoid serta mineral tambahan berupa hornblenda, biotit dan
piroksen. Andesit bertekstur afanitik mikro kristalin dan berwarna gelap.
Ada beberapa mineral yang terkadung dalam batuan andesit yaitu :
1. Silika (SiO2), dengan jumlah sekitar 52-63 %
2. Kuarsa, dengan jumlah sekitar 20 %
3. Biotite
4. Basalt
5. Feltise
6. Plagioclas Feldspar
7. Pyroxene (Clinopyroxene dan Orthopyroxene)
8. Hornblende, dengan persentase yang sedikit
Sumber : mgm.slemankab.go.id
Foto 3.
Andesit

Komposisi kimia dalam batuan andesit terdiri dari unsur-unsur, silikat,


alumunium, besi, kalsium, magnesium, natrium, kalium, titanium, mangan, fosfor
dan air.  Prosentasi kandungan unsur-unsur tersebut sangat berbeda di
beberapa tempat. Andesit berwarna abu-abu kehitaman, sedangkan warna
dalam keadaan lapuk berwarna abu-abu kecoklatan. Berbutir halus sampai
kasar, andesit mempunyai kuat tekan berkisar antara 600 - 2400 kg/cm2 dan
berat jenis antara  2,3 - 2,7 kg/cm3 bertekstur porfiritik, keras dan kompak.
Kelemen (1995) menyatakan bahwa jenis andesit yang memiliki
komposisi Mg tinggi sering ditemukan, salah satunya adalah boninite. Boninite
yang diteliti oleh Cameron et al. pada tahun 1983 memiliki komposisi silika
sebesar 56,20% dan bisa disebut sebagai andesit. Namun komposisi
magnesianya (MgO) mencapai 11,19% yang dimana persentase tersebut
menimbulkan anomali atau ketidakwajaran. Maka jenis andesit ini dinamakan
Boninite, nama tersebut mengacu pada nama dari tempat ditemukannya andesit
jenis ini yaitu di Pulau Bonin, Jepang.
3.1.3 Metode Penambangan
Metode penambangan yang sangat umum digunakan di Indonesia adalah
metode penambangan terbuka (surface mining). Metode ini digunakan
berdasarkan keadaan geologi endapan bahan galian dan juga tingkat
keekonomisan kegiatan pertambangannya. Pada umumnya metode yang
digunakan pada kegiatan penambangan batu andesit adalah Quarry.
Quarry adalah cara-cara penambangan terbuka yang dilakukan untuk
menggali endapan-endapan bahan galian industri atau mineral industri, seperti
batu marmer, batu granit, batu andesit, batu gamping, dll. Bentuk tambang
berdasarkan letak endapan bahan galian industri itu sendiri ada 2 macam, yaitu :
1. Side Hill Type
Merupakan bentuk penambangan untuk batuan atau bahan galian
industri yang terletak dilereng-lereng bukit.
2. Pit Type / Subsurface Type
Merupakan bentuk penambangan untuk batuan atau bahan galian industri
yang terletak pada suatu daerah yang mendatar

3.2 Pemboran
Kegiatan pengeboran bertujuan untuk membuat lubang bor yang kemudia
n dimasukkan bahan peledak. Kegiatan pengeboran ini termasuk kedalam tahap
an awal suatu kegiatan peledakan pada tambang terbuka ataupun pada tambang
bawah tanah. Pada kegiatan pengeboran diperlukan juga perhitungan khusus gu
na mengetahui jumlah dari lubang bor yang diperlukan, geometri letak lubang bor
yang dibuat dengan tujuan untuk memprediksi banyaknya material yang akan ter
bongkar pada kegiatan peledakan.
3.2.1 Pola Pemboran
Terdapat 3 jenis pola pemboran yang digunakan pada kegiatan peledaka
n di tambang terbuka, yaitu :
1. Pola Bujur Sangkar (Square Pattern)
Pola ini merupakan pola dimana jarak antar Burden dan Spacing nya sam
a panjang yang membentuk bujur sangkar atau persegi. Keuntungan dari
penggunaan pola ini yaitu :
a. Lebih mudah dalam menentukan titik yang akan dibor, karena ukuran
burden dan spacing nya sama panjang sehingga penempatan alat bor
tidak membutuhkan waktu lama.
b. Pengaturan waktu tunda peledakan pada pola ini adalah V-delay, sehi
ngga material hasil peledakan terkumpul pada suatu tempat tertentu.
Sumber: Anonim, 2016
Gambar 3.
Pola Pemboran Square

2. Pola Persegi Panjang (Rectangular Pattern)


Pola ini merupakan pola dimana ukuran spacing dalam satu baris lebih be
sar dari ukuran burden yang membentuk pola persegi panjang. Untuk me
ndapatkan fragmentasi yang baik atau sesuai dengan rencana pola ini kur
ang tepat untuk digunakan karena daerah yang tidak terkena pengaruh p
eledakan cukup besar.

Sumber: Anonim, 2016


Gambar 3.
Pola Pemboran Rectangular

3. Pola Zig-Zag (Staggered Pattern)


Pada pola ini memiliki pola yang dimana pada penempatan lubang-lubang
bornya diletakan diantara baris lubang sebelumnya sehingga pola lubang
yang terbentuk pada pola pemboran ini merupakan pola zigzag. Untuk
pola pemboran jenis ini terbagi menjadi 2 jenis yang dibedakan
berdasarkan perbedaan kedudukan dari jarak spacing dan burden, berikut
ini 2 macam jenis pola straggered :
a. Pola Straggered Square, pada pola ini akan membentuk zigzag yang
dimana pada tiap jarak spacing dan burden nya memiliki jarak yang
sama.

Sumber: Anonim, 2016


Gambar 3.
Pola Pemboran Staggered Square
b. Pola Straggered Rectangular, pada pola ini akan membentuk zigzag
yang dimana pada tiap jarak spacing dan burden nya memiliki jarak
yang berbeda.

Sumber: Anonim, 2016


Gambar 3.
Pola Pemboran Staggered Rectangular
3.2.2 Arah Pemboran
Dalam arah pemboran ini terdapat 2 cara untuk membuat suatu lubang
bor. Dua cara pemboran tersebut memiliki perbedaan yang terlihat pada hasil
dan cara pengeborannya, cara membuat lubang bor yaitu ada dengan cara
lubang miring dan cara lubang tegak.
Sumber: Anonim, 2016
Gambar 3.
Pola Pemboran Tegak (a), Pemboran Miring (b)
Untuk perbedaan dari lubang ledak akan terlihat dari pengaruh daerah
tekanan terbesar. Jika suatu jenjang diledakan dengan kondisi lubang ledak yang
tegak maka bagian lantainya akan menerima gelombang tekan yang lebih besar.
Dari hasil gelombang tekan akan dipantulkan ke tempat atau bidang bebas.
Berikut ini keuntungan dari digunakannya arah pemboran yang tegak :
1. Jika dibandingkan dengan yang miring terlihat bila ketinggian jenjang
yang sama maka kedalaman lubang bor akan berbeda karena jarak yang
miring dengan jarak yang tegak akan berbeda kedalamannya.
2. Estimasi waktu pemboran lebih cepat.
3. Karena arah pemboran tegak lurus maka akan lebih mudah untuk
mengarahkan alat bor nya.
Selain ada keuntungan dari pola ini ada juga kerugian dari pola yang
digunakan, berikut ini kerugian dari pola pemboran tegak :
1. Untuk hasil peledakan akan sangat memungkinkan untuk terjadinya
banyak bongkahan-bongkahan besar.
2. Pantulan gelombang tekan pada saat meledak lebih kecil.
3. Dapat terjadi tonjolan pada dinding jenjang.
Pada arah pemboran miring akan mengakibatkan gelombang ledakan
terbesar yang dipantulkan akan terjadi pada bagian lantai dasar jenjang dan
gelombang tekan pada bagian bawah jenjang akan sangat kecil.
Berikut ini beberapa keuntungan dari arah lubang bor yang miring :
1. Hasil peledakan akan lebih baik karena hasil dari peledakan akan
mendapatkan ukuran yang kecil jadi ukuran bongkah akan lebih sedikit.
2. Potensi adanya tonjolan pada dinding jenjang sedikit.
3. Dapat mengurangi back break.
4. Memperkecil terjadinya subdrilling.
Berikut ini kerugian dari arah pemboran yang miring :
1. Jika dibandingkan dengan yang tegak terlihat bila ketinggian jenjang yang
sama maka kedalaman lubang bor akan berbeda karena jarak yang
miring dengan jarak yang tegak akan berbeda kedalamannya.
2. Estimasi waktu pemboran lebih lama.
3. Kemungkinan terlemparnya batuan hasil peledakan lebih besar
Daya ledak hampir seluruhnya dapat tersalurkan.

3.3 Teknik Peledakan


Secara definisi, peledakan merupakan kegiatan pemecahan suatu massa
batuan untuk mendapatkan fragmen atau pecahan dari batuan tersebut untuk
memudahkan proses pemuatan dengan menggunakan bahan peledak. Seperti
yang telah dijelaskan, peledakan dalam penambangan bertujuan untuk
memudahkan proses pengangkutan dengan mengubah massa batuan menjadi
berukuran lebih kecil. Manfaat dari peledakan sendiri bermacam-macam,
diantaranya:
1. Penelitian geologi.
2. Penambangan terbuka.
3. Penambangan bawah tanah.
4. Eksplorasi seismik.
5. Konstruksi
Peledakan suatu massa batuan dalam pertambangan juga memanfaatkan
kegiatan pengeboran, kegiatan pemboran sendiri ditujukan untuk
mempersiapkan lubang ledak. Teknik peledakan yang dipakai tergantung dari
tujuan peledakan dan pekerjaan atau proses lanjutan setelah rangkaian kegiatan
peledakan dilakukan. Untuk mencapai pekerjaan peledakan yang optimum
sesuai dengan rencana, perlu diperhatikan faktor-faktor sebagai berikut:
1. Karakteristik batuan yang diledakkan.
2. Karakteristik bahan peledak yang digunakan.
3. Teknik atau metode peledakan yang diterapkan.
3.3.1 Perlengkapan dan Peralatan Peledakan
Pada kegiatan peledakan diperlukan beberapa perlengkapan peledakan,
yaitu :
1. Penghantar nyala/panas atau arus listrik (sumbu bakar, kabel listrik).
a. Sumbu Bakar
Merupakan penghantar nyala untuk suatu kegiatan peledakan yang
berfungsi untuk menghantarkan nyala/ panas ke dalam detonator
biasa. Ada beberapa syarat dari sumbu bakar :
i. Kuat terhadap gesekan.
ii. Kedap air dan minya.
iii. Penurunan kecepatan rambat api <10% dalam pengaruh tekanan
luar.
b. Kabel Listrik
Memiliki fungsi untuk menghantarkan arus listrik dari sumber arus
listrik ke dalam setiap ujung legwire. Kabel listrik terbagi menjadi 2
jenis yaitu:
i. Kabel Utama (Lead Wire)
Berfungsi sebagai penghubung dari kedua ujung rangkaian
peledakan yang bertujuan untuk menghubungkan bahan peledak
ke sumbu arus. Dalam pemasangan kabel ini dibutuhkan jarak
yang aman untuk pemegang exploder ke daerah peledakan.

Sumber: Arduino, 2013


Foto 3.
Kabel Utama (Lead Wire)
ii. Kabel Penyambung (Connecting Wire)
Fungsinya hampir sama dengan kabel utama, kabel ini merupakan
hanya kabel tambahan dari kabel utama. Berikut fungsi dari kabel
penyambung :
1. Untuk menghubungkan antar 2 leg wire dalam rangkaian seri.
2. Untuk menyambungkan leg wire yang terlalu pendek.

Sumber: Arduino, 2013


Foto 3.
Kabel Penyambung (Connecting Wire)
2. Penggalak Awal (Detonator, Sumbu Api dan Sumbu Ledak).
Merupakan alat awal yang memulai adanya ledakan. Detonator
merupakan salah satu alat pemicu awal yang dapat menimbulkan inisiasi
dalam bentuk letupan (ledakan kecil) yang dimana dari bentuk letupan
tersebut memberi efek kejut terhadap bahan peledak. Detonator memiliki
banyak jenis yang dibedakan dengan melihat perbedaan dari cara
penyalaannya dan juga kegunaanya.
a. Detonator Biasa
Pada detonator jenis ini harus memakai sumbu bakar untuk
menghantarkan api karena penggunaan detonator jenis ini
penyalaannya menggunakan api/panas.

Sumber: Anonim, 2013


Gambar 3.
Detonator Biasa
b. Detonator Listrik
Prinsip penggunaan detonator listrik hampir sama dengan detonator
biasa, perbedaannya ada pada sumbu bakar. Detonator listrik dalam
penyalaannya sudah menggunakan arus listrik yang mengalir pada
kabel. Kabel yang digunakan pada detonator ini merupakan kabel
khusus yang dimana pada kedua ujung kabel dilengkapi dengan jenis
kawat tanpa bungkus sehingga ketika arus listrik lewat akan berpijar.

Sumber: Anonim, 2013


Gambar 3.
Instantaneous dan Delay Detonator
c. Detonator Non Electric (Nonel).
Masih sejenis dengan detonator lainnya, tetapi pada detonator ini
dalam penyalaannya tidak menggunakan sumbu bakar dan juga tidak
menggunakan aliran listrik melainkan dengan cara gelombang
detonasi yang menghantar melalui pipa plastik yang berisi bahan
mudah bereaksi.

Sumber : Anonim, 2012.


Gambar 3.
Detonator Non Electric
d. Detonator Elektronik.
Detonator ini merupakan detonator generasi baru yang dikembangkan
dari detonator yang telah ada sehingga detonator ini lebih memiliki
manfaat yang lebih dibandingkan dengan detonator sebelumnya.
Kemudian selain detonator terdapat juga sumbu ledak yang berfungsi
untuk merambatkan api guna meledakan suatu bahan peledak.
Komposisi sumbu api terdiri dari bagian inti yang terdiri dari low explosive
(potassium nitrat blak powder) dan pembungkus.
Selain itu juga terdapat sumbu ledak (detonating fuse, detonating cord),
yaitu suatu sumbu yang berintikan initiating explosive (pentaerythritol
tetranitrat) yang dimasukan dalam suatu pembungkus plastik dan
berbagai kombinasi textile, kawat halus dan plastik. Fungsi sumbu ledak
adalah untuk merambatkan gelombang detonasi sampai ke isian.
3. Penggalak Utama (Primer/Booster).
Penggalak utama merupakan salah satu komponen peledak yang
berfungsi untuk memicu hentakan ANFO atau Blasting Agent lainnya.
Selain perlengkapan, terdapat juga peralatan peledakan. Peralatan
peledakan adalah alat yang dapat mendukung dalam suatu keberlangsungan
kegiatan peledakan. Berikut peralatan yang digunakan, yaitu :
1. Blasthing Machine.
2. Shotgun.
3. Bench Box.
4. Base Station.
3.3.2 Pola Peledakan
Terdapat 2 pola peledakan yang pada umumnya digunakan pada kegiata
n peledakan di tambang terbuka (surface mining) yaitu :
1. Square Pattern
Pada pola ini perlu diperhatikan dalam pemilihan kombinasi dari pembora
n dan pola peledakan dengan delay detonator (delay pattern) untuk mend
apatkan fragmentasi atau arah lemparan yang diinginkan, Umumnya squ
are pattern digunakan dengan kombinasi V delay pattern.
Sumber : Data Praktikum Teknik Peledakan, 2018.
Gambar 3.
V Delay Pattern
2. Rectangular Pattern
Rectangular pattern pada umumnya dikombinasikan dengan staggered p
attern agar mendapatkan distribusi bahan peledakan yang baik. Cara ini j
uga sering digunakan untuk memotong overburden dimana lemparan opti
mum diperlukan. Apabila getaran menjadi batasan, maka jumlah lubang b
or dapat diperbanyak dan tiap barisnya juga dipasang delay detonator ya
ng juga disesuaikan agar sesuai dengan batas tingkat getaran yang diper
kenankan.

Sumber : Data Praktikum Teknik Peledakan, 2018.


Gambar 3.
V Delay Pattern
3.3.3 Geometri Peledakan
Dalam teknik peledakan diperlukan perhitungan untuk menentukan suatu
rancangannya. Secara umum terdapat 2 metode perhitungan untuk menentukan
geometri peledakan, yaitu metode R.L. Ash dan C.J. Konya.
Geometri peledakan menurut R.L. Ash :
1. Burden (B)
Merupakan suatu jarak yang diukur dari lubang bor ke bidang bebas (free
face) yang terdekat dengan lubang tersebut. Burden merupakan salah
satu komponen yang penting untuk mendesain suatu peledakan. Jarak
maksimum burden dapat ditentukan agar kegiatan peledakan dapat
berjalan sesuai rencana dan juga dipengaruhi oleh jenis bahan peledak
yang dipakai guna menghadapi batuan yang akan diledakan.

B = 0,11 x d x H atau B = 0,1 x d x H


Keterangan:
B = Burden (m)
H = Kedalaman Lubang Tembak (m)
d = Diameter Lubang Tembak (inch)
2. Spacing (S)
Merupakan jarak yang diukur diantara lubang bor dengan row yang sama.
Secara teoritis, untuk menentukan spacing yang optimum dapat
ditentukan dengan kisaran 1,0 – 1,5 atau :
S = (1,0 – 1,5) B
Keterangan :
S = Spacing (m)
B = Burden (m)
Jarak dari spacing harus disesuaikan karena bila jarak spacing lebih
pendek dari jarak burden maka akan timbul Steaming Ejection yang lebih
dini dan bisa mengakibatkan adanya gas yang dihamburkan ke atmosfer
yang di iringi dengan noise dan air blast. Dan apabila sebaliknya akan
menimbulkan fragmentasi yang tidak sempurna.
3. Subdrilling (J)
Subdrilling merupakan tambahan dari suatu kedalaman lubang bor yang
ada di bawah rencana lantai jenjang. Hal ini biasa dilakukan untuk
mencegah adanya tonjolan pada lantai. Pemanfaatan subdrilling harus
diperhatikan dan diperhitungkan karena bila terlalu berlebih akan
menghasilkan Excessive Ground Vibration. Dan begitu juga sebaliknya,
jika terlalu kurang maka tonjolan pada lantai akan tetap ada pada saat
setelah peledakan. Secara umum dan secara praktis, subdrilling dipakai
antara 20 – 40% burden (B), atau :
J =(0,2 – 0,3) X B
Keterangan :
J = Subdrilling (m)
B = Burden (m)
4. Stemming (T)
Merupakan tempat untuk material penutup/pemadat pada lubang ledak
dengan tujuan untuk mengurung gas hasil peledakan. Letak stemming
berada di bagian atas dalam lubang bor, lebih tepatnya di atas kolom
isian atau bahan peledak. Untuk mengetahui takaran stemming yang
digunakan harus melihat dari jarak burden, secara umum dibuat sebagai
berikut :
T = (0,5 – 1,0) x B
Keterangan :
T = Stemming (m)
B = Burden (m)
5. Tinggi Jenjang (L)
Secara spesifik tinggi jenjang maksimum ditentukan oleh peralatan
lubang bor dan alat muat yang tersedia. Ketinggian jenjang disesuaikan
dengan kemampuan alat bor dan diameter lubang. Lebih tepatnya
diameter lubang yang kecil diterapkan pada jenjang yang rendah dan
untuk diameter lubang yang besar diterapkan pada jenjang yang tinggi.
6. Kedalaman Lubang Bor (H)
Secara teoritis, kedalam lubang bor tidak boleh lebih kecil dari pada
burden. Hal ini untuk mencegah terjadinya ”over break” atau “cratering”.
Disamping itu juga kedalaman lubang bor disesuaikan dengan alat yang
tersedia.
Geometri peledakan menurut C.J. Konya :
1. Burden (B)

B = 3,15 x De x (SGe/SGr) x 0,33


Keterangan:
B = Burden (m)
De = Diameter Lubang Ledak (inch)
SGe = Specific Gravity Explosive
SGr = Specific Gravity Rock
2. Spacing (S)
S = (L + (7xB)) / 8
Keterangan :
S = Spacing (m)
L = Tinggi Jenjang (m)
B = Burden (m)
3. Subdrilling (J)
J = 0,3 x B
Keterangan :
J = Subdrilling (m)
B = Burden (m)
4. Stemming (T)
T = 0,7 x B
Keterangan :
T = Stemming (m)
B = Burden (m)

Sumber: Anonim, 2015.


Gambar 3.
Geometri Peledakan Sistem Jenjang

3.4 Penggalian (Loosening), Pemuatan (Loading) dan


Pengangkutan (Hauling)
Penggalian (lossening) adalah suatu kegiatan yang meliputi pengambilan
segala jenis material galian. Dalam melakukan kegiatan penggalian material
dilakukan menggunakan 2 metode, yaitu secara mekanis dan kimia dimana
pembongkaran material menggunakan secara kimia dengan cara peledakan
(blasting) sedangkan secara mekanis dengan menggunakan alat mekanis.
Pemuatan (loading) adalah salah satu kegiatan yang dapat dilakukan untuk
memasukkan material atau endapan bahan galian hasil pembongkaran ke dalam
alat angkut kegiatan pemuatan ini dilakukan setelah kegiatan penggalian
dilakukan. Pengangkutan (hauling) yaitu salah satu dari kegiatan yang dapat
dilakukan untuk mengangkut material atau endapan dari suatu tempat ke tempat
yang lain ataupun tempat penimbunan maupun pengolahan.

3.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Alat


Pemakaian alat dikatakan baik jika produksi yang diharapkan dapat
terpenuhi secara ekonomis. Untuk memperoleh produksi yang diinginkan ada
beberapa faktor yang harus diperhatikan, antara lain :
1. Waktu Edar Alat.
2. Faktor Pengisian.
3. Efisiensi Kerja.
3.5.1 Waktu Edar (Cycle Time) Alat
Cycle time merupakan jumlah waktu yang diperlukan oleh suatu alat
untuk melakukan satu siklus kegiatan. Hal tersebut dapat dilihat dari kemampuan
alat tersebut dalam penggunaannya dilapangan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi waktu edar alat mekanis adalah
sebagai berikut :
1. Ketinggian daerah kerja
2. Kondisi tempat kerja
3. Kondisi jalan angkut
4. Berat muatan
5. Keterampilan dan pengalaman operator
3.5.2 Waktu Edar Alat Muat
Waktu edar alat muat merupakan waktu yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan satu siklus pekerjaan. Berikut ini adalah cara pergerakan
operasi alat muat dalam pemuatan material adalah :
1. Mengisi mangkuk (fill bucket), dihitung sejak bucket menyentuh
material sampai bucket terisi penuh.
2. Memutar mangkuk terisi (swing load), dihitung sejak bucket terisi
penuh sampai berhenti untuk menumpahkan muatan.
3. Menumpahkan muatan (dumping), dihitung sejak mulai
menumpahkan muatan sampai habis.
4. Memutar balik untuk mengisi mangkuk lagi (swing empty), dihitung
dari alat muat mulai bergerak untuk mengisi mangkuk lagi.
Waktu edar (cycle Time) alat muat dapat dihitung dengan menggunakan
rumus sebagai berikut:

Anda mungkin juga menyukai