A. Pengertian
Sesuatu orgainsasi melakukan alat atau cara untuk menilai apakah pelaksanaan K3
telah berhasil atau tidak. Salah satu cara penilaian adalah dengan melakukan Audit K3
sebagai bagian dari siklus Plan-Do-Check-Action. Melalui audit, organisasi akan mengetahi
kelebihan dan kekurangannyasehingga dapat melakukan langkah-langkah penyempurnaan
berkesinambungan.
B. Tujuan internal audit K3
Adapun tujuan internal Audit K3 antara lain:
1. Untuk memastikan apakah sistem manajemen K3 yang dijalankan telah memenuhi prosedur
yang telah di tetapkan dan sesuai dengan persyaratan dan standar OHSAS 18001
2.
3.
Memastikan apakah sistem manajemen K3 yang dijalankan telah efektif untuk menjawab
semua isu K3 yang ada dalam organisasi guna menghindari SMK3 yang salah arah, virtual,
atau random
OHSAS 18001 mensyarakan audit internal dilakukan secara berkala dengan persyaratan
sebagaai berikut:
1. Tim audit harus bersifat independen. Pengertian Independen tidak harus berasal dari luar
organisasi, tetapi dapat diambil dari lingkungan organisasi dengan syarat tidak terikat atau
memilik kepentingan dengan unit/bagian atau depertemen yang akan di audit
2. Tim audit harus memiliki kompetensi melakukan audit K3.
3.
Hal ini sangat penting untuk mendapatkan hasil auidt yang baik dan bermanfaat. Karena itu
tim audit sebaiknya diberi pelatihan mengenai audit SMK3 yang menyangkut pemahaman
mendasar mengenai sistem manajemen OHSAS 18001 dan tata cara melakukan audit.
2.
Kebijkan dan komitmen manajemen mengenai K3, yang dapat dilihat baik dari dokumen
tertulis maupun dalam implementasinya
3. Objektif K3, umtuk memastikan apakah telah terpenuhi atau telah sejalan dengan persyaratan
yang ditetapka, baik dari segi proses pengembangan,substansi dan pemantauan.
4. Prosedur yang berkaitan dengan K3 termasuk keadaan darurat, ijin kerja aman, pengelolaan
material berbahaya dan lainnya.
5. Catatan pertemuan atau rapat K3 untuk memantau apa saja aktivitas K3 yang berjalan dalam
organisasi.
6.
Rekaman kecelakaan dan kejadian, termasuk hasil penyeledikan insiden yang dilakukan.
Auditor akan melihat apakah proses penyelidikan insiden dijalankan dengan baik dan
ditindak lanjuti sesuai dengan persyaratan.
9. Laporan dari hasil audit, inspeksi atau pemeriksaan K3 yang pernah dilakukan sebelumnya.
10. Tindakan koreksi yang disyarakatkan dan pelaksanaannya
11. Laporan ketidak sesuaian yang pernah dilakukan dari hasil audit sebelumnya
12. Hasil tinjau ulang manajemen yang dilakukan dan tindak lanjutnya.
SMK3
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, yang selanjutnya disingkat
SMK3, adalah bagian sistem manajemen secara menyeluruh termasuk struktur organisasi,
aktivitas perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur, proses dan pengembangan
sumber daya untuk membangun, menerapkan, mencapai, mengkaji, dan mengembangkan
kebijakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja, yang disingkat dengan K3, dalam upaya
mengendalikan risiko K3 di tempat kerja. (Peraturan Menakertrans PER.18/MEN/XI/2008
pasal 1 ayat 1).
A. Penyelenggara audit SMK3 (Badan Audit)
Penyelenggara audit SMK3 adalah badan hukum yang ditunjuk oleh Menteri untuk
melakukan audit eksternal SMK3. (Peraturan Menakertrans PER.18/MEN/XI/2008 pasal 1
ayat 2)
B. Audit internal SMK3
Audit internal SMK3 adalah audit SMK3 yang dilakukan oleh perusahaan sendiri dalam
rangka pembuktian penerapan SMK3 dan persiapan audit eksternal SMK3 dan/atau
pemenuhan standar nasional atau internasional atau tujuan-tujuan lainnya. (Peraturan
Menakertrans PER.18/MEN/XI/2008 Pasal 1 bullet 4)
C. Audit eksternal SMK3
Audit eksternal SMK3 adalah pemeriksaan secara sistematik dan independen, untuk
mengukur penerapan SMK3 di tempat kerja dan/atau perusahaan yang hasilnya digunakan
sebagai bahan pertimbangan dalam penilaian tingkat pencapaian penerapan SMK3.
(Peraturan Menakertrans PER.18/MEN/XI/2008 pasal 1 ayat 3)
D. Mekanisme Audit Ekternal SMK3
Berdasarkan Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. Kep 19/M/BW/1997 tentang pelaksanaan
audit SMK3 mekanisme pelaksanaan audit SMK3 yang dilaksanakan oleh Badan audit adalah
sebagai berikut:
Perusahaan yang telah menerapkan SMK3 dapat mengajukan permohonan untuk
dilakukan audit kepada Direktur Jenderal Binwasnaker melalui Kepala Instansi yang
membidangi ketenagakerjaan tingkat propinsi/kab/kota setempat.
Permohonan dari perusahaan diinventarisasi dan dievaluasi, bagi perusahaan-perusahaan
yang memenuhi kriteria untuk diaudit selanjutnya disampaikan kepada Badan audit sebagai
bahan rencana tahunan audit. Selain itu Instansi yang membidangi ketenagakerjaan tingkat
propinsi/kab/kota mengajukan daftar perusahaan yang diwajibkan menerapkan SMK3
berdasarkan pasal 3 ayat (1), Peraturan Menteri No. 05/MEN/1996 kepada Direktur Jenderal
Binwasnaker, guna penetapan perusahaan yang dinilai wajib diaudit.
Badan audit menyusun rencana tahunan berdasarkan bahan yang telah diterima dari
Depnakertrans atau informasi dari instansi-instansi yang dapat dipercaya untuk disampaikan
kepada Direktur Jenderal Binwasnaker guna mendapatkan persetujuan. Usulan rencana
tahunan audit dapat disetujui bilamana sesuai dengan kriteria penilaian, susulan yang ditolak
dikembalikan kepada Badan audit untuk penyusunan ulang rencana tahunan audit dan segera
disampaikan kembali kepada Direktur Jenderal Binwasnaker untuk mendapatkan persetujuan.
Direktur Jenderal Binwasnaker mengirimkan keputusan rencana tahunan audit yang telah
disetujui kepada Badan audit dan salinannya disampaikan kepada Kepala Instansi yang
membidangi ketenagakerjaan tingkat propinsi/kab/kota serta perusahaan yang akan diaudit
oleh Badan audit.
Badan audit mengkonfirmasikan rencana audit kepada setiap perusahaan yang terdaftar
dalam rencana tahunan audit apabila perusahaan setuju atas rencana tersebut segera
mengkonfirmasikan kembali kepada Badan audit guna persiapan pelaksanaan audit.
Badan audit yang akan melaksanakan audit terlebih dahulu harus memberitahukan rencana
pelaksanaan audit kepada Kepala Instansi yang membidangi Ketenagakerjaan tingkat
propinsi/kab/kota yang harus dipantau oleh pegawai pengawas setempat. Setelah selesai
melaksanakan audit, Badan audit segera menyusun laporan audit sesuai dengan formulir
laporan audit (Lampiran III Permen No. Per 05/MEN/1996 untuk disampaikan kepada
Direktur Jenderal Binwasnaker dengan tembusan kepada perusahaan yang bersangkutan.
Direktur Jenderal Binwasnaker melakukan evaluasi dan penilaian hasil audit, berdasarkan
hasil evaluasi dan penilaian berupa bendera sesuai dengan tingkat pemenuhan terhadap
kriteria audit dan disampaikan kepada perusahaan yang bersangkutan.
Bagi perusahaan yang berdasarkan hasil evaluasi ditemukan adanya pelanggaran atas
peraturan perundangan, Dirjen Binwasnaker dapat mengambil tindakan baik berbentuk
pembinaan atau tindakan hukum.
E. Jumlah kriteria audit SMK3
Tingkat penerapan sistem manajemen audit SMK3 dibagi menjadi tingkatan:
Perusahaan kecil dengan tingkat resiko rendah harus menerapkan sebanyak 64 kriteria.
Perusahaan sedang dengan tingkat resiko menengah harus menerapkan sebanyak 122
(seratus dua puluh dua) kriteria.
Perusahaan besar dengan tingkat resiko tinggi harus menerapkan sebanyak 166 (seratur
enam puluh enam) kriteria.
F. Pelaksanaan audit eksternal terhadap perusahaan
Secara garis besar adalah :
Memberitahukan kepada perusahaan yang akan diaudit;
Pertemuan pra-audit;
Kunjungan ke lapangan untuk orientasi;
Wawancara pada manajemen;
Verifikasi semua informasi hasil wawancara;
Pemeriksaan dokumen;
Wawancara pada tenaga kerja / karyawan;
Pertemuan penutup (close of meeting).
G. Sertifikasi SMK3
Sertifikat SMK3 akan dikeluarkan oleh Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi setelah tim
evaluasi melakukan penilaian terhadap hasil audit eksternal yang dilakukan secara
independen oleh Badan Audit SMK3. Sertifikat merupakan aspek legalitas sebagai bukti
perusahaan telah berhasil menerapkan SMK3.
Keberhasilan penerapan Sistem Manajemen K3 di tempat kerja diukur sebagai berikut:
Untuk tingkat pencapaian penerapan 0-59 % dan pelanggaran peraturan perundangan
(non-conformance) dikenai tindakan hukum.
Untuk tingkat pencapaian penerapan 60-84 % diberikan sertifikat dan bendera perak.
Untuk tingkat pencapaian penerapan 85-100% diberikan sertifikat dan bendera emas.
Diposkan oleh Galuh Gumawang di 06.16
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerba
http://galuhachilles.blogspot.co.id/2015/11/audit-dan-smk3.html
Banyak perusahaan atau pengusaha yang merasa jika Audit adalah proses untuk mencari
kesalahan yang dilakukan oleh pengusaha tersebut atau karyawan yang bekerja di perusahaan
tersebut merasa bahwa ia sedang diperiksa dan dicari kesalahannya sehingga anggapan
bahwa Audit itu akan membuat mereka berada dalam masalah.
Anggapan atau pola pikir seperti itu salah. Sesuai dengan pengertian dari Audit keselamatan
dan kesehatan kerja (audit K3) adalah sistem pengujian terhadap kegiatan operasi yang
dilakukan secara kritis dan sistimatis untuk menentukan kelemahan unsur sistem (manusia,
sarana, lingkungan kerja dan perangkat lunak) sehingga dapat dilakukan langkah perbaikan
sebelum timbul kecelakaan atau kerugian.
Berikut ini adalah 4 manfaat Audit Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3);
1. Mejemen mengetahui kelemahan unsur sistem operasi sebelum timbul gangguan operasi,
insiden atau kecelakaan yang merugikan shingga kerugian dapat ditekan dan keandalan serta
efisiensi dapat ditingkatkan
2. Diperoleh gambaran yang jelas dan lengkap tentang status mutu pelaksanaan keselamatan
dan kesehatan kerja yang ada saat inim sasaran apa yang ingin dicapai dimasa mendatang dan
tingkat pemenuhan terhadap peraturan perundang-undangan keselamatan dan kesehatan kerja
yang berlaku
3. Diperoleh peningkatan pengetahuan, kematangan dan kesadaran tentang K3 bagi karyawan
yang terlibat dalam pelaksanaan audit keselamtan dan kesehatan kerja
4. Penigkatan citra perusahaan
Sekarang sudah jelas bahwa Audit bukanlah mencari kesalahan yang dapat merugikan Anda
tetapi dengan melakukan audit atau di audit maka Anda sudah terbantu untuk
mengidentifikasi sistem apa yang timpang dan segera memperbaikinya sebelum terlambat.
Audit digunakan untuk meninjau dan menilai kinerja serta efektivitas Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Perusahaan. Audit internal dilaksanakan oleh Panitia
Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja untuk mengetahui dimana Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja telah diterapkan dan dipelihara secara tepat.
Pelaksanaan audit didasarkan pada hasil penilaian resiko dari aktivitas operasional
perusahaan dan hasil audit (audit-audit) sebelumnnya. Hasil penilaian resiko juga menjadi
dasar dalam menentukan frekuensi pelaksanaan audit internal pada sebagian aktivitas
operasional perusahaan, area ataupun suatu fungsi atau bagian mana saja yang memerlukan
perhatian manajemen Perusahaan terkait resiko K3 dan Kebijakan K3 Perusahaan.
Pelaksanaan audit internal mencakup seluruh area dan aktivitas dalam ruang lingkup
penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Perusahaan. Frekuensi dan
cakupan audit internal juga berkaitan dengan kegagalan penerapan beberapa elemen dalam
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, ketersedian data kinerja penerapan
sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, hasil tinjauan manajemen dan
perubahan-perubahan dalam manajemen Perusahaan. Pelaksanaan audit internal secara umum
ialah minimal satu kali dalam kurun waktu satu tahun dari audit internal sebelumnya.
Kebijakan K3.
Tujuan audit.
Kriteria audit.
Metodologi audit.
Jadwal audit.
4. Pelaksanaan audit.
o
- Ujilah bukti yang didapat di lapangan dengan standar, prosedur dan peraturan
yang berlaku
- Kesesuaian dan ketidak sesuaian, serta tingkatannya perlu dievaluasi
- Rincian temuan harus sesuai dengan pokok kriteria audit
3. KETIDAK SESUAIAN
A. Jenis Ketidak Sesuaian:
- Ketidak Sesuaian dengan standar prosedur
- Ketidak Sesuaian dengan peraturan pemerintah
- Ketidak Sesuaian dengan SMK3
B. Tingkat Ketidak Sesuaian
- Ketidak Sesuaian Utama SMK3 tidak berfungsi
- Ketidak Sesuaian dengan persyaratan sistem
berfungsi
- Ketidak sesuaian Minor dapat diperbaiki dengan bimbingan
4. PENULISAN LAPORAN HARUS
- Menggambarkan fakta dengan jelas
- Menghindari kata-kata abstrak
- Data obyektif, tidak boleh subyektif
- Menggambarkan alasan dengan jelas, sehingga mudah dimengerti
- Menghindari inkonsistensi
5. PELAPORAN TINDAK LANJUT
- Pelaporan tindak lanjut hendaknya disusun sebagai berikut:
A. Laporan Audit
B. Tindakan koreksi
C. Menerima jawaban laporan
D. Tindak lanjut
- Dalam laporan ini agar diindikasikan hal-hal yang direkomendasikan, anggota
yang akan menerima laporan, batas waktu jawaban terhadap ketidak pastian
hasil audit, status auditee, evaluasi terhadap tindakan koreksi, dan gambaran
untuk audit berikutnya
DEFINISI
- Audit (K3) adalah pengujian kritis secara sistematis terhadap penerapan
Manajemen K3 diseluruh kegiatan perusahaan, dengan tujuan untuk
meminimisasi kerugian
- Inspeksi (K3) adalah pemeriksaan secara rutin dan berkala terhadap suatu
Obyek Kegiatan atau Departemen biasanya dilakukan oleh petugas setempat