Anda di halaman 1dari 63

PROSEDUR BEKERJA DI

KETINGGIAN
(Working At Height Procedure)
Identifikasi Bahaya dan Penilaian Risiko
(Hazard Identification and Risk Assessment)
Identifikasi Pengecekan Kelayakan Peralatan
di Ketinggian
Semua peralatan yang dipergunakan untuk bekerja pada
ketinggian yang sudah disetujui untuk dipergunakan di PT.
Adaro Indonesia harus dicatat dalam buku register “Buku
Identifikasi Pengecekan Kelayakan Peralatan untuk Bekerja di
Ketinggian” yang disimpan pada setiap departemen dan dapat
diperiksa sewaktu-waktu dan dijaga selalu diperbaharui
Identifikasi Pengecekan Kelayakan Peralatan
di Ketinggian
Peralatan yang harus dimasukkan dalam buku identifikasi pengecekan
kelayakan adalah sebagai berikut:
• Platform (lantai kerja) yang dapat dipindahkan dan semua
perlengkapannya.
• Platform (lantai kerja) yang difabrikasi dan peralatan untuk
memasukinya.
• Tangga portabel.
• Tangga permanen.
• Full Body Harness dan peralatan pendukungnya.
• Lanyard dan peralatan pendukungnya.
• Teromol tali yang dapat menggulung sendiri (Retractable Lanyard).
• Tali statis dan peralatan pendukungnya.
• Sistem tali dan peralatan pendukungnya.
• Angkur/ Titik penambatan permanen.
Identifikasi Pengecekan Kelayakan Peralatan
di Ketinggian
• Bila peralatan tersebut sudah teridentifikasi maka
untuk selanjutnya menggunakan Kartu Inspeksi
Peralatan (KIP).
Identifikasi Pengecekan Kelayakan Peralatan
di Ketinggian
• Draft Working Instruction (WIN) Identifikasi
Pengecekan Kelayakan Peralatan
Identifikasi Pengecekan Kelayakan Peralatan
di Ketinggian
• Formulir Identifikasi
Pengecekan Kelayakan
Peralatan Keinggian
Penilaian Risiko (Risk Assessment)

• Semua proses penilaian terhadap peralatan untuk


bekerja pada ketinggian harus mengikuti proses
yang dijabarkan dalam Prosedur Penilaian Risiko PT.
Adaro Indonesia, SOP IA-IMS-07 Manajemen Risiko
K3LH
Penilaian Risiko (Risk Assessment)

• Daftar periksa
identifikasi bahaya dan
risiko bekerja pada
ketinggian
Analisa Keselamatan Kerja
(Job Safety Analysis)
• Setiap Departemen bersama HSE Area Kerja harus
melaksanakan Analisa Keselamatan Kerja (Job Safety
Analysis - JSA) pada setiap pekerjaan yang dilakukan pada
ketinggian, jika pekerjaan yang akan dilakukan merupakan
bentuk pekerjaan baru yang belum diatur dalam prosedur.

• Semua JSA yang dilakukan terhadap pekerjaan yang


dilakukan pada ketinggian harus mengikuti proses yang
diuraikan dalam Prosedur JSA PT. Adaro Indonesia.

• JSA harus diselesaikan terlebih dahulu sebelum pekerjaan


pada ketinggian itu dilaksanakan
Analisa Keselamatan Kerja
(Job Safety Analysis)
Hirarki Pengendalian Pekerjaan di Ketinggian
(Hierarchy of Control for Working at Height)
A. Pencegahaan dari Jatuh;
– Laksanakan pekerjaan di atas tanah (tidak pada
ketinggian) sehingga menghilangkan risiko (upayakan
pekerjaan dilaksanakan di atas tanah).
– Sediakan pagar untuk mencegah pekerja jatuh (misalnya,
pegangan tangan dan proteksi samping pada daerah
dimana pekerjaan dilakukan pada ketinggian).
– Pergunakan lantai kerja yang dirancang bangun
(misalnya: lantai kerja yang dibangun pada ketinggian itu.
Hirarki Pengendalian Pekerjaan di Ketinggian
(Hierarchy of Control for Working at Height)
B. Proteksi dari Bahaya Jatuh;
– Sistem Penahan Ketika Jatuh (Fall Restrain System) untuk
mencegah seseorang jatuh (misalnya full body harness
yang dilengkapi dengan lanyard dan dipasang pada
angkur yang sesuai yang dirancang untuk itu).
– Sistem Penghenti Ketika Jatuh (Fall Arrest System) untuk
mengendalikan laju kecepatan jatuh ketika seseorang
sudah jatuh (misalnya full body harnes yang dipasangi
lanyard yang dapat diulur dan dilengkapi peredam kejut).
Pemilihan, Pelatihan dan Kompetensi
(Selection, Training and Competency)
Seleksi Personil (Selection of Personnel)
Contoh kondisi medis dan kondisi psikologi yang dapat menurunkan
kemampuannya bekerja dengan aman, mencakup:
• Phobia yang berkaitan dengan ketinggian
• Gangguan pendengaran
• Gangguan atau sakit tulang belakang
• Kecacatan penglihatan permanen
• Jantung, atau gangguan jantung
• Sakit sawan atau epilepsi, asma, bronchitis atau sesak nafas
apabila kelelahan
• Sakit kepala seperti migrain ataupun vertigo yang dapat
menyebabkan disorientasi
• Penyakit lainnya yang dapat membahayakan keselamatan selama
bekerja pada ketinggian.
Kompetensi Penilaian Risiko
(Risk Assessment Competency)
Semua orang yang melakukan penilaian risiko
terhadap pekerjaan pada ketinggian harus memiliki:
• Pengalaman operasional yang sesuai (misalnya;
teknisi proses, teknisi pemeliharaan, atau engineer
proses) atau
• Memegang kualifikasi yang sesuai, dan
• Sudah mengikuti pelatihan identifikasi bahaya dan
penilaian risiko.
Pelatihan dan Kompetensi
(Training and Competency)
– Pekerja yang bekerja pada lantai kerja tetap/ atau lantai kerja
sementara – Tenaga Kerja Bangunan Tinggi tingkat 1
– Pekerja yang bekerja pada lantai kerja tetap/ atau lantai kerja
sementara serta bekerja atau bergerak menuju dan
meninggalkan lantai kerja tetap atau sementara secara
horizontal atau vertikal pada struktur bangunan atau dengan
posisi atau tempat kerja miring– Tenaga Kerja Bangunan
Tinggi tingkat 2

Peraturan Menteri Ketenagakerjaan RI Nomor 9 Tahun 2016 tentang K3 dalam


Pekerjaan pada Ketinggian
Pelatihan dan Kompetensi
(Training and Competency)
– Pekerja yang bekerja pada lantai kerja tetap/ atau lantai kerja
sementara serta bekerja atau bergerak menuju dan
meninggalkan lantai kerja tetap atau sementara secara
horizontal atau vertikal pada struktur bangunan atau dengan
posisi atau tempat kerja miring, akses tali dan/ atau
menaikkan dan menurunkan barang dengan sistem katrol
atau dengan bantuan tenaga mesin, dengan tugas dan
kewenangan:
Pelatihan dan Kompetensi
(Training and Competency)
• Tenaga Kerja Pada Ketinggian tingkat 1: membuat angkur
dibawah pengawasan Tenaga Kerja pada ketinggian tingkat 2 dan/
atau tingkat 3; melakukan upaya pertolongan diri sendiri,
• Tenaga Kerja Pada Ketinggian tingkat 2: membuat angkur sendiri;
mengawasi Tenaga Kerja Pada Ketinggian tingkat 1; melakukan
upaya pertolongan keadaan darurat pada ketinggian untuk tim
kerja,
• Tenaga Kerja Pada Ketinggian tingkat 3: menyusun perencanaan
sistem keselamatan bekerja pada ketinggian; melakukan
pemeriksaan angkur; mengawasi Tenaga Kerja Pada Ketinggian
tingkat 1 dan 2; melakukan upaya pertolongan keadaan darurat
pada ketinggian.
Spesifikasi
Spesifikasi Pembelian
(Purchasing Specifications)
Spesifikasi pembelian harus dibuat terhadap semua
peralatan yang dipergunakan untuk bekerja pada
ketinggian
Spesifikasi Pembelian
(Purchasing Specifications)
• Peralatan Pencegah Jatuh (Fall Prevention);

Scissor Lifts Boom Lifts Elevated Work Platform


Frame Scaffolding

Scaffolding with wheel

Tube Scaffolding
Portable Ladder

Fixed Ladder
Spesifikasi Pembelian
(Purchasing Specifications)
• Peralatan Proteksi Jatuh (Fall Protection);

Lanyards with shock absorbers


Full Body Harness
Retractable Lanyards
Desain, Pengembangan dan Fasilitas Baru
(Design, Development and New Facilities)
• Membuat prosedur yang meyakinkan, bila mungkin,
adanya kebutuhan untuk bekerja pada ketinggian
sudah dihilangkan.
• Mempertimbangan aktivitas konstruksi, operasi,
modifikasi dan pemeliharaan yang mungkin
dilakukan selama kurun waktu masa pakai asset.
• Melaksanakan penilaian risiko, bersama-sama
pengguna akhir, dengan tujuan mempertimbangkan
semua informasi yang relevan tentang bekerja pada
ketinggian secara aman.
Desain, Pengembangan dan Fasilitas Baru
(Design, Development and New Facilities)
• Penggunaan standar desain yang memadai dan
sesuai dengan jenjang tahap pengendaliannya.
• Meyakinkan bahwa desain sudah memenuhi
persyaratan peraturan perundang-undangan.
• Dengan jelas menyatakan dalam spesifikasi, provisi
untuk mencegah jatuh dengan cara menghilangan
keharusan bekerja pada ketinggian bila
memungkinkan.
Desain, Pengembangan dan Fasilitas Baru
(Design, Development and New Facilities)
Spesifikasi desain harus dibuat ketika membangun
peralatan yang dipergunakan untuk bekerja pada
ketinggian, termasuk kelayakan dan uji teknis sesuai
peraturan atau standar yang berlaku:
• Lantai kerja (platform) yang difabrikasi.
• Tangga permanen.
• Sangkar Orang (Man Basket).
• Pegangan tangan/pagar pengaman pada kendaraan
alat berat.
Sistem Proteksi Jatuh
(Fall Protection Systems)
Sistem Penahan Ketika Jatuh (Fall Restrain System)
terdiri dari:
• Titik atau beberapa angkur.
• Tali statik atau restraint line yang memiliki kekuatan
dan panjang yang tepat.
• Full Body Harness atau sabuk penahan
Sistem Proteksi Jatuh
(Fall Protection Systems)
• Sistem Penangkap Ketika Jatuh (Fall Arrest System)
dirancang untuk menghentikan proses jatuh dan
menangkap orang yang jatuh dalam perjalanannya
jatuh ke bawah
Full Body Harness

Penggunaan jenis atau tipe full body harness tergantung


pada jenis pekerjaan yang akan dilakukan:
• 2 point full body harness; untuk fall arrest dan work
restraint (EN361: 2002)
• 4 point full body harness; untuk fall arrest, work
restraint dan work positioning (EN361: 2002 and
EN358:2000)
• 5 point full body harness; untuk personnal suspension,
fall arrest, work restraint and work positioning, rescue
(EN361: 2002, EN813:2008 and EN358:2000.)
Full Body Harness

2 point full body harness 4 point full body harness


5 point full body harness
Full Body Harness

• Inspeksi FBD
Full Body Harness

• Cara Penggunaan FBD


1 2

3 4
Full Body Harness

• Cara Penggunaan FBD


5 6
Full Body Harness
Alat penahan jatuh:
• Mampu menahan beban jatuh minimal 15 (lima belas)
kilonewton.
• Mempunyai alat pengunci otomatis yang membatasi jarak
jatuh pekerja maksimal 1,2 (satu koma dua) meter.
• Mempunyai alat pengunci otomatis yang mencengkeram tali
pada posisi jatuh.
• Mempunyai panjang maksimal 1,8 (satu koma delapan)
meter dan mempunyai sistem penutup dan pengunci kait
otomatis.
• Menggunakan tali kernmantle yang mempunyai elastisitas
memanjang minimal 5% apabila terbebani pekerja yang
jatuh.
• Mempunyai sistem pengunci otomatis yang membatasi jarak
jatuh maksimal 0,6 (nol koma enam) meter.
Full Body Harness

Tali Koneksi (Lanyards)


Full Body Harness

Alat Penahan Jatuh Bergerak (Mobile Fall Arrester)


Titik Angkur (Anchorage Points)

Titik Angkur harus ditetapkan bahwa merupakan


struktur tetap (bukan pada pegangan tangan) dan
dibuat dari bahan yang sesuai sehingga memberikan
titik pengikatan yang kokoh bagi orang-orang yang
bekerja pada ketinggian.

Titik angkur terdiri atas:


• Angkur permanen
• Angkur tidak permanen
Titik Angkur (Anchorage Points)

Titik Angkur Permanen (Fixed Anchorage Points)


Titik Angkur (Anchorage Points)

Titik Angkur Tidak Permanen (Portable Anchorage Points)


Titik Angkur (Anchorage Points)
Angkur permanen harus memenuhi syarat sebagai berikut:
• Mampu menahan beban minimal 15 (lima belas)
kilonewton.
• Dalam hal angkur lebih dari 1 (satu) titik harus mampu
membagi beban yang timbul.
• Tertutup (bukan kait yang terbuka).
• Sudah ditandai dengan jelas (misalnya dengan warna
oranye).
• Diinspeksi sesaat sebelum dipergunakan untuk meyakinkan
keutuhan angkur.
• Ditandai dengan jelas dan dilepas/ diperbaiki/ diganti
dengan segera bila diketahui sudah rusak atau tidak kuat.
• Penempatan hook lanyard pada angkur minimum sejajar
dengan D ring pada harness atau di atas kepala, pada kondisi
tertentu berdasarkan penilaian risiko.
Titik Angkur (Anchorage Points)

Angkur permanen harus dilakukan pemeriksaan dan


pengujian pertama, memiliki akte pemeriksaan dan
pengujian, dilakukan pemeriksaan dan pengujian
secara berkala paling sedikit 1 (satu) kali dalam 2
(dua) tahun. Pemeriksaan pengujian angkur permanen
oleh pegawai pengawas ketenagakerjaan spesialis K3
lingkungan kerja.
Titik Angkur (Anchorage Points)
Bilamana tidak ada struktur tetap, maka mobil equipmen
dapat dipergunakan sebagai titik angkur asalkan
memenuhi syarat-syarat berikut:
• Memiliki bobot dua ton atau lebih; dan
• Mempunyai titik angkur yang tertutup (misalnya cincin
untuk memasang gandengan, lubang pada bucket,
tetapi bukan kait yang terbuka); dan
• Diisolasi, dipasang tag dan diparkir sehingga
menghentikan semua gerakan (misalnya bucket
ditancapkan ke tanah, rem parkir terpasang, roda
diganjal, diparkir menyamping dan sebagainya).
Titik Angkur (Anchorage Points)
• Titik angkur harus dirancang dan dipasang oleh orang yang
tepat dan memiliki kompetensi yang sesuai.

• Peralatan Proteksi Jatuh (Fall Protection) tidak boleh


dipasang terhadap titik angkur dengan menggunakan tali
yang disimpul. Sling atau shackle dengan kekuatan minimum
2 (dua) ton harus dipergunakan. Shackle yang dipergunakan
haruslah jenis pin and safety clip (bow shackle) bukan
shackle jenis ulir.

• Angkur tidak permanen dipakai pada saat angkur permanen


tidak tersedia dan harus diperiksa serta dipastikan
kekuatannya.
Tali Statik (Static Lines)
Semua tali statik yang dipergunakan harus memenuhi standar
yang berlaku, sebagai syarat minimum harus:
• Mampu menahan beban jatuh sejumlah pekerja yang
terhubung.
• Jarak bentangan antara 2 (dua) titik angkur tidak boleh lebih
dari 30 (tiga puluh) meter.
• Sesuai dengan kondisi lingkungan kerja umumnya di PT.
Adaro Indonesia (misalnya; stainless, galvanil, dan
sebagainya).
• Hanya dipasang oleh orang yang berwenang dan kompeten.
• Diinspeksi secara reguler (maksimum 6 bulan sekali) dan
sesaat sebelum digunakan.
• Tidak dipergunakan dan dilaporkan segera bila ditemukan
sudah rusak.
Tali Statik (Static Lines)

Wire Rope Static Lines


Tali Statik (Static Lines)

Kernmantel Static Lines


Peralatan Jalan Masuk (Access Equipment)

Secara khusus, ketentuan berikut ini harus diterapkan:


• Tangga tetap harus dilengkapi:
– Tangga (hoop) dan kerangkeng dipasang setinggi 2,2
meter dari bagian bawah tangga.
– Tempat istirahat tidak lebih tinggi dari interval 6 meter.
– Apabila pemasangan hoop, cage dan bordes tidak dapat
dilakukan, maka sistem penahan ketika jatuh (fall restrain
system) harus disediakan.
Peralatan Jalan Masuk (Access Equipment)

• Tangga fleksibel hanya dipergunakan bilamana


metode lain untuk masuk sudah dipertimbangkan
dan harus terbuat dari kawat baja buka tali temali.
• Jalan bertangga harus terdiri dari:
– Bagian tepi yang terbuka mempunyai pelindung.
– Tempat berbalik dan lantai kerja antara bagian tepinya
harus dipasang pelindung.
– Semua anak tangga dipasangi anti selip pada bagian
tepinya kecuali jenis tanggal vertikal pada struktur tetap.
Peralatan Jalan Masuk (Access Equipment)

Ladder with hoop Bordes


Peralatan Jalan Masuk (Access Equipment)

Fall Restraint System


Lantai Kerja Permanen
(Permanent Work Platforms)
• Lantai kerja permanen adalah struktur permanen
yang dapat memposisikan pekerja dan peralatan
sedemikian sehingga pekerjaan pada ketinggian
dapat dilaksanakan dengan aman.

Lantai kerja permanen dan struktur tetap dimana
orang memasuki daerah kerja tidak memerlukan ijin
ketinggian tetapi bila bekerja diluar area struktur
tetap wajib melengkapi ijin bekerja di ketinggian.
Lantai Kerja Permanen
(Permanent Work Platforms)
• Lantai kerja permanen dan struktur tetap harus
dirancang-bangun sesuai dengan Standar
Engineering PT. Adaro Indonesia dan memenuhi
persyaratan.

• Pada mobile equipment (seperti tangki bahan bakar,


tangki air, dll) dimana dimungkin seseorang menaiki
mobile equipment untuk melakukan aktivitas
diatas, maka harus dibuatkan handrail yang standar.
Lantai Kerja Permanen
(Permanent Work Platforms)
Syarat minimum lantai kerja harus:
• Pemasangan dinding atau tembok pembatas, pagar
pengaman yang stabil dan kuat yang dapat
mencegah pekerja jatuh dari lantai kerja permanen.
• Pagar pengaman harus mampu menahan beban
minimal 0.9 kN (nol koma 9 kilonewton).
• Memiliki permukaan yang kokoh dan rata dan tidak
bergoyang ketika orang berjalan di atasnya.
Lantai Kerja Permanen
(Permanent Work Platforms)
• Handrail terdiri dari 2 bagian yaitu top rail dan mid rail;
– Top rail dengan tinggi minimal 95 (sembilan puluh lima)
centimeter (contoh: dinding, tembok pembatas, atau pagar
pengaman)
– Mid rail memiliki jarak vertikal maksimal 47 (empat puluh
tujuh) centimeter.
• Tersedia pangaman lantai pencegah benda jatuh
(toeboard) cukup memadai
• Memiliki jalur masuk (access) atau jalur keluar (egress)
yang aman dan ergonomis.
• Dicat dengan warna kuning.
Lantai Kerja Permanen
(Permanent Work Platforms)
Lantai Kerja Permanen
(Permanent Work Platforms)
Lantai Kerja Sementara
(Temporary Work Platforms)
Perancah (Scaffolding) harus memenuhi persyaratan berikut:
• Dirancang untuk memenuhi persyaratan berikut;
– Permenakertrans No.1 Tahun 1980 tentang K3 pada Konstruksi
Bangunan
– Australian Standard 1576 Scaffolding.
– British Standard 1139 Series Scaffolding.
• Dibangun dan dipelihara oleh orang yang kompeten dan
berwenang (scaffolder).
• Hanya dimodifikasi oleh orang yang kompeten dan berwenang.
• Ditandai dengan jelas berapa beban maksimumnya oleh orang
yang kompeten dan berwenang (pengawas scaffolding).
• Dilengkapi dengan sistem pemasangan label yang menyatakan
bahwa scaffolding ini aman dipergunakan atau tidak aman
dipergunakan (misalnya menggunakan SCAFFTAG).
Lantai Kerja Sementara
(Temporary Work Platforms)
Lantai kerja portabel harus dirancang-bangun sesuai dengan Standar
Engineering PT. Adaro Indonesia yang mempertimbangkan faktor-faktor
berikut:
• Tinggi jangkauan penyangga (stand).
• Sifat pekerjaan.
• Daerah permukaan penyangga.
• Stabilitas permukaan atau tanah.
• Jalan masuk dan keluar.
• Persyaratan pelindung tepi lantai kerja.
• Potensi jatuh.
• Tingkat keparahan bila jatuh.

Bilamana penyangga portabel ini dipasang roda, maka roda itu harus dapat
dikunci ketika penyangga itu sedang dipergunakan.
Lantai Kerja Sementara
(Temporary Work Platforms)
Lantai Kerja Sementara
(Temporary Work Platforms)

Anda mungkin juga menyukai