Anda di halaman 1dari 18

Materi Safety Talks

1. Perilaku Tidak Aman

2. Kondisi Tidak Aman

3. Near Miss

4. Intensitas Kebisingan dan Durasi Paparannya

5. 16 Tips aman mengoperasikan forklift

6. Penggunaan Tangga Yang Aman

7. Dasar Hukum Penggunaan Alat Pelindung Diri

8. Pemilihan dan Pemakaian Alat Pelindung Diri

9. Pemilihan Dan Pemakaian APD

10. Memilih Safety Shoes Yang Benar

11. Pelindung Telinga

12. Pelindung Mata Dan Muka

13. Pelindung Kepala

14. Sudah Benarkah Helm Anda?

15. PAK Pneumokoniosis

16. Pentingnya MSDS

17. Manual Handling

18. Anda adalah Safety Officer (NEW)

19. Postur Canggung pada Pekerja (NEW)

20. Bahaya Dehidrasi pada Pekerja (NEW)


Materi Safety Talks : Perilaku Tidak Aman

Perilaku Tidak Aman merupakan salah satu penyebab terjadinya kecelakaan kerja. Tidak ada diantara kita yang
menginginkan kecelakaan itu terjadi, sehingga kita harus benar-benar memperhatikan setiap perilaku yang kita
lakukan dalam bekerja.

Bukan karena kita sudah biasa melakukan pekerjaan tersebut kemudian kita akan terhindar dari kecelakaan kerja.
Karena yang namanya kecelakaan bukan hanya saja ditujukan kepada pekerja yang baru bekerja tetapi juga ke
semua pekerja baik yang pengalaman maupun non-pengalaman.
Hal tersebut umumnya diawali karena pekerja ingin mempermudah suatu aktivitas pekerjaan.

Misalnya :

ada seorang pekerja quality ingin mengecek suatu barang yang letaknya cukup tinggi (2 meter dari permukaan
lantai). karena malas untuk menurunkan barang tersebut, pekerja memutuskan untuk mengeceknya dengan cara
menaiki fork pada forklift. kemudian rekan kerja lainnya yang sebagai operator forklift mengangkat tubuh pekerja
tersebut hingga bisa mengecek barang yang letaknya diatas tadi.

Itu salah satu contoh perilaku tidak aman yang dilakukan baik oleh pekerja Quality maupun operator forklift.
Perilaku pekerja Quality dikategorikan tindakan tidak aman karena ia naik pada fork yang terdapat di forklift,
sementara tindakan tidak aman operator forklift adalah mengoperasikan forklift (bahkan mengangkat) ketika ada
pekerja lain yang berada di fork. 1, 2 atau 3 kali mungkin selamat tetapi kita tidak pernah tahu bisa saja pekerja
quality tersebut jatuh. Sehingga kita tidak perlu menunggu hingga kecelakaan itu terjadi, sebaiknya dari awal kita
sudah menghilangkan perilaku tidak aman sebagai salah satu penyebab terjadinya kecelakaan kerja.

Solusi:

Hindari periaku yang dapat membahayakan diri kita atau lingkungan sekitar dalam setiap aktivitas pekerjaan kita;

Tegur rekan kerja yang melakukan perilaku tidak aman. Karena lebih mudah menegur rekan kerja yang melakukan
perilaku tidak aman daripada harus menguburkannya di pemakaman;

Patuhi instruksi kerja yang telah ditetapkan dan informasikan jika memang ada perubahan yang kiranya dapat
mempermudah pekerjaan tetapi tetap memperhatikan aspek keselamatan dan kesehatan kerja.
Materi Safety Talks : Kondisi Tidak Aman

By Noviaji Joko Priono, SKM., MKKK. -16 April 201814176

Kondisi Tidak Aman merupakan suatu keadaan (umumnya tempat kerja) yang ada di sekitar kita yang memiliki
potensi menyebabkan cidera atau kecelakaan kerja serta kerusakaan lainnya. Kadang kala kita membiarkan kondisi
lingkungan kerja berantakan, sembrawut, dan tidak rapi serta berbagai kondisi lainnya. Tanpa kita sadari
sebenarnya kita sedang mengumpulkan bahaya-bahaya di tempat kerja kita dan tinggal menunggu bagaimana itu
menjadi sebuah kecelakaan baik terjadi pada kita atau orang lain.

Berikut ini beberapa contoh Kondisi Tidak aman yang sering kita jumpai :

Barang yang menghalangi apar/ hydrant atau pintu keluar atau area pejalan kaki

Kabel terkelupas/ terbuka

Kondisi kabel power yang tergenang air

Kondisi di area pengecekkan barang yang gelap (minim cahaya)

Kondisi lantai licin dipenuhi oli tumpah

Barang yang ditumpuk terlalu tinggi dan berpotensi roboh

Dan berbagai kondisi lainnya yang dapat menimbulkan cidera atau kecelakaan yang lebih luas.

Untuk itu, beberapa hal yang perlu kita perhatikan saat bekerja adalah sebagai berikut:

Mengidentifikasi semua potensi bahaya dan risiko dari aktivitas pekerjaan & di area pekerjaan kita.

Jika kondisi tidak aman itu cukup mudah kita lakukan perbaikan, maka kita bisa lakukan segera. Namun jika cakupan
wewenangnya sudah diluar kemampuan kita maka informasikan ke atasan.

Stop pekerjaan jika di aktivitas pekerjaan kita terdapat kondisi tidak aman.

Panggil/ informasi kepada atasan bahwa ada kondisi tidak aman yang dapat membahayakan jika pekerjaan
dilakukan.
Tunggu instruksi dari atasan untuk tugas selanjutnya yang harus dilakukan dari informasi yang telah kita sampaikan
sebelumnya.

Ingat, kecelakaan terjadi bukan hanya karena perilaku tidak aman yang kita lakukan. Tetapi juga karena kita
mengabaikan kondisi tidak aman di lingkungan kita. Kadang kala kita telah bekerja sesuai instruksi/ prosedur yang
ditetapkan namun kita tidak memperhatikan kondisi lingkungan kita bekerja yang penuh dengan bahaya. Jika
demikian maka kecelakaan pun akan sangat mungkin dapat terjadi.

Materi Safety Talks: Near Miss


Near Miss atau Hampir Celaka merupakan istilah untuk suatu kejadian yang nyaris terjadi kecelakaan, namun
menimbulkan kerugian atau cidera atau bahkan kematian. Contoh skenarionya seperti seorang karyawan yang asyik
bermain hp sambil berjalan nyaris tertabrak oleh forklift yang sedang mundur karena operator forklift tidak melihat
kaca spion saat akan mundur. Untuk menghindari tabrakan tersebut, operator forklift langsung menginjak rem
dengan kuat.

“untung saja gak ketabrak” (sambil ngelus dada).

Nah, itu salah satu contoh pembahasan yang akan kita bahas pada safety talks kali ini.

Umumnya hampir celaka sering dikesampingkan oleh sebagian orang. Padahal hampir celaka bisa kita dikatakan
sebagai pengingat kemungkinan terjadinya kecelakaan. Near miss mengingatkan kita bahwa ada banyak bahaya di
sekitar kita dan kita harus tetap waspada dan berhati-hati dalam bekerja.

Karena dianggap bukan suatu hal yang penting, kadang kala near miss tidak dilaporkan. Padahal dengan adanya
laporan hampir celaka kita bisa mengantisipasi terjadinya kecelakaan kerja.

Contoh hampir celaka yang sering kita jumpai adalah

Hampir terkena jatuhan obeng atau benda lainnya dari atas.

Hampir terjatuh karena menginjak lantai yang licin.

Hampir tersengat aliran listrik akibat ada kabel yang terbuka.

Hampir tertabrak forklift atau kendaraan lainnya

Hampir terjatuh dari tangga.

Hampir terjatuh saat mengendarai motor.

Dan contoh lainnya.

Jika anda tahu tentang piramida kecelakaan, bahwa kadang kala suatu kecelakaan diawali dengan near miss. Dalam
setiap 600 hampir celaka akan ada 30 kasus kecelakaan yang menyebabkan kerusakan pada peralatan, mesin atau
material, dan diantara itu kemungkinan ada 10 kasus kecelakaan yang berakibat pada cidera ringan dan diantara itu
juga ada kemungkinan 1 kasus kecelakaan cidera serius atau bahkan kematian.

Artinya, kita tidak dapat menyepelakan near miss karena kita tidak pernah tahu diantara hampir celaka yang mana
bisa menyebabkan kita atau orang lain celaka. Sepertinya yang namanya kecelakaan tidak juga menunggu sampai
599 near miss dulu kemudian near miss yang ke 600 jadi celaka. Untuk itu, kita harus tetap berhati-hati dan
memperhatikan kondisi serta perilaku dalam beraktivitas.

Utamakan Keselamatan & Kesehatan Kerja

“Hari ini juga harus Zero Accident”


Intensitas Kebisingan dan Durasi Paparannya

Kerap kali kita mendengar bahwa nilai ambang batas kebisingan adalah 85 dBA. Namun, bagaimana jika ada
seorang pekerja bekerja selama 4 jam dengan noise level 85 dBA, 3 jam pada noise level 88 dBA dan 1 jam pada
intensitas noise level 91 dBA? Apakah dapat dikatakan pekerja ini sudah aman dari peluang risiko gangguan
pendengaran (ketulian)? Hal inilah yang banyak tidak dibahas dan diketahui oleh orang lain. Dengan begitu, potensi
gangguan pendengaran (ketulian) akan terus ada.

Berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor Per.13/MEN/X/2011
tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika dan Faktor Kimia di Tempat Kerja.

pasal 5 berbunyi

(1) nab kebisingan ditetapkan sebesar 85 decibel a (dba).

(2) kebisingan yang melampaui nab, waktu pemaparan ditetapkan sebagaimana tercantum dalam lampiran i nomor
2 peraturan menteri ini.

Bahwa Nilai ambang batas kebisingan adalah sebagai berikut:

Nilai Ambang Batas Kebisingan Berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia
Nomor Per.13/MEN/X/2011 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika dan Faktor Kimia di Tempat Kerja

Berdasarkan peraturan tersebut, tidak dijelaskan secara spesifik bagaimana jika terjadi kasus seperti yang telah
disampaikan diatas. Dalam hal ini hanya disebutkan secara spesifik bahwa dalam kondisi normal (8 jam kerja)
maksimal seseorang hanya boleh terpapar dengan 85 dBA. Namun dalam hal, pembahasan mengenai dosis
paparan tidak dijelaskan secara spesifik. Dosis dalam hal ini adalah jika terjadi kombinasi noise level yang diterima
oleh sesorang berdasarkan durasi paparan yang diterima oleh orang tersebut.
U.S. Department of Health and Human Services, Public Health Services, Center for Disease Control and Prevention,
National Institute for Occupational Safety and Health pada June 1998 merilis Occupational Noise Exposure. Dalam
buku tersebut dijelaskan jika anda ingin mengitung berapa waktu paparan harian dimana intensitas kebisingan bisa
menggunakan rumus berikut:

t(min) = 480

2 (l-85)/3

where 3 = the exchange rate

t = waktu pemaparan/ pajanan

l = intensistas kebisingan (dba)

Sementara jika dalam satu waktu tertentu Dosis kebisingan dihitung berdasarkan rumus berikut:

D = [C1 / T1 + C2 / T2 + Cn / Tn] × 100

D = Dosis Paparan Harian dari suatu periode dan noise level tertentu as 8-hr TWA

Cn= total waktu pemaparan pada tingkat kebisingan tertentu, dan

Tn = durasi paparan dimana kebisingan pada tingkat ini menjadi berbahaya.

Dosis kebisingan juga bisa dikonversi ke dalam 8 jam kerja (TWA) melalui rumus berikut ini

TWA = 10.0 × Log(D/100) + 85

Penjelasan :

Jika suatu pekerja bekerja selama 8 jam per hari terpajan kebisingan pada beberapa noise level dengan durasi
tertentu.

88 dBA selama 3 jam (C1)

91 dBA selama 1 jam (C2)

85 dBA selama 4 jam (C3)

Maka dosis yang diterima oleh pekerje tersebut adalah

D = (C1/T1 + C2/T2 + C3/T3) X 100

= ((3/4) + (1/2) + (4/8)) X 100

= (0,75 + 0,5 + 0,5) X 100

= 1,75 x 100

= 175 (dosis yang diterima oleh pekerja melebihi 100 yang merupakan standar normal)
Solusi nya adalah harus dihitung ulang lama waktu dimana pekerja terpapar dengan tingkat bising tertentu. Jika
pekerja menggunakan APD berupa ear plug atau ear muff pastikan hasil pengurang yang bisa diturunkan oleh APD
tersebut juga dihitung. Masing-masing jenis alat pelindung telinga memiliki kemampuan yang berbeda dalam
penurunan intensitas kebisingan yang masuk kedalam telinga. Misalnya Earplug dengan jenis tertentu mampu
mengurangi (daya lindung) intensitas kebisingan 20-35 dBA dan banyak jenis lainnya dengan daya lindung yang
berbeda-beda pula.

Berdasarkan sumber bunyi, berikut ini infografis yang terkait dengan noise level yang dapat dipahami.
16 Tips Aman Mengoperasikan Forklift

Berikut adalah beberapa tips sederhana untuk memastikan pengoperasian forklift yang aman. Meskipun tips-tips ini
sederhana dan cukup dasar, namun bisa menjadi titik awal yang baik untuk mendukung pedoman kesehatan dan
keselamatan kerja.

Tips Aman Mengoperasikan Forklift:

1. Operator harus memenuhi syarat

Pengoperasian forklift hanya harus dilakukan oleh individu yang telah dilatih dengan baik dan memiliki lisensi untuk
mengoperasikan peralatan.

2. Harus memakai pakaian yang memadai.


Perlu dipastikan bahwa operator mengenakan pakaian kerja keselamatan yang tepat; biasanya terdiri dari helm
safety, sepatu safety dan jaket hi-visibilitas.

Pakaian kerja harus pas ketika dipakai, karena pakaian yang longgar dapat berpotensi terjebak pada mesin.

3. Periksa Peralatan sebelum digunakan

Operator harus melakukan pemeriksaan rutin peralatan sebelum mengemudikan forklift. Beberapa hal yang harus
diperiksa seperti rem, kemudi, kontrol, perangkat peringatan, tiang dan ban.

Jika ada kerusakan atau masalah harus dicatat. manajemen harus diberitahu dan forklift tidak boleh dioperasikan
jika perlu diperbaiki.

4. Memulai forklift

Untuk tujuan keselamatan itu penting bagi operator untuk duduk dengan benar dalam forklift.

Sebelum memulai forklift penting untuk memastikan semua kontrol peralatan berada dalam jangkauan dan posisi
kursi dan cermin disesuaikan dengan kebutuhan operator.

Operator tidak harus memulai menyalakan forklift sampai mereka benar duduk dengan sabuk pengaman diikat dan
seluruh bagian tubuh mereka aman dalam batas-batas dari operator kabin atau forklift.

5. Perhatikan lingkungan sekitar

Operator harus memperhatikan dan mengikuti aturan tempat kerja dan pedoman yang ada.

Operator hanya harus mendorong peralatan di jalan raya yang diijinkan untuk dilewati forklift.

Amati semua tanda, terutama yang berkaitan dengan beban lantai dan ketinggian clearance.

Menyadari tingginya beban, tiang dan overhead forklift ketika masuk atau keluar gedung.

Hati-hati saat mengoperasikan forklift di dekat tepi dermaga pemuatan atau ramp - forklift bisa jatuh ke tepi -
menjaga jarak aman dari tepi.

Jangan beroperasi pada piring jembatan, kecuali mereka dapat mendukung berat forklift dan beban.

6. Mengoperasikan pada kecepatan yang aman

Jangan melewati batas kecepatan.

Ambil sudut dan setiap bergantian perlahan untuk meminimalkan risiko tipping.

Lakukan perubahan arah atau berhenti secara bertahap dan perlahan-lahan.

7. Hindari Bahaya

Jauhi setiap benjolan atau permukaan tanah yang tidak rata bersama dengan kondisi licin.
Gunakan klakson ketika mendekati sudut atau pintu / pintu masuk dan di sekitar orang untuk mengingatkan pejalan
kaki atau operator forklift lain dari keberadaan Anda untuk menghindari tabrakan.

Jaga jarak aman dari truk lain dalam kasus mereka bergerak dengan cara yang tak terduga.

Pastikan bahwa Anda selalu memiliki cukup ruang untuk berhenti dengan aman.

8. Pastikan beban Anda stabil dan aman

Periksa beban secara hati-hati sebelum memindahkan mereka untuk menghindari kerusakan.

Periksa benda di atas kepala sebelum mengangkat atau menumpuk beban.

Jangan mengangkat atau memindahkan beban yang tidak aman atau stabil.

Pastikan beban dengan benar ditumpuk dan diposisikan di kedua garpu.

Stack beban pada pallet aman dan benar.

Gunakan langkah-langkah pengamanan seperti tali atau binding jika diperlukan.

9. Pastikan Anda memiliki visibilitas yang jelas

Mengoperasikan forklift secara terbalik ketika meningkatkan visibilitas; kecuali ketika bergerak naik landai.

Hal ini penting untuk memastikan Anda dapat melihat dengan jelas di mana Anda memposisikan beban Anda.

Jika visibilitas buruk, jangan lanjutkan mengemudi; dalam beberapa keadaan Anda mungkin perlu pembantu lookout
untuk membantu Anda.

10. Forklifts adalah peralatan untuk membawa barang saja

Operator tidak boleh membiarkan orang lain naik pada peralatan kecuali pada kursi lain yang dilengkapi dengan
aman untuk forklift untuk kedua orang.

Jika seseorang harus diangkat, hanya menggunakan platform kerja terpasang dan sesuai petunjuk operasi.

11. Hati-hati dengan tiang forklift

Jangan beri wewenang siapa pun untuk berdiri atau berjalan di bawah beban atau mesin forklift - Beban bisa jatuh
menyebabkan cedera atau kematian.

Jauhkan tangan dan kaki yang jelas dari anggota lintas tiang - Cedera serius dapat disebabkan jika tiang diturunkan
sementara tangan Anda di atasnya.

12. Mengemudi di jalan lereng

Ketika mengemudi bergerak lereng naik, posisikan forklift dalam kondisi maju dan ketika lereng turun secara mundur

Jangan memuat atau membongkar barang atau menghidupkan sementara pada sebuah lereng.

13. Pastikan forklift tidak Over-loaded

Jangan gunakan ujung garpu sebagai tuas untuk menaikkan beban berat.

Jangan mendorong beban dengan ujung garpu.


Ketahui kapasitas forklift dan lampiran yang digunakan dan tidak pernah melebihi kapasitas.

Beban yang berlebihan dapat menyebabkan ban belakang akan naik dari tanah dan dapat menyebabkan forklift ke
terbalik.

14. Pastikan Load didistribusikan secara merata

Jangan mengangkat atau memindahkan beban kecuali kedua garpu sepenuhnya di bawah beban.

Jangan mengangkat beban dengan satu garpu. Gunakan palet yang dapat menahan berat beban.

Jangan gunakan palet yang rusak atau cacat untuk menahan beban.

15. Pengisian Bahan Bakar

Sebuah forklift hanya harus mengisi bahan bakar di lokasi khusus yang ditunjuk.

Matikan forklift, ketika dalam pengisian.

16. Pada saat Pergeseran Shift

Setelah digunakan pastikan forklift diparkir di daerah yang ditunjuk.

Turunkan garpu ke lantai dan jangan lupa untuk rem parkir.

Pastikan kunci dalam kondisi off dan cabut kunci.

Jangan biarkan berjalan forklift tanpa pengawasan.

Safety Talks pagi ini adalah tentang penggunaan tangga yang aman. Tentu kita semua memahami bahwa tangga
adalah alat yang penting dan banyak di gunakan baik di tempat kerja maupun di rumah. Namun, kita perlu
memahami bahwa ada bahaya yang melekat saat kita melakukan pekerjaan di ketinggian. Penggunaan tangga yang
aman adalah syarat mutlak agar kita terhindari dari kecelakaan/ cidera.
Berikut ini beberapa pesan safety yang perlu rekan-rekan pahami tentang penggunaan tangga yang aman;

1.Cek terlebih dahulu tangga yang akan anda gunakan. Pengecekkan harus dilakukan oleh pengguna langsung, pada
awal hari kerja, dan setelah tangga jatuh. Karena dikhawatirkan ada sesuatu yang abnormal yang dapat
membahayakan saat kita menggunakan tangga tersebut.

2.Adapun bagian penting yang harus kita cek adalah

3.Pastikan tangga tidak bengkok atau rusak, karena bahaya bisa roboh

4.Cek apakah tangga dapat tergelincir jika diletakkan pada tempat tersebut

5.Cek apakah ada tangga dapat amblas jika letakkan pada tempat tersebut (umumnya untuk lokasi yang alasnya
tanah)

6.Periksa apakah mekanisme penguncian telah sesuai

Penggunaan Tangga yang Aman Ration 4-1

Saat menggunakan “tangga miring” (leaning ladders) ada beberapa tindakan yang tidak direkomendasikan
dilakukan karena dapat membahayakan. Untuk itu penting memperhatikan hal-hal berikut ini agar kita dan
lingkungan sekitar selamat:

1.Hanya membawa alat/bahan yang ringan

2.Pastikan dapat menjangkau area yang ingin di jangkau

3.Pastikan sudut tangga pada rasio 4:1 atau artinya jauh kaki tangga dengan dinding yaitu 1/4 dari tinggi tangga.

4.Selalu memegang tangga dan menghadap anak tangga saat mendaki atau menuruninya

5.Jangan mencoba untuk memindahkan atau memperpanjang tangga sambil berdiri diatas tangga

6.Tidak bekerja di tiga anak tangga teratas (jangan berdiri di tangga paling atas jika anda menggunakan anak tangga
dengan 4 kaki – stepladder)

7.Jangan meletakkan tangga pada objek bergerak seperti palet, batu bata dll.

8.Hindari memegang barang saat mendaki

9.Jangan bekerja dalam area horizontal 6 meter dari saluran listrik tenggan tinggi kecuali saluran tersebut sudah
dimatikan atau di isolasi (gunakan tangga kayu atau fiberglass)

10.Pertahankan tiga titik yaitu maksudnya adalah kontak satu tangan dan dua kaki.

11.Jika memungkinkan bisa mengikat tangga tersebut ke bagian dinding/ tiang agar tidak tergelincir

12.Tidak menyandarkan tangga pada permukaan yang lemah misalnya talang plastik dll
Dasar Hukum Penggunaan Alat Pelindung Diri

By

Noviaji Joko Priono, SKM., MKKK.

11 September 2017

10549

Seperti tulisan sebelumnya mengenai jenis-jenis alat perlindungan diri. Berikut merupakan summary dasar hukum
yang perlu di ketahui oleh pengusaha (pengurus) dan pekerja mengenai kewajiban dari masing-masing stakeholder.

Undang-undang No.1 tahun 1970

Pasal 3 ayat (1) butir f : Memberikan alat-alat perlindungan diri pada para pekerja

Pasal 9 ayat (1) butir c : Pengurus diwajibkan menunjukkan dan menjelaskan pada tiap tenaga kerja baru tentang
APD bagi tenaga kerja yang bersangkutan

Pasal 12 butir b : Dengan peraturan perundangan diatur kewajiban dan atau hak tenaga kerja untuk memakai APD
yang diwajibkan

Pasal 14 butir c : Pengurus diwajibkan menyedikan secara cuma-cuma Alat Perlindungan Diri yang diwajibkan pada
pekerja dan orang lain yang memasuki tempat kerja.

Permenakertrans No. Per: 01/Men/1981


Pasal 4 ayat (3) menyebutkan kewajiban pengurus menyediakan secara cuma-cuma Alat Perlindungan Diri yang
diwajibkan penggunaanya oleh tenaga kerja yang berada dibawah pimpinannya untuk mencegah Penyakit Akibat
Kerja (PAK).

Permenakertrans No. Per. 03/Men/1982

Pasal 2 menyebutkan memberikan nasehat mengenai perencanaan dan pembuatan tempmat kerja, pemilihan alat
pelindung diri yang diperlukan dan gizi serta penyelanggaraan makanan ditempat kerja.

Permenakertrans No. Per.08/Men/VII/2010

Pasal 2 ayat (1) menyebutkan pengusaha wajib menyediakan Alat Perlindungan Diri bagi pekerja/buruh ditempat
kerja.

Pasal 5 menyebutkan pengusaha atau pemgurus wajib mengumumkan secara tertulis dan memasang
rambu-rambu mengenai kewajiban penggunaan Alat Perlindungan Diri ditempat kerja.

Pasal 6 ayat (1) menyebutkan pekerja/buruh dan orang lain yang memasuki tempat kerja wajib memakai atau
menggunakan APD sesyai dengan potensi bahaya dan risiko

Pasal 7 ayat (1) menyebutkan pengusaha atau pengurus wajib melaksanakan manajemen Alat Perlindungan Diri di
tempat kerja

APD merupakan cara terakhir untuk melindungi tenaga kerja. Dalam proses pemilahan APD, kita harus
mempertimbangkan kesesuaian jenis APD dengan bahaya yang ada dan mampu mengurangi atau bahkan
menghilangkan risiko yang dapat ditimbulkan. Sehingga lakukanlah identifikasi secara benar sebelum menentukan
jenis APD yang digunakan.

Berikut merupakan jenis-jenis APD yang perlu anda ketahui :

Pelindung Kepala

Pelindung Mata & Muka

Pelindung Telinga

Pelindung Pernapasan

Pelindung Kaki
Materi Safety Talks: Pemilihan dan Pemakaian Alat Pelindung Diri

By

Noviaji Joko Priono, SKM., MKKK.

Penggunaan Alat Pelindung Diri merupakan urutan terakhir dalam pengendalian risiko (the last line of
defense). Penggunaan APD bukan untuk mencegah kecelakaan tetapi untuk mengurangi dampak atau
konsekuensi dari suatu kejadian. Sehingga jangan pernah mendewa-dewakan APD. Nah, dalam
penggunaannya berikut ini beberapa informasi yang perlu anda ketahui tentang pemilihan, dan pemakaian APD
yang ditulis oleh Buntara, 2015 dalam bukunya yang berjudul “Panduan Praktis Keselamatan dan Kesehatan
Kerja untuk Industri”.

KETENTUAN PEMILIHAN APD

Dapat memberikan perlindungan yang cukup terhadap bahaya-bahaya yang dihadapi oleh pekerja

Harus seringan mungkin dan tidak menyebabkan rasa ketidaknyamanan yang berlebihan

Tidak mudah rusak

Suku cadangnya mudah diperoleh

Harus memenuhi ketentuan standar yang telah ada (sesuai pasal 2 Permenaker no. 08 tahun 2010)/ SNI

Dapat dipakai secara fleksibel

Tidak menimbulkan bahaya-bahaya tambahan bagi pemakainya

Tidak membatasi gerakan dan persepsi sensoris pemakainya

KETENTUAN PEMAKAIAN APD

Apakah ditempat kerja ditemukan bahaya yang mengharuskan pekerja menggunakan Alat Pelindung Diri

Sejauh manakah tingkat bahaya tersebut?

Sejauh manakah Alat Pelindung Diri tersebut dibutuhkan oleh pekerja atau Alat Pelindung Diri apa yang harus
dipakai?

Bagaimanakah seseorang dapat menjamin bahwa APD tidak hanya dipakai, tetapi digunakan secara tepat oleh
pekerja?

HAL-HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN SAAT MENGGUNAKAN APD

Menyesuaikan Alat Pelindung Diri dengan ukuran tubuh

Memastikan Alat Pelindung Diri berfungsi dengan baik dan benar

Jika menggunakan 2 (dua) atau lebih APD secara bersamaan, pastikan bahwa tidak mengurangi keefektifan
masing-masing APD

Segera melapor jika merasakan gejala rasa sakit atau tidak nyaman menggunakan APD

Melaporkan kepada pihak yang bertanggung jawab jika diperlukan perhatian khusus penggunaan APD.

Anda mungkin juga menyukai