Anda di halaman 1dari 82

AKTIVITAS PELEDAKAN BATU ANDESIT DI PT DIRGABHAKTI

GIRIPERSADA KECAMATAN BATUJAJAR KABUPATEN


BANDUNG BARAT PROVINSI JAWA BARAT

LAPORAN KERJA PRAKTIK

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mata Kuliah


Kerja Praktik (TTA - 300) Pada Program Studi Teknik Pertambangan
Fakultas Teknik Universitas Islam Bandung

Oleh:

Adrian Hartanto (100.701.16.035)


Febri Ruswandi (100.701.16.078)

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
2019 M /1441 H
LEMBAR PENGESAHAN

Judul : AKTIVITAS PELEDAKAN BATU ANDESIT DI PT


DIRGABHAKTI GIRIPERSADA KECAMATAN BATUJAJAR
KABUPATEN BANDUNG BARAT PROVINSI JAWA
BARAT
Peserta : 1. Adrian Hartanto (100.701.16.035)
2. Febri Ruswandi (100.701.16.078)

Bandung, November 2019

Menyetujui,

Ir. Zaenal, M.T Elfida Moralista, S.Si., M.T


Pembimbing Koordinator Kerja Praktik

Mengetahui,

Dono Guntoro, S.T., M.T


Ketua Program Studi Teknik Pertambangan
AKTIVITAS PELEDAKAN BATU ANDESIT DI PT DIRGABHAKTI
GIRIPERSADA KECAMATAN BATUJAJAR KABUPATEN
BANDUNG BARAT PROVINSI JAWA BARAT

SARI

Secara umum kegiatan penambangan terdiri dari proses pembongkaran,


penggalian, pemuatan hingga proses pengangkutan. Dalam beberapa kasus proses
pembongkaran sering dijumpai massa batuan yang relatif keras sehingga aktivitas
peledakan perlu dilakukan. PT Dirgabhakti Giripersada merupakan perusahaan
pertambangan batu andesit yang menerapkan aktivitas peledakan dalam proses
pembongkaran.
Dalam aktivitas peledakan terdapat hal-hal yang harus diperhatikan seperti
produktivitas pengeboran, geometri peledakan dan fragmentasi hasil peledakan. Pada
umumnya geometri peledakan secara aktual yang digunakan berbeda dengan geometri
teori, begitupun dengan fragmentasi hasil peledakan secara aktual dan teoritis
berdasarkan perhitungan. Hal tersebut dapat dipengaruhi oleh banyak faktor, baik dari
faktor teknis maupun faktor ekonomis.
Kegiatan pengeboran dilakukan dengan 3 alat bor Sandvik TY-24 Handrill. Tiap
alat tersebut memiliki 4 batang bor yang memiliki panjang 0,8 m; 1,6 m; 2,4 m; dan 3,2
m dengan diamater batang bor 2,36 inchi. Pola pengeboran yang digunakan adalah
rectangular staggered pattern (pola zig-zag persegi panjang) dengan arah pengeboran
tegak. Produktivitas pengeboran rata-rata dari 3 alat bor Sandvik TY-24 Handrill yang
digunakan adalah 64,28 BCM/hari/alat (alat 1); 72,55 BCM/hari/alat (alat 2); dan 75,76
BCM/hari/alat (alat 3). Efisiensi peledakan yang dihasilkan oleh PT Dirgabhakti
Giripersada dapat dilihat dari nilai powder factor. Nilai powder factor dari kegiatan
peledakan dengan geometri rencana adalah sebesar 0,13 kg/BCM, geometri aktual
sebesar 0,16 kg/BCM, geometri teoritis R.L. Ash sebesar 0,98 kg/BCM, geometri teoritis
C.J. Konya sebesar 0,49 kg/BCM. Persen fragmentasi < 90 cm yang dihasilkan dari
kegiatan peledakan PT Dirgabhakti Giripersada memiliki rata-rata persen fragmentasi
58,47%. Adapun ukuran fragmentasi rata-rata dengan mengunakan metode
Cunningham sebesar 35,84 cm.

Kata Kunci: Produktivitas Pengeboran, Geometri Peledakan, Powder Factor, Fragmentasi

i
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb
Puji dan syukur selalu kita panjatkan kepada Allah SWT atas berkah dan rahmat-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan laporan Kerja Praktik ini
dengan baik dalam rangka memenuhi persyaratan untuk mencapai gelar sarjana teknik
di program studi teknik pertambangan Universitas Islam Bandung. Tidak lupa shalawat
dan salam selalu tercurahkan kepada junjungan nabi besar Muhammad SAW. yang
telah memberikan cahaya iman kepada umatnya.
Laporan Kerja Praktik ini berisikan informasi umum tentang “Aktivitas
Peledakan Batu Andesit Di PT Dirgabhakti Giripersada Kecamatan Batujajar
Kabupaten Bandung Barat Provinsi Jawa Barat” yang diharapkan dapat menambah
pengetahuan pembaca.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih atas bantuan dan
fasilitas yang telah diperoleh penulis selama penyusunan tugas laporan ini kepada:
1. Bapak Timorando S.IP., selaku Site Manager PT Dirgabhakti Giripersada
2. Bapak Sony Simanjuntak S.T., selaku Kepala Teknik Tambang PT Dirgabhakti
Giripersada sekaligus pembimbing lapangan.
3. Seluruh jajaran pegawai PT Dirgabhakti Giripersada yang telah banyak membantu
dalam pelaksanaan Kerja Praktik.
Tidak lupa penulis juga mengucapkan terima kasih atas segala dukungan,
bimbingan, serta kerjasama kepada:
1. Bapak Dono Guntoro, S.T., M.T., selaku Ketua Program Studi Teknik Pertambangan
Universitas Islam Bandung.
2. Ibu Elfida Moralista, S.Si., M.T., selaku Koordinator Kerja Praktik, yang membimbing
dan memberikan kesempatan penulis untuk melakukan Kerja Praktik.
3. Bapak Ir. Zaenal, M.T., selaku Dosen Pembimbing, yang telah memberi masukan
dan membimbing penulis untuk melakukan Kerja Praktik.
Penulis menyadari bahwa laporan Kerja Praktik ini jauh dari sempurna karena
keterbatasan kemampuan dan pengetahuan penulis. Untuk itu penulis mengharapkan
saran dan kritik yang mendukung dan membangun demi perbaikan dari laporan ini. Akhir

ii
kata, penulis berharap agar laporan ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua
dan bagi penulis pada khususnya.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Bandung, November 2019

Penulis

iii
DAFTAR ISI

Halaman
LEMBAR PENGESAHAN

SARI .......................................................................................................................... i

KATA PENGANTAR.................................................................................................... ii

DAFTAR ISI .................................................................................................................iv

DAFTAR TABEL ........................................................................................................vii

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................................viii

DAFTAR FOTO ...........................................................................................................ix

DAFTAR LAMPIRAN................................................................................................... x

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang Masalah........................................................................ 1


1.2 Perumusan Masalah ............................................................................. 2
1.3 Tujuan Kerja Praktik .............................................................................. 2
1.4 Metode Pengamatan Lapangan ............................................................ 3
1.5 Sistematika Penulisan ........................................................................... 3

BAB II KEADAAN UMUM............................................................................................ 5

2.1 Sejarah Singkat Perusahaan ................................................................. 5


2.2 Lokasi dan Kesampaian Daerah Penelitian ........................................... 5
2.3 Lokasi dan Situasi Daerah Penelitian .................................................... 9
2.4 Iklim dan Curah Hujan ........................................................................... 9
2.5 Keadaan Topografi dan Morfologi ........................................................11
Keadaan Topografi ...................................................................11
Keadaan Morfologi ...................................................................11
2.6 Keadaan Geologi .................................................................................13
2.7 Keadaan Masyarakat ...........................................................................15

BAB III LANDASAN TEORI ........................................................................................16

3.1 Pengeboran .........................................................................................16

iv
3.2 Sistem Pengeboran Mekanis Dalam Peledakan ...................................16
Bor Tumbuk (Percussion Drill) ..................................................17
Bor Putar (Rotary Drill) .............................................................17
Bor Putar Tumbuk (Rotary Percussion Drill) .............................17
3.3 Pola Pengeboran Lubang Ledak ..........................................................17
Pola Persegi Panjang (Rectangular System) ............................17
Pola Bujur Sangkar (Square System) .......................................18
Pola Zig-Zag (Stanggered System)...........................................19
3.4 Arah Pengeboran Lubang Ledak ..........................................................20
Pengeboran Tegak ...................................................................20
Pengeboran Miring ...................................................................21
3.5 Pola Peledakan Pada Tambang Terbuka .............................................22
3.6 Perlengkapan Peledakan .....................................................................22
Penghantar Nyala, Panas dan Arus Listrik................................23
Detonator (Penggalak Awal) .....................................................23
Sumbu Ledak dan Penggalak Utama .......................................24
3.7 Peralatan Peledakan ............................................................................24
3.8 Bahan Peledak .....................................................................................26
3.9 Geometri Peledakan ............................................................................26
Geometri Peledakan Menurut R.L. Ash.....................................27
Geometri Peledakan Menurut C.J. Konya .................................29
3.10 Powder Factor ......................................................................................30
3.11 Fragmentasi Hasil Peledakan...............................................................31
Ukuran Fragmentasi .................................................................31
Model Prediksi (Perkiraan) Ukuran Fragmentasi.......................31
Perhitungan Fragmentasi Hasil Peledakan di Lapangan ...........33

BAB IV KEGIATAN LAPANGAN DAN PEMBAHASAN.............................................34

4.1 Kegiatan Lapangan ..............................................................................34


Kegiatan Pengeboran ...............................................................34
Kegiatan Peledakan..................................................................36
4.2 Pembahasan ........................................................................................36
Pengeboran ..............................................................................36
Geometri Peledakan Aktual ......................................................46
Geometri Peledakan Teoritis (R.L. Ash)....................................46
Geometri Peledakan Teoritis (C.J. Konya) ................................50

v
Persen Fragmentasi .................................................................54
Fragmentasi Teoritis .................................................................55

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ..........................................................................57

5.1 Kesimpulan ..........................................................................................57


5.2 Saran ...................................................................................................58

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

vi
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
2.1 Koordinat Wilayah IUP ...................................................................................... 6
2.2 Data Curah Hujan Rata-Rata Bulanan Kecamatan Batujajar Tahun 2018 ......... 9
2.3 Data Mata Pencaharian Penduduk Kecamatan Batujajar Tahun 2018 .............15
2.4 Angkatan Kerja Kecamatan Batujajar Tahun 2018 ...........................................15
3.1 Perlengkapan & Peralatan Peledakan..............................................................25
3.2 Burden Standar Menurut R.L.Ash ....................................................................27
3.3 Pembobotan Massa Batuan untuk Peledakan..................................................32
4.1 Waktu Kerja PT Dirgabhakti Giripersada ..........................................................34
4.2 Cycle Time & Drill Rate (25 September 2019)..................................................37
4.3 Perhitungan Efesiensi Kerja Alat Pengeboran 1 ...............................................39
4.4 Perhitungan Efesiensi Kerja Alat Pengeboran 2 ...............................................40
4.5 Perhitungan Efesiensi Kerja Alat Pengeboran 3 ...............................................41
4.6 Perhitungan Produktivitas Alat 1 ......................................................................43
4.7 Perhitungan Produktivitas Alat 2 ......................................................................44
4.8 Perhitungan Produktivitas Alat 3 ......................................................................45
4.9 Geometri Peledakan Aktual .............................................................................46
4.10 Perbandingan Geometri Rencana, Aktual, dan Teoritis ....................................53
4.11 Persen Fragmentasi Peledakan .......................................................................54

vii
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
1.2 Metode Pengamatan Lapangan ...................................................................... 3
2.1 Peta Administrasi............................................................................................ 7
2.2 Peta Kesampaian Daerah ............................................................................... 8
2.3 Peta Situasi PT Dirgabhakti Giripersada .......................................................10
2.4 Peta Topografi ...............................................................................................12
2.5 Peta Geologi ..................................................................................................14
3.1 Pola Pengeboran Rectangular .......................................................................18
3.2 Pola Pengeboran Square ..............................................................................18
3.3 Stanggered Square .......................................................................................19
3.4 Pola Stanggered Rectangular ........................................................................19
3.5 Pengeboran Tegak ........................................................................................21
3.6 Pengeboran Miring ........................................................................................21
4.1 Diagram Alir Kegiatan Pengeboran................................................................35
4.2 Diagram Alir Kegiatan Peledakan ..................................................................36

viii
DAFTAR FOTO

Foto Halaman
4.1 Alat Bor Sandvik TY-24 Hand Drill dan Batang Bor ..........................................34
4.2 Kompresor Air Man PDS 390s .........................................................................35

ix
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman
A. Peta Kesampaian Daerah ................................................................................61

B. Peta Administrasi .............................................................................................62

C. Peta Situasi......................................................................................................63

D. Peta Topografi .................................................................................................64

E. Peta Geologi ....................................................................................................65

F. Cycle Time Pengeboran...................................................................................66

G. Geometri Peledakan ......................................................................................113

H. Spesifikasi Alat Pengeboran ..........................................................................149

I. Spesifikasi Alat dan Perlengkapan Peledakan ...............................................151

J. Spesifikasi Alat Muat Angkut ..........................................................................156

x
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Tuntutan akan tersedianya tenaga kerja profesional dan berkualitas semakin
meningkat seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dunia
pendidikan sebagai penghasil sumberdaya manusia yang kompeten idealnya dapat
menjadi pionir dalam menghasilkan tenaga kerja profesional dan berkualitas. Perguruan
tinggi merupakan sarana untuk mencetak sumber daya manusia yang kompeten dapat
berkontribusi dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Program Studi
Teknik Pertambangan Universitas Islam Bandung (UNISBA) menyikapi persoalan
tersebut dengan menetapkan Kerja Praktik (KP) sebagai upaya pemecahan masalah.
Seorang Sarjana Teknik Pertambangan Unisba diharapkan memiliki kemampuan dalam
mengikuti perkembangan teknologi dan mampu memberikan berbagai solusi terhadap
segala permasalahan dibidang pertambangan.
Secara umum kegiatan penambangan terdiri dari proses penggalian atau
pemberaian, pemuatan dan pengangkutan. Tahap awal kegiatan penambangan adalah
proses penggalian atau pemberaian. Namun, pada kenyataannya sering dijumpai masa
batuan yang relatif keras sehingga tidak dapat digali secara langsung karena
berpengaruh pada produktivitas alat gali dan muat. Oleh karena itu, kegiatan peledakan
diperlukan untuk memberai massa batuan yang mempunyai tingkat kekerasan relatif
tinggi sehingga operasi penambangan dapat berjalan secara efektif dan efisien.
Kegiatan peledakan harus mempertimbangkan beberapa aspek, baik yang
berkenaan dengan target produksi ataupun keselamatan kerja. Oleh karena itu,
diperlukan perencanaan peledakan yang tepat meliputi penentuan geometri peledakan
serta pemilihan pola peledakan yang sesuai. Pemahaman terkait teknis peledakan
idealnya akan didapat apabila telah melakukan pengamatan secara langsung di
lapangan. Maka dari itu, Kerja Praktik (KP) mengenai “Aktivitas Peledakan Batu Andesit
Di PT Dirgabhakti Giripersada Kecamatan Batujajar Kabupaten Bandung Barat” perlu
dilakukan.

1
2

1.2 Perumusan Masalah


Dalam kegiatan Kerja Praktik ini terdapat masalah-masalah yang dapat
diidentifikasi seperti:
1. Kesesuaian penggunaan peralatan dan perlengkapan dengan kebutuhan
peledakan yang akan dicapai.
2. Geometri aktual peledakan yang tidak sesuai dengan rencana.
3. Pengunaan bahan peledak yang tidak sesuai dengan hasil yang diharapkan.
4. Penggunaan pola-pola peledakan dan pola-pola pengeboran yang kurang tepat
dengan kondisi lapangan.
5. Fragmentasi peledakan yang tidak sesuai dengan ukuran maksimum yang masuk
pengolahan.
Adapun masalah penelitian dari kegiatan Kerja Praktik yang dilakukan ini adalah
sebagai berikut:
1. Apa saja alat pengeboran dan pola serta arah pengeboran yang diterapkan?
2. Berapa produktivitas dari kegiatan pengeboran?
3. Apa saja peralatan dan perlengkapan yang digunakan selama kegiatan peledakan?
4. Bagaimana efisiensi peledakan yang digunakan dibandingkan peledakan teoritis?
5. Berapa persentase fragmentasi batuan andesit yang masuk jaw crusher dari hasil
kegiatan peledakan?
Pembahasan masalah dibatasi mengenai aktivitas peledakan pada batu andesit
di PT Dirgabhakti Giripersada. Dimulai dari kegiatan pengeboran lubang ledak yang
akan diperhitungkan kecepatan dan produktivitas pengeborannya sampai dengan
kegiatan peledakan yang akan diperhitungkan perbandingan Powder Factor (PF) secara
aktual dan teoritis.

1.3 Tujuan Kerja Praktik


Adapun tujuan dari dilaksanakannya kegiatan Kerja Praktik ini diantaranya
adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui alat, pola, dan arah pengeboran yang diterapkan.
2. Mengetahui produktivitas dari kegiatan pengeboran.
3. Mengetahui peralatan dan perlengkapan selama kegiatan peledakan berlangsung.
4. Membandingkan efisiensi peledakan aktual dengan peledakan teoritis.
5. Mengetahui persentase fragmentasi peledakan yang masuk jaw crusher dan ukuran
fragmentasi teoritis.
3

1.4 Metode Pengamatan Lapangan


Kegiatan Kerja Praktik ini dilakukan dengan menggunakan dua metode
pengamatan lapangan yaitu secara sekunder dan primer. Secara sekunder dilakukan
pengambilan data melalui studi pustaka sebagai acuan dalam pengolahan dan analisa
hasil pengamatan. Sementara secara primer pengamatan dilakukan dengan
pengambilan data secara langsung di lapangan mulai dari persiapan pengeboran,
pengeboran, persiapan peledakan, peledakan, sampai pada pasca peledakan.

Gambar 1.1
Metode Pengamatan Lapangan

1.5 Sistematika Penulisan


Adapun sistematika penulisan laporan Kerja Praktik adalah sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini membahas mengenai pendahuluan yang berkaitan dengan latar
belakang, rumusan masalah, maksud dan tujuan, metode pengamatan
lapangan dan sistematika penulisan.
4

BAB II TINJAUAN UMUM


Bab ini berisikan mengenai gambaran secara umum mengenai kondisi
lingkungan dan lokasi daerah tempat kegiatan Kerja Praktik.
BAB III LANDASAN TEORI
Menjelaskan mengenai beberapa teori yang mendasari dan menunjang dari
kegiatan Kerja Praktik.
BAB IV KEGIATAN LAPANGAN DAN PEMBAHASAN
Berisikan mengenai tahapan kegiatan yang diamati selama kegiatan Kerja
Praktik serta pengambilan data yang dilakukan, perhitungan dan pembahasan
mengenai data-data yang diambil serta analisis.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Berisikan kesimpulan dari seluruh rangkaian kegiatan Kerja Praktik yang telah
dilakuan disertai saran kepada perusahaan
BAB II
KEADAAN UMUM

2.1 Sejarah Singkat Perusahaan


PT Dirgabhakti Giripersada didirikan di Jakarta pada tanggal 24 Februari 1997
didepan notaris H.M Afdhal Ghazali, S.H., dan perusahaan ini berdomisili di Ruko
Mutiara, Pasar Rebo, Jakarta Timur. PT Dirgabhakti Giripersada adalah salah satu
perusahaan yang bergerak dalam bidang penambangan batuan andesit, sesuai dengan
Keputusan Pemerintah Kabupaten Bandung Barat nomor 545/Kep-675-BPMPPT/2013,
izin penambangan bahan galian industri diterbitkan.
Sistem penambangan yang diterapkan di PT Dirgabhakti Giripersada ini adalah
sistem penambangan terbuka (surface mining) dengan metode quarry. Produksi utama
dari kegiatan penambangan di PT Dirgabhakti Giripersada adalah split 1-1 dengan
ukuran 10 mm, abu batu dengan ukuran 0-10 mm, serta split base course dengan ukuran
1-5 cm.
Adapun misi dari PT Dirgabhakti Giripersada adalah “Mengembangkan
masyarakat disekitar tambang dengan program pengembangan masyarakat atau CSR
(Corporate Social Responsibility)”. Salah satu programnya adalah dengan
memprioritaskan tenaga kerja lokal daerah sekitar lokasi kegiatan penambangan
dengan kualifikasi yang dibutuhkan.

2.2 Lokasi dan Kesampaian Daerah Penelitian


Penelitian ini dilakukan di PT Dirgabhakti Giri Persada, yaitu suatu perusahaan
yang bergerak di industri penambangan batuan andesit. Perusahaan ini mempunyai
wilayah izin usaha pertambangan seluas 13,6 Ha yang terletak di Desa Laksanamekar,
Kecamatan Padalarang, Kabupaten Bandung Barat, Provinsi Jawa Barat. Dapat dilihat
secara geografis daerah tersebut terletak antara 760000 mE dan 9277000 mN (UTM).
Berikut merupakan koordinat wilayah Izin Usaha Pertambangan (IUP) PT Dirgabhakti
Giripersada Desa Laksanamekar, Kecamatan Padalarang, Kabupaten Bandung Barat,
Provinsi Jawa Barat.

5
6

Tabel 2.1
Koordinat Wilayah IUP
X (mE) Y (mN)
759500 9267500
759600 9267300
759700 9267350
760100 9267400
759900 9267500
760000 9267400
759650 9268100
760250 9267200
759900 9268400
760000 9268500
759800 9267700
759700 9267550
759500 9268700
760100 9267600
759560 9268700
759590 9267580
760200 9268600
759600 9267400
759800 9268800
760300 9268000

Untuk menuju lokasi penelitian dapat ditempuh melalui jalur darat menggunakan
kendaraan roda empat ataupun roda dua dengan rute dari Bandung, Cimahi, Leuwi
Gajah, Jalan Raya Batujajar, Desa Laksanamekar. Jarak dari kampus I UNISBA menuju
lokasi sekitar 20 km dengan waktu tempuh ± 50 menit (dapat dilihat pada peta
kesampaian daerah). Secara administratif, lokasi IUP daerah penelitian berbatasan
dengan:
1. Sebelah Utara : Berbatasan dengan Kecamatan Padalarang.
2. Sebelah Timur : Berbatasan dengan Kecamatan Cimahi Tengah.
3. Sebelah Barat : Berbatasan dengan Kecamatan Cipongkor.
4. Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Kecamatan Cililin.
Gambar 2.1
Peta Administrasi

7
Gambar 2.2
Peta Kesampaian Daerah

8
9

2.3 Lokasi dan Situasi Daerah Penelitian


Wilayah IUP Operasi-Produksi PT Dirgabhakti Giripersada berada pada sebuah
bukit andesit, wilayah tersebut berada diantara permukiman penduduk pada arah utara,
barat daya dan selatan IUP. Aksestabilitas menuju jalan utama sangat dekat sehingga
bahan galian yang telah ditambang dapat dipasarkan secara langsung berdasarkan
permintaan konsumen. Bangunan kantor berada pada wilayah barat laut, dan gudang
bahan peledak berada pada wilayah timur. Lokasi IUP Operasi-Produksi yang sangat
dekat dengan permukiman penduduk mengakibatkan kegiatan peledakan tidak dapat
berjalan dengan leluasa, karena harus memperhitungkan faktor getaran dan flying rock
yang dapat mengganggu permukiman.
2.4 Iklim dan Curah Hujan
Keadaan iklim di PT Dirgabhakti Giripersada hampir sama dengan daerah-
daerah di sekitarnya. Suhu udara berkisar antara 23oC – 34oC, dengan iklim tropis yang
memiliki dua musim yaitu musim hujan dan musim kemarau.
Kecamatan Batujajar mempunyai iklim tropis dan basah dengan variasi curah
hujan antara 15- 188 mm3 sepanjang tahun 2018. Curah hujan paling banyak pada bulan
Januari. Hari hujan pada tahun 2018 menunjukkan variasi antara 4 – 19 hari, dengan
hari hujan paling banyak pada bulan Januari 2018. Intensitas curah hujan dan keadaan
iklim tersebut sangat berpengaruh terhadap kegiatan penambangan baik pada kegiatan
peledakan dan pengeboran maupun pada proses pemuatan-pengangkutan.
Tabel 2.2
Data Curah Hujan Rata-Rata Bulanan Kecamatan Batujajar Tahun 2018
Bulan Hari Hujan (hari) Precipitation (mm3)
January 14 120,00
February 12 68,00
March 11 15,00
April 13 23,00
May 13 188,00
June 19 176,50
July 4 0,00
August 0 0,00
September 0 0,00
October 6 45,40
November 18 154,00
December 9 55,00
Sumber: Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Jawa Barat
Gambar 2.3

10
Peta Situasi PT Dirgabhakti Giripersada
11

2.5 Keadaan Topografi dan Morfologi


Keadaan Topografi
IUP operasi-produksi PT Dirgabhakti Giripersada berada pada wilayah dengan
elevasi tertinggi sekitar 787.5 mdpl dan elevasi terendah sekitar 712.5 mdpl. Wilayah di
dalam IUP memiliki relief topografi yang lebih curam bila dibanding dengan wilayah di
luar batas IUP, hal tersebut didukung dengan keterdapatan sungai-sungai di luar batas
IUP yang memiliki pola sungai denritik. Elevasi tertinggi (787.5 mdpl) berada pada
wilayah bagian timur IUP dengan pola garis kontur yang dapat mengindikasikan bukit,
seperti pada wilayah bagian tengah IUP yang dapat diindikasikan bukit dengan elevasi
tertinggi 775 mdpl. Bila dikorelasikan dengan peta geologi, perbukitan dengan elevasi
relatif tinggi tersebut dapat diindikasikan sebagai bukit andesit hasil dari intrusi yang
pada saat ini di tambang oleh PT Dirgabhakti Giripersada. Sungai-sungai berpola
denritik tersebar di sekitar wilayah IUP dengan sedikit bagian sungai yang masuk dalam
wilayah IUP yaitu bagian barat, sedangkan pada bagian utara dan selatan peta memiliki
pola kontur renggang, mengindikasikan daerah tersebut landai atau tidak terlalu curam
dibanding wilayah bagian timur dan tengah IUP.
Keadaan Morfologi
Bentuk morfologi lokasi penambangan PT Dirghabhakti Giri Persada terdiri dari
morfologi perbukitan dan daratan, hampir seluruh daerah merupakan perbukitan dengan
panggungan tak teratur terkadang dijumpai lereng-lereng yang agak terjal samapai
terjal. Terobosan andesit membentuk perbukitan yang memanjang dari arah utara ke
selatan mulai Gunung Padakasih sampai Gunung Selacau, puncak tertinggi dari lereng
sebelah utara adalah Gunung Puncak Salam dengan ketinggian kurang lebih 750 mdpl.
Berikut merupakan peta topografi di lokasi penelitian PT Dirghabhakti Giri Persada Desa
Laksanamekar, Kecamatan Padalarang, Kabupaten Bandung Barat, Provinsi Jawa
Barat.
Gambar 2.4
Peta Topografi

12
13

2.6 Keadaan Geologi


Berdasarkan peta geologi skala 1:100.000 lembar Bandung, Cianjur, dan Garut,
yang selanjutnya dikompilasi oleh Ratman & Gafoer (1998) kedalam peta geologi skala
1:500.000, batuan tertua yang dijumpai di wilayah Bandung Barat adalah perselingan
antara batulempung dan batulanau berumur sekitar 15 juta tahun (Miosen Tengah) yang
dinamakan sebagai kelompok batuan Formasi Cimandiri. Batuan tersebut menjemari
dengan anggota Sindangkerta, yang terdiri dari perselingan tufa batuapung dengan batu
pasir tufa dan breksi tufa. Diatasnya ditutupi secara tidak selaras oleh perselingan lava
dan breksi tufa bersusunan andesit dari Formasi Beser berumur sekitar 10 juta tahun
(Miosen Akhir).
Secara regional keadaan geologi di sekitar daerah penelitian (Peta Geologi
Lembar Bandung, Tahun 1973, oleh P.H. Silitonga) pada umumnya terdiri dari endapan
sedimen dan vulkanik berumur Kwarter (Plistosen), serta terdapat juga batuan
terobosan, dapat dilihat pada peta geologi regional. Namun untuk wilayah IUP operasi-
produksi PT Dirgabhakti Giripersada memiliki formasi batuan yang terdiri dari berikut:
1. BASAL - Basal andesit mengandung olivia, dolerit dan diorit hornblenda porfir,
terdapat disebelah barat Cimahi.
2. BREAKSI TUFAAN, LAVA BATUPASIR, KONGLOMERAT - Breaksi bersifat andesit,
basal, lava, batupasir tufaan dan konglomerat. Membentuk punggungan-punggungan
tak teratur, kadang-kadang sangat curam.
3. ENDAPAN DANAU (0 - 125) - Lempung tufaan, kerikil tufaan. Membentuk bidang
bidang perlapisan mendatar dibeberapa tempat. Mengandung kongkresi-kongkresi
gamping, sisa-sisa tumbuhan, moluska air tawar dan tulang-tulang binatang bertulang
belakang. Setempat mengandung sisipan breksi.
Kegiatan pertambangan yang dilakukan oleh PT Dirgabhakti Giripersada
dilakukan untuk mengeksploitasi batuan andesit yang berada pada formasi Pb dan b.
Berdasarkan peta geologi lokal wilayah IUP operasi-produksi tidak ditemukan adanya
struktur geologi, namun bila dilihat pada skala regional dapat ditemukan adanya struktur
geologi pada formasi yang berbeda yaitu Qyt atau tufa berbatuapung, yang menjadi
penyebab terbentuknya sungai berpola denritik disekitar wilayah IUP, karena pola
sungai denritik sangat erat kaitannya dengan struktur geologi.
Gambar 2.5
Peta Geologi

14
15

2.7 Keadaan Masyarakat


Masyarakat yang ada pada daerah kegiatan lapangan peledakan yakni Desa
Giriasih menurut pengambilan data pada tahun 2018 memiliki jumlah penduduk
sebanyak 9.337 Jiwa, terdiri dari 4.202 jiwa laki-Iaki dan 5.135 jiwa perempuan.
Mata pencaharian masyarakat daerah sekitar lokasi kegiatan lapangan Kerja
Praktik sebagian besar berprofesi sebagai buruh industri dan menjadi buruh dari PT
Dirgabhakti Giripersada untuk pengangkutan bahan galian industri. Sebagian lainnya
bekerja di bidang pertanian dan perdagangan.
Tabel 2.3
Data Mata Pencaharian Penduduk Kecamatan Batujajar Tahun 2018
Mata Pencaharian
Desa
Pertanian Pertambangan Industri Gas Perdagangan

1. Selacau - 203 679 10 124


2. Batujajar Barat - - - 5 434
3. Batujajar Timur - 215 - - 71
4. Giriasih 5.326 2.151 1.750 - 110
5. Galanggang - - - - 208
6. Pangauban 1.519 - - 2 26
7. Cangkorah 3.000 1 1.813 3.250 26
Kecamatan
9.845 2.570 9.339 3.267 999
Batujajar
Sumber:BPS, 2018
Tabel 2.4
Angkatan Kerja Kecamatan Batujajar Tahun 2018
Penduduk Jumlah
Angkatan Kerja
1. Bekerja 31.803
2. Mencari Kerja 8.192
Bukan Angkatan Kerja
1. Sekolah 16.899
2. Mengurus Rumah Tangga 21.759
3. Lainnya 4.459
Sumber:BPS, 2018
BAB III
LANDASAN TEORI

3.1 Pengeboran
Pengeboran merupakan tahap awal dalam melakukan kegiatan peledakan.
Pengeboran ini bertujuan untuk membuat lubang yang nantinya akan diisi bahan
peledak. Dalam melakukan pengeboran tentunya untuk membuat lubang tidak
sembarangan, jumlah lubang dan pola lubang, juga arah pengeboran perlu diperhatikan
agar sesuai dengan hasil peledakan yang akan dilakukan. Terutama disesuaikan juga
dengan metode tambangnya baik surface maupun underground.
Produktivitas alat bor merupakan jumlah volume batuan yang dibongkar
sehingga diperoleh sejumlah lubang bor untuk pengisian bahan peledak. Produktivitas
pengeboran dapat ditentukan menggunakan persamaan berikut:

P = Vp x Veq x E x We x 60

Keterangan:
P = Produktivitas Alat Bor (BCM/Hari/Alat)
Vp = Kecepatan Pengeboran (m/menit)
Veq = Volume batuan yang dibongkar (BCM/meter)
We = Waktu Produktif (jam/hari)
E = Efisiensi Kerja Alat Bor (%)
Kecepatan pengeboran yang digunakan untuk menghitung produktivitas kerja
alat bor, dapat ditentukan menggunakan persamaan berikut:

Kedalaman Pengeboran
Vp =
Waktu total Pengeboran

3.2 Sistem Pengeboran Mekanis Dalam Peledakan


Sistem pengeboran mekanis adalah sistem pengeboran dengan menggunakan
bantuan alat mekanis pengeboran. Berdasarkan prinsip kerjanya, sistem pengeboran
mekanis dapat dibedakan menjadi:

16
17

Bor Tumbuk (Percussion Drill)


Bor tumbuk yang juga dikenal sebagai percussion drill dioperasikan dengan cara
mengangkat dan menjatuhkan mata bor yang berat secara berulang kali ke dalam
lubang bor. Mata bor akan menghancurkan batuan menjadi kepingan kecil. Hancuran
batuan yang terdapat di dalam lubang bor tersebut dicampur dengan air yang berasal
dari batang bor sehingga terbentuk slurry. Apabila kecepatan pengeboran sudah sangat
lambat, slurry harus diangkat dengan menggunakan timba (bailer) atau sand pump.
Bor Putar (Rotary Drill)
Metode pengeboran pada metode ini menggunakan aksi putaran (rotary) untuk
melakukan penetrasi terhadap batuan yang dibor. Prinsip kerja rotary drill adalah
membuat lubang dengan mekanisme putar disertai dengan mekanisme pembebanan
yang berasal dari rangkaian mesin bor itu sendiri atau dari tekanan hidrolik yang berasal
dari pompa bor.

Bor Putar Tumbuk (Rotary Percussion Drill)


Pengeboran dengan metode ini, aksi penumbukan yang dilakukan oleh mata bor
dikombinasikan dengan kegiatan putaran, sehingga terjadi proses peremukan dan
penggerusan permukaan yang mengalami kontak dengan mata bor. Metode putar–
tumbuk ini terbagi atas dua, yaitu top hammer dan down the hole hammer (DTH
hammer).

3.3 Pola Pengeboran Lubang Ledak


Disebut dengan drill peterns, secara umum pola pengeboran untuk lubang ledak
pada tambang terbuka (surface blasting) terbagi menjadi tiga, dikenal dengan pola
persegi panjang (rectangular system), pola zig-zag (staggered system) dan pola bujur
sangkar (square system). Setiap jenis pola yang digunakan memiliki kelebihan dan
kekurangan masing-masing sesuai dengan peruntukan dan kriteria peledakan yang
digunakan pada surface blasting.
Pola Persegi Panjang (Rectangular System)
Pola persegi panjang merupakan pola dengan jarak spacing pada satu baris tiap
lubang bor yang lebih panjang dibandingkan dengan burden. Pola ini kurang tepat
digunakan bila peledakan ditujukan untuk pemberaian batuan dengan fragmentasi yang
cukup baik, karena daerah yang tidak terkena pengaruh peledakan cukup besar atau
luas.
18

Sumber : Modul Juru Ledak Kelas 2, 2013


Gambar 3.1
Pola Pengeboran Rectangular
Pola Bujur Sangkar (Square System)
Pola bujur sangkar merupakan pola pengeboran yang dimana letak setiap lubang
bor sistematis dengan jarak antar baris dengan baris lain yang sejajar membentuk segi
empat. Adapun keuntungan dengan menggunakan pola bujur sangkar ialah mencakup
berikut:
1. Lubang bor pada baris yang sama atau baris yang berbeda dibuat sejajar sehingga
waktu yang diperlukan pada saat pengeboran akan lebih cepat.
2. Delay atau waktu tunda dengan pola ini dapat diatur dengan bentuk V sehingga
fragmentasi hasil peledakan akan terkumpul pada suatu tempat.
Sedangkan kerugian dengan menggunakan pola bujur sangkar ialah mencakup
hal-hal berikut:
1. Volume massa batuan yang tidak terpengaruh oleh gelombang peledakan akan lebih
besar sehingga fragmentasi peledakan berukuran bongkah.
2. Bila lubang ledak yang digunakan semakin banyak maka waktu tunda atau delay
akan semakin banyak pula sebanding dengan pola peledakan.

Sumber : Modul Juru Ledak Kelas 2, 2013


Gambar 3.2
Pola Pengeboran Square
19

Pola Zig-Zag (Stanggered System)


Letak setiap lubang bor ditempatkan antara setiap lubang pada row sebelumnya.
Dengan menggunakan pola zig-zag daerah yang tidak terpengaruh gelombang
peledakan akan lebih kecil dibanding dengan kedua pola lain. Merupakam pola yang
sangat baik dalam distribusi bahan peledak terhadap luasan area yang akan diledakan
sehingga fragmentasi yang dihasilkan sangat baik pula. Susunan dari pola zig-zag
berasal dari pola persegi panjang atau pola bujur sangkar yang dibuat zig zag antara
setiap lubang bor. Pola ini dibagi menjadi dua jenis berdasarkan letak kedudukan jarak
spacing dan burden.
1. Pola Stanggered Square, merupakan pola zig-zag dengan kedudukan setiap lubang
bor memiliki jarak spacing dan burden yang sama.

Sumber : Modul Juru Ledak Kelas 2, 2013


Gambar 3.3
Stanggered Square

2. Pola Stanggered Rectangular, pola zig-zag dengan kedudukan setiap lubang bor
memiliki jarak spacing dan burden yang tidak sama seperti pada pola persegi
panjang (rectangular).

Sumber : Modul Juru Ledak Kelas 2, 2013


Gambar 3.4
Pola Stanggered Rectangular
20

Adapun keuntungan dengan menggunakan pola zig-zag ialah mencakup sebagai


berikut:
1. Pada satu baris lubang ledak atau row tanda delay yang digunkan relatif sama maka
delay yang dipakai pada pola ini tidak terlalu banyak.
2. Dapat memberikan keseimbangan tekanan yang sangat baik sehingga volume
massa batuan yang tidak terpengaruh oleh gelombang peledakan relatif lebih sedikit
atau kecil.
Sedangkan kerugian dengan menggunakan pola zig-zag ialah mencakup
sebagai berikut:
1. Fragmentasi batuan hasil peledakan berupa flying rock akan menyebar kesegala
arah karena peledakan yang dilakukan secara serentak pada satu baris yang sama
kemudian beruntun baris berikutnya.
2. Penempatan alat bor pada titik pengeboran membutuhkan waktu yang relatif lama,
karena lubang bor yang dibuat tidak sejajar dengan baris dan jarak burden yang tidak
sama dengan jarak spacing.

3.4 Arah Pengeboran Lubang Ledak


Arah lubang pengeboran yang dibentuk sebagai derajat kemiringan lubang
pengeboran atau kedudukan lubang pengeboran terhadap permukaan. Pada proses
pengeboran selain mengetahui bentuk pola juga diharuskan mengetahui arah
pengeboran, karena dapat berpengaruh terhadap fragmentasi hasil peledakan. Arah
pengeboran terbagi menjadi dua jenis, yaitu pengeboran tegak dan pengeboran miring.
Sama halnya dengan pola pengeboran, arah pengeboran memiliki kelebihan dan
kekurangan masing-masing.
Pengeboran Tegak
Arah pengeboran dengan posisi lubang bor hampir tegak kurang lebih 90 derajat.
Dengan menggunakan arah pengeboran tegak mengakibatkan bagian lantai jenjang
mendapat pengaruh kekuatan gelombang tekanan terbesar. Gelombang tekanan akan
didistribusikan menuju bidang bebas atau menerus pada bagian bawah lantai.
Keuntungan dengan arah pengeboran tegak yaitu dilakukan dengan lebih mudah
dan akurat, tinggi jenjang sama dengan lubang ledak lebih pendek dibandingkan lubang
ledak miring dan waktu yang diperlukan pada pengeboran relatif cepat. Untuk
kerugiannya dapat menimbulkan tonjolan (toe) pada bagian lantai jenjang, menimbulkan
21

retakan kebelakang jenjang (back break), getaran tanah yang dihasilkan lebih besar dan
bongkah yang dihasilkan pada daerah stemming akan lebih banyak.

Sumber : Modul Juru Ledak Kelas 2, 2013


Gambar 3.5
Pengeboran Tegak
Pengeboran Miring
Arah pengeboran dengan posisi lubang bor memiliki derajat kemiringan tertentu
yang disesuaikan dengan kepentingan peledakan. Keuntungan dengan arah
pengeboran miring yaitu ukuran burden yang dihasilkan relatif seragam sehingga
fragmentasi yang dihasilkan dari peledakan akan lebih baik, bagian dinding dan lantai
jenjang hasil peledakan akan relatif rata, cekungan akibat pemecahan dapat direduksi
karena subdrilling yang diperkecil, mengurangi timbulnya beck break sehingga
permukaan jenjang lebih stabil atau rata jauh dari potensi longsor dan memperkecil
timbulnya tonjolan (toe). Sedangkan kerugian dengan arah pengeboran miring yaitu
kesulitan saat pengisisan bahan peledak, semakin dalam pengeboran maka sudut
deviasi yang dihasilkan akan semakin besar, sulit menempatkan sudut kemiringan yang
sama antara setiap lubang ledak, waktu pengeboran relatif lama dan kemungkinan
terjadinya dampak lemparan batuan hasil peledakan lebih besar.

Sumber : Modul Juru Ledak Kelas 2, 2013


Gambar 3.6
Pengeboran Miring
22

3.5 Pola Peledakan Pada Tambang Terbuka


Secara umum pola peledakan menunjukan skuensial atau urutan ledakan dari
setiap lubang ledak. Adanya urutan peledakan berarti terdapat jeda waktu ledakan
diantara lubang-lubang ledak yang umumnya disebut dengan waktu tunda (delay time).
Dengan menerapkan waktu tunda, pada saat kegiatan peledakan akan memperoleh
beberapa keuntungan yaitu, mengurangi getaran, mengurangi overbank dan fly rock,
mengurangi getaran akibat airblast dan suara (noise), mampu mengarahkan lemparan
fragmentasi batuan dan mampu memperbaiki ukuran fragmentasi batuan hasil
peledakan. Berdasarkan arah runtuhan pola peledakan dapat diklasifikasikan sebagai
berikut:
1. Pola Box cut, merupakan pola peledakan yang memiliki keunggulan dibandingkan
pola peledakan lain yaitu energi peledakan yang dihasilkan akan lebih tinggi
walaupun menggunakan jenis bahan peledaak yang sama, hal itu dapat disebabkan
dari bentuk polanya yang berorientasi terkumpul relatif lebih rapat. Pola box cut
sangat efisien digunakan untuk pemberaian batuan dengan tingkat kekerasan tinggi.
Namun yang menjadi kendala ialah gelombang ledakan tinggi dapat mempengaruhi
lingkungan sekitar bila tidak disesuaikan dengan sifat dan karakteristik lingkungan.
2. Pola v-cut, merupakan pola peledakan dengan arah bidang bebas relatif menuju
pada suatu titik tengah (center) dengan bentuk menyerupai huruf V, pola ini relatif
efisien karena fragmentasi hasil peledakan akan terkumpul pada suatu titik atau tidak
tersebar, sehingga pengankutan material hasil peledakan akan lebih efisien
dibanding pola lainnya.
3. Pola corner cut, merupakan pola peledakan dengan dua bidang bebas, secara
signifikan arak dari fragmentasi peledakan akan jatuh ke bagian pojok (corner)
perpotongan dari kedua bidang bebas tersebut. Merupakan pola yang paling umum
digunakan pada industri pertambangan, karena daya ledak dan gelombang getaran
yang stabil dan terdistribusikan secara merata menuju seluruh area yang akan
diledakan.

3.6 Perlengkapan Peledakan


Perlengkapan peledakan (blasting supplies) adalah suatu alat atau bahan yang
diperuntukan untuk membuat rangkaian peledakan dan hanya dapat dipakai untuk satu
23

kali kegiatan peledakan. Pada dasarnya jenis-jenis perlengkapan peledakan


digolongkan berdasarkan fingsinya yang terbagi sebagi berukut:
1. Sumbu bakar atau kabel listrik (penghantar nyala, panas dan arus listrik),
2. Detonator atau sumbu ledak (penggalak awal), dan
3. Primer atau booster yang disebut dengan penggalak utama.
Penghantar Nyala, Panas dan Arus Listrik
Serangkain alat yang berfungsi untuk menghantarkan nyala, panas ataupun arus
listrik menuju detonator. Pada dasarnya alat ini merupakan pemicu terhadap detonator
dengan memberikan energi panas ataupun arus listrik. Adapun dapat diklasifikasikan
menjadi beberapa jenis, yang meliputi berikut.
1. Sumbu Bakar, komponen penyusun sumbu bakar terdiri atas bahan peledak
berkekuatan lemah seperti black powder yang dilapisi oleh material kedap air.
Kriteria yang harus dipenuhi oleh bahan sumbu bakar meliputu material kedap air
atau minyak, variasi cepat rambat dari sumbu bakar berkisar antara 85-160 s/m, bila
mana terdapat tekanan dari luar kecepatan rambat api pada sumbu tidak melebihi
10%.
2. Kabel Listrik, berfungsi untuk dapat mendistribusikan arus listrik dari sumber arus
menuju legwire. Terbagi menjadi kabel utama dan kabel pembantu, berdasarkan
fungsi atau kegunaannya.
3. Kabel Utama dan Kabel Penyambung, kabel utama (Lead Wire) digunakan untuk
menghubungkan dua rangkaian peledak menuju sumbu arus atau exploder, kriteria
dari kabel utama yang harus dipenuhi ialah bahan pembungkus merupakan material
kedap air, cukup kuat terhadap regangan, dan tahan listrik tidak lebih dari 1,8 ohm
per 100 m. Sedangkan kabel penyambung merupakan tambahan dari kabel utama
yang berfungsi sebagai penghubung dua legwire pada rangkaian seri, kriteria yang
harus dipenuhi yaitu tahan listrik tidak lebih dari 6,5 ohm per 100 m dan material
pembungkus tidak mudah tergores.
Detonator (Penggalak Awal)
Pemicu awal yang menimbulkan inisiasi berupa ledakan kecil atau letupan
sebagai aksi yang memberikan efek kejut pada bahan peledak atau primer, disebut
dengan blasting capsule atau blasting cap. Pengelempokan detonator terbagi
berdasarkan sumber energi pemicu, sehingga mampu memberikan energi panas di
dalam detonator menjadi letupan atau ledakan kecil.
24

1. Detonator Biasa (Plain Detonator), jenis detonator yang pertama kali digunakan,
mempunyai ukuran tabung dengan diameter sekitar 6,40 mm dan panjang sekitar 42
mm.
2. Detonator Listrik (Electric Detonator), umumnya kandungan detonator listrik sama
dengan detonator biasa, yang membedakan adalah energi panas yang dihasilkan.
Pada detonator listrik dilengkapi dua bagian kawat leg wire, ujung kedua kawat
dihubungkan dengan kawat halus bridge wire yang akan memijar setelah ada aliran
listrik. Kawat halus diselubungi oleh ramuan pembakar yang secara keseluruhan
disebut fusehead, pijar yang terbentuk pada kawat halus akan membakar fusehead.
3. Detonator Non-Electric (Nonel), dirancang untuk mengatasi kekurangan pada
detonator listrik berupa pengaruh arus liar, statis, kilat, dan air. Suatu transmisi signal
rendah gelombang kejut menuju detonator tanpa mempengaruhi bahan peledak
yang digunakan. Saat proses inisiasi dilakukan signal energi rendah bergerak
disepanjang sumbu dengan kecepatan propagasi 2000 m/s.
4. Detonator Elektronik, mempunyai sifat fleksibilitas yang luar biasa dalam pilihan
waktu inisiasi. Bersama dengan akurasi dikontrol secara elektronik, untuk
penundaan singkat pada urutan inisiasi kompleks (pengurangan gangguan dan
meningkatkan produktivitas).
Sumbu Ledak dan Penggalak Utama
Sumbu ledak berisikan bahan peledak dengan kekuatan besar dan peka, yang
dapat menghasilkan gelombang ledak berkecepatan 6,700 m/s. oleh karena itu
diperlakukan secara khusus seperti bahan peledak. Sedangkan penggalak utama
berfungsi untuk menghentakan ANFO ataupun blasting agen, primer atau booster
sendiri dihentakan oleh detonator atau sumbu ledak.

3.7 Peralatan Peledakan


Alat pendukung pada kegiatan peledakan yang dapat dimanfaatkan untuk
beberapa kali masa pakai, contohnya seperti blasting machine, shotgun, bench box, dan
base station.
1. Blasting Machine (BM), alat pemicu pada peledakan listrik atau exploder yang
merupakan sumber energi listrik menuju detonator. Umumnya cara kerja BM
didasarkan atas penyimpanan dan pengumpulan arus pada kapasitor, dilepaskan
seketika pada waktu yang dikehendaki.
25

2. Bench Box, berfungsi sebagai alat tes terhadap rangkaian detonator keseluruhan,
dapat menginisiasi peledakan ketika dihubungkan dengan konektor blok dan red
smart key pada metode local blast. Terhubung tanpa kabel dengan base station
ketika dilakukan peledakan remote firing.
3. Base Station, digunakan untuk menginisiasi peledakan saat dihubungkan dengan
bench box dengan menggunakan metode remote firing atau peledakan tanpa kabel.
Dapat diinisiasi oleh base station dengan metode copper wire link dan radio
frequency wireless link.
Peralatan peledakan merupakan perangkat pembantu peledakan untuk dipakai
berulang kali. Peralatan peledakan dibedakan menjadi peralatan langsung dengan
peralatan pendukung. Peralatan langsung yang berhubungan seperti alat pemicu
ledakan seperti listrik dan peledakan nonel, alat bantu ledak listrik seperti Blasting
Ohmmeter (BOM), pengukuran kebocoran listrik, multimeter peledakan, pelacak kilat,
pengukur kekuatan Blasting Machine (BM). Sedangkan peralatan pendukung dibagi
menjadi dua yaitu utama dan tambahan. Peralatan pendukung utama berhubungan
dengan aspek kesalamatan dan keamanan kerja seperti alat pengamanan. Alat
pendukung tambahan terfokus pada penelitian peledakan yang digunakan dan tidak
selalu pada peledakan rutin seperti pengukur getaran dan pengukur kebisingan.
Tabel 3.1
Perlengkapan & Peralatan Peledakan
Metode Peledakan Perlengkapan Peralatan

Plain Detonator Cap Crimer

Sumbu Api Korek Api


Sumbu Api
Igneter Cord
Igneter Cord Tamper
Connecor
Sumbu Ledak
Tergantung
Sumbu Ledak Detonator Relay Detonator
Yang Dipakai
Iniator

Detonator Listrik Exploder


Listrik Rheostat
Connecting Wire
Leading Wire

Detonator Non Listrik Exploder


Non Listrik Connector
Circuit Tester
Sumbu Ledak
Sumber: Bellinda Putri, 2013
26

3.8 Bahan Peledak


Bahan peledak merupakan suatu senyawa tunggal atau campuran berbentuk
padatan, cairan, atau gabungan keduanya yang jika diberi reaksi panas, benturan,
gesekan atau ledakan awal akan mengalamai suatu reaksi kimia dan menghasilkan gas
yang disertai panas dan tekanan yang sangat tinggi yang secara kimia lebih stabil.
Terdapat beberapa jenis bahan peledak yang dapat digunakan sesuai dengan lokasi
dimana peledakan dilakukan, pemilihan jenis bahan peledak secara tepat dapat
menghasilkan peledakan yang sesuai dan meminimalisir terjadi suatu kecelakaan
ataupun kerugian. Menurut J.J Marnon pada tahun 1978 jenis bahan peledak terbagi
menjadi beberapa bagian seperti bahan peledak kimia, bahan peledak nuklir dan bahan
peledak mekanis.

3.9 Geometri Peledakan


Geometri peledakan dapat diartikan sebagai ketentuan jarak, dimensi ataupun
ukuran dari setiap lubang ledak yang dibuat saat akan dilakukan peledakan pada suatu
area penambangan guna untuk memberai batuan atau bahan galian. Adapun geometri
peledakan dapat terdiri dari burden (B), spacing (S), diameter lubang tembak, hole length
(L), bench height (H), powder column (PC), stemming (T), dan subdrilling (J). Untuk
dapat memperoleh hasil pemberaian batuan sesuai dengan kriteria yang diinginkan,
maka diperlukan perencanaan peledakan berdasarkan pada perhitungan geometri.
Kajian terkait geometri peledakan dapat dibedakan berdasarkan teori C.J. Konya (1990)
dan R.L. Ash (1963).
Penentuan geometri peledakan didasarkan pada beberapa aspek yang dapat
mempengaruhi, seperti diameter lubang pengeboran, ketinggian jenjang atau kedalam
lubang bor, burden, spacing, struktur batuan terdapat dilapangan, ukuran fragmentasi
yang diinginkan, arah lemparan batuan, kestabilan lereng (jenjang), dampak terhadap
lingkungan dan penggunaan jenis bahan peledak sesuai dengan kekuatan energi yang
dihasilkan. Setiap aspek tersebut perlu dikaji dengan lebih lanjut guna dapat
menentukan geometri
27

Geometri Peledakan Menurut R.L. Ash


1. Burden (B), diartikan sebagai jarak dari suatu lubang bor terhadap free face atau
bidang bebas yang paling dekat. Secara langsung burden dapat berpengaruh
terhadap hasil fragmentasi dan efek peledakan karena berperan sebagai variabel
penting dan sangat kritis dalam desain pola peledakan. Penentuan jarak burden
yang paling optimal didasarkan pada pemilihan jenis bahan peledak dan tipe batuan
yang akan diledakan. Jarak setiap burden didasarkan pada ukuran diameter lubang
bor.

3 SGe x VOD2 3 SGrSTD


KB = Kb std x √ 2 x √
SGeSTD x VODSTD SGr

KB x de (in)
B=
12

Keterangan:
AF1 = Faktor pengali 1.
AF2 = Faktor pengali 2.
B = Burden (ft).
de = Diameter mata bor (inch).
Kb = Konstanta burden.
KBstd = Konstanta burden standar.
SGe = Specific gravity bahan peledak (gr/cc).
SGestd = Specific gravity bahan peledak standar (gr/cc).
SGr = Specific gravity batuan (gr/cc).
SGrstd = Specific gravity batuan standar (gr/cc).
VoD = Velocity of detonation (m/s).
VoDstd = Velocity of detonation standar (m/s).
Tabel 3.2
Burden Standar Menurut R.L.Ash
Rock Group
Type of Explosive Soft Medium Hard
3 3
(< 2 ton/m ) (2-2,5 ton/m ) (>2,5 ton/m3)
Low density
30 25 20
(0,7-0,9 gr/cc) and low strength
28

Rock Group
Type of Explosive Soft Medium Hard
3 3
(< 2 ton/m ) (2-2,5 ton/m ) (>2,5 ton/m3)
Medium density
35 30 25
(1,0-1,2 gr/cc) and medium strength
High density
40 35 30
(1,3-1,6 gr/cc) and high strength
Sumber: Diktat Praktikum Teknik Peledakan. 2018.
2. Spacing (S), jarak antara setiap lubang tembak dalam satu row atau baris yang
sama, dapat diukur terhadap pit wall. Jarak setiap spacing ditentukan berdasarkan
letak burden, kedalaman dari lubang pengeboran, delay yang digunakan, letak
primer, dan orientasi arah struktur batuan.
S = (1,1 – 1,4) B

3. Subdrilling (J), kedalaman atau panjang dari lubang tambahan yang melebihi
panjang lantai jenjang. Penggunaan subdrilling sangat diperlukan guna menghindari
tonjolan (toe) pada lantai jenjang akibat gelombang peledaka, kerena lantai jenjang
merupakan bagian yang paling sulit untuk diledakan, dengan menggunakan
subdrilling di bawah lantai jenjang maka gelombang peledakan pada bagian itu dapat
dihasilkan secara maksimum. Namun apabila panjang dari subdrilling digunakan
secara berlebihan maka dapat menghasilkan excessive ground vibration.

J = (0, 2 – 0,4) B

4. Stemming (T), panjang dari isian lubang pengeboran (lubang ledak) yang tidak diisi
dengan bahan peledak, namun diperuntukan sebagai bagian pengisian material
penutup atau penyumbat seperti cutting. Secara spesifik stemming difungsikan untuk
dapat mengontrol air blast dan flying rock dengan cara mengurung gas yang
ditimbulkan dari proses peledakan. Panjang stemming dapat mempengaruhi
terhadap hasil fragmentasi, stemming yang terlalu panjang mengakibatkan
terbentuknya bongkah karena energi ledak tidak mampu menghancurkan batuan,
bila terlalu pendek dapat mengakibatkan batuan terbang karena batuan yang
dihancurkan terlalu kecil.
T = (0,7 – 1) B
29

Geometri Peledakan Menurut C.J. Konya


1. Burden (B)
3 SGe
B = 3,15 de √
SGr

Keterangan:
B = Burden (ft)
de = Diameter Lubang Tembak (inch)
Sge = Specific Gravity Bahan Peledak (0.8 – 1.6 gr/cc)
SGr = Specific Gravity Batuan Yang Diledakkan (2.2 – 3.2 gr/cc)
2. Spacing (S)
a. Instantaneous Single Row Blas Holes

L+2B
S=
3

Keterangan: L < 4B (L = Tinggi Jenjang)

S=2B

Keterangan: L > 4B (L = Tinggi Jenjang)


b. Sequanced Single Row Blas Hole

L+7B
S=
8

Keterangan: L < 4B (L = Tinggi Jenjang)

S = 1,4 B

Keterangan: L > 4B (L = Tinggi Jenjang)


3. Subdrilling (J)
J = Kj x B

4. Stemming (T)
a. Batuan Masive
T=B

b. Batuan Berlapis
T = 0,7 B
30

3.10 Powder Factor


Powder Factor merupakan suatu hubungan matematis yang menyatakan
hubungan antara bahan peledak dengan jumlah batuan yang akan diledakkan. Ada 4
cara dalam menyatakan Powder Factor ini di antaranya adalah sebagai berikut:
1. Massa bahan peledak per satuan volume (kg/BCM).
2. Massa bahan peledak per massa batuan yang akan diledakkan (kg/ton).
3. Volume batuan per massa bahan peledak (BCM/kg).
4. Massa batuan per massa bahan peledak (ton/kg).
Powder Factor ini selanjutnya akan digunakan dalam pemerkiraan konsumsi
bahan peledak yang akan digunakan dalam menghancurkan suatu material. Dalam
penentuan Powder Factor ini terdapat persamaan yang harus ditentukan:
1. Powder Charge (Panjang Kolom Isian)
PC = L - T
Keterangan:
L = Hole Length (m)
T = Stemming (m)
2. Loading Density (LD)
LD = 0.508 x (De2) x SGe
Keterangan:
LD = Loading density (kg/m)
De = Diameter lubang ledak (inch)
SGe = Berat jenis bahan peledak (g/cc)
3. Berat Bahan Peledak (W)
W = LD x PC
Keterangan:
W = Berat bahan peledak (kg)
LD = Loading density (kg/m)
PC = Powder Charge (m)
4. Powder Factor
W
PF =
BxSxL
Keterangan:
PF = Powder Factor (kg/BCM)
31

W = Berat Bahan Peledak (kg)


B = Burden (m)
S = Spasi (m)
L = Hole Length (m)
3.11 Fragmentasi Hasil Peledakan
Fragmentasi adalah istilah yang biasanya digunakan dalam menunjukan ukuran
setiap bongkahan batuan ketika telah dilakukan kegiatan peledakan. Ukuran
fragmentasi yang diinginkan tergantung pada proses lanjutan setelah kegiatan
peledakan tersebut. Contohnya apabila fragmentasi akan digunakan sebagai
penghalang di tepi jalan tambang maka akan memerlukan fragmentasi batuan yang
berukuran boulder, tetapi biasanya fragmentasi yang diinginkan adalah fragmentasi
yang berukuran relatif kecil agar lebih mudah dalam proses pengolahan lebih lanjut.
Ukuran Fragmentasi
Secara umum fragmentasi hasil kegiatan peledakan dapat dikelompokan
menjadi tiga bagian, yaitu:
1. Oversize, merupakan batuan yang memiliki ukuran relatif besar (di atas standar yang
telah ditetapkan) biasanya disebut boulder yang harus memerlukan pemecahan
sekunder sebeleum dapat diproses.
2. Fine, merupakan ukuran fragmentasi batuan yang sangat halus sehingga sulit
diperlakukan secara mekanis, diproses secara kimia dengan floatasi.
3. Medium, merupakan ukuran fragmentasi yang signifikan, tetapi tidak terlalu penting
sebagai syarat pengolahan tetap bernilai ekonomis.

Model Prediksi (Perkiraan) Ukuran Fragmentasi


Tingkat fragmentasi batuan dapat diperoleh dari percobaan di lapangan dengan
melakukan evaluasi perubahan variable peledakan, seperti sifat-sifat batuan, pola
peledakan dan jumlah isian bahan peledak. Rancangan model yang sering digunakan
para praktisi adalah model Kuz-Ram Kuznetsov (1973). Kuznetsov merumuskan hasil
penelitiannya ke dalam suatu persamaan:
Vo 0.8
X=A( ) . Q1/6
q

Keterangan:
X = Rata-rata Ukuran Fragmentasi (cm)
A = Faktor Batuan
32

1 : Lunak
7 : Agak Lunak
10 : Keras Dengan Banyak Rekahan
13 : Keras, Sedikit Rekahan
Vo = Volume Batuan (BCM)
Q = Jumlah Bahan Peledak (kg)
Selanjutnya Cunningham (1987) melakukan perubahan dalam persamaan diatas
untuk bahan peledak ANFO, menjadi berikut:
115 19/30
Xm = A (PF)-0.8.Qe1/6 ( E
)

Keterangan:
Xm = Ukuran Rata-rata Fragmentasi (cm)
A = Faktor Batuan
Qe = Massa Bahan Peledak
PF = Powder Factor (kg/BCM)
E = Relative Weight Stregth (RWS) Bahan Peledak
ANFO = 110
TNT = 115
Dalam menentukan nilai parameter-parameter yang terdapat dari kedua persamaan
tersebut, dapat dilihat pada Tabel 3.2.
Tabel 3.3
Pembobotan Massa Batuan untuk Peledakan
No Parameter Pembobotan
1 Rock mass description (RMD)
1.1 Powder/friable 10
1.2 Blocky 20
1.3 Totally massive 50
2 Joint plane spacing (JPS)
2.1 Close (spasi < 0,1 m) 10
2.2 Intermediate (spasi 0,1 – 1 m) 20
2.3 Wide (spasi > 1 m) 50
3 Joint plane orientation (JPO)
3.1 Horizontal 10
3.2 Dip out of face 20
3.3 Strike normal to face 30
33

No Parameter Pembobotan
3.4 Dip into face 40
4 Specific grafity influence (SGI) SGI = 25 x SG – 50
5 Hardness (H) 1 – 10
Sumber: Diktat Praktikum Teknik Peledakan. 2018

Perhitungan Fragmentasi Hasil Peledakan di Lapangan


Adapun persamaan yang dapat digunakan untuk menentukan ukuran
fragmentasi di lapangan:

Vt = nrit x np x Hmt x FFm x SF

VT = ( B x S x L ) x nl

Vt
%F = x 100%
VT

Keterangan:
Vt = Volume Terangkut (BCM)
VT = Volume Total (BCM)
%F = Persen Fragmentasi (%)
nrit = Banyak Ritase Alat Angkut
np = Jumlah Pemuatan
Hmt = Kapasitas Alat Muat Teoritis (LCM)
FFm = Fill Factor Alat Muat (%)
nl = Jumlah Lubang Ledak
B = Burden (m)
S = Spacing (m)
L = Length of Bench (m)
SF = Swell Factor (%)
BAB IV
KEGIATAN LAPANGAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Kegiatan Lapangan


Kegiatan lapangan Kerja Praktik di PT Dirgabhakti Giripersada Kecamatan
Batujajar Kabupaten Bandung Barat Provinsi Jawa Barat dimulai dari tanggal 01
September 2019 sampai 30 September 2019. Kegiatan Kerja Praktik ini terbagi dalam
dua kegiatan lapangan yakni kegiatan pengeboran dan kegiatan peledakan.
Tabel 4.1
Waktu Kerja PT Dirgabhakti Giripersada
Waktu Produktif
Hari Kegiatan Waktu (WIB) Jam
(Jam/hari)
Kerja 07.00 -12.00 5
Senin-Kamis Istirahat 12.00 -13.00 1 7
Kerja 13.00 -15.00 2
Kerja 07.00 -11.00 4
Jumat Istirahat 11.00 -13.00 2 6
Kerja 13.00 -15.00 2
Sabtu Kerja 07.00 -12.00 5 5

Kegiatan Pengeboran
Kegiatan pengeboran dilakukan untuk mendapatkan lubang ledak yang nantinya
akan diisi dengan bahan peledak. Kegiatan pengeboran dilakukan dengan 3 alat bor
Sandvik TY-24 Hand Drill. Tiap alat tersebut memiliki 4 batang bor yang memiliki
panjang 0,8 m; 1,6 m; 2,4 m; dan 3,2 m dengan diamater batang bor 2,36 inchi.

Foto 4.1
Alat Bor Sandvik TY-24 Hand Drill dan Batang Bor

34
35

Alat bor ini merupakan tipe pneumatic drill dengan portable air compressor.
Kompresor yang digunakan adalah ini jenis Air Man PDS-390s tipe ini merupakan
portable series dengan kemampuan menekan udara 18,5 m3/menit, operasi tekanan
sebesar 0,70 MPa, dengan tangki bahan bakar sebesar 50 gal, serta dimensi alat
dengan panjang 3.65 m, lebar 1.68 m, dan tinggi 2,12 m.

Foto 4.2
Kompresor Air Man PDS 390s

Pola pengeboran yang diterapkan adalah rectangular staggered pattern (pola


zig-zag persegi panjang) dengan panjang burden dan spacing rencana adalah 1,8 m x
1,8 m dengan jumlah lubang ledak berkisar antara 32-78 lubang ledak. Kecepatan
pengeboran rata-rata adalah 0,32 m/menit dengan rata-rata kedalaman aktual 2,76 m.
Penerapan pola pengeboran yang tergolong renggang ini bertujuan untuk
mengoptimalkan distribusi energi yang dihasilkan dari kegiatan peledakan.

Gambar 4.1
Diagram Alir Kegiatan Pengeboran
36

Kegiatan Peledakan
Kegiatan peledakan di PT Dirgabhakti Giripersada dilaksanakan setiap hari
Selasa, Kamis, dan Sabtu. Eksekusi peledakan dilakukan pada pukul 10.00 – 13.00 WIB.
Pola peledakan yang digunakan umumnya adalah pola corner cut. Adapun peralatan
yang digunakan untuk menunjang kegiatan peledakan antara lain blasting machine
Kobla BM200D, ohm meter Kobla XR III dan tongkat bantu. Sementara perlengkapan
peledakan yang digunakan antara lain detonator listrik Supreme dengan delay 17 dan
25 ms, leg wire Supreme, cartridge Super Power 90, dan Bahan peledak MNK ANFO.

Gambar 4.2
Diagram Alir Kegiatan Peledakan

4.2 Pembahasan
Pengeboran
Untuk mengetahui produktivitas pengeboran, data-data yang diperlukan yaitu
cycle time pengeboran, drill rate pengeboran, efesiensi kerja pengeboran, volume
ekuivalen pengeboran, dan waktu efektif pengeboran. Cycle time pengeboran tersebut
didapatkan dari hasil pengamatan langsung di lapangan. Berikut merupakan contoh data
cycle time dan perhitungan drill rate pengeboran lubang ledak pada alat 1, 2, dan 3 yang
dapat dilihat pada Tabel 4.2. Adapun efesiensi kerja pengeboran tiap alat dapat dilihat
pada Tabel 4.3, Tabel 4.4, dan Tabel 4.5.
Tabel 4.2
Cycle Time & Drill Rate (25 September 2019)
Waktu Pengeboran (Detik)

Kedalaman (m)
Cycle Time Drill Rate (m/menit)
Batang 1 (0,8 m) Batang 2 (1,6 m) Batang 3 (2,4 m) Batang 4 (3,2 m)

No Lubang
No Alat

Pergantian

Pergantian

Pergantian

Pergantian

Perlubang
Penetrasi

Penetrasi

Penetrasi

Penetrasi

Rata-rata
Menit
Detik
1 70,77 13,01 124,21 29,47 120,22 19,93 138,02 32,56 548,18 9,14 2,75 0,30
2 133,73 14,96 131,49 7,22 83,85 20,20 76,32 21,44 489,20 8,15 2,86 0,35
3 138,34 12,00 102,64 29,10 75,83 20,99 135,44 25,77 540,12 9,00 2,52 0,28
4 130,61 30,08 97,95 13,65 141,58 18,58 77,69 14,62 524,76 8,75 2,58 0,29
5 107,25 31,65 121,91 12,73 97,07 17,24 177,37 16,61 581,83 9,70 2,97 0,31
6 125,44 10,26 89,18 24,76 123,29 22,25 126,86 17,95 540,00 9,00 2,60 0,29
1 7 151,46 15,43 109,70 9,16 146,20 29,14 84,72 32,99 578,80 9,65 2,84 0,29 0,297
8 89,61 14,91 86,23 29,59 113,78 27,84 139,66 21,05 522,65 8,71 2,67 0,31
9 84,08 32,61 121,18 8,41 101,79 10,26 184,43 33,06 575,82 9,60 2,55 0,27
10 88,20 18,53 87,05 15,25 134,54 33,23 122,36 22,68 521,84 8,70 2,58 0,30
11 149,20 13,57 78,35 28,36 175,72 26,29 116,56 27,23 615,28 10,25 2,73 0,27
12 81,34 24,58 102,84 19,55 101,04 7,88 112,78 31,47 481,49 8,02 2,55 0,32
13 87,27 7,29 102,30 17,26 181,05 31,08 97,59 28,81 552,65 9,21 2,66 0,29
14 99,36 23,68 84,28 25,81 96,39 15,39 129,74 21,45 496,10 8,27 2,69 0,33
15 106,34 30,10 86,09 20,72 132,02 10,40 88,99 27,87 502,53 8,38 2,80 0,33
16 77,05 16,40 150,58 29,83 120,39 29,31 89,68 30,28 543,52 9,06 2,65 0,29
2 0,334
17 107,18 27,73 82,22 11,85 102,13 27,19 108,30 21,56 488,15 8,14 2,62 0,32
18 76,34 8,10 135,07 16,12 128,27 26,05 73,54 8,13 471,62 7,86 2,79 0,35
19 73,61 13,76 114,03 13,53 138,63 14,73 77,29 17,21 462,79 7,71 2,55 0,33

37
Waktu Pengeboran (Detik)

Kedalaman (m)
Cycle Time Drill Rate (m/menit)
Batang 1 (0,8 m) Batang 2 (1,6 m) Batang 3 (2,4 m) Batang 4 (3,2 m)

No Lubang
No Alat

Pergantian

Pergantian

Pergantian

Pergantian

Perlubang
Penetrasi

Penetrasi

Penetrasi

Penetrasi

Rata-rata
Menit
Detik
20 97,13 28,48 115,79 19,22 108,31 11,92 92,04 29,34 502,23 8,37 2,98 0,36
21 77,64 17,39 135,21 10,78 102,82 22,38 81,81 8,70 456,72 7,61 3,00 0,39
22 74,58 27,62 73,23 24,84 135,22 10,00 125,42 29,99 500,91 8,35 2,89 0,35
23 124,32 29,74 110,13 17,28 92,92 30,29 85,24 25,88 515,81 8,60 2,69 0,31
24 95,17 31,04 138,73 19,05 131,51 32,34 124,98 9,94 582,75 9,71 2,61 0,27
25 84,72 24,94 128,36 18,03 75,41 10,07 125,61 14,40 481,54 8,03 2,70 0,34
26 93,33 28,17 110,56 23,90 144,88 24,81 102,43 12,57 540,65 9,01 2,97 0,33
27 109,54 15,64 66,96 12,82 77,25 31,73 86,29 22,84 423,06 7,05 2,64 0,37
28 103,26 9,11 132,72 19,68 79,97 10,72 70,72 25,48 451,67 7,53 2,72 0,36
29 74,36 9,45 115,90 22,48 107,17 13,24 90,10 32,14 464,84 7,75 2,75 0,35
30 96,55 25,10 95,50 20,09 126,63 9,37 82,20 33,84 489,29 8,15 2,65 0,32
31 82,21 27,99 114,99 16,12 99,89 23,35 141,44 24,12 530,11 8,84 2,98 0,34
32 79,52 19,45 71,25 18,17 128,51 23,68 145,83 23,62 510,03 8,50 2,88 0,34
33 78,33 21,57 121,75 10,60 79,55 28,00 121,55 22,99 484,34 8,07 2,70 0,33
3 34 130,56 31,52 142,73 18,46 127,57 17,09 116,33 16,84 601,11 10,02 2,56 0,26 0,323
35 124,00 12,36 129,92 15,59 109,93 17,84 105,32 24,49 539,46 8,99 2,55 0,28
36 114,93 28,70 84,60 31,92 75,10 14,13 71,52 19,24 440,12 7,34 2,52 0,34
37 83,72 29,37 81,66 20,90 107,44 26,17 81,50 29,23 460,00 7,67 2,69 0,35
38 100,25 14,63 70,57 23,69 97,40 30,62 145,01 23,06 505,23 8,42 2,68 0,32
39 122,54 31,07 88,79 17,69 105,41 15,52 127,58 18,26 526,85 8,78 2,70 0,31
40 125,56 25,88 93,66 15,23 93,01 10,15 144,62 33,83 541,93 9,03 2,58 0,29

38
Tabel 4.3
Perhitungan Efesiensi Kerja Alat Pengeboran 1
Waktu Standby (menit)

Waktu Repair (menit)

Waktu Efektif (menit)

Effesiensi Kerja (%)


Waktu Produktif

Pulang Lebih Awal


Terlambat Awal

Istirahat Lebih
Perjalanan Ke
(menit)

Lokasi

Awal
Shift
No Tanggal

1 02-09-19 420 16,04 8,29 22,74 247,00 13,66 112,27 26,73


2 04-09-19 420 25,83 9,21 26,55 100,89 26,08 231,43 55,10
3 06-09-19 360 28,83 8,91 35,89 88,92 18,88 178,58 49,60
4 09-09-19 420 25,44 9,41 21,99 150,66 11,63 200,87 47,83
5 11-09-19 420 16,58 8,27 21,72 240,80 17,06 115,57 27,52
6 13-09-19 360 27,39 10,54 18,83 114,53 22,15 166,56 46,27
7 16-09-19 420 15,82 8,20 30,62 91,01 27,67 246,67 58,73
8 18-09-19 420 20,91 10,37 18,54 149,16 21,11 199,92 47,60
9 20-09-19 360 20,50 8,38 23,07 64,92 23,31 219,83 61,06
10 23-09-19 420 26,17 8,62 25,40 166,37 11,16 182,28 43,40
11 25-09-19 420 12,05 10,62 32,58 223,89 12,72 128,13 30,51
12 27-09-19 360 26,27 8,99 36,55 198,74 16,97 72,48 20,13
13 30-09-19 420 25,91 9,94 21,41 234,97 25,17 102,59 24,43
Rata-Rata 22,13 9,21 25,84 159,37 19,04 165,94 41,45

39
Tabel 4.4
Perhitungan Efesiensi Kerja Alat Pengeboran 2
Waktu Standby (menit)

Waktu Repair (menit)

Waktu Efektif (menit)

Effesiensi Kerja (%)


Perjalanan Ke Lokasi
Terlambat Awal Shift
Waktu Produktif

Pulang Lebih Awal


Istirahat Lebih
(menit)
No Tanggal

Awal
1 02-09-19 420 28,33 9,34 22,22 219,14 17,13 123,85 29,49
2 04-09-19 420 25,80 8,32 27,40 95,01 20,24 243,24 57,91
3 06-09-19 360 14,69 8,79 21,45 113,75 11,82 189,51 52,64
4 09-09-19 420 21,78 10,48 19,74 153,47 14,04 200,50 47,74
5 11-09-19 420 17,16 9,54 38,47 223,37 23,08 108,36 25,80
6 13-09-19 360 28,86 9,49 24,79 110,23 19,08 167,55 46,54
7 16-09-19 420 14,25 10,93 24,35 99,88 19,96 250,63 59,67
8 18-09-19 420 16,83 8,14 16,69 161,88 16,84 199,61 47,53
9 20-09-19 360 28,22 8,21 24,19 49,61 18,10 231,68 64,36
10 23-09-19 420 24,40 9,90 37,92 147,52 15,90 184,37 43,90
11 25-09-19 420 29,68 9,04 39,58 180,98 19,75 140,97 33,56
12 27-09-19 360 20,82 10,66 32,72 171,60 23,18 101,01 28,06
13 30-09-19 420 29,58 10,81 29,65 211,80 22,52 115,63 27,53
Rata-Rata 23,11 9,51 27,63 149,10 18,59 173,61 43,44

40
Tabel 4.5
Perhitungan Efesiensi Kerja Alat Pengeboran 3
Waktu Standby (menit)

Waktu Repair (menit)

Waktu Efektif (menit)

Effesiensi Kerja (%)


Waktu Produktif

Pulang Lebih Awal


Terlambat Awal

Istirahat Lebih
Perjalanan Ke
(menit)

Lokasi
Shift
No Tanggal

Awal
1 02-09-19 420 13,32 9,74 13,27 233,74 12,91 137,03 32,63
2 04-09-19 420 23,64 10,31 11,53 95,09 20,67 258,76 61,61
3 06-09-19 360 25,64 8,31 8,27 97,64 16,50 203,64 56,57
4 09-09-19 420 15,45 9,01 14,25 158,13 18,92 204,25 48,63
5 11-09-19 420 29,46 10,99 17,71 243,93 8,01 109,90 26,17
6 13-09-19 360 29,05 8,16 15,97 127,98 12,76 166,08 46,13
7 16-09-19 420 13,35 8,45 9,44 111,42 16,70 260,64 62,06
8 18-09-19 420 21,22 8,89 15,66 159,88 10,91 203,44 48,44
9 20-09-19 360 27,77 8,52 13,72 48,66 21,72 239,60 66,56
10 23-09-19 420 16,06 9,66 14,83 185,01 13,92 180,52 42,98
11 25-09-19 420 10,03 9,22 12,68 211,91 21,01 155,15 36,94
12 27-09-19 360 9,93 10,06 14,92 208,57 12,48 104,05 28,90
13 30-09-19 420 24,97 10,85 11,26 234,94 11,75 126,23 30,06
Rata-Rata 19,99 9,40 13,35 162,84 15,25 180,72 45,21

41
42

Dalam perhitungan ini akan digunakan contoh data pada Alat 1 tanggal 25
September 2019. Untuk perhitungan kecepatan pengeboran (drill rate) diperlukan data
kedalaman lubang dan cycle time pengeboran. Berikut merupakan contoh perhitungan
untuk menentukan nilai drill rate setelah data kedalaman dan cycle time pengeboran tiap
lubang dirata-ratakan:
L
DR =
CTr
2,71 m
=
8,45 menit
= 0,297 m/menit
Untuk mengetahui nilai efisiensi alat bor diperlukan data waktu efektif, waktu
repair yang merupakan waktu perbaikan alat, dan waktu standby yang merupakan
akumulasi waktu terlambat awal shift, perjalanan ke lokasi, istirahat lebih awal, dan
pulang lebih awal. Adapun contoh perhitungan efisiensi alat bor adalah sebagai berikut:
We
Efisiensi = x100%
We+R+S
128,13 menit
= x100%
128,13 menit + 12,72 menit + 279,14 menit
= 30,51%
Selanjutnya dilakukan perhitungan volume ekuivalen yang merupakan volume
yang terbongkar (BCM) dari setiap kegiatan peledakan permeter dari kedalaman lubang
ledak. Volume ekuivalen dapat dihitung dengan mengetahui data-data geometri
peledakan yang didapatkan langsung di lapangan. Volume ekuivalen yang didapatkan
adalah 2,68 BCM/m. Berikut merupakan contoh perhitungan volume ekuivalen, yaitu:
BXSXL
Veq =
L
1,63 m X 1,65 m X 2,71 m
=
2,71 m
= 2,68 BCM/m
Untuk mengetahui nilai produktivitas alat bor, diperlukan nilai dari perhitungan
data-data diatas untuk selanjutnya memperhitungkan nilai produktivitas alat bor. Berikut
merupakan contoh perhitungan produktivitas alat bor, yaitu:
P = Efisiensi (%) X Drill Rate X Veq X 60 menit/jam
= 30,51% x 0,297 m/menit x 2,68 BCM/m x 60 menit
= 31,08 BCM/menit/Alat
Tabel 4.6
Perhitungan Produktivitas Alat 1
Effesiensi Drill Rate Waktu Efektif Produktivitas
No Tanggal Veq (BCM/m)
Kerja (%) (m/menit) (jam/hari) (BCM/hari/alat)
1 02-09-19 26,73 2,65 0,314 1,87 24,97
2 04-09-19 55,10 2,68 0,297 3,86 101,38
3 06-09-19 49,60 2,87 0,288 2,98 73,21
4 09-09-19 47,83 2,67 0,297 3,35 76,39
5 11-09-19 27,52 2,72 0,275 1,93 23,77
6 13-09-19 46,27 2,70 0,277 2,78 57,65
7 16-09-19 58,73 2,87 0,323 4,11 134,33
8 18-09-19 47,60 2,80 0,298 3,33 79,51
9 20-09-19 61,06 3,07 0,319 3,66 131,73
10 23-09-19 43,40 2,72 0,316 3,04 68,15
11 25-09-19 30,51 2,68 0,297 2,14 31,08
12 27-09-19 20,13 2,92 0,303 1,21 12,94
13 30-09-19 24,43 2,86 0,288 1,71 20,61
Rata-Rata 41,45 2,79 0,299 2,77 64,28

43
Tabel 4.7
Perhitungan Produktivitas Alat 2
Drill Rate Waktu Efektif Produktivitas
No Tanggal Effesiensi Kerja (%) Veq (BCM/m)
(m/menit) (jam/hari) (BCM/hari/alat)
1 02-09-19 29,49 2,65 0,299 2,06 28,94
2 04-09-19 57,91 2,68 0,330 4,05 124,54
3 06-09-19 52,64 2,87 0,331 3,16 94,66
4 09-09-19 47,74 2,67 0,326 3,34 83,32
5 11-09-19 25,80 2,72 0,298 1,81 22,66
6 13-09-19 46,54 2,70 0,297 2,79 62,69
7 16-09-19 59,67 2,87 0,315 4,18 135,17
8 18-09-19 47,53 2,80 0,317 3,33 84,10
9 20-09-19 64,36 3,07 0,324 3,86 145,95
10 23-09-19 43,90 2,72 0,319 3,07 65,37
11 25-09-19 33,56 2,68 0,297 2,35 37,62
12 27-09-19 28,06 2,92 0,331 1,68 27,41
13 30-09-19 27,53 2,86 0,294 1,93 26,75
Rata-Rata 43,44 2,79 0,313 2,89 72,25

44
Tabel 4.8
Perhitungan Produktivitas Alat 3
Drill Rate Waktu Efektif Produktivitas
No Tanggal Effesiensi Kerja (%) Veq (BCM/m)
(m/menit) (jam/hari) (BCM/hari/alat)
1 02-09-19 32,63 2,65 0,303 2,06 32,43
2 04-09-19 61,61 2,68 0,319 4,05 127,98
3 06-09-19 56,57 2,87 0,309 3,16 95,07
4 09-09-19 48,63 2,67 0,330 3,34 86,18
5 11-09-19 26,17 2,72 0,325 1,81 25,08
6 13-09-19 46,13 2,70 0,319 2,79 66,65
7 16-09-19 62,06 2,87 0,311 4,18 139,08
8 18-09-19 48,44 2,80 0,341 3,33 92,29
9 20-09-19 66,56 3,07 0,336 3,86 145,52
10 23-09-19 42,98 2,72 0,307 3,07 69,62
11 25-09-19 36,94 2,68 0,323 2,35 45,04
12 27-09-19 28,90 2,92 0,317 1,68 27,08
13 30-09-19 30,06 2,86 0,330 1,93 32,83
Rata-Rata 45,21 2,79 0,321 2,89 75,76

45
46

Geometri Peledakan Aktual


Dalam perancangan yang telah dirancang dan diterapkan, desain geometri
peledakan dipengaruhi oleh target volume yang harus masuk kedalam crusher. Adapun
geometri peledakan rencana PT Dirgabhakti Giripersada secara ketetapan memiliki
ukuran burden dan spacing adalah 1,8 m x 1,8 m dengan kedalaman 3 meter.
Tabel 4.9
Geometri Peledakan Aktual
Geometri
Jumlah Lubang

Powder Factor
Density (kg/m)

Volume (BCM)
Stemming (m)

Berat Handak
Hole Length
Spacing (m)

Column (m)
Burden (m)

(kg/BCM)
Loading
Powder
No Tanggal

(Kg)
(m)

1 03-09-19 37 1,65 1,61 2,74 1,17 1,65 269,41 45 0,17


2 05-09-19 77 1,62 1,65 2,76 1,15 1,61 570,07 110 0,19
3 07-09-19 57 1,70 1,68 2,81 1,18 1,63 459,04 85 0,19
4 10-09-19 65 1,63 1,64 2,72 1,17 1,55 472,41 65 0,14
5 12-09-19 31 1,67 1,62 2,76 1,19 1,56 231,08 30 0,13
6 14-09-19 49 1,65 1,68 2,74 1,16 1,57 373,19 65 0,17
2,21
7 17-09-19 78 1,68 1,71 2,75 1,16 1,59 616,69 115 0,19
8 19-09-19 60 1,66 1,69 2,82 1,14 1,67 472,73 75 0,16
9 21-09-19 75 1,77 1,74 2,76 1,21 1,56 637,78 90 0,14
10 24-09-19 55 1,64 1,65 2,77 1,17 1,61 414,61 65 0,16
11 26-09-19 40 1,63 1,64 2,71 1,15 1,56 289,23 43 0,15
12 28-09-19 32 1,66 1,77 2,78 1,14 1,64 260,74 35 0,13
Rata-rata 1,66 1,68 2,76 1,17 1,60 2,21 422,25 68,58 0,16

Geometri Peledakan Teoritis (R.L. Ash)


Berikut ini merupakan perhitungan geometri peledakan teoritis dengan
menggunakan pendekatan menurut R.L Ash:
1. Burden
Dalam menentukan nilai burden menurut R.L. Ash diperlukan beberapa data seperti
mencari nilai KB, AF1, dan AF2. Parameter nillai KB didapatkan dari daftar nilai burden
standar pada Tabel 3.1. Dari korelasi antara jenis bahan peledak (ANFO) yang
memiliki density sebesar 0,84 gr/cc dengan density batuan andesit 2,58 ton/BCM
didapatkan nilai KB 20. Persamaan yang digunakan untuk mengetahui nilai burden
teoritis menurut R.L. Ash adalah dengan menggunakan persamaan:
47

3 SGe x VOD2 3 SGrSTD


KB = Kb std x √ 2 x √
SGeSTD x VODSTD SGr

Berikut merupakan contoh perhitungan nilai KB menggunakan persamaan menurut


R.L. Ash:

3 SGe x VOD2 3 SGrSTD


KB = Kb std x √ 2 x √
SGeSTD x VODSTD SGr

3 0,78 gr/cc x 10826,772 3 2,58


= 20 x √ 2 x √2,60
0,85 gr/cc x 10625

= 19,96
Sehingga dari hasil tersebut dapat menentukan nilai burden dengan menggunakan
persamaan:

KB x de (in)
B= x 0,3048
12

Berikut merupakan contoh perhitungan nilai burden menggunakan persamaan


menurut R.L. Ash:
KB x de (inch)
B = x 0,3048
12
19,96 x 2,36 inch
= x 0,3048
12
= 1,20 m
2. Spasi
Dalam menentukan nilai spasi teoritis menurut R.L. Ash diperlukan beberapa
parameter seperti KSkor. Dalam menentukan nilai KSkor, perlu diketahui terlebih dahulu
nilai KSstd. Nilai KSstd tersebut didapatkan dari range nilai antara 1,1 – 1,4. Nilai range
yang digunakan dalam perhitungan spasi ini adalah 1,2. Persamaan yang digunakan
untuk mengetahui nilai spasi teoritis menurut R.L. Ash adalah dengan menggunakan
persamaan:

S = KSkor x B
S = KSkor x B
= 1,2 x 1,20 m
= 1,44 m
48

3. Stemming
Dalam menentukan nilai stemming teoritis menurut R.L. Ash perlu memperhatikan
parameter yaitu Kt.kor. Nilai Kt.std tersebut didapatkan dari range nilai antara 0,7 – 1,0.
Nilai range yang digunakan dalam perhitungan nilai stemming ini adalah nilai
tertinggi yaitu 1,0 karena batu andesit adalah batuan yang masif. Persamaan yang
digunakan untuk mengetahui nilai stemming teoritis menurut R.L. Ash adalah dengan
menggunakan persamaan:

T = Ktkor x B

Berikut merupakan contoh perhitungan nilai stemming menggunakan persamaan


menurut R.L. Ash:
T = Ktkor x B
= 1,0 x 1,20 m
= 1,20 m
4. Powder Column
Powder column merupakan panjang dari isian bahan peledak. Persamaan yang
digunakan untuk mengetahui nilai powder column teoritis menurut R.L. Ash adalah
dengan menggunakan persamaan:

PC = L – T

Berikut contoh perhitungan nilai powder column teoritis menggunakan persamaan


menurut R.L. Ash:
PC = L – T
= 3,48 m – 1,20 m
= 2,28 m
5. Volume
Untuk mengetahui nilai volume, diperlukan data berupa nilai burden, spasi, dan tinggi
jenjang. Persamaan yang digunakan untuk mengetahui nilai volume teoritis menurut
R.L. Ash adalah dengan menggunakan persamaan:

V=BxSxH

Berikut contoh perhitungan nilai volume teoritis menggunakan persamaan menurut


R.L. Ash:
49

V =BxSxH
= 1,20 m x 1,44 m x 3 m
= 5,15 BCM
6. Loading Density (LD)
Dalam menentukan loading density diperlukan data-data berupa diameter lubang
ledak, dan densitas bahan peledak berupa ANFO. Persamaan yang digunakan untuk
mengetahui nilai loading density teoritis menurut R.L. Ash adalah dengan
menggunakan persamaan:

LD= 0,508 x de2 x ρ

Berikut contoh perhitungan nilai loading density teoritis menggunakan persamaan


menurut R.L. Ash:
LD = 0,508 x de2 x ρ
= 0,508 x 2,36 inch2 x 0,78 gr/cc
= 2,21 kg/m
7. Berat Bahan Peledak (W)
Penentuan berat bahan peledak akan menunjukkan berapa berat bahan peledak
yang digunakan dalam satu lubang ledak. Persamaan yang digunakan untuk
mengetahui nilai berat bahan peledak teoritis menurut R.L. Ash adalah dengan
menggunakan persamaan:

W = PC x LD

Berikut merupakan contoh perhitungan nilai berat bahan peledak teoritis


menggunakan persamaan menurut R.L. Ash:
W = PC X LD
= 2,28 m x 2,21kg/m
= 5,04 kg
8. Powder Factor (PF)
Powder factor merupakan perbandingan jumlah bahan peledak dengan jumlah atau
volume batuan yang akan diledakkan. Persamaan yang digunakan untuk
mengetahui nilai powder factor teoritis menurut R.L. Ash adalah dengan
menggunakan persamaan:
50

W
PF =
V

Berikut merupakan contoh perhitungan nilai powder factor teoritis menggunakan


persamaan menurut R.L. Ash:
W
PF =
V
5,04 kg
=
5,15 BCM
= 0,98 kg/BCM

Geometri Peledakan Teoritis (C.J. Konya)


Berikut ini merupakan perhitungan geometri peledakan teoritis dengan
menggunakan pendekatan menurut R.L Ash:
1. Burden
Menurut C.J. Konya diperlukan data berupa diameter lubang ledak, densitas bahan
peledak, dan densitas batuan untuk menentukan burden. Diameter lubang ledak
adalah sebesar 2,36 inch dan densitas bahan peledak berupa ANFO adalah sebesar
0,78 gr/cc, serta densitas batu andesit 2,58 gr/cc. Persamaan yang digunakan:

3 SGe
B = 3.15 de √
SGr

Berikut merupakan contoh perhitungan nilai burden menggunakan persamaan


menurut C.J. Konya:

3 SGe
B = 3.15 de √
SGr

3 0,78 gr/cc
= 3,15 x 2,36 inch √2,58 gr/cc

= 1,52 m
2. Spasi
Dalam menentukan nilai spasi diperlukan data perbandingan panjang burden
dengan tinggi jenjang, dan delay yang digunakan dalam peledakan. Tinggi jenjang
yang ditetapkan adalah 3 m dimana lebih kecil dari 4 kali burden, dan delay yang
51

digunakan adalah 17 – 25 ms. Persamaan yang digunakan untuk mengetahui nilai


spasi teoritis menurut C.J. Konya adalah dengan menggunakan persamaan:

L+7B
S=
8

Berikut merupakan contoh perhitungan nilai spasi teoritis menggunakan persamaan


menurut C.J. Konya:
L+7B
S=
8
3 m +7(1,52 m)
=
8
= 1,71 m
3. Stemming
Dalam menentukan nilai stemming teoritis perlu memperhatikan jenis litologi. Batu
andesit merupakan salah satu batuan masif. Persamaan yang digunakan untuk
mengetahui nilai stemming teoritis menurut C.J. Konya adalah dengan
menggunakan persamaan:

T = B (Batuan Masif)

Berikut merupakan contoh perhitungan nilai stemming teoritis menggunakan


persamaan menurut C.J. Konya:
T =B
= 1,52 m
4. Powder Column
Powder column merupakan panjang dari isian bahan peledak. Persamaan yang
digunakan untuk mengetahui nilai powder column teoritis menurut C.J. Konya adalah
dengan menggunakan persamaan:

PC = L – T

Berikut merupakan contoh perhitungan nilai powder column teoritis menggunakan


persamaan menurut C.J. Konya:
PC = L – T
= 3,61 m – 1,52 m
= 12,09 m
52

5. Volume
Untuk mengetahui nilai volume, diperlukan data berupa nilai burden, spasi, dan tinggi
jenjang. Persamaan yang digunakan untuk mengetahui nilai volume teoritis menurut
C.J. Konya adalah dengan menggunakan persamaan:
V=BxSxH

Berikut merupakan contoh perhitungan nilai volume teoritis menggunakan


persamaan menurut C.J. Konya:
V =BxSxH
= 1,52 m x 1,71 x 3 m
= 9,36 BCM
6. Loading Density (LD)
Dalam menentukan loading density diperlukan data-data berupa diameter lubang
ledak, dan densitas bahan peledak berupa ANFO. Persamaan yang digunakan untuk
mengetahui nilai loading density teoritis menurut C.J. Konya adalah dengan
menggunakan persamaan:
LD = 0,508 x de2 x ρ

Berikut contoh perhitungan nilai loading density teoritis menggunakan persamaan


menurut C.J. Konya:
LD = 0,508 x de2 x ρ
= 0,508 x (2,36 inch)2 x 0,78 gr/cc
= 2,21 kg/m
7. Berat Bahan Peledak (W)
Penentuan berat bahan peledak akan menunjukkan berapa berat bahan peledak
yang digunakan dalam satu lubang ledak. Persamaan yang digunakan untuk
mengetahui nilai berat bahan peledak teoritis menurut C.J. Konya adalah dengan
menggunakan persamaan:

W = PC x LD

Berikut contoh perhitungan nilai berat bahan peledak teoritis menggunakan


persamaan menurut C.J. Konya:
W = PC x LD
= 2,09 m x 2,21 kg/m
= 4,61 kg
53

8. Powder Factor (PF)


Persamaan yang digunakan untuk mengetahui nilai powder factor teoritis menurut
C.J. Konya adalah dengan menggunakan persamaan:

W
PF =
V

Berikut merupakan contoh perhitungan nilai powder factor teoritis menggunakan


persamaan menurut C.J. Konya:
W
PF =
V
4,61 kg
=
9,36 BCM
= 0,49 kg/BCM
Tabel 4.10
Perbandingan Geometri Rencana, Aktual, dan Teoritis
Parameter Rencana Aktual RL. Ash CJ. Konya
Burden (m) 1,80 1,66 1,20 1,52
Spacing (m) 1,80 1,68 1,44 1,71
Hole Length (m) 3,00 2,76 3,48 3,61
Bench Height (m) 3,00 5,10 3,00 3,00
Stemming (m) 1,80 1,66 1,20 1,52
Subdrilling (m) 0,00 0,00 0,48 0,61
Powder Column (m) 1,20 1,10 2,28 2,09
Loading Density (kg/m) 2,21 2,21 2,21 2,21
Volume (BCM) 9,72 7,70 5,15 9,36
Tonase (Ton) 25,08 19,86 13,30 24,15
Berat Handak (Kg) 1,25 1,25 5,04 4,61
Powder Factor (kg/BCM) 0,13 0,16 0,98 0,49

Berdasarkan perbandingan tersebut powder factor secara rencana memiliki nilai


yang lebih kecil dibandingkan dengan aktual dan teoritis. Hal ini karena secara rencana
powder column memiliki nilai yang lebih kecil jika dibandingkan dengan aktual dan
teoritis. Pembatasan pengunaan bahan peledak ini ialah untuk menghidari getaran
peledakan yang tinggi karena disekitar lokasi tambang sangat dekat dengan pemukiman
masyarakat.
54

Persen Fragmentasi
Persen fragmentasi merupakan suatu nilai yang menunjukkan persen
keberhasilan dari hasil kegiatan peledakan dengan melihat dari hasil peledakan tersebut
yang dapat masuk ke crusher. Ukuran maksimum batuan yang dapat masuk ke crusher
adalah < 90 cm. Persamaan yang digunakan untuk mendapatkan nilai persen
fragmentasi adalah:

nrit x np x Hmt x FFm x SF


%F < 90 cm = x 100%
( B x S x L )x nl

Berikut merupakan contoh perhitungan nilai persen fragmentasi:


nrit x np x Hmt x FFm x SF
%F < 90 cm = x 100%
( B x S x L )x nl
84 x 7 x 0,92 x 69,84% x 60,72%
= x 100%
(1,6 x 1,65 x 2,77) x 55

= 55,81
Tabel 4.11
Persen Fragmentasi Peledakan
Volume Terangkut < 90 cm (BCM) Volume Total (BCM) F < 90
No Tanggal Hm FFm SF B S L cm
nRit nP nL (%)
(LCM) (%) (%) (m) (m) (m)
03-09-
1 19
58 1,65 1,61 2,74 37 59,31
05-09-
2 19
119 1,62 1,65 2,76 77 57,51
07-09-
3 19
97 1,70 1,68 2,81 57 58,21
10-09-
4 19
103 1,63 1,64 2,72 65 60,06
12-09-
5 19
49 1,67 1,62 2,76 31 58,42
14-09-
6 19
81 7 0,92 69,84 60,72 1,65 1,68 2,74 49 59,79
17-09-
7 19
129 1,68 1,71 2,75 78 57,63
19-09-
8 19
101 1,66 1,69 2,82 60 58,86
21-09-
9 19
131 1,77 1,74 2,76 75 56,58
24-09-
10 19
84 1,64 1,65 2,77 55 55,81
26-09-
11 19
64 1,63 1,64 2,71 40 60,96
Rata Rata 58,47

Dilihat dari hasil perhitungan persen fragmentasi < 90 cm dengan rata-rata


sekitar 58,47% yang masuk kedalam crusher hal ini membuat hasil peledakan menjadi
55

kurang baik dengan 41,53% masih berbentuk boulder dan perlu penanganan lebih lanjut.
Untuk mencapai target produksi perlu dilakukan kegiatan breaker terhadap batuan
andesit yang masih berbentuk boulder tersebut. Buruknya hasil peledakan dapat
disebabkan penggunaan bahan peledak dengan rata-rata 0,19 kg/BCM yang
dikhawatirkan akan mengganggu warga sekitar terkait efek getaran yang dihasilkan dari
peledakan. Namun efek getaran dapat diatasi dengan membagi peledakan dalam
beberapa segmen sehingga efek getaran akan tereduksi.

Fragmentasi Teoritis
Fragmentasi hasil peledakan dapat dihitung secara teoritis. Beberapa parameter
yang diperlukan dalam perhitungan ini adalah volume batuan dan kekuatan jumlah
bahan peledak yang digunakan. Persamaan yang digunakan dalam menghitung
fragmentasi teoritis ini adalah persamaan menurut Cunningnham. Persamaan menurut
Cunningham tersebut didalamnya terdapat beberapa faktor untuk menentukan nilai
fragmentasi diantaranya yaitu:
1. Nilai Blastibility Index (BI)
Dalam menentukan nilai blastibility index (BI) dilakukan dengan cara membobotkan
beberapa parameter dengan mengacu pada pembobotan massa batuan (Tabel 3.3).
Berikut merupakan persamaan dalam menentukan nilai blastibility index:

BI = 0.5 x (RMD +JPS + JPO + SGI + H)

Berikut merupakan perhitungan dalam menentukan nilai blastibility index (BI):


BI = 0.5 x (20 + 20 + 40 + (25 x 2,58 – 50) + 6)
= 50,25
2. Nilai Rock Factor (RF)
Dalam menentukan nilai rock factor dapat menggunakan persamaan:

RF = 0.12 x BI

Berikut merupakan perhitungan dalam menentukan nilai rock factor (RF), yaitu:
RF = 0.12 x 50,25
= 6,03
Setelah mengetahui nilai kedua parameter berupa blastibility index dan rock factor,
selanjutnya dapat ditentukan nilai fragmentasi menggunakan persamaan:
56

19
1 115 30
Xm = A (PF)-0.8 x Qe x ( 6 )
E

Berikut merupakan perhitungan dalam menentukan nilai fragmentasi yaitu:


19
1 115 30
Xm = A (PF)-0.8 x Qe x (
6 )
E
19
1 115 30
= 6,03 (0.16)-0.8 x (1,25 kg) x (6 )
100
= 35,84 cm
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan kegiatan Kerja Praktik yang telah dilakukan maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut:
1. Kegiatan pengeboran dilakukan dengan 3 alat bor Sandvik TY-24 Handrill. Tiap alat
tersebut memiliki 4 batang bor yang memiliki panjang 0,8 m; 1,6 m; 2,4 m; dan 3,2
m dengan diamater batang bor 2,36 inchi. Untuk pola pengeboran yang digunakan
adalah rectangular staggered pattern (pola zig-zag persegi panjang) dengan arah
pengeboran tegak.
2. Produktivitas pengeboran rata-rata dari 3 alat bor Sandvik TY-24 Handrill yang
digunakan adalah 64,28 BCM/hari/alat (alat 1); 72,55 BCM/hari/alat (alat 2); dan
75,76 BCM/hari/alat (alat 3).
3. Peralatan yang selalu digunakan untuk menunjang kegiatan peledakan antara lain
blasting machine Kobla BM200D, ohm meter Kobla XR III dan tongkat bantu.
Sementara perlengkapan peledakan yang digunakan antara lain detonator Supreme,
leg wire Supreme, cartridge Super Power 90, dan bahan peledak MNK ANFO.
4. Efisiensi peledakan yang dihasilkan oleh PT Dirgabhakti Giripersada dapat dilihat
dari nilai powder factor. Nilai powder factor dari kegiatan peledakan dengan geometri
rencana adalah sebesar 0,13 kg/BCM, geometri aktual powder factor sebesar 0,16
kg/BCM, geometri teoritis R.L. Ash sebesar 0,98 kg/BCM, geometri teoritis C.J.
Konya sebesar 0,49 kg/BCM.
5. Persen fragmentasi < 90 cm yang dihasilkan dari kegiatan peledakan PT
Dirgabhakti Giripersada memiliki rata-rata persen fragmentasi 58,47%. Adapun
ukuran fragmentasi rata-rata dengan mengunakan metode Cunningham sebesar
35,84 cm.

57
58

5.2 Saran
Adapun saran yang dapat kami berikan setelah kegiatan Kerja Praktik dilakukan
diantaranya yaitu:
1. Diperlukan kegiatan penentuan titik bor terlebih dahulu agar pada kegiatan
pengeboran menghasilkan geometri peledakan aktual yang sesuai dengan geometri
peledakan rencana. Kesesuaian antara geometri peledakan aktual dan rencana
akan memudahkan dalam mengorelasikan target produksi aktual dan rencana.
2. Diperlukan pengawasan kegiatan pengeboran agar target kedalaman lubang sesuai
dengan rencana.
3. Sebaiknya dibuat sirine peringatan akan dilaksanakannya aktivitas peledakan agar
dapat diketahui oleh seluruh karyawan.
4. Diperlukan peningkatan jumlah bahan peledak perlubang agar persen fragmentasi
dapat meningkat. Untuk menangani vibrasi akibat peledakan sebaiknya peledakan
tidak dilakukan secara sekaligus namun dibagi dalam beberapa segmentasi
peledakan.
DAFTAR PUSTAKA

1. Ash, R.L. 1990. “Design of Blasting Round, (Surface Mining)”. Editor


Society of Mining.

2. Badan Informasi Geospasial. 2017. “Peta Rupa Bumi Indonesia (RBI) dan Peta
Kontur”. Bogor: Badan Informasi Geospasial.

3. Badan Pusat Statistik Kabupaten Bandung Barat. 2018. “Batujajar Dalam


Angka”. Bandung Barat: Badan Pusat Statistik

4. Bellinda, P. 2017. “Perlengkapan dan Peralatan Peledakan” academia.edu.


Diakses tanggal 15 Oktober 2019 pukul 20.05 WIB.

5. Eddy, R. 2012. “Pola Pemboran Pada Peledakan Tambang Terbuka”


scribd.com. Diakses pada tanggal 15 Oktober 2019 pukul 20.05 WIB.

6. Hopler, Robert B. 1998. “Blasters Handbook”. United State of America:


International Society of Explosive Engineers.

7. Jimeno, C. L. 1987. “Drilling and Blasting of Rock”. Nederland: A. A.


Balkema.

8. Konya, Calvin J. dan Edward J. Walter. 1990. “Surface Blast Design”. New
Jersey: Prentice Hall.

9. PT Dirgabhakti Giripersada. 2018. “PT Dirgabhakti Giripersada: Private


Company Information”. Batujajar: PT Dirgabhakti Giripersada

10. Pendidikan Dan Pelatihan Juru Ledak Teknologi Mineral dan Batubara. 2013.
“Modul Diklat Juru Ledak Kelas 2”. Bandung: Pusat Pengembangan
Sumber Daya Manusia Geologi Mineral dan Batubara

11. Tim Asisten Laboratorium Tambang. 2018. “Modul Praktikum Peledakan


Tambang”. Bandung: Universitas Islam Bandung.
LAMPIRAN
LAMPIRAN A
PETA KESAMPAIAN DAERAH
LAMPIRAN B
PETA ADMINISTRASI
LAMPIRAN C
PETA SITUASI
LAMPIRAN D
PETA TOPOGRAFI
LAMPIRAN E
PETA GEOLOGI
LAMPIRAN F
CYCLE TIME PENGEBORAN
LAMPIRAN G
GEOMETRI PELEDAKAN
LAMPIRAN H
SPESIFIKASI ALAT
PENGEBORAN
LAMPIRAN I
SPESIFIKASI ALAT DAN
PERLENGKAPAN PELEDAKAN
LAMPIRAN J
SPESIFIKASI ALAT MUAT
ANGKUT

Anda mungkin juga menyukai