Irvandi Akbar
14513049
HALAMAN PENGESAHAN
Disusun oleh :
IRVANDI AKBAR
14513049
Mengetahui, Menyetujui,
Environment Section Head Pembimbing Kerja Praktek
Menyetujui,
Senior Officer HR BP Refinery/Unit HR RU II
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan saya rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga saya dapat melaksanakan kerja praktek di PT. Pertamina
(Persero) RU II Dumai dan dapat menyusun laporan kerja praktek yang berlangsung
selama satu bulan, waktu kerja praktek mulai dari tanggal 1 Februari – 28 Februari
2017.
Tersusunnya laporan kerja praktek ini dapat diselesaikan tidak lepas dari
dukungan, bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam
kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Allah S.W.T karena atas segala berkah dan rahmat Nya saya masih
diberikan kemampuan untuk dapat menyelesaikan laporan kerja praktek ini.
2. Orang tua dan keluarga saya atas kasih sayang, dukungan dan doanya
sehingga saya tetap dapat melaksanakan kerja praktek dengan baik.
3. Ibu Esti Budi Utami selaku Senior Officer BP Refinery/Unit HR RU II
Dumai.
4. Bapak Yefrizon selaku Environment Seaction Head RU II Dumai yang telah
banyak memberikan saya ilmu, baik teknis maupun ilmu akhirat yang kelak
akan berguna untuk saya menyonsong masa depan yang lebih baik lagi.
5. Bapak Basma Putera Dindra selaku pembimbing Kerja Praktek di PT.
Pertamina (Persero) RU II Dumai atas penjelasan, bimbingan, bantuan dan
Saya menyadari bahwa dalam serangkaian penulisan laporan ini masih terdapat
banyak kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu, saya akan dengan senang hati
menerima kritik dan saran yang bersifat membangun, demi perbaikan laporan ini.
Akhir kata, penyusun berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi semua.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Penulis
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
BAB I
PENDAHULUAN
1.3.3 Perusahaan
a. Menjalin hubungan baik antara akademika dengan perusahaan tersebut.
b. Dapat bertukar ilmu pengetahuan dengan mahasiswa dan sebaliknya.
c. Dapat memberikan pengalaman kerja lapangan kepada mahasiswa.
BAB II
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
PT. Pertamina (Persero) merupakan perusahaan minyak dan gas bumi yang
dimiliki oleh Pemerintah Indonesia (National Oil Company). PT. Pertamina
(Persero) berdiri pada tanggal 10 Desember 1957 dengan nama PT. Permina. Pada
tahun 1961, perusahaan ini berganti nama menjadi PN. Permina. Pada tahun 1968,
PN.Permina bergabung dengan PN. Pertamina dan berganti nama menjadi PN.
Pertamina. Dengan berlakunya Undang-Undang No. 8 tahun 1971, sebutan
PN.Pertamina berubah menjadi Pertamina. Nama Pertamina ini terus dipakai
hingga Pertamina berubah status hukumnya menjadi PT. Pertamina (Persero) pada
tanggal 17 September 2003, berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 22 tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi.
PT. Pertamina (Persero) didirikan berdasarkan akta Notaris Lenny Janis
Ishak, SH No. 20 pada tanggal 17 September 2003 dan disahkan oleh Menteri
Hukum dan HAM melalui Surat Keputusan No. C-24025 HT.01.01 pada tanggal 9
Oktober 2003. Pendirian perusahaan ini dilakukan menurut ketentuan-ketentuan
yang tercantum dalam Undang-Undang No. 1 tahun 1995 tentang Perseroan
Terbatas, Peraturan Pemerintah No. 12 tahun 1998 tentang Perusahaan Perseroan
(Persero), dan Peraturan Pemerintah No. 45 tahun 2001 tentang Perubahan atas
Peraturan Pemerintah No. 12 tahun 1998 dan peralihannya berdasarkan PP No. 31
tahun 2003 tentang Pengalihan Bentuk Perusahaan Pertambangan Minyak dan Gas
Bumi Negara (Pertamina) menjadi Perusahaan Perseroan (Persero). Saat ini, PT.
Pertamina (Persero) dimiliki sepenuhnya oleh Negara (Indonesia).
RU-II Dumai merupakan salah satu unit refinery yang diklasifikasikan
sebagai Pertamina Hilir. RU-II ini mulai beroperasi pada tahun 1971.Hingga saat
ini, RU-II ini telah memproduksi berbagai produk Bahan Bakar Minyak (BBM) dan
Non Bahan Bakar Minyak (NBBM) yang telah dipasarkan dalam skala nasional dan
internasional.
Misi Perusahaan
Melakukan Usaha di Bidang Pengolahan Minyak Bumi dan Petrokimia yang di
Kelola Secara Profesional dan Kompetitif berdasarkan Tata Nilai 6C (Clean,
Competitive, Confident, Costumer Focus, Commercial dan Capable) untuk
memberikan nilai tambah lebih bagi pemegang saham, pelanggan, pekerja dan
lingkungan.
Logo PT. Pertamina (Persero) terdiri dari 2 (dua) bagian utama, yaitu bagian
gambar tiga buah jajar genjang dan bagian tulisan Pertamina, seperti pada Gambar
2.2 berikut:
Berikut ini adalah arti dari masing-masing warna pada jajar genjang yang
membentuk panah tersebut:
PT. Pertamina (Persero) RU-II Dumai merupakan salah satu unit pengolahan
milik PT. Pertamina (Persero) yang menghasilkan produk-produk BBM dan
NBBM. Kapasitas total RU II Dumai adalah 170.000 barel/hari, yang merupakan
kapasitas ketiga terbesar setelah RU-IV Cilacap dan RU-V Balikpapan.
Kilang RU-II Dumai mengolah Sumatera Light Crude (SLC) dan Duri Crude
yang diperoleh dari penimbunan minyak mentah PT. Chevron Pacific Indonesia di
Bukit Batrem dengan perbandingan SLC dan Duri Crude sebesar 80% : 20%. Pada
kilang RU-II Dumai, terdapat tiga proses utama pengolahan minyak bumi, sebagai
berikut:
1. Proses I : Hydro Skimming Complex (HSC)
Secara umum, proses pengolahan crude oil menjadi produk BBM dan NBBM
di RU-II Dumai dibagi ke dalam tiga proses utama.
1. Proses I: Hydro Skimming Complex (HSC)
Tujuan utama dari Proses I ini adalah untuk memisahkan fraksi crude oil
berdasarkan fraksi panasnya. Dalam Hydro Skimming Complex (HSC), proses
pengolahan terjadi dalam unit-unit pengolahan berikut:
a. Topping Unit/Crude Distilating Unit – 100
Topping Unit merupakan unit pengolahan yang berfungsi untuk memisahkan
crude oil berdasarkan fraksi beratnya. Input yang dimasukkan dalam unit ini adalah
crude oil, yang akan terpisah berdasarkan fraksi beratnya menjadi Gas, Naphtha,
LGO (Light Gas Oil) dan HGO (Heavy Gas Oil), dan Long Residu.
b. Naphtha Return Unit – 102
Unit ini berfungsi untuk memisahkan Naphtha yang dihasilkan dari topping
Unit menjadi fraksi berat dan ringan.Kapasitas unit ini adalah 9200 BPSD
(60m3/jam). Pada unit ini, Naphtha diolah menjadi Gas yang akan dibakar di flare,
Light Naphtha, dan Heavy Naphtha.
c. Naphtha Hydrotreating Unit (NHDT) – 200
Proses yang terjadi di unit ini bertujuan untuk menghilangkan senyawa sulfur
dari gas dan LPG yang dihasilkan di unit lain untuk mencegah teracuninya katalis
di H2 Plant, mencegah terjadinya korosi di tangki LPG, dan mendapatkan produk
LPG dengan kadar C3 dan C4 yang diinginkan. Kapasitas unit ini adalah 18.08
MMSCFD (gas), 2271 BPSD (cairan).
d. Sour Water Stripper – 840
Unit ini berfungsi dalam menghilangkan polutan air buangan yang berasal
dari unit-unit lain (H2S dan Ammonia).Kapasitas unit ini adalah 10.300 BPSD, di
mana air dengan kandungan polutan H2S dan Ammonia diproses menjadi air yang
mengandung lebih sedikit polutan tersebut.
e. Nitrogen Plant – 300
Nitrogen cair dari udara ambien diproduksi di unit ini. Nitrogen cair yang
dibutuhkan untuk start up, shut down, regenerasi katalis, dan media blanketing
tangki. Kapasitas unit ini adalah 12.000 Nm3/hari. Saat ini, unit ini sudah tidak
beroperasi lagi di RU-II, kebutuhan nitrogen cair diperoleh dari kerjasama dengan
pihak ketiga.
Unit ini mengolah LCGO menjadi Gas, LPG, Naphtha, Light Kerosene, dan
Heavy Kerosene secara Hydrotreating Catalytic untuk menjenuhkan material hasil
cracking yang tidak stabil.
kandungan Sulfur yang rendah dan dapat diterima oleh Medium Speed Diesel Oil
di sektor industri.
e. Minyak Bakar
Minyak bakar merupakan produk residu yang memiliki warna hitam
kromatik. Minyak bakar lebih kental daripada minyak diesel. Minyak bakar pada
umumnya digunakan sebagai bahan bakar dalam pembakaran langsung di dapur
industri, steam power station, dan industri lain.
f. Aviation Turbine Fuel (Avtur)
Avtur merupakan bahan bakar yang didesain untuk transportasi udara yang
memiliki mesin turbin atau external combustion engine. Performa Avtur pada
umunya memiliki karakteristik pada kehigienisannya, pembakaran dan
karakteristiknya pada suhu rendah.
2. Environmental Section
Environmental Section merupakan bagian dari Fungsi HSE yang bergerak di
bidng lingkungan.Bidang kerja yang dilakukan adalah hal-hal yang berhubungan
dengan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL), emisi udara, limbah B3,
AMDAL, ISO 14001, dan PROPER. Berikut ini adalah lebih detail mengenai porsi
kerja Environmental Section.
a. Menerapkan sistem ISO 14001 dan Program PROPER;
b. Inventarisasi bahan kimia berbahaya dan beracun (B3);
c. Penanggulangan tumpahan minyak dan pencemaran B3;
d. Pengawasan kebersihan lingkungan tempat kerja dan pelestarian lingkungan
dengan menggalakkan penghijauan;
e. Mengawasi pembuangan/pemusnahan oil sludge dan limbah B3 lain;
f. Pencegahan dan penanggulangan pencemaran perairan, udara, dan darat;
g. Pembuatan/penyusunan laporan untuk studi AMDAL;
h. Peningkatan Environmental Awareness.
i. Bekerja sama dengan operasi dalam menjamin pelaksanaan operasi yang aman;
d. Inspeksi instalasi alat penanggulangan dan alat proteksi gangguan dan penyakit
atau yang berhubungan dengan lingkungan kerja;
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
b. Kinerja usaha dan/atau kegiatan yang melebihi ketaatan dari yang dipersyaratkan
oleh peraturan perundang-undangan sebagaimana dimaksud pada poin a.
Penilaian kinerja berdasarkan pada kriteria penilaian PROPER yang terdiri atas:
Atau untuk lebih jelas nya dapat dilihat pada bagan di bawah ini :
Untuk memastikan air limbah yang dibuang setiap saat tidak melampaui baku
mutu maka perusahaan berkewajiban melakukan pemantauan dengan frekuensi dan
parameter yang sesuai dengan izin atau baku mutu yang berlaku. Untuk menjamin
validitas data, maka pemantauan harus dilakukan oleh laboratorium terakreditasi.
Perusahaan juga harus taat terhadap persyaratan-persyaratan teknis seperti
pemasangan alat pengukur debit yang diatur dalam izin atau ketentuan peraturan
baku mutu yang berlaku.
aman dan valid secara ilmiah maka prasarana sampling harus memenuhi ketentuan
peraturan.
Untuk aspek ini, ketaatan utama dilihat dari kelengkapan izin pembuangan air
limbah dan ketaatan pelaksanaan pembuangan air limbah sesuai dengan ketentuan
dalam izin.
Untuk memperoleh nilai yang baik dalam aspek ini perusahaan harus
memiliki program sratetegis untuk pengembangan masyarakat yang
didesain untuk menjawab kebutuhan masyarakat. Program ini didasarkan
atas pemetaan sosial untuk menggambarkan jaringan sosial yang
memberikan penjelasan tentang garis-garis hubungan antar
kelompok/individu. Pemetaan Sosial memberikan informasi mengenai
siapa kepentingannya, jaringannya dengan siapa, dan posisi sosial dan
analisis jaringan sosial dan derajat kepentingan masing-masing pemangku
kepentingan.
Identifikasi masalah sosial, identifikasi potensi (modal sosial), perumusan
kebutuhan masyarakat yang akan ditangani dalam program community
development dan identifikasi kelompok rentan yang akan menjadi sasaran
program pengembangan masyarakat. Rencana strategis pengembangan
masyarakat harus bersifat jangka panjang dan dirincidengan program
tahunan, menjawab kebutuhan kelompok rentan dan terdapat indikator
untuk mengukur kinerja capaian program yang terukur dan tentu saja proses
perencanaan melibatkan anggota masyarakat.
menjadi penggerak untuk peningkatan kesadaran masyarakat dan dunia usaha untuk
berpartisipasi dalam pembangunan yang berkelanjutan.
Penilaian Hijau dan Emas didasarkan atas penilaian terhadap 3 komponen utama
yaitu:
Tabel 3.2. Kriteria Penilaian Hijau dan Emas
BAB IV
PEMBAHASAN
Kebijakan ini harus dipahami dan dilaksanakan oleh manajeman, pekerja semua
pihak di area PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit II Dumai dan dikomunikasikan
kepada semua pihak yang terlibat dalam proses bisnis perusahaan.
baik kualitas maupun kuantitas sumber daya air yang dilakukan dengan
mengacu pada dokumen RKL dan RPL
Outlet air
Fisika - Kimia
limbah 01O40' 101O28'
5 AL - 5 -
drainase 98,0" 69,8"
Biologi(Aerob)
existing plant
dan kilang
baru (SEP-III)
Outlet air
01O40' 101O28'
6 pendingin AL - 6 Fisika
94,2" 82,2"
new plant
Secara keseluruhan, aliran air limbah proses, pendingin dan drainase adalah
seperti gambar dibawah ini:
Minyak dan
mg/l
Lemak
Karbon
Organik mg/l
Total
Konsetrasi Titik Penaatan/Outlet AL-5
Tahun 2014 - 2015
Parameter BMK Nov- Des- Feb- Mar- Apr- May-
14 14 Jan-15 15 15 15 15 Jun-15
pH 6-9 8.20 8.40 8.40 8.60 8.00 8.70 8.20 8.50
Minyak dan
15 4.00 5.00 4.00 6.00 4.00 7.00 5.00 4.00
Lemak
Karbon
Organik 110 8.00 8.00 24.00 6.00 10.00 6.00 6.00 3.00
Total
Inlet AL-6 Sebelum di olah di IPAL
Tahun 2014 - 2015
Parameter Satuan Nov- Des- Feb- Mar- Apr- May-
14 14 Jan-15 15 15 15 15 Jun-15
Karbon
Organik mg/l 0.00 0.00 3.00 1.00 1.00 0.00 0.00 0.00
Total
Residu
mg/l
Chlorine
o
Temperatur C
Konsetrasi Titik Penaatan/Outlet AL-6
Tahun 2014 - 2015
Parameter BMK Nov- Des- Feb- Mar- Apr- May-
14 14 Jan-15 15 15 15 15 Jun-15
Karbon
Organik Δ5 0.00 0.00 5.00 4.00 4.00 1.00 0.00 0.00
Total
Residu
2 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
Chlorine
Temperatur 45 38.00 39.00 36.00 38.00 38.00 38.00 37.00 37.00
Dari gambar tersebut dapat dilihat ketaatan dalam ketentuan teknis yang
telah dilakukan oleh PT.Pertamina (Persero) RU II Dumai dalam Inlet maupun
Outlet tiap IPAL dapat dilihat pada gambar berikut.
b. Unit IPAL
Dalam mengolah limbah proses yang dihasilkan, PT. Pertamina (Persero)
RU II Dumai mempunyai beberapa unit IPAL yang telah di design sesuai dengan
kebutuhan dan karakteristik limbah yang dihasilkan. Berikut adalah gambar dari
unit IPAL PT.Pertamina (Persero) RU II Dumai
Gambar 4.3 New 930 ME-57 (Process Water Lift Station Pump)
b. Layout Saluran
Secara garis besar layout penaatan terhadap ketentuan teknis saluran drainase
juga telah dilakukan oleh PT.Pertamina (Persero) RU II Dumai dapat dilihat
pada gambar berikut.
e. Bukti Perizinan
f. Akreditasi Laboratorium
Kemudian ada aspek inovasi dimana dalam aspek ini menjelaskan apakah dari
kegiatan – kegiatan tersebut telah memenuhi aspek inovasi. Aspek – aspek
penilaian inovasi adalah sebagai berikut :
a) Dimensi Desain
i. Penambahan Komponen : Membangun alat/sistem tambahan untuk
mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan.
ii. Perubahan Subsistem : Memberikan kontribusi perbaikan kinerja dari
subsistem untuk mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan,
misalnya penerapan eco-efisiensi dan optimasi dari suatu subsistem.
iii. Perubahan Subsistem : Memberikan kontribusi perbaikan kinerja dari
subsistem untuk mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan,
misalnya penerapan eco-efisiensi dan optimasi dari suatu subsistem.
b) Dimensi Pengguna
i. Pengembangan : Inovasi berasal dari perusahaan sendiri.
ii. Penerimaan : Menyebabkan perubahan perilaku, praktek dan proses di
pengguna.
c) Dimensi Produk/servis
i. Perubahan dalam pelayanan produk : Hasil kegiatan memberikan nilai
tambah bagi konsumen atau pengguna dan memberikan keuntungan
kompetitif terhadap alternatif kegiatan lainnya selain menurunkan dampak
terhadap lingkungan.
ii. Perubahan dalam rantai nilai : Menyebabkan perubahan dalam
keseluruhan rantai nilai produksi, konsumpsi, pelayanan konsumen dan
pembuangan produk.
A. Efisiensi Air
2. Additionalitas
a. Aplikasi Chemical WTP non Alum Sulphate Reduce Water
Consumption for Regeneration.
Penilaian Kewajiban Yang Diatur Dalam Peraturan.
Substitusi Chemical WTP dari Alumunium Sulphate menjadi
Alumunium Chlorohydrat (ACH) tidak dalam rangka kewajiban
yang diatur dalam peraturan proses penyediaan air bersih di
Water Treatment, Permen PU Nomor 18/PRT/M/2007 Tentang
Sistem Penyediaan Penyelenggaraan Pengembangan Sistem
Penyediaan Air Minum tidak ada persyaratan jenis flocculant
yang harus digunakan.
Penilaian Praktek Umum
Merupakan pionir dalam penggunaan chemical Alumunium
Chlorohydrat (ACH) di proses pengolahan WTP pada proses
bisnis sejenis. Program ini memberikan perbaikan dari kualitas
produk treated water. Perubahan ini memperpanjang umur unit
Demin Plant dan perbaikan system manajemen efisiensi
pemakaian air untuk regenerasi sebesar 18.240 m3/tahun dan
effisiensi pemakaian chemical chemical NaOH 91.622
Kg/bulan dan HCl 36.145 Kg/bulan.
3. Inovasi
Inovasi terkait efisiensi air yang ada di PT. Pertamina (Persero) RU II
Dumai yaitu:
a. Dimensi Desain
i. Penambahan Komponen
Reuse air ex backwash Antrachite Filter New Plant Membangun
bak penampungan dan pengendapan tambahan untuk dapat
menampung air buangan backwash antrachite filter sehingga dapat
mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan. Pemanfaatan air
b. Dimensi Pengguna
i. Pengembangan
Program condensate recovery sebagai sumber bahan baku
,Pemanfaatan Air Outlet IPAL sebagai Air Hydrant, Reuse air ex
backwash Antrachite Filter New Plant sebagai Air Hydrant, Recyle
CBD Clarifier ke Raw Water Pond WTP, Aplikasi Chemical WTP
non Alum Sulphate Reduce Water Consumption for Regeneration.
Pengembangan inovasi berasal dari RU II dan telah diverifikasi
oleh pihak eksternal.
ii. Penerimaan
Aplikasi Chemical WTP non Alum Sulphate Reduce Water
Consumption for Regeneration Dengan substitusi chemical WTP
dapat mengurangi konsumsi chemical Regenerant di Demin Plant.
Sehingga dapat mengurangi kontak langsung pekerja dengan
chemical pada saat proses pembuatan larutan regenerant.
c. Dimensi Produk/Service
i. Perubahan dalam pelayanan produk
Aplikasi Chemical WTP non Alum Sulphate Reduce Water
Consumption for Regeneration Substitusi chemical WTP menjadi
ACH memberikan keuntungan dengan pengurangan konsumsi
chemical NaOH 91.622 Kg/bulan dan HCl 36.145 Kg/bulan yang
digunakan pada saat proses regenerasi dapat dihemat penggunaan
air 18.240 m3/tahun. Kondisi ini disebabkan oleh lebih pajangnya
service time resin.
Pemanfaatan Air
Outlet IPAL
2 - - 91.124,2 129.998,33 m3
sebagai Air
Hydrant
Reuse air ex
backwash
Antrachite Filter
3 43,2 43,2 43,2 14.024,17 m3
New Plant
sebagai Air
Hydrant
Recyle CBD
4 Clearator ke Raw - - - 131.760,00 m3
Water Pond WTP
Aplikasi
Chemical WTP
non Alum
5 Sulphate Reduce - - - 18.240,00 m3
Water
Consumption for
Regeneration
Total 43,2 54,18 91.512,09 295.793,54 m3
Dari hasil tersebut, dapat dilihat perubahan yang sangat signifikan terkait 3R
Air mulai dari tahun 2011 – 2014 yang semakin meningkat dengan adanya
inovasi – inovasi terhadap efisiensi penggunaan air. Diharapkan untuk terus
meningkatkan inovasi dibidang konservasi air khusunya efisiensi penggunaan
air.
2. Intensitas Air
Intensitas air yang digunakan dibandingkan produk atau jasa yang
dihasilkan dalamTon/bbl bahan baku dapat dilihat pada tabel 4.7
Rasio hasil
penurunan beban
pencemaran air
yang dilaporkan
4 0,018 0,023 0,028 0,037 m3
dalam PROPER
dengan total air
limbah yang
dihasilkan
2. Additionalitas
a. Penurunan Kadar Pencemar Menggunakan Unit Membran Bio
Reactor
Penilaian Kewajiban Yang Diatur Dalam Peraturan Penggunaan
MBR bukan suatu kewajiban yang diatur didalam peraturan
(Permen LH no. 19 tahun 2010).
Penilaian Praktek Umum
Bukan hal yang umum digunakan di kilang minyak dalam
mengolah limbah cair sehingga air limbah dapat digunakan
kembali untuk mengurangi konsumsi air permukaan di unit
proses serta dapat juga menurunkan beban pencemaran.
Penilaian Investasi
Investasi yang diperlukan untuk pelaksanaan proyek ini sebesar
12 Milyar. NPV sebesar minus 11,8 Milyar (NPV<0) dan IRR
minus 33,66 % (IRR<BI Rate), walaupun program ini tidak
memberikan keuntungan namun Pertamina RU II tetap
melakukan untuk mewujudkan perusahaan berwawasan
lingkungan.
Gambar 4.18 Perbandingan Air Secara Fisik Inlet dan Outle MBR
3. Inovasi
Inovasi terkait penuruan kadar pencemar air yang ada di PT. Pertamina RU
II Dumai yaitu:
a. Dimensi desain
i. Penambahan Komponen
Pemanfaatan air limbah menggunakan MBR.
Penambahan pengelolaan air limbah dengan penambahan
kompoenen MBR sehingga air tersebut dapat digunakan untuk
kebutuhan air proses.
b. Dimensi Pengguna
i. Pengembangan
Aplikasi Chemical WTP non Alum Sulphate Reduce Water
Consumption for Regeneration
Pengembangan inovasi berasal dari RU II, sehingga dapat
meningkatkan service time resin yang memberikan impact positif
terhadap pengurangan jumlah limbah yang dihasilkan sebesar
18.240 m3/bulan.
ii. Penerimaan
Pemanfaatan air limbah menggunakan MBR.
Pekerja peduli terhadap penurunan beban pencemaran dengan
praktek yang lebih rendah dalam upaya reuse air limbah
c. Dimensi Produk/Service
i. Perubahan Dalam Pelayanan Produk
Dari hasil tersebut, dapat dilihat MBR dan Aplikasi Chemical WTP non Alum
Sulphate Reduce Water Consumption for Regeneration sebagai bentuk inovasi
terbaru dari PT.Pertamina (Persero) RU II Dumai dapat memberikan pengaruh
yang cukup signifikan terhadap penuruan beban pencemar seperti COD,
Minyak&Lemak, Sulfida, Phenol, dan Ammonia sebagai bukti nyata bahwa
PT. Pertamina (Persero) RU II Dumai telah melakukan Beyond Compliance (
Lebih Dari yang di Tetapkan) sebagai wujud konsistensi perusahaan dalam hal
konservasi lingkungan khususnya di bidang Konservasi Air.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Mekanisme PROPER di bidang konservasi air PT.Pertamina (Persero) RU
II meliputi Perencanaan yang terdiri atas persiapan verifikasi, pelaksanaan
verifikasi, dan tindak lanjut verifikasi. Dan setelah itu penilaian terdiri atas
ketaatan terhadap titik penataan, ketaatan terhadap pelaporan, ketaatan
terhadap parameter bakumutu, ketaatan terhadap pemenuhan bakumutu,
dan ketaatan terhadap ketentuan teknis yang sebagai mana telah di
tetapkan oleh pemerintah.
5.2 Saran
Saran/rekomendasi yang dapat diberikan untuk PT. Pertamina (Persero) RU II
Dumai terkait ketaatan PROPER di bidang konservasi air adalah sebagai
berikut:
Selalu sustain meningkatkan kinerja penaatan PT. Pertamina (Persero)
RU II Dumai agar terus dapat meningkatkan PROPER Emas.
Menambah inovasi baru terkait pengolahan air bersih agar dapat
digunakan untuk kepentingan komersil yang lainnya selain dugunakan
sebagai air fire hidrant
Selalu mengembangkan inovasi – inovasi baru dalam teknologi dan
program konservasi pengelolaan lingkungan hidup secara
berkelanjutan.
DAFTAR PUSTAKA