KEGIATAN MAGANG/PKL
DI BAGIAN SISTEM PERLENGKAPAN PEMBINAAN K3
PT PETROKIMIA GRESIK
Tanggal 29 Desember 2017 s.d. 2 Maret 2018
Oleh
KEGIATAN MAGANG/PKL
DI BAGIAN SISTEM PERLENGKAPAN PEMBINAAN K3
PT PETROKIMIA GRESIK
Tanggal 29 Desember 2017 s.d. 2 Maret 2018
Oleh
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas
segala rahmat, hidayat dan karunia-Nya, sehingga terlaksananya program Magang
di PT. Petrokimia Gresik dan terselesaikannya penyusunan laporan magang
dengan judul “Laporan Pelaksanaan Kegiatan Magang/PKL di PT. Petrokimia
Gresik”. Laporan ini disusun sebagai salah satu persyaratan akademik dalam
dalam rangka menyelesaikan kuliah di Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Jember.
Penulis menyadari bahwa laporan ini tidak akan selesai dengan baik tanpa
bantuan dan sumbangan pemikiran dari berbagai pihak, untuk itu penulis
menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
iii
10. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan Magang/PKL
ini.
Penyusun
iv
DAFTAR ISI
v
2.10 Pemulihan Pasca Keadaan Darurat ..................................................... 13
2.11 Layer of Protection Analysis (LOPA) ................................................ 13
BAB 3. METODE KEGIATAN MAGANG/PKL ............................................ 15
3.1 Waktu dan Tempat Magang ................................................................... 15
3.2 Jadwal Kegiatan Magang ....................................................................... 15
3.3 Pengelola Program Magang ................................................................... 17
3.4 Pembimbing Magang ............................................................................. 17
3.5 Metode Laporan/Penelitian Magang ...................................................... 17
3.5.1 Jenis Penelitian ................................................................................ 17
3.5.2 Tempat dan Waktu Penelitian ......................................................... 18
3.5.3 Sasaran Penelitian dan Informan Penelitian.................................... 18
3.5.4 Sumber Data .................................................................................... 18
3.5.5 Analisis Data ................................................................................... 18
BAB 4. HASIL PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG ........................... 19
4.1 Profil Perusahaan .................................................................................... 19
4.1.1 Sejarah PT Petrokimia Gresik ......................................................... 19
4.1.2 Logo PT Petrokimia Gresik ............................................................ 19
4.1.3 Lokasi .............................................................................................. 20
4.1.4 Visi dan Misi Perusahaan ................................................................ 21
4.1.5 Ketenagaakerjaan ............................................................................ 22
4.1.6 Waktu Kerja .................................................................................... 22
4.1.7 Proses Produksi ............................................................................... 23
4.1.8 Kebijakan Manajemen .................................................................... 33
4.1.9 Struktur Organisasi ......................................................................... 35
4.1.10 Program K3 ..................................................................................... 36
4.2 Sistem Tanggap Darurat Peledakan ....................................................... 37
4.2.1 Organisasi atau Tim Tanggap Darurat ............................................ 37
4.2.2 Sarana dan Prasarana Tanggap Darurat .......................................... 40
vi
4.2.3 Prosedur Penanggulangan Penanggulangan Peledakan, Kebakaran
serta Kebocoran Cairan dan Gas ................................................................... 44
4.2.4 Kewajiban Pengusaha atau Pengurus.............................................. 47
4.2.5 Pemulihan Pasca Keadaan Darurat ................................................. 48
4.2.6 Layer of Protection Analysis (LOPA)............................................. 49
BAB 5. PEMBAHASAN ..................................................................................... 51
5.1 Organisasi atau Tim Tanggap Darurat ................................................... 51
5.2 Sarana dan Prasarana Tanggap Darurat.................................................. 51
5.2.1 Tempat Keadaan Darurat ................................................................ 51
5.2.2 Jalur Evakuasi ................................................................................. 52
5.2.3 Regu Pemadam Kebakaran ............................................................. 52
5.2.4 Sistem Komunikasi Keadaan Darurat ............................................. 52
5.2.5 Alat Pelindung Diri (APD) ............................................................. 53
5.2.6 Pertolongan Pertama pada Kecelakaan (P3K) ................................ 53
5.2.7 Sarana Transportasi ......................................................................... 55
5.2.8 Wind Direction (Penunjuk Arah Angin) ......................................... 55
5.3 Prosedur Penanggulangan Penanggulangan Peledakan, Kebakaran serta
Kebocoran Cairan dan Gas................................................................................ 55
5.4 Kewajiban Pengusaha atau Pengurus ..................................................... 56
5.5 Pemulihan Pasca Keadaan Darurat......................................................... 57
5.5.1 Investigasi, Evaluasi, dan Rekomendasi Tindakan Perbaikan ........ 57
5.5.2 Rehabilitasi dan Konstruksi ............................................................ 57
5.6 Layer of Protection Analysis (LOPA) .................................................... 58
BAB 6. PENUTUP............................................................................................... 60
6.1 Kesimpulan ............................................................................................. 60
6.2 Saran ....................................................................................................... 61
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 62
LAMPIRAN ......................................................................................................... 64
vii
DAFTAR TABEL
viii
DAFTAR GAMBAR
ix
BAB 1. PENDAHULUAN
1
yang berada pada tangki yang terbentuk akibat panas lingkungan diambil dan
diproses pada compressor untuk dicairkan kembali. Terlepasnya gas amoniak ke
udara dalam jumlah besar yang dipastikan dapat mengakibatkan kecelakaan
industri. Kecelakaan yang diakibatkan dari kebocoran amoniak dapat
mengakibatkan kerusakan-kerusakan berantai dan prosesnya terjadi sangat cepat.
Apabila amoniak bebas di udara dan mencapai volume gas amoniak sebesar 16-
17%, maka dapat timbul ledakan. Ledakan ini menjadi sumber api dan akan
terjadi kebakaran, kebakaran amoniak akan menaikkan suhu sekitar dna memicu
kebakaran lainnya (Susiyanto, 2007).
Upaya untuk menciptakan keadaan yang benar-benar aman sepenuhnya
tidak mungkin dapat tercapai, hal ini dikarenakan selalu terdapat kemungkinan
adanya faktor-faktor bahaya yang tidak dapat diperhitungkan. Pemerintah telah
melakukan antisipasi pada potensi bahaya tersebut dengan mengeluarkan
Keputusan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia No. 187 tahun 1999 tentang
Pengendalian Bahan Kimia Berbahaya di Tempat Kerja serta Peraturan
Pemerintah Republik Indoneisa No. 50 tahun 2012 tentang Penerapan Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang mengatur tentang kesiapan
untuk menangani keadaan darurat dalam rangka pengendalian risiko di
perusahaan. Semua industri tidak cukup apabila manajemen hanya melakukan
perencanaan untuk keadaan operasi normal, tetapi juga harus membuat
perencanaan dan persiapan keadaan darurat. Tujuannya yaitu tidak lain untuk
membatasi dan meminimalisasi kerugian baik berupa material maupun korban
manusia jika terjadi suatu keadaan darurat di tempat kerja. Selain itu, berkaitan
dengan adanya kemungkinan bahaya peledakan tersebut salah satu bentuk
tanggung jawab perusahaan adalah dengan adanya Sistem Tanggap Darurat
Peledakan dan Kebakaran yang bertujuan meminimalisasi korban, kerusakan
peralatan, dan lingkungan sekitar perusahaan yang disebabkan oleh kecelakaan
dan keadaan darurat tersebut.
Dari beberapa uraian tersebut, maka penulis mengambil judul
“Implementasi Sistem Tanggap Darurat Peledakan di Tangki Penyimpanan
Amoniak PT Petrokimia Gresik”.
2
1.2 Rumusan Masalah
4
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.2 Risiko
2.3 Peledakan
Yaitu keadaan darurat yang berpotensi mengancam nyawa dan harta benda
(aset) yang secara normal dapat diatasi oleh personil juga dari suatu instalasi atau
pabrik dengan menggunakan prosedur yang telah dipersiapkan.
6
sebagai pemegang komando di tempat kejadian. Korrdinator umum adalah pejabat
paling senior yang ada di lokasi, biasanya adalah direktur atau manajer operasi.
Koordinator harus dipilih di antara manajer senior yang mampu menguasai diri
dalam keadaan stres yang berat. Karena karakteristik khusus keadaan darurat yang
memerlukan ketahanan terhadap stres dan kemampuan fisik yang prima. Apabila
di antara manajer senior tidak ada yang memenuhi syarat maka dipilih manajer
yang lebih muda. Selanjutnya menyusun rantai komando dalam penanggulangan
keadaan darurat. Rantai komando ini harus efektif dan sependek mungkin (Sahab,
1997).
a. Ketua
1) Menentukan dan memutuskan Kebijakan Tanggap Darurat Perusahaan
2) Mengajukan anggaran dana yang berkaitan dengan sarana dan
prasarana tanggap darurat perusahaan.
3) Mengundang partisipasi seluruh karyawan untuk melangsungkan
latihan tanggap darurat di lingkungan perusahaan.
4) Menjadwalkan pertemuan rutin maupun non-rutin Unit Tanggap
Darurat.
5) Menyusun rencana pemulihan keadaan darurat perusahaan.
b. Wakil
1) Membuat laporan kinerja Unit Tanggap Darurat.
7
2) Melakukan pemantauan kebutuhan dan perawatan sarana dan
prasarana tanggap darurat perusahaan.
3) Melaksanakan kerja sama dengan pihak terkait yang berkaitan dengan
tanggap darurat perusahaan.
4) Membantu tugas-tugas ketua apabila ketua berhalangan.
c. Regu pemadam kebakaran
1) Melangsungkan pemadaman kebakaran menggunakan semua sarana
pemadam api di lingkungan perusahaan secara aman, selamat dan
efektif.
2) Melaporkan segala kekurangan/kerusakan sarana dan prasarana
pemadam api di lingkungan perusahaan kepada koordinator, wakil
maupun ketua Unit Tanggap Darurat.
d. Regu evakuasi
1) Memimpin prosedur evakuasi secara aman, selamat dan cepat.
2) Melaporkan segala kekurangan/kerusakan sarana dan prasarana
evakuasi di lingkungan perusahaan kepada koordinator, wakil maupun
ketua Unit Tanggap Darurat.
3) Melaporkan adanya korban tertinggal, terjebak ataupun teruka kepada
Regu P3K, koordinator maupun wakil Unit Tanggap Darurat.
e. Regu P3K
1) Melaksanakan tindakan P3K.
2) Melaporkan segala kekurangan/kerusakan sarana dan prasarana P3K
di lingkungan perusahaan kepada koordinator, wakil maupun ketua
Unit Tanggap Darurat.
3) Melaporkan kepada koordinator ataupun wakil Unit Tanggap Darurat
bilamana terdapat korban yang memerlukan tindakan medis lanjut
pihak ke tiga di luar perusahaan.
f. Logistik
1) Mengakomodasi kebutuhan umum tanggap darurat (makanan,
minuman)
8
g. Transportasi
1) Mengakomodasi sarana transportasi darurat dari dalam/luar lingkungan
perusahaan.
h. Komunikasi internal
1) Memantau perkembangan penanganan kondisi darurat dan
menjembatani komunikasi antar regu Unit Tanggap Darurat.
2) Memastikan alur komunikasi antar regu Unit Tanggap Darurat dapat
dilangsungkan secara baik dan lancar.
i. Komunikasi eksternal
1) Memantau seluruh informasi internal dan mengakomodasi
informasi/pemberitaan untuk pihak luar.
2) Menghubungi pihak eksternal terkait untuk kepentingan tanggap
darurat (kepolisian/warga).
j. Keamanan
1) Melaksanakan tindakan keamanan internal maupun eksternal selama
berlangsungnya tanggap darurat Perusahaan.
10
dan/atau orang lain yang berada di tempat kerja, yang mengalami sakit atau cidera
di tempat kerja.
g. Sarana Trasnportasi
Menurut Kepmen No. 15 tahun 2008 tentang Pertolongan Pertama pada
Kecelakaan bab III pasal 11 tentang alat evakuasi dan alat transportasi bahwa alat
evakuasi dan alat transportasi meliputi tandu atau alat lain untuk memindahkan
korban ke tempat yang aman atau rujukan dan mobil ambulance atau kendaraan
yang dapat digunakan untuk pengangkutan korban.
h. Wind Direction atau Petunjuk Arah Angin
Terdapat petunjuk arah angim (wind direction) untuk menentukan tempat
berkumpul sementara (assembly point) untuk evakuasi ke tempat aman mutlak.
11
g. Keperluan untuk proses setelah evaluasi setelah kecelakaan untuk
menetapkan dan menerapkan tindakan perbaikan dan pencegahan
h. Pengecekan berkala terhadap prosedur tanggap darurat
i. Pelatihan terhadap personil tanggap darurat
j. Daftar personil kunci dan instansi pembantuan, termasuk informasi rinci
untuk kontak
k. Rute evakuasi dan tempat bekumpul yang aman
l. Proteksi terjadinya situasi darurat atau kecelakaan pada fasilitas yang
lokasinya berdekatan
m. Memungkinkan saling membantu dengan organisasi sekitar
12
2.10 Pemulihan Pasca Keadaan Darurat
13
tindakan operator sesuai SOP sebagai suatu bentuk tindak lanjut indikasi
kegagalan.
d. Automatic Actions (SIS)
Sistem ini bisa berupa ESD (Emergency ShutDown Valve), yakni valve
yang bekerja untuk mematikan plant secara mendadak dengan cara memutus
aliran fluida proses. SIS merupakan layer terakhir yang berfungsi dalam
penanganan sebelum kejadian (prevention).
e. Physical Protection (Relief Valve, Rupture Disc)
Perlindungan fisik merupakan layer yang bertindak apabila dampak (fire)
sudah terlanjur terjadi. Layer ini berfungsi untuk melindungi komponen dan
instrumen mayor pada sebuah industri.
f. Passive Protection (Dikes, Blast Walls)
PL ini adalah alat pasif yang aan bekerja yang kegagalan dan kerusakan
sudah terjadi, dan dibutuhkan tindakan penanggulangan untuk mencegah risiko
kecelakaan meluas, seperti mencederai manusia, dan lingkungan sekitar. Passive
protections biasa berupa Dike (galian) dan Blast Wall (tembok tahan api, biasanya
dipasang di offshore).
g. Plant Emergency Response
Fitur ini mencakup pasukan pemadam kebakaran, sistem pemadaman
manual, fasilitas evakuasi.
h. Community Emergency Response
Untuk mengatasi kejadian-kejadian seperti meledaknya sebuah plant dan
bencana alam diperlukan adanya sistem manajemen ERP yang tepat. ERP
(Emergency Response Plan/ Tanggap Darurat Bencana) adalah sistem yang
menggabungkan beberapa depertemen mencakup HRD, keamanan (security),
kesehatan, termasuk K3 (keselamatan dan kesehatan kerja) itu sendiri untuk
menanggulangi kejadian bencana tersebut.
14
BAB 3. METODE KEGIATAN MAGANG/PKL
15
c. Supervisi
Supervisi dilakukan oleh dosen pembimbing akademik magang sebanyak 3
kali yang dilakukan pada awal, tengah, dan akhir masa magang dan pembimbing
lapang.
d. Pembuatan laporan
Laporan magang dibuat sebelum dan setelah pelaksanaan magang berakhir
dan dikumpulkan sesuai ketentuan dari Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Jember.
e. Seminar laporan magang
Seminar akan dilaksanakan setelah laporan magang dikumpulkan dengan
mempresentasikan laporan di hadapan dosen pembimbing akademik dan
pembimbing lapang serta dihadiri oleh pihak Departemen Lingkungan dan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (LK3) PT Petrokimia Gresik.
Tabel 3.1 Rincian kegiatan magang berdasarkan waktu (tahapan minggu)
Minggu Ke-
Kegiatan
I II III IV V VI VII VIII IX X XI
Pra Pelaksanaan Magang/PKL:
Pengarahan
Persiapan
Pembekalan
Pelaksanaan Magang/PKL:
Pelaksanaan
Supervisi
Pasca Pelaksanaan Magang/PKL:
Seminar
Collecting
Nilai
Evaluasi
16
3.3 Pengelola Program Magang
17
3.5.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dan pengambilan data dilakukan di tangki penyimpanan
amoniak PT Petrokimia Gresik dan dilakukan selama 1 minggu yakni pada
minggu ke-8 pelaksanaan magang.
18
BAB 4. HASIL PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG
20
c. Kecamatan Manyar yang berlokasi di desa Romo Meduran, Pojok Pesisir,
Tepen.
Terpilihnya Gresik sebagai lokasi pendirian pabrik pupuk merupakan hasil
studi kelayakan pada tahun 1962 oleh Badan Persiapan Proyek-Proyek Industri
(BP31) yang dikoordinir Departemen Perindustrian Dasar dan Pertambangan.
Gresik dinilai ideal dengan pertimbangan sebagai berikut:
1) Cukup tersedianya lahan yang kurang produktif,
2) Cukup dekat dengan sumber air,
3) Berdekatan dengan daerah konsumen pupuk terbesar,
4) Dekat dengan pelabuhan,
5) Dekat dengan Surabaya yang memiliki kelengkapan memadai.
4.1.4 Visi dan Misi Perusahaan
1) Visi Perusahaan
Menjadi produsen pupuk dan produk kimia lainnya yang berdaya saing
tinggi dan produknya paling diminati konsumen.
2) Misi Perusahaan
a) Mendukung menyediakan pupuk nasional untuk tercapainya program
swasembada pangan.
b) Meningkatkan hasil usaha untuk menunjang kelancaran kegiatan
operasional dan pengembangan usaha perusahaan.
c) Mengembangkan potensi usaha untuk mendukung industri kimia
nasional dan berperan aktif dalam community development.
3) Tata Nilai
21
4.1.5 Ketenagaakerjaan
Jumlah tenaga kerja PT Petrokimia Gresik berdasarkan tingkat pendidikan
akhir. Berikut adalah tabel jumlah tenaga kerja tersaji pada tabel 1 dan 2.
Tabel 1. Jumlah Tenaga Kerja PT Petrokimia Gresik Berdasarkan Tingkat
Pendidikan
Pendidikan Jumlah
Pasca sarjana 96
Sarjana 571
Diploma III 42
SLTA 2.303
SLTP 156
SD 0
Jumlah 3.168
Sumber: Laporan Tahunan PT Petrokimia Gresik, 2016
Jabatan Jumlah
Direksi 6
General Manager (Eselon I) 25
Manager (Eselon II) 74
Kabag/Staf Madya (Eselon III) 199
Kasi/Staf Muda (Eselon IV) 747
Karu/Staf Pemula (Eselon V) 1.097
Pelaksana 1.020
Bulanan Per Bulan 0
Jumlah 3.168
Sumber: Laporan Tahunan PT Petrokimia Gresik, 2016
22
Istirahat : 12.00 – 13.00 WIB
b) Jumat : 06.00 – 16.00 WIB
Istirahat : 11.00 – 13.00 WIB
2) Shift Day
a) Shift I : 07.00 – 15.00 WIB
b) Shift II : 15.00 – 23.00 WIB
c) Shift III : 23.00 – 07.00 WIB
4.1.7 Proses Produksi
A. Area Pabrik I
Pabrik I merupakan pabrik pupuk berbasis nitrogen dengan produk yang
dihasilkan adalah amoniak, urea, dan ZA. Adapun proses produksi sebagai
berikut:
1) Unit Produksi Amoniak
Unit produksi Amonia di PT Petrokimia Gresik memiliki kapasitas
produksi 445.000 ton/tahun. Teknologi proses pembuatan amonia di PT
Petrokimia Gresik berasal dari MW Kellog, Amerika. Proses produksi amonia
menggunakan sistem otomatis yang dikontrol melalui DCS (Distributed Control
System) dengan pemantauan di lapangan oleh operator pada setiap shift..
Bahan baku dalam proses ini adalah gas alam, steam dan udara.
Pembuatan gas sintesa, H2 dan N2, untuk pembuatan amoniak menggunakan
proses Steam Methane Reforming. Amoniak dihasilkan melalui proses reaksi
antara gas H2 dan N2. Gas H2 diperoleh dari reaksi gas alam dan steam, gas alam
tersebut berasal dari kepulauan Kangean, Madura, selanjutnya gas alam
dipanaskan dengan suhu 800°C-100°C dan terdapat katalis selanjutnya dipanaskan
atau reforming dalam sistem Primary Reformer. Selanjutnya dipanaskan lagi
dengan suhu 1000°C-1300°C dalam sistem Secondary Reformer. Sedangkan N2
diperoleh dari udara luar yang dimasukkan ke dalam sistem Secondary Reformer.
Gas alam masuk ke sistem desulfurisasi untuk menghilangkan kotoran dan
senyawa kimia yang dapat mengganggu proses seperti shulfur organik dengan
katalis Co-Mo dan ZnO. Kemudian dialirkan ke Prymary Reformer dan
Secondary Reformer yang direaksikan dengan steam dan udara yang berfungsi
23
untuk memecah gas alam sehingga terbentuk gas sintesa. Gas sintesa kemudian
dialirkan ke Shift Converter untuk diubah dari gas CO menjadi CO2. Lalu diolah
lebih lanjut di gas purification dengan sistem High Temperature Shift (HTS)
onverter dan dilanjutkan ke Low Temperatur Shift (LTS) Conventer untuk
didinginkan. CO2 yang terbentuk dimasukkan ke CO2 removal dengan sistem
absorber, benfield dan stripper. Sisa-sisa gas CO2 yang tidak terserap dialirkan ke
methanator untuk diubah kembali menjadi CH4. Lalu dinaikkan tekanannya di
NH3 converter untuk mengkorversikan gas N2 dan H2 menjadi NH3. NH3 yang
terbentuk dialirkan ke dalam Amoniak refrigerant untuk mencari Amoniak cair
lalu disimpan di Amoniak storage tank.
Secara garis besar diagram alir proses pembuatan amonia tersaji pada
gambar 2.
24
(purification unit) untuk memisahkan amonium karbamat dan kelebihan NH3 dari
larutan urea dengan pemanasan dan penurunan tekanan. Produk dari decomposer
adalah larutan Urea 70% akan menuju concentrator (evaporator unit) untuk
pemekatan menjadi urea 99,7% sedangkan yang berbentuk gas akan menuju
absorber dan di recycle kembali ke reaktor. Produk larutan urea 99,7% dari
concentrator selanjutnya menuju Prilling Tower untuk membentuk butiran Urea
(Urea Prill) dengan jalan disemprotkan dari atas menara Prilling Tower setinggi
80 m kemudian didinginkan dan dipadatkan dengan peralatan Fluidizing Cooler.
Urea yang telah berbentuk butiran-butiran kemudian dikirim ke unit
pengantongan.
Secara garis besar, diagram balok proses pembuatan pupuk urea tersaji
pada gambar 3.
25
kristal amonium sulfat dari mother liquar-nya. Kristal amonium sulfat dari
centrifuge kemudian diangkut dengan belt conveyor ke rotary dryer. Dari rotary
dryer kristal-kristal amonium sulfat yang sudah kering dibawa ke unit
pengantongan dengan belt conveyor.
Proses produksi dikendalikan dengan menggunakan proses control (DCS)
secara keseluruhan dari mulai memasukkan umpan Amoniak, Asam Sulfat dan
bahan tambahan lainnya sampai menjadi produk.
Secara garis besar, diagram alir proses pembuatan ZA I/III tersaji pada
gambar 4.
26
a) Pengumpanan Bahan Baku Solid (Feeding)
Bahan baku urea, KCl dan ZA dimasukkan ke belt conveyor yang
dilengkapi diverter. Diverter ini akan membagi bahan baku tersebut ke bin untuk
urea, untuk KCl dan ke bin untuk ZA. Di bawah tiap bin Urea, KCl, dan bin ZA
dilengkapi Belt Conveyor Feeder yang dilengkapi dengan load cell atau weigher,
pengaturannya dengan variasi kecepatan conveyor secara otomatis, yang akan
menyesuaikan rate pengumpanan bahan padat yang diinginkan. Indikasi
Pengumpalan rate dan totalizer dari bahan padat dapat dilihat dan dikendalikan
lewat Distributed Control System (DCS) bahan padat dapat dilihat dan
dikendalikan lewat Distributed Control System (DCS) di control room.
b) Penyiapan slurry
Pada proses penyiapan slurry dilakukan di dalam Pre-Neutralizer Tank.
Asam fosfat diumpankan dalam pre neutralizer diukur dengan magnetic type flow
meters.Selain itu asam fosfat yang didistribusikan ke Granulator Pre-Scrubber.
Reaksi yang terjadi merupakan reaksi netralisasi dan bersifat eksotermis. Rasio
antara mol NH3 dan mol H3PO4 dinamakan rasio N/P. Produk keluaran proses pre
neutralizer ini memiliki spesifikasi antara lain rasio N/P antara 0,8 - 0,9. Suhu
slurry dari pre neutralizer berkisar antara 115-125oC sedangkan kadar air dalam
slurry mencapai 11% - 18 % Kadar yang lebih rendah dapat tercapai apabila
terdapat asam fosfat konsentrasi tinggi.
c) Proses granulasi
Untuk membuat pupuk phonska, semua bahan baku baik slurry dari
preneutralizer, bahan baku recycle diumpankan ke dalam granulator padat serta
Recycle berasal dari produk yang berbentuk butiran halus, rotary drum. produk
oversize, produk undersize, dan sebagian produk komersil untuk menjaga
keseimbangan air dan panas yang digunakan. Recycle ratio berada pada rentang
1,5-3 tergantung pada jumlah produk yang dihasilkan. Slurry dari preneutralizer
didistribusikan ke atas lapisan padatan di dalam granulator melalui pipa tunggal
dengan nozzle berbentuk screw. Potensi bahaya pada proses granulator yaitu
kebisingan, debu dari sisan bahan dan tekanan panas.
27
d) Pengeringan dan pengeyakan produk
Udara pengering berasal dari Combustion Chamber yang menggunakan
bahan bakar gas atau solar sebagai media pemanas. Drum dryer juga dilengkapi
dengan grizzly (pemisah bongkahan) untuk menghancurkan gumpalan yang dapat
menyumbat aliran keluaran dryer menuju elevator. Udara yang keluar dari dryer
mengandung sejumlah ammonia yang lepas dari produk, debu, dan air yang
teruapkan dari produk saat dikeringkan. Debu yang tertangkap selanjutnya masuk
ke dust collector dan kembali ke recycle conveyor. Setelah proses pemisahan
partikulat, gas dihisap dalam dryer scrubber oleh hisapan dryer fan. Produk
kering diumpankan ke dryer elevator, yang akan membawa produk penyaring
melalui screen feeder yang kemudian akan mendistribusikan ke 4 buah screen tipe
double deck screen ini memiliki ukuran +4mesh -10mesh. Produk butiran besar
tertahan di atas oversize screen dan secara gravitasi masuk ke crusher Produk
crusher jatuh ke recycle drug conveyor, sedangkan produk undersize dari proses
screening jatuh secara gravitasi ke dalam recycle drug conveyor. Produk yang
memenuhi syarat mutu (onsize) dari screen, mengalir ke screen product conveyor.
Dari conveyor ini produk diumpankan ke finishing unit. Unit Produksi Natrium
Phospat Kalium (NPK)
Bahan baku yang digunakan dalam proses produksi pupuk NPK yaitu
bahan baku utama Diamonium Fosfat (DAP), Urea, ZA, KCl, CLAY dan
Mikronutrient yang hanya digunakan untuk produksi NPK kebomas. Bahan baku
padat DAP, Urea, ZA, KCl, CLAY diperoleh dari gudang penyimpanan din
crusher terlebih dahulu setelah itu diumpankan ke Raw Material Hopper. Proses
produksi NPK yaitu sebagai berikut :
a) Pengumpanan bahan baku
Bahan baku padat diperoleh dari gudang penyimpanan seperti DAP karena
butiran harus di-crusher terlebih dahulu setelah itu diumpankan ke Raw Material
Hopper, dan Urea juga di-crusher dan dibawa Raw Material Hopper oleh Urea
Bucket Elevator lalu Urea diumpankan ke hooper dan selanjutnya bahan baku
28
lainnya seperti KCl, Clay, dan Dolomit dicurahkan ke masing-masing hopper
melalui KCl weigher dan Clay Weigher.
b) Proses granulasi
Material dari Raw material Conveyor dibawa oleh Raw Material
BucketElevator menuju ke Granulator. Pada Proses granulasi atau pembutiran
ditambahkan steam dan slurry atau air. Slurry didapatkan dari debu yang telah
diikat, kemudian dikembalikan lagi kedalam Granulator. Waktu tinggal dalam
Granulator kira–kira 45 menit. Semuar proses diatur dari control room.
c) Pengeringan
Untuk mengeringkan NPK granul di dalam dryer digunakan udara panas
dari furnace. Gas panas hasil pembakaran di dalam furnace diencerkan dengan
udara dari furnacefan. Temperatur udara panas inlet dryer berkisar antara 180 –
230oC tergantung dari formula NPK granul yang akan dikeringkan.
d) Proses pengayakan
NPK Granul yang sudah dingin dibawa oleh Bucket Elevator ke Over
Vibrating Screen untuk diayak. Hasil atas diterima oleh Oversize Conveyor untuk
kemudian di haluskan di Oversize Crusher dan hasilnya masuk ke Raw Material
Conveyor untuk digranulasi kembali.
e) Pelapisan
Pelapisan diperlukan terutama pada formulasi yang menggunakan urea,
karena sifat higroskopis bahan baku yang dapat mempercepat proses caking,
terutama jika terdapat variasi temperatur udara dan kadar air. Coating agent
terbuat dari silica powder atau dolomit dan Coating Oil, spesifik sesuai keinginan.
Potensi bahaya yaitu debu silica dan tekanan panas.
f) Bagging system (Pengantongan)
Produk NPK dari Finalproduct bucket elevator masuk ke product hopper
yang dilengkapi dengan level indicator. Produk NPK di dalam product hopper
dikantongi dengan menggunakan bagging machine dan dijahit menggunakan
sewing machine. NPK dalam kantong kemudian diterima oleh bagging product
Conveyor kemudian dibawa forklift menuju gudang penyimpanan sementara.
2) Unit Produksi ZK
29
Bahan baku proses produksi pupuk ZK berupa KCl dan asam sulfat. Proses
produksi ZK menggunakan proses mannheim yaitu mereaksikan kalium chloride
dengan asam sulfat 98% direaktor furnace (mannheim furnace). Proses produksi
pupuk ZK melalui reaktor yang digunakan berbentuk Furnace yang dioperasikan
pada suhu diatas 5000C. Campuran reaksi yang dipanaskan dari luar dan diaduk
oleh strainer. K2SO4 hasil reaksi dari Reaktor didinginkan dengan cooling water
di Ejector Cooler 13.J103 A/B setelah itu diayak dengan vibrating screen dan di-
crusher. Untuk menetralisir asam bebas ditambahkan kapur atau sodium karbonat,
setelah itu dibawa ke silo untuk dikantongi. Produk K2SO4 dikantongi dengan
kantong terbuat dari Lining Poly Etilene (PE).
Secara garis besar, diagram alir proses pembuatan pupuk ZK tersaji pada
gambar 5.
31
gypsum dan H2SiF6 (asam fluosilikat) untuk bahan baku aluminium florit (AlF3)
yang digunakan untuk bahan baku cement retarder. Unit asam phosphat
menghasilkan 171.450 Ton/Tahun. Secara garis besar, diagram alir proses
produksi Asam Fosfat tersaji pada gambar 7.
32
dalam gudang. Proses pembuat Alimunium Floride menggunakan suhu tinggi
untuk pemanasan.
5) Unit Produksi Amonium Sulfat ZA II
Pada unit pembuatan pupuk ZA II sebagai bahan baku digunakan gipsum
CaSO4.2H2O dan gas NH3 yang direaksikan dengan CO2 sehingga membentuk
(NH4)2CO3. Pada unit carbonation, CO2 direaksikan dengan NH3 pada fasa cair
(ditambahkan air) sehingga membentuk (NH4)2CO3. Ammonium carbonat yang
terbentuk dialirkan ke reaktor (Reaction Mixer) dimana pada unit ini akan terjadi
reaksi antara ammonium carbonat dengan calcium sulfat (gypsum) membentuk
(NH4)2SO4.
(NH4)2CO3 + CaSO4 (NH4)2SO4 + CaCO3 + 2H2O
33
diminati konsumen dengan kinerja unggul dan berkelanjutan. Komitmen
perusahaan dituangkan secara tertulis pada Kebijakan Sistem Manajemen yang
tertandatangani oleh Direktur Utama, meliputi : Komitmen yang dapat dilakukan
agar tujuan tersebut dapat tercapai, yaitu:
34
Kebijakan ini dikomunikasikan kepada seluruh karyawan, rekanan,
pemasok, dan pemangku kepentingan lainnya untuk dipahami dan ditinjau
keefektifannya secara berkala sekurang-kurangnya satu kali dalam setahun.
Kompartemen
Pabrik IDirektur
Utama
KompartemenKompartemen Formatted: Line spacing: single
Komparte Kompart Kompartemen
Pabrik IIPabrik IDirektur
men emen Teknik dan Pabrik IDirektur
Pabrik Pabrik Pengembangan Produksi
Kompartem
IDirektur IDirektur Kompartemen
en
Keuangan, Pemasara Pabrik Pabrik II
SDM,dan II
Nn Kompartemen
umum Komp Pabrik I
Kompa a Kompartemen
Kompartemen
rte rt Pabrik II
Pabrik II
m e
Kompartemen
en m
Pabrik II
Kompartemen
Pa e
br Pabrik III
n
ik P
II a Kompartemen
b Teknologi
ri
k
Gambar
I 9. Struktur Organisasi K3
Sumber: PT Petrokimia Gresik, 2017
I
35
b. Struktur Organisasi Kompartemen Teknologi
Kompartemen
Teknologi
Staf Lingkungan
Staf Sistem
Perlengkapan dan
Pembinaan K3
Staf KK Pabrik I
Staf KK Pabrik II
Staf PMK
4.1.10 Program K3
A. Program Kesisteman K3
1. Process Safety Management
2. Safety Permit
3. CSMS (Contractor Safety Management System)
4. LOTO (Lock Out Tag Out)
5. Coloring Standart
B. Program Human Approaching
1. Behavior Based Safety
2. Kartu STOP
3. Surat Izin Mengemudi Perusahaan (SIMPER)
4. Traffic Management System
36
5. HAZCOM (Hazard Communication)
6. Hazardous Material Transportation
7. Alat Pelindung Diri
8. Emergency Response, Equipment, and Team
C. Program Kesehatan Kerja PT Petrokimia Gresik
1. Upaya preventif
2. Upaya Promotif
3. Upaya Kuratif dan Rehabilitatif
37
Gambar 11. Tim Tanggap Darurat PT Petrokimia Gresik pada Jam Kerja Normal
Day
Sesuai dengan PR-02-0017 tentang Prosedur Penanggulangan Keadaan Darurat Pabrik
38
Gambar 12. Tim Tanggap Darurat PT Petrokimia Gresik di Luar Normal Day atau
pada Hari Libur Perusahaan
Sesuai dengan PR-02-0017 tentang Prosedur Penanggulangan Keadaan Darurat Pabrik
39
4.2.2 Sarana dan Prasarana Tanggap Darurat
a. Tempat Keadaan Darurat
1) Pos Komando
Pos komando adalah suatu tempat bangunan tertentu yang dipilih dan
dianggap paling aman yang tidak akan terpengaruh oleh keadaan darurat,
dan di tempat ini Ketua Tim PKDP memberikan komando-komandonya.
Ketua Tim PKDP dalam hal ini adalah General Manajer. Pos komando
berada di gedung Departemen Keamanan pabrik II. Penentuan pos
komando ini jaraknya sudah diperhitungkan dengan sumber peledakan jika
terjadi peledakan pada tangki amoniak dengan asumsi bahwa bau amoniak
masih dalam batas normal jika sampai ke pos komando.
Pos darurat adalah suatu tempat yang dipilih dan dianggap aman yang
tidak akan banyak terpengaruh oleh keadaan darurat, berjarak tidak
terlalu jauh dari tempat kejadian sehingga dapat secara langsung
mengawasi penanggulangan, dan ditempat ini Ketua Tim Operasi
Penanggulangan memberikan komando-komandonya, dalam hal ini yang
menjadi ketua tim operasi penanggulangan peledakan amoniak adalah
Manajer Utilitas II. Pos darurat ini bersifat fleksibel, artinya pos darurat
ditentukan pada saat terjadi keadaan darurat yang mana ditentukan oleh
ketua tim penanggulangan yang telah berkoordinasi bersama anggota
penanggulangan.
40
4) Pos Berkumpul Sementara (Assembly Point)
Tempat evakuasi aman mutlak adalah tempat yang mutlak bebas dari
pengaruh bencana, yang digunakan untuk berkumpul bagi orang-orang
yang dievakuasi yaitu di Gedung SOR (Sarana Olah Raga) PT Petrokimia
Gresik yang mana sarana transportasi evakuasi dengan menggunakan bus.
b. Jalur Evakuasi
Jalur evakuasi ketika terjadi keadaan darurat peledakan amoniak
tidak dibuat hanya dengan satu arah namun dibuat berlawanan dengan arah
angin dari sumber peledakan amoniak.
c. Regu Pemadam Kebakaran
Regu pemadam kebakaran di PT Petrokimia Gresik berada di
bawah Bagian PMK Departemen LK3 dengan jumlah personil 5 orang
dalam setiap shift sedangkan di PMK PT Petrokimia Gresik terdapat 4
shift. Regu pemadam kebakaran mendapatkan pelatihan secara berkala
sebanyak 2 kali dalam setahun. Berikut merupakan struktur organisasi
bagian PMK PT Petrokimia Gresik :
41
Kabag PMK
Pelaksana Pelaksana
42
a) Diserahkan kepada karyawan shift lainnya yang diberi petunjuk
b) Seizin Kashift
c) Meninggalkan nomor telepon/HP kepada karyawan yang diberi
tanggung jawab
d) Siap dihubungi apabila terjadi keadaa darurat pabrik
3) Sirine Darurat
Sirine darurat adalah bunyi atau tanda terjadinya keadaan darurat
terhadap kondisi penanggulangan evakuasi maupun aman mutlak. Berikut
adalah pedoman sirine pelaksanaan evakuasi :
4) Paging System
Paging system berfungsi untuk pengeras suara dalam pembacaan
pesan-pesan keselamatan kerja juga untuk menginformasikan kejadian
43
keadaan darurat ke seluruh unit kerja. Paging system digunakan untuk
pelaksanaan pemberitahuan status keadaan darurat pabrik, evakuasi, dan
status aman.
e. Alat Pelindung Diri
Alat pelindung diri di unit tangki penyimpanan amoniak berada di
control room berupa pelindung muka, pelindung tangan, pelindung mata,
safety shoes, baju tahan asam, full body harness, serta breathing
apparatus.
f. Pertolongan Pertama pada Kecelakaan (P3K)
Control room storage amoniak memiliki kotak P3K, dimana kotak
tersebut ditempatkan di tempat yang strategis dan mudah dijangkau, selain
kotak P3K juga ada tandu.
g. Sarana Transportasi
Sarana transportasi yang dimiliki perusahaan yaitu kendaraan
rescue dan ambulance untuk mengevakuasi korban keluar dari lokasi
kejadian atau merujuk korban ke rumah sakit. PT Petrokimia Gresik telah
menyediakan 2 mobil ambulance dan 1 mobil rescue.
h. Wind Direction
Wind direction atau penunjuk arah angin ini dipasang di atas
bangunan yang menyerupai kantong dengan warna yang dibuat mencolok
seperti warna garis kuning hitam, pada unit penyimpanan amoniak wind
direction ini dipasang di atas bangunan control room.
45
gas, dan stafnya memastikan bahwa lokasi pekerjaan dalam kondisi
aman sebelum pekerjaan perbaikan dimulai
2) Kabag Pemadam Kebakaran
a) Mengkoordinir karyawan bagian pemadaman kebakaran untuk
melakukan pengamanan/penanggulangan dan atau melokalisir
peledakan, kebakaran, dan kebocoran cairan dan gas
b) Bersama-sama dengan Unit Utilitas II serta staf kk pabrik II untuk
melakukan penanggulangan dan upaya melokalisir peledakan,
kebakaran, dan kebocoran cairan dan gas
c) Menyiagakan ambulance untuk mengangkut korban ke RSPG atau
rumah sakit terdekat yang aman apabila diperlukan
3) Kabag Utilitas
a) Mengkoordinir kebutuhan air bila diperlukan untuk
penanggulangan peledakan, kebakaran, dan kebocoran cairan dan
gas
b) Mengatur keseimbangan power supply bilamana ada perubahan
operasi pabrik II/ utilitas II
4) Staf Lingkungan
a) Bersama-sama dengan Unit Utilitas II melakukan upaya
pencegahan dan pengendalian pencemaran terhadap lingkungan
selama dan setelah penanggulangan dilakukan
b) Memantau kualitas udara ambien selama dan setelah kejadian
e. Penanganan Setelah Kejadian
1) Manajer Produksi II B melakukan pemberisihan sarana dan prasaran
setelah penanggulangan peledakan, kebakaran, dan kebocoran cairan
dan gas selesai
2) Staf Inspeksi Teknik Pabrik II melakukan pemeriksaan terhadap
instalasi yang mengalami peledakan, kebakaran, dan kebocoran cairan
dan gas, selanjutnya hasil pemeriksaan dan rekomendasi digunakan
sebagai dasar perbaikan instalasi yang mengalami kerusakan
46
3) Atas dasar hasil pemeriksaan dan rekomendasi dari staf inspeksi teknik
pabrik II, jika tingkat kerusakan tidka parah serta tidak memerlukan
kebijakan dari Direksi, maka Manajer Pemeliharaan segera
memerintahkan kepada Kabag-kabag yang ada di bawahnya untuk
melakukan perbaikan
4) Apabila perbaikan telah selesai dilaksanakan, maka Staf Inspeksi
Teknik Pabrik II melakukan pemeriksaan terhadap instalasi yang telah
diperbaiki. Jika hasil pemeriksaan dinyatakan laik, maka instalasi
dapat digunakan kemabali. Jika hasil pemeriksaan dinyatakan tidka
laik, maka dilakukan perbaikan ulang sampai hasil pemeriksaan
dinyatakan laik
5) Manajer Produksi II B bersama-sama dengan unit kerja terkait
melakukan koordinasi untuk investigasi guna mencari sumber
penyebab terjadinya peledakan, kebakaran, dan kebocoran cairan dan
gas.
Jumlah
47
c. Melaporkan setiap perubahan nama bahan kimia dan kuantitas bahan
kimia, proses dan modifikasi instalasi yang digunakan setiap 3 bulan sekali
dalam setahun ke Depnakertrans.
d. Melakukan pemeriksaan dan pengujian faktor kimia yang ada di tempat
kerja tiap 3 bulan sekali dalam setahun.
e. Melakukan pemeriksaan dan pengujian instalasi yang ada di tempat kerja,
tiap instalasi memiliki perbedaan waktu pemeriksaan dan pengujian,
seperti tangki amoniak yang diperiksa tiap satu tahun satu kali.
f. Melakukan pemeriksaan kesehatan tenaga kerja tiap tahun satu kali dan
istri karyawan tiap dua tahun satu kali.
48
d) Ditjen Migas (jika berkaitan dengan peledakan/
kebakaran/kebocoran instalasi gas alam).
b. Rehabilitasi dan Konstruksi
1) Tim Rehabilitasi dan Rekonstruksi
a) Mengupayakan pengobatan dan perawatan para korban secara
optimal.
b) Melakukan perbaikan dan/atau pemulihan lingkungan yang terkena
dampak.
c) Melakukan perbaikan dan/atau pembangunan kembali terhadap
peralatan pabrik, sarana, prasarana dan fasilitas umum yang rusak
agar dapat berfungsi kembali, serta dengan disain sedemikian
sehingga dapat menghilangkan atau menurunkan risiko terjadinya
kejadian yang berulang.
2) Tim Keuangan
Menyediakan dana yang diperlukan untuk semua kegiatan PKDP.
Physical
Protection
Refrigerant High
Incenerator
System Pressure
50
BAB 5. PEMBAHASAN
53
Tabel 4. Isi Kotak P3K
54
Kotak P3K selalu diperiksa oleh petugas safety, maka hal ini sesuai dengan
Peraturan Pemerintah No. 50 tahun 2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang menyatakan bahwa perusahaan
mengevaluasi alat P3K dan menjamin bahwa sistem P3K yang ada memenuhi
peraturan perundang-undangan, standar, dan pedoman teknis.
Selain kotak P3K, perusahaan juga menyediakan tandu untuk alat evakuasi korban
dan telah sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 50 tahun 2012 tentang
Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja bahwa tandu
atau alat lain untuk memindahkan korban ke tempat yang aman atau rujukan.
5.2.7 Sarana Transportasi
PT Petrokimia Gresik memiliki sarana transportasi pada keadaan darurat
yaitu berupa 2 ambulance dan 1 mobil rescue. Hal ini telah sesuai dengan
Peraturan Pemerintah No. 50 tahun 2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja bahwa tandu atau alat lain untuk memindahkan
korban ke tempat yang aman atau rujukan.
5.2.8 Wind Direction (Penunjuk Arah Angin)
Adanya penunjuk arah angin merupakan upaya pertolongan penyelamatan
diri bagi karyawan saat keadaan darurat berupa kebocoran tangki penyimpanan
amoniak. Sebagai upaya pertolongan, penyediaan penunjuk arah angin ini telah
sesuai dengan Undang-Undang No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
bahwa pengurus diwajibkan menyelenggarakan pembinaan bagi semua tenaga
kerja yang berada di bawah pimpinannya, dalam pencegahan kecelakaan dan
pemberantasan kebakaran serta peningkatan kesehatan dan keselamatan kerja,
pula dalam pemberian pertolongan pertama pada kecelakaan.
55
Peraturan Pemerintah No. 50 tahun 2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja bahwa perusahaan harus memiliki prosedur
sebagai upaya menghadapi keadaan darurat kecelakaan dan bencana industri.
56
5.5 Pemulihan Pasca Keadaan Darurat
PT Petrokimia Gresik memiliki prosedur mengenai pemulihan pasca
keadaan darurat yang tertuang dalam PR-02-0059 tentang Penanggulangan
Keadaan Darurat Pabrik, di antaranya sebagia berikut :
57
berfungsi kembali, serta dengan disain sedemikian sehingga dapat menghilangkan
atau menurunkan risiko terjadinya kejadian yang berulang. Hal ini sesuai dengan
Peraturan Pemerintah No. 50 tahun 2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja bahwa prosedur untuk pemulihan kondisi
tenaga kerja maupun sarana dan peralatan produksi yang mengalami kerusakan
telah ditetapkan dan dapat diterapkan sesegera mungkin setelah terjadinya
kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
59
BAB 6. PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil analisa data dan pembahasan mengenai gambaran
penerapan sistem tanggap darurat di PT Petrokimia Gresik dapat disimpulkan
sebagai berikut :
1. Prosedur tanggap darurat peledakan telah diatur di dalam prosedur
penanggulangan keadaan darurat pabrik dan prosedur penanggulangan peledakan,
kebakaran serta kebocoran cairan dan gas, namun prosedur tersebut belum
terpasang di control room tangki penyimpanan amoniak.
2. Sarana dan prasarana tanggap darurat peledakan yang dimiliki PT
Petrokimia Gresik telah tersedia dengan lengkap berupa tempat keadaan darurat,
jalur evakuasi, regu pemadam kebakaran, sarana penanggulangan peledakan,
sistem komunikasi keadaan darurat, alat pelindung diri, kotak P3K, dan penunjuk
arah angin. Sarana dan prasarana yang telah disediakan tersebut telah sesuai
dengan peraturan. Namun, belum ada rambu yang bertuliskan bahwa evakuasi diri
harus berlawanan dengan arah angin.
3. Tim tanggap darurat di PT Petrokimia Gresik telah tersusun secara
struktural dan tercantum dalam prosedur penanggulangan keadaan darurat pabrik
PT Petrokimia Gresik.
4. Implementasi pengusaha atau pengurus perusahaan tentang dokumen
potensi bahaya besar telah sesuai dengan peraturan yang ada.
5. Upaya evakuasi keadaan darurat pabarik telah diatur dalam prosedur
penanggulangan peledakan, kebakaran serta kebocoran cairan dan gas termasuk
tindakan-tindakan yang dilakukan saat pemulihan juga telah tertuang dalam
prosedur tersebut.
6. Tangki penyimpanan amoniak memiliki proteksi berupa deckwall, DCS,
alarm and operator actions, automatic actions berupa incenerator, safety valve,
emergency main valve, interlock system, evaporator, dan vacuum breaker, serta
60
physical protection berupa tanggul yang dibangun mengelili tangki penyimpanan
amoniak serta penyediaan hydrant, kemudian PT Petrokimia Gresik telah
memiliki prosedur penanggulangan keadaan darurat pabrik dan juga prosedur
penanggulangan peledakan, kebakaran, dan kebocoran cairan dan gas, yang telah
sesuai dengan layer of protection analysis.
6.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian, penulis memberikan saran sebagai berikut :
1. Sebaiknya diberi rambu berupa “evakuasi diri berlawanan dengan arah
angin”. Hal ini dimaksudkan untuk mengingatkan para pekerja apabila terjadi
keadaan darurat atau kebocoran di unit tangki penyimpanan amoniak.
2. Sebaiknya prosedur tanggap darurat dipasang di control room secara jelas
dan mudah dilihat, meskipun prosedur tersebut telah diunggah di situs knowledge
management PT Petrokimia Gresik. Hal ini bertujuan untuk mengingatkan
operator sehingga mempermudah proses penanggulangan keadaan darurat.
3. Sebaiknya tangki penyimpanan amoniak dilengkapi dengan physical
protection berupa tanggul yang fire proof.
61
DAFTAR PUSTAKA
https://www.voaindonesia.com/a/ledakan-di-pabrik-pupuk-texas-sedikitnya-100-
orang-terluka/1643868.html
https://aplikasiergonomi.wordpress.com/2013/07/18/texas-membara-amerika-
kembali-berkabung/
https://news.detik.com/berita/532730/ledakan-keras-terjadi-di-pt-petrokimia-
gresik
http://news.liputan6.com/read/70567/korban-tewas-kasus-ledakan-petrowidada-
bertambah
ISO 14001:2004. Sistem Manajemen Lingkungan.
Keputusan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia No. 186 tahun 1999 tentang
Unit Penanggulangan Kebakaran di Tempat Kerja
Keputusan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia No. 187 tahun 1999 tentang
Pengendalian Bahan Kimia Berbahaya di Tempat Kerja
Ramli, S. (2010). Manajemen Risiko. Jakarta: Dian Rakyat. (halaman 15-16 dan
halaman 57)
Sahab, S. (1997). Teknik Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Jakarta:
PT Bina Sumber Daya Manusia.
62
Setiawanto, A. (2017). Hazop And Operability Study Basic On Layer of
Protection Analysis Method On Steam Turbine 105-Jt In Ammonia
Factory Pt. Petrokimia Gresik. Surabaya. Institut Teknologi Sepuluh
November. Thesis.
SNI 03-1746-2000 tentang Tata Cara Perencanaan dan Pemasangan Sarana Jalan
ke Luar untuk Penyelamatan terhadap Bahaya Kebakaran pada Bangunan
Gedung.
63
LAMPIRAN
64
65