Anda di halaman 1dari 10

Nampaknya pandemi ini belum juga berakhir, bahkan orang yang terkonfirmasi Positive Covid-

19 terus bertambah. Oleh karena itu, materi safety talk pada hari ini adalah tentang pencegahan
Covid-19.

Safety Talks Covid-19


Hal penting yang perlu dilakukan agar terhindar dari virus Corona adalah yaitu senantiasa
melakukan 3M. Apa itu 3M?

Menjaga Jarak

M yang pertama adalah menjaga jarak. Kenapa menjaga jarak? Kita ingat betul,
ketika di masa-masa awal ada istilah social distancing dan sekarang physical distancing. Hal ini
bertujuan untuk memperkecil virus tersebar ke orang lain. Semakin banyak orang berkurumun,
maka droplet tadi bisa jadi dapat menjangkau orang banyak. Sekalipun kita menggunakan
masker ada potensi virus bisa menyebar juga terlebih masih banyak orang yang dalam
menggunakan masker tidak baik. Oleh karena itu, penting untuk menjaga jarak.

Mencuci Tangan

M yang kedua adalah mencuci tangan. Kenapa harus mencuci tangan? Karena menurut
penelitian bahwa virus dapat bertahap di permukaan benda selama beberapa jam dan dalam hal
ini ada banyak potensi tangan kita menyentuh permukaan benda yang mungkin saja terdapat
virus corona. Sehingga cuci tangan disini diperlukan agar tangan tetap bersih dan hygiene.
Karena ada potensi tangan mengucek mata ataupun menyentuh bagian muka. Atau bagi mereka
yang terkonfirmasi positive bisa saja virus tersebar melalui tangannya yang terdapat virus.
Sehingga cuci tangan dalam hal ini diperlukan untuk menghindari virus menempel di permukaan
benda.

Memakai Masker

M yang ketiga adalah memakai masker. Kenapa harus memakai masker. Tentu saja
bagi mereka yang tidak terkonfirmasi positive adalah untuk meminimalisir risiko virus tidak
tersebar ke dirinya. Ingat virus ini adalah jenis virus yang menyerang sistem pernapasan.
Sementara bagi mereka yang terkonfirmasi positive, penggunaan masker bertujuan untuk
menghambat penyebaran virus ke orang lain (Ingat: terkadang kita tidak tahu bahwa kita sudah
terkonfirmasi positive).

Itulah tiga hal sederhana yang harus kita lakukan untuk mencegah penularan virus
corona. Jika kita melakukan 3 hal ini dengan baik kecil kemungkinan kita tertular virus corona
Pneumokoniosis

Safety Talks pagi ini akan membahas mengenai salah satu penyakit akibat kerja. Hal ini
sengaja di angkat, karena persoalan tentang penyakit akibat kerja masih belum banyak diangkat
dan nampaknya belum banyak yang memahami.  Dalam Keputusan Presiden No.22 Tahun 1993
tentang Penyakit yang Timbul Karena Hubungan menjelaskan ada 31 penyakit yang masuk
dalam kategori tersebut.  Saat ini akan dibahas tentang pneumokoniosis atau penyakit yang
disebabkan oleh debu mineral.

DEFINISI

Pneumokoniosis di beberapa lokasi sering disebut Coal Workers Pneumoconiosis (CWP)


atau “Black Lung Disease”. Hal ini karena debu arang di paru-paru dapat mengubahnya menjadi
berwarna hitam.
Penyakit Akibat Kerja Pneumoconiosis

PENYEBAB

 Serat Asbes: Penyakit biasanya belum berkembang selama 10 atau 20 tahun setelah pajanan
pertama. Umumnya sering dipakai sebagai atap.
 Kristal Silika: Tingkat paparan yang lebih rendah selama bertahun-tahun paling sering mengarah
pada “silikosis sederhana kronis” di mana banyak nodul kecil peradangan terbentuk di paru-
paru. Umumnya terdapat pada pasir dan batu di pengecoran
 Debu batu bara: Umumnya mengandung karbon.
 Berilium: Logam yang sangkat kuat dan ringan umumnya digunakan pada industri elektronik,
aerospace & tenaga nuklir.
 Debu kapas: Umumnya di industri tekstil
 Debu mineral lain umumnya termasuk kobalt, talc and aluminium oksida.

GEJALA

 Umumnya tidak memiliki gejala sama sekali untuk di awal penyakit. Karena perlu waktu yang
lama untuk berkembang sejak debu tersebut masuk.
 Kesulitan bernapas/ sesak napas
 Batuk yang kadang sampai keluar dahak
 Hypoxemia atau minimnya pasokan oksigen dalam darah sehingga menyebabkan masalah pada
organ lainnya seperti pada jantung dan otak.

PENCEGAHAN

 Melakukan identifikasi bahaya secara menyeluruh khususnya terkait debu


 Memastikan level Debu di Udara pada tempat kerja tidak melebihi Nilai Ambang Batas
 Mengatur ventilasi ruang kerja dengan benar
 Melakukan Medical Check Up secara rutin
 Memastikan pekerja yang berada di area bahaya tersebut untuk menggunakan masker yang
sesuai
 Mencuci tangan dan wajah sebelum makan/ minum
 Merokok memperparah kejadian pneumoconiosis
 Mengatur Waktu Kerja agar pekerja tidak dalam waktu yang lama bekerja di area tersebut.

Near Miss

Near Miss atau Hampir Celaka merupakan istilah untuk suatu kejadian yang nyaris
terjadi kecelakaan, namun menimbulkan kerugian atau cidera atau bahkan kematian.  Contoh
skenarionya seperti seorang karyawan yang asyik bermain hp sambil berjalan nyaris tertabrak
oleh forklift yang sedang mundur karena operator forklift tidak melihat kaca spion saat akan
mundur. Untuk menghindari tabrakan tersebut, operator forklift langsung menginjak rem dengan
kuat.

“Untung saja gak ketabrak” (sambil ngelus dada).

Nah, itu salah satu contoh pembahasan yang akan kita bahas pada safety talks kali ini.

Umumnya hampir celaka sering dikesampingkan oleh sebagian orang.  Padahal hampir


celaka bisa kita dikatakan sebagai pengingat kemungkinan terjadinya kecelakaan.  Near miss
mengingatkan kita bahwa ada banyak bahaya di sekitar kita dan kita harus tetap waspada dan
berhati-hati dalam bekerja.

Karena dianggap bukan suatu hal yang penting, kadang kala near miss tidak dilaporkan. 
Padahal dengan adanya laporan hampir celaka kita bisa mengantisipasi terjadinya kecelakaan
kerja.

Contoh hampir celaka yang sering kita jumpai adalah

 Hampir terkena jatuhan obeng atau benda lainnya dari atas.


 Hampir terjatuh karena menginjak lantai yang licin.
 Hampir tersengat aliran listrik akibat ada kabel yang terbuka.
 Hampir tertabrak forklift atau kendaraan lainnya
 Hampir terjatuh dari tangga.
 Hampir terjatuh saat mengendarai motor.
 Dan contoh lainnya.

Jika anda tahu tentang piramida kecelakaan, bahwa kadang kala suatu kecelakaan diawali
dengan near miss. Dalam setiap 600 hampir celaka akan ada 30 kasus kecelakaan yang
menyebabkan kerusakan pada peralatan, mesin atau material, dan diantara itu kemungkinan ada
10 kasus kecelakaan yang berakibat pada cidera ringan dan diantara itu juga ada kemungkinan 1
kasus kecelakaan cidera serius atau bahkan kematian.

Artinya, kita tidak dapat menyepelakan near miss karena kita tidak pernah tahu diantara
hampir celaka yang mana bisa menyebabkan kita atau orang lain celaka.  Sepertinya yang
namanya kecelakaan tidak juga menunggu sampai 599 near miss dulu kemudian near miss yang
ke 600 jadi celaka.  Untuk itu, kita harus tetap berhati-hati dan memperhatikan kondisi serta
perilaku dalam beraktivitas.

Utamakan Keselamatan & Kesehatan Kerja


“Hari ini juga harus Zero Accident”  Yosh……
Materi Safety Talks : Kondisi Tidak Aman

Kondisi Tidak Aman merupakan suatu keadaan (umumnya tempat kerja) yang ada di
sekitar kita yang memiliki potensi menyebabkan cidera atau kecelakaan kerja serta kerusakaan
lainnya.  Kadang kala kita membiarkan kondisi lingkungan kerja berantakan, sembrawut,
dan tidak rapi serta berbagai kondisi lainnya.  Tanpa kita sadari sebenarnya kita sedang
mengumpulkan bahaya-bahaya di tempat kerja kita dan tinggal menunggu bagaimana itu
menjadi sebuah kecelakaan baik terjadi pada kita atau orang lain.

Berikut ini beberapa contoh Kondisi Tidak aman yang sering kita jumpai :

1. Barang yang menghalangi apar/ hydrant atau pintu keluar atau area pejalan kaki
2. Kabel terkelupas/ terbuka
3. Kondisi kabel power yang tergenang air
4. Kondisi di area pengecekkan barang yang gelap (minim cahaya)
5. Kondisi lantai licin dipenuhi oli tumpah
6. Barang yang ditumpuk terlalu tinggi dan berpotensi roboh
7. Dan berbagai kondisi lainnya yang dapat menimbulkan cidera atau kecelakaan yang lebih
luas.

Untuk itu, beberapa hal yang perlu kita perhatikan saat bekerja adalah sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi semua potensi bahaya dan risiko dari aktivitas pekerjaan & di area
pekerjaan kita.
2. Jika kondisi tidak aman itu cukup mudah kita lakukan perbaikan, maka kita bisa lakukan
segera. Namun jika cakupan wewenangnya sudah diluar kemampuan kita maka
informasikan ke atasan.
3. Stop pekerjaan jika di aktivitas pekerjaan kita terdapat kondisi tidak aman.
4. Panggil/ informasi kepada atasan bahwa ada kondisi tidak aman yang dapat
membahayakan jika pekerjaan dilakukan.
5. Tunggu instruksi dari atasan untuk tugas selanjutnya yang harus dilakukan dari informasi
yang telah kita sampaikan sebelumnya.

Ingat, kecelakaan terjadi bukan hanya karena perilaku tidak aman yang kita lakukan. 
Tetapi juga karena kita mengabaikan kondisi tidak aman di lingkungan kita.  Kadang kala kita
telah bekerja sesuai instruksi/ prosedur yang ditetapkan namun kita tidak memperhatikan kondisi
lingkungan kita bekerja yang penuh dengan bahaya.  Jika demikian maka kecelakaan pun akan
sangat mungkin dapat terjadi.

Jangan karena biasa kemudian kita binasa.


Semoga kita dapat meningkatkan keselamatan dan kesehatan kerja
Materi Safety Talks Identifikasi Bahaya Risiko

Rekan-rekan sekalian, selama bekerja pasti ada saja bahaya yang kita hadapi.  Baik itu
bahaya yang risikonya kecil hingga bahaya yang risikonya sangat fatal yang bisa menyebabkan
kematian.  Untuk itu, pada materi safety talks kali ini akan membahas tentang proses identifikasi
bahaya risiko.

Identifikasi bahaya risiko harus dilakukan pada setiap proses pekerjaan yang dilakukan. 
Walaupun berada di perusahaan yang sama, bisa jadi setiap proses yang dilakukan memiliki
bahaya yang berbeda-beda.  Misalnya, bahaya pada pekerja yang melakukan aktivitas gerinda
akan berbeda dengan pekerja yang melakukan aktivitas pengelasan.  Oleh karena itu, penting
untuk melakukan identifikasi bahaya risiko ini.  Masing-masing pekerja harus tahu betul, bahaya
yang mereka hadapi saat melakukan pekerjaan itu sehingga akan senantiasa waspada selama
bekerja.

Ketika anda telah mengetahui bahaya-bahaya tersebut, bukan serta merta


pengendaliannya adalah dengan menggunakan APD.  Seharusnya APD ditempatkan pada
prioritas terakhir, ketika beberapa cara-cara pengendalian tidak dapat anda lakukan. 
Pengendalian bahaya tersebut biasa dikenal juga dengan konsep Hirarki pengendalian bahaya. 

Tahap pertama yang perlu anda lakukan adalah mengeleminasi bahaya tersebut.  Namun,
jika anda tidak dapat mengeleminasi bahaya tersebut.  Maka coba untuk menggantinya, baik itu
materialnya/ metode kerjanya atau mesinnya.  Jika belum berhasil juga, maka coba untuk
melakukan rekayasa teknik atau modifikasi terhadap peralatan tersebut.  Misalnya, memasang
penjagaan/ cover, atau pembuatan ventilasi dan hal-hal lainnya sesuai dengan jenis bahaya yang
di hadapi.

Langkah selanjutnya bisa dibuatkan kontrol administratif misalnya membuat aturan


keselamatan, rambu-rambu keselamatan, kontrol akses, izin kerja, dan hal-hal yang sifatnya
prosedural.  Nah, pengendalian yang terakhir dengan penggunaan APD  yang sesuai dengan jenis
bahaya yang dihadapi. Misalnya menggunakan alat pelindung mata dll.

Dari gambar diatas dapat


dipahami, bahwa semakin keatas
maka menunjukkan langkah
pengendalian yang efektive. 
Jadi, alangkah baiknya kita
semua jangan pernah puas ketika
setiap bahaya diselesaikan
dengan menggunakan APD saja
Ada beberapa istilah statistik K3.  Hal ini salah satunya untuk melihat kinerja program K3 dalam
upaya penurunan angka kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja.  Sebagian dari Anda
mungkin pernah mendengar dengan istilah Frequency Rate, Severity Rate, Incident Rate,
Average time lost injury (ATLR), Lost time injury frequency rates (LTIFR) dll.  Pada
pembahasan ini, kita coba mengulas dan mengulangi Kembali cara-cara dalam melakukan
perhitungan statistic dalam K3.

Umumnya di masing-masing perusahaan memiliki Papan Informasi Kecelakaan Kerja atau HSE
performance board. Untuk konten tergantung dari data apa yang ingin dilihat oleh manajemen.
Berikut salah satu contohnya.

Selain data-data pada contoh gambar diatas, adapula beberapa istilah lain yang digunakan dalam
statistik K3. Berikut hasil pemaparan dari Buku Dasar-dasar Keselamatan dan Kesehatan Kerja
yang ditulis oleh Bu Anita Dewi Prahastuti Sujoso.

Frequency Rate (FR)

Untuk mengidentifikasi jumlah cidera yang menyebabkan tidak bisa bekerja per sejuta orang
karyawan.  Cara untuk menghitung FR adalah jumlah jam kerja hilang akibat kecelakaan (lost
time injury) dibagi jumlah jam kerja orang yang telah dilakukan (total person-hours worked/man
hours).

Contoh : Suatu tempat kerja memiliki karyawan sebanyak 500 orang, jumlah jam kerja yang
dicapai 1.150.000 juta jam kerja orang. Pada saat yang sama cidera yang menyebabkan
hilangnya waktu kerja sebanyak 46. Berapa FR?

Jawab FR= (46 x 1.000.000)/ 1.150.000 = 40

(Nilai frekuensi 40 ini berarti bahwa periode orang kerja tersebut terjadi 40 kecelakaan per sejuta
orang kerja. Angka ini tidak bisa mengindikasikan tingkat keparahan kecelakaan kerja. Angka ini
mengindikasikan bahwa karyawan tidak berada di tempat kerja.

Severity Rate (SR)

Untuk mengidentifikasi hilangnya hari kerja untuk per sejuta jam kerja orang. Data yang
digunakan untuk menganalisis SR adalah hilangnya hari kerja akibat kecelakaan kerja dan
jumlah jam kerja orang yang telah dilakukan (man hours).

Contoh : Sebuah tempat kerja telah mengkaryawankan karyawan dengan jumlah kerja 360.000
jam orang. Selama setahun telah terjadi 5 kasus kecelakaan kerja yang menyebabkan hilangnya
hari kerja sebanyak 175 hari. Berapa nilai SR?

Jawab: SR= (175 x 1.000.000/ 360.000) = 486

Nilai SR= 486 mengindikasikan bahwa selama kurun waktu tersebut telah terjadi hilangnya
waktu kerja sebesar 486 hari per sejuta jam kerja orang.
Incident Rate (IR)

Digunakan untuk menginformasikan mengenai persentasi jumlah kecalakaan kerja yang terjadi
di tempat kerja. Data yang digunakan untuk menganalisis IR adalah jumlah kasus x 100 dibagi
dengan jumlah tenaga kerja yang terpapar.

Contoh : Suatu tempat kerja memiliki karyawan sebanyak 500 orang, jumlah jam kerja yang
dicapai 1.150.000 juta jam kerja orang. Pada saat yang sama cidera yang menyebabkan
hilangnya waktu kerja sebanyak 46.

Jawab = 46 x 100/500 = 9,2%

Lost Tim Injury Frequency Rate (LTIFR)

Digunakan untuk mengetahui banyaknya kecelakaan kerja per satu juta jam kerja orang akibat
kecelakaan selama periode 1 tahun.
Contoh : Suatu perusahaan dengan 500 tenaga kerja, kegiatan 50 minggu per tahun, 48 jam
perminggu. Jumlah lembur 20.000 jam dan absen 60.000 jam. Terjadi 60 kecelakaan dalam 1
tahun.

Jawab: Jam ker orang = [(500 x 50 x 48) + 20.000 – 60.000] = 1.160.000

LTIFR = (60 x 1.000.000)/ 1.160.000 = 51,72 jam

Artinya bahwa periode orang kerja tersebut terjadi hilangnya waktu kerja sebesar 51,72 jam per
sejuta orang kerja.

Referensi :

Sujoso, A.D.P. 2012. Dasar-dasar Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Jakarta : UPT Penerbitan
UNE. Page. 27-31.
Izinkan untuk mengutip informasi dari Office Safety Apps.

Saya berharap agar rekan-rekan mengingat ABC dalam Safety.


A : Always
B : Be
C : Careful

Kecelakaan terjadi, tetapi sebagian besar dapat dicegah dengan melakukan tindakan pencegahan
yang diperlukan. Ada situasi-situasi tertentu yang mungkin dihadapi para pekerja dan sebenarnya
dapat kita cegah dengan mudah.

Berikut ini himbauan kepada pekerja office untuk senantiasa memperhatikan office safety:
⛑ Hindari melukai jari-jari dengan menutup semua laci lemari dengan pegangan
⛑ Hindari pemuatan atas pada laci secara berlebihan yang membuat tidak seimbang dan buka
hanya satu laci dalam satu waktu
⛑ Jangan biarkan laci lemari penyimpanan terbuka.
⛑ Hindari risiko cedera saat menjangkau laci meja, simpan benda tajam seperti pisau, gunting
dan pin gambar dalam wadah terpisah.
⛑ Jangan bersandar terlalu condong ke belakang kursi, terutama kursi yang menggunakan roda.
⛑ Waspada terhadap perhiasan, syal dan dasi saat bekerja di sekitar mesin. Juga memastikan
rambut panjang diikat ke belakang.

itulah office safety yang harus diperhatikan oleh para pekerja.

Utamakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Zero Accident. Yosh….
Bahaya Listrik sering kali mudah ditemukan jika Anda waspada. Kabel ekstensi dapat menjadi
masalah besar karena dapat menyebabkan outlet kelebihan beban.  Jika Anda harus
menggunakan kabel ekstensi, pastikan bahwa kabel itu cukup kuat untuk menghandle peralatan
yang Anda pasang.

Beberapa himbauan pagi ini tentang keselamatan dalam listrik adalah:

1⃣ Jangan membebani soket listrik secara berlebihan. Bukan berarti ada 4 lubang untuk 4
colokan/koneksi nantinya.
2⃣ Bahan yang mudah terbakar seperti kertas mungkin tidak disimpan pada atau di dekat stop
kontak listrik atau koneksinya.
3⃣ Jangan menggunakan atau bersentuhan dengan kabel jika tangan dalam keadaan basah.
4⃣ Jangan pernah menarik steker dari stopkontak dengan menarik kabelnya. Pegang kepalanya
kalau narik.
5⃣ Jangan tempelkan apa pun selain colokan di stop kontak. Kalau cek arus hati2 juga.
6⃣ Jangan letakkan kabel di dekat sesuatu yang panas atau air. Sesuatu yg panas bukan hati yg
sedang membara.. hahaha
7⃣ Jangan pernah menjalankan kabel listrik di bawah karpet.
8⃣ Jauhkan cairan dari semua peralatan yang terhubung ke pasokan listrik
9⃣ Lepaskan peralatan dari catu daya sebelum membersihkan tumpahan
?Secara rutin periksa kabel, stopkontak, sakelar dan peralatan untuk tanda kerusakan.

Utamakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Zero Accident. Yosh….

Anda mungkin juga menyukai