SKRIPSI
Oleh :
ARIEF RAHMAN HAKIM
112130058
SKRIPSI
Oleh :
ARIEF RAHMAN HAKIM
112130058
Oleh :
ARIEF RAHMAN HAKIM
112130058
Disetujui untuk
Program Studi Sarjana Teknik Pertambangan
Jurusan Teknik Pertambangan
Fakultas Teknologi Mineral
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta
Tanggal : …………………….
Pembimbing I Pembimbing II
v
ABSTRACT
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul “Kajian
Teknis Efisiensi Kerja Terhadap Alat Muat dan Alat Angkut untuk Mencapai
Sasaran Produksi Batu Andesit di PT. Harmak Indonesia Kabupaten Kulonprogo
Yogyakarta”. Penelitian dilaksanakan mulai tanggal 15 April 2017 sampai tanggal
15 Mei 2017.
Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik
Program Studi Teknik Pertambangan, Fakultas Teknologi Mineral, Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta.
Dalam kesempatan ini, penyusun mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Mohammad Irhas Effendi, M.S, Rektor Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta.
2. Bapak Dr. Ir. H. Suharsono, MT, Dekan Fakultas Teknologi Mineral.
3. Ibu Ir. Wawong Dwi Ratminah, MT, Koordinator Program Studi Sarjana
Teknik Pertambangan.
4. Bapak Dr. Edy Nursanto, ST. MT, Ketua Jurusan Teknik Pertambangan.
5. Bapak Ir. Sudaryanto, MT, Dosen Pembimbing I.
6. Bapak Dr. Ir. Singgih Saptono, MT, Dosen Pembimbing II
Harapan penyusun, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca
dan pengembangan ilmu pengetahuan khususnya di bidang pertambangan.
Penyusun,
Halaman
RINGKASAN v
ABSTRACT vi
KATA PENGANTAR vii
DAFTAR ISI viii
DAFTAR GAMBAR x
DAFTAR TABEL xi
DAFTAR LAMPIRAN xii
BAB
I. PENDAHUUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 1
1.3 Tujuan Penelitian 2
1.4 Batasan Masalah 2
1.5 Metode Penelitian 2
1.6 Manfaat Penelitian 4
V. PEMBAHASAN 40
5.1 Analisis Faktor dan Hambatan Penyebab Belum Tercapainya Target
Produksi 40
5.2 Analisis Kemampuan Produksi Alat Muat dan Alat Angkut 41
5.3 Upaya Peningkatan Produktifitas Alat Muat dan Alat Angkut............... 42
DAFTAR PUSTAKA 49
LAMPIRAN 50
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
Tabel Halaman
3.1 Angka Superelevasi yang Direkomendasikan 22
4.1 Waktu Edar Alat 30
4.2 Jadwal Waktu Kerja PT. Harmak Indonesia 31
4.3 Waktu Kerja Efektif Aktual 34
4.4 Efisiensi Kerja Terhadap Alat Mekanis 35
4.5 Geometri Jalan Angkut 37
4.6 Kemampuan Produksi Alat Muat dan Alat Angkut Aktual 38
4.7 Keserasian Kerja Alat Muat dan Alat Angkut 39
5.1 Kemampuan Produksi Alat Muat dan Alat Angkut Aktual 42
5.2 Peningkatan Waktu Kerja Efektif 44
5.3 Efisiensi Kerja Alat Setelah Perbaikan Waktu Kerja Efektif 45
5.4 Perbaikan Waktu Edar Alat Angkut 45
5.5 Kemampuan Produksi Alat Setelah Perbaikan 46
5.6 Match Factor Alat Setelah Perbaikan 46
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
A. DATA CURAH HUJAN 51
B. JUMLAH HARI KERJA 54
C. SPESIFIKASI ALAT MUAT BACKHOE 55
D. SPESIFIKASI ALAT ANGKUT DUMP TRUCK 57
E. FAKTOR PENGISIAN BUCKET 59
F. FAKTOR PENGEMBANGAN BATU ANDESIT 61
G. PERHITUNGAN GEOMETRI JALAN ANGKUT 62
H. WAKTU EDAR ALAT MUAT (BACKHOE) 66
I. WAKTU EDAR ALAT ANGKUT (DUMP TRUCK) 68
J. DATA WAKTU HAMBATAN PADA ALAT MEKANIS 70
K. PERHITUNGAN WAKTU KERJA EFEKTIF DAN EFISIENSI
KERJA AKTUAL 74
L. PRODUKSI AKTUAL ALAT PEMECAH 77
M. KEMAMPUAN PRODUKSI AKTUAL ALAT MUAT 78
N. KEMAMPUAN PRODUKSI AKTUAL ALAT ANGKUT 80
O. PERHITUNGAN FAKTOR KESERASIAN KERJA AKTUAL
ALAT MUAT DAN ALAT ANGKUT (MATCH FACTOR) 82
P. PERHITUNGAN PENINGKATAN WAKTU KERJA EFEKTIF ALAT
MUAT DAN ALAT ANGKUT 84
Q. PRODUKSI ALAT MUAT SETELAH PERBAIKAN WAKTU
KERJA EFEKTIF 88
R. PRODUKSI ALAT ANGKUT SETELAH PERBAIKAN WAKTU
KERJA EFEKTIF DAN WAKTU EDAR 90
S. PERBAIKAN FAKTOR KESERASIAN KERJA ALAT MUAT DAN
ALAT ANGKUT (MATCH FACTOR) 92
T. PETA TOPOGRAFI DAN JALAN ANGKUT 94
BAB I
PENDAHULUAN
1
3
maka Hal tersebut dapat dilakukan dengan menghitung produksi alat muat dan
alat angkut yang digunakan serta menghitung waktu kerja efektif.
b. Melakukan upaya peningkatan produksi dan efisiensi kerja alat muat dan alat
angkut.
b. Data sekunder.
1) Iklim dan curah hujan.
2) Profil perusahaan.
3) Litologi dan stratigrafi.
4) Laporan produksi perusahaan.
5) Spesifikasi alat mekanis.
6) Fill factor (data uji petik perusahaan).
7) Swell factor (data uji laboratorium dari perusahaan).
8) Jam kerja dan hari kerja perusahaan.
4. Pengolahan Data.
Pengolahan dilakukan untuk pemecahan masalah dalam mengkaji produksi alat
dengan beberapa perhitungan, seperti kemampuan produksi alat mekanis, dan
efisiensi kerja saat berlangsungnya kegiatan produksi. Hasil dari pengolahan
data ini disajikan dalam bentuk, tabel atau perhitungan penyelesaian.
1
5
produksi, maka diharapkan hasil produksi dapat ditingkatkan dengan
melakukan koreksi dan perbaikan-perbaikan baik dari segi teknis alat, manusia
dan kondisi tempat kerja.
1
6
BAB II
TINJAUAN UMUM
17
ditempuh kurang lebih 1 jam 24 menit beragantung kepada kondisi lalu
lintas.
18
2.3. Iklim dan Curah Hujan
Kabupaten Purworejo mempunyai iklim tropis, dengan dua musim
yaitu musim kemarau dan musim penghujan. Secara topografi letak Purworejo
merupakan wilayah yang beriklim tropis basah dengan suhu antara 19 oC -
28oC sedangkan kelembaban udaranya antara 70 persen 90 persen.
350
300
250
Curah Hujan (mm)
200
150
100
50
0
Jan Feb Mar Apr Mei JunJulAgt Sept Okt Nov Des
Bulan
Gambar 2.2.
Grafik Curah Hujan Bulanan Rata-rata
Kecamatan Kokap, Tahun 2009 – 2016
18.00
16.00
14.00
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sept Okt Nov Des
Bulan
Gambar 2.3.
Grafik Hari Hujan Bulanan Rata-rata
Kecamatan Kokap, Tahun 2009 – 2016
Sumber : Studi Alterasi Dan Mineralisasi Kabupaten Kulon Progo - Purworejo, (Chusni
Ansori & Defry Hastria, 2013)
Gambar 2.4.
Stratigrafi Kabupaten Kulon Progo
2.5. Kegiatan Penambangan
PT. Harmak Indonesia mempunyai luas WIUP sebesar 28,5Ha dengan
cadangan terkira sebesar ± 4.217.500ton. Target produksi saat ini yaitu
360.000ton/tahun, sehingga umur tambang diperkirakan mencapai ± 11 tahun.
Tetapi tidak menutup kemungkinan target produksi ditingkatkan, sehingga
memperpendek umur tambang.
Kegiatan penambangan yang dilakukan meliputi:
a. Pembersihan Lahan.
Tahap pembersihan lahan atau pembabatan vegetasi serta semak belukar yang
ada pada IUP operasi produksi. Pembersihan dilakukan dengan menggunakan
Bulldozer dan peralatan manual seperti gergaji mesin, sabit dan cangkul, untuk
pekerjaan penambangan batu Andesit.
b. Pengupasan Tanah Penutup.
Kegiatan pengupasan tanah penutup di PT Harmak Indonesia ini bertujuan
untuk mengupas tanah yang menutupi batu andesit yang akan ditambang.
Kegiatan pengupasan tanah penutup dilakukan dengan menggunakan Backhoe.
Pada tahap awal, pengupasan dilakukan pada atas bukit, sedangkan yang
lainnya dilakukan secara bertahap sesuai kemajuan tambang yang telah dicapai.
c. Pembuatan Jalan Tambang Awal.
Kegiatan persiapan penambangan selanjutnya adalah pembuatan jalan angkut
tambang, jalan angkut menghubungkan antara front penambangan dengan
stockpile. Alat yang digunakan untuk pembuatan jalan angkut diantaranya
adalah bulldozer dan backhoe.
d. Pembongkaran.
Pekerjaan ini dimaksudkan untuk membongkar batuan dari batuan induknya
sehingga dapat dimanfaatkan sesuai kebutuhan yang diinginkan.
Pembongkaran material di PT Harmak Indonesia dilakukan dengan cara
mekanis menggunakan alat pemecah yaitu hydraulic rock breaker Komatsu
PC200 (Gambar 2.5).
Gambar 2.5.
Kegiatan Pembongkaran Batu Andesit dengan Alat
Hydraulic Rock Breaker Komatsu PC200
e. Pemuatan.
Pemuatan (Loading) merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengisikan
endapan bahan galian andesit hasil pembongkaran ke dalam alat angkut.
Kegiatan loading dilakukan dengan menggunakan alat muat backhoe Hyundai
R210 LC-7 dan diisikan ke atas dump truck Toyota Dyna 130HT (Gambar 2.6).
Gambar 2.6.
Kegiatan Pemuatan Batu Andesit dengan Alat
Backhoe Hyundai R210 LC-7
f. Pengangkutan.
Kegiatan pengangkutan (hauling) adalah kegiatan yang dilakukan untuk
mengangkut material andesit dari front penambangan untuk dibawa ke
stockpile. Dump truck yang telah dimuati langsung berangkat dan setelah
menumpahkan muatan (dumping) langsung kembali ke lokasi penambangan
untuk dimuati kembali. Kegiatan pengangkuatan menggunakan dump truck
Toyota Dyna 130HT (Gambar 2.7).
Gambar 2.7.
Kegiatan Pengangkutan Batu Andesit dengan Alat
Dump Truck Toyota Dyna 130HT
BAB III
DASAR TEORI
15
Besarnya pengembangan volume dapat dinyatakan dengan dua hal yang bisa
dihitung yaitu :
1. Faktor Pengembangan (Swell Factor)
2. Persen Pengembangan (Percent Swell)
Faktor pengembangan material perlu diketahui karena yang diperhitungkan
dalam penggalian selalu didasarkan pada kondisi material sebelum digali, yang
dinyatakan dalam volume insitu (bank volume). Sedangkan material yang
ditangani pada kegiatan pemuatan dan pengangkutan adalah material pada
kondisi loose (loose volume) (Yanto Indonesianto, 2014). Angka–angka swell
factor untuk setiap klasifikasi material berbeda sesuai dengan jenis material itu
sendiri.
Rumus untuk menghitung swell factor dan % swell ada dua, yaitu :
Berdasarkan volume :
c. Kekerasan
Material.
Kekerasan material akan berpengaruh terhadap mudah tidaknya material
tersebut dibongkar. Material yang keras akan lebih sulit untuk dibongkar atau
digali dengan menggunakan alat mekanis selain juga menurunkan produktivitas
alat. Kekerasan material berkaitan dengan kekuatan dan kerapatan material.
Pada umumnya jika material tersebut memiliki kekerasan yang besar maka
kekuatan batuannya juga besar serta kerapatannya yang diukur dengan
menggunakan alat uji ultrasonik yang ditunjukkan dengan besarnya nilai
kecepatan gelombang seismiknya juga besar. Sebab material yang semakin
kompak maka keterdapatan pori pada material itu akan semakin sedikit,
sehingga kecepatan rambat gelombang seismik akan semakin besar. Hal
tersebut dapat di gunakan untuk menentukan metode pembongkaran suatu
material.
3.2. Pola Pemuatan
Pola pemuatan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi waktu edar
alat dalam memperoleh hasil yang sesuai dengan sasaran produksi. Pola pemuatan
yang digunakan tergantung pada kondisi lapangan serta alat mekanis yang
digunakan dengan asumsi bahwa setiap alat angkut yang datang, mangkuk
(bucket) alat gali-muat sudah terisi penuh dan siap ditumpahkan. Setelah alat
angkut terisi penuh segera keluar dan dilanjutkan dengan alat angkut lainnya
sehingga tidak terjadi waktu tunggu pada alat angkut maupun alat gali-muatnya.
Pola pemuatan dapat dilihat dari beberapa keadaan yang ditunjukkan alat
gali-muat dan alat angkut, yaitu :
1. Pola pemuatan yang didasarkan pada keadaan alat gali-muat yang berada di
atas atau di bawah jenjang (Gambar 3.1).
a. Top Loading.
Top Loading yaitu alat gali-muat melakukkan penggalian dengan
menempatkan dirinya di atas jenjang atau alat angkut berada di bawah alat
gali-muat.
b. Bottom Loading.
Bottom Loading yaitu alat gali-muat melakukan penggalian dengan
menempatkan dirinya di jenjang yang sama dengan posisi alat angkut.
Sumber :
Hustrulid,2013
Gambar 3.1
Pola Pemuatan Berdasarkan Posisi Alat Gali-Muat
Terhadap Alat Angkut
2. Pola pemuatan berdasarkan jumlah penempatan posisi alat angkut untuk
dimuati terhadap posisi alat gali-muat (Gambar 3.2).
a. Single Back Up.
Single Back Up yaitu alat angkut memposisikan diri untuk dimuati pada satu
tempat sedangkan alat angkut berikutnya menunggu alat angkut pertama
dimuati sampai penuh, setelah alat angkut pertama berangkat alat angkut
kedua memposisikan diri untuk dimuati sedangkan truk ketiga menunggu,
dan begitu seterusnya.
b. Double Back Up.
Double Back Up yaitu alat angkut memposisikan diri untuk dimuati pada
dua tempat, kemudian alat gali-muat mengisi salah satu alat angkut sampai
penuh setelah itu mengisi alat angkut kedua yang sudah memposisikan diri
di sisi lain sementara alat angkut kedua diisi, alat angkut ketiga
memposisikan diri di tempat yang sama dengan alat angkut pertama dan
seterusnya.
Gambar 3.2
Pola Pemuatan Berdasarkan Jumlah Penempatan Alat Angkut
AB
Gambar 3.4
Lebar Jalan Angkut Dua Jalur
W = 2 ( U + Fa + Fb + Z ) + C (3.7)
C = Z = ½ (U + Fa + Fb) (3.8)
Keterangan :
W = Lebar jalan angkut minimum pada tikungan,
(meter) n = Jumlah jalur
U = Jarak jejak roda kendaraan, (meter)
Gambar 3.5
Lebar Jalan Angkut Untuk Dua Jalur Pada Tikungan
c. Superelevasi.
Superelevasi merupakan kemiringan jalan pada tikungan yang terbentuk oleh
batas antara tepi jalan terluar dengan tepi jalan terdalam karena perbedaan
ketinggian. Bagian tikungan jalan diberi superelevasi dengan cara meninggikan
jalan pada sisi luar tikungan. Hal tersebut bertujuan untuk menghindari dan
mencegah kendaraan agar tidak tergelincir keluar jalan atau terguling. Selain
itu, kendaraan dapat mempertahankan kecepatan saat melewati tikungan.
Apabila suatu kendaraan bergerak dengan kecepatan tetap pada suatu lintasan
datar atau miring yang berbentuk lengkung seperti lingkaran, maka pada
kendaraan tersebut bekerja gaya sentrifugal yang mendorong kendaraan
tersebut secara radial keluar dari jalur jalannya, berarah tegak lurus terhadap
kecepatan (Gambar 3.6). Kendaraan tetap bertahan pada jalurnya
membutuhkan adanya gaya yang dapat mengimbangi gaya tersebut sehingga
terjadi suatu keseimbangan.
Keterangan:
Fsf : Gaya sentrifugal F : Gaya sentripetal R : Radius tikungan Fs
V : Kecepatan alat angkut V
Fsf
R
Keterangan :
h = Beda tinggi antara dua titik yang diukur (m)
x = Jarak datar antara dua titik yang diukur (m)
F = Vn x 100% (3.12)
Vb
Keterangan :
F = Faktor pengisian
Vn = Volume nyata alat muat, m3
Vb = Volume teoritis alat muat, m3
Adanya hambatan yang terjadi selama jam kerja akan mengakibatkan waktu
kerja efektif semakin kecil. Adapun rumus persamaannya adalah sebagai berikut :
Keterangan :
Pa = Kemampuan produksi alat angkut (ton/jam).
n = Jumlah pengisian alat muat.
Cta = Waktu edar alat angkut (menit).
Cb = Kapasitas bucket alat muat (m3).
Ff = Faktor pengisian (%).
Ek = Effisiensi kerja (%).
Ld = Loose density.
MF = Na x CTm
(3.18)
Nm x CTa
Keterangan :
MF = Match Factor.
Na = Jumlah alat angkut, unit.
CTm = Waktu edar pemuatan, menit.
Nm = Jumlah alat muat, unit.
CTa = Waktu edar alat angkut , menit.
Adapun cara menilainya adalah :
MF < 1, artinya alat muat bekerja kurang dari 100%, sedang alat angkut bekerja
100% sehingga terdapat waktu tunggu bagi alat muat karena menunggu
alat angkut yang belum datang.
MF = 1, artinya alat muat dan angkut bekerja 100%, sehingga tidak terjadi waktu
tunggu dari kedua jenis alat tersebut.
MF > 1, artinya alat muat bekerja 100%, sedangkan alat angkut bekerja kurang
dari 100%, sehingga terdapat waktu tunggu bagi alat angkut.
Keserasian kerja (match factor) alat muat dan alat angkut juga dapat
disajikan dalam bentuk grafik (Gambar 3.8).
Faktor Kerja
Alat Angkut Alat Muat
100%
50%
Sumber : Burt,J.M,.
2007
Gambar 3.8
Grafik Keserasian Kerja Alat
Keterangan :
= Persentase kerja alat angkut
= Persentase kerja alat muat
= Match Factor
BAB IV
HASIL PENELITIAN
29
4.1.3. Waktu Edar (Cycle Time)
Pengamatan waktu edar (cycle time) alat muat dilakukan pada saat proses
pemuatan material ke alat angkut yang dilakukan di front penambangan. Waktu
edar rata-rata alat muat diperoleh ketika alat muat mulai mengambil material
hingga menumpahkan ke alat angkut kemudian kembali lagi ke posisi awal saat
akan mengambil material, sedangkan untuk waktu edar alat angkut adalah waktu
edar rata-rata yang ditempuh oleh alat angkut mulai dari waktu mengatur posisi
untuk dimuati oleh alat muat sampai pada saat jalan kosong kembali ke tempat
pemuatan. Jarak antara front penambangan dengan tempat pengolahan adalah
420m. Waktu edar alat dapat dilihat pada Tabel 4.1. Perhitungan secara rinci dapat
dilihat pada Lampiran G dan Lampiran H.
Tabel 4.1
Waktu Edar
Alat
No. Jenis Alat Waktu Edar
(menit)
1 Backhoe Hyundai R210 LC-7 0,38
Tabel 4.3
Waktu Kerja Efektif Aktual
ALAT ALAT
MUAT ANGKUT
JENIS ALAT (menit) (menit)
WAKTU YANG TERSEDIA 531,42 531,42
Hambatan Yang Dapat di Hindari
Keterlambatan Datang Karyawan 16,20 18,00
Istirahat Lebih Awal 17,80 17,20
Terlambat Kerja Setelah Istirahat 16,40 16,80
Berhenti Sebelum Akhir Kerja 14,80 18,00
Keperluan Operator 15,40 16,20
JUMLAH 80,60 86,20
Hambatan Yang Tidak Dapat Dihindari
Gangguan Cuaca 3,20 5,00
Pengisian Bahan Bakar 11,20 1,00
Stand by wait material loosening 19,40 6,00
Pemeriksaan dan pemanasan alat 16,20 10,40
Kerusakan dan perbaikan alat ditempat 11,40 0,00
JUMLAH 61,40 22,40
WAKTU KERJA EFEKTIF 389,42 422,82
WAKTU KERJA EFEKTIF (JAM) 6,49 7,04
d. Efisiensi Kerja.
Efisiensi kerja yang dimaksud adalah efisiensi kerja dari manusia atau operator
dari alat mekanis. Efisiensi kerja tersebut digunakan untuk mengetahui sejauh
mana efisiensi alat dan efektifitas penggunaan waktu yang tersedia untuk
meningkatkan produksi batu andesit. Efisiensi kerja terhadap alat mekanis
dapat dilihat di Tabel 4.4. Perhitungan secara rinci dapat dilihat pada Lampiran
K.
Tabel 4.4
Efisiensi Kerja Terhadap Alat Mekanis
No Jenis Alat Efisiensi Kerja (%)
1. Backhoe Hyundai R210 LC-7 73,33
2. Dump Truck Toyota Dyna 130 HT 79.54
Gambar 4.2
Peta Jalan Angkut
4.2.2 Lebar Jalan Angkut
Jalan angkut yang ada pada area penambangan terdiri dari jalan angkut
dengan 2 jalur yang menghubungkan jalan dari area penambangan menuju ke area
penumpahan. Menurut kondisinya jalan angkut dibagi menjadi jalan lurus dan
jalan jalan menikung.
a. Lebar Jalan Lurus
Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, pada jalan angkut lurus 2 jalur
segmen B adalah jalan lurus yang memiliki lebar jalan terlebar yaitu sebesar
6,1 m dan segmen G adalah jalan lurus yang memiliki lebar jalan tersempit
yaitu sebesar 3,05 m.
b. Lebar Jalan di Tikungan
Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, terdapat 6 tikungan dengan lebar
tikungan terlebar sebesar 5,30 m pada segmen C dan tikungan dengan lebar
tersempit sebesar 3,05 m pada segmen G.
37
alat, kapasitas bucket alat muat dan kapasitas bak alat angkut, jumlah alat angkut,
faktor pengembangan, dan efisiensi kerja.
Tabel 4.6
Kemampuan Produksi Alat Muat dan Alat Angkut Aktual
No. Jenis Alat Kemampuan Produksi
(ton/hari)
1. Backhoe Hyundai R210 LC-7 933,78
2. Dump Truck Toyota Dyna 130 HT 774,54
40
dapat melalui jalan tersebut dengan cepat dan aman. Pada bagian jalan yang masih
berupa tanah yang ditutupi oleh kerikil perlu dilakukan perawatan rutin sehingga
apabila terjadi hujan tidak mengganggu aktifitas pengangkutan. Perbaikan kondisi
jalan ini diharapkan dapat mempersingkat waktu edar dari alat angkut.
a. Lebar Jalan Angkut Lurus.
Sesuai pengamatan di lapangan rata-rata lebar jalan angkut lurus untuk dua
jalur sebesar 6,05 meter. Secara teori berdasarkan spesifikasi alat angkut, lebar
jalan angkut lurus untuk dua jalur pengangkutan sebesar 7 meter menggunakan
dump truck Toyota Dyna 130HT (lihat Lampiran I), sehingga lebar jalan
angkut lurus yang ada saat ini belum memenuhi syarat untuk dilalui alat angkut
dan perlu dilakukan pelebaran jalan angkut.
b. Lebar Jalan Angkut Pada Tikungan.
Berdasarkan pengamatan untuk lebar jalan rata-rata pada tikungan yaitu
sebesar 3,59 meter. Secara teori berdasarkan spesifikasi alat angkut, lebar jalan
pada tikungan untuk dua jalur sebesar 10 meter (lihat Lampiran I), sehingga
lebar jalan pada tikungan saat ini belum memenuhi syarat untuk dilalui alat
angkut dan perlu dilakukan pelebaran jalan angkut pada tikungan.
c. Kemiringan Jalan Angkut.
Lokasi daerah penambangan mempunyai kemiringan antara 0% - 18,59%.
Kemampuan mendaki tanjakan alat angkut dump truck Toyota Dyna 130HT
adalah 42% (lihat Lampiran E). Berdasarkan pengamatan di lapangan yaitu
dengan kemiringan terbesar 18,59%, tidak melebihi standar kemampuan dari
alat angkut dan kemiringan jalan saat ini sudah memenuhi syarat.
Tabel 5.1
Kemampuan Produksi Alat Muat dan Alat Angkut Aktual
No. Jenis Alat Kemampuan Produksi
(ton/hari)
1. 1 buah Backhoe Hyundai R210 LC-7 933,78
2. 2 buah Dump Truck Toyota Dyna 130 HT 774,54
Tabel 5.2
Peningkatan Waktu Kerja Efektif
Sebelum Perbaikan Setelah Perbaikan
waktu Waktu
JENIS ALAT ALAT ALAT ALAT ALAT
MUAT ANGKUT MUAT ANGKUT
(menit) (menit) (menit) (menit)
WAKTU YANG TERSEDIA 531,42 531,42 531,42 531,42
Hambatan Yang Dapat di Hindari
Keterlambatan Datang Karyawan 16,20 18,00 13,00 15,00
Istirahat Lebih Awal 17,80 17,20 14,00 14,00
Terlambat Kerja Setelah Istirahat 16,40 16,80 13,00 15,00
Berhenti Sebelum Akhir Kerja 14,80 18,00 11,00 16,00
Keperluan Operator 15,40 16,20 12,00 14,00
JUMLAH 80,60 86,20 63,00 74,00
Hambatan Yang Tidak Dapat Dihindari
Gangguan Cuaca 3,20 5,00 3,20 5,00
Pengisian Bahan Bakar 11,29 1,00 10,00 0,00
Stand by wait material loosening 19,40 6,00 15,00 5,00
Pemeriksaan dan pemanasan alat 16,20 10,40 15,00 8,00
Kerusakan dan perbaikan alat ditempat 11,40 0,00 11,40 0,00
JUMLAH 61,40 22,40 54,60 18,00
WAKTU KERJA EFEKTIF 389,42 422,82 413,82 439,42
WAKTU KERJA EFEKTIF (JAM) 6,49 7,04 6,89 7,32
Tabel 5.4
Perbaikan Waktu Edar Alat Angkut
Waktu Edar (detik)
No. Kegiatan Sebelum Sesudah
1 Waktu mengambil posisi untuk dimuati 28,21 28,21
2 Waktu diisi muatan 136,93 136,93
3 Waktu mengangkut muatan 213,36 151,20
4 Waktu mengambil posisi penumpahan 31,06 25,00
5 Waktu penumpahan 37,38 37,38
6 Waktu kembali kosong 199,62 137,45
Total (detik) 646,56 516,17
(menit) 10,78 8,60
5.3.3. Kemampuan Produksi Alat Muat dan Alat Angkut Setelah Perbaikan.
Setelah dilakukan perbaikan terhadap waktu kerja efektif alat mekanis dan
waktu edar alat angkut, produksi batu andesit yang dihasilkan dapat dilihat pada
Tabel 5.5. Perhitungan secara rinci dapat dilihat pada Lampiran Q dan Lampiran
R.
Tabel 5.5
Kemampuan Produksi Alat Setelah Perbaikan
Produksi (ton/hari)
No Jenis Alat
Sebelum Sesudah
1 Backhoe Hyundai R210 LC-7 933,78 1.052,37
2 Dump truck Toyota Dyna 130HT 774,54 1.049,68
5.3.4. Match Factor Alat Muat dan Alat Angkut Setelah Perbaikan.
Setelah dilakukan perbaikan terhadap waktu kerja efektif alat mekanis dan
waktu edar alat angkut, match factor dari alat mekanis dapat dilihat pada Tabel
5.6. Perhitungan secara rinci dapat dilihat pada Lampiran S.
Tabel 5.6
Match Factor Alat Setelah Perbaikan
Match Factor
No Rangkaian Kerja
Sebelum Sesudah
1 1 Backhoe Hyundai R210 LC-7
0,70 0,88
2 2 Dump truck Toyota Dyna 130HT
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Hasil dari perhitungan dan pembahasan uraian materi yang dijelaskan pada
bab sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Target produksi batu andesit yang ditetapkan PT Harmak Indonesia sebesar
1.000ton/hari. Kemampuan produksi batu andesit pada saat ini untuk 1 unit alat
muat 933,78ton/hari dan 2 unit alat angkut 774,54ton/hari dengan match factor
antara alat muat dan alat angkut yaitu 0,70.
2. Faktor penyebab belum tercapainya target produksi pada alat muat dan alat
angkut adalah:
a. Waktu kerja efektif dari alat muat dan alat angkut yang belum efektif.
b. Kondisi dan lebar jalan angkut yang belum memenuhi standar menurut
perhitungan.
3. Upaya yang dilakukan agar target produksi dapat tercapai yaitu :
a. Alat muat.
Peningkatan efisiensi kerja, kemampuan produksi alat muat meningkat dari
933,78ton/hari menjadi 1.052,37ton/hari. Sehingga target perusahaan
1.000ton/hari dapat tercapai.
b. Alat angkut.
Peningkatan efisiensi kerja dan pengoptimalan waktu edar, kemampuan
produksi alat angkut meningkat dari 774,54ton/hari menjadi
1.049,68ton/hari. Sehingga target perusahaan 1.000ton/hari dapat tercapai.
c. Jalan angkut
Perbaikan dan pelebaran jalan angkut, sehingga kecepatan rata-rata alat
angkut meningkat dan waktu edar berkurang dari 10,78 menit menjadi 8,60
menit. Match factor antara alat muat dan alat angkut meningkat menjadi
0,88.
6.2. Saran
Adapun saran yang dapat penulis sampaikan, sebagai berikut :
1. Perlu adanya pengarahan tentang pentingnya kedisiplinan, dengan tujuan
untuk meningkatkan waktu kerja efektif dan efisiensi kerja.
2. Untuk mencegah berhentinya operasi alat angkut karena kerusakan alat
peremuk dan mengurangi waktu edar alat angkut saat memposisikan diri
sebelum penumpahan bahan galian maka perlu dibuat stockpile di dekat
hopper.
3. Perlu dilakukan perbaikan dan pelebaran jalan angkut untuk memperkecil
waktu edar alat angkut sehingga kemampuan produksi mengalami
peningkatan.
DAFTAR PUSTAKA
50
LAMPIRAN A
DATA CURAH HUJAN
Data curah hujan dan hari hujan diperoleh dari Badan Meteorologi
Klimatologi dan Geofisika Klas I Yogyakarta Stasiun Kokap, berdasarkan
besarnya curah hujan dan jumlah hari hujan dan lamanya hujan tiap bulan dari
tahun 2009 sampai dengan tahun 2016.
Dari data curah hujan dan hari hujan yang diperoleh, maka dapat digunakan
untuk menghitung rata-rata curah hujan dan hari hujan rata-rata setiap bulannya
yang dapat dilihat pada tabel A.2 dan tabel A.4.
Tabel A.1
Data Curah Hujan Bulanan Daerah Kokap
Kulonprogo Tahun 2009 – 2016
Curah Hujan (mm)
Tahun
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sept Okt Nov Des
2009 305 335 257 182 14 0 0 0 1 160 457 295
2010 263 258 138 190 92 67 17 0 4 52 190 138
2011 246 151 242 189 315 67 26 45 257 271 183 331
2012 300 343 262 228 195 2 1 0 0 12 278 310
2013 306 209 229 112 70 0 0 0 0 60 291 493
2014 386 118 221 154 25 121 9 2 4 6 325 368
2015 348 159 331 286 0 0 0 0 0 0 183 609
2016 341 439 253 253 89 519 85 17 263 0 0 0
Sumber : BMKG Klas I Yogyakarta Pos Klimatologi
Perhitungan rata – rata curah hujan per bulan untuk tahun 2009-2016
adalah sebagai berikut:
n = 96
K = 1 + 3,3 log n
= 1 + 3,3 log 96
= 7,54
51
Nilai Maksimum (Xmaks) = 609
Xmaks−Xmin
IK = K (609−0)
= 7,54
= 80,77
Tabel A.2
Perhitungan Rata – Rata Curah Hujan Periode 2009-2016
Nilai Tengah Frekuensi
Interval Kelas xi.fi
(xi) (fi)
0 - 80,77 40,38 39 1574,82
80,77 - 161,54 121,15 12 1453,8
161,54 - 242,31 201,92 12 2423,04
242,31 - 323,08 282,69 19 5371,11
323,08 - 403,85 363,46 9 3271,14
403,85 - 484,62 444,23 2 888,46
484,62 - 565,39 525 2 1050
565,39 - 646,14 605,77 1 605,77
Jumlah 96 16638,14
Rata-rata curah hujan bulanan (mm/bulan) 173,31
Jadi besarnya rata – rata curah hujan per bulan pada daerah penelitian sebesar
173,31 mm/bulan
Tabel A.3
Data Hari Hujan Bulanan Daerah Kokap Kulonprogo
Tahun 2011 – 2015
= 3,32
Tabel A.4
Perhitungan Rata – Rata Hari Hujan Per Tahun
Nilai
Interval Kelas Tengah Frekuensi xi.fi
(xi) (fi)
0 - 3,32 1,66 33 54,78
3,32 - 6,64 4,98 9 44,82
6,64 - 9,96 8,30 11 91,30
9,96 - 13,28 11,62 19 220,78
13,28 - 16,6 14,94 7 104,58
16,6 - 19,92 18,26 7 127,82
19,92 - 23,24 21,58 8 172,64
23,24 - 26,56 24,90 2 49,80
Jumlah 96 866,52
Rata-rata hari hujan bulanan 9,03
Jadi besarnya rata – rata hari hujan per bulan sebesar 9,03 hari/bulan
Berdasarkan tabel data curah hujan, hari hujan dan jam hujan tersebut dari
tahun 2009 sampai 2016 tersebut dapat diketahui :
1. Curah hujan rata-rata : 173,31 mm/bulan
2. Hari hujan rata-rata : 9,03 hari/bulan ≈ 10 hari/bulan
LAMPIRAN B
PERHITUNGAN JUMLAH HARI KERJA
Waktu kerja yang diterapkan pada PT Gawi Maju Karsa adalah 1 shift
setiap harinya dari hari senin sampai sabtu. Waktu kerja dapat dilihat pada Tabel
B.1.
Tabel B.1
Jadwal Waktu Kerja PT Gawi Maju Karsa
Hari Waktu kerja Waktu Istirahat jumlah waktu (jam)
Senin 08.00 - 16.00 12.00 - 13.00 7
Selasa 08.00 - 16.00 12.00 - 13.00 7
Rabu 08.00 - 16.00 12.00 - 13.00 7
Kamis 08.00 - 16.00 12.00 - 13.00 7
Jumat 08.00 - 16.00 11.00 - 13.00 6
Sabtu 08.00 - 16.00 12.00 - 13.00 7
Jumlah waktu kerja dalam satu minggu 41
Waktu kerja tersedia perhari 6,83
Perincian :
a. Jam kerja perhari
6,83 jam/hari = 409,8 menit/ hari
b. Jam kerja per bulan
1.) Waktu kerja hari Senin – Sabtu (tanpa hari Jumat)
Jumlah jam kerja = 7 jam kerja efektif
= 22 hari kerja x 7 jam kerja
= 154 jam kerja
2.) Waktu kerja hari Jumat = 6 jam kerja efektif
Jumlah jam kerja = 4 hari kerja x 7 jam kerja
= 28 jam kerja
Total jam kerja 1 bulan adalah 154 + 28 = 182 jam kerja
LAMPIRAN C
SPESIFIKASI ALAT MUAT DAN ALAT ANGKUT
Ff = Vn x 100 %
Vb
Dimana:
Ff = Faktor pengisian
Vn = Volume nyata alat muat, m3
Vb = Volume teoritis alat muat, m3
Tabel E.1
Faktor Pengisian Bucket Hydraulic Excavator Kobelco SK 200
No Volume Nyata Volume Baku Faktor pengisian
(m3) (m3) (%)
1 0,73 0,90 81%
2 0,78 0,90 87%
3 0,79 0,90 88%
4 0,78 0,90 87%
5 0,74 0,90 82%
6 0,77 0,90 86%
7 0,77 0,90 86%
8 0,73 0,90 81%
9 0,72 0,90 80%
10 0,75 0,90 83%
11 0,75 0,90 83%
12 0,76 0,90 84%
13 0,76 0,90 84%
14 0,74 0,90 82%
15 0,75 0,90 83%
16 0,78 0,90 87%
17 0,79 0,90 88%
18 0,75 0,90 83%
19 0,76 0,90 84%
20 0,76 0,90 84%
21 0,73 0,90 81%
22 0,76 0,90 84%
23 0,77 0,90 86%
24 0,75 0,90 83%
25 0,74 0,90 82%
26 0,78 0,90 87%
27 0,79 0,90 88%
28 0,78 0,90 87%
29 0,76 0,90 84%
30 0,78 0,90 87%
rata-rata 0,76 0,90 84%
59
LAMPIRAN F
PERHITUNGAN FAKTOR PENGEMBANGAN
BATUANDESIT
1,60 ton
= m3
2,40 ton
m3
= 0,67
LAMPIRAN G
PERHITUNGAN GEOMETRI JALAN ANGKUT
2. Jari-jari Tikungan
R = V2
127 (e f)
V = 11,3 km/jam
e = 0,04 m/m
f <80km/j = - 0,00065 .V + 0,192
= - 0,00065 (11,3) + 0,192
= 0,185
11,32
R =
127 (0,04 0,184)
= 4,48 meter
3. Superelevasi
Superelevasi merupakan kemiringan jalan pada tikungan yang terbentuk
oleh batas antara tepi jalan terluar dengan tepi jalan terdalam karena perbedaan
ketinggian. Besarnya angka superelevasi dapat dihitung dengan rumus sebagai
berikut :
e+f 𝑉2
= 127 × 𝑅
Diketahui :
Kecepatan dump truck (V) = 11,3 km/jam
Radius tikungan (R) = 4,48 m
Koefisien gesekan (f) = - 0,00065 × V + 0,192
= - 0,00065 × 11,3 + 0,192
= 0,185
Maka:
e+f V2
127 × R
=
(11,3 km/jam)2
127 × 4,48 m
e + 0,17575
11,3 km/jam)2
=
=( ) - 0,17575
127 × 4,48 m
= 0,224 - 0,17575
= 0,048 m/m
Dengan besar superelevasi 0,048 m atau 4,88 cm, artinya beda tinggi sisi luar
tikungan dengan sisi dalam tikungan adalah sebesar 4,8 cm.
Grade (%) =∆ ℎ ∆𝑥
x 100 % =
25,00 𝑚 14 6,62 𝑚 = 17,05 %
x 100 %
∆ℎ 25,00
Grade (𝛼)o =Arc Tg = Arc Tg = 9,67o
𝑚
∆𝑥 146,62 𝑚
Waktu edar (cycle time) alat muat dihitung dengan cara memperhatikan
pola gerak dari alat-alat mekanis. Waktu edar (cycle time) alat muat dapat
dirumuskan sebagai berikut
CTm = Tm1 + Tm2 + Tm3 + Tm4
Dimana,
CTm = Waktu edar alat muat , menit
Tm1 = Waktu menggali batuandesit, detik
Tm2 = Waktu berputar dengan bucket terisi penuh, detik Tm3
= Waktu menumpahkan muatan , detik
Tm4 = Waktu berputar dengan bucket kosong , detik
Tabel H.1
Waktu Edar Alat Muat Kobelco SK200
Menggali Berputar Isi Penumpahan Berputar Kosong Waktu Edar
No
(Detik) (Detik) (Detik) (Detik) (Detik)
1 8 7 4 6 25
2 5 6 3 5 19
3 5 5 4 5 19
4 11 6 4 5 26
5 4 7 4 6 21
6 5 7 5 6 23
7 5 8 5 7 25
8 8 5 5 6 24
9 5 6 5 6 22
10 5 6 4 6 21
11 6 5 5 5 21
12 11 6 4 5 26
13 5 6 5 4 20
14 10 5 5 4 24
15 12 4 6 4 26
16 6 5 5 6 22
17 5 5 6 6 22
18 10 6 5 6 27
66
19 6 6 6 6 24
20 6 5 6 6 23
21 11 5 5 5 26
22 5 4 4 5 18
23 5 5 5 5 20
24 6 5 5 5 21
25 7 6 5 5 23
26 5 4 4 6 19
27 8 6 5 5 24
28 6 6 5 6 23
29 9 5 5 6 25
30 5 5 4 5 19
rata-rata 6,8 5,6 4,8 5,4 22,6
67
LAMPIRAN I
PERHITUNGAN WAKTU EDAR ALAT ANGKUT
(DUMP TRUCK)
Waktu edar alat angkut terdiri dari waktu mengambil posisi untuk dimuati,
waktu diisi muatan, waktu mengangkut muatan, waktu mengambil posisi untuk
menumpahkan material, waktu penumpahan material, dan waktu kembali kosong.
Dari pengamatan di lapangan, diperoleh data pengukuran waktu edar alat
angkut dumptruck yang beroperasi dengan excavator Kobelco SK200 sebagai alat
muatnya. Daerah disposal berjarak 83,45 m dari front penambangan. Alat angkut yang
digunakan adalah 1 unit yang beroperasi pada front penambangan.
Tabel I.1
Waktu Edar Alat Angkut
Manuve Manuve Dumpin Cicyle
No r Loading Hauling r g Return Time
1 128 382 204 29 38 92 873
2 85 362 213 41 43 99 843
3 90 323 207 53 60 92 825
4 110 337 215 46 57 88 853
5 100 282 227 61 57 93 820
6 99 281 236 48 62 107 833
7 147 276 257 82 75 125 962
8 118 274 224 46 53 129 844
9 84 280 232 60 69 100 825
10 61 295 245 77 69 107 854
11 77 353 257 33 64 107 891
12 54 247 228 30 65 134 758
13 48 263 245 39 69 96 760
14 63 333 226 26 67 137 852
15 83 357 234 39 55 118 886
16 70 354 229 36 70 133 892
17 59 270 239 34 45 116 763
18 132 328 257 34 60 129 940
19 58 240 230 33 57 103 721
20 78 230 237 66 60 104 775
21 80 283 231 30 51 115 790
22 66 346 229 30 64 98 833
23 80 355 220 30 43 101 829
24 65 263 222 30 52 117 749
25 84 255 250 37 67 98 791
26 66 374 219 33 79 109 880
27 69 272 228 65 73 107 814
28 122 324 230 58 45 147 926
29 45 316 237 38 40 113 789
30 123 344 211 35 58 166 937
rata-
rata 84,8 306,6 230,6 43,3 58,9 112,7 836,9
Berdasarkan pengamatan di lapangan didapatkan waktu edar alat angkut dumptruck
Hino :
Waktu mengatur posisi dimuati = 84,8 detik.
Waktu diisi muatan = 306,6 detik.
Waktu mengangkut muatan = 230,6 detik.
Waktu mengatur posisi dumping = 43,3 detik.
Waktu menumpahkan muatan = 58,9 detik.
Waktu kembali kosong = 112,7 detik.
Total waktu edar = (84,8 + 306,6 + 230,6 + 43,3 + 58,9 + 112,7)
= 836,9 detik.
= 13,95 menit.
Berdasarkan data pengamatan di lapangan, maka nilai waktu edar alat angkut
dumptruck adalah 13,95 menit.
LAMPIRAN J
DATA WAKTU HAMBATAN PADA ALAT MUAT BACKHOE
HYUNDAI R210 LC-7 DAN ALAT ANGKUT DUMPTRUCK
TOYOTA DYNA 130HT
Tabel J.1
Hambatan Kerja Yang Dapat di Hindari Alat Muat Kobelco SK200
Terlambat
Istirahat Terlambat kerja Berhenti sebelum Keperluan
datang
No lebih awal setelah istirahat akhir kerja operator
karyawan
(menit) (menit) (menit) (menit)
(menit)
1 4 10 7 10 14
2 5 9 9 15 15
3 4 12 6 10 18
4 6 11 6 9 20
5 6 9 5 15 15
6 5 9 7 15 13
7 7 10 7 10 16
8 4 12 5 15 17
9 6 10 6 12 14
10 7 11 5 11 19
11 5 12 9 15 15
12 4 11 9 12 17
13 6 9 6 13 18
14 4 9 5 12 14
15 4 10 7 10 13
Rata2 5,13 10,27 6,60 12,27 15,87
70
Tabel J.2
Hambatan Kerja Yang Tidak Dapat di Hindari Alat Muat Kobelco SK200
Stand by wait Kerusakan dan
Gangguan Pengisian Pemeriksaan dan
material perbaikan alat
No cuaca bahan bakar pemanasan alat
loosening di tempat
(menit) (menit) (menit)
(menit) (menit)
1 0 10 30 14 26
2 0 12 28 14 10
3 0 10 29 16 0
4 0 9 33 15 0
5 0 11 35 13 40
6 0 11 30 13 0
7 240 9 13 15 16
8 0 12 29 16 0
9 0 10 32 13 36
10 0 11 31 14 0
11 0 12 29 14 0
12 0 9 34 15 32
13 120 10 23 13 18
14 0 12 27 16 0
15 0 12 36 16 28
Rata2 24 10,67 29,27 14,47 13,73
Tabel J.3
Hambatan Kerja Yang Dapat di Hindari Alat Angkut Hino
Terlambat
Istirahat lebih Terlambat kerja Berhenti sebelum Keperluan
datang
No awal setelah istirahat akhir kerja operator
karyawan
(menit) (menit) (menit) (menit)
(menit)
1 6 12 10 8 18
2 7 10 10 8 16
3 5 15 8 14 15
4 5 8 7 11 16
5 8 6 7 14 17
6 7 12 9 14 15
7 6 10 10 12 21
8 6 6 8 12 17
9 7 8 10 8 18
10 5 13 8 11 19
11 8 9 7 13 17
12 8 11 8 12 16
13 6 11 7 8 20
14 7 13 9 9 20
15 5 12 8 10 19
Rata2 6,40 10,40 8,40 10,93 17,60
Tabel J.4
Hambatan Kerja Yang Tidak Dapat di Hindari Alat Angkut Hino
Pengisian
Gangguan Stand by wait Pemeriksaan dan Kerusakan dan
bahan
No cuaca material pemanasan alat perbaikan alat di
bakar
(menit) loosening (menit) (menit) tempat (menit)
(menit)
1 0 35 22 9 0
2 0 0 14 8 0
3 0 0 15 9 0
4 0 37 30 10 0
5 0 0 11 7 0
6 0 0 12 9 0
7 240 34 19 10 0
8 0 0 24 7 0
9 0 0 14 8 0
10 0 29 18 8 0
11 0 0 20 10 0
12 0 0 22 7 0
13 120 34 16 9 0
14 0 0 28 8 0
15 0 0 31 10 0
Rata2 24 11,27 19,73 8,60 0
LAMPIRAN K
PERHITUNGAN WAKTU KERJA EFEKTIF DAN EFISIENSI
KERJA AKTUAL
79
LAMPIRAN M
PERHITUNGAN KEMAMPUAN PRODUKSI ALAT ANGKUT
Kemampuan produksi nyata alat angkut (dump truck) Toyota Dyna 130HT
dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Pa = x n x Cb x Ff x Ek x Ld ton/jam
60
Pta= x n x Cb x Ff x Ek x Ld ton / jam
Cta
60
¿ x 13 x 0,9 x 84 % x 71,3 % x 1,6 ton/ jam
13,95
= 48,22 ton/jam
Maka produksi 1 alat angkut dump truck Toyota Dyna 130HT dalam 1 jam
80
Waktu kerja efektif alat angkut adalah 26 hari dalam satu bulan. Jadi, total
produksi batu andesit sebesar :
Pa = produksi per hari x 26 hari/bulan
= 234,84 ton/hari x 26 hari/bulan
= 6105,84 ton/bulan
81
LAMPIRAN N
PERHITUNGAN FAKTOR KESERASIAN KERJA AKTUAL
ALAT MUAT DAN ALAT ANGKUT (MATCH FACTOR)
Nilai keserasian kerja (Match Factor) dari rangkaian alat angkut dan alat
muat dapat diketahui menggunakan persamaan sebagai berikut :
MF = Na x Ctm
Nm x Cta
Perhitungan faktor keserasian Kerja 1 unit Backhoe Hyundai R210 LC-7
Dengan 1 unit Dump Truck Toyota Dyna 130HT adalah sebagai berikut
Diketahui :
Na = 1 unit
Nm = 1 unit
Cta = 13,95 menit (Lampiran I)
N = 13
Ctm = 0,38 menit (Lampiran H)
CTm = 10 x 0,38
= 3,80 menit
MF Na x CTm
Nm x Cta
=
1 x ( 0,38 x 13)
= 1 x 13,95
= 0,35
Karena nilai MF < 1, maka faktor kerja alat muat (backhoe) kurang dari
100%, yang berarti ada waktu tunggu dari alat muat tersebut.
Waktu tunggu untuk Backhoe Hyundai R210 LC-7
Cta x Nm
Wtm CTm
Na
13,95 x1
1 ( 0,38 x 13 )
= 9,01 menit
82
MF = Jika diinginkan nilai MF = 1, maka jumlah alat angkut yang digunakan :
Na x CTm
Nm x Cta
Na x (0,38 x 13 )
1 =
1 x 13,95
1 x 13,95
Na
4,94
=
= 2,82 3 alat angkut (pembulatan ke atas).
Jadi harus ada penambahan alat angkut sebanyak 3 unit agar nilai MF = 1.
83
LAMPIRAN O
PERHITUNGAN PENINGKATAN WAKTU KERJA EFEKTIF
ALAT MUAT DAN ALAT ANGKUT
Tabel P.1
Hambatan Kerja Alat Muat dan Alat Angkut
Sebelum Perbaikan Setelah Perbaikan
waktu Waktu
ALAT ALAT ALAT ALAT
JENIS ALAT
MUAT ANGKU MUAT ANGKU
(menit) T (menit) T
(menit) (menit)
WAKTU YANG TERSEDIA 531,42 531,42 531,42 531,42
Hambatan Yang Dapat di Hindari
Keterlambatan Datang Karyawan 16,20 18,00 13,00 15,00
Istirahat Lebih Awal 17,80 17,20 14,00 14,00
Terlambat Kerja Setelah Istirahat 16,40 16,80 13,00 15,00
Berhenti Sebelum Akhir Kerja 14,80 18,00 11,00 16,00
Keperluan Operator 15,40 16,20 12,00 14,00
JUMLAH 80,60 86,20 63,00 74,00
Hambatan Yang Tidak Dapat Dihindari
Gangguan Cuaca 3,20 5,00 3,20 5,00
Pengisian Bahan Bakar 11,20 1,00 10,00 0,00
Stand by wait material loosening 19,40 6,00 15,00 5,00
Pemeriksaan dan pemanasan alat 16,20 10,40 15,00 8,00
Kerusakan dan perbaikan alat ditempat 11,40 0,00 11,40 0,00
JUMLAH 61,40 22,40 54,60 18,00
WAKTU KERJA EFEKTIF 389,42 422,82 413,82 439,42
WAKTU KERJA EFEKTIF (JAM) 6,49 7,04 6,89 7,32
Nilai We dapat dicari dengan persamaan
berikut : We = Wt – ( Wtd + Whd )
Keterangan :
We = Waktu kerja efektif, menit.
Wt = Waktu Kerja yang tersedia, menit.
Wtd = Waktu hambatan yang tidak dapat dihindari, menit.
Whd = Waktu hambatan yang dapat dihindari, menit.
a. Waktu kerja efektif alat muat
Waktu kerja efektif backhoe Hyundai R210 LC-7
We = 531,42 menit/hari – (63,00 menit/hari + 54,60 menit/hari)
= 413,82 menit/hari
= 6,89 jam/hari
b. Waktu kerja efektif alat angkut
Waktu kerja efektif dump truck Toyota Dyna 130Ht
We = 531,42 menit/hari – (74,00menit/hari + 18,00 menit/hari)
= 439,42 menit/hari
= 7,32 jam/hari
P.2. Efisiensi Kerja
Perhitungan efisiensi kerja alat mekanis didasarkan pada pengamatan
terhadap waktu kerja yang tersedia dan keseluruhan waktu hambatan yang dialami
selama beroperasi tiap harinya. Faktor manusia yang menggerakan alat-alat sangat
sukar ditentukan efisiensi kerjanya secara tepat karena selalu berubah-ubah dari
hari kehari dan pengaruhi oleh keadaan cuaca, keadaan alat dan kondisi kerja
secara keseluruhan.
Efisiensi kerja adalah penilaian terhadap pelaksanaan suatu pekerjaan atau
merupakan perbandingan antara waktu yang dipakai untuk bekerja (waktu kerja
efektif) dengan waktu kerja yang tersedia dan dinyatakan dalam persen.
Kecepatan 419,99 m
213,36 detik
=
= 1,97 m/detik = 7,09 km/jam
Kecepatan alat angkut saat kembali kosong
Jarak tempuh : 419,99 m
Waktu tempuh : 199,62 detik
Kecepatan 419,99 m
=
199,62 detik
= 2,10 m/detik = 7,56 km/jam
P.4. Waktu Edar Dump Truck Toyota Dyna 130HT Setelah Peningkatan
Kecepatan dan Pembuatan Stockpile
Kecepatan alat angkut saat
bermuatan Jarak tempuh
: 419,99 m
Kecepatan : 10 km/jam
Ptm 60
x Cb x Ff x Ek x Ld ton/jam
=
Ctm
Dari perbaikan efisiensi kerja terhadap alat muat didapatkan produksi alat
muat (backhoe) adalah sebagai berikut :
Produksi backhoe Hyundai R210 LC-7
Waktu edar alat muat sekali pemuatan (Ctm) = 0,38 menit (Lampiran H)
Kapasitas bucket (Cb) = 0,92 m3 (Lampiran C)
Faktor pengisian bucket (Ff) = 84,42 % (Lampiran E)
Efisiensi kerja (Ek) = 77,85 % (Lampiran P)
Loose Density (Ld) = 1,60 ton/m3 (Lampiran F)
Ptm = 60
x Cb x Ff x Ek x Ld ton/jam
Ctm
= 60
x 0,92 x 84,42% x 77,85% x 1,60 ton/jam
0,38
= 152,74 ton/jam
Waktu kerja efektif alat muat adalah 6,95 jam/hari
Ptm = produksi per jam x jam kerja perhari
= 152,74 ton/jam x 6,89 jam/hari
= 1.052,37 ton/hari
Waktu kerja efektif alat muat adalah 30 hari dalam satu bulan. Jadi, total produksi
batu andesit sebesar :
Ptm = produksi per hari x 30 hari/bulan
= 1.052,37 ton/hari x 30 hari/bulan
= 31.571,10 ton/bulan
89
LAMPIRAN Q
PERHITUNGAN KEMAMPUAN PRODUKSI ALAT ANGKUT
SETELAH PERBAIKAN WAKTU KERJA EFEKTIF DAN
WAKTU EDAR
Besarnya waktu kerja efektif dari alat mekanis berpengaruh pada produksi
yang dihasilkan oleh alat mekanis, sehingga dengan adanya upaya peningkatan
waktu kerja efektif diharapkan terjadi peningkatan produksi. Peningkatan
kecepatan Toyota Dyna 130HT saat jalan mengangkut material dan jalan kosong
juga berpengaruh terhadap produksi. Peningkatan kecepatan Toyota Dyna 130HT
dapat memperkecil waktu edar dari Toyota Dyna 130HT, sehingga diharapkan
dapat meningkatkan produksi. Produksi alat mekanis setelah dilakukan
peningkatan waktu kerja efektif dan peningkatan kecepatan Toyota Dyna 130HT
adalah sebagai berikut:
Pa = x n x Cb x Ff x Ek x Ld ton/jam
Diketahui :
Waktu edar dump truck sekali pemuatan (Cta) = 8,60 menit (Lampiran P)
Kapasitas bucket alat muat (Cb) = 0,92 m3 (Lampiran D)
Jumlah pengisian alat muat (n) = 10
Fill factor (Ff) = 84,42 % (Lampiran E)
Loose density (Ld) = 1,60 (Lampiran F)
Efisiensi kerja (Ek) = 82,71 % (Lampiran P)
Pa = x n x Cb x Ff x Ek x Ld ton/jam
= 71,70 ton/jam
90
Maka produksi 2 alat angkut dump truck Toyota Dyna 130HT dalam 1 jam:
Pa = 71,70 x 2
= 143,40 ton/jam
Waktu kerja efektif alat angkut adalah 7,32 jam/hari
Ptm = produksi per jam x jam kerja perhari
= 143,40 ton/jam x 7,32 jam/hari
= 1.049,68 ton/hari
Waktu kerja efektif alat angkut adalah 30 hari dalam satu bulan. Jadi, total
produksi batu andesit sebesar :
Ptm = produksi per hari x 30 hari/bulan
= 1.049,68 ton/hari x 30 hari/bulan
= 31.490,40 ton/bulan
LAMPIRAN R
PERHITUNGAN PERBAIKAN FAKTOR KESERASIAN
KERJA ALAT MUAT DAN ALAT ANGKUT (MATCH
FACTOR)
Nilai keserasian kerja (Match Factor) dari rangkaian alat mekanis dapat
diketahui menggunakan persamaan sebagai berikut :
MF = Na x Ctm
Nm x Cta
Keserasian Kerja 1 unit Backhoe Hyundai R210 LC-7 Dengan 2 unit
Dump Truck Toyota Dyna 130Ht
Diketahui :
Na = 2 unit
Nm = 1 unit
Cta = 8,60 menit (Lampiran P)
N = 10
Ctm = 0,38 menit (Lampiran H)
CTm = 10 x 0,38
= 3,80 menit
MF Na x CTm
Nm x Cta
=
2 x 3,80
= 1 x 8,60
= 0,8837
= 88,37 %
Karena nilai MF < 1, maka faktor kerja alat muat (backhoe) kurang dari
100%, yang berarti ada waktu tunggu dari alat muat tersebut.
Waktu tunggu untuk Backhoe Hyundai R210 LC-7
Cta x Nm
Wtm CTm
Na
8,60 x1
2 3,80
= 0,50 menit
Jika diinginkan nilai MF = 1, maka jumlah alat angkut yang digunakan :
Na x CTm
MF =
Nm x Cta
Na x 3,80
1 = 1 x 8,60
Na 1 x 8,60
=
3,80
= 2,26 3 alat angkut (pembulatan ke atas).
Jadi harus ada penambahan alat angkut sebanyak 3 unit agar nilai MF = 1.
LAMPIRAN S
PETA TOPOGRAFI DAN JALAN ANGKUT