Anda di halaman 1dari 65

KAJIAN KESELAMATAN KERJA PADA AREA PEMBONGKARAN

BATU GAMPING UP. PARNO


KECAMATAN GIRIMULYO, KULON PROGO
YOGYAKARTA

SKRIPSI

Oleh :

RIYAN DAFA
112160085

PROGRAM SARJANA
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
YOGYAKARTA
2021
KAJIAN KESELAMATAN KERJA PADA AREA PEMBONGKARAN
BATU ANDESIT PT. MINERAL DAYA GEMILANG
KECAMATAN GIRIMULYO, KULON PROGO
YOGYAKARTA

SKRIPSI
Disusun sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana
Teknik dariUniversitas Pembangunan Nasional “Veteran”
Yogyakarta

Oleh :

RIYAN DAFA
112160085
KAJIAN KESELAMATAN KERJA PADA AREA PEMBONGKARAN
BATU ANDESIT PT. MINERAL DAYA GEMILANG
KECAMATAN GIRIMULYO, KULON PROGO
YOGYAKARTA

Oleh :

RIYAN DAFA
112160085

Disetujui untuk
Program Studi Sarjana Teknik Pertambangan
Jurusan Teknik Pertambangan
Fakultas Teknologi Mineral
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta
Tanggal : ..............................

Pembimbing I, Pembimbing II,

( Ir. Wawong Dwi Ratminah, MT (Ir. Dwi Poetranto Waluyo Adji, MT)
)
DAN PERUMPAMAAN-PERUMPAMAAN
KAMIBUAT UNTUK MANUSIA.
DAN TIDAK ADA YANG BISA
MEMAHAMINYAKECUALI MEREKA YANG
BERILMU.

(Q.S Al-Ankabut; 43)

Karya ini dipersembahkan


kepada: Orang Tua Saya, alm
Abah dan Umi tercinta. Keluarga
Besar bapak Zulkifli Usman dan
alm. Hasby. Keluarga Besar di
Aceh, dan Yogyakarta.

Himpunan Mahasiswa Teknik Pertambangan UPN”V”YK.


Keluarga besar angkatan2016.VIVA TAMBANG !!!

iv
ABSTRAK

PT. Mineral Daya Gemilang, merupakan sebuah perusahaan penambangan


batu andesit yang berlokasi di kecamatan Girimulyo,Kulon Progo,Yogyakarta.
Kegiatan penambangan meliputi pembersihan lahan, pengupasan tanah penutup,
penggalian, pemuatan, dan reklamasi.
Dalam melaksanakan kegiatan penambangan, sering terjadi kondisi dan
tindakan kerja tidak aman. Timbulnya kondisi kerja yang tidak aman berawal dari
keadaan lapangan yang berbahaya dan tindakan kerja yang tidak aman serta
mengabaikan keselamatan. Dari kondisi kerja yang tidak aman dan tindakan kerja
yang tidak aman tersebut sering mengakibatkan kecelakaan kerja dan pada
akhirnya dapat menyebabkan korban meninggal dunia.
Potensi besar kecelakaan terdapat pada area penambangan terutama pada
area pembongkaran batu andesit,dikarenakan kondisi area penambangan yang
sangat kering dan berdebu ketika musim kemarau dan minimnya pengawasan dan
rambu pada area tersebut. Sedangkan tindakan kerja tidak aman yang paling
sering terjadi adalah pengabaian alat pelindung diri oleh para pekerja. Kondisi dan
tindakan kerja tidak aman yang terjadi pada bulan Desember tahun 2020
mengakibatkan 2 kecelakaan. Kecelakaan terjadi karena adanya kondisi dan
tindakan kerja tidak aman yang diakibatkan kondisi front penambangan yang
terlalu kering ketika musim kemarau dan tidak adanyana kegiatan penyiraman
ketika kondisi sudah terlalu kering dan berdebu dan tidak adanya pengawasan
serta tindakan yang tegas dari manajemen.
Penyelesaian masalah keselamatan kerja yang terjadi pada PT. Mineral
Daya Gemilang adalah:
1. Melakukan perbaikan pada kondisi tidak aman dan tindakan kerja tidakaman
agar resiko keselamatan kerja dapat diminimalkan.
2. Melakukan pembinaan atau pelatihan keterampilan kepada karyawansesuai
dengan bidang kerjanya.
3. Memberi sosialisasi kepada warga sekitar tambang agar tidak masuk area
penambangan.
ABSTRACT

PT. Mineral Daya Gemilang, is a mining company stone located in


Girimulyo, Kulon Progo. Mining activities include clearing of the land, stripping,
exploitation, loading, and reclamation.
In carrying out the activities of mining, frequent accidents. The incidence
of unsafe conditions were derived from state courts a dangerous and unsafe
actions and ignore safety. Of unsafe conditions and unsafe actions that often
result inwork accident and eventually can cause the victim's death.
Potential accident occurred on the front area of mine, Especially in the
andesite demolition area, due to the condition of the mining area which is very
dry and dusty during the dry season and the lack of supervision and signs in the
area. Meanwhile, the most common action for unsafe work is neglect of personal
protective equipment by workers. Mine accidents that occurred in the year 2020
there was 2 accident. Accidents occur due to unsafe working conditions and
actions caused by conditions of the mining front which are too dry during the dry
season and there is no watering activity when conditions are too dry and dusty
and there is no supervision and firm action from management.
The completion of the work safety problem that occurs on a PT. Mineral
Daya Gemilang is:
1. Do a repair on the unsafe conditions and unsafe actionsin order that
thesafety risks can be minimized.
2. Do the coaching plus skills or training to employees in accordancewiththe
field work.
3. Give socialization to the citizens about the mine so as not to enter themining
area.
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, penulisan skripsi dengan
judul “Kajian Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Pada Area Penambangan Batu
Andesit PT. Mineral Daya Gemilang Desa Jatimulyo,Kecamatan Girimulyo,
Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta” dapat diselesaikan. Skripsi ini disusun
berdasarkan hasil penelitian dari tanggal 3 Desember sampai 28 Desember 2020.
Atas segala bantuan dan bimbingan, penulis sampaikan terimakasih kepada:
1. Dr.Much Irhas Efendi, SE, M.Si., Rektor Universitas Pembangunan
Nasional “ Veteran” Yogyakarta
2. Dr. Ir. Sutarto, MT., Dekan Fakultas Teknologi Mineral
PembangunanNasional “Veteran” Yogyakarta
3. Dr. Ir. Edy Winarno, SSi, MT., Ketua Jurusan Teknik Pertambangan
UniversitasPembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta
4. Ir. Wawong Dwi Ratminah, MT., Koordinator Prodi Teknik
Pertambangan Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”
Yogyakarta, Pembimbing I
5. Ir. Dwi Poetranto Waluyo Adji, MT., selaku Pembimbing II
6. Kepala Teknik Tambang PT. Mineral Daya Gemilang, selaku
PembimbingLapangan

Penulis berharap, semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan menambah ilmu
bagi penulis pada khususnya, PT. Mineral Daya Gemilang dan mahasiswa
Program Studi Sarjana Teknik Pertambangan pada umumnya.

Yogyakarta, April 2021 Penulis,

Imam Alquraiby
DAFTAR ISI

Halaman
ABSTRAK...............................................................................................................v

ABSTRACT............................................................................................................vi

KATA PENGANTAR...........................................................................................vii

DAFTAR ISI.........................................................................................................viii

DAFTAR GAMBAR...............................................................................................x

DAFTAR TABEL...................................................................................................xi

DAFTAR LAMPIRAN..........................................................................................xii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1 Identifikasi Masalah..................................................................................1
1.2 Tujuan Penelitian.......................................................................................2
1.3 Batasan Masalah........................................................................................2
1.4 Metode Penelitian......................................................................................2
1.5 Manfaat Penelitian.....................................................................................3
BAB II TINJAUAN UMUM...................................................................................4
2.1 Lokasi dan Kesampaian Daerah................................................................4
2.2 Keadaan Iklim dan Curah Hujan...............................................................5
2.3 Keadaan Geologi.......................................................................................6
2.4 Kegiatan Penambangan Batu Andesit.....................................................10
2.5 Pelaksanaan Keselamatan Kerja..............................................................13
BAB III DASAR TEORI.......................................................................................14
3.1 Pengertian Dasar Keselamatan Kerja....................................................15
3.2. Konsep Penyebab Kecelakaan...............................................................15
3.3 Pedoman Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan Pertambangan
(SMKP) Berdasarkan Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya
Mineral Nomor 1827 K/30/MEM/2018....................................................18
3.4 Akibat Kecelakaan dan Prinsip Pencegahan Kecelakaan......................19
BAB IV HASIL PENELITIAN.............................................................................24
4.1. Kegiatan Penambangan Batu Andesit PT. Mineral Daya Gemilang.....24
4.2. Tingkat Pendidikan, Pengetahuan dan Keterampilan dalam Bidang
Halaman

Kerjanya.................................................................................................25
4.3. Alat Pelindung Diri (APD)....................................................................26
4.4. Kondisi Tidak Aman dan Tindakan Kerja Tidak Aman Pada area
Penambangan..........................................................................................27
4.5. Faktor Penyebab Kecelakaan.................................................................28
BAB V PEMBAHASAN.......................................................................................33
5.1. Penyebab Unsafe Act dan Unsafe Condition........................................33
5.2. Analisa Terhadap Angka Kecelakaan....................................................34
5.3. Analisa Sistem Manajemen Keselamatan Pertambangan (SMKP).......34
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN...............................................................38
6.1. Kesimpulan............................................................................................38
6.2. Saran......................................................................................................38
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................40
LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1. Peta Kesampaian Daerah................................................................................5


2.2 Grafik Hari Hujan Bulanan Tahun 2010 – 2020.............................................8
2.3 Grafik Curah Hujan Rata-rata Tahun 2010 – 2020........................................8
2.4 Kegiatan Pembongkaran...............................................................................12
2.5 Kegiatan Pemuatan.......................................................................................12
2.6 Kegiatan Pengangkutan................................................................................13
3.1. Teori Domino................................................................................................21
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
2.1 Statigrafi Penggunungan Kulon Progo…....................................................10
3.1 Penyebab Terjadinya Kecelakaan...............................................................16
4.1 Data Pendidikan Karyawan PT. MDG........................................................26
4.2 Data Pelindung Diri PT. MDG....................................................................27
4.3 Tindakan Kerja Tidak Aman Pada Area Pemuatan….................................28
4.4 Kondisi Tidak Aman...................................................................................29
4.5 Alasan Pekerja Mengabaikan APD….........................................................30
4.6 Data Unsafe Condition Pada Kegiatan Penambangan PT. MDG...............31
4.7 Data Unsafe Act dan Unsafe Condition PT. MDG.....................................32
5.1 Penyelidikab Penyebab Unsafe Act, Unsafe Condition dan Solusi...........32
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

A. Data Curah Hujan...........................................................................................43


B. Alat-alat Pelindung Diri Menurut Keperluannya............................................44
C. Kondisi Tidak Aman dan Tindakan Kerja Tidak Aman.................................45
D. Tingkat Kemungkinan Terulang Kembali......................................................46
E. Perhitungan Nilai FR dan SR..........................................................................47
F. Peta WIUP PT. Mineral Daya Gemilang........................................................48
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Usaha Pertambangan Parno adalah perusahaan yang bergerak di bidang
pertambangan batugamping di Desa Karangasem, Kecamatan Ponjong, Kabupaten
Gunungkidul, Yogyakarta. Dalam kegiatan penambangan yang meliputi kegiatan
pembersihan lahan, pembongkaran, pemuatan dan pengangkutan, perusahaan menyadari
resiko kemungkinan terjadinya kecelakaan masih sangat tinggi sehingga perlu dilakukan
evaluasi keselamatan dan kesehatan kerja.
Pada dasarnya kecelakaan kerja disebabkan oleh dua faktor yaitu manusia dan
lingkungan. Faktor manusia yaitu tindakan tidak aman dari manusia seperti sengaja
melanggar peraturan keselamatan kerja yang diwajibkan dan kurang disiplinnya pekerja itu
sendiri. Sedangkan faktor lingkungan yaitu keadaan tidak aman dari lingkungan kerja yang
menyangkut antara lain peralatan atau mesin-mesin, tetapi frekuensi terjadinya kecelakaan
kerja lebih banyak terjadi karena faktor manusia.
Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan pada bulan Desember tahun 2020 di PT. Mineral
Daya Gemilang, diketahui bahwa dalam pelaksanaan kegiatan di PT. Mineral Daya Gemilang
masih terdapat kondisi tidak aman seperti jalan yang licin saat hujan, jalan bergelombang dan
tindakan kerja tidak aman seperti operator alat berat yang tidak menggunakan APD . Untuk itu
perlu dilakukan penelitian tentang keselamatan kerja untuk menciptakan kondisi kerja yang aman
untuk menghindari tindakan tidak aman dan pengawasan pada setiap kegiatan penambangan,
dengan demikian resiko terhadap setiap unsur yang terlibat dalam kegiatan pertambangan dapat
diminimalkan.

1.2. Rumusan Masalah

Keselamatan Kerja pada PT. Mineral Daya Gemilang mempunyai tujuan


untukmeniadakan kecelakaan dan sekaligus menekan seminimal mungkin biaya
yang dikeluarkan sebagai akibat dari adanya kecelakaan. Apapun program yang
dicanangkan akan bermuara pada tujuan tersebut. Kecelakaan yang terjadi pada
PT.

1
Mineral Daya Gemilang mempunyai tingkat keparahan yang akan merugikan diri
sendiri, sanak keluarga dan perusahaan. Namun perusahaan akan menanggung
seluruh dampak dari kecelakaan tersebut

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:


1. Mengidentifikasi potensi penyebab terjadinya kondisi dan tindakan kerja
tidak aman yang ditimbulkan akibat kegiatan pekerja pada proses
penambangan.
2. Menghitung angka kekerapan (FR) dan tingkat keparahan kecelakaan (SR).
3. Menganalisis sistem manajemen keselamatan pertambangan mineral dan
batubara (SMKP) perusahaan terutama dalam meningkatkan keselamatan
kerja.

1.4. Batasan Masalah

Pembatasan terhadap masalah yang ada sesuai dengan tujuan penulisan skripsiini,
maka masalah yang akan dibahas mengenai teknis keselamatan kerja tanpa
membahas unsur kesehatan kerja pada area pembongkaran batu andesit PT.
Mineral Daya Gemilang

1.5. Metode Penelitian

Pada pelaksanaan penelitian ini digabungkan antara teori dengan data-


data lapangan, sehingga dari keduanya didapat pendekatan penyelesaian
masalah. Adapun urutan pekerjaan penelitian yaitu:
4. Studi Literatur
Studi literatur dilakukan dengan mencari bahan-bahan pustaka yang menunjang,
studi literatur yang saya dapatkan seperti penelitian terdahulu, laporan triwulan
perusahaan dan buku ahli k3 umum.
5. Observasi Lapangan
Maksud dari observasi lapangan adalah dengan melakukan pengamatan secara
langsung terhadap proses yang terjadi dan mencari informasi pendukung yang
berkaitan dengan permasalahan yang akan dibahas.Orientasi lapangan dilakukan
untuk mengetahui sekilas kondisilapangan.
6. Pengambilan Data
Pengambilan data terdiri dari dua cara yaitu:
a. Pengambilan data primer
Data yang diambil adalah kondisi bahaya di lingkungan tempat kerja,
program kerja manajemen Keselamatan Kerja dan reaksi para pekerja
terhadap program yang dilakukan manajemen Keselamatan Kerja dengan
cara melakukan wawancara
b. Pengambilan data sekunder
Data yang diambil meliputi mencari dan mengumpulkan data yang
berkaitan dengan penelitian yang berasal dari buku referensi, data
tersebut antara lain peta lokasi penambangan.
Data-data yang diambil antara lain:
1. Sistem penambangan yang diterapkan.
2. Kondisi front kerja dan lingkungan sekitar.
3. Besar angka kekerapan kecelakaan.
4. Proses terjadinya kecelakaan.

7. Pengolahan Data
Dari hasil pengumpulan data yang telah didapatkan dan data dari hasil
survey di lokasi penambangan akan didapat data-data yang akan disusun secara
sistematis dan bisa digunakan sebagai bahan analisis.
8. Analisis Data
Analisis terhadap berbagai data dilakukan secara kuantitatif guna memperoleh kesimpulan
sementara yang selanjutnya dapat dipergunakan untuk analisis lebih lanjut dalam membuat
saran.
1.5. Tahapan Penelitian
Tahapan dalam penelitian ini terdapat pada Gambar 1.1
1.6. Manfaat Penelitian

1. Masukan-masukan bagi manajemen Keselamatan Kerja PT. Mineral Daya


Gemilang untuk menurunkan tingkat kecelakaan yang terjadi.

2. Evaluasi terhadap manajemen Keselamatan Kerja PT. Mineral Daya


Gemilang, agar manajemen dapat lebih berperan dalam pengawasan
terhadap pekerja dan memastikan setiap pekerja melakukan pekerjaannya
sesuai dengan prosedur yang ada.

4
Kajian Teknis Keselamatan Kerja Pada Area Penambangan
Batugamping Usaha Pertambangan Parno

Rumusan Masalah : Keselamatan kerja di Usaha Pertambangan Parno


bertujuan untuk meminimalkan resiko kecelakaan
kerja.

Tujuan Penelitian 1. Menganalisis potensi


bahaya.
2. Menganalisis manajemen K3.

Batasan Masalah : Pembatasan masalah hanya akan membahas


permasalahan secara teknis pada tahap kegiatan penambangan.

Data Primer : Data Sekunder :


Data jumlah APD dan rambu-rambu K3 Data Struktur Organisasi, data curah hujan, peta
Memantau unsafe condition dan unsafe act, Jam kerja . topografi, data identitas pekerja tambang, peta
kesampaian daerah

Pengolahan Data :
Dari data yang terkumpul kemudian diolah dan
disusun secara sistematis untuk digunakan sebagai
bahan analisis

Analisis Data :
Menganalisis potensi bahaya dan risiko serta menganalisis manajemen K3.

Kesimpulan :
Dapat memberikan solusi dari potensi bahaya dan evaluasi
manajemen keselamatan kerja.

Gambar 1.1
Tahapan Penelitian

BAB II
5
TINJAUAN UMUM

2.1 Lokasi dan Kesampaian Daerah


Secara admnistrasi lokasi penyeledikan eksplorasi terletak di Dukuh
Sonyo, Desa Jatimulyo, Kecamatan Girimulyo, Kabupaten Kulonprogo, Daerah
Istimewa Yogyakarta. Dari kampus menuju kecamatan girimulyo ke arah utara
sampai ke lokasi rencana kegiatan bejarak kurang lebih 32 km dan kurang lebih
48 km dari kota Yogyakarta. Untuk sampai pada lokasi bias menggunakan
kendaraan roda dua atau empat melalui jalurdarat, sedangkan jarak antara Desa
Jatimulyo dengan kota yogyakarta adalah sekitar 43km. Berdasarkan keadaan
geografisnya, WIUP PT. Mineral Daya Gemilang beradapada koordinat
110º7’21,10” BT - 110º7’53,80” BT dan 07º46’39,70” LS - 07º47’3,6” LS.

Gambar 2.1
Peta Lokasi Kesampaian Daerah

6
2.2 Keadaan Iklim dan Curah Hujan
Iklim merupakan rata-rata kondisi cuaca dalam periode yang panjang. Suhu
dan curah hujan merupakan dua unsur iklim yang sangat penting bagi kehidupan
di bumi. Kabupaten Kulon Progo mempunyai iklim tropis, dengan dua musim
yaitu musim kemarau dan musim penghujan. Suhu rata-rata di Kabupaten Kulon
Progo berkisar 25o - 29o C. Kondisi curah hujan digambarkan dalam curah hujan
pada tahun 2010-2019. Data curah hujan di Kecamatan Girimulyo diperoleh dari
Dinas pekerjaan umum (bidang pengairan) Kabupaten Kulon Progo, bisa dilihat
pada grafik (Gambar 2.2) untuk nilai curah hujan dan hari hujan (Gambar 2.3).
Dari data curah hujan tersebut dapat ditentukan jumlah hari hujan setiap bulan dan
setiap tahunnya sehingga dapat dihitung hari dan jam kerja efektifnya. Data curah
hujan dapat dilihat lebih lengkap pada Lampiran A.

Sumber: Dinas Pekerjaan Umum (Bidang Pengairan) Kabupaten Kulon Progo, DIY,2020
Gambar 2.3
Grafik Hari Hujan Bulanan
Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta tahun 2010-2019
Sumber: Dinas Pekerjaan Umum (Bidang Pengairan) Kabupaten Kulon Progo, DIY, 2020
Gambar 2.4
Grafik Curah Hujan rata-rata
Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta tahun 2010-2019

2.3 Keadaan Geologi


1. Fisiografi
Berdasarkan hasil pengamatan dilapangan dan data dari eksplorasi,
morfologi daerah studi Morfologi, daerah penyelidikan terdiri atas sebagian besar
perbukitan dan pegunungan dengan ketinggian 500 mdpl. Kondisi lahan pada
umumnya ditanami dengan tanaman palawija, buah-buahan dan tanaman
perkebunan lainnya. Berdasarkan relief dan ganesanya fisiografi daerah
Kulonprogo dibagi menjadi :

a. Satuan Pegunungan Kulon Progo


Terletak dibagian Barat Kabupaten Kulon progo yang meliputi
Kecamatan, Samigaluh, Kalibawang, Girimulyo, Pengasih, dan Temon.
Umumnya sebagai lahan pemukiman dan Perkebunan.

b. Satuan perbukitan Sentolo


Pada bagian Timur Kabupaten Kulon progo yang tersebar pada sebagian
wilayahdari Kecamatan Sentolo, Pengasih, Panjatan dan Lendah.

c. Satuan Teras Progo


Pada bagian Timur Laut Kabupaten Kulon progo yang meliputi
Kecamatan Samigaluh dan Nanggulan. Sebagai lahan Pemukiman dan
Persawahan.

d. Satuan Alluvial Pantai


Terdiri dari sub satuan gumuk pasir dan sub daratan alluvial
pantai.Tersebar diKecamatan Temon, Wates, Panjatan, Galur dan Lendah.

2. Stratigrafi
Jenis batuan yang ada di termasuk dalam formasi Kaligesing dengan
dominasi batuanbeku vulkanik berupa andesit yang keberadannya tersebar merata
hampir di seluruh kawasan Dusun Sonyo. Sebagian besar andesit berasosiasi
dengan breksi membentuk breksi- andesit yang sebagian endapan telah
tersedimentasi oleh pengangkutan arus sungai,sebagian lainnya telah mengalami
pelapukan sehingga semakin mempertebal lapisan tanahpenutup.
Batu andesit di daerah Sonyo mengalami proses pelapukan sehingga di
bagian atas dari batu andesit segarnya ditutupi oleh batuan andesit yang telah
lapuk. Pada batu andesitlapuk, komposisi batuannya lebih dominan di isi oleh
mineral- mineral lempung. Lapisan ini hampir menutupi seluruh daerah
pengamatan dengan ketebalan yang berbeda-beda, umumnya berkisar 0-1 m.
Lapisan tanah penutup berwarna coklat, cukup baik untuk tanaman.
Didalam tanah penutup juga dapat ditemukan bongkah-bongkah batuan andesit
yang mengalami pelapukan, kerakal dan kerikil. Batuan andesit yang telah lapuk
umumnya berwarna kelabumuda sampai kelabu tua dan bersifat lunak – agak
keras. Secara umum stratigrafi daerah Kabupaten Kulonprogo adalah:

a. Formasi Nanggulan
Formasi Nanggulan bagian bawah tersusun atas batupasir kuarsa dengan
sisipan lignit, mengandung fosil Axinea dengan lingkungan pengendapannya
litoral, bagiantengah disusun oleh napal pasiran selang-seling dengan
batupasir dan batulempung,dijumpai fosil Nummulites djojakartae dengan
lingkungan pengendapan litoral – sublitoral pinggir, sedang bagian atas
disusun oleh napal dan batugamping berselingan dengan batupasir, fosil
Discocylina omphalus dengan lingkungan pengendapan sublitoral pinggir.
Umurnya Eosen Tengah – Eosen Akhir, tebal ± 400 meter. Bagian atasnya
merupakan Anggota Seputih
dengan litologi napal pelagis, mengandung fosil foram yaitu Gt.opima,
Gt.cerroazualensis, dan Gt.mexicana yang menunjukkan umur Eosen Akhir –
Oligosen Akhir, diendapkan dilingkungan pengendapan sublitoral- laut
terbuka, tebal ± 100 m (Pringgoprawirodan Riyanto, 1987). Penyebarannya
meliputi daerah Kali Songo, Seputih, Kepek, Kecamatan Nanggulan. Untuk
daerah utara terdapat di daerah Sermo yaitu gunung Regu yangterdiri dari
batu pasir yang kearah Utara berubah berselang-seling batu pasir dengan batu
lempung yang mengandung lignit. Bagian atas formasi ini terdiri darinapal,
batu gamping dan batu pasir gampingan sebagai anggota seputih. Memiliki
ketebalan 300 m dan mempunyai kisaran umur antara Eosen tengah –
Oligosen atas (Hartono, 1969).
b. Formasi Kaligesing
Formasi Kaligesing Menempati pegunungan Kulonprogo yaitu bagian
Utara daerah Samigaluh dan Girimulyo sedangkan bagian Selatan daerah
Pengasih. Memiliki ketebalan kurang lebih 700 meter. Lithologi penyusun
formasi daerah ini terdiri dari breksi piroklastik, breksi laharik, lava andesit
dan batu pasir tufan. Mempunyaiumur oligosen akhir sampai awal losen
(Soeriatmadja,1983).
c. Formasi Dukuh
Terdapat di bagian Timur sampai Tenggara dari pegunungan
Kulonprogo. Daerah Utara dari formasi ini ada di daerah Plarangan, Klepu
Sulur, Grimulyo, sedangkandi bagian Selatan tersingkap di Kali Kuku dan
Blubuk. Ketebalannya 390 m dan kedudukan dari formasi Dukuh berarah
relative Tenggara – Selatan. Lithologi penyusun formasi ini terdiri dari
breksi turbidit dengan selang-seling batu pasir tufan.
d. Formasi Sentolo
Memiliki ketebalan 1100 m, tersusun oleh lithologi batu gamping, batu
pasir dan napal tufan. Penyebarannya melingkupi pada Kubah Kulonprogo,
bagiang Utara tersingkap di Desa Gejlig dan Gerpule, di bagian Selatan
Tenggara meliputi daerahSentolo dan sekitarnya.
e. Formasi Vulkanik Merapi
Merupakan hasil dari aktivitas gunung Merapi baik hasil langsung dari
letusan maupun hasil dari erosi yang dibawa oleh sungai-sungai yang
berhulu di Merapi seperti Kali Progo. Material yang ada berukuran lempung
sampai bongkah (1/256-256 mm) dan terkonsolidasi dengan baik.
Kedudukan dari endapan Merapi adalah horizontal, penyebarannya terdapat
di daerah kali Progo, Kenteng, Patran dan Semaken.

Tabel 2.1
Stratigrafi Pegunungan Kulon Progo

Sumber : Pringgoprawiro dan Riyanto, 1987


(Laporan Studi kelayakan PT. Mineral Daya Gemilang, 2018)

3. Strutur Geologi
Pada daerah telitian berkembang struktur geologi berupa kekar primer
berupa sheetingjoint dan kekar sekunder sangat rapat dan sesar mendatar dan
sesar turun yang mengontrolproses pelapukan.
Sesar mendatar ini memanjang dari bagian Utara - Selatan daerah telitian
pada sisi tengah sedangkan sesar turun arah tenggara - barat laut pada sisi selatan
daerah telitian. Kontrol kekar dan sesar ini mempengaruhi topografi dan proses
pelapukan pada lokasi areal PT. Mineral Daya Gemilang.

2.4 Kegiatan Penambangan Batu Andesit


Kegiatan penambangan batu andesit di PT. Mineral Daya Gemilang
dilakukan dengan sistem kuari. Bentuk topografi bahan galian umumnya
berbentuk bukit, dan penambangan dimulai dari puncak bukit (top hill type) ke
arah bawah (top down) secara bertahap membentuk jenjang (bench) dengan
tahapan-tahapan sebagai berikut:
1. Metode Penambangan
Penambangan batu andesit PT. Mineral Daya Gemilang menggunakan
metode Kuari. Penambangan dilakukan pada tiap – tiap level dengan membuat
jenjang pada tiap levelnya. Metode ini dipilih dengan pertimbangan bahwa
kondisi bahan galian yang letaknya didekat permukaan tanah sehingga sangat
efektif.
2. Kegiatan Persiapan Penambangan
Pada kegiatan persiapan penambangan Batu Andesit di PT. Mineral Daya
Gemilangterbagi menjadi dua tahap yaitu sebagai berikut:
a. Land Clearing
Tahap land clearing yaitu pembersihan lahan atau pembabatan vegetasi
serta semakbelukar yang ada pada area IUP Operasi Produksi. Pembersihan
lahan dari vegetasi ini dilakukan untuk memudahkan pengupasan tanah
penutup. Pembabatan vegetasi dilakukandengan menggunakan backhoe dan
peralatan manual seperti gergaji mesin, sabit dan cangkul. Backhoe
digunakan untuk memindahkan pohon besar yang dapat mengganggu proses
penambangan selanjutnya. Vegetasi semak dan pohon kecil di bersihkan
menggunakan sabit. Setelah dilakukan pembersihan lahan, vegetasi
berbatang keras akan dipisahkan dengan vegetasi semak dan rerumputan.
b. Pengupasan Tanah Penutup
Kegiatan pengupasan lapisan tanah penutup atau over burden di PT.
Mineral Daya Gemilang ini bertujuan untuk memindahkan lapisan tanah yang
menutupi batu Andesit yangakan ditambang. Tanah penutup yang terdapat di
lokasi tambang ini mempunyai ketebalanyang tidak merata.. Pada tahap awal,
pengupasan dilakukan pada atas bukit, sedangkan yanglainnya dilakukan
secara
bertahap sesuai kemajuan tambang yang telah dicapai. Tanah penutup
kemudian di tempatkan pada tempat kusus yang telahtersedia.
2.4.3 Kegiatan Penambangan
Kegiatan penambangan dimaksudkan untuk memisahkan sebagian batu
Andesit dari batuan asalnya dan menerapkan metode penambangan secara Kuari.
Kegiatan penambangan batu Andesit diantaranya :

1. Pembongkaran
Pembongkaran batu andesit di PT. Mineral Daya Gemilang dilakukan
dengancara mekanis menggunakan alat hydraulic rock breaker excavator CAT
345B LME SERIES II sebanyak 1 unit,seperti yang terlihat pada Gambar 2.6.
Gambar 2.6
Kegiatan Pembongkaran Batu Andesit Menggunakan Rock Breaker

2. Pemuatan
Pemuatan (loading) merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengisikan
bahan galian andesit hasil pembongkaran ke dalam alat angkut. Kegiatan loading
dilakukan dengan menggunakan alat muat merk Komatsu jenis Excavator
Kobelco SK- 200 .
Gambar 2.7
Kegiatan Pemuatan
3. Pengangkutan
Kegiatan pengangkutan (hauling) adalah kegiatan yang dilakukan untuk
mengangkut material andesit dari front penambangan untuk dibawa ke
pengolahan dan pemasaran yang dituju Alat angkut yang digunakan untuk
mengangkut batu andesit dari lokasi penambangan ke lokasi pengolahan atau
pemasaran adalah alat angkut jenis Mitsubishi ELF 120 PS

Gambar2.8
Kegiatan Pengangkutan
2.5 Pelaksanaan Keselamatan Kerja
Pelaksanaan keselamatan kerja pada PT. Mineral Daya Gemilang
dilakukan sepenuhnya di bawah pengawasan Manajemen keselamatan kerja PT.
Mineral Daya Gemilang. Meskipun PT. Mineral Daya Gemilang sudah berdiri
pada dari bulan aktober 2012, namun perusahaan belum memiliki Departemen
khusus yang menangani masalah keselamatan kerja. Meskipun telah di lakukan
sosialisasi dan dibuat peraturan tertulis tentang keselamatan kerja, namun pada
kenyataannya pelaksaan di lapangan belum sepenuhnya dijalankan oleh sebagian
karyawan karena sanksi yang tidak tegas.
BAB III
DASAR TEORI

Salah satu sektor penting industri yang ada di Indonesia yaitu


pertambangan. Produksi dan penciptaan pendapatan merupakan kekuatan utama
dalam memberantas kemiskinan dimana industri pertambangan memiliki peran
penting yang semakin meningkat. Selain itu, industri pertambangan memberikan
nilai surplus dalam neraca pertambangan; serta meningkatkan investasi yang
dapat menjadikan salah satu faktor dominan dalam menentukan indek harga
saham gabungan, dan menjadi salah satu sumber energi dan bahan baku domestik.
Salah satu karakteristik industri pertambangan adalah padat modal, padat
teknologi, dan memiliki resiko besar. Oleh karena itu, dalam rangka menjamin
kelancaran operasi, menghindari terjadinya kecelakaan kerja maka diperlukan
Kajian Keselamatan Kerja.

Adapun dasar hukum keselamatan kerja mengacu pada:


1. UU RI No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenaga Kerjaan
2. UU RI No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja pasal 3, dan 4
mengenai syarat-syarat keselamatan kerja, pasal 5,6, dan 7 mengenai
Pengawasan, dan pasal 11 mengenai kecelakaan.
3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 23 Tahun 2010 tentang
pelaksanaan kegiatan usaha pertambangan mineral dam batubara
4. Peraturan Menteri No. 26 Tahun 2018 tentang pelaksanaan kaidah
pertambangan yang baik dan pengawasan pertambangan mineral dan
batubara

5. Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia


No. 1827 K/30/MEM/2018 tentang pedoman pelaksanaan kaidah teknik
pertambangan yang baik
3.1 Pengertian Dasar Keselamatan Kerja
Keselamatan kerja adalah sarana utama untuk pencegahan kecelakaan,
cacat dan kematian sebagai akibat kecelakaan kerja. Keselamatan kerja yang baik
adalah pintu gerbang bagi keamanan tenaga kerja. Kecelakaan selain menjadi
sebab hambatan-hambatan langsung juga merupakan kerugian-kerugian secara
tidak langsung yakni kerusakan mesin dan peralatan kerja, dan lain-lain.
Keselamatan kerja sangat penting untuk menjadi acuan menciptakan kecelakaan
nihil (Zero Accident) di setiap perusahaan-perusahaan pertambangan di Indonesia.
Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia Nomor
1827 K/30/MEM/2018 Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan hal yang
penting dan perlu diperhatikan oleh pihak perusahaan, karena dengan adanya
jaminan keselamatan dan kesehatan kerja kinerja karyawan akan lebih meningkat.
Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2009 tentang
pertambangan mineral dan batubara, menegaskan bahwa pelaksanaan keselamatan
kerja yang baik akan :

1. Mencegah terjadinya bencana kecelakaan sehingga baik pekerja maupun


oranglain yang berada di tempat kerja selalu dalam kondisi selamat dan
sehat.
2. Menghindarkan kemungkinan terhambatnya produksi, agar produksi dapat
berjalan secara efektif dan efisien.
3. Meningkatkan kesejahteraan pekerja dan keluarganya dengan
berkurangnyakecelakaan yang terjadi.
Dengan dasar tersebut, maka setiap perusahaan diharapkan dapat
menerapkansistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja sebagai landasan
untuk merencanakan, melaksanakan dan mengkaji ulang sasaran program
keselamatan dan kesehatan kerja secara menyeluruh dan terpadu dengan
melibatkan karyawanuntuk berperan aktif dalam melaksanakan penyempurnaan
kinerja keselamatan dan kesehatan kerja.

3.2. Konsep Penyebab Kecelakaan


Kecelakaan adalah suatu kejadian yang tidak direncanakan, tidak terkendali
dan tidak dikehendaki yang disebabkan langsung oleh tindakan tidak aman
(unsafe act) dan kondisi tidak aman (unsafe condition) sehingga menyebabkan
terhentinya
suatu kegiatan baik terhadap manusia maupun terhadap alat. Seperti yang terlihat
pada Tabel 3.1, kecelakaan yang terjadi selalu ada penyebabnya, penyebab yang
paling utama adalah disebabkan oleh:
1. Tindakan tidak aman
Yaitu tindakan tidak aman yang berhubungan dengan tingkah laku para
pekerjadalam melaksanakan pekerjaan pertambangan.
2. Kondisi tidak aman
Yaitu kondisi tidak aman yang berhubungan dengan kondisi tempat
kerja atauperalatan yang digunakan dalam pekerjaan pertambangan.
Tabel 3.1.
Penyebab Terjadinya Kecelakaan
Immediate Causes
(Heinrich, 1980)
No Penyebab Persen Penyebab Dasar
Kecelakaan (%)
1 Tindakan tidak aman 88 1.Tidak memakai alat
(Unsafe act) pelindung diri (APD)
2.Bekerja denganbersenda
gurau
3. Jarak penambang satu
dengan yang lain dekat
4. Cara kerja yang tidak
benar

2 Kondisi tidak aman 10 1. Jenjang kerja yang


(Unsafe Condition) terlalu tinggi
2. Adanya batu-batu yang
menggangtung
3. Adanya rekahan batuan-
batuan yang digali
4. Lebar teras kerja
yang sempit

3 Diluar kemampuan 2 Takdir


manusia
(Act of God)
Sumber: International labour organization, 2013

Terjadinya kecelakaan merupakan landasan dari manajemen keselamatan


kerja, oleh karenanya usaha keselamatan kerja diarahkan untuk mengendalikan
sebab terjadinya kecelakaan. Untuk dapat memahami dengan baik tentang sebab
terjadinya kecelakaan kerja, maka manajemen dituntut memahami sumber
terjadinya kecelakaan. Dalam kaitannya dengan manajemen keselamatan kerja,
sebab kecelakaan dapat bersumber dari empat kelompok besar, yaitu:
1. Faktor lingkungan
Faktor ini berkaitan dengan kondisi di tempat kerja, yang meliputi:
a. Keadaan lingkungan kerja
b. Kondisi proses produksi
2. Faktor alat kerja
Di mana bahaya yang ada dapat bersumber dari peralatan dan bangunan
tempatkerja yang salah dirancang atau salah pada saat pembuatan serta
terjadinya kerusakan-kerusakan yang diakibatkan oleh seorang perancang.
Selain itu, kecelakaan juga bisa disebabkan oleh bahan baku produksi yang
tidak sesuai dengan spesifikasi yang ditetapkan, kesalahan dalam penyimpanan,
pengangkutan dan penggunaan.

3. Faktor manusia
Faktor ini berkaitan dengan perilaku tindakan manusia di dalam
melakukanpekerjaan, meliputi:
a. Kurang pengetahuan dan keterampilan dalam bidang pekerjaannya
maupundalam bidang keselamatan kerja.
b. Kurang mampu secara fisik dan mental.
c. Kurang motivasi kerja dan kurang kesadaran akan keselamatan kerja.
d. Tidak memahami dan menaati prosedur kerja secara aman.
e. Bahaya yang ada bersumber dari faktor manusianya sendiri dan sebagian
besar disebabkan tidak menaati prosedur kerja.

4. Kelemahan sistem manajemen


Faktor ini berkaitan dengan kurang adanya kesadaran dan pengetahuan
dari pucuk pimpinan untuk menyadari peran pentingnya masalah Keselamatan
Kerja, yang meliputi:
a. Sikap manajemen yang tidak memperhatikan Keselamatan Kerja di
tempat kerja.
b. Tidak adanya standar atau kode Keselamatan Kerja yang dapat diandalkan.
c. Organisasi yang buruk dan tidak adanya pembagian tanggungjawab dan
perlimpahan wewenang bidang Keselamatan Kerja secara jelas.
d. Sistem dan prosedur kerja yang lunak atau penerapannya tidak tegas.
e. Prosedur pencatatan dan pelaporan kecelakaan atau kejadian yang kurang
baik.
f. Tidak adanya monitoring terhadap sistem produksi.

3.3 Pedoman Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan Pertambangan


(SMKP) Berdasarkan Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya
Mineral Nomor 1827 K/30/MEM/2018

Sistem Manajemen Keselamatan Pertambangan (SMKP) terdiri atas


Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) pertambangan dan Kesehatan Operasional
(KO) pertambangan, diterapkan oleh pemegang IUP Eksplorasi, IUPK Eksplorasi,
IUP Operasi Produksi, IUPK Operasi Produksi, IUP Operasi Produksi Khusus
untuk pengolahan dan/atau pemurnian, dan perusahaan jasa pertambangan.
Sistem Manajemen Keselamatan Pertambangan (SMKP) adalah bagian
dariproses manajemen yang memiliki peranan penting dalam pencapaian tujuan
perusahaan melalui penerapan keselamatan dan kesehatan kerja dalam suatu
perusahaan yang bertujuan untuk mencegah, mengurangi, dan menanggulangi
setiap bentuk kecelakaan dan sakit akibat kerja yang dapat menimbulkan
kerugian. Keberhasilan penerapan SMKP dalam suatu industri pertambangan
sangat bergantung pada program manajemen terhadap K3 itu sendiri.
Penerapan SMKP di lapangan sebagai berikut :
1. Pemantauan, evaluasi, dan tindak lanjut
Untuk mengukur keberhasilan SMKP maka perlu melakukan
pemantauan, evauasi dan melaksanakan tindak lanjut atas hasil evaluasi
terhadap rencana dan penerapan SMKP tersebut. Dalam hal ini berpedoman
pada :
a. Pemantauan dan pengukuran kinerja
b. Inspeksi pelaksanaan keselamatan pertambangan
c. Evaluasi kepatuhan terhadap ketetntuan peraturan perundang- undangan
dan persyaratan lainnya yang terkait
d. Hasil laporan dari penyelidikan kecelakaan, kejadian berbahaya, kejadian
akibat penyakit tenaga kerja, dan data rekaman penyakit akibat kerja
e. Evaluasi pengelolaan administrasi keselamatan pertambangan
f. Audit internal SMKP
g. Rencana perbaikan dan tindak lanjut
2. Tinjauan manajemen dan peningkatan kinerja
Untuk menilai peningkatan dan kebutuhan akan perubahan terhadap SMKP
dilakukan :
a. Tinjauan hasil dari tindak lanjut rencana perbaikan dapat digunakan
dasar bagi manajemen, dalam menentukan kebijakan atas proses
peningkatan kinerja keselaatan pertambangan.
b. Tinjauan manajemen dipimpim oleh manajemen tertinggi pemegang izin
c. Dilakukan secara berkala paling kurang 1 tahun sekali hasilnya di
dokumentasikan

Keberhasilan penerapan keselamatan dan kesehatan kerja dalam suatu


industri pertambangan sangat bergantung pada program manajemen terhadap
keselamatan dan kesehatan kerja itu sendiri. Ungkapan ini didasarkan pada
kenyataan dimana masih banyak terdapat pandangan bahwa penerapan
keselamatan dan kesehatan kerja dalam kegiatannya akan mengurangi perolehan
dan keuntungan. Pandangan ini samasekali tidak dapat dibenarkan, karena pada
hakekatnya penerapan keselamatan dan kesehatan kerja justru akan melipat
gandakan keuntungan melalui pencegahan kecelakaan yang dapat mengakibatkan
kerugian dan peningkatan produktifitas.

3.4 Akibat Kecelakaan dan Prinsip Pencegahan Kecelakaan


1. Akibat Kecelakaan
Pengertian kecelakaan yang sering dikaitkan dengan alat yang ditimbulkan,
untuk memahami dengan baik tetang kecelakaan, maka hal yang harus
dipertimbangkan adalah konsepsi akibat yang ditimbulkan. Demikian pula
terhadap pengertian kecelakaan tersebut tidak harus selalu dikaitkan dengan
akibat yang ditimbulkan atau kerugian yang dialami. Maksud pengertian ini
menekankan bahwa suatu kejadian baru dikaitkan kecelakaan apabila
mengakibatkan cedera, korban jiwa, penyakit akibat kerja atau kerugian-kerugian
lainnya.
Akibat-akibat yang ditimbulkan oleh kecelakaan kerja adalah sebagai
berikut:
1. Bagi karyawan
Kecelakaan dari tempat kerja yang ditimbulkan dapat berakibat fatal pada
tenaga kerja itu sendiri, misalnya kematian, cacat, cidera serta penderitaan bagi
keluarga itu sendiri.
2. Bagi perusahaan
Sedangkan akibat yang diperoleh dari pihak perusahaan adalah seperti
memberikan biaya pengobatan bagi si korban, biaya ganti rugi, terjadi kerusakan
peralatan, serta turunnya produktifitas kerja dan sebagainya.
3. Bagi masyarakat
Bagi pihak masyarakat akibat dari kecelakaan kerja seperti
terjadinyakerusakan lingkungan.

2. Prinsip Pencegahan Kecelakaan


Pencegahan kecelakaan dalam kaitannya dengan masalah keselamatan dan
kesehatan kerja harus mengacu dan bertitik tolak pada konsep sebab akibat
kecelakaan, yaitu dengan mengendalikan sebab dan mengurangi akibat
kecelakaan. Berdasarkan prinsip pencegahan kecelakaan tersebut, maka fungsi
dasar manajemen keselamatan dan kesehatan kerja memegang peranan penting
terhadap upaya pengendalian kecelakaan sesuai dengan program yang telah
ditetapkan.

3.5 Teori Domino


Teori keselamatan kerja dicetuskan pertama kali oleh Heinrich pada tahun
1931. Melalui bukunya yang berjudul Industrial Accident Prevention, Heinrich
menyatakan bahwa pemikiran tentang keselamatan kerja harus dilakukan seperti
halnya perusahaan memikirkan dan menekankan pentingnya biaya produksi,
kualitas produk dan pengendalian mutu. Dengan kata lain masalah keselamatan
kerja seharusnya sudah masuk perencanaan awal perusahaan. Heinrich bahkan
melihat adanya sejumlah faktor yang memunculkan efek domino kondisi yang
menyebabkan kegiatan pekerjaan menjadi tidak aman. Teori keselamatan kerja ini
kemudian dikenal sebagai Teori Domino Heinrich, seperti pada Gambar 3.1.
Sumber: Industrial Accident Prevention (Heinrich, 1960)
Gambar 3.1
Teori Domino

Dalam Teori Domino Heinrich, kecelakaan terdiri atas lima faktor yang
salingberhubungan:
1. Hereditas.
2. Kelalaian manusia.
3. Sikap dan kondisi tidak aman.
4. Kecelakaan kerja.
5. Dampak kerugian.
Jadi teori ini menegaskan adanya hubungan antara factor penyebab
kecelakaan yang satu dengan faktor yang berikutnya. Efek yang ditimbulkannya
dapat sangat besar dan merupakan potential accident.

Menurut Heinrich, kunci untuk mencegah kecelakaan adalah dengan


menghilangkan tindakan tidak aman sebagai poin ketiga dari lima faktor penyebab
kecelakaan. Menurut penelitian yang dilakukannya, tindakan tidak aman ini
menyumbang 98% penyebab kecelakaan di lokasi kerja. Jika kita menganalogikan
dengan kondisi di tambang bawah tanah, teori ini sangat tepat untuk
merepresntatifkan potensi kecelakaan yang mungkin terjadi. Kondisi tidak aman
sebagai kartu domino awal jika tidak di handling dengan tepat tentunya akan
menyebabkan potensi kecelakaan. Potensi kecelakaan ini akan tetap tersimpan
sampai benar-benar terjadi kelalaian manusia. Dan kelalaian manusia ini akan
juga menyebabkan adanya tindakan tidak aman (unsafe act) sehingga akan
memicu terjadinya kecelakaan.
Langkah pertama dalam menciptakan lingkungan kerja yang aman adalah
untuk memastikan orang di dalamnya mengikuti semua hukum dan peraturan
perusahaan. Tetapi jika seseorang terluka dan ditemukan perusahaan tidak
mematuhi undang-undang, maka perusahaan bisa berakhir dalam masalah hukum
yang serius.
Sebagai suatu peristiwa, kecelakaan tentunya tidak bisa diduga datangnya.
Namun bukan berarti kecelakaan kerja tidak dapat dicegah. Dampak maupun
resiko dari kecelakaan kerja dapat diminimalisir melalui penggunaan peralatan
pelindung dan pengetahuan para tenaga kerjanya.

3.6 Frequency Rate (FR) dan Severity Rate (SR)


Frequency Rate merupakan perhitungan yang bermanfaat pada setiap
organisasi karena mengukur jumlah injury yang terjadi akibat kecelakaan di
tempat kerja dibandingkan dengan total kerja. Nilai sangat fleksibel dan dapat
digunakan untuk mengukur berbagai tipe kecelakaan pada populasi besar.
Severity Rate merupakan perhitungan untuk mengetahui tingkat keparahan
dari suatu kecelakaan yang terjadi. Severity Rate mengukur banyaknya hari yang
hilang akibat injury.

Satuan perhitungan untuk statistik adalah peristiwa kecelakaan, sehingga


untuk seorang tenaga kerja yang menderita dua atau lebih kecelakaan dihitung
banyaknya peristiwa kecelakaan tersebut. Statistik-statistik khusus mungkin pula
dikumpulkan mengenai jenis-jenis kecelakaan tertentu. Statistik mengenai hal-hal
yang sama untuk tahun-tahun yang berlainan sangat berguna untuk menilai
apakah kecelakaan-kecelakaan tersebut bertambah dan berkurang dan betapa
efektif atau tidaknya usaha pencegahan. Statistik kecelakaan harus disusun atas
dasar definisi yang seragam mengenai kecelakaan-kecelakaan dalam industri,
dalam rangka tujuan pencegahan pada umumnya dan sebagai ukuran resiko-resiko
kecelakaan pada khususnya. Semua kecelakaan-kecelakaan yang didefinisikan
demikian harus dilaporkan dan ditabulasikan secara seragam, yaitu:

1. Angka-angka frekuensi dan beratnya kecelakaan harus dikumpulkan atas


dasar cara-cara seragam. Harus ada pembatasan-pembatasan seragam
tentang kecelakaan, cara-cara seragam untuk mengukur waktu menghadapi
resiko, dan cara-cara untuk menyatakan besarnya resiko.
2. Klasifikasi industri dan pekerjaan untuk keperluan statistik
kecelakaan harus selalu seragam.
3. Klasifikasi kecelakaan menurut keadaan-keadaan terjadinya dan
menurut sifat dan letak luka atau kelainan harus seragam, dan dasar-
dasar yang dipakai untuk menetapkan kriteria pemikiran harus selalu
sama.
3.7 Perhitungan Frequency Rate dan Severity Rate
Perhitungan statistik kecelakaan tambang adalah sebagai berikut:
Statistik kecelakaan tambang ditetapkan setiap tahun berdasarkan kekerapan dan
keparahan kecelakaan yang terjadi pada pekerja tambang yang dihitung dari:

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐾𝑒𝑐𝑒𝑙𝑎𝑘𝑎𝑎𝑛 𝐾𝑒𝑟𝑗𝑎 𝐾𝑜𝑚𝑢𝑙𝑎𝑡𝑖𝑓


𝐹𝑅 = 𝑥1.000.000
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐽𝑎𝑚 𝐾𝑒𝑟𝑗𝑎 𝐾𝑜𝑚𝑢𝑙𝑎𝑡𝑖𝑓

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐾𝑒ℎ𝑖𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝐻𝑎𝑟𝑖 𝐾𝑒𝑟𝑎𝑗


𝑆𝑅 = 𝑥1.000.000
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐽𝑎𝑚 𝐾𝑒𝑟𝑗𝑎 𝐾𝑜𝑚𝑢𝑙𝑎𝑡𝑖𝑓
BAB IV
HASIL PENELITIAN

Keselamatan Kerja harus dapat dipahami dan diwajibkan kepada setiap


pekerja dan perusahaan agar terlaksananya suatu lingkungan kerja yang didasari
oleh keselamatan kerja yang utama,lingkungan kerja yang mengutamakan
keselamatan kerja akan menimbulkan minimnya kecelakaan kerja sehingga
pekerja atau karyawan selalu merasa aman dalam melaksanakan pekerjaannya.
Sehingga kerugian jiwa dan material akibat kecelakaan kerja dapat dicegah dan
diminimalisirkan untuk keamanan dan kepentingan Bersama dan semua itu
menjadi tanggung jawab organisasi perusahaan UP. Parno memiliki komitmen
terhadap keselamatan kerja para karyawan maupun perusahaan.

4.1. Kegiatan Penambangan Batu Andesit UP. Parno


Dalam proses kegiatan penambangan batuan gamping dilakukan melalui
beberapa tahapan penambangan yaitu: pembersihan lahan, pengupasan tanah
penutup, pembongkaran, pemuatan, pengangkutan dan pemasaran.
Adapun tahapan kegiatan penambangan batuan gamping secara rinci dapat
diuraikan dengan urutan sebagai berikut :

4.1.1 Pembersihan Lahan (land clearing)


Sebelum dilakukan pengupasan lapisan tanah penutup, terlebih dahulu
melakukan pembersihan lahan. Pembersihan lahan (land clearing) yang dilakukan
adalah pembersihan lahan dari pohon-pohon dan semak belukar serta tunggul
kayu yang menutupi area penambangan. Pembersihan lahan (land clearing)
direncanakan akan dilakukan secara mekanis dengan menggunakan Bulldozer dan
secara manual menggunakan chain saw untuk diameter pohon lebih dari 20 cm.
Pohon-pohon dan semak belukar serta tunggul kayu hasil pembersihan lahan
(land clearing) tersebut kemudian dipindahkan ke rencana daerah-daerah
pembuangan.
4.1.2 Pengupasan Tanah Penutup
Dalam kegiatan pengupasan lapisan tanah penutup (overburden),
menggunakan rangkaian kerja alat muat dan alat angkut untuk memindahkan
material dari lokasi pemuatan menuju penimbunan. Alat muat digunakan untuk
memuat material ke dalam bak dump truck, kemudian dump truck mengangkut
dan menimbun material di lokasi penimbunan. Dalam pengupasan lapisan tanah
penutup, direncanakan akan dilakukan dengan menggunakan Excavator Back Hoe
dan dump truck. Pada kegiatan pengupasan tanah penutup agar tidak mengalami
hambatan pada saat operasional tambang, ada beberapa hal yang harus diketahui
meliputi : karakteristik material, ketebalan lapisan tanah penutup, volume tanah
penutup, metode pengupasan, dan penimbunan tanah penutup.

4.1.3 Pembongkaran
Kegiatan pembongkaran dimaksudkan untuk membongkar gamping dari
batuan induknya (breksi gamping) sehingga dapat dimanfaatkan sesuai kebutuhan
yang diinginkan. Untuk melaksanakan pekerjaan ini, dilakukan dengan
menggunakan rock breaker.

4.1.4 Pemuatan
Setelah batuan andesit dibongkar maka akan dilakukan tahap pemuatan
kedalam dump truck dengan menggunakan excavator Back Hoe jenis Komatsu
Kobelco SK-200 . Sebagai alat angkut batu gamping menggunakan dump truck
jenis Mitsubishi ELF 120 PS menuju ketempat selanjutnya untuk dilakuk diangkut
menuju stockpile.

4.2. Alat Pelindung Diri (APD)


Alat pelindung diri sesungguhnya merupakan instrumen terakhir dalam
melindungi keselamatan dan kesehatan tenaga kerja dari potensi bahaya yang
kemungkinan terjadi pada saat melakukan pekerjaan, Sebagaimana tercantum
dalam, UU NO.1/1970 Tentang Keselamatan Kerja yang dimana Undang-Undang
ini mengatur dengan jelas tentang kewajiban pimpinan tempat kerja dan pekerja
dalam melaksanakan keselamatan kerja. Pada saat berjalannya proses
penambangan tenaga kerja wajib untuk memakai alat pelindung diri dan UP.Parno
wajib untuk menyediakan alat pelindung diri disertai dengan petunjuk yang
dilakukan.
Tabel 4.2.
Data Alat Pelindung Diri (APD) UP. Parno
No Jenis APD Jumlah
1 Safety Helmet (Helm Pengaman) 5
2 Safety Vest (Rompi Reflektor) 5
3 Safety Shoes (Sepatu Pengaman) 5
4 Safety Goggles/Glasses (Kacamata Pengaman) 5
5 Safety Masker/masker respirator (Penyaring Udara) 1 Kotak
6 Safety Gloves (Sarung Tangan Pengaman) 1 Kotak
7 Ear Plugs (Pengaman Telinga) 1 Kotak
8 Self Rescuer (Alat Pemadam) 1
9 Safety Boot (Sepatu Boot) 5
10 Kotak P3k 1 Paket
Sumber : UP. Parno

4.3. Tindakan Kerja Tidak Aman Pada area Pembongkaran


Kecelakaan tambang UP. Parno disebabkan oleh dua faktorlangsung yang
terjadi pada kegiatan penambangan. Penyebab kecelakaan tersebut antara lain
tindakan tidak aman (Unsafe Action) dan kondisi tidak aman (Unsafe Condition),
yang bisa menyebabkan terhentinya suatu kegiatan, baik terhadap manusia, mesin
maupun alat-alat perlengkapan penambangan,
Menurut hasil pengamatan dan penjelasan dari pembimbing lapangan,
front penambangan, merupakan daerah yang paling rawan terhadap kecelakaan
kerja. Kerawanan itu antara lain seperti pada Lampiran C.
Pada area pembongkaran bahan galian termasuk dalam daerah yang
memiliki banyak kondisi yang tidak aman. Dalam kegiatan pembongkaran yang
dilakukan dengan alat bongkar Excavator, kegiatan rock breaking yang dilakukan
dengan alat hydraulic rock breaker¸ dan kegiatan hauling dengan alat angkut
dump truck tentu saja menjadi pusat perhatian bagi operator dan mandor. Dimana
seluruh operator diwajibkan memiliki Surat Ijin Operator (SIO) dan SIM BII
Umum bagi operator dump truck. Mandor juga mewajibkan untuk selalu
menggunakan APD.
Tabel 4.3
Tindakan Kerja Tidak Aman Pada Area Pembongkaran

No Tindakan Kerja
Tidak Aman Keterangan

1. P2H Unit Menurut hasil pengamatan, sering terjadi


Rockbreaker pelanggaran- pelanggaran yang dilakukan oleh
Penyiapan Operator Unit antara lain :
Pembongkaran
a. Tidak melakukan safety briefing.
Batu gamping
b. Tidak melakukan pengecekan unit ketika akan
memulai kegiatan pembongkaran.
c. Tidak adanya kegiatan pemeriksaan APD terhadap
operator sebelum kegiatan pembongkaran.
d. Memaksakan diri bekerja dalam kondisi yang
tidak siap
2. Tidak mengenakan Terdapat pekerja yang tidak mengenakan APD
APD secara lengkap terutama helm, kacamata dan masker

4.4 Data Unsafe Condition Pada Kegiatan Pembongkaran


Kecelakaan yang terjadi di UP. Parno adalah akibat dari faktor kondisi
tidak aman yang ada diare pembongkaran batu andesit. Kondisi kerja tidak aman
yang mengakibatkan kecelakaan disebabkan karena kondisi tidak adanya rambu
dan pengawasan serta tindakan tegas terhadap pelanggaran keselamatan kerja.
Kurangnya pengawasan terhadap akses dan luang lingkup lokasi penambangan
yang menimbulkan kecelakaan. Data unsafe condition pada tahun 2021 dapat
dilihat pada Tabel 4.4 dan 4.5.
Tabel 4.4
Kondisi Tidak Aman

Kondisi
No. Lokasi Keterangan
Tidak Aman
Pada musim kemarau, konsentrasi debu pada
1. Konsentrasi Pembongkaran pembongkaran batu andesit sangat tinggi.
debu yang Batu Gamping Sehingga pada saat kondisi seperti ini
sangat tinggi potensi terjadinya kecelakaan kerja
meningkat,dikarenakan konsentrasi debu
yang tinggi ditambah dengan tindakan
pekerja yang tidak memakai APD
Pada saat proses pembongkaran batu
Tidak adanya gamping masi terdapat beberapa pekerja yang
pengawasan Pembongkaran terpantau berdiri dengan jarak yang terlalu
terhadap luang Batu Gamping dekat dengan area pembongkaran batu
2. lingkup gamping,sehingga dengan kondisi seperti ini
pembongkaran mengakibtkan potensi kecelakaan kerja pada
saat proses pembongkaran batu gamping
meningkat
Kondisi dimana Pada saat adanya kegiatan visitor kedalam
pengunjung yang area luang lingkup penambangan,potensi
masuk ke area Area terjadinya kecelakaan kerja meningkat
penambangan Penambangan dikarenakan tidak adanya safety talk
3. tidak Dan kelengkapan APD yang dilakukan oleh
mendapatkan perusahaan. Sehingga kegiatan ini
safety talk dan menimbulkan potensi kecelakaan kerja.
tidak
menggunakan
APD

Tabel 4.5
Data Kecelakaan Pada Kegiatan Pembongkaran di.UP.Parno tahun 2021

No. Tanggal Lokasi Kejadian

Area
1. 15-Jan-21 Pembongkaran Pekerja terkena serpihan batuan

Area Operator Mengalami Iritasi Akibat Debu


2. 28-Jan-21 Pembongkaran

Berdasarkan tingkat kemungkinan terulang kembali dapat diketahui


klasifikasi kecelakaannya adalah sangat jarang, seperti pada Lampiran C.

4.4.1 Data Unsafe Act dan Unsafe Condition Kegiatan Pembongkaran


Menurut hasil pengamatan selama penelitian dilapangan, potensi
kecelakaan terjadi karena tindakan yang tidak aman, juga kondisi yang tidak
aman. Data Unsafe Act dan Unsafe Condition kerja yang terjadi pada tahun 2021
dapat dilihat pada Tabel 4.6.
Tabel 4.6
Data Unsafe Act dan Unsafe Condition Pada Kegiatan
Pembongkaran di UP. Parno Tahun 2021
No Tanggal Lokasi Tipe Insiden Kejadian

Area Komponen Kendaraan yangt


1
05-Jan-21 pembongkaran Unsafe Act tidak lengkap
Melakukan kegitan
Area
2 merokok ada saat
12-Jan-21 Pembongkaran Unsafe Act
bekerja dilapangan
Area Unsafe
3 Tidak Adanya Rambu- rambu
22-Jan-21 Pembongkaran Condition
Debu yang munculakibat
Area Unsafe
4 26-Jan-21 front penambangan yang
Pembongkaran Conditio
n terlalu kering

4.5 Faktor Penyebab Kecelakaan


4.5.1. Faktor Penyebab Langsung
a. Kondisi Front penambangan yang berbedu dapat mengganggu
penglihatandan kesehatan. Debu (dust) adalah partikel-partikel zat berukuran
kecil yang dibawa oleh udara yang dapat bersifat toksik bagi manusia.
Konsentrasi debu yang tinggi dilapangan menyebabkan potensi bahaya bagi
operator dan jarak pandang terbatas sehingga menyebabkan operator kurang
waspada terhadap pekerja sekitar
b. Tidak adanya pengawasan pada area penambangan sehingga terdapat
adanya faktor penyebab kecelakaan secara langsung dikarenakan berdasarkan
kondisi dilapangan terdapat adanya pekerja yang berdiri terlalu dekat dengan
alat bongkar batu andesit ,sehingga ini menjadi faktor penyebab kecelakaan
secara langsung.
c. Tidak adanya pelaksanaan kegiatan safety talk dan pengecekan
kelengkapan APD pada saat akan memulai kegiatan penambangan sehingga
resiko terjadinya kecelakaan akan semakin tinggi ditambah dengan kondisi
tidak adanya sanksi yang tegas terhadap pelanggaran-pelanggaran yang
terjadi
sehingga menjadi factor penyebab kecelakaan secara langsung.

4.5.2 Faktor Penyebab Tidak Langsung


d. Tingkat Pendidikan
Pendidikan seseorang berpengaruh terhadap pola pikir mengenai
pekerjaan yangdiberikan kepadanya. Selain itu pendidikan berpengaruh
pada tingkat penyerapan materi dari pelatihan maupun pengajaran yang
diberikan. Orang yang memiliki tingkat pendidikan lebih tinggi
cenderung berpikir lebih panjang atau dalam memandang suatu
pekerjaan akan melihat dari berbagai segi, misalnya segi keamanan alat,
lokasi atau dari segi keamanan diri. Lain halnya dengan orang yang
berpendidikan lebih rendah, cenderung akan berpikir lebih pendek atau
dapat dikatakan ceroboh dalam bertindak. Dari 19 karyawan hanya 4
orang saja yang menempuh pendidikan hingga sarjana sehingga tingkat
pendidikan pegawai di UP. Parno tergolong rendah.

e. Pengalaman Kerja
Hampir semua pekerja yang bekerja di UP. Parno merupakan penduduk
sekitar. Rata-rata semua pekerja pada saat awal bekerja adalah minim
pengalaman. Para operator back hoe, rock breaker, dan wheel loader saat
pertama kali masuk bekerja belum memiliki kemampuan untuk
mengoperasikan alat sesuai dengan ketentuan dan panduan operasi.
Untuk meningkatkan kemampuan parapekerja maka perlu diadakan
pelatihan pengoperasian alat pada saat awal masuk bekerja dan diberikan
pengarahan mengenai potensi-potensi kecelakaan yang dapat terjadi
dalam pengoperasian alat
Kecelakaan dapat terjadi karena adanya kondisi tidak aman dan tindakan
kerja tidak aman yang dilakukan pekerja. Salah satu tindakan tidak aman yang
dilakukan pekerja adalah mengabaikan alat pelindung diri. Setelah mendata,
didapat jumlah APD dan terdapat beragam alasan pekerja untuk mengabaikan
APD.
Tabel 4.7.
Alasan Pekerja Mengabaikan APD

No. APD Alasan Pekerja Mengabaikan APD

1. Masker Merasa tidaknyaman bila Menggunakan masker

Merasa pekerjaan atau kegiatan yang dilakukannya tidak


2. Helm berbahaya, terutama bagi kepala.

3. Kacamata Merasa tidak nyaman bila Menggunakan kacamata

4. Sarung Merasa tidak terbiasa dan tidak nyaman jika bekerja


Tangan menggunakan sarung tangan.
BAB V
PEMBAHASAN

Masalah Keselamatan Kerja di UP. Parno ditangani oleh Kepala Teknik


Tambang. Kepala Teknik Tambang ini bertanggung jawab atas pembuatan,
sosialisasi, pelaksanaan dan pengawasan peraturan Keselamatan Kerja di
perusahaan. Jika terjadi kecelakaan kerja, Kepala Teknik Tambang jugalah yang
menyelidiki, mencari sebabnya dan membuat laporannya.

5.1. Penyebab Unsafe Act dan Unsafe Condition

Kecelakaan kerja yang terjadi pada UP. Parno disebabkan langsung oleh
tindakan tidak aman (unsafe act) dan kondisi tidak aman (unsafe condition).
Kecelakaan yang terjadi selalu ada penyebabnya, dapat dilihat pada Tabel 5.1.
Tipe
Tanggal Penyebab Potensi Insiden Solusi
Insiden
Penyelidikan Penyebab Unsafe Act dan Unsafe Condition dan Solusinya
atau Dampak

No.
Ceroboh dan Berpotensi cidera Memberikan
menyepelekan serius sosialisasi dan
06-Jan- fungsi rambu-
1 Unsafe act seperti,terkena tindakan sanksi
21 rambu dan serpihan batuan dan yang tegas
APD tersenggol dengan terhadap siapapun
alat berat akibat yang melanggar
tidak mengindahkan rambu- rambu dan
rambu-rambu dan tidak memakai
fungsi APD APD

Tabel 5.1.
Kurang Terjadinya cidera Mengadakan
kesadaran akan yang fatal yang bias penyuluhan dan
09-Jan- Unsafe
2 akibat dari menyebabkan pelatihan tentang
21 Conditio
kecelakaan kehilangan niwa pentingnya
n
bagi karyawan, ataupun kerugian keselamatan kerja
perusahaan dan materil lainnya dan bagaimana
lingkungan cara menghindari

Lanjutan Tabel 5.1


Besar kemungkinan Membuat rambu-
Tidak Adanya akan terjadinya rambu yang sesuai
13-Jan-21 Unsafe
3 rambu- rambu kecelakaan kerja dengan ketentuan
Conditio
pada area akibat tidak adanya dan menyadarkan
n
pembongkaran rambu yang menjadi akan potensi
pengingat dan potensi bahaya pada area
bahaya yang tersebut
ditimbulkan dari area
tersebut
Memberikan
Tidak adanya Pekerja tidak safety talk
15-Jan-21 Unsafe mengerti apa itu
4 safety talk sebelum
condition
sebelum memulai bahaya dan resiko dimulainya
kegiatan yang ditimbulkan dan pekerjaan, serta
penambangan oekerja tidak melakukan
mengetahui sumber pengecekan
bahaya itu sendiri kelengkapan
para pekerja
Kelengkapan
Unsafe komponen alat Cidera serius yang Melakukan P2H
23-Jan-21 Condition berat yang akan dialami oleh secara rutin dan
5
digunakan belum operator seperti selalu mengecek
maksimal dan terkena serpihan dan mengganti
tidak ada batuan dan iritasi komponen yang
pengecekan pada bagian mata hilang atau rusak
akibat debu karena
tidak lengkapnya
komponen kendaraan

5.2. Analisa Terhadap Angka Kecelakaan


Angka kecelakaan tambang yang terjadi pada tahun 2020 adalahsebagai
berikut :
Jumlah jam kerja sehari : 8 jam
Jumlah hari kerja setahun : 300
hariJumlah tenaga kerja : 19
Jumlah jam kerja orang per tahun dari tahun 2020
Jam kerja tahunan = 8 jam/hari x 300 hari x 19 pekerja
Jam kerja tahunan = 45.600 jam

5.2.1. Frequency Rate (FR)


Berdasarkan data yang diperoleh terkait kecelakaan kerja maka dilakukan
perhitungan menggunakan rumus frequency rate, didapat nilai frequency rate 15,
berarti bahwa untuk 19 orang pekerja tambang yang bekerja selama 1.000.000
jam kerja tingkat kekerapan terjadinya kecelakaan adalah 43. Angka ini
mengindikasikan bahwa dalam setahun terjadi kira-kira 43 kecelakaan pada setiap
1.000.000 jam kerja manusia. (Lampiran E)

5.2.2. Severity Rate (SR)


Nilai severity rate menunjukkan bahwa selama kurun waktu tersebut,
mengindikasikan bahwa selama kurun waktu bulan Desember tahun 2020 telah
terjadi hilangnya waktu kerja sebesar 38 hari per 1.000.000 jam kerja manusia.

5.3. Analisa Sistem Manajemen Keselamatan Pertambangan (SMKP)


Seperti yang telah diuraikan pada Bab IV, dalam kegiatan penambangan
UP.Parno, masih banyak terdapat kondisi tidak aman dan tindakan kerja tidak
aman yang terjadi. Untuk itu, sebaiknya pihak perusahaan meninjau kembali
pelaksanaan kegiatan kerjanya dan melakukanperbaikan- perbaikan sesegera
mungkin terhadap kondisi tidak aman agar resikokeselamatan kerja
dapatdiminimalkan.
Upaya mengatasi kondisi tidak aman dan tindakan kerja tidak aman
itu antara lain :

5.3.1 Melengkapi dan Meningkatkan KualitasAPD


Dari tabel sebelumnya, terdapat jumlah APD dan alasan dari pekerja
mengabaikan APD adalah karena kurangnya jumlah APD. Sebaiknya pihak
perusahaan mengakomodasi keluhan ini dengan meningkatkan kualitas APD dan
melengkapi jumlah APD yang sesuai dengan kondisi kerja dimana si karyawan itu
melakukan pekerjaan serta alat-alat pengaman (rompi, sarung tangan, kacamata)
agar para pekerja nyaman dan merasa aman dengan APD yang dikenakan.
Dari hasil analisa program-program keselamatan kerja diatas, perusahaan
masih kurang maksimal dalam menjalankan Sistem Manajemen Keselamatan
Pertambangan (SMKP) meliputi elemen kebijakan dan implementasi. Oleh karena
itu, perlunya penerapan dari elemen-elemen diatas agar tercipta kondisi
lingkungan kerja yang aman, berikut adalah penerapan elemen SMKP yang harus
dimaksimalkan oleh perusahaan :
1. Elemen Kebijakan
Dalam hal ini perusahaan belum maksimal dalam melaksanakan elemen
kebijakan mengenai komunikasi kebijakan yang ada di UP. Parno, oleh karena itu
perlunya optimalisasi program-program yang sudahada dan penambahan program
untuk menyukseskan tujuan keselamatan kerja yaitu:
a. Safety Induction
Semua pekerja tambang dan warga atau orang yang diberi ijin oleh KTT
untuk masuk wilayah pertambangan UP. Parno diwajibkan untuk melapor
dan mengisi buku daftar hadir, setelah itu dilakukan pengenalan terhadap
kondisi bahaya di sekitar area penambangan oleh KTT atau pengawas
lapangan. Dalam pelaksanaannya UP. Parno kurang maksimal dalam
pengawasan terhadap pendataan warga atau pengunjung yang
masuk pada area tambang.

b. Safety Talk untuk Para Pekerja


Kegiatan safety talk yang sudah direncanakan harus segera dilaksanakan.
Kegiatan ini sangat penting karena dengan adanya hal ini pihak perusahaan
dapat dengan mudah mengevaluasi tikndakan- tindakan yang tidak aman dan
kondisi tidak aman yang dapat dilihat pada hari kerja sebelumnya, untuk
pembelajaran dihari kedepan.
c. Safety Talk untuk Para Pengunjung
Dalam pelaksanaan kegiatan pertambangan batu andesit pada UP. Parno
kegiatan safety talk untuk para pengunjung jarang dilakukan. Sebaiknya
untuk semua orang yang mendapatkan ijin oleh KTT yang diperkenankan
memasuki wilayah pertambangan diwajibkan mengikuti pengenalan umum
selama kurang lebih 15 menit mengenai safety, pemakaian alat pelindung diri,
serta peraturan- peraturan yang harus ditaati selama pengunjung berada di
area pertambangan, dimana bertujuan untuk mencegah terjadinya tindakan
tidak aman (unsafe act) agar tidak merugikan para pengunjung dan
perusahaan.

2. Elemen Implementasi
Dalam hal yang mencakup elemen implementasi perusahaan perlu
penambahan program yaitu :
a. Kebersihan dan House Keeping
Dengan lingkungan yang bersih maka pikiran akan sehat dan
meningkatkan produktivitas kerja, untuk itu semua karyawan diwajibkan
menjaga dan memelihara kebersihan di lokasi kerja seperti kantor, bengkel,
toilet dan workshop.
b. Pengecekan Kendaraan
Pengecekan kendaraan sangatlah penting dilakukan karena pengecekan
kendaraan sebelum bekerja dapat mengetahui kondisi alat yang digunakan
dalam kondisi layak atau tidak untuk digunakan.

c. Peralatan dan Keselamatan Kerja


Semua peralatan harus disimpan pada tempat yang aman dan pada tempat
yang telah disediakan agar tidak hilang yang pada akhirnya dapat
menimbulkan bahaya.
d. Peraturan Lalu Lintas di Area Tambang
Untuk pengaturan lalu lintas di area tambang, pihak perusahaan belum
maksimal dalam memasang rambu-rambu lalu lintas di area penambangan,
oleh karena itu pihak perusahaan harus menambah rambu-rambu agar
operator dapat mengetahui bahaya yang ada dalam area penambangan.
e. Cara Aman dalam Berkendara
Pada kegiatan penambangan batu andesit UP. Parno masih banyak
operator yang berkendara tidak aman dan sering juga tidak memakai sabuk
pengaman, menggunakan telepon genggam, saling mendahului dan
berkendara dengan kecepatan tinggi. Sehingga, dalam area tambang perlu
dipasang rambu batas kecepatan berkendara dan jarak aman kendaraan.
f. Prosedur Isolasi Daerah Berbahaya
Pekerja harus mengerti dan memahami daerah yang terisolasi dimana
lokasi sangat berbahaya. Karena area penambangan juga dekat dengan
pemukiman warga dan pernah didapati warga yang masuk ke area
penambangan tanpa ijin. Maka perlunya tanda daerah yang terisolasi dengan
tanda dilarang masuk.
g. Pemasangan Poster Untuk Sosialisasi
Pemasangan poster tentang pentingnya keselamatan, dapat dipasang pada
tempat-tempat yang mudah terlihat oleh para pekerja tambang. Misal, dipintu
masuk area tambang agar semua pekerja tambang memperhatikan
keselamatan kerja.

h. Pelatihan Kerja
Pelatihan kerja sangat perlu dilakukan untuk pekerja yang tingkat
pendidikannya masih rendah hal ini guna meningkatkan kompetensi pekerja
dan keterampilan pekerja dalam hal melakukan pekerjaan yang dilakukannya,
serta untuk menambah pengetahuan pekerja mengenai tatacara melakukan
pekerjaan dengan layak dan aman.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan
Dari uraian pada bab-bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan
sebagaiberikut :
1. Dalam pelaksanaan kegiatan di UP. Parno, masih banyak terdapat tindakan
tidak aman dan kondisi tidak aman yang berpotensi menyebabkan
terjadinya kecelakaan, seperti kondisi front penambangan yang berdebu
dan tingkat abai terhadap menggunakan alat pelindung diri secara lengkap
masi tinngi.
2. Nilai kekerapan kecelakaan/Frequency Rate (FR) = 43 mengindikasikan
bahwa dalam setahun terjadi kira-kira 15 kecelakaan pada setiap 1.000.000
jam kerja manusia. Tingkat keparahan kecelakaan/Severity Rate (FR) = 38
mengindikasikan bahwa terjadi hilangnya waktu kerja sebesar 38 hari per
1.000.000 jam kerja manusia. Nilai fr dan sr ini dapat menjadi indicator
performa penerapan system K3 disuatu perusahan apakah sudah baik atau
belum. Semakin tinggi nilai fr dan sr maka penerapan system K3
diperusahaan tersebut belum maksimal,begitu pula sebaliknya.
3. Upaya penanggulangan faktor personal yang berpengaruh terhadap
produktifitas dan kinerja karyawan yaitu dengan peningkatan ketrampilan
karyawan baik dalam bidang kerjanya maupun dalam bidang keselamatan
kerja.
6.2. Saran
Saran yang penulis berikan untuk pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan
kerja adalah sebagai berikut :
1. Melengkapi dan meningkatkan kualitas APD untuk para karyawan sesuai
dengan bidang kerjanya.
2. Mengevaluasi kegiatan kerja para karyawan dalam kegiatan
penambangansecara intensif.

3. Memberikan pembinaan untuk karyawan tentang pentingnya keselamatan


dankesehatan kerja terutama pada pekerja yang tingkat pendidikanya masih
rendah.
4. Membuat departemen yang khusus menangani keselamatan kerja supaya
sistemmanajemen keselamatan kerja dapat berjalan dengan baik.
LAMPIRAN
DAFTAR PUSTAKA

1. Darman dan Sidi. (2000). “The geology of indonesia”. Jakarta


2. Dinas Pekerjaan Umum (Bidang Pengairan) Kabupaten Kulon Progo,
DIY,2020
3. Dwi Kornelia Tefa, (2015), “Kajian Tentang Keselamatan dan Kesehatan
Kerja Pada Tambang Terbuka”, Program Studi Teknik Pertambangan,
Fakultas Teknologi Mineral, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”
Yogyakarta.
4. Heinrich W.W. (1960). “Industrial accident Prevention a Safety
Management Approach” fifth edition. New York.
5. International Labour Organization. (2013). “Keselamatan dan
Kesehatan Kerja”. Jakarta.
6. Peta Rupa Bumi Indonesia. (2019). “Peta Batas Administrasi
KabupatenKulon Progo
7. PT. Mineral Daya Gemilang (2019). Laporan Rencana Kegiatan
AnggaranBelanja.
8. PT. Mineral Daya Gemilang (2019). Data-data, Laporan-laporan dan Arsip
PT. Mineral Daya Gemilang
9. Ridley, John. (2009). “Kesehatan dan Keselamatan Kerja”. Jakarta: Erlangga
10. Sribudiyani. (2003). Stratigrafi regional Cekungan Jawa Timur. Bandung :
BPMIGAS-LAPI ITB.
11. Suardi, Rudi. (2007). “Sistem Manajemen Keselamatan & Kesehatan
Kerja”. Jakarta: PPM.
12. Suma’mur P.K., (1981), “Keselamatan Kerja dan Pencegahan
Kecelakaan”,Gunung Agung, Jakarta.
13. “ ”.Peraturan Menteri No. 26 Tahun 2018 tentang pelaksanaan
kaidah pertambangan yang baik dan pengawasan pertambangan
mineral dan batubara
14. “ ”.Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Republik
Indonesia No. 1827 K/30/MEM/2018 tentang pedoman pelaksanaan kaidah
teknik pertambangan yang baik
LAMPIRAN A
DATA CURAH HUJAN DERAH PENELITIAN

Data curah hujan, hari hujan dan jam hujan diperoleh dari laporan tahunan
PT. Mineral Daya Gemilang, berdasarkan besarnya curah hujan, jumlah hari hujan
dan lamanya hujan tiap bulan dari tahun 2010 sampai dengan 2019.
Dari data curah hujan, hari hujan dan jam hujan yang diperoleh, maka
dapat dicari rata-rata besarnya curah hujan, hari hujan dan lamanya hujan tiap
bulannya. Data curah hujan, hari hujan dan jam hujan tiap bulannya untuk tahun
2010 – 2019 dapat dilihat pada Tabel A.1 danTabel A.2.

Tabel A.1
Data Curah Hujan Bulanan Tahun 2010 – 2019

Curah Hujan Maksimum (mm)


Tahun
Septem Novemb Desemb
Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus Oktober
ber er er

2010 8,9 5,6 5,3 5,2 10,4 1,4 0,6 0,8 8,4 9,5 6,2 11,5

2011 11,0 15,3 8,1 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 1,9 8,5 13,9
2012 5,9 7,2 7,6 6,4 0,3 0,0 0,0 0,0 0,0 2,1 7,5 13,9
2013 14,6 7,4 6,0 5,0 7,5 5,0 2,7 0,0 0,0 0,0 9,9 12,4
2014 11,1 9,2 3,6 5,7 3,6 1,8 4,1 0,0 0,0 0,2 12,6 15,1
2015 13,4 3,9 9,6 14,5 1,4 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 2,4 12,5
2016 4,7 10,8 9,2 6,1 2,0 2,3 1,2 0,8 3,6 11,7 16,2 10,0
2017 9,4 10,9 8,5 7,9 0,7 1,2 0,3 0,2 2,6 6,2 19,6 9,5
2018 17,9 8,9 7,1 1,8 0,0 0,2 0,1 0,1 0,0 0,1 4,9 7,9
2019 13,6 11,6 11,5 1,4 0,0 0,1 0,0 0,0 0,0 0,1 4,6 12,3

RATA-RATA
PER BULAN 11,035 9,084 7,650 5,397 2,590 1,191 0,894 0,194 1,458 3,168 9,250 11,889

Rata-Rata Curah Hujan Maksimum (mm) 8,68

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Purworejo


Tabel A.2
Data Hari Hujan Bulanan Tahun 2010 – 2019

Curah Hujan Maksimum (mm)


Tahun Septem Novemb Desemb
Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus Oktober
ber er er

2010 10 8 11 7 9 3 2 2 10 13 13 12
2011 16 16 12 0 0 0 0 0 0 2 13 20
2012 9 8 11 9 1 0 0 0 0 4 15 17
2013 17 12 10 8 8 8 6 0 0 0 13 15
2014 19 13 7 11 7 5 7 0 0 2 15 19
2015 16 11 17 16 3 0 0 0 0 0 7 17
2016 10 17 13 12 5 5 6 3 10 16 15 16
2017 18 18 12 12 3 3 3 2 4 10 16 16
2018 22 18 10 6 0 1 1 1 0 2 14 15
2019 25 21 15 4 0 1 1 1 0 1 9 23

RATA-RATA
16,2000 14,2000 11,8000 8,5000 3,6000 2,6000 2,6000 0,9000 2,4000 5,0000 13,0000 17,0000
PER BULAN
Rata-Rata Curah Hujan Maksimum (hari) 12,87

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Purworejo

Berdasarkan tabel data curah hujan, hari hujan dan jam hujan PT. Mineral
Daya Gemilang dari tahun 2010 sampai 2019 tersebut, diketahui :
1. Curah hujan rata-rata : 86,8 mm/bulan
2. Hari hujan rata-rata : 12,87 hari/bulan ≈ 5 hari/bulan

.
LAMPIRAN B
ALAT-ALAT PELINDUNG DIRI MENURUT
KEPERLUANNYA

Bagian Tubuh Yang


Faktor Bahaya Alat-alat Pelindung Diri
PerluDilindungi
Topi logam atau plastik; Lapisan
Kepala, Betis, Tungkai,
Benda berat atau pelindung (decker ) dari kain,
Pergelangan Kaki, Kaki, dan
kekerasan kulit, logam dsb; Sepatu
Jari Kaki
steelbox toe
Goggles; Kacamata sisi kanan
Mata, Muka, dan Alat
Debu dan sisi kiri tertutup; Penutup
pernafasan
muka dari plastik; Masker
Topi plastik berlapis asbes
Goggles; Kacamata; Penutup
Kepala, Mata, Muka, Jari
Percikan Api atau muka dari plastik; Sarung tangan
Tangan, Lengan, Betis,
Logam asbes berlengan panjang
Tungkai, Mata Kaki, Kaki
Pelindung dari plastik; Sepatu
Kulit
Goggles; Penutup mata khusus;
Masker; Pakaian karet, plastik,
Mata, Muka, Alat
atau bahan lain yang tahan
Pernafasan,Tubuh, Jari,
Gas, Asap, Fumes kimiawi; Sarung tangan plastik,
Tangan, Lengan,Betis,
karet berlengan panjang
Tungkai, Mata Kaki,kaki
melindungi dari plastik, sepatu
Kulit
Suara gaduh atau Tutup telinga atau Sumbat
Telinga
Bising telinga
Sinar Silau Mata Goggles; Kacamata
Kepala, Jari Tangan, Topi plastik atau karet; Sarung
Listrik Lengan, Tubuh, Betis, tangan karet; Pelindung dari
Tungkai, Mata kaki, Kaki karet
Topi asbes; Sarung tangan;
Goggles ; Perisai muka;
Panas Kepala, Mata, Kaki
Pelindung dari asbes atau bahan
lain yang tahan panas
Sumber: Buku Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja PT. Mineral Daya Gemilang

43
LAMPIRAN C
KONDISI TIDAK AMAN DAN TINDAKAN KERJA TIDAK AMAN

C.1 . Kondisi Pekerja Yang terlalu dekat dengan area penambangan dantidak
menggunakan APD

Gambar C.1
Kondisi Pekerja Yang terlalu dekat dengan area penambangan dantidak
menggunakan APD

C.2. Kondisi Operator Tidak Memakai APD

Gambar C.2
Kondisi Operator Tidak Memakai APD
C.3. Kondisi Tidak Aman Dikarenakan Kelengkapan Kendaraan Tidak
Lengkap

Gambar C.3
Kondisi Tidak Aman Dikarenakan Kelengkapan Kendaraan Tidak Lengkap

C.4. Tindakan Kerja Tidak Aman

Gambar C.4
Tindakan Kerja Tidak Aman
LAMPIRAN D
TINGKAT KEMUNGKINAN TERULANG
KEMBALI / FREKUENSI

Tingkat Tingkat kemungkinan terulang kembali

a. Dapat terjadi secara terus – menerus


Tinggi – Sering
b. Sering - harian (Frequency, daily )
a. Sekali - sekali, sekali perminggu (Occasional/1x per
Sedang week
b. Tidak terlalu, sekali perbulan (Unusual/once per month)
a. Jarang - beberapa kali dalam setahun (Rare/a few per
year )
Rendah –Jarang
b. Sangat jarang, tahunan dan lebih (Very rare )
LAMPIRAN E
PERHITUNGAN NILAI FR (Frequency Rate) dan SR
(Severity Rate)

Angka kecelakaan tambang yang terjadi pada PT. Mineral Daya Gemilang
tahun 2020 adalah sebagai berikut :
Jumlah jam kerja sehari : 8 jam
Jumlah hari kerja setahun : 300 hari
Jumlah tenaga kerja :19
Jumlah kecelakaan kerja :2
Jumlah jam kerja orang per tahun dari tahun 2020

Jam Kerja Tahunan = 8 jam/hari x 300 hari x 19 pekerja


Jam Kerja Tahunan = 45.600 jam

𝐹𝑅 =
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐾𝑒𝑐𝑒𝑙𝑎𝑘𝑎𝑎𝑛 𝐾𝑒𝑟𝑗𝑎 𝑃𝑒𝑟𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
𝑥1.000.000
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐽𝑎𝑚 𝐾𝑒𝑟𝑗𝑎 𝐾𝑜𝑚𝑢𝑙𝑎𝑡𝑖𝑓 2
𝐹𝑅 = 𝑥1.000.000 = 43
45.600

Nilai frekuensi rate 43 berarti, bahwa untuk 19 orang pekerja tambang yang
bekerja selama 1.000.000 jam kerja tingkat kekerapan terjadinya kecelakaan adalah
43. Angka ini mengindikasikan bahwa dalam setahun terjadi kira-kira 43 kecelakaan
pada setiap 1.000.000jam kerja manusia.

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐾𝑒ℎ𝑖𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝐻𝑎𝑟𝑖 𝐾𝑒𝑟𝑗𝑎


𝑆𝑅 = 𝑥1.000.000
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐽𝑎𝑚 𝐾𝑒𝑟𝑗𝑎 𝐾𝑜𝑚𝑢𝑙𝑎𝑡𝑖𝑓
Terdapat kehilangan kerja akibat kecelakaan :5 hari
5
𝑆𝑅 = 𝑥1.000.000 = 38
45.600

Nilai Severity Rate (SR) menunjukkan bahwa dalam perusahaan tersebut dalam
waktu 1.000.000 jam waktu produktif terdapat hari hilang sebesar nilai SR
LAMPIRAN F
PETA WIUP PT. MINERAL DAYA GEMILANG

48

48

Anda mungkin juga menyukai