Anda di halaman 1dari 100

TENAGA KERJA BANGUNAN TINGGI

LEVEL 2

PERMEN 09 TAHUN 2016


• NAMA PEMILIK BUKU :
........................................................................
• ALAMAT :
........................................................................
• PERUSAHAAN :
........................................................................
HAK CIPTA
PasaI 72 UU Nomor 19 Tahun 2002
Tentang Hak Cipta
1. Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat
(1) atau PasaI 49 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling singkat 1 (satu)
bulan dan/atau denda paling sedikit Rp. 1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7
(tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).
2. Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu
Ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipidana
dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 500.000.000.00 (lima ratus
juta rupiah).

Semua hak dilindungi oleh undang-undang. Dilarang mereproduksi, menyimpan dalam sistem penyimpanan atau
menyebarkan, dalam bentuk atau cara apapun, apakah elektronik, mesin, fotokopi, rekaman dan lain-lain,
bagian-bagian manapun dari buku pelatihan ini, tanpa izin tertulis sebelumnya dari Allsys Management Solution .

Allsys Management Solution berhak merubah isi materi dari pelatihan ini tanpa pemberitahuan maupun
menginformasikan terlebih dahulu.

Segala bentuk konsekuensi yang timbul dari kesalahan dalam penerapan pelatihan ini, maka Allsys Business
Management Solution tidak bertanggung jawab atas segala kesalahan tersebut.
Tujuan pelatihan
• Pelatihan disusun untuk memenuhi persyaratan
standar perundangan yang berlaku dan memberikan
sertifikat kompetensi sesuai dengan kepdirjen Nomor
09 tahun 2016
• Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan praktis
yang penting bagi individu yang melakukan pekerjaan
di ketinggian,
• Setelah menyelesaikan pelatihan ini, Peserta
diharapkan mampu melaksanakan tugas melakukan
pekerjaan di ketinggian dengan baik dan benar.
KARAKTERISTIK LANTAI KERJA TETAP
DAN LANTAI KERJA SEMENTARA
TEKNIK BEKERJA AMAN
Sesuai dengan pasal 10 ayat 2 teknik bekerja
aman meliputi :
a. Bekerja pada lantai kerja tetap
b. Bekerja pada lantai kerja sementara
c. Bergerak secara vertikal atau horizontal
menuju atau meninggalkan lantai kerja
d. Bekerja pada posisi miring dan
e. Bekerja dengan akses tali
LANTAI KERJA
Lantai Kerja adalah permukaan yang
dibangun atau tersedia yang digunakan untuk
bekerja
Ada 2 (dua) lantai tempat kerja :
1. Bekerja pada lantai kerja tetap
2. Bekerja pada lantai kerja sementara
1. BEKERJA PADA LANTAI TETAP
Merupakan bekerja pada permukaan yang
dibangun atau tersedia untuk digunakan secara
berulang kali dalam durasi yang lama. Seperti
tangga, walkway dan telah dilengkapai dengan
collecttive protection.
CONTOH
BEKERJA PADA LANTAI TETAP

Gbr. Tangga Gbr. Walkways

Gbr. Perancah Bergerak Gbr.


2. BEKERJA PADA LANTAI SEMENTARA

Merupakan bekerja
pada permukaan yang
dibangun atau tersedia
untuk digunakan untuk
durasi yang tidak lama.
CONTOH
BEKERJA PADA LANTAI SEMENTARA

Gbr. Scissor Lift Gbr. Boom Lift

Gbr. Perancah Bergerak Gbr. Perancah


ALAT PENCEGAH DAN PENAHAN
JATUH KOLEKTIF SERTA ALAT
PEMBATAS KERJA
PERANGKAT PELINDUNG JATUH
Adalah suatu rangkaian peralatan untuk
melindungi tenaga kerja, orang lain yang berda
ditempat kerja dan harta benda ketika bekerja
pada ketinggian agar terhindar dari kecelakaan
dan kerugian finansial
• Pencegah/Pelindung Jatuh Kelompok (Kolektif)
• Pencegah/Pelindung Jatuh Perorangan
• Alat Penahan Jatuh Kolektif
• Alat Penahan Jatuh Perorangan
PELINDUNG JATUH KOLEKTIF/KELOMPOK
(pasal 24)
Non Fisik : Aturan-aturan /
Hierarchy of Control, Working
Permit.
Prevention

Fisik : Guardrail, Barrier,


parrapet, Bar, Toebar.
• Collective Protection

Catch Platform

Fall Arrest

Net, Air Bags


PELINDUNG JATUH KOLEKTIF/KELOMPOK
(pasal 24)
Perangkat pencegah Jatuh kolektif atau kelompok adalah rangkaian
peralatan yang dipasang guna mencegah tenaga kerja memasuki
area berpotensi jatuh.
Sesuai dengan Permen Naker No. 09 Tahun 2016, pasal 24 harus
memenuhi persyaratan :
a. Dinding, tembok pembatas atau pagar pengaman memiliki
tinggi minimal 950 (sembilan ratus lima puluh) mm
b. Pagar pengaman harus mampu menahan beban minimal o,9
(nol koma sembilan) KN
c. Celah pagar memiliki jarak vertikal maksimal 470 (empat
ratus tujuh puluh) mm
d. Tersedia pengaman lantai pencegah benda jatuh (toeboard)
cukup dan memadai
Gbr. Toeboard
PELINDUNG JATUH KOLEKTIF/KELOMPOK
Perangkat penahan jatuh kolektif atau kelompok adalah
suatu rangkaian untuk mengurangi dampak jatuh tenaga
kerja secara kolektif, agar tidak mengalami cedera atau
meninggal dunia.
Sesuai dengan Permen Naker No. 09 Tahun 2016 pasal 26
dapat dipasang berupa jala atau bantalan dan harus
memenuhi persyaratan :
a. Dipasang secara aman kesemua angkur yang
diperlukan dan
b. Mampu menahan beban minimum 15 (lima belas) KN,
dan tidak mencederai tenaga kerja yang jatuh
PELINDUNGAN JATUH PERSONAL
Fixed
PERSONAL Static :
Cowtails,lanyard,sling

PROTECTION Adjustable

Jerat
Prevention
Fixed energy
(Restrain / absorber
Friction
Restriction)
Dynamic Tear off
• Personal
Adjustable + energy
Protection absorber

Lock System (By Rope grab/fall arrester +energy


speed, by shock). absorber
Fall Arrest
Meschanical Fall Arrester
( Inertia lock )
Deceleration system

Belay + Dynamic Rope


PELINDUNG JATUH PERSONAL
Perangkat penahan jatuh perorangan adalah suatu
rangkaian untuk mengurangi dampak jatuh tenaga kerja
secara perorangan, agar tidak mengalami cedera atau
meninggal dunia.
Sesuai dengan Permen Naker No. 09 Tahun 2016
pasal 25, tenaga kerja wajib menggunakan perangkat
pencegah jatuh perorangan yang paling sedikit terdiri
atas :
a. Sabuk tubuh (full body harness) dan
b. Tali pembatas gerak (work restraint)
Perangkat penahan jatuh perorangan harus sesuai
dengan permen no. 09 tahun 2016, pasal 27 ayat 2
meliputi :
• Bergerak vertikal
• Bergerak horizontal
• Tali ganda dengan pengait dan peredam kejut
• Terpandu, dan
• Ulur tarik otomatis
Safety eye / google
ANSI Z87

Full Body Harness


EN361/EN358/EN813

Helm Pelindung
EN 12492/EN397
Work Positioning
Lanyard EN354/EN358

Warepack/Baju
Lapangan Sarung Tangan

Absorber lanyard
EN355/EN

APD
Safety Shoes
ALAT PELINDUNG DIRI PERSONAL
(PERSONAL PROTECTIVE EQUIPMENT)
BEBERAPA JENIS ALAT PELINDUNG DIRI
Permenaker No 08/2010 Pasal 3
a. pelindung kepala;
b. pelindung mata dan muka;
c. pelindung telinga;
d. pelindung pernapasan beserta perlengkapannya;
e. pelindung tangan; dan/atau
f. pelindung kaki.
g. pakaian pelindung;
h. alat pelindung jatuh perorangan; dan/atau
i. pelampung.
PELINDUNG KEPALA
Penggunaan helm tidak hanya mampu
melindungi kejatuhan atau benturan dari
atas tetapi juga harus dapat melindungi
benturan dari samping, sehingga helm
setidaknya memiliki :
1. Tali penahan dagu (chainstrap) yang
dapat disesuaikan
2. Isolasi kelistrikan
3. Tidak ada penghalang pandangan
PELINDUNG MATA
Pelindung mata merupakan bagian penting dari alat pelindung
diri dan harus digunakan jika keadaan mengharuskan seperti
pada aktivitas penyambungan, saat memasang konektor kabel,
memotong, menggerinda dan tekena paparan bahan kimia.
Begitu juga ketika bekerja diketinggian terdapat resiko cidera
pada mata, seperti terkena serpihan partikel-partikel cat, juga
bahaya ultra violet.
• Lensa anti kabut
• Dilengkapi pelindung bagian
atas
• Dilengkapi dengan eyewear
lanyard
PELINDUNG TANGAN
Pelindung tangan harus memiliki kualitas yang baik dan didesain
agar pemakai tetap dapat merasakan objek yang dipegang.
Sarung tangan juga digunakan sebagai perlindungan pada
aktivitas mekanik, pekerjaan distribusi, penanganan material,
pekerjaan kelistrikan, dan juga sebagai perlindungan terhadap
permukaan yang tajam. Oleh karena itu jenis sarung tangan
tergantung dari jenis pekerjaannya.
PELINDUNG KAKI
Sepatu keselamatan harus memberikan perlindungan yang optimal
dari bahaya seperti benda jatuh, terpeleset, panas, sengatan
listrik, benda tajam. Sepatu keselamatan harus memenuhi syarat
dibawah ini :

 Terbuat dari bahan yang nyaman


dipakai.
 Dilengkapi dengan pelindung baja
pada bagian depan.
 Anti-static dan resistansi terhadap
bahan kimia atau minyak.
 Penyangga yang tinggi untuk
melindungi urat achilles dan
tulang ankle
Manajemen APD meliputi:
• Identifikasi kebutuhan dan syarat APD;
• Pemilihan APD yang sesuai dengan jenis bahaya dan
kebutuhan/kenyamanan pekerja/buruh;
• Pelatihan;
• Penggunaan, perawatan, dan penyimpanan;
• Penatalaksanaan pembuangan atau pemusnahan;
• Pembinaan;
• Inspeksi; dan
• Evaluasi dan pelaporan.
ALAT PENAHAN JATUH PERORANGAN
ABC dari Personal Fall Arrest System
(Sistem/ Alat Penahan Jatuh Perorangan)
Memiliki 3 Kategori
1. Angkur
2. Sabuk Tubuh
A
3. Penghubung Antara (Konektor)
Anchorage
(Tempat Mencantol)

Compatibility
(Kesesuaian)

C
ANGKUR
Angkur adalah tempat menambatkan perangkat pelindung jatuh
yang terdiri atas satu titik tambat atau lebih
sesuai dengan permen 09 tahun 2016, pasal 28 angkur harus
mampu menahan beban minimal 15 (lima belas) KN.
Dalam pemasangannya angkur dapat di kategorikan menjadi
sebagai berikut :
1. Angkor permanen
2. Angkor tidak permanen

Angkur permanen harus :


- Dilakukan pemeriksaan dan pengujian pertama
- Memiliki akte pemeriksaan dan pengujian
- Dilakukan pemeriksaan dan pengujian secara berkala paling
sedikit 1 kali dalam 2 tahun
Tempat Pengikatan dan Pencantolan

Tempat yang perlu diingat saat


“mengikat “ atau “mencantolkan”.
SABUK PENAHAN TUBUH
(Fullbody Harness)

Sabuk penahan tubuh merupakan alat penahan tubuh saat


pencegahan dan penangkapan jatuh dengan mendistribusikan daya
hentakan/tarikan .
Sabuk penahan jatuh juga dapat dilihat dari jenis
pekerjaan dan disesuaikan dengan kebutuhan
fullbody harness :
 Untuk fall arrest (1)
 Untuk tower climbing/work positioning(2)
 Untuk rope access(3)
 Untuk confined space(4)
Catatan :
(1) Dorsal dan sternal
(2) Dorsal, sternal dan lateral
(3) Waist/ventral, dorsal, sternal dan lateral
(4) Chest atau dorsal/Sternal
SABUK PENAHAN TUBUH
(Fullbody Harness)

D-ring Pada harnes memiliki Fungsi A


yang berbeda :
A. Punggung (Dorsal) B
B. Dada (Sternal)
C. Pinggang kiri-kanan (Lateral) C
C
D. Pinggang depan (Ventral/Waist) D
TALI PENGAIT DAN PEREDAM KEJUT

Merupakan penhubung antara


sabuk penahan tubuh ke angkur
atau lintasan jalur keselamatan.
Sesuai dengan peraturan menteri
nomor 9 tahun 2016 tali pengait
harus memiliki panjang maksimal
1,8 (satu koma delapan) meter dan
memiliki sistem penutup dan
pengunci kait otomatis
Lanyard with energy absorber
(Lanyard dengan penahan energi kejut)
TALI TARIK ULUR OTOMATIS
(Self Retracting Lanyards (SRL))

• SRL merupakan komponen dari personal


fall arrest system. Digunakan oleh pekerja
apabila melakukan pergerakan pada
ketinggian
• SRL merupakan bagian dari kelengkapan
personal fall arrest system.
• Titik cantol (Anchorage point) sedapat
mungkin harus berada di bagian atas
kepala
• Harus memiliki jarak yang cukup dengan
keadaan di bawahnya
Self-Retracting Lanyard System
Retractable lanyard
(dapat ditarik masuk)
CINCIN KAIT
(Conection)
Sebuah cincin yang berbentuk oval
atau D dan mempunyai ‘gate’ yang
berfungsi sebagai penghubung
antara tali dengan carabiner.
Biasanya terbuat dari alumunium
alloy dan mempunyai kekuatan
antara 1500-3500 kg. Ada dua
jenis carabiner yaitu, screw dan
self locking. Carabiner merupakan
salah satu alat yang terpenting
dalam bekerja diketinggian.
Conektor Screw (Pengunci)
PENGINGAT
Remember

• Snap-hooks atau carabiner digunakan untuk perangkat


keras yang dirancang untuk itu

• Semua bagian dari sistem tersebut harus berkerja


secara benar dengan yang lainnya

• Peralatan pencegah jatuh hanya digunakan untuk


proteksi pekerja terjatuh
PRINSIP PENERAPAN FAKTOR JATUH
(FALL FACTOR)
FAKTOR JATUH

Perkiraan nilai sebagai hasil dari


evaluasi bahaya dan resiko yang
terjadi pada keadaan tertentu
disaat bekerja diketinggian
JARAK JATUH BEBAS
DEFINISI DAN PERSYARATAN

Jarak Jatuh Bebas


Jumlah jarak vertikal dari pekerja jatuh dengan tenaga
gravitasi dan hanya ditahan oleh udara, mulai dari
awalan jatuh hingga tertahan.

Jarak bebas yang dibutuhkan


Jarak yang diperlukan di bawah pekerja untuk
mencegah benturan dengan tanah atau struktur.
Fall Factor/Jatuh Bebas

Sebelum Jatuh

Setelah Jatuh

FAKTOR 0 Peletakan pengait diatas kepala


Fall Factor/Jatuh Bebas

Sebelum Jatuh

Setelah Jatuh

FAKTOR 1 Peletakan pengait sejajar bahu


Fall Factor/Jatuh Bebas

Sebelum Jatuh

Setelah Jatuh

Peletakan pengait sejajar kaki atau


FAKTOR 2
lebih
Dampak dari Shock Absorption
“Bukan terjatuh yang membuat anda cedera, tetapi karena terhenti seketika”

• Apa yang menentukan keparahan jatuh?


Faktor yang berhubungan terhadap posisi titik cantolan (anchorage point) dan
digunakan untuk menentukan jarak sentuh potensial dari pekerja dan yakinkan
hal ini tidak ada resiko kontak dengan bagian bawah saat jatuh.

• Fall Factor (FF) = . Fall Distance (Jarak Jatuh) .


Length of Lanyard (Panjang Lanyard)

• 3 faktor dalam penahan jatuh (fall arrest).

– Fall Factor 0 – Anchorage point berada di atas kepala dimana lanyard


terjaga rapi di atas pekerja.
– Fall Factor 1 – Anchorage point sama tinggi atau sedikit ke atas rangkaian
sirip belakang pada harness.
– Fall Factor 2 – Anchorage point di bawah rangkaian sirip belakang pada
harness atau di kaki pekerja.
CONTOH SOAL FALL FACTOR
Seorang pekerja terjatuh dari platform yang tingginya 100
meter dari permukaan tanah tetapi pekerja tersebut
terselamatkan oleh alat penahan jatuh yang disebut hook
lanyard with absorber yang panjangya 180 cm karena
pemakaiannya benar maka jarak jatuh pekerja tersebut secara
bebas dan menggantung pada alat tersebut 180 cm

- Hitung berapakah fall faktor yang dialami oleh pekerja


tersebut sebelum absorber terbuka
- hitung berapa fall faktor yang dialami oleh pekerja tersebut
setelah peredam kejut (absorber) terbuka sepanjang 30 cm
Jatuh Aman Jatuh dari dasar permukaan
(Fall Clearance)

Hal yang perlu diperhatikan saat bekerja di ketinggian

• Panjang Tali tubuh maksimal 1,8 meter (pasal 27)

• Potensi jarak jatuh harus dikurangi.

• Hindari benturan saat terjatuh

• Hindari pemasangan pengaman pada faktor 2


SISTEM PENCEGAHAN JATUH

Contoh, jarak aman jatuh


menggunakan Lanyards absorber
saat menahan beban jatuh,
Jika pekerja menggunakan
lanyards absorber dengan panjang
1,5 m (termasuk karabiner)
dibutuhkan jarak aman ketinggian
kerja 5,1 m dari permukaan lantai.
Jatuh Aman Jatuh dari dasar permukaan
(Fall Clearance)

FC/FD = A+B+C+D
A
Jarak Jatuh
B A = Panjang Tali Pengait
B = perpanjangan Peredam
C
C = Jarak antara dorsal dan
kaki pekerja
D
D = Jarak aman dari dasar
CONTOH SOAL FALL CLEARENCE
Hitung fall clearence seorang pekerja, jika
diketahui panjang hook absorber lanyard pekerja 180
cm dicantolkan pada titik yang sudah benar, kemudian
tinggi pekerja masing-masing disesuaikan dengan
pekerja (diri sendiri), pada saat bekerja absorber
pekerja tersebut terbuka 40 cm, berapa jarak aman
jatuh pekerja tersebut jika jarak jatuh dari kaki pekerja
ke tanah 100 cm?
Jatuh Aman Jatuh dari dasar permukaan
(Fall Clearance)
FC/FD = A+B+C+D
Hitung fall clearence
A seorang pekerja, jika diketahui
panjang hook absorber lanyard
B pekerja 180 cm dicantolkan pada
titik yang sudah benar, kemudian
tinggi pekerja masing-masing
C
disesuaikan dengan pekerja (diri
sendiri), pada saat bekerja
D absorber pekerja tersebut terbuka
40 cm, berapa jarak aman jatuh
pekerja tersebut jika jarak jatuh
dari kaki pekerja ke tanah 100 cm?
SIMPUL TALI

• Simpul Tali merupakan bagian yang tak terpisahkan dari


pekerjaan di atas ketinggian. Maka didalam pekerjaan
ketinggian kita harus mengetahui jenis-jenis simpul yang
bisa kita gunakan.
• Penggunaan simpul juga dapat menjadi indikator
berkurangnya kekuatan dari tali yang kita gunakan.
• Pastikan setiap pembuatan simpul selalu diberikan tali
lebih minimal 10 cm. Jika tali diikatkan pada simpul
penahan yang berada dibawah penambat dapat dibuat
minimal 30 cm.
KRITERIA SIMPUL YANG BAIK

1. Simpul mudah untuk dibuat dan serbaguna.


2. Simpul mudah dilihat lilitanan-nya
3. Lilitan pada simpul tidak bergerak dan bergeser
saat dibebani.
4. Simpul mudah diurai atau dilepas setelah
digunakan.
5. Simpul yang digunakan dapat mengurangi
kekuatan tali seminimal mungkin.
6. Aman
SIMPUL & JERAT
SIMPUL & JERAT
 Delapan ganda (Figure of Eight)
 Sembilan (Figure of Nine)
 Untuk Sambung Tali
 Nelayan ganda (Double fishermen)
 Delapan ganda
 Untuk sambung pita
5.1 pita (Tape knot/Water knot)

SIMPUL TENGAH TALI


 Kupu-kupu (Alpine Butterflies)

JERAT
 Jerat Pangkal (Clove Hitch)
 Jerat Tambat (Italian/Munter Hitch)
SIMPUL TALI
• SIMPUL PENGHENTI (STOPER KNOT)
Simpul ini digunakan untuk mengunci bagian bawah atau sisa
ujung pada tali.

Simpul penghenti
SIMPUL TALI
• SIMPUL DELAPAN GANDA (Figur of Eight Knot)
Untuk simpul tengah tali/loop, serta dapat diandalkan untuk
menyimpul pada sebuah cincin pengait.

Simpul Delapan Ganda (Figure of Eight Knot)


SIMPUL TALI
• SIMPUL SEMBILAN (Figure Of Nine Knot)
Untuk simpul tengah tali/loop, serta dapat diandalkan untuk
menyimpul pada sebuah cincin pengait hampir sama dengan
simpul delapan ganda hanya beda satu putaran.
SIMPUL TALI
• SIMPUL PITA (Tape Knot/Water Knot)
Simpul ini untuk menyambung dua ujung webing atau tali pipih.
SIMPUL TALI
• KUPU-KUPU ALPIN (Alpine Butterfly)
Untuk simpul tengah tali/loop, serta dapat diandalkan untuk
menyimpul pada sebuah cincin pengait khususnya membuat
“Y” Hang.
SIMPUL TALI
• SIMPUL JERAT (Two Halp Hitch Knot)
Untuk mengikat tali pada pangkal kayu atau menambatkan
dalam waktu lama.

Two Halp Hitch Knot


SIMPUL TALI
• SIMPUL PANGKAL (Clove Hitch)
Untuk mengikat tali pada tiang atau dapat digunakan untuk
mengangkat beban.

Clove Hitch (Simpul Pangkal)


SIMPUL TALI
• SIMPUL TAMBAT/JANGKAR (Cow Hitch)
Simpul ini untuk menarik benda, dibuat minimal 5. Bisa juga
untuk penambatan pada webing,

Simpul Tambat (Timber Hitch Knot)


SIMPUL TALI
• SIMPUL RANTAI
Gunanya memperpendek tali, juga berfungsi saat
penyimpanan tali agar tidak kusut.
COMPARING STANDARD
Standard ANSI EN AS/NZS

Max Force on Body 6 kN 8 kN 6 kN

Shock absorption 6 kN 4 kN 6 kN

Shock deployment 1.75 m 1.1 m 1.75 m

Anchor strength 10 kN 22.2 kN 15 kN

Free Fall 4m 1.8 m 2m

Testing regime 4m 1.8 m 4m

EN : Europa National
ANSI : American National Standards Institute
AS/NZS : Australia Standar/New Zealand Standar
 Dalam pasal 18
pekerjaan vertikal sudut
deviasi maksimum dari garis
lurus vertikal tidak boleh
lebih dari 15 (lima belas)
derajat

 Setiap perangkat hanya


digunakan oleh seorang
tenaga kerja
Contoh pergerakan pada bidang kerja
vertikal pada rangka baja
BERGERAK HORIZONTAL, VERTIKAL
SERTA BIDANG MIRING
PERGERAKAN DENGAN MENGGUNAKAN TALI
GANDA DENGAN PENGAIT DAN PEREDAM KEJUT
SECARA VERTIKAL

Pergerakan naik dan turun


melalui tangga pada
bekerja diketinggian
memiliki resiko besar
sehingga perlu adanya
pengendalian resiko
tersebut
PERGERAKAN DENGAN MENGGUNAKAN TALI
GANDA DENGAN PENGAIT DAN PEREDAM KEJUT
SECARA VERTIKAL
• Pengait harus ditambatkan lebih tinggi dari kepala atau
ditambatkan paa ketinggian sejajar dada
• Kedua pengait tidak ditambatkan pada struktur yang
sama
• Kedua pengait tidak ditambatkan pada struktur yang
dapat menambah jarak jatuh
• Sling angkur dapat digunakan apabila pengait tidak cukup
lebar untuk dikaitkan langsung ke struktur
PERGERAKAN DENGAN TALI TERPANDU

Pergerakan ini
melibatkan 2 orang
pemanjat (leader) dan
penambat tali
pengaman (belayer)
PERGERAKAN DENGAN MENGGUNAKAN
PERANGKAT JATUH PERORANGAN HORIZONTAL
Yang diperhatikan dalam
pergerakan secara horizontal :
 Mampu menahan beban jatuh
sejumlah pekerja yang
terhubung.
 Jarak bentangan antara 2 (dua)
angkor tidak boleh melebihi dari
30 (tiga puluh) meter
PERGERAKAN SECARA MIRING
• Adalah bekerja pada permukaan yang dibangun atau
tersedia untuk digunkan sebagai akses pergerakan
pekerja mencapai tempat kerja pada ketinggian dengan
ara mrambat naik/turun pada struktur konstruksi
TEKNIK MENAIKKAN DAN
MENURUNKAN BARANG
SISTEM MENAIKKAN (HAULING) DAN
MENURUNKAN (LOWERING SYSTEM)
Sistem menaikkan adalah memindahkan benda dari
tempat yang rendah ke tempat yang lebih tinggi.
Dengan memanfaatkan tali dan peralatan lainnya,
hingga pengunaan whinch

Sistem menurunkan adalah memindahkan benda dari


dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah.
Dengan memanfaatkan gaya gravitasi dan gesekan tali
pada katrol.
Teknik menurunkan (Lowering) dan
menaikkan (Hauling) merupakan
teknik mekanik (Mechanical
Advantage) untuk menurunkan
ataupun menaikkan beban secara
manual.

Dengan memanfaatkan peralatan yang


mudah dan ringan akan membantu
tenaga kerja dalam proses menaikkan
orang, barang ataupun peralatan
SISTEM
MENAIKKAN DAN MENURUNKAN
Pada dasarnya teknik penarinkan hauling dan lowering
dapat dilakukan secara vertikal, horizontal dan diagonal
disesuaikan dengan benda dan posisi saat bekerja

SISTEM A (RATIO 1) SISTEM N (RATIO 2) SISTEM M (RATIO 3)


CATATAN :

Keuntungan mekanis dinyatakan sebagai


rasio/perbandingan.
BEBAN : TARIKAN

keuntungan mekanik (KM) sistem katrol


bergantung pada banyaknya katrol yang ada
Pekerjaan di atas
 Setiap pekerjaan pengangkatan haruslah dilakukan oleh
orang yang yang kompeten
 Pastikan zona pengangkatan
 Pengangkatan pada publik area dipastikan dilakukan dan
memiliki tanda misalkan “crane working overhead”
 Pemerhatian lingkungan dan bahan berbahaya sekitar
 Kompeten
 Aba aba dan signal
TEKNIK PENYELAMATAN DALAM
KEADAAN DARURAT
Suspension trauma
(Suspension Intolerance)
Suspension Trauma atau dikenal dengan Harnes Hang
Syndrome (HHS) atau intolerance orthostatic
merupakan akibat dari jatuhnya seseorang yang
menggunakan sabuk tubuh fullbody harness dengan
posisi menggantung pada titik jatuh bagian punggung,
sehingga tersumbatnya darah pada pembuluh darah
besar karena terjepit sabuk tubuh fullbody harness,
akibatnya otak tidak dapat menerima oksigen yang
dibutuhkan.
Untuk mengatasi suspension trauma tersebut maka
harus melepaskan tersumbatnya pembuluh darah
secara perlahan, dengan cara mencari atau membuat
pijakan agar sabuk tubuh mengendur
PENYELAMATAN DARI PERALATAN JATUH
Dalam penyelamatan korban diketinggian dapat
menggunakan teknik menurunkan dan menikkan
korban dengan melihat kondisi korban berada. Jika
tidak memungkinkan korban diturunkan maka korban
harus dinaikkan.
Yang harus diketahui untuk menyelamatkan korban
dengan cara menaikkan korban membutuhkan usaha
yang besar dalam pengoperasiannya. Yang paling
mudah adalah dengan cara menurunkan korban
diakrenakan membutuhkan usaha yang tidak terlalu
besar.
PENYELAMATAN DENGAN
MENURUNKAN KORBAN
PENYELAMATAN DENGAN
MENAIKKAN KORBAN
PROSEDUR KERJA AMAN PADA
KETINGGIAN
Tujuan :
• Meyakinkan bahwa semua pekerjaan yang dilakukan pada
ketinggian dicatat dalam buku registrasi sentral.
• Menerapkan proses pengelolaan terhadap resiko guna
mengendalikan resiko yang berkaitan dengan operasional dan
pemeliharaan terhadap peralatan yang ada pada ketinggian
• Untuk meyakinkan bahwa semua pekerjaan yang dilakukan pada
ketinggian sudah diidentifikasi terlebih dahulu dan resiko terjadinya
cedera sudah diperhitungkan.
• Untuk meyakinkan bahwa jenjang pengendalian sudah diterapkan
terhadap pekerjaan yang dilakukan pada ketinggian.
• Mengharuskan diterapkannya suatu SOP (Standard Operating
Procedure) atau dilengkapinya JSA (Job Safety Analysis) sebelum
suatu pekerjaan pada ketinggian tersebut dilaksanakan.
PROSEDUR KERJA AMAN BANGUNAN
TINGGI
Dalam peraturan Menteri Ketenagakerjaan nomor 9
tahun 2016 terdapat beberapa prosedur kerja
diantaranya :
a. Teknik dan cara perlindungan jatuh
b. Cara pengelolaan peralatan
c. Teknik dan cara melakukan pengawasan pekerjaan
d. Pengamanan tempat kerja, dan
e. Kesiapsiagaan dan tanggap darurat
FAKTOR PENYEBAB KECELAKAAN
KARENA JATUH
• Salah/gagal dalam mengenali masalah
• salah/gagal dalam memilih prosedur praktek kerja yang
aman
• Salah/gagal dalam mengikuti praktek kerja yang aman
• Salah/gagal dalam menyediakan sistem yang aman.
• Kurang informasi, instruksi, pelatihan atau pengawasan
yang tersedia.
• Salah/gagal dalam menggunakan peralatan yang sesuai
• Salah/gagal dalam menyediakan peralatan/mesin yang
aman
DAMPAK KECELAKAAN KERJA
a. Kerugian seseorang karena faktor-faktor biaya :
 Hilangnya pendapatan/produktifitas
 Biaya tambahan untuk kesehatan
 Biaya-biaya administrasi

b. Biaya-biaya yang harus ditanggung perusahaan akibat :


 Hilangnya keterampilan pekerja selama dalam perawatan atau jika
terjadi kecacatan
 Hilangnya produktifitas untuk menyelesaikan pekerjaan

c. Perusahaan dapat berhenti beroperasi sementara karena adanya


penyelidikan kecelakaan dan akan merugikan perusahaan dan pekerja
lainnya

d. Dapat mengakibatkan cacat tetap bahkan kehilangan nyawa.


Hirarki Pengendalian terhadap
Pekerjaan Pada Ketinggian
(Hierarchy of Controls for Working at Heights)
Pengendalian harus diterapkan ketika bekerja pada ketinggian, bila
memungkinkan, dengan langkah sebagai berikut :

1. Pencegahan dari jatuh (Eliminasi, Isolasi)


 Laksanakan pekerjaan di atas tanah (tidak pada ketinggian) sehingga
menghilangkan resiko (upayakan pekerjaan dilaksanakan di atas
tanah).
 Sediakan pagar untuk mencegah pekerja jatuh (misalnya, pegangan
tangan dan proteksi samping pada daerah dimana pekerjaan
dilakukan pada ketinggian).
 Pergunakan lantai kerja yang dirancang bangun (misalnya: lantai kerja
yang dibangun pada ketinggian itu.
Hirarki Pengendalian terhadap
Pekerjaan Pada Ketinggian
(Hierarchy of Controls for Working at Heights)

2. Proteksi dari Bahaya Jatuh (Minimalisasi)


penggunaan sistem dibawah untuk meminimalisir resiko :
 Fall Restrain System (Sistem Penahan Ketika Jatuh) untuk
mencegah seseorang jatuh (misalnya harness yang dilengkapi
dengan lanyard dan dipasang pada titik jangkar yang sesuai
yang dirancang untuk itu).
 Fall Arrest System (Sistem Penghenti Ketika Jatuh) untuk
mengendalikan laju kecepatan jatuh ketika seseorang sudah
jatuh (misalnya harnes yang dipasangi lanyard yang dapat
diulur dan dilengkapi peredam kejut).
BAHAYA DAN PENGENDALIANNYA

BAHAYA PENGENDALIAN

• FISIKA • ELIMINASI
• KIMIA • SUBSTITUSI
• BIOLOGI • REKAYASA ENGINEERING
• PSIKOLOGI/SOSIAL • ADMINISTRASI/TRAINING
• ERGONOMIS • ALAT PELINDUNG DIRI

96
Persyaratan Ketika akan bekerja di Atas Ketinggian :
• Pekerja harus dalam kondisi fit sebelum melakukan kegiatan bekerja
di atas ketinggian dan tidak mempunyai riwayat penyakit kronis
• Semua pekerja sebelum melakukan kegiatan bekerja di atas
ketinggian harus sudah mendapat pelatihan “Bekerja di Ketinggian”
• Prosedure kerja aman (JSEA) harus dibuat oleh semua pekerja yang
terlibat dalam bekerja di ketinggian & semua pekerja yang harus
berpartisipasi dalam rumusan JSEA.
• Semua peralatan Penahan dan Pencegah Jatuh serta Peralatan
Pendukung harus dalam kondisi baik dan sudah diinspeksi sebelum
digunakan
• Semua peralatan pendukung (EWP, Scaffold, Ladders, dll) sesuai
dengan persyaratan standard, dan dididirikan atau dioperasikan
oleh orang yang berkompeten
CONTOH
BAHAYA RESIKO DAN PENGENDALIANNYA
(aktifitas di tower)
Bahaya resiko Prosedur/Tindakan Aman
Terjepit Kantrol  Menggunakan Sarung Tangan
Tertimpa Kantrol  Menggunakan Sepatu Safety
Backpain  Pastikan Pemanasan yang dilakuakan sesuai dengan kondisi tubuh kita
Tegang Otot  Lakukan Pemanasan dengan baik dan benar
Terjatuh dari atas tower  Menggunakan Full Body Lengkap dan pasang pengaman dibesi atau tiang yang kuat.
Terpeleset dari anak tangga  Pastikan anak tangga/pijakan kita tidak basah dan sepatu yang kita gunakan tidak licin.
Terjepit Kantrol  Menggunakan Sarung Tangan
Tertimpa Kantrol  Gunakan Helm Bagi Yang bekerja dibawah dan pastikan ikatan atau pemasangan katrol
telah kuat.
Terjatuh dari tangga tower  kaitkan absorber lanyard pada anak tangga
Terpeleset dari anak tangga  Menggunakan Full Body Lengkap dan pasang pengaman dibesi atau tiang yang kuat.
 Pastikan anak tangga/pijakan kita tidak basah dan sepatu yang kita gunakan tidak licin.
Terjepit APD dan AP  Menggunakan Sarung Tangan
Tertimpa APD dan AP  Menggunakan Helm dan Sepatu Safety
Tergores Paku  Gunakan Sarung Tangan
Kaki Tertusuk paku  Gunakan Sepatu Safety
Terpeleset  Pastikan air atau benda yang licin dipindahkan ketempat yang aman

Anda mungkin juga menyukai