Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

POTENSI HAZARD DAN PENANGGULANGANNYA DI MAINTENANCE MECHANICAL


PLTU

Oleh:

Jofanka Aviliani Septin

171910101079

PROGARAM STUDI STRATA 1 TEKNIK


JURUSAN TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JEMBER
2019
1. Deskripsi Tempat Kerja
Di zaman yang serba modern ini, hampir semua pekerjaaan manusia telah dibantu oleh alat-
alat yang dapat memudahkan pekerjaan manusia, salah satunya adalah dengan adanya mesin.
Ketersediaan batubara yang melimpah di alam Indonesia mendorong Pemerintah untuk
memanfaatkannya sebagai energi primer bagi pembangkit termal (PLTU). Kebijakan tersebut
sekaligus menjadi langkah Pemerintah dalam rangka meningkatkan rasio elektrifikasi nasional
melalui pembangunan PLTU batubara di berbagai wilayah di Tanah Air. Melalui Program 35 ribu
MW, Pemerintah menargetkan rasio elektrifikasi Indonesia mencapai 99,4% hingga tahun 2025
mendatang.
PLTU adalah jenis pembangkit listrik tenaga termal yang banyak digunakan karena
efisiensinya tinggi sehingga menghasilkan energi yang ekonomis. PLTU merupakan mesin
konversi energi yang mengubah energi kima dalam bahan bakar menjadi energi listrik. Pada
industri pembangkit listrik terutama PLTU, aspek pemeliharaan dan perawatan merupakan bagian
penting dalam pengoperasian PLTU khususnya pada turbin penggerak.
Keselamatan dan Kesehatan Kerja atau yang lebih sering disebut dengan istilah “K3” adalah
hal penting yang harus diusung dalam bekerja. Apa pun bidang kerjanya, K3 adalah yang utama.
Tak terkecuali, bidang pembangkitan. Aktivitas dalam operasi dan pemeliharaan pembangkit tak
terlepas dari berbagai risiko di dalamnya. Sebagai langkah antisipasi dan mitigasi, Indonesia
Power senantiasa menjunjung tinggi K3 sebagai sebuah budaya kerja yang harus dipahami dan
diterapkan oleh seluruh pegawai, terutama yang berada di lingkungan pembangkitan.

2. Aktivitas Yang Ada Di Maintenance Mechanical PLTU


a) Preventive Maintenance
Preventive Maintenance merupakan tindakan inspeksi periodik untuk mendeteksi
kondisi mesin dan mengupayakan untuk mengembalikan mesin pada kondisi semula.
b) Predictive Maintenance
Predictive Maintenance merupakan perawatan yang bersifat prediksi, Juga dilakukan
pendeteksian dari indikaktor-indikator yang terpasang pada instalasi suatu alat seperti
pengecekan vibrasi dan alignment untuk menambah data dan tindakan perbaikan
selanjutnya.
c) Overhaul
Overhaul merupakan pemeriksaan dan pemeliharaan yang dilakukan sesuai dengan
jam operasi. Pada PLTU Overhaul sendiri dibagi menjadi dua yaitu:
1. Annual Inspection (8.000 Jam Operasi)
2. General Inspection (40.000 Jam Operasi)
d) Pengelasan
Biasanya terdapat kebocoran pada pipa sehingga membutuhkan pengelasan yang
secepatnya.
e)
3. Analisa Potensi Hazard
a) Hazard Lingkungan Kerja (Fisik, Kimia, Biologi)

Fisik: Peralatan atau mesin di boiler yang memiliki temperatur dan tekanan yang
paling tinggi
Kimia: Terdapat banyak bahan kimia hydrazine dan gas N2
b) Hazard Perilaku (Behaviour)

Karena berada di area yang mungkin mudah terbakar, para pekerja dilarang
merokok. Jika ingin merokok di area yang sudah ditentukan.dan ada beberapa pekerja
yanag memiliki sifat workaholic yang tidak baik bagi kesehatan tubuh.

c) Hazard Ergonomi

Menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) dan menerapkan ilmu K3 dapat


menurunkan resiko cidera.

d) Hazard Pengorganisasian Pekerjaan

Beban pekerjaan: Beban pekerjaan dalam maintenance mechanical di PLTU


tergolong sangat besar karena memiliki potensi resiko yang tinggi pula.

Waktu: Dalam pelaksanaan maintenance mechanical di PLTU, biasanya terdapat


pergantian pekerjaan dengan orang lain (shift), dalam hal ini dibutuhkan kerja sama
dan komunikasi yang kuat agar perawatan dan pemeliharaan dapat berjalan dengan
lancar.
e) Hazard Budaya Kerja

Dalam pelaksanaan maintenance mechanical di PLTU, biasanya terdapat


pergantian pekerjaan dengan orang lain (shift), dalam hal ini dibutuhkan kerja sama
dan komunikasi yang kuat agar perawatan dan pemeliharaan dapat berjalan dengan
lancar.
4. Accident/incident yang sudah terjadi
Berdasarkan data hazard identification di PT Indonesia Power UPJP Bali Sub Unit PLTU
Barru pada tahun 2014, terdapat 51 risiko bahaya pada kegiatan operasi dan 39 risiko bahaya
pada kegiatan pemeliharaan di boiler yang diantaranya risiko tersandung, terpeleset, terjepit,
tertimpa objek, panas, sling terputus, jatuh dari ketinggian, terkena bahan kimia dan gangguan
pendengaran (Kimia, K3 dan Lingkungan PLTU Barru, 2014). Selain itu terdapat risiko
bahaya yang ada di area boiler khususnya untuk kompenen atau mesin yang bekerja pada
temperatur dan tekanan tinggi yang berisiko mengalami kegagalan atau mengalami kebakaran
dan ledakan.
5. Langkah pencegahan dan penanggulangan
a) Peraturan Perundang-undangan
Ketentuan & syarat K3 mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan, teknik &
teknologi
Penerapan ketentuan & syarat K3 sejak tahap rekayasa/engineering process
Penyelenggaraan pengawasan & pemantauan pelaksanaan K3
b) Standarisasi
Disamping menumbuhkan budaya K3, Indonesia Power secara tegas juga
menerapkan Prinsip 5S yang diadopsi dari bahasa Jepang, yaitu Seiri (ringkas), Seiton
(rapi), Seiso (resik), Seiketsu (rawat), dan Shitsuke (rajin). Prinsip 5S ini mutlak
dilaksanakan di seluruh unit pembangkit.
c) Inspeksi/Pemeriksaan
Risiko dan menumbuhkan budaya K3 juga diwujudkan dengan pembentukan
Departemen Kepatuhan K3 dan Lingkungan (KDEPK3L), di Indonesia Power Kantor
Pusat. Departemen ini bertugas untuk menyusun, memantau, dan mengelola kebijakan
dan kegiatan K3L serta melakukan investigasi perbaikan dan pencegahan K3L.
d) Riset Teknik, Medis, Psikologis dan Statistik
e) Pendidikan dan Latihan
Untuk meningkatkan pengetahuan, pemahaman, dan keahlian insan pembangkitan,
Indonesia Power pun mendirikan sebuah center of excellence bidang LRC, yaitu
berupa Fire Safety Academy. Lembaga pendidikan dan pelatihan ini menjadi pusat
pelayanan beragam kebutuhan pelatihan, assessment, dan konsultasi di bidang operasi
pembangkit listrik yang mengedepankan aspek keselamatan dan kesehatan kerja (K3)
serta memiliki fasilitas simulator untuk operasi.

Sebuah inovasi lain juga telah dikembangkan Indonesia Power dalam rangka
meningkatkan keandalan pembangkit dengan tetap memerhatikan aspek K3. Inovasi
tersebut diwujudkan dalam pelatihan Pekerjaan Dalam Kondisi Operasi (PDKO).
PDKO memungkinkan unit pembangkit tetap beroperasi saat dilakukan
perbaikan/pemeliharaan akibat adanya gangguan dan, yang terpenting, tetap
mengutamakan keselamatan kerja saat peralatan tersebut dipelihara.
f) Persuasi
Apel pagi ataupun coffee morning yang rutin diselenggarakan pun menjadi wadah
sosialisasi K3, baik dari sisi kebijakan, aturan, hingga serba-serbi seputar K3 yang
harus dipahami dan diterapkan pegawai. Komitmen perusahaan dalam mengelola
risiko dan menumbuhkan budaya K3 juga diwujudkan dengan pembentukan
Departemen Kepatuhan K3 dan Lingkungan (KDEPK3L), di Indonesia Power Kantor
Pusat.
g) Asuransi
Asuransi kompensasi karyawan ditujukan untuk member ganti rugi kepada pegawai
yang mengalami kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Tersedianya jaminan
keselamatan dan kesehatan kerja untuk karyawan seperti Jaminan Sosial Tenaga Kerja
(JAMSOSTEK), asuransi pengobatan dan kesehatan, serta Alat pelindung Diri (APD)
h) Penerapan K3 di Tempat Kerja
Beragam langkah dan strategi dirumuskan dalam rangka mewujudkan operasional
pembangkit yang aman dan selamat. Dari hal yang paling sederhana, tetapi diyakini
mampu menguatkan budaya K3 dalam diri setiap pegawai, adalah dengan memasang
ramburambu K3 ataupun papan-papan bertuliskan imbauan tentang “keselamatan
kerja”.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.indonesiapower.co.id/id/komunikasiberkelanjutan/Inpower%20Magz/Majalah%20I
npower%20Edisi%204%20Tahun%202017.pdf

https://www.training-sdm.com/operation-maintenance-and-troubleshooting-pltu.html

Jurnal Penelitian. Studi Penilaian Risiko Keselamatan Kerja di Bagian Boiler PT Indonesia
Power UPJP Bali Sub Unit PLTU Barru., Nur Hasnah, Hasbi Ibrahim, Syarfaini

Anda mungkin juga menyukai