Anda di halaman 1dari 102

PERANCANGAN SISTEM BIODIGESTER

UNTUK MENGOLAH SAMPAH ORGANIK


DI UNIT PASAR BESAR KEBAYORAN LAMA
JAKARTA SELATAN

LAPORAN TUGAS AKHIR

Oleh:
Andini Mareta
104216017

FAKULTAS PERENCANAAN INFRASTRUKTUR


PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN
UNIVERSITAS PERTAMINA
2020

Universitas Pertamina - 0
Universitas Pertamina - 0
LEMBAR PENGESAHAN

Judul Tugas Akhir : Perancangan Sistem Pengolahan Sampah dengan


Biodigester untuk Mengolah Sampah di Unit
Pasar Besar Kebayoran Lama Jakarta Selatan
Nama Mahasiswa : Andini Mareta
Program Studi : Teknik Lingkungan
Fakultas : Perencanaan Infrastruktur
Tanggal Lulus Sidang Tugas Akhir : 5 Agustus 2020

Jakarta, 19 Agustus 2020

MENGESAHKAN

Pembimbing 1 : Nama : Evi Siti Sofiyah, Ph.D

NIP : 116103

Pembimbing 2 : Nama : Ariyanti Sarwono, Ph.D

NIP : 116139

MENGETAHUI,
Ketua Program Studi

Dr. Eng. Ari Rahman, S.T., M. Eng


NIP 116043

Universitas Pertamina - i
LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa Tugas Akhir berjudul “Perancangan Biodigester
untuk Mengolah Sampah Organik di Unit Pasar Besar Kebayoran Lama” ini adalah
benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri dan tidak mengandung materi yang ditulis
oleh orang lain kecuali telah dikutip sebagai referensi yang sumbernya telah dituliskan
secara jelas sesuai dengan kaidah penulisan karya ilmiah
Apabila dikemudian hari ditemukan adanya kecurangan dalam karya ini, saya bersedia
menerima sanksi dari Universitas Pertamina sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya menyetujui untuk memberikan kepada
Universitas Pertamina hak bebas royalty noneksklusif (non-exclusive royalty-free right)
atas Tugas Akhir ini beserta perangkat yang ada. Dengan hak bebas royalty noneksklusif
ini Universitas Pertamina berhak menyimpan, mengalih media/format-kan, mengelola
dalam bentuk pangkatan data (database), merawat, dan mempublikasikan Tugas Akhir
saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik
Hak Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Jakarta, 19 Agustus 2020

Yang membuat pernyataan,

Andini Mareta

Universitas Pertamina - ii
ABSTRAK

Andini Mareta. 104216017. Perancangan Sistem Biodigester untuk Mengolah Sampah Organik di
Unit Pasar Besar Kebayoran Lama Jakarta Selatan.

Perancangan ini tentang pengolahan sampah organik dengan biodigester di Unit Pasar Besar
Kebayoran Lama Jakarta Selatan. Rata-rata sampah organik yang dihasilkan UPB Kebayoran Lama
mencapai 60% dari total sampah. Tujuan dari perancangan ini adalah merancang biodigester yang
tepat untuk mengolah sampah organik di UPB Kebayoran Lama, Jakarta Selatan. Berdasarkan data
yang diperoleh, timbulan maksimal sampah organik adalah sebesar 6,89 m3/hari. Biodigester
memiliki beberapa jenis reaktor yang dapat digunakan untuk mengolah sampah organik. Untuk
menentukan jenis reaktor yang tepat, digunakan metode Kepner Tregoe Decision Analysis dengan
kriteria suhu pengoperasian mesofilik, mudah dioperasikan, dan tidak membutuhkan lahan yang
luas. Berdasarkan hasil pemilihan dengan Kepner Tregoe Decision Analysis desain biodigester
yang tepat adalah menggunakan sistem kering jenis biocel. Dimensi reaktor biodigester
dipengaruhi beberapa faktor seperti karakteristik sampah, volume sampah setelah pencacahan,
penambahan digestate dan volume efektif reaktor. Setelah dilakukan pencacahan dan penambahan
digestate total sampah yang akan dimasukkan ke reaktor adalah sebanyak 11 m3. Untuk
mendukung proses biodigester, dibutuhkan bangunan pelengkap seperti bak penampung sampah,
penampung digestate, penampung lindi, dan penampung gas. Perancangan ini juga dilengkapi
fasilitas seperti ruang kantor, gerobak sampah, mesin pencacah, dan pompa air.Hasil perancangan
ini menunjukkan bahwa dimensi yang tepat untuk reaktor biocel adalah 3 m x 3 m x 1,65 m, unit
penampung sampah berdimensi 4 m x 2 m x 0,8 m, unit penampung lindi berdimensi 3 m x 3 m x
0,2 m, unit penampung digestate berdimensi 3 m x 3 m x 0,9 m, dan memiliki penampung gas
dengan kapasitas 50 m3 sebanyak 4 buah.

Kata kunci: sampah organik, pasar, biodigester, biogas

Universitas Pertamina - iii


ABSTRACT

Andini Mareta. 104216017. The Design of a Biodigester System to Treat Organic Solid Waste
from Kebayoran Lama Market South Jakarta.
This project is about designing a biodigester system to treat organic solid waste from Kebayoran
Lama Market, South Jakarta. The average organic solid waste produced by Kebayoran Lama
market is 60% of the total waste. The purpose of this project is to design a suitable biodigester
system to treat the waste. The data shows that the maximum generation of organic solid waste from
the market is 6.89 m3/day. Biodigester has several types of reactors that can be used to process
organic solid waste. To determine the best type of the reactor, the Kepner Tregoe Decision
Analysis method is used. The criteria are the mesophilic operating temperature, the easiness to
operate, and the least required area. The result of the analysis is a biocel dry system. The organic
solid waste characteristics, the volume of waste after chopped, the addition of digestate and the
effective volume of the reactor affect the dimensions of the biodigester reactor. Therefore, the total
of waste that goes to the reactor is 11 m3. To support the biodigester process; complementary
buildings such as garbage storage tanks, digestate containers, leachate tanks and gas reservoirs are
needed. The processing area is also equipped with facilities such as office space, garbage carts,
chopper machines, and water pumps. The result of the design shows that the dimensions of the
biocel reactor are 3 m x 3 m x 1.65 m, the garbage collection units are 4 m x 2 m x 0, 8 m, the
leachate collection unit are 3 m x 3 m x 0.2 m, the digestate storage unit are 3 m x 3 m x 0.9 m, and
has a gas reservoir with a capacity of 50 m3.

Keywords: organic waste, market, biodigester, biogas

Universitas Pertamina - iv
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan kepada Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunia-Nya saya dapat
melaksanakan Mata Kuliah Tugas Akhir dan menyelesaikan Laporan Tugas akhir yang berjudul
“Perancangan Biodigester Untuk Mengolah Sampah Organik di Unit Pasar Besar Kebayoran
Lama” dengan baik.
Laporan ini merupakan salah satu hasil dari capaian pembelajaran selama menuntut ilmu di
Universitas Pertamina. Pada laporan ini dibahas tentang perancangan pengolahan sampah organik
secara anaerobik untuk menghasilkan biogas yang dapat dimanfaatkan sebagai energi.
Dalam kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah banyak membantu
dalam penulisan laporan, yaitu:
1. Kedua orang tua yang telah mendoakan, mendukung moril hingga material dalam pelaksanaan
perkuliahan dan tugas akhir.
2. Ibu Evi Siti Sofiyah, Ph.D dan Ibu Ariyanti Sarwono, Ph.D selaku dosen pembimbing tugas
akhir.
3. Pihak Perusahaan Daerah Pasar Jaya UPB Kebayoran Lama yang telah membantu dalam
pengumpulan data.
4. Teman-teman yang selalu mendukung dan membantu dalam pengerjaan tugas akhir, Rifky,
Wulan, Adhe, Adel, Sinthia, Chiqu, Kadek, dan lainnya yang tidak dapat disebutkan satu
persatu.

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu kritik dan saran
yang bersifat membangun sangat diharapkan. Akhir kata saya ucapkan terima kasih dan semoga
tugas akhir ini dapat bermanfaat.

Jakarta, 19 Agustus 2020

Andini Mareta

Universitas Pertamina - v
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN................................................................................................................. i
LEMBAR PERNYATAAN ............................................................................................................... ii
ABSTRAK ........................................................................................................................................ iii
ABSTRACT ...................................................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR ....................................................................................................................... v
DAFTAR ISI ..................................................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ............................................................................................................................. ix
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................................................... x
DAFTAR SINGKATAN................................................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................................................ 2
1.3 Batasan Masalah........................................................................................................................... 2
1.4 Tujuan Perancangan ..................................................................................................................... 2
1.5 Manfaat Perancangan ................................................................................................................... 2
1.6 Lokasi Perancangan...................................................................................................................... 2
1.7 Waktu Perancangan ...................................................................................................................... 3
BAB II TINJAUAN TEORITIS ........................................................................................................ 4
2.1 Definisi Sampah ........................................................................................................................... 4
2.2 Karakteristik Sampah ................................................................................................................... 4
2.3 Timbulan Sampah ........................................................................................................................ 4
2.4 Komposisi Sampah....................................................................................................................... 5
2.5 Pengelolaan Sampah .................................................................................................................... 5
2.6 Pengolahan Sampah ..................................................................................................................... 6
2.6.1 Proses Pengolahan Fisik ............................................................................................................ 6
2.6.2 Proses Pengolahan Biologi ........................................................................................................ 6
2.6.3 Proses Pengolahan Kimia .......................................................................................................... 7
2.7 Definisi Anaerobic Digestion ....................................................................................................... 7
2.8 Bahan Baku Biogas ...................................................................................................................... 8
2.9 Hasil Pengolahan dengan Biodigester .......................................................................................... 9
2.10 Proses Biokimia dalam Biodigester ......................................................................................... 10
2.10.1 Hidrolisis ............................................................................................................................... 10
2.10.2 Asidogenesis ......................................................................................................................... 11

Universitas Pertamina - vi
2.10.3 Asetogenesis .......................................................................................................................... 11
2.10.4 Metanogenesis ....................................................................................................................... 11
2.11 Faktor yang Berpengaruh dalam Biodigester ........................................................................... 11
2.12 Klasifikasi Biodigester ............................................................................................................. 13
2.12.1 Jenis Digester Berdasarkan Kandungan Total Solid ............................................................. 13
2.12.2 Jenis Digester Berdasarkan Cara Pengisian Bahan Baku ...................................................... 13
2.12.3 Temperatur ............................................................................................................................ 14
2.12.4 Jumlah Tahapan Pengolahan ................................................................................................. 14
2.13 Reaktor Anaerobic Digester ..................................................................................................... 14
2.13.1 Anaerobic Digester Sistem Kering ....................................................................................... 15
2.13.2 Anaerobic Digester Sistem Basah ......................................................................................... 17
2.14 Pemanfaatan Biogas ................................................................................................................. 18
2.15 Proses Desain ........................................................................................................................... 19
2.14.1 Penentuan Alternatif Solution dengan Kepner Tregoe Decision Analysis ............................ 19
BAB III KONSEP PERANCANGAN ............................................................................................. 21
3.1 Diagram Alir Perancangan ......................................................................................................... 21
3.2 Pertimbangan Perancangan ........................................................................................................ 22
3.3 Analisis Teknis ........................................................................................................................... 22
3.4 Peralatan dan Bahan ................................................................................................................... 23
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................................................... 24
4.1 Timbulan dan Karakteristik Sampah Pasar ................................................................................ 24
4.2 Alternatif Solusi ......................................................................................................................... 26
4.2.1 Analisis Alternatif Anaerobic Digester Berdasarkan Kadar Solid .......................................... 26
4.2.2 Kriteria Dalam Pemilihan Anaerobic Digester Sistem Kering ............................................... 26
4.2.3 Analisis Alternatif Anaerobic Digester Sistem Kering ........................................................... 29
4.3 Alur Rencana Pengolahan .......................................................................................................... 31
4.4 Perhitungan Reaktor Anaerobic Digester................................................................................... 32
4.4.1 Perhitungan Dimensi Anaerobic Digester............................................................................... 33
4.5 Perhitungan Pelengkap Anaerobic Digester............................................................................... 34
4.6 Perhitungan dan Spesifikasi Fasilitas Area Perancangan ........................................................... 38
4.7 Analisis Kebutuhan Lahan ......................................................................................................... 42
4.8 Analisis BOQ dan RAB ............................................................................................................. 43
4.8.1 Bill of Quantity (BOQ) ............................................................................................................ 43
4.8.2 Rencana Anggaran Biaya ........................................................................................................ 46
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................................... 49
5.1 Kesimpulan ................................................................................................................................ 49

Universitas Pertamina - vii


5.2 Saran........................................................................................................................................... 49
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................................... 50
Lampiran .......................................................................................................................................... 63

Universitas Pertamina - viii


DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Waktu Kegiatan Perancangan .......................................................................................... 3


Tabel 2.1 Jumlah Total Solid dan Volatile Solid Bahan Baku Biogas ..............………………… 8
Tabel 2.2 Rasio C/N Bahan Baku Biogas ....................................................................................... 8
Tabel 2.3 Komposisi Biogas secara Umum .................................................................................... 9
Tabel 2.4 Nilai Produksi Metana dari Berbagai Bahan Baku ......................................................... 9
Tabel 2.5 Karakteristik dan kuantitas digestate ............................................................................ 10
Tabel 2.6 Jenis Digester Berdasarkan Kandungan Total Solid ..................................................... 13
Tabel 2.7 Kriteria Desain Pengolahan Sampah dengan Anaerobic Digester Sistem Kering ........ 14
Tabel 2.8 Kriteria Desain Pengolahan Sampah dengan Anaerobic Digester Sistem Basah ......... 15
Tabel 4.1 Timbulan Sampah di UPB Kebayoran Lama……………………………………. …. 24
Tabel 4. 2 Metode Analisis Karakteristik Sampah ......................................................................... 24
Tabel 4.3 Karakteristik Sampah di Pasar Jakarta .......................................................................... 25
Tabel 4.4 Karakteristik Sampah Organik Pasar ............................................................................ 25
Tabel 4.5 Karakteristik Sampah Organik di Pasar Bandung ......................................................... 25
Tabel 4.6 Asumsi Karakteristik Sampah Organik di UPB Kebayoran Lama ............................... 26
Tabel 4.7 Perbandingan Anaerobic Digester Sistem Kering dan Sistem Basah ........................... 26
Tabel 4.8 Nilai Kriteria Must ........................................................................................................ 27
Tabel 4.9 Bobot Kriteria Want ...................................................................................................... 27
Tabel 4.10 Nilai Kriteria Mudah Dioperasikan ............................................................................... 28
Tabel 4.11 Nilai Kriteria Kebutuhan Lahan .................................................................................... 28
Tabel 4.12 Nilai Adverse Consequences ......................................................................................... 29
Tabel 4.13 Jenis Reaktor Berdasarkan Suhu ................................................................................... 29
Tabel 4.14 Hasil Analisis Alternatif Kriteria Must ......................................................................... 29
Tabel 4.15 Kebutuhan Lahan Reaktor............................................................................................. 30
Tabel 4.16 Hasil Analisis Alternatif Kriteria want......................................................................... 30
Tabel 4.17 Hasil Analisis Adverse Consequences........................................................................... 31
Tabel 4.18 Hasil Perhitungan Anaerobic Digester.......................................................................... 34
Tabel 4.19 Rekapitulasi Perhitungan Bak Penampung Sampah ..................................................... 35
Tabel 4.20 Kapasitas dan Ukuran Penampung Biogas .................................................................... 37
Tabel 4.21 Analisis Efisiensi Lahan terhadap Kapasitas Penampung Gas ..................................... 37
Tabel 4.22 Perbandingan Jumlah Pekerja dan Waktu yang Dibutuhkan Proses Pemilahan ........... 39
Tabel 4.23 Kebutuhan Pipa Penampung Gas .................................................................................. 41
Tabel 4.24 Kebutuhan Pelengkap Sistem Perpipaan ....................................................................... 41
Tabel 4.25 Kebutuhan Pipa Resirkulasi Lindi................................................................................. 42
Tabel 4.26 Kebutuhan Pelengkap Sistem Resirkulasi Lindi ........................................................... 42
Tabel 4.27 Analisis Kebutuhan Lahan ............................................................................................ 42
Tabel 4.28 BOQ Penampung Sampah............................................................................................. 44
Tabel 4.29 BOQ Reaktor................................................................................................................. 45
Tabel 4.30 BOQ Penampung Lindi ................................................................................................. 45
Tabel 4.31 BOQ Penampung Digestate .......................................................................................... 46
Tabel 4.32 RAB Pembangunan Anaerobic Digester....................................................................... 46

Universitas Pertamina - ix
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Volume Reaktor (Diadaptasi dari Vogeli et al, 2014) ................................................ 13
Gambar 2.2 Tipe Anaerobic Digester (Diadaptasi dari Nayono, 2010 dan Vogeli et al, 2014) .... 14
Gambar 2.3 Biocel (Nayono, 2010) ............................................................................................... 15
Gambar 2.4 Dranco (Nayono, 2010) ............................................................................................. 16
Gambar 2.5 Valorga (Nayono, 2010)............................................................................................. 16
Gambar 2.6 Kompogas (Nayono, 2010)......................................................................................... 17
Gambar 2.7 Fixed Dome (Vogeli et al, 2014) ................................................................................ 17
Gambar 2.8 Floating Drum (Vogeli et al, 2014)............................................................................ 18
Gambar 2.9 Tubular (Vogeli et al, 2014) ....................................................................................... 18
Gambar 2.10 Tahapan Prose Desain (Mosborg et al, 2005)............................................................. 19
Gambar 3.1 Diagram Alir Perancangan ……………………………………………..………..... 21
Gambar 3.2 Lokasi Perancangan Biodigester ................................................................................ 22
Gambar 4.1 Persentase Timbulan Sampah di UPB Kebayoran Lama …………………………. 24
Gambar 4.2 Alur Rencana Pengolahan dengan Biodigester .......................................................... 31
Gambar 4.3 Pengaruh Inoculum Faktor Terhadap Waktu Detensi pada Reaktor Biocel
(Brummeler, 1993) .................................................................................................... 33
Gambar 4.4 Tangki Penampung Biogas (Puxin, 2020) .................................................................. 38
Gambar 4.5 Gerobak Sampah (Raja Tempat Sampah, 2020) ........................................................ 39
Gambar 4.6 Mesin Pencacah Sampah Organik (Aneka Mesin, 2020) ........................................... 40
Gambar 4.7 Pompa Air –WB20XN (Honda, 2020) ....................................................................... 41
Gambar 4.8 Tata Letak Pengolahan dengan Anaerobic Digester .................................................. 43

Universitas Pertamina - x
DAFTAR SINGKATAN

Lambang/Singkatan Arti Keterangan

BK Berat Kering

KTDA Kepner Tregoe Decision Analysis

OLR Organic Loading Rate

PD Perusahaan Daerah

TPA Tempat Pemrosesan Akhir

TS Total Solid

UPB Unit Pasar Besar


VS Volatil Solid

Universitas Pertamina - xi
Universitas Pertamina - xii
BAB I
PENDAHULUAN
Tugas akhir ini tentang perancangan sistem biodigester untuk pengolahan sampah organik di Unit
Pasar Besar Kebayoran Lama Jakarta Selatan. Laporan tugas akhir ini dibagi menjadi lima bagian
dan dilengkapi dengan daftar pustaka. Pada bagian ini akan dijelaskan latar belakang yang
merupakan alasan pemilihan judul perancangan, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan
perancangan, dan manfaat perancangan yang akan dilakukan.

1.1 Latar Belakang


Seiring bertambahnya jumlah penduduk dan pertumbuhan ekonomi, jumlah timbulan sampah yang
dihasilkan semakin meningkat. Tahun 2016 sampah di Indonesia mencapai 65.200.000 ton per
tahun, angka ini terus meningkat seiring bertambahnya proyeksi penduduk di Indonesia (BPS,
2018). Jenis sampah yang paling banyak dihasilkan setiap harinya adalah sampah organik. DKI
Jakarta menghasilkan sampah organik sebesar 54% dari total sampah (BPS, 2018). Sampah organik
sering kali menimbulkan masalah lingkungan apabila tidak dikelola dengan baik. Dampak buruk
yang timbul akibat sampah organik yang tidak diolah dengan baik adalah pencemaran air,
pencemaran udara, pencemaran tanah, dan penurunan estetika (Mahyudin, 2017). Kemampuan
yang dimiliki untuk mengolah sampah organik saat ini belum sepadan dengan jumlah sampah
organik yang dihasilkan dalam satu hari, sehingga sering ditemukan tumpukan sampah yang
menyebabkan bau tidak sedap (Wahyuni, 2013).
Berdasarkan Undang-undang Nomor 18 Tahun 2008, terdapat 3 jenis sampah yang harus dikelola
terlebih dahulu, yaitu sampah rumah tangga, sampah spesifik, dan sampah sejenis sampah rumah
tangga. Sampah sejenis sampah rumah tangga salah satunya berasal dari kawasan komersial seperti
pasar. Pasar merupakan salah satu penghasil sampah organik terbesar. Sampah organik yang
dihasilkan berupa sisa makanan, buah, dan sayuran. DKI Jakarta memiliki 157 unit pasar dan 13
diantaranya merupakan unit pasar besar (PD Pasar Jaya, 2020). Beberapa pasar tersebut belum
memiliki teknologi pengolahan sampah yang dapat digunakan untuk meminimasi sampah sebelum
diangkut ke tempat pemrosesan akhir.
Pasar Kebayoran Lama merupakan satu dari 3 unit pasar besar yang terdapat di Jakarta Selatan.
Jumlah sampah yang dihasilkan mencapai 13 m3/hari yang terdiri dari sampah organik, anorganik,
dan bahan berbahaya dan beracun. Persentase sampah terbesar yaitu sampah organik yang
mencapai 51% dari total sampah (PD Pasar Jaya, 2019). Saat ini, sampah yang dihasilkan dari
Pasar Kebayoran Lama belum dimanfaatkan. Sampah langsung diangkut menggunakan truk
menuju tempat pemrosesan akhir, yaitu TPA Bantar Gebang. Untuk mengurangi pencemaran
lingkungan dan beban pada tempat pemrosesan akhir dibutuhkan teknologi untuk mengolah
sampah organik yang dihasilkan. Dalam mengelola limbah diharapkan mampu dilakukan perlakuan
berkelanjutan, yaitu jenis perlakuan atau gabungan perlakuan yang mampu menghasilkan material
baru untuk konservasi sumber daya agar semua efluen dapat dimanfaatkan (Ismuyanto, 2017). Hal
ini didukung oleh Peraturan Gubernur DKI Jakarta Nomor 108 Tahun 2019, pada tahun 2020
ditargetkan sebesar 75% sampah di Jakarta Salatan dapat ditangani dengan menerapkan teknologi
penanganan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga yang ramah
lingkungan dan tepat guna.
Sampah organik yang dihasilkan perlu dikelola dengan baik agar mengurangi dampak buruk
terhadap lingkungan terutama sampah yang dapat diubah menjadi produk bernilai ekonomi. Ada
beberapa unit pengolahan sampah yang dapat digunakan untuk mengolah sampah organik antara
lain komposter dan biodigester. Untuk skala kawasan, seperti pasar biasanya digunakan biodigester
yang menghasilkan biogas. Pengolahan dengan biodigester memberikan keuntungan yang besar.
Selain dapat menyelesaikan masalah persampahan, sampah yang diolah akan dikonversi menjadi

Universitas Pertamina - 1
energi terbarukan yaitu biogas dan digestate yang dihasilkan akan menjadi pupuk organik.
Pengolahan dengan biodigester akan mengurangi volume timbulan sampah yang ditimbun di
tempat pemrosesan akhir dan juga berperan dalam mengurangi emisi gas rumah kaca (Kementerian
PUPR, 2018).
Biogas dapat diproduksi dari limbah pertanian, kotoran hewan dan bahan organik lainnya dengan
fermentasi anaerobik yang menghasilkan nilai kalor yang cukup tinggi sehingga dapat digunakan
untuk memasak dan penerangan rumah tangga (Susilo et al, 2017). Jika dilihat dari penggunaan
energi di Indonesia saat ini masih didominasi oleh energi fosil, yaitu minyak bumi sebesar 41,73%
dan gas alam sebesar 23,37% (Kementerian ESDM, 2017). Pengolahan dengan biodigester menjadi
peluang sebagai upaya untuk mengatasi permasalahan sampah organik di Unit Pasar Besar
Kebayoran Lama menjadi produk yang bermanfaat dan benilai ekonomis.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah adalah bagaimana merancang sistem
biodigester yang tepat untuk mengolah sampah organik di Unit Pasar Besar Kebayoran Lama?

1.3 Batasan Masalah


Batasan masalah dalam perancangan biodigester ini adalah
1. Perancangan biodigester hanya untuk mengolah limbah organik yang terdapat di Unit Pasar
Besar Kebayoran Lama Area 11, Jakarta Selatan.
2. Data timbulan sampah yang digunakan merupakan data sekunder yang didapat dari Perusahaan
Daerah Pasar Jaya, Unit Pasar Besar Kebayoran Lama Jakarta Selatan dan data karakteristik
sampah yang digunakan adalah data sekunder hasil adaptasi dari pasar di Bandung.
3. Fokus pada perancangan ini adalah perhitungan dan desain biodigester serta fasilitas pendukung
biodigester seperti lokasi pemilahan, bak penampung sampah, penampung lindi, penampung
digestate, penampung gas, dan tidak termasuk pemanfaatan gas yang dihasilkan dan pengolah
lindi.

1.4 Tujuan Perancangan


Tujuan dari perancangan biodigester di Unit Pasar Besar Kebayoran Lama adalah menentukan dan
merancang sistem biodigester yang tepat dalam mengolah sampah organik yang dihasilkan di Unit
Pasar Besar Kebayoran Lama.

1.5 Manfaat Perancangan


Manfaat dari perancangan biodigester ini adalah
- Mendapatkan pertimbangan dalam pengolahan sampah organik yang ramah lingkungan.
Jika diimplementasikan akan
- Mendapatkan informasi untuk pengolah Unit Pasar Besar Kebayorana Lama dalam mengolah
sampah dengan biodigester untuk menghasilkan biogas.
- Dapat menangani sampah di Unit Pasar Besar Kebayoran Lama dengan menerapkan teknologi
penanganan sampah yang ramah lingkungan dan tepat guna.

1.6 Lokasi Perancangan


Perancangan biodigester dilakukan di Unit Pasar Besar Kebayoran Lama yang terletak di Jalan
Raya Kebayoran Lama, Kelurahan Grogol Utara, Jakarta Selatan. Unit Pasar Besar Kebayoran
Lama merupakan salah satu dari 13 unit pasar besar yang terdapat di DKI Jakarta.

Universitas Pertamina - 2
1.7 Waktu Perancangan
Perancangan ini dilakukan dari Januari hingga Juli 2020.
Tabel 1.1 Waktu Kegiatan Perancangan

Kegiatan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli

Identifikasi masalah
Studi pustaka

Pengumpulan data

Analisis data

Perhitungan desain dan


fasilitas pengolahan

Layout fasilitas
pengolahan dan gambar
teknik biodigester

Universitas Pertamina - 3
Universitas Pertamina - 1
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
Untuk mencapai tujuan dalam perancangan biodigester di Unit Pasar Besar Kebayoran Lama,
diperlukan referensi dalam menentukan aspek desain. Secara garis besar, tinjauan teoritis berisikan
penjelasan terkait sampah dan pengolahan sampah secara umum, pengolahan sampah dengan
biodigester, dan jenis-jenis biodigester yang dapat digunakan dalam mengolah sampah organik.

2.1 Definisi Sampah


Menurut Undang-undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, sampah adalah sisa
kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat. Sampah yang harus
dikelola terlebih dahulu sebelum diangkut ke tempat pemrosesan akhir terdiri sampah rumah
tangga, sampah sejenis sampah rumah tangga, dan sampah spesifik. Sampah rumah tangga berasal
dari kegiatan sehari-hari dalam rumah tangga, tidak termasuk tinja dan sampah spesifik. Sampah
sejenis sampah rumah tangga berasal dari kawasan komersial, kawasan industri, kawasan khusus,
fasilitas sosial, fasilitas umum, dan fasilitas lainnya.

2.2 Karakteristik Sampah


Karakteristik sampah dibutuhkan dalam mengidentifikasi sampah untuk mendapatkan informasi
dalam menentukan pemanfaatan sampah yang tepat. Karakteristik sampah biasanya dibedakan
menjadi 3 kategori, yaitu karakteristik fisik, kimia, dan kimia unsur penyusun (Damanhuri dan
Padmi, 2018).
a. Karakteristik fisik sampah, terdiri dari densitas, kadar air, kadar volatil, karbon tetap, kadar abu,
nilai kalor, dan analisis ukuran partikel.
b. Karakteristik kimia, terdiri dari C-organik, N-organik, dan fosfor.
c. Karakteristik kimia unsur penyusun, terdiri dari susunan kimia sampah seperti C, H, O, N, S,
dan Cl.

2.3 Timbulan Sampah


Menurut SNI 19-2454-2002 tentang Tata Cara Teknik Operasional Pengelolaan Sampah Perkotaan,
timbulan sampah merupakan banyaknya sampah yang timbul dari masyarakat dalam satuan volume
maupun berat per kapita per hari, atau perluas bangunan, atau perpanjangan jalan. Satuan timbulan
sampah dinyatakan sebagai berikut:
- Satuan berat : kg/o/hari, kg/m3/hari, kg/bed/hari, dan sebagainya
- Satuan volume : l/o/hari, l/m3/hari, l/bed/hari, dan sebagainya

Satuan untuk timbulan sampah di pasar adalah l/m2/hari. Rata-rata timbulan sampah bervariasi
setiap harinya dan berbeda di setiap daerah. Variasi timbulan ini disebabkan oleh beberapa hal,
antara lain (Damanhuri dan Padmi, 1982 dalam Damanhuri dan Padmi, 2018).
- Jumlah penduduk dan tingkat pertumbuhannya
- Tingkat hidup masyarakat
- Tanaman musiman
- Cara hidup dan mobilitas penduduk
- Cara penanganan makanan
Metode yang dapat digunakan untuk menentukan timbulan sampah adalah SNI 19-3964-1994.
Berdasarkan SNI 19-3964-1995, apabila data lapangan belum tersedia, untuk mengukur besaran
timbulan sampah digunakan nilai sebagai berikut:

Universitas Pertamina - 4
- Timbulan sampah kota besar : 2 – 2,5 l/o/hari, atau 0,4 – 0,5 kg/o/hari
- Timbulan sampah kota sedang/kecil : 1,5 – 2 l/o/hari, atau 0,3 – 0,4 kg/or/hari

2.4 Komposisi Sampah


Menurut SNI 19-3964-1995, pengelompokan sampah berdasarkan komposisinya terdiri dari kertas,
kaca, kayu, logam, tekstil, plastik, karet, sisa makanan, dan lain-lain. Komposisi sampah
dipengaruhi oleh beberapa faktor (Damanhuri dan Padmi, 2018), antara lain:
- Cuaca
- Frekuensi pengumpulan sampah
- Musim
- Tingkat sosial ekonomi
- Kemasan produk

2.5 Pengelolaan Sampah


Menurut Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta Nomor 3 Tahun 2013, pengelolaan sampah
adalah kegiatan yang sistematis, menyeluruh, dan berkesinambungan yang meliputi pengurangan
dan penanganan sampah.
a. Pengurangan Sampah
Pengurangan sampah menurut Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta Nomor 3 Tahun 2013
meliputi pembatasan timbulan sampah, pendauran ulang sampah, dan pemanfaatan kembali
sampah. Pengurangan sampah dapat dilakukan dengan menggunakan bahan yang dapat didaur
ulang atau bahan yang mudah diurai oleh proses alam. Cara yang dapat diterapkan dalam upaya
pengurangan sampah antara lain, menggunakan seminimal mungkin kemasan dan produk yang
menimbulkan sampah, menggunakan kemasan yang dapat dimanfaatkan kembali, menggunakan
kemasan ramah lingkungan, dan memafaatkan kembali sampah.

b. Penanganan Sampah
Penanganan sampah dilakukan dengan cara pemilahan, pengumpulan, pengangkutan, pengolahan,
dan pemrosesan akhir (Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta Nomor 3 Tahun 2013):
- Pemilahan
Pemilahan sampah dilakukan dengan pengelompokan sampah pada wadah yang sesuai dengan
jenis sampah. Sampah yang telah dipilah diletakkan pada wadah berwarna hijau untuk sampah
organik, kuning untuk sampah anorganik, dan merah untuk sampah yang mengandung bahan
berbahaya dan beracun.

- Pengumpulan
Sampah yang akan dikumpulkan berasal dari rumah tangga, kawasan permukiman, komersial,
industri, dan kawasan khusus, fasilitas umum, jalan, taman, saluran air, dan muara sungai atau
kali, pesisir, dan pantai. Pengumpulan dilakukan dari wadah sampah atau sumber sampah ke
TPS, TPS 3R, dan TPST sampai ke TPA.

- Pengangkutan
Pengangkutan sampah kawasan permukiman, komersial, industri, dan kawasan khusus menjadi
tanggung jawan pengelola kawasan dan dapat bekerjasama dengan badan usahan di bidang
kebersihan. Pengangkutan dapat dilakukan oleh petugas kebersihan dengan kendaraan khusus
angkutan sampah dan berdasarkan jadwal yang ditetapkan.

Universitas Pertamina - 5
- Pengolahan
Pengolahan sampah dapat dilakukan dengan cara mengubah karakteristik, komposisi, dan
volume sampah dengan menggunakan teknologi yang ramah lingkungan. Pengolahan sampah
dapat dilakukan di tingkat kelurahan, kecamatan, dan kawasan permukiman, komersial, industri,
dan kawasan khusus.

- Pemrosesan akhir
Pemrosesan akhir sampah dilakukan di Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) untuk mengembalikan
sampah sebelum menuju ke lingkungan secara aman. Penyediaan lahan untuk TPA menjadi
tanggung jawab pemerintah daerah dan disediakan sekurang-kurangnya 1 di setiap wilayah.

2.6 Pengolahan Sampah


Berdasarkan Peraturan Menteri PU Nomor 13 Tahun 2013, proses pengolahan sampah dapat
diklasifikasikan menjadi proses pengolahan fisik, kimia, dan biologi.

2.6.1 Proses Pengolahan Fisik


Proses pengolahan secara fisik merupakan proses pendahuluan dari rangkaian pengolahan sampah.
Jenis proses pengolahan sampah secara fisik adalah sebagai berikut:
a. Proses pencacahan
Proses pencacahan bertujuan untuk memperkecil ukuran partikel sampah dan memperluas
bidang permukaan sentuh sampah yang akan diolah pada proses selanjutnya. Proses ini dapat
mereduksi volume hingga 3 kali lipat atau densitas sampah akan meningkat 3 kali lipat. Proses
ini dianggap wajib untuk proses termal atau biologi agar meningkatkan kinerja proses
selanjutnya.

b. Proses pemilahan berdasarkan densitas (secara gravitasi)


Pemilahan ini umumnya dilakukan untuk sampah plastik. Proses ini dapat dilakukan dengan
peniupan dengan semburan udara atau dengan proses sentrifugasi.

c. Proses pemilahan berdasarkan nilai magnetik


Pemilahan ini umunya dilakukan untuk sampah logam. Proses yang dapat dilakukan adalah
dengan mengikat logam pada magnet berukuran besar.

d. Proses pemilahan berdasarkan nilai adsorbansi/transmitansi (secara optik)


Pemilahan ini digunakan untuk memilah sampah gelas berdasarkan perbedaan nilai transmitansi
gelombang cahaya yang diarahkan. Pada proses ini menggunakan gelombang cahaya, sensor,
dan program komputasi.

2.6.2 Proses Pengolahan Biologi


Proses pengolahan secara biologi merupakan proses yang memanfaatkan mikroorganisme atau
bioproses. Proses pengolahan secara biologis terdiri dari:
a. Proses anaerobik
Proses anaerobik merupakan proses pengolahan sampah dengan oksidasi parsial untuk
mereduksi volume dan daya cemar sampah yang dibantu mikroorganisme anaerobik dan dalam
kondisi tanpa oksigen (udara). Oksidasi parsial dapat mengunci nilai kalor pada produk dari
proses anaerobik, yaitu gas hidrogen, metana, etanol, isopropanol, dan butanol. Pengolahan
dengan anaerobik lebih banyak digunakan untuk menghasilkan gas metana, karena
mikroorganisme untuk menghasilkan gas metana berlimpah di alam, tidak membutuhkan kultur
murni, dan tahan pada kondisi reaktor.

Universitas Pertamina - 6
Proses pengolahan secara anaerobik dapat dilakukan dengan reaktor secara manual dan
mekanik. Proses ini tidak hanya menghasilkan gas bio, namun juga menghasilkan kompos dan
dapat mereduksi volume mencapai 30-50%. Untuk meningkatkan kinerja proses, kadar air dapat
ditingkatkan dengan meresirkulasikan air lindi yang dihasilkan selama proses berlangsung.

b. Proses aerobik
Proses aerobik merupakan proses pengolahan sampah dengan oksidasi parsial untuk mereduksi
volume dan daya cemar sampah yang dibantu mikroorganisme aerobik dalam kondisi dengan
oksigen (udara). Proses ini menghasilkan kompos padat dan kompos cair, tanpa produksi gas
bio. Proses ini dapat mereduksi volume sampah mencapai 40-60%. Proses yang dapat dilakukan
adalah dengan aerasi alami (window composting), dan aerasi dipaksakan (forced aeration).

2.6.3 Proses Pengolahan Kimia


Proses pengolahan kimia umumnya dilakukan dengan menaikkan temperatur, sehingga kandungan
air pada sampah akan berkurang dan akhirnya mengalami proses pembakaran. Berdasarkan tingkat
okdisasinya, pengolahan secara termal terdiri dari:
a. Proses pengeringan
Proses pengeringan bertujuan untuk mereduksi volume dan daya cemar sampah dengan
menguapkan air yang terkandung di dalam sampah. Proses ini dapat mereduksi sampah sampai
20% volume sampah, dan dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar alternatif berbentuk padat
seperti briket.

b. Proses pirolisis
Proses pirolisis bertujuan untuk mereduksi volume dan daya cemar dengan menguapkan air dan
senyawa volatil yang terkandung dalam sampah tanpa oksigen. Proses pirolisis akan
menghasilkan senyawa yang memiliki nilai kalor dalam wujud padat, cair, dan gas.

c. Proses gasifikasi
Proses gasifikasi bertujuan untuk mereduksi volume dan daya cemar sampah dengan
menguapkan air dan senyawa volatil pada sampah dengan adanya oksigen yang terbatas. Proses
ini akan menghasilkan senyawa dengan nilai kalor dalam bentuk gas.

d. Proses insinerasi
Proses insinerasi bertujuan untuk mereduksi volume dan daya cemar sampah dengan
menguapkan air dan volatil pada sampah dengan adanya oksigen berlebih. Proses ini
menghasilkan gas yang tidak memiliki nilai kalor, dan abu yang relatif stabil.

e. Proses plasma gasifikasi


Proses plasma gasifikasi bertujuan untuk mereduksi volume dan daya cemar pada sampah
dengan penguapan menguapkan air dan senyawa volatil pada sampah dengan adanya oksigen
yang terbatas. Proses ini disempurnakan dengan tekanan udara dan tegangan listrik tinggi.
Plasma gasifikasi akan menghasilkan senyawa berwujud gas dengan nilai kalor dengan
kemurnian sangat tinggi serta abu yang sangat stabil.

2.7 Definisi Anaerobic Digestion


Anaerobic digestion adalah proses dekomposisi zat organik yang mudah untuk terurai dan
berlangsung pada kondisi yang dikontrol dan melibatkan berbagai jenis mikroorganisme dalam
kondisi tidak ada oksigen (Ricci & Canfalonieri, 2016). Proses anaerobic digestion diaplikasikan
untuk membantu proses dekomposisi zat organik di dalam reaktor biogas yang kedap udara.

Universitas Pertamina - 7
Pemanfaatan sampah organik menjadi biogas memberikan keuntungan baik keuntungan kompetitif
maupun keuntungan komparatif (Hardoyo et al, 2018). Keuntungan-keuntungan tersebut antara
lain:
1. Menaikkan nilai tambah sumber energi terbarukan karena berasal dari limbah biomassa.
2. Mereduksi limbah yang mempunyai potensi mencemari lingkungan.
3. Meningkatkan perekonomian di daerah dengan penggunaan energi terbarukan dengan harga
terjangkau dan mengurangi kemiskinan.
4. Bahan baku biasanya berupa limbah biomassa yang persediaannya melimpah.
5. Proses produksi ramah lingkungan.
6. Mendukung teknologi tepat guna yang ada di berbagai daerah.
Berdasarkan Pusat Pendidikan dan Pelatihan Jalan, Perumahan, Permukiman, dan Pengembangan
Insfrastruktur Wilayah, Kementerian PUPR (2018), pengolahan sampah organik dengan anaerobic
digester memiliki keuntungan sebagai berikut:
1. Mengubah sampah menjadi produk yang bermanfaat dengan potensi pencemaran kecil, dan
semua produk dari proses anaerobic digester dapat dimanfaatkan.
2. Menghasilkan energi terbarukan, yaitu biogas yang dapat dimanfaatkan menjadi panas, listrik,
bahan bakar kompor, maupun kendaraan.
3. Menghasilkan digestate yang kaya nutrisi dan dapat digunakan sebagai pupuk organik dan
menggantikan pupuk kimia.

2.8 Bahan Baku Biogas


Bahan baku biogas yang dapat digunakan adalah bahan yang berasal dari pertanian (kotoran hewan,
residu sayuran, dan tanaman energi), industri (limbah organik, residu agroindustri, industri
makanan, makanan ternak), dan sampah rumah tangga. Sebagian besar bahan baku diberi pre-
treatment terlebih dahulu berupa pengecilan ukuran partikel secaara mekanis agar dapat
memecahkan molekul lingo-cellulosic dan memudahkan akses mikroorganisme. Karakteristik
bahan baku biogas ditunjukkan pada Tabel 2.1 dan Tabel 2.2.
Tabel 2.1 Jumlah Total Solid dan Volatile Solid Bahan Baku Biogas

Jenis Substrat TS (%) VS (%)


Sampah sayuran 5-20 76-90

Sampah buah-buahan 15-20 75-85

Sampah pasar 28-45 50-80

Sampah dapur 9-37 50-70

Sumber: Vogeli et al (2014)


Tabel 2.2 Rasio C/N Bahan Baku Biogas

Jenis Substrat C/N

Sampah sayuran 10-20


Sisa makanan 12-20

Sampah buah 15-25

Universitas Pertamina - 8
Jenis Substrat C/N

Campuran sampah dapur 20-23


Buah 35

Sumber: Amlinger et al (2005) dalam Ricci & Canfalonieri (2016)

2.9 Hasil Pengolahan dengan Biodigester


Produk utama yang dihasilkan dari proses pada anaerobic digester adalah biogas dan digestate
yang merupakan produk yang bermanfaat dan bernilai ekonomis (Darwin, 2018).
a. Biogas
Biogas adalah gas yang bersifat mudah terbakar yang berasal dari proses fermentasi bahan organik
akibat aktivitas bakteri anaerob. Biogas dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi alternatif
terutama bahan bakar, seperti bahan baku pembangkit listrik, pemanas ruangan, dan pemanas air
dan memiliki nilai kalor sekitar 2 kWh/m3 (Hardoyo et al, 2018).
Sebagian besar biogas mengandung gas metana (CH4) dan kabondioksida (CO2), serta beberapa
kandungan senyawa lain dalam jumlah kecil diantaranya hidrogen sulfida (H2S), ammonia (NH3),
dan lainnya. Komposisi biogas secara umum ditunjukkan pada Tabel 2.3.
Tabel 2.3 Komposisi Biogas secara Umum

Komponen Jumlah (%)

Metana 55-75

Karbondioksida 25-45

Nitrogen 0-0,3

Hidrogen Sulfida 1-5

Sumber: Pertiwiningrum (2016)


Indikator yang dilakukan untuk menilai performa proses di dalam digester adalah biological
methane potential yang mendeskripsikan potensi volume gas metan yang diproduksi per unit berat
substrat atau berat volatile solid (VS). Nilai produksi metana dari berbagai bahan baku ditunjukkan
pada Tabel 2.4
Tabel 2.4 Nilai Produksi Metana dari Berbagai Bahan Baku

Jenis Substrat Nilai Produksi Metana (l/kg VS)

Sampah perkotaan 360-530

Sampah sayur dan buah 420

Sampah domestik rumah tangga 350

Sampah makanan 396

Sumber: Vogeli et al, (2014)


Konsentrasi metana di dalam biogas sangat dipengaruhi oleh komposisi bahan baku, konsorsium
mikroorganisme, dan kondisi operasional di dalam reaktor. Penggunaan gas dengan jumlah metana

Universitas Pertamina - 9
sebesar 30-50% dapat digunakan langsung sebagai bahan bakar, disalurkan melalui sistem
perpipaan, dan menjadi sumber pembangkit listrik melalui generator (Damanhuri dan Padmi,
2016).
b. Digestate
Hasil samping dari proses anaerobic digester adalah digestate yang dapat dimanfaatkan sebagai
pupuk karena mengandung unsur hara bagi tanaman. Bentuk dari digestate dari pengolahan dengan
menggunakan anaerobic digester sistem kering berupa campuran padatan, karena memiliki kadar
air yang lebih rendah, sedangkan pada sistem basah akan menghasilkan digestate dalam bentuk
cairan (Environmental Canada, 2013). Penggunaan digestate sebagai pengganti pupuk kimia
memiliki keuntungan, yaitu lebih ramah lingkungan dan dapat menghemat biaya pembelian pupuk
(Kementerian PUPR, 2018). Digestate lebih ramah lingkungan untuk sistem pertanian karena
penggunaan 1 m3 digestate dapat mengurangi 20-30 kg CO2. Karakteristik dan kuantitas digestate
ditunjukkan pada tabel berikut:
Tabel 2.5 Karakteristik dan kuantitas digestate

Parameter Sistem kering Sistem basah


Densitas 900-1.000 kg/m3 1.200 kg/m3

Kadar air 60% 80%

Kadar padatan 40% 20%

BOD 2.000-5.000 mg/l 1.500-15.000 mg/l


Padatan tersuspensi 50-5.000 mg/l 50-5.000 mg/l

Amonia-N 1.000-3.000 mg/l 1.000-3.000 mg/l

Sumber: Vogeli et al, (2014)


Digestate yang terbentuk adalah residu yang dihasilkan dari penyisihan materi organik dan air,
sehingga jumlah yang dihasilkan dapat diestimasikan apabila nilai persen penyisihan materi
organik dan air diketahui. Dalam digestate mengandung nutrien yang spesifik, tergantung bahan
baku yang digunakan. Kandungan nutrien yang terdapat pada digestate antara lain nitrogen, fosfat,
kalium oksida, magnesium, dan sulphur. Nitrogen yang dihasilkan dari bahan baku sampah
makanan akan lebih banyak daripada kotoran ternak.

2.10 Proses Biokimia dalam Biodigester


Proses yang terjadi pada biodigester untuk menghasilkan biogas terdiri dari empat tahapan, yaitu
tahap hidrolisis, asidogenesis, asetogenesis, dan metanogenesis.
Proses pembentukan biogas secara umum adalah sebagai berikut
Mikroorganisme anaerobik
Bahan organik CH4 + CO2 + H2 + NH3 + H2S

2.10.1 Hidrolisis
Tahap hidrolisis merupakan tahap pertama dalam pembentukan biogas dan merupakan tahapan
yang berjalan paling lama. Bahan-bahan organik yang mengandung selulosa, hemiselulosa, protein,
dan karbohidrat diurai menjadi senyawa yang lebih sederhana. Mikroorganisme yang berperan
pada tahap ini menghasilkan enzim selulotik, lipotik, dan proteolitik yang akan menguraikan

Universitas Pertamina - 10
substrat organik . Pada proses ini akan mengalami penurunan pH karena terjadi perombakan
selulosa menjadi asam organik (Susilo et al, 2017). Bakteri yang berperan dalam proses hidrolisis
adalah clostridium thermocellum, pseudomonas fluorescens cellulasae, dan lainnya (Soewedo,
1983). Untuk mempercepat proses hidrolisis, pre-treatment berupa pencacahan agar dapat
memperluas kontak bahan dengan bakteri (Darwin, 2018).
Reaksi penguraian oleh bakteri pada proses hidrolisis adalah
(C6H10O5)n + n H2O  n (C6H12O6)

2.10.2 Asidogenesis
Tahap asidogenesis merupakan tahap kedua dalam pembentukan biogas. Pada tahap ini materi
organik hasil proses hidrolisis diubah menjadi asam lemak, asam laktat, alkohol oleh
mikroorganisme asidogenik (Hardoyo et al, 2018). Bakteri asidogenik tumbuh pada rentang pH
4,5-8 (Damanhuri dan Padmi, 2018). Bakteri yang berperan dalam proses ini adalah streptacocci,
bacteriodes, dan enterobactericeae (Susilo et al, 2017).
Reaksi penguraian oleh bakteri pada proses asidogenesis adalah sebagai berikut:
C6H12O6  CH3CH2COOH + 2CO2 + 2H2

2.10.3 Asetogenesis
Tahap asetogenesis merupakan tahap ketiga dalam pembentukan biogas. Pada tahap ini hasil dari
proses asidogenesis diuraikan menjadi asam asetat oleh bakteri asetogenik (Hardoyo et al, 2018).
Yang termasuk bakteri asetogen diantaranya desulfovibrio, lactobacillus sp., streptococcus sp.
(Susilo et al, 2017). Pada tahap ini bakteri juga memproduksi hidrogen dan karbondioksida.
Reaksi penguraian oleh bakteri asetogenik adalah sebagai berikut:
CH3CH2OH + CO2  CH3COOH + 2H2
CH3CH2COOH + 2H2O  CH3COOH + CO2 + 3H2

2.10.4 Metanogenesis
Tahap metanogenesis merupakan tahap terakhir dalam pembentukan biogas. Pada tahap ini terjadi
pembentukan gas metan. Tahap metanogenesis melibatkan 2 jenis kelompok bakteri yang berbeda,
yaitu bakteri metanogen asetropik yang menguraikan asam asetat menjadi gas metan dan CO2, serta
bakteri metanogen hidrogenotropik yang akan mereduksi CO2 menjadi gas metan (Hardoyo et al,
2018). Mikroorganisme yang berperan pada proses ini adalah obligatory anaerobic
microorganisms atau strict anaerobes yang tumbuh pada pH 6,5-8 (Darwin, 2018).
Reaksi yang terjadi pada tahap metanogenesis adalah sebagai berikut:
CH3COOH  CH4 + CO2

2.11 Faktor yang Berpengaruh dalam Biodigester


Beberapa faktor lingkungan dapat berpengaruh terhadap dekomposisi sampah pada proses di
biodigester. Untuk mendapatkan produksi biogas yang optimum, ada beberapa faktor yang harus
diperhatikan, diantaranya adalah:
1. Ketersediaan Oksigen
Kondisi tidak adanya oksigen menjadi syarat mutlak dalam proses secara anaerob seperti
biodigester. Bakteri metanogen adalah bakteri yang hidup dalam kondisi tanpa oksigen,
sehingga kehadiran oksigen dapat menghambat pertumbuhan bakteri metanogen (Damanhuri

Universitas Pertamina - 11
dan Padmi, 2018). Berdasarkan hal tersebut, reaktor yang dapat digunakan adalah anaerobic
digester.

2. Ukuran Substrat
Ukuran substrat berpengaruh terhadap dekomposisi sampah. Semakin besar rasio luas
permukaan terhadap volume akan menyebabkan semakin kecilnya ukuran substrat dan
dekomposisi akan berlangsung lebih cepat (Damanhuri dan Padmi, 2018). Sehingga, perlu
untuk dilakukan pencacahan terlebih dahulu.

3. pH
Kondisi pH yang optimum agar mencapai proses yang stabil dan produksi biogas yang
maksimum adalah 6,5-7,5 (Alvarez, 2003). Proses hidrolisis dan asidogenesis akan menurunkan
pH, dan pH kembali netral pada proses metanogenesis (Khalid et al, 2011). Untuk mencapai pH
yang optimum dapat ditambahkan asam atau basa sebelum substrat dimasukkan ke dalam
reaktor.

4. Rasio C/N
Rasio C/N berpengaruh terhadap kebutuhan nutrisi pada proses biodigester. Bakteri dapat
memakan unsur C dalam sampah tiga kali lebih cepat dari unsur N, sehingga perbandingan yang
baik adalah 30 (Susilo et al, 2017).
5. Inokulasi dan Start-up
Penambahan inokulum dapat mempengaruhi waktu detensi dalam proses pengolahan sampah
dengan anaerobic digester. Persamaan yang digunakan untuk menentukan inoculum factor
adalah sebagai berikut (Brummeler, 1993):

I =

Dengan keterangan sebagai berikut:


I = Inoculum factor
R = Banyaknya inokulum yang ditambahkan (m3/hari)
Q = Laju alir substrat/sampah yang akan diolah (m3/hari)

6. Laju Beban Organik


Laju beban organik atau organik loading rate (OLR) merupakan nilai yang menunjukkan
banyaknya substrat yang dapat diolah pada reaktor pada volume dan waktu tertentu (Vogeli et
al, 2014). Nilai OLR berkisar 4-8 kgVS/m3 dalam 1 hari (Lohri, 2012).

7. Waktu Detensi
Waktu detensi ini dipengaruhi oleh jenis sampah yang akan diolah termasuk rasio penambahan
digestate. Waktu detensi sampah dengan kandungan total solid tinggi, yaitu 22-40% adalah
selama 15 hari, sedangkan bahan baku dengan total solid kurang dari 10 hari membutuhkan
waktu 30-60 hari (Stenstrom,1981 dalam Damanhuri dan Padmi, 2018). Menurut Brummeler
(1993), dalam mengolah sampah organik sayur, buah, dan kebun setelah 15 hari laju produksi
gas akan menurun.

8. Zat Toksik
Zat toksik yang terdapat di dalam bahan organik dapat menjadi penghambat pertumbuhan
mikroorganisme yang menyebabkan penurunan produksi biogas. Zat yang dapat menjadi toksik
adalah amonia dengan konsentrasi di atas 1.400 mg/L (Chen et al, 2008 dalam Vogeli et al,
2014).

Universitas Pertamina - 12
9. Volume Efektif
Volume efektif merupakan volume reaktor maksimum terisi bahan baku dan inokulum. Volume
efektif ini adalah sebesar 75% dari total volume reaktor (Vogeli et al, 2014), dan lebihnya
digunakan untuk menampung gas yang akan terbentuk dan meletakkan sprinkler untuk
resirkulasi lindi. Ilustrasi kebutuhan volume untuk reaktor biocel ditunjukkan pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1 Volume Reaktor (Diadaptasi dari Vogeli et al, 2014)

2.12 Klasifikasi Biodigester

2.12.1 Jenis Digester Berdasarkan Kandungan Total Solid


Berdasarkan kandungan total solid yang terdapat di dalam substrat, teknologi anaerobic digester
dikategorikan menjadi sistem kering dan sistem basah. Pada digester sistem kering, substrat
ditumpuk di dalam digester dan tidak terendam di dalam air. Perbedaan anaerobic digester sistem
kering dan sistem basah ditunjukkan pada Tabel 2.5.
Tabel 2.6 Jenis Digester Berdasarkan Kandungan Total Solid

Sistem Kering Sistem Basah


Total solid > 20 % Total solid < 16 %
Volume reaktor kecil Volume reaktor besar
Tidak dapat mengolah inert dan plastik Masih dapat mengolah inert dan plastik
Organik loading rate lebih tinggi Organik loading rate rendah
Menggunakan air yang lebih sedikit Menggunakan banyak air
Menggunakan energi panas lebih kecil Menggunakan energi panas lebih banyak
Sumber: Vogeli et al (2014), Vandevivere (2001)

Pada sistem kering, tipe anaerobic digester yang dapat digunakan adalah biocel, dranco, valorga,
dan kompogas (Nayono, 2010). Sedangkan pada sistem basah, tipe anaerobic digester yang dapat
digunakan adalah fixed dome, floating drum, dan tubular (Vogeli et al, 2014).

2.12.2 Jenis Digester Berdasarkan Cara Pengisian Bahan Baku

Berdasarkan cara pengisian bahan baku, anaerobic digester dapat dilakukan dengan batch atau
continuous. Anaerobic digester dengan sistem continuous merupakan sistem dengan bahan baku
ditambahkan secara teratur. Sedangkan sistem batch merupakan sistem dengan mengisi reaktor
dengan bahan baku kemudian ditutup dan ditunggu dalam beberapa waktu, lalu dikosongkan dan
baru dapat diisi kembali.

Universitas Pertamina - 13
Tipe reaktor anaerobic digester berdasarkan kandungan total solid dan cara pengisian bahan baku
menurut Nayano (2010), dan Vogeli et al (2014) ditunjukkan oleh gambar berikut:

Anaerobic Digester

Sistem Kering Sistem Basah

Continuous Batch Continuous Batch

Dranco Biocel Fixed Dome -

Valorga Biocel Floating Biocel


Drum
Kompogas
Tubular

Gambar 2.2 Tipe Anaerobic Digester (Diadaptasi dari Nayono, 2010 dan Vogeli et al,
2014)

2.12.3 Temperatur

Berdasarkan temperatur operasi, sistem pengolahan dengan anaerobic digester dibedakan menjadi
mesofilik dan termofilik. Temperatur mesofilik dianggap lebih stabil dan membutuhkan energi
yang lebih sedikit.

2.12.4 Jumlah Tahapan Pengolahan

Berdasarkan jumlah tahapannya, sistem pengolahan dengan anaerobic digester dibedakan menjadi
single-stage dan multi-stage. Single stage cocok digunakan untuk mengolah sampah yang
berukuran kecil dan terpusat, sedangkan multi-stage cocok digunakan untuk instalasi anaerobic
digester dengan kapasitas lebih dari 50.000 ton/tahun (Vogeli et al, 2014).

2.13 Reaktor Anaerobic Digester


Kriteria desain pengolahan sampah dengan anaerobic digester sistem kering dapat dilihat pada
tabel berikut:
Tabel 2.7 Kriteria Desain Pengolahan Sampah dengan Anaerobic Digester Sistem Kering

Parameter Nilai Satuan Sumber

Total solid > 20 % Vogeli, et al (2014

Waktu detensi 15-21 hari Brummeler (2000)

Organic loading rate <7 kgVS/m3/hari Kim dan Oh (2008)


Produksi biogas 0,17-0,1 m3 / kgVS Cavinato, et al (2008)

Universitas Pertamina - 14
Kriteria desain pengolahan sampah dengan anaerobic digester sistem basah dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 2.8 Kriteria Desain Pengolahan Sampah dengan Anaerobic Digester Sistem Basah

Parameter Nilai Satuan Sumber

Total solid < 16 % Vogeli et al (2014)

Waktu detensi 20-40 hari Tchobanoglous et al (1993)

Organic loading rate < 6,49 kgVS/m3/hari Stenstrom (1981)

Produksi biogas 0,36 m3 CH4/ kgVS Lohri (2012)

2.13.1 Anaerobic Digester Sistem Kering


Tipe reaktor yang digunakan untuk anaerobic digester sistem kering adalah biocel, dranco,
valorga, dan kompogas.
1. Biocel
Biocel merupakan pengolahan sampah dengan anaerobic digester sistem batch berbentuk kotak
dari beton.Biocel efektif untuk mengolah sampah dengan total solid yang tinggi yaitu 30-40%. Tipe
ini cocok digunakan pada suhu mesofilik (Brummeler, 1993). Sebelum dimasukkan ke digester,
bahan baku yang berupa sampah organik dicampur dengan inokulum. Inokulum ini adalah
digestate yang dihasilkan dari proses pengolahan sebelumnya. Selama proses pengolahan
berlangsung, air lindi yang dihasilkan diresirkulasikan kembali ke proses Waktu detensi sistem ini
adalah 15-21 hari (Nayono, 2010). Ilustrasi anaerobic digester ditunjukkan pada Gambar 2.2.

Gambar 2.3 Biocel (Nayono, 2010)

2. Dranco
Dranco merupakan reaktor anaerobic digester yang digunakan untuk sistem kering pada suhu
termofilik. Pada sistem ini menggunakan reaktor vertical plug-flow. Sebelum dimasukkan, bahan
baku dicampur dengan digestate terlebih dahulu. Campuran digetate dan bahan baku ditambahkan
uap air agar suhu campuran mencapai suhu yang diinginkan. Proses ini efektif pada kandungan
total solid 20–50% (Vandevivere, 2002). Ilustrasi anaerobic digester tipe dranco ditunjukkan pada
Gambar 2.3

Universitas Pertamina - 15
Gambar 2.4 Dranco (Nayono, 2010)

3. Valorga
Valorga merupakan reaktor anaerobic digester yang berbentuk vertical plug flow. Valorga dapat
beroperasi pada suhu termofilik dan mesofilik, dan di dalam reaktor terdapat dinding partisi 2/3
diameter reaktor. Selama proses berlangsung, dilakukan injeksi resirkulasi biogas bertekanan tinggi
setiap 15 menit (Nayono, 2010). Waktu detensi untuk anaerobic digester jenis ini adalah 18-21
hari. Ukuran bahan baku sampah yang akan masuk ke dalam reaktor adalah <80 mm dengan kadar
solid optimal yaitu 25-32% (Mes, 2003). Ilustrasi reaktor valorga ditunjukkan pada Gambar 2.4

Gambar 2.5 Valorga (Nayono, 2010)

4. Kompogas
Kompogas merupakan pengolahan anaerobic digester sistem kering dengan bentuk horizontal
plug-flow pada suhu termofilik. Di dalam reaktor terdapat impeller yang digunakan untuk
mencampur bahan baku. Kandungan total solid yang efektif adalah sebesar 23-28% sehingga
dibutuhkan penambahan air. Total solid yang tinggi menyebabkan hambatan dalam aliran reaktor
(Nayono, 2010). Waktu detensi tipe ini adalah 15-20 hari. Ilustrasi anaerobic digester kompogas
ditunjukkan pada Gambar 2.5.

Universitas Pertamina - 16
Gambar 2.6 Kompogas (Nayono, 2010)

2.13.2 Anaerobic Digester Sistem Basah


Sistem dari tipe anaerobic digester sistem basah adalah continuous feedig yang terdiri dari fixed
dome, floating drum, dan tubular.
1. Fixed Dome
Bentuk dari reaktor ini adalah kubah tertutup yang diletakkan di bawah tanah untuk menjaga
digester dari suhu yang menurun pada malam hari. Pada negara berkembang, pengoperasian reaktor
ini dilakukan dalam kondisi semi batch dan tanpa pengadukan (Kementerian PUPR, 2018).
Keuntungan dari reaktor fixed dome adalah biaya konstruksi rendah, tidak ada bagian yang
berpindah/bergerak, memiliki umur pakai yang panjang, dan teknologi yang digunakan sangat
sederhaa. Namun, reaktor jenis ini berpotensi terjadi kebocoran (Vogeli et al, 2014). Ilustrasi
reaktor fixed-dome dirtunjukkan pada Gambar 2.7.

Gambar 2.7 Fixed Dome (Vogeli et al, 2014)

2. Floating Drum
Bentuk dari reaktor ini adalah silinder dengan bagian atas untuk menyimpan gas. Jenis reaktor ini
biasanya dikonstruksikan di bawah tanah. Kelebihan dari reaktor jenis ini adalah operasional
sederhana dan mudah, volume gas yang dihasilkan terlihat dengan jelas, dan tekanan gas konstan.
Kekurangan dari floating drum adalah biaya konstruksi yang lebih mahal dan memiliki umur pakai
yang lebih pendek (Vogeli et al, 2014). Ilustrasi reaktor floating drum ditunjukkan pada Gambar
2.8.

Universitas Pertamina - 17
Gambar 2.8 Floating Drum (Vogeli et al, 2014)

3. Tubular
Bentuk dari digester ini adalah seperti balon dan terbuat dari plastik atau karet yang tahan terhadap
cuaca. Anaerobic digester tipe tubular hanya cocok digunakan dengan sistem basah dan continuous
(Kementerian PUPR, 2018). Digester tubular ini diletakkan di dalam tanah dengan kemiringan 2-
5% agar bahan baku dapat mengalir dari inlet ke outlet secara gravitasi. Kelebihan dari anaerobic
digester tipe tubular adalah biaya konstruksi rendah, mudah ditransportasikan, pengosongan dan
pemeliharaan digester sederhana. Kekurangan dari tipe ini adalah umur pakai yang rendah, sangat
rentang terjadi kerusakan, dan akumulasi lumpur di dalam digester sulit untuk dibersihkan. Ilustrasi
tubular ditunjukkan pada Gambar 2.9.

Gambar 2.9 Tubular (Vogeli et al, 2014)

2.14 Pemanfaatan Biogas


Dalam pemanfaatan biogas terdapat tingkatan penggunaan biogas dari skala kecil sampai skala
yang lebih tinggi. Berdasarkan Environment Canada (2013), penggunaan biogas dari skala kecil
sampai besar dibagi berdasarkan jenis penggunaan biogas.
- Skala kecil, yaitu pemanfaatan biogas yang paling sederhana. Biogas dikonversi ke dalam
bentuk panas atau digunakan sebagai bahan bakar boiler.
- Skala sedang, biogas yang dihasilkan dapat dimanfaatkan sebagai listrik menggunakan
generator berbahan bakar gas.
- Skala besar, biogas dimanfaatkan sebagai bahan bakar kendaraan bermotor, dan dikonversi
menjadi compressed natural gas atau liquefied natural gas.

Universitas Pertamina - 18
2.15 Proses Desain
Dalam proses perancangan terdapat beberapa langkah. Menurut Mosborg et al (2005) tahapan
dalam proses desain terdiri dari problem definition, gather information, generate alternative
solutions, analysis, selection, dan implementation.

Problem Definition

Gather Information

Generate Alternative Solution

Analysis/Evaluation

Selection

Implementation

Gambar 2.10 Tahapan Prose Desain (Mosborg et al, 2005)

Pada tahap problem definition, ditentukan tujuan apa yang harus dipenuhi dalam suatu
permasalahan. Selanjutnya pada tahap gather information dilakukan pengumpulan informasi sesuai
dengan masalah yang akan diselesaikan. Pada tahap ini dapat digunakan asumsi apabila informasi
yang diinginkan tidak tersedia. Tahap selanjutnya adalah generate alternative solutions, yaitu
mengembangkan solusi untuk masalah tersebut dengan kreatif dan berdasarkan informasi yang
dikumpulkan. Selanjutnya dilakukan analysis terhadap alternatif yang akan dipilih berdasarkan
kriteria yang ditetapkan. Tahapan berikutnya adalah selection, pada tahap ini diputuskan alternatif
terbaik yang memenuhi kriteria desain yang diinginkan dan telah dipertimbangkan kendala yang
akan dihadapi dari aternatif tersebut. Tahap terakhir dalam proses desain ini adalah implementation,
yaitu mengimplementasikan alternatif terpilih ke dalam produk, sistem, atau desain.

2.14.1 Penentuan Alternatif Solution dengan Kepner Tregoe Decision Analysis

Salah satu metode yang dapat digunakana untuk menetapkan pilihan dari berbagai alternatif adalah
Kepner Tregoe Decision Analysis. Dalam mengambil keputusan ditetapkan berdasarkan kriteria
must dan want. Metode ini telah digunakan pada berbagai bidang, seperti manajemen bisnis,
manajemen lingkungan dan remediasi, dan pembangunan infrastruktur (Lieske dan Hamerlinck,
2009). Tahapan yang digunakan dalam metode Kepner Tregoe Decision Analysis adalah sebagai
berikut (Kepner and Tregoe, 2005):
1. Menetapkan masalah
2. Menentukan tujuan
3. Mengklasifikasikan tujuan menjadi kriteria must dan want
4. Menganalisis alternatif dengan kriteria must
5. Membandingkan alternatif dengan kriteria want
6. Mengidentifikasi konsekuensi yang timbul (adverse consequences)
7. Menetapkan pilihan yang terbaik

Universitas Pertamina - 19
Kriteria must diberi peringkat menggunakan skala Go dan No Go, alternatif yang mendapatkan
hasil No Go adalah alternatif yang tidak memenui kriteria desain dan tidak perlu dilanjutkan ke
tahap selanjutnya. Kriteria want dinilai pada skala 1-10, 1 menunjukkan nilai terendah dan 10 nilai
tertinggi. Kemudian setiap alternatif juga dinilai berdasarkan nilai yang ditetapkan.

Universitas Pertamina - 20
Universitas Pertamina - 3
BAB III
KONSEP PERANCANGAN
Perancangan yang akan dilakukan berdasarkan diagram alir yang diuraikan pada bagian ini. Pada
konsep perancangan juga berisikan informasi yang terdiri dari pertimbangan perancangan, analisis
teknis, dan alat dan bahan yang dibutuhkan dalam perancangan pengolahan sampah dengan
biodigester di Unit Pasar Besar Kebayoran Lama.

3.1 Diagram Alir Perancangan


Diagram alir perancangan berisikan tahapan dalam proses perancangan pengolahan sampah dengan
biodigester di unit Pasar Besar Kebayoran Lama. Perancangan biodigester ini berdasarkan
engineering design process oleh Masborg (2005), yaitu terdiri dari problem definition, gather
information, generate alternative solution, analysis, selection, dan implementation. Diagram alir
untuk perancangan biodigester ditunjukkan oleh Gambar 1.

Mulai

Identifikasi Masalah

Studi Pustaka

Data Primer dan


Pengumpulan Data
Data Sekunder

Menentukan Alternatif Solusi

Penetapan Fasilitas
Analisis Alternatif Solusi
dan Jenis Biodigester

Perhitungan Dimensi
Pengolahan Dengan
Biodigester

Layout Fasilitas
Pengolahan dan Gambar
Teknik Biodigester

Selesai

Gambar 3.1 Diagram Alir Perancangan

Tahapan pertama dalam perancangan ini adalah identifikasi masalah yang telah dijabarkan pada
bagian latar belakang dan rumusan masalah. Kemudian dilakukan pengumpulan data, data primer

Universitas Pertamina - 21
yang digunakan berupa hasil pengamatan komposisi dan bentuk sampah yang dihasilkan di UPB
Kebayoran Lama, dan data sekunder yang akan digunakan adalah timbulan sampah organik di UPB
Kebayoran Lama yang didapat dari Perusahaan Daerah Pasar Jaya Kebayoran Lama area 11, dan
kriteria desain dalam pengolahan sampah dengan biodigester. Selanjutnya, ditetapkan alternatif
solusi mengenai jenis-jenis biodigester yang dapat digunakan dalam pengolahan sampah organik
sesuai dengan karakteristik sampah di UPB Kebayoran Lama. Kemudian alternatif tersebut
dianalisis berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan sehingga mendapatkan alternatif terpilih.
Tahap terakhir yaitu melakukan perhitungan dimensi biodigester dan fasilitas pendukung lainnya
yang disesuaikan dengan kebutuhan lahan, dan dilanjutkan dengan desain layout dan gambar teknik
biodigester.

3.2 Pertimbangan Perancangan


Hal-hal yang menjadi pertimbangan dalam perancangan biodigester disesuaikan dengan
persyaratan dan kriteria desain agar digester dapat menghasilkan biogas dengan maksimal.
Perancangan biodigester ini dipengaruhi beberapa faktor yang akan menentukan ukuran reaktor
biodigester seperti karakteristik sampah, volume sampah setelah pencacahan, penambahan
inokulum atau bahan lainnya yang diperlukan, dan volume efektif reaktor. Selain itu, lokasi
perancangan juga dipertimbangkan untuk menentukan luas lahan yang tersedia. Lokasi
pembangunan yang berpotensi untuk dibangun pengolahan sampah organik menjadi biogas adalah
di Jalan Raya Kebayoran Lama, dan terletak di dekat Unit Pasar Besar Kebayoran Lama. Jarak dari
Pasar ke lokasi ini sekitar 50 m. Lokasi berwarna kuning menunjukkan lokasi yang berpotensi
untuk dibangun instalasi biodigester yaitu sebesar 750 m3, sedangkan lokasi berwarna merah
menunjukkan lokasi Unit Pasar Besar Kebayoran Lama. Peta lokasi pembangunan dan Unit Pasar
Besar Kebayoran Lama ditunjukkan pada Gambar 3.2.

Gambar 3.2 Lokasi Perancangan Biodigester


(Sumber: Google Earth, diakses 22/6/2020)
3.3 Analisis Teknis
Berdasarkan pertimbangan perancangan, perancangan biodigester dapat didasarkan pada kriteria
desain pada Tabel 2.7 dan 2.8, serta Peraturan Daerah DKI Jakarta Nomor 3 Tahun 2013, dan
Peraturan Menteri PUPR Nomor 3 Tahun 2013. Timbulan sampah yang digunakan pada
perancangan ini adalah jumlah timbulan maksimal agar perancangan dapat mengakomodasi seluruh
sampah yang dihasilkan. Penentuan jenis reaktor yang tepat akan dipilih dengan metode Kepner
Tregoe Decision Analysis dengan kriteria yang telah dipertimbangkan agar perancangan mendapat
hasil yang optimal.

Universitas Pertamina - 22
3.4 Peralatan dan Bahan
Untuk mendesain biodigester di Unit Pasar Besar Kebayoran Lama dibutuhkan perangkat keras
berupa laptop, dan perangkat lunak berupa Microsoft Word, Microsoft Excel, AutoCAD, dan
SketchUP untuk mendesain biodigester.

Universitas Pertamina - 23
Universitas Pertamina - 20
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Timbulan dan Karakteristik Sampah Pasar


Berdasarkan data yang sudah didapat dari Perusahan Daerah UPB Kebayoran Lama, rata-rata total
sampah yang dihasilkan UPB Kebayoran Lama adalah sebagai berikut:
Tabel 4.1 Timbulan Sampah di UPB Kebayoran Lama

Organik Anorganik B3 Jumlah

6,89 m3/hari 6,07 m3/hari 0,46 m3/hari 13,42 m3/hari

Sumber: PD Pasar Jaya (2019)


Berdasarkan data tersebut, dapat dilihat bahwa sampah organik merupakan sampah yang paling
banyak dihasilkan di UPB Kebayoran Lama sehingga berpotensi untuk diolah dengan anaerobic
digester. Sampah organik yang dihasilkan berupa sisa sayur, sisa buah, dan makanan. Sampah
anorganik yang dihasilkan adalah sampah yang sulit terurai seperti kaleng dan plastik. Sedangkan
sampah B3 yang dihasilkan adalah sampah medis, dan elektronik. Persentase timbulan sampah di
UPB Kebayoran Lama ditunjukkan pada Gambar 4.1

Persentase Timbulan Sampah


di UPB Kebayoran Lama
4%

Organik
Anorganik
45% 51%
B3

Gambar 4.1 Persentase Timbulan Sampah di UPB Kebayoran Lama

Dalam menentukan jenis anaerobic digester yang digunakan, perkiraan produksi biogas, dan
produksi digestate yang dihasilkan diperlukan analisis karakteristik sampah. Parameter yang
dianalisis terdiri dari kadar air, kadar solid, kadar volatil, dan kadar abu. Metode yang dapat
digunakan untuk menganalisis parameter tersebut ditunjukkan pada Tabel 4.2.
Tabel 4. 2 Metode Analisis Karakteristik Sampah

Parameter Metode
Kadar air SNI 01-3182-1992
Kadar volatil SMEWW-2540-G
Karbon organik ERASC 2002

Universitas Pertamina - 24
Berdasarkan Master Plan dan Kajian Akademis Persampahan Provinsi DKI Jakarta (Dinas
Lingkungan Hidup DKI Jakarta, 2015), karakteristik sampah pasar ditunjukkan pada Tabel 4.3.

Tabel 4.3 Karakteristik Sampah di Pasar Jakarta

Parameter Nilai

Kadar air 56,58 %

Kadar volatil 89,74 %

Sumber: Dinas Lingkungan Hidup Provinsi DKI Jakarta (2015)


Kadar air sampah di pasar Jakarta sebesar 56,58% dan kadar volatil sampah di pasar adalah
89,74%. Nilai tersebut merupakan campuran dari sampah organik dan anorganik di pasar, sehingga
untuk sampah organik nilai kadar air akan lebih besar dari 56,58 %. Sedangkan untuk kadar volatil
sampah dari sampah organik pasar, akan kurang dari 89,74%. Berdasarkan Eder and Schulz (2007),
dalam Vogeli, et al (2014), karakteristik sampah organik pasar di Jerman adalah sebagai berikut:

Tabel 4.4 Karakteristik Sampah Organik Pasar

Parameter Nilai
Kadar air 55-72 %
Kadar solid 28-45 %
Kadar volatil 50-80 %BK
Kadar abu 20-50 % BK
Sumber: Eder and Schulz (2007), dalam Vogeli et al (2014)
Berdasarkan data tersebut, nilai kadar air sampah organik di pasar masuk dalam rentang 55-72%
dan kadar volatil masuk dalam rentang 50-80%. Menurut penelitian oleh Agatha (2017) dan
Setyarti (2017), karakteristik sampah organik di Pasar Kosambi dan Pasar Cihaurgeulis Bandung
adalah sebagai berikut:
Tabel 4.5 Karakteristik Sampah Organik di Pasar Bandung

Parameter Pasar Kosambi Pasar Cihaurgeulis

Kadar solid 33,96 % 32,5 %

Kadar air 66,04 % 67,49 %

Kadar volatil 82,75 % 83,23 %

Kadar abu 17,25 % 16,76 %

Sumber: Agatha (2017) dan Setyarti (2017)


Kadar air sampah organik di Pasar Kosambi dan Pasar Cihaurgeulis berturut-turut adalah 66,04%
dan 67,49%, sedangkan kadar volatil sampah sebesar 82,75% dan 83,23%. Karakteristik sampah
organik di Bandung dan karakteristik sampah campuran di pasar Jakarta berdasarkan data di atas
dapat digunakan untuk memperkirakan karakteristik sampah di Unit Pasar Besar Kebayoran Lama.
Berdasarkan data tersebut, nilai kadar air di Unit Pasar Besar Kebayoran Lama dapat diasumsikan
sebesar 67%, nilai ini masih termasuk di dalam rentang karakteristik sampah organik pasar menurut
Eder and Schulz (2007). Kadar volatil di Unit Pasar Besar Kebayoran Lama dapat diasumsikan
sebesar 83%. Nilai ini sedikit lebih besar dari hasil penelitian sampah menurut Eder and Schulz
(2007), karena perbedaan komposisi sampah yang dihasilkan dari Jerman dan Indonesia. Kadar

Universitas Pertamina - 25
volatil dipengaruhi oleh besarnya kandungan organik pada suatu bahan, semakin tinggi kadar
organik maka semakin besar nilai kadar solid sampah tersebut (Damanhuri dan Padmi, 2018). Nilai
karakteristik sampah di Unit Pasar Besar Kebayoran Lama ditunjukkan pada Tabel 4.6.
Tabel 4.6 Asumsi Karakteristik Sampah Organik di UPB Kebayoran Lama

Parameter Nilai
Kadar air 67 %
Kadar solid 33 %
Kadar volatil 83 %BK
Kadar abu 17 % BK

4.2 Alternatif Solusi


Alternatif solusi yang akan dikaji meliputi jenis anaerobic digester yang tepat untuk diterapkan di
UPB Kebayoran Lama.

4.2.1 Analisis Alternatif Anaerobic Digester Berdasarkan Kadar Solid


Sistem teknologi dalam anaerobic digester adalah sistem basah dan sistem kering. Perbandingan
sistem basah dan sistem kering ditunjukkan pada tabel berikut:

Tabel 4.7 Perbandingan Anaerobic Digester Sistem Kering dan Sistem Basah

Sistem Kering Sistem Basah


Kadar solid > 20 % Kadar solid < 16 %
Volume reaktor kecil Volume reaktor lebih besar
Tidak dapat mengolah inert dan plastik Masih dapat mengolah inert dan plastik
Menggunakan air yang lebih sedikit Menggunakan banyak air
Menggunakan energi panas lebih kecil Menggunakan energi panas lebih banyak
Sumber: Vogeli et al, (2014), Vandevivere (2001)

Berdasarkan tabel di atas, perbandingan anaerobic digester sistem kering dan sistem basah
dibedakan berdasarkan kadar solid, ukuran reaktor, kemampuan pengolahan, penggunaan air, dan
energi. Kandungan total solid sampah yang akan diolah pada perancangan ini adalah sebesar 33%,
sehingga jenis anaerobic digester yang cocok diganakan adalah sistem kering. Volume reaktor
yang diharapkan pada perancangan ini berukuran seminimalnya agar dapat mengoptimalkan lahan
yang tersedia, berdasarkan hal tersebut anaerobic digester sistem kering lebih uggul. Sistem kering
tidak dapat mengolah inert dan plastik, namun hal ini tidak berpengaruh karena yang akan diolah
adalah sampah organik yang terdiri dari sisa sayur, buah dan makanan. Penggunaan air dan energi
sedikit juga menjadi kelebihan dari sistem kering.

Jika melihat perbandingan dari kedua sistem tersebut, anaerobic digester sistem kering memiliki
lebih banyak keunggulan. Berdasarkan pertimbangan kandungan total solid, kebutuhan lahan, dan
kebutuhan air dan energi, maka dipilih anaerobic digester sistem kering.

4.2.2 Kriteria Dalam Pemilihan Anaerobic Digester Sistem Kering


Reaktor anaerobic digester sistem kering yang dapat diterapkan adalah jenis biocel, kompogas,
dranco, dan valorga. Untuk menentukan jenis reaktor yang akan dipilih digunakan metode Kepner
Tregoe Decision Analysis (KTDA). Metode ini dipilih karena setiap kriteria yang ditetapkan
memiliki prioritas dan nilai tersendiri sehingga memudahkan dalam proses seleksi. Selain itu,

Universitas Pertamina - 26
alternatif yang tidak memenuhi kriteria wajib atau must tidak perlu dianalisis lebih lanjut sehingga
dapat menghemat waktu dalam proses pemilihan alternatif. Metode ini juga telah banyak
digunakan dalam berbagai bidang, termasuk manajemen lingkungan dan perancangan infrastruktur
(Lieske dan Hamerlinck, 2009). Kriteria must dan want yang akan dianalisis pada alternatif
pemilihan jenis anaerobic digester adalah sebagai berikut:
a. Penetapan Kriteria Must
Kriteria must menjadi parameter wajib dalam menentukan alternatif yang akan dipilih. Berdasarkan
hasil studi literatur, parameter yang menjadi kriteria must pada perancangan ini adalah reaktor
dapat digunakan pada suhu mesofilik. Pengoperasian pada suhu mesofilik, yaitu 20-40OC menjadi
keharusan pada perancangan ini karena disesuaikan pada kondisi lapangan, sehingga tidak
membutuhkan energi tambahan untuk pemanasan reaktor dan dapat meminimalkan biaya
operasional.
Tabel 4.8 Nilai Kriteria Must

Suhu Nilai

Mesofilik Go

Termofilik No Go

b. Penetapan Kriteria Want


Kriteria want merupakan kriteria yang diinginkan dalam perancangan biodigester. Setiap kriteria
memiliki nilai bobot sesuai dengan yang telah ditetapkan. Nilai bobot untuk setiap kriteria want
adalah sebagai berikut:
Tabel 4.9 Bobot Kriteria Want

Nilai Bobot Keterangan


10 Sangat penting

8 Penting

6 Agak penting

4 Tidak penting

2 Sangat Tidak penting

Parameter want dalam perancangan ini adalah mudah dioperasikan, dan tidak membutuhkan lahan
yang luas. Kriteria mudah dioperasikan menjadi parameter yang diinginkan agar memudahkan para
pekerja dalam pengoperasian reaktor, sehingga tidak membutuhkan tenaga ahli dan masih dapat
menggunakan tenaga kerja yang sudah ada. Bobot nilai untuk kriteria ini adalah 10 atau kriteria
yang sengat penting. Parameter kedua adalah tidak membutuhkan lahan yang luas, ini menjadi
parameter want agar lahan yang tersedia dapat dimanfaatkan dengan optimal. Sehinga kriteria ini
memiliki bobot 8 atau kriteria yang penting. Target lahan yang dibutuhkan untuk pengolahan
sampah dengan anaerobic digester di UPB Kebayoran Lama adalah 750 m3. Berdasarkan Peraturan
Menteri PUPR Nomor 3 Tahun 2013, luas lahan untuk unit penghasil gas bio adalah 50% dari total
lahan, sehingga lahan yang diinginkan adalah sebesar 375 m3. Lahan ini termasuk fasilitas
pengolahan lainnya seperti penampung sampah, lindi, gas, dan digestate, sehingga lahan untuk

Universitas Pertamina - 27
reaktor ditargetkan kurang dari 375 m3. Rentang nilai untuk kriteria want ditunjukkan pada Tabel
4.10 dan Tabel 4.11.
Tabel 4.10 Nilai Kriteria Mudah Dioperasikan

Rentang Pengoperasian
Bangunan sederhana, tidak membutuhkan
8 tenaga ahli dan tidak butuh pengawasan
setiap hari
Bangunan sederhana, butuh pengawasan
6 setiap hari, namun tidak membutuhkan
tenaga ahli
Bangunan kompleks, tidak membutuhkan
4 tenaga ahli, namun diperlukan
pengawasan setiap hari

Bangunan kompleks, membutuhkan


2 tenaga ahli dan pengawasan setiap hari

Rentang nilai untuk kriteria mudah dioperasikan adalah 0-10. Alternatif yang memenuhi kriteria
diberi nilai tertinggi, yaitu 7,6-0, sedangkam bangunan yang tidak sesuai dengan kriteria yang
diinginkan diberi nilai terkecil, yaitu 2,5-0. Kriteria selanjutnya yaitu kebutuhan lahan yang kecil
ditunjukkan pada tabel berikut:
Tabel 4.11 Nilai Kriteria Kebutuhan Lahan

Rentang Kebutuhan Lahan

10 < 50 m2

9 51-100 m2

8 101-150 m2

7 151-200 m2

6 200-250 m2

5 251-300 m2

4 301-350 m2

3 > 350 m2

Berdasarkan tabel, rentang nilai untuk kriteria kebutuhan lahan yang kecil adalah 3 – 10. Nilai 10
untuk lahan yang yang kurang dari 50m m2 dan nilai 3 untuk lahan yang lebih besar dari 350 m3.
Nilai rentang tersebut digunakan sebagai acuan untuk menganalisis alternatif yang akan digunakan.
c. Adverse Consequences
Tahap selanjutnya dilakukan penilaian untuk analisis masalah-masalah yang mungkin timbul
selama proses berlangsung. Penilaian ini menggunakan metode adverse consequences. Semakin

Universitas Pertamina - 28
besar nilai yang diberikan menunjukkan semakin besar tingkat terjadinya risiko dan keseriusan.
Penilaian untuk adverse consequences ditunjukkan pada Tabel 4.12.
Tabel 4.12 Nilai Adverse Consequences

Rentang Seriousness Occurances


Hampir tidak pernah
2 Risiko tidak menimbulkan dampak
terjadi
Risiko menimbulkan dampak ringan
4 Jarang terjadi
dan dapat diperbaiki dengan cepat
Risiko menimbulkan dampak yang
menyebabkan terganggunya aktivitas
6 Cukup sering terjadi
produksi sesaat dan masih dapat
diperbaiki

Risiko menimbulkan dampak yang


menyebabkan terganggunya aktivitas
8 Sering terjadi
produksi dalam waktu lama dan sulit
diperbaiki

Risiko menyebabkan unit tidak dapat


10 Sangat sering terjadi
beroperasi dan tidak dapat diperbaiki

4.2.3 Analisis Alternatif Anaerobic Digester Sistem Kering


a. Analisis Alternatif: Kriteria Must
Berdasarkan Zeshan (2012), pengoperasian anaerobic digestion sistem kering dibedakan menjadi
suhu mesofilik dan termofilik. Jenis reaktor berdasarkan suhu ditunjukkan pada tabel berikut:
Tabel 4.13 Jenis Reaktor Berdasarkan Suhu

Jenis Reaktor Suhu


Kompogas Termofilik

Dranco Termofilik
Valorga Mesofilik

Biocel Mesofilik

Sumber: Zeshan (2012)


Berdasarkan tabel tersebut, jenis reaktor yang dapat dioperasikan pada suhu mesofilik adalah
valorga dan biocel. Hasil analisis alternatif perancangan berdasarkan kriteria must dengan metode
KTDA adalah sebagai berikut:
Tabel 4.14 Hasil Analisis Alternatif Kriteria Must

Alternatif Solution BIOCEL KOMPOGAS DRANCO VALORGA


Must
Suhu mesofilik GO NO GO NO GO GO

Universitas Pertamina - 29
Dari Tabel 4.13, alternatif yang mendapat nilai Go adalah biocel dan valorga. Berdasarkan hal
tersebut, reaktor jenis kompogas dan dranco tidak dianalisis lebih lanjut untuk kriteria want.

b. Analisis Alternatif: Kriteria Want

Parameter want dalam pemilihan alternatif ini adalah mudah dioperasikan dan tidak membutuhkan
lahan yang luas. Kriteria mudah dioperasikan diberi nilai 10, dan tidak membutuhkan lahan yang
luas diberi nilai 8. Reaktor biocel merupakan jenis reaktor yang sederhana, berbentuk segi empat
dengan sistem batch, sedangkan valorga berbentuk tabung dengan sistem continuous dan
dilengkapi pengaduk di dalamnya sehingga bangunan menjadi kompleks. Reaktor valorga lebih
sulit dioperasikan karena perlu dilakukan resirkulasi dengan menginjeksikan biogas bertekanan
tinggi setiap 15 menit ke dalam reaktor, dan biogas hanya resirkulasi lindi setiap 6 jam sehari.
Berdasarkan hal tersebut, reaktor biocel memiliki bangunan yang sederhana, tidak membutuhkan
tenaga ahli, namun diperlukan pengawasan setiap hari. Sedangkan valorga memiliki bangunan
kompleks, tidak membutuhkan tenaga ahli, namun diperlukan pengawasan setiap hari.
Parameter want kedua adalah tidak membutuhkan lahan yang luas. Berdasarkan hasil perhitungan,
berikut kebutuhan lahan dari reaktor biocel dan valorga termasuk cadangan.
Tabel 4.15 Kebutuhan Lahan Reaktor

Jenis Reaktor Kebutuhan Lahan

Biocel 144 m2
Valorga 165 m2

Berdasarkan hasil perhitungan, kebutuhan lahan biocel lebih kecil dibandingkan dengan valorga.
Hal ini disebabkan karena waktu detensi yang dibutuhkan valorga lebih lama dibandingkan dengan
biocel, dan sistem pengisian substrat yang berbeda. Berdasarkan hasil analisis tersebut, berikut nilai
yang diberikan terhadap alternatif perancangan.
Tabel 4.16 Hasil Analisis Alternatif Kriteria want

Alternatif Solution BIOCEL VALORGA


Wants weight rating score rating score
Mudah
10 6 60 4 40
dioperasikan
Tidak
membutuhkan lahan 8 8 64 7 56
luas
total 124 96

Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan metode KTDA, alternatif biocel mendapat total nilai
sebesar 124, sedangkan valorga mendapatkan hasil 96. Selanjutnya, kedua alternatif ini dianalisis
menggunakan adverse consequences untuk menilai seberapa besar dampak dari kedua alternatif ini.
c. Analisis Adverse Consequences
Kedua alternatif ini memiliki kemungkinan terjadi kerusakan alat, seperti kebocoran reaktor atau
sistem perpipaan. Biocel akan lebih sering terjadi kerusakan karena terbuat dari beton, sedangkan
valorga memiliki struktur yang lebih kuat karena terbuat dari baja. Namun, apabila biocel
mengalami kerusakan akan lebih mudah untuk diperbaiki, karena desain yang sederhana dan

Universitas Pertamina - 30
berukuran lebih kecil sehingga lebih mudah dijangkau. Valorga lebih sulit diperbaiki karena
reaktor yang berukuran tinggi dengan desain yang lebih kompleks, sehingga dibutuhkan tenaga
ahli. Hasil analisis adverse consequences ditunjukkan pada Tabel 4.17.
Tabel 4.17 Hasil Analisis Adverse Consequences

Adverse Case of occurance Seriousness if it occurs Threat


consequences (A) (B) (AXB)

Biocel

Terjadi kerusakan
6 4 24
alat

Valorga

Terjadi kerusakan
alat 4 8 32

Nilai (A) anaerobic digester jenis biocel diberi nilai 6 dan valorga diberi nilai 4. Sedangkan nilai
(B) untuk biocel adalah 4 dan valorga adalah 8. Dari analisis tersebut, nilai threat dari biocel lebih
kecil, yaitu 24 dan valorga memiliki nilai 32. Berdasarkan hal tersebut, alternatif terpilih adalah
anaerobic digester jenis biocel.

4.3 Alur Rencana Pengolahan


Pengolahan sampah dengan biodigester direncanakan memiliki alur yang ditunjukkan pada Gambar
4.2. Proses pengolahan dimulai dari pemilahan sampah, kemudian dilakukan pencacahan sampah,
dilanjutkan dengan pencampuran dengan digestate, lalu sampah dimasukkan ke dalam reaktor
biocel. Air lindi yang dihasilkan ditampung pada unit penampung lindi yang terletak di bawah
reaktor. Setelah 15 hari reaktor dikosongkan dan digestate ditampung pada penampung digestate.
Sebelum dimanfaatkan, biogas yang dihasilkan akan ditampung pada unit penampung biogas.

Pemisahan sampah Pencacahan Pencampuran dengan


dari plastik dan bahan lain atau air
sampah
sampah anorganik (jika diperlukan)

Penampung digestate Anaerobic


dan penampung lindi
digester

Penampung
biogas

Gambar 4.2 Alur Rencana Pengolahan dengan Biodigester

Universitas Pertamina - 31
4.4 Perhitungan Reaktor Anaerobic Digester
Perhitungan dimensi reaktor anaerobic digester berdasarkan kriteria desain pada Tabel 2.7. Data
awal yang digunakan dalam perhitungan dimensi reaktor adalah sebagai berikut:
Volume sampah = 6,89 m3/hari
Berat sampah = 2542,5 kg/hari

Densitas sampah =

= 369 kg/m3
Dimensi reaktor anaerobic digester dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
a. Volume sampah setelah proses pencacahan
Mesin pencacah sampah organik yang baik dapat mereduksi volume sampah sebesar 25%
(Mulyanto, 2008), dan proses pencacahan dapat meningkatkan densitas sampai 3 kali (Peraturan
Menteri PUPR Nomor 3 Tahun 2013). Pada perancangan ini volume sampah yang dapat
direduksi diasumsikan kurang dari 25% karena diasumsikan pihak pengolahan belum tentu
mampu membeli mesin pencacah yang terbaik. Berdasarkan hal tersebut, reduksi volume
sampah akibat pencacahan diasumsikan sebesar 20%.

Volume sampah tereduksi = 6,89 m3/hari x 20%


= 1,4 m3/hari

Volume sampah setelah pencacahan = 6,89 m3/hari - 1,4 m3/hari


= 5,5 m3/hari

Densitas sampah setelah pencacahan =

= 461,25 kg/m3

Peningkatan densitas sampah =

= 1,25 kali

b. Waktu detensi
Berdasarkan kriteria desain, waktu detensi untuk pengolahan sampah dengan reaktor biocel
adalah 15-21 hari. Waktu detensi ini dipengaruhi oleh jenis sampah yang akan diolah termasuk
rasio penambahan digestate. Waktu detensi sampah dengan kandungan total solid tinggi, yaitu
22-40% adalah selama 15 hari (Stenstrom, 1981 dalam Damanhuri dan Padmi, 2018). Menurut
Brummeler (1993), dalam mengolah sampah organik sayur, buah, dan kebun setelah 15 hari laju
produksi gas akan menurun.

c. Penambahan digestate (inokulum)


Pada reaktor biocel, inoculum factor yang optimal adalah 0,5 (Brummeler, 1993). Inoculum
factor yang lebih dari 0,5 tidak memberikan pengaruh terhadap waktu detensi.Berikut ilustrasi
pengaruh penambahan digestate terhadap waktu detensi pada reaktor biocel.

Universitas Pertamina - 32
Gambar 4.3 Pengaruh Inoculum Faktor Terhadap Waktu Detensi pada Reaktor Biocel
(Brummeler, 1993)

Untuk mendapatkan inoculum factor sebesar 0,5 dilakukan perhitungan sebagai berikut:

I =

0,5 =

R = 5,5 m3/hari

Berdasarkan perhitungan tersebut, penambahan digestate yang dibutuhkan untuk mendapatkan


waktu detensi selama 15 hari adalah 5,5 m3/hari atau perbandingan jumlah sampah dan digestate
1:1.

d. Volume efektif
Berdasarkan Vogel et al (2014), volume efektif untuk reaktor anaerobic digester adalah sebesar
75% dari total volume reaktor.

4.4.1 Perhitungan Dimensi Anaerobic Digester


Berdasarkan hasil analisis terhadap faktor yang mempengaruhi ukuran anaerobic digester jenis
biocel di atas, maka dimensi anaerobic digester yang akan dirancang adalah sebagai berikut:
Volume setelah pencacahan = 5,5 m3/hari
Volume efektif = volume sampah setelah pencacahan + inokulum
= 5,5 m3/hari + 5,5 m3/hari
= 11 m3
3
Volume total =

= 14,7 m3
Dimensi reaktor ditetapkan berdasarkan Peraturan Menteri PUPR Nomor 3 Tahun 2013, bahwa
besar lahan yang digunakan untuk pengolahan sampah dengan unit penghasil gas bio adalah 50%
dari total lahan, yaitu sebesar 375 m3. Tinggi reaktor yang direncanakan dapat dijangkau oleh
pekerja dengan mudah agar proses pengisian bahan baku dan pengosongan digestate lebih efektif.
Berdasarkan pertimbangan tersebut, dimensi reaktor biocel adalah sebagai berikut:
Panjang reaktor =3m
Lebar reaktor =3m

Universitas Pertamina - 33
Tinggi reaktor = = 1,55 m

Jumlah digester = 15 buah + 1 cadangan


Perhitungan Organic Loading Rate
Organic Loading Rate (OLR) merupakan banyaknya kadar volatil dari substrat untuk tiap volume
reaktor perhari. Berdasarkan kriteria desain, nilai OLR untuk tiap reaktor harus kurang dari 7
kgVS/m3/hari.
Persamaan yang digunakan untuk menghitung OLR adalah

( ) ( )
OLR =( )
)x

OLR =( )x

= 3,1 kgVS/m3hari.
Dari perhitungan di atas, didapatkan bahwa nilai OLR telah memenuhi kriteria desain.
Rekapitulasi dari hasil perhitungan volume dan dimensi untuk pengolahan sampah dengan
anaerobic digester ditunjukkan pada Tabel 4.10.
Tabel 4.18 Hasil Perhitungan Anaerobic Digester

Parameter Nilai

Berat sampah organik yang diolah 2.542,43 kg/hari

Volume sampah organik yang diolah 5,5 m3


Volume efektif reaktor 11 m3

Tinggi efektif reaktor 1,2 m


Volume total reaktor 14,7 m3

Panjang reaktor 3m

Lebar reaktor 3m

Tinggi total reaktor 1,65 m

Jumlah reaktor 15 + 1 cadangan

Organic Loading Rate 3,1 kgVS/m3/hari

Reaktor anaerobic digester direncanakan terbuat dari beton yang diplester dan memiliki pintu di
bagian depan reaktor yang terbuat dari baja untuk memasukkan bahan baku dan mengeluarkan
digestate yang dihasilkan. Baja dipilih karena memiliki struktur yang lebih kuat dan tahan cuaca.

4.5 Perhitungan Pelengkap Anaerobic Digester


Anaerobic digester yang akan dioperasikan memerlukan bak penampung sampah, penampung gas,
penampung lindi, dan penampung digestate.

Universitas Pertamina - 34
a. Bak Penampung Sampah
Bak penampung sampah digunakan untuk menampung sampah hasil dari pencacahan dengan mesin
pencacah. Bak penampung sampah yang direncanakan memiliki volume sebesar jumlah sampah
yang telah dicacah, yaitu 5,5 m3. Setengah dari tinggi bak penampung diletakkan di bawah tanah
agar sampah hasil pencacahan dapat langsung masuk ke bak penampung ini. Tinggi bak
penampung sampah direncanakan kurang dari 1 meter agar memudahkan pekerja dalam
pengambilan sampah menuju reaktor. Dimensi bak penampung sampah adalah sebagai berikut:
Panjang =4m
Lebar =2m

Tinggi = = 0,75 m

Freeboard = 0,05 m
Tabel 4.19 Rekapitulasi Perhitungan Bak Penampung Sampah

Parameter Nilai
Panjang 4m

Lebar 2m

Tinggi total 0,8 m

Volume aktual 6 m3

b. Penampung Digestate
Digestate yang dihasilkan dari anaerobic digester sistem kering memiliki kadar air yang lebih
rendah dan tidak perlu dilakukan proses pengeringan. Digestate yang dihasilkan digunakan sebagai
inokulum untuk bahan baku anaerobic digester dan sisanya dapat dijual ke pihak ketiga. Sebelum
digestate dimanfaatkan, dibutuhkan tempat untuk menampung digestate terlebih dahulu. Setengah
dari tinggi bak diletakkan di bawah tanah agar mempemudah proses pengambilan digestate.
Volume digestate yang dihasilkan dipengaruhi oleh kandungan total solid dan besar penyisihan
total solid dari bahan baku. Menurut Mata-Alvarez (1992), besar penyisihan total solid anaerobic
digester sistem kering adalah sebesar 72,7%. Densitas digestate adalah 900 – 1000 kg/m3
(Environment Canada, 2013), dan diambil nilai terendah, yaitu 900 kg/m3 untuk mengantisipasi
kekurangan volume pada bak penampung digestate. Berdasarkan asumsi tersebut,volume digestate
adalah sebagai berikut:
Massa digestate = %TS x %TS removal x sampah yang diolah
= 33% x 72,7% x 2542,43 kg
= 610 kg

Volume digestate =

= + 5,5 m3

= 6,18 m3

Universitas Pertamina - 35
Sebanyak 5,5 m3 digestate akan digunakan kembali untuk menjadi inokulum bahan baku
selanjutnya. Sehingga tersisa 0,67 m3 digestate yang akan disimpan di bak penampung digestate.
Digestate ini akan dijual ke pihak ketiga dua kali seminggu untuk dijadikan kompos. Hal ini agar
digestate yang akan diangkut tidak terlalu banyak dan memudahkan proses pengepakan. Tinggi
penampung digestate direncanakan kurang dari 1 meter agar memudahkan pekerja pada saat
pengambilan digestate, sehingga dimensi bak penampung digestate adalah sebagai berikut:
Volume digestate setelah 4 hari = (0,67 m3 x 4 hari) + 5,5 m3
= 8,15 m3
Panjang =3m
Lebar =3m

Tinggi = = 0,9 m3

c. Penampung Lindi
Bak penampung lindi digunakan untuk menampung air lindi yang dihasilkan selama proses di
dalam reaktor. Air lindi yang dihasilkan akan diresirkulasikan kembali ke dalam reaktor dan
sisanya akan diolah terlebih dahulu sebelum dibuang. Air lindi yang dihasilkan berasal dari kadar
air bahan baku yang digunakan. Menurut Souza et al (2012), densitas air lindi adalah 999 kg/m3.
Massa lindi = % kadar air x Sampah yang diolah
= 67% x 2542,43 kg

= 1703,5 kg

Volume lindi =

= 1,7 m3
Penampung lindi diletakkan di bawah reaktor anaerobic digester, sehingga panjang dan lebar
penampung berukuran sama dengan reaktor anaerobic digester.
Panjang =3m
Lebar =3m

Tinggi = = 0,189 m = 0,2 m

Volume total = 1,8 m3

Untuk meresirkulasi air lindi ke reaktor, digunakan pipa PVC berdiameter ½ inchi dan dilengkapi
dengan valve untuk mengatur kebutuhan air lindi (Agatha, 2017). Air lindi yang dihasilkan dapat
diresirkulasikan selama 6 jam/hari (Peraturan Menteri PUPR Nomor 3 Tahun 2013). Sistem
resirkulasi lindi ini dapat berhenti beberapa hari sebelum waktu detensi tercapai. Air lindi yang
dihasilkan perlu diolah terlebih dahulu agar tidak mencemari lingkungan. Alternatif yang dapat
digunakan untuk mengolah air lindi yang dihaslkan diantaranya biofilter dan wetland (Peraturan
Menteri PUPR Nomor 3 Tahun 2013).

Universitas Pertamina - 36
d. Penampung Gas

Penampung gas digunakan untuk menyimpan biogas yang dihasilkan dari reaktor anaerobic
digester. Untuk menampung gas yang dihasilkan harus menggunakan material yang kedap gas dan
tahan terhadap tekanan. Penampung gas ini juga memiliki 1 penampung gas cadangan untuk
digunakan apabila tangki mengalami kebocoran. Penampung gas dilengkapi pipa inlet dan pipa
outlet berukuran ½ inchi yang terbuat dari PVC (Wahyuni, 2013). Ukuran kontainer penyimpanan
biogas ditentukan berdasarkan laju produksi gas. Menurut Cavinato (2012), laju produksi gas dari
anaerobic digester sistem kering adalah 0,1-0,17 m3/kgVS. Nilai produksi gas yang digunakan
dalam perancangan ini diambil nilai tertinggi, yaitu 0,17 m3/kgVS agar volume penampung gas
cukup menampung seluruh gas yang dihasilkan ketika laju produksi maksimal.

Volume gas = 0,17 m3/kgVS x 696,3 kgVS = 118,3 m3


Ketersediaan penampung gas di pasaran ditunjukkan pada Tabel 4.20
Tabel 4.20 Kapasitas dan Ukuran Penampung Biogas

Kapasitas Ukuran

20 m3 4 m x 2,5 m x 2 m

50 m3 6 x 3,3 m x 3,3 m
100 m3 8mx4mx4m
Sumber: Puxin Technology co.Ltd (2020)

Untuk menentukan ukuran penampung gas dilakukan analisis terhadap efisiensi lahan dan kapasitas
penampung. Ukuran penampung gas ditambah 1 meter untuk jarak antar penampung gas yang
digunakan sebagai jalan untuk pemantauan gas. Berdasarkan hasil perhitungan, sisa lahan yang
tersedia untuk menempatkan penampung gas adalah sebesar 12 m x 8 m. Untuk menentukan
ukuran penampung gas yang tepat, dihitung efisiensi kapasitas penampung gas terhadap lahan yang
digunakan. Perhitungan efisiensi kapasitas penampung gas terhadap lahan adalah sebagai berikut:

Kapasitas 20 m3 = x 100 = 45 %

Kapasitas 50 m3 = x 100 = 51,8 %

Tabel 4.21 Analisis Efisiensi Lahan terhadap Kapasitas Penampung Gas

Kebutuhan Efisiensi
Jumlah Kapasitas Total
Lahan Kapasitas
Ketersediaan Kapasitas Penampung Penampug Gas
(Termasuk Penampung
Lahan Penampung Gas yang (Termasuk
Jarak Antar terhadap
Dibutuhkn Cadangan)
Penampung) Lahan
20 m3 7 77 m2 140 m3 45 %
96 m 2
50 m 3 4 93,6 m 2
200 m 3
51,8 %
3
100 m + 50 m 3 2, 2 106,4 m 2
- -

Berdasarkan Tabel 4.21, penampung gas berukuran 100 m3 tidak dapat digunakan karena
keterbatasan lahan. Penggunaan penampung gas berukuran 50 m3 lebih efektif digunakan karena
memiliki efisiensi kapasitas penampung gas terhadap lahan yeng lebih tinggi yaitu 51,8%

Universitas Pertamina - 37
sedangkan penggunaan 20 m3 sebesar 45%. Sehingga, pada perancangan ini akan digunakan
penampung gas dengan kapasitas penampungan 50 m3 sebanyak 3 buah dan 1 buah cadangan.

Gambar 4.4 Tangki Penampung Biogas (Puxin, 2020)

4.6 Perhitungan dan Spesifikasi Fasilitas Area Perancangan


a. Ruang Kantor
Ruang kantor digunakan untuk ruangan pekerja, ruangan ini termasuk musholla, dan toilet. Luas
lahan yang digunakan untuk kantor pada tempat pengolahan sampah berdasarkan Peraturan
Menteri PUPR Nomor 3 Tahun 2013 adalah 5% dari total lahan, yaitu 37,5m2. Dimensi ruang
kantor yang direncanakan adalah sebagai berikut:
Panjang =7m
Lebar = 5,5 m
Tinggi =5m
Luas = 37,5 m2
Volume = 187,5 m3

b. Gerobak Sampah
Gerobak sampah digunakan untuk mengantar sampah yang telah terkumpul dari UPB Kebayoran
Lama ke lokasi pengolahan. Spesifikasi gerobak sampah yang digunakan adalah sebagai berikut:
Material = plat besi
Panjang = 200 cm
Lebar = 80 cm
Tinggi = 100 cm
Kapasitas = 1,6 m3

Jumlah gerobak = = 9 gerobak

Universitas Pertamina - 38
Gambar 4.5 Gerobak Sampah (Raja Tempat Sampah, 2020)

c. Lokasi Pemilahan
Pemilahan sampah dilakukan secara manual, sehingga dibutuhkan area untuk pembongkaran
sampah. Berdasarkan Peraturan Menteri PUPR Nomor 3 Tahun 2013, tinggi maksimum sampah
pada bak pemilah adalah 0,3 m. Dimensi bak pemilahan sampah adalah sebagai berikut:
Tinggi = 0,3 m
Lebar = 3 m

Panjang = = 15 m

Sebanyak 1 m3 sampah apabila dipilah oleh 2 orang dapat dilakukan selama 30 menit. Dengan
jumlah sampah sebanyak 13,42 m3, berikut perbandingan jumlah pekerja dan waktu pemilahan
yang dapat dijadikan pertimbangan.
Tabel 4.22 Perbandingan Jumlah Pekerja dan Waktu yang Dibutuhkan Proses Pemilahan

Jumlah Pekerja Waktu yang Dibutuhkan


2 orang 6 jam 25 menit
3 orang 4 jam 28 menit
4 orang 3 jam 21 menit
5 orang 2 jam 41 menit
6 orang 2 jam 14 menit

Setelah dilakukan pemilahan sampah, sampah organik kemudian dicacah dengan menggunakan
mesin pencacah dan hasilnya diletakkan pada bak penampung sampah. Sampah anorganik dan
bahan berbahaya dan beracun yang telah dipilah dapat diletakkan pada kontainer atau wadah yang
berwarna kuning untuk sampah anorganik, dan warna merah untuk sampah yang mengandung
bahan berbahaya dan beracun (Peraturan Daerah DKI Jakarta Nomor 3 Tahun 2013). Kontainer ini
dapat diletakkan di bagian depan dari tempat pengolahan sampah organik ini agar memudahkan
proses pengangkutan sampah anorganik dan B3 ke tempat pengolahannya.
d. Mesin Pencacah
Mesin pencacah digunakan untuk mencacah sampah yang telah dipilah sebelumnya. Spesifikasi
mesin pencacah yang direncanakan memiliki spesifikasi sebagai berikut:
Kapasitas = 1000 – 1500 kg / jam

Universitas Pertamina - 39
Panjang = 180 cm
Lebar = 90 cm
Tinggi = 150 cm
Diameter tabung = 60 cm
Penggerak = Diesel 13 HP atau EM 10 HP

Gambar 4.6 Mesin Pencacah Sampah Organik (Aneka Mesin, 2020)

Mesin pencacah yang digunakan memiliki kapasitas mencapai 1500 kg/jam, sampah yang akan
dicacah setelah pemilahan adalah sebesar 2.354,24 kg maka waktu yang dibutuhkan untuk
mencacah sampah organik di UPB Kebayoran Lama adalah sebagai berikut:

Waktu operasional kapasitas 1500 kg/jam = = 1 jam 42 menit

Waktu operasional kapasitas 1000 kg/jam = = 2 jam 32 menit

Berdasarkan perhitungan tersebut, waktu yang digunakan untuk mencacah sampah organik adalah
selama 1 jam 42 menit sampai dengan 2 jam 32 menit.
e. Pompa
Pompa digunakan untuk mengalirkan lindi pada proses resirkulasi. Pompa yang direncanakan
memiliki spesifikasi sebagai berikut:
Panjang : 485 mm
Lebar : 385 mm
Tinggi : 405 mm
Berat : 24,15 kg
Tinggi hisap : maksimum 7,5 m
Bahan bakar : bensin
Kapasitas oli : 0,58

Universitas Pertamina - 40
Gambar 4.7 Pompa Air –WB20XN (Honda, 2020)

f. Kebutuhan Pipa
Pipa yang dibutuhkan adalah untuk kebutuhan resirkulasi lindi dan menyalurkan gas dari reaktor ke
penampung gas. Pipa yang digunakan adalah PVC berdiameter ½ inchi untuk gas dan resirkulasi
lindi. Panjang pipa yag dibutuhkan adalah sebagai berikut:
i. Penampung gas
Kebutuhan pipa untuk penampung gas meliputi:
Tabel 4.23 Kebutuhan Pipa Penampung Gas

Parameter Panjang Total (m)


Panjang pipa reaktor baris 1 3 m x 8 reaktor 24 m
Panjang pipa reaktor baris 2 3 m x 8 reaktor 24 m
Jarak reaktor 1-2 2m 2m
Jarak reaktor terakhir ke
penampung gas pertama 3m 3m
Panjang seluruh penampung gas 6mx4m 24 m
Pipa outlet reaktor 0,3 m x 16 reaktor 4,8 m
Pipa inlet gas 0,3 m x 4 penampung gas 1,2 m
Total 83 m

Sistem perpipaan dilengkapi dengan valve, sampungan T, dan elbow. Jumlah kebutuhan
perlengkapan perpipaan adalah sebagai berikut:
Tabel 4.24 Kebutuhan Pelengkap Sistem Perpipaan

Parameter Kebutuhan
Valve 8 buah
T reaktor 14 buah
T penampung gas 7 buah
Elbow reaktor 2 buah
Elbow saluran 1 buah
Elbow penampung gas 3 buah

Universitas Pertamina - 41
ii. Resirkulasi lindi
Kebutuhan pipa untuk meresirkulasikan lindi adalah sebagai berikut:
Tabel 4.25 Kebutuhan Pipa Resirkulasi Lindi

Parameter Panjang Total


Baris 1 1,85 m + (8 reaktor x 3 m) 25,85 m
Baris 2 1,85 m + (8 reaktor x 3 m) 25,85 m
Pipa inlet 0,3 m x 16 reaktor 4,8 m
Pipa Outlet 0,3 x 2 0,6 m
Total 57,1 m

Sistem perpipaan dilengkapi dengan valve, sampungan T, elbow, dan reducer. Jumlah kebutuhan
perlengkapan perpipaan adalah sebagai berikut
Tabel 4.26 Kebutuhan Pelengkap Sistem Resirkulasi Lindi

Parameter Kebutuhan
Valve 16 buah
Sambungan T 14 buah
Sampungan L 6 buah
Reducer 2 buah
Sprinkler 16 buah

4.7 Analisis Kebutuhan Lahan


Analisis kebutuhan lahan dilakukan untuk mengetahui besar lahan yang dibutuhkan dalam
mengolah sampah dengan anaerobic digester. Jumlah lahan yang dibutuhkan kemudian
dibandingkan dengan luas lahan yang tersedia. Luas lahan yang tersedia di kawasan UPB
Kebayoran Lama adalah 750 m2. Luas lahan yang dibutuhkan berdasarkan perhitungan adalah
sebagai berikut:
Tabel 4.27 Analisis Kebutuhan Lahan

Kebutuhan Luas Jumlah Luas


Reaktor anaerobic digester 3 m x 3 m x 16 buah 144 m2
Pemilahan 15 m x 3 m 45 m2
Penampung sampah 4mx2m 8 m2
Penampung gas 3,3 m x 6 m x 4 buah 79,2 m2
Mesin pencacah 1,8 m x 0,9 m 1,62 m2
Penampung digestate 3mx3m 9 m2
Kantor 7 m x 5,5 m 48 m2
Total 334,82 m2
Lahan tersedia 25 m x 30 m 750 m2

Universitas Pertamina - 42
Berdasarkan hasil perhitungan di atas, dapat dilihat bahwa lahan yang tersedia cukup untuk
dilakukan pembangunan pengolahan sampah menggunakan anaerobic digester. Sisa lahan yang
tersedia dapat digunakan untuk memarkirkan kendaraan pekerja dan gerobak sampah. Skema letak
sistem pengolahan dengan anaerobic digester ditunjukkan pada Gambar 4.7.

Gambar 4.8 Tata Letak Pengolahan dengan Anaerobic Digester

Keterangan
1 : Lokasi pemilahan
2 : Mesin pencacah
3 : Bak penampung sampah setelah dicacah
4 : Biocel anaerobic digester
5 : Penampung gas
6 : Penampung digestate
7 : kantor

4.8 Analisis BOQ dan RAB


Analisis kebutuhan biaya untuk perancangan anaerobic digester meliputi BOQ dan perhitungan
RAB. Berikut adalah perhitungan BOQ dan RAB dari masing-masing unit dalam perancangan
anaerobic digester.

4.8.1 Bill of Quantity (BOQ)


Bill of Quantity (BOQ) merupakan perhitungan kuantitas material yang akan digunakan pada
pembangunan pengolahan sampah dengan biodigester.
Contoh perhitungan BOQ dalam perancangan biodigester adalah sebagai berikut:
1. Reaktor Biocel
Perhitungan BOQ untuk reaktor biocel adalah sebagai berikut:

 Volume plat lantai (t=0,15m)


Volume lantai kerja = P lantai x L lantai x tebal lantai

Universitas Pertamina - 43
= 3 m x 3 m x 0,15 m
= 1,35 m3

 Volume dinding (t=0,2m)


Volume dinding = ((P dinding x T x tebal dinding) x 2) + ((L dinding x T x tebal dinding) x 2)

= ((3 m x 1,65 m x 0,2 m) x 2) + ((3 m x 1,65 m x 0,2 m) x 2)

= 3,96 m3

 Volume plesteran beton


Volume plesteran = ( P x T x 2) + (P x L) + (L x T x 2)
= (3 m x 1,65 m x 2) + (3m x 3 m) + (3m x 1,65 m x 2)
= 37,8 m3

 Volume acian
Volume acian = ( P x T x 2) + (P x L) + (L x T x 2)
= (3 m x 1,65 m x 2) + (3m x 3 m) + (3m x 1,65 m x 2)
= 37,8 m3

 Volume pengecatan
Volume pengecatan = ( P x T x 2) + (P x L) + (L x T x 2)
= (3 m x 1,65 m x 2) + (3m x 3 m) + (3m x 1,65 m x 2)
= 37,8 m3
Berdasarkan hasil perhitungan di atas, BOQ untuk tiap unit ditunjukkan pada tabel di bawah

Tabel 4.28 BOQ Penampung Sampah

Dimensi Penampung Sampah


Panjang (P) 4m
Lebar (L) 2m
Tinggi (T) 0,75 m
Galian (h) 0,4 m
Pekerjaan Galian
Galian Tanah 6 m3
V urugan pasir di bawah
0,8 m3
pondasi (t=0.1m)
V urugan tanah kembali 0,8 m3
Pekerjaan Dinding
lantai (tebal 1 bata) 8 m3

Universitas Pertamina - 44
Pekerjaan Dinding
Dinding (tebal 1 bata) 9 m3
Plesteran 17 m3
Acian 17 m3
Pengecatan 17 m3

2. Reaktor Biocel
Dimensi 1 buah reaktor biocel dan pekerjaan beton untuk pembangunan reaktor ditunjukkan pada
Tabel 4.18.
Tabel 4.29 BOQ Reaktor

Parameter Nilai
Dimensi Reaktor Biocel
P 3m
L 3m
T 1,65 m
Pekerjaan Beton
V Plat lantai (t=0.15 m) 1,35 m3
Dinding (t=0.2 m) 3,96 m3
V dinding atas (t=0.2m) 1,8 m3
Plesteran Beton 37,8 m3
Acian 37,8 m3
Pengecatan 37,8 m3

3. Penampung Lindi
Dimensi penampung lindi dan pekerjaan beton untuk pembangunan penampung lindi dari proses
pada reaktor biocel ditunjukkan pada Tabel 4.19
Tabel 4.30 BOQ Penampung Lindi

Parameter Nilai
Penampung Lindi
P 3m
L 3m
T 0,2 m
Pekerjaan Beton
V pekerjaan lantai kerja
0,45 m3
(t=0.05)
V plat lantai (t=0,15m) 1,35 m3
Dinding (t=0,2 m) 0,48 m3
Plesteran beton 20,4 m3
acian 20,4 m3
pengecatan 20,4 m3

Universitas Pertamina - 45
Tabel 4.31 BOQ Penampung Digestate

Dimensi Penampung Digestate


Panjang (P) 3m
Lebar (L) 3m
Tinggi (T) 0,9 m
Pekerjaan Dinding
lantai (tebal 1 bata) 9 m3
Dinding (tebal 1 bata) 10,8 m3
Plesteran 19,8 m3
Acian 19,8 m3
Pengecatan 19,8 m3

4.8.2 Rencana Anggaran Biaya


Rencana anggaran biaya merupakan hasil perhitungan biaya yang diperlukan untuk pembangunan
pengolahan sampah organik dengan biodigester. Penyusunan RAB ini mengacu pada Jurnal HSPK
Kota Jakarta 2014 dan SNI Analisis Harga Satuan Pekerjaan Tahun 2018. Hasil perhitungan RAB
tiap unit berdasarkan BOQ ditunjukkan pada Tabel 4.32.
Tabel 4.32 RAB Pembangunan Anaerobic Digester

Harga
No Pekerjaan Volume Satuan Sumber Jumlah
Satuan
1 Pekerjaan Pendahuluan
Pembersihan Lokasi 750 m2 18450 SNI 13.837.500

Pembuatan pagar sementara 25 m 242055 SNI 6.051.375


2 Penampung Sampah
Pekerjaan Galian
Galian Tanah 6 m3 69075 SNI 414.450
V urugan pasir di bawah
0,8 m3 195930 SNI 156.744
pondasi (t=0.1m)
V urugan tanah kembali 1 m3 12483 SNI 12.483
Pekerjaan Dinding
lantai (tebal 1 bata) 8 m3 114206.14 SNI 913.649,2
3
Dinding (tebal 1 bata) 9 m 114206.14 SNI 1.027.855,26
3
Plesteran 17 m 60403.35 SNI 1.026.856,95
3
Acian 17 m 35313.5 SNI 600.329,5
3
Pengecatan 17 m 58194.36 SNI 989.304,12

3 Reaktor Biocel
Pekerjaan Beton
V Plat lantai (t=0.15 m) 21,6 m3 4951211.4 SNI 106.946.166,2
Dinding (t=0.2 m) 63,36 m3 5458855 Jurnal 345.873.052,8

Universitas Pertamina - 46
Harga
No Pekerjaan Volume Satuan Sumber Jumlah
Satuan
HSPK
Jurnal
V dinding atas (t=0.2m) 28,8 m3 5458855 157.215.024
HSPK
Plesteran Beton 604,8 m3 60403.35 SNI 36.531.946,08
Acian 604,8 m3 35313.5 SNI 21.357.604,8
Pengecatan 604,8 m3 58194.36 SNI 35.195.948,93
Jurnal
Pintu reaktor 16 buah 797775 12.764.400
HSPK

4 Penampung Lindi
Pekerjaan Beton
V Pekerjaan Lantai kerja
7,2 m3 734910.04 SNI 5.291.352,288
(t=0.05)
V Plat lantai (t=0.15 m) 21,6 m3 4951211.4 SNI 106.946.166,2
3
Dinding (t=0.2 m) 7,68 m 5458855 SNI 41.924.006.,4
Plesteran Beton 326,4 m3 60403.35 SNI 19.715.653,44
3
Acian 326,4 m 35313.5 SNI 11.526.326,4
Pengecatan 326,4 m3 58194.36 SNI 18.994.639
Jurnal
Pipa 1/2" 57,1 m 30400 1.735.840
HSPK
Jurnal
Valve 16 buah 60000 960.000
HSPK
Jurnal
Sambungan L 6 buah 1198 7.188
HSPK
Jurnal
Sambungan T 14 buah 1617 22.638
HSPK
Jurnal
Reducer 12 buah 4917 59.004
HSPK
Jurnal
Sprinkler 16 buah 67300 1.076.800
HSPK
Pompa air 2 buah 3950000 Honda 7.900.000

5 Penampung Digestate
Pekerjaan Dinding
lantai (tebal 1 bata) 3 m3 114206.14 SNI 342.618,42
Dinding (tebal 1 bata) 10,8 m3 114206.14 SNI 1.233.426,312
Plesteran 19,8 m3 60403.35 SNI 1.195.986,33
Acian 19,8 m3 35313.5 SNI 699.207,3
Pengecatan 19,8 m3 58194.36 SNI 1.152.248,328

Penampung Gas
Balon Penampung Gas 4 buah 2896392 Puxin Ltd 26.067.528
Jurnal
Pipa 1/2" 83 m 30400 2.523.200
HSPK

Universitas Pertamina - 47
Harga
No Pekerjaan Volume Satuan Sumber Jumlah
Satuan
Jurnal
Sambungan L 6 buah 1198 7.188
HSPK
Jurnal
Sambungan T 21 buah 1617 33.957
HSPK
Raja
6 Gerobak Sampah 9 buah 3400000 30.600.000
Sampah
Mesin Pencacah Sampah Aneka
7 1 buah 18000000 18.000.000
Organik Mesin
Jumlah 1.024.447.703
PPN 10% 102.444.770,3
TOTAL 1.126.892.474

Berdasarka perhitungan di atas, biaya yang dibutuhkan untuk pembangunan pengolahan sampah
dengan biodigester di Unit Pasar Besar Kebayoran Lama adalah sebesar Rp 1.126.892.474.

Universitas Pertamina - 48
Universitas Pertamina - 48
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Sistem biodigester yang digunakan berdasarkan analisis pemilihan alternatif adalah biodigester
sistem kering jenis biocel. Biodigester di Unit Pasar Besar Kebayoran Lama dirancang dengan
menggunakan timbulan sampah organik harian maksimal berdasarkan data yang di dapat dari PD
Pasar Jaya, yaitu sebesar 6,89 m3/hari. Sampah yang akan diolah dengan biodigester dicacah
terlebih dahulu sehingga dapat mereduksi volume sampah sebesar 20% dan ditambahkan inokulum
sebesar 1:1 sehingga volume sampah organik yang akan diolah menjadi 11 m3/hari. Perancangan
reaktor biodigester dipengaruhi oleh waktu detensi, yaitu 15 hari dan volume efektif reaktor sebesar
75%. Berdasarkan hal tersebut, dimensi reaktor biocel yang akan dirancang memiliki panjang 3 m,
lebar 3 m, dan tinggi 1,65 m.
Unit biodigester juga dilengkapi dengan fasilitas untuk mendukung proses pengolahan sampah.
Fasilitas pendukung terdiri dari penampung sampah, penampung gas, penampung digestate,
penampung lindi, mesin pencacah, lokasi pemilahan sampah, dan sistem perpipaan untuk
pengaliran resirkulasi lindi dan gas. Total luas lahan yang dibutuhkan untuk pengolahan ini adalah
334,82 m2.

5.2 Saran
Terdapat beberapa saran dalam perancangan biodigester untuk mengolah sampah organik. Saran
yang pertama adalah melakukan pengujian karakteristik sampah, seperti kadar solid, kadar air,
kadar abu, kadar volatil, kadar organik, dan nitrogen secara langsung agar mendapatkan hasil yang
lebih akurat. Saran lainnya adalah dapat dilakukan perancangan lebih lanjut, seperti pemurnian
biogas, unit pengolah lindi, dan pengolahan sampah anorganik dan B3.

Universitas Pertamina - 49
Universitas Pertamina - 49
DAFTAR PUSTAKA

Agatha, Natasya. (2017). Desain Anaerobic Digester Untuk Penerapan Pasar Ramah Lingkungan
di Pasar Kosambi. Bandung:Institut Teknologi Bandung
Aneka Mesin. (2020). Mesin Pencacah Kapasitas 1.000 kg/jam. Retrieved Juni 17, 2020, from
https://anekamesin.com/produk/mesin-pencacah-sampah-organik
Brummeler, E. (1993). Dry Anaerobic Digestion of The Organic Fraction of Municipal Solid
Waste.
Cavinato, C., Giuliano A., Bolzonella, D., Pavan, P., dan Cecchi, F. (2012). Biohythane Production
from Food Waste by Dark Fermentation with Anaerobic Digestion Process. International
Journal of Hydrogen Energy.
Damanhuri, E. dan Padmi, T. (2018). Pengelolaan Sampah Terpadu Edisi Kedua. Bandung:
Penerbit ITB

Darwin. (2018). Prinsip dan Aplikasi Teknologi Anaerobik Digesi Teknik Pengolahan Limbah dan
Produksi Energi Terbaruka. Yogyakarta:Deepublish

Dinas Lingkungan Hidup Pemerintah DKI Jakarta. (2015). Master Plan dan Kajian Akademis
Persampahan Provinsi DKI Jakarta

Environment Canada. (2013). Technical Document on Municipal Solid Waste Organics


Processing. Public Work and Government Services of Canada.

Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. (2013). Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta
Nomor 3 Tahun 2013 Tentang Pengelolaan Sampah

Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. (2019). Peraturan Gubernur DKI Jakarta
Nomor 108 Tahun 2019 Tentang Kebijakan dan Strategi Daerah Provinsi DKI Jakarta dalam
Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sejenis Rumah Tangga.

Google Earth. (2020). Lokasi Potensial Perancangan Biodigester di UPB Kebayoran Lama.
Retrieved Juni 20, 2020, from https://earth.app.goo.gl.
Hadiwiyoto, Soewedo. (1983). Penanganan dan Pemanfaatan Sampah. Jakarta: Yayasan Idayu.
Hardoyo,. Atmodjo, Tri,. Rosadi, Dadang., Cahyono, Sigit. (2014). Panduan Praktis Membuat
Biogas Portable Skala Rumah Tangga dan Industri. Yogyakarta: Lily Publisher.
Harga Satuan Pokok Kegiatan Provinsi DKI Jakarta. (2014). Jurnal Harga Satuan Pokok Kegiatan
Provinsi DKI Jakarta
Honda. (2020). Pompa Air. Retrieved Juni 19, 2020, from https://shopee.co.id/Pompa-Air-Bensin-
HONDA-2-Inchi-WB20XN---Alkon-Honda-2-Inchi

Ismuyanto, Bambang., Saptati, Dwi., Juliananda. (2017). Teknik Pengolahan Limbah Padat.
Malang: UB Press
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. (2013). Peraturan Menteri Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 03/PRT/M/2013 tentang Penyelenggaraan Prasarana dan

Universitas Pertamina - 50
Sarana Persampahan dalam Penanganan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Rumah
Tangga.
Kepner, C.H., and Tregoe. B.B. (2005). The New Rational Manager. New York: Kepner Tregoe
Khaidir. (2015). Teknologi Produksi Biogas sebagai Bahan Bakar Alternatif Berbahan Baku
Sampah Organik. Jurnal Samudera Vol 9, No. 2
Khalid A., Arshad M., Anjum M., Mahmood T., Dawson L. (2011). The anaerobic digestion of
solid organic waste - Review. Waste Management Aug; 31 (8): 1737– 44.
Kim, D. H., Oh, S. E. (2011). Continuous High Solid Anaerobic Digestion Co-digestion of Organic
Solid Wastes Under Mesophilic Conditions. Waste Management 31 (9-10)
Lieske, S.N., S,Mullen, and Hamerlinck. (2009). Enhancing on Comprehensive Planning with
Public Engagement and Planning Support Intergation. Dordrecht: Springer Netherlands
Lohri, C. R. (2012). Feasibility Assessment Tool for Urban Anaerobic Digestion in Develpoing
Countries. Wageningen University
Mata-Alvarez, J., Labres, P. (1992). Anaerobic Digestion of The Barcelona Central Food Market
Organic Wastes: Experimental Study. Bioresouces Technology.
Mes, T. Z. D., Stams, A. J. M., Reith, J. H,. Zeeman, G. (2003). Methane Production by Anaerobic
Digestion of Wastewater and Solid Wastes. Environment Technology and Microbiology
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Jalan, Perumahan, Permukiman, dan Pengembangan Insfrastruktur
Wilayah, (2018). Modul Waste to Energy. Kementerian PUPR Indonesia
Mahyudin, R. P. (2017). Kajian Permasalahan Pengelolaan Sampah dan Dampak Lingkungan di
TPA. Jukung Jurnal Teknik Lingkungan, 66-74
Mosborg, Susan., Adams, Robin., Kim, Rebecca., Atman, J Cynthia., Turns, Jennifer., Cardella,
Monica. (2005). Conceptions of the Engineering Design Process. American Society for
Engineering Education.

Nayono, S. E. (2010). Anaerobic Digestion of Organic Solid Waste for Energy Production. KIT
Scientific Publishing

Pemerintah Republik Indonesia. (2008). Undang-undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang


Pengelolaan Sampah.

Pertiwiningrum, Ambar. (2015). Instalasi Biogas. Yogyakara: Kolom Cetak.


Perusahaan Daerah Pasar Jaya. (2019). Rekapitulasi Sampah Pilah di Unit Pasar Besar Kebayoran
Lama
Pusat Data dan Teknologi Informasi Energi dan Sumber Daya Mineral. (2017). Kajian Penyediaan
dan Pemanfaatan Migas, Batubara, EBT, dan Listrik. Kementerian ESDM
Puxin. (2020). Penampung Gas. Retrieved Juli 16, 2020, from Puxin Technology co. Ltd
https://www.yumpu.com/en/document/view/53478311/shenzhen-puxin-technology-co-ltd-
catalog-of-products-for-biogas-application
Raja Tempat Sampah. (2020). Gerobak Sampah Besi. Retrieved Juni 13, 2020, from
https://rajatempatsampah.com/gerobak-sampah-besi-200x80x100-cm/

Universitas Pertamina - 51
Ricci, Marco,. Confalonieri, Jurgensen Alberto. (2016). Technical Guidance on The Operation of
Organic Waste Treatment Plants. International Solid Waste Association (ISWA)
Setyari, Dwi Rizki. (2017). Desain Anaerobic Digester sebagai Komponen Pasar Ramah
Lingkungan Cihaurgeulis Kota Bandung. Institut Teknologi Bandung
Souza, M. A., Oliveira M. B., Araujo, A. D., dan Castro, J.A. (2014). Analyze of the Density and
Viscosity of Landfill Leachate in Different Temperature. American Journal of Environmental
Engineering.
Statistik Lingkungan Hidup Indonesia. (2018). Pengelolaan Sampah di Indonesia. Jakarta: Badan
Pusat Statistik
Statistik Kecamatan Kebayoran Lama. (2018). Kebayoran Lama dalam Angka 2018. Jakarta:
Badan Pusat Statistik
Standar Nasional Indonesia. (1995). Metode Pengambilan dan Pengukuran Contoh Timbulan dan
Komposisi Sampah.
Standar Nasional Indonesia. (2002). Tata Cara Teknik Operasional Pengelolaan Sampah Perkotaan
Standar Nasional Indonesia. (2018). Analisa Harga Satuan Pekerjaan Data Pembaharuan dan
Penyesuaian 2017-2018.
Stenstrom, M. K., Adam, S. N., Bhunia, P. K., Abramson. (1981). Anaerobic Digestion of
Classified Municipal Solid Waste. California: Cal Recovey System.
Suryati, Teti. (2009). Bijak dan Cerdas Mengolah Sampah. Jakarta: Agromedia

Susilo, Bambang., Damayanti, Retno., Izza, Ni’matul. (2017). Teknik Bioenergi. Malang: UB
Presss
Tchobanoglus, G.H., Theissen, H., Vigil, S.A. (1993): Integrated Solid Waste Management. New
York: McGraw Hill
Vandevivere, P., Baere, De, L., Verstraete, W. (2002). Types of Anaerobic Digester for Solid
Wastes. Ghent University.
Vogeli, Yvonne,. Lohri, Christian Riu., Gallardo, Amalia., Diener, Stefen., Zurbrugg, Christian.
(2014). Anaerobic Digestion of Biowaste in Developing Countries. Swiss: Eawag
Wahyuni, Sri. (2011). Menghasilkan Biogas dari Aneka Limbah. Jakarta: Agro Media Pustaka
Wahyuni, Sri. (2013). Biogas Energi Alternatif Pengganti BBM, Gas, dan Listrik. Jakarta: Agro
Media Pustaka
Wahyuni, Sri. (2013). Panduan Praktis Biogas. Jakarta: Penebar Swadaya
Zeshan. (2012). Dry Anaerobic Digestion of Municipal Solid Waste and Digestate Management
Strategy. Thailand: Asian Institute of Technology.

Universitas Pertamina - 52
Universitas Pertamina - 52
Universitas Pertamina - 53
Universitas Pertamina - 54
Universitas Pertamina - 55
Universitas Pertamina - 56
Universitas Pertamina - 57
Universitas Pertamina - 58
Universitas Pertamina - 59
Universitas Pertamina - 60
Universitas Pertamina - 61
Universitas Pertamina - 62
Universitas Pertamina - 62
Lampiran

Lampiran 1. Data Timbulan Sampah di UPB Kebayoran Lama

Universitas Pertamina - 63
Lampiran 2. Dokumentasi Kondisi Sampah di UPB Kebayoran Lama

Sumber: Dokumentasi Pribadi (2020)

Universitas Pertamina - 64
Lampiran 3. Lembar Pemeriksaan Pengoperasian Biodigester
Lembar Pemeriksaan Pengoperasian Biodigester

Pengoperasian Harian Check List


Pencacahan substrat sebelum diumpankan ke dalam reaktor
hingga ukuran 3-5 cm
Pencampuran dan pengadukan dengan air atau digestate hasil
pengolahan (untuk sistem basah)
Penyisihan material inert seperti gelas, logam, plastik sebelum
pencacahan
Pengumpanan substrat secara rutin ke dalam reaktor dengan
jumlah yang tetap setelah proses inokulasi bakteri selesai

Pengoperasian Mingguan Check List


Membersihkan kompor dari kotoran atau debu yang tertinggal
(jika biogas digunakan sebagai bahan bakar kompor)

Mengecek perpipaan gas, katup-katup, dan sambungan-


sambungan antara fasilitas penyimpan biogas dan kompor
(kebocoran dapat terdeteksi dengan mudah karena biogas
mengandung H2S yang berbau seperti bau telur busuk atau
mengolesi sambungan-sambungan dengan sabun)

Memperbaiki bagian-bagian yang terindikasi mengalami


kebocoran
Memastikan digestate tidak berbau asam (digestate yang berbau
asam mengindikasikan proses AD tidak berjalan dengan baik)

Mengecek pH digestate (bisa dilakukan menggunakan kertas


lakmus). Jika pH di bawah 5,5, proses pengumpanan substrat
dihentikan dan proses diulang dengan aklimatisasi bakteri dan laju
pengumpanan bertingkat dimulai dengan volume yang sedikit.

Universitas Pertamina - 65
Lampiran 4. Perhitungan Dimensi Reaktor Biocel dan Reaktor Valorga

a. Biocel
Bentuk = Persegi
Volume Sampah = 11 m3
Waktu Detensi = 15 hari
Panjang =3m
Lebar =3m
Tinggi = 1,65 m
Jumlah reaktor = 15 buah
Luas Lahan = P x L x Jumlah Reaktor
= 3 m x 3 m x 16 reaktor
= 144 m2
b. Valorga
Bentuk = Tabung
Waktu Detensi = 18 hari
Volume Sampah = 11 m3 x 20 hari
= 220 m3
Tinggi =4m
diasumsikan agar tidak terlalu tinggi untuk memudahkan
pemantauan reaktor

Jari-jari =√
= 4,2 m

Luas Lahan =
= 3,14 x (4,2 m)2 x 3 reaktor
= 165 m2

Universitas Pertamina - 66
Lampiran 5. Spesifikasi Penampung Biogas Puxin

Universitas Pertamina - 67
Lampiran 6. Perhitungan BOQ Unit Pengolahan Biodigester

1. Bak Penampung Sampah


Panjang =4m
Lebar =2m
Tinggi = 0,75 m
Galian = 0,4 m

Volume galian tanah


Volume = P total x L total x Galian
= 5 m x 3 m x 0,4 m
= 6 m3

Volume urugan pasir (t=0,1m)


Volume = P x L x T pasir
= 4 m x 2 m x 0,1 m
= 0,8 m3

Volume urugan tanah kembali


Volume = ((P total – P) x T total )+ ((L total – L) x T total)
= ((5 – 4) x 0,4) + ((3 – 2) x 0,4)
= 0,8 m3

Pekerjaan Lantai (tebal 1 bata)


Volume = P lantai x L lantai x 1 bata
=4mx2m
= 8 m3

Pekerjaan Dinding
Volume = ((P dinding x T dinding x 1 bata) x 2) + ((L dinding x T dinding) x 2)
= (( 4 m x 0,75 m x 1) x 2) + (( 2 m x 0,75 m x 1) x 2)
= 9 m3

Pekerjaan Plesteran
Volume = (P x T x 2) + (P x L) + (L x T x 2)
= (4 m x 0,75 m x 2) + (4 m x 2 m) + ( 2 m x 0,75 m x 2)
= 17 m3

Pekerjaan Acian
Volume = (P x T x 2) + (P x L) + (L x T x 2)
= (4 m x 0,75 m x 2) + (4 m x 2 m) + ( 2 m x 0,75 m x 2)
= 17 m3

Pekerjaan Pengecatan
Volume = (P x T x 2) + (P x L) + (L x T x 2)
= (4 m x 0,75 m x 2) + (4 m x 2 m) + ( 2 m x 0,75 m x 2)
= 17 m3

2. Reaktor Biocel
Panjang =3m
Lebar =3m
Tinggi = 1,65 m

Universitas Pertamina - 68
Volume plat lantai (t=0,15m)
Volume lantai kerja = P lantai x L lantai x tebal lantai
= 3 m x 3 m x 0,15 m
= 1,35 m3

Volume dinding (t=0,2m)


Volume dinding = ((P dinding x T x tebal dinding) x 2) + ((L dinding x T x tebal dinding) x 2)

= ((3 m x 1,65 m x 0,2 m) x 2) + ((3 m x 1,65 m x 0,2 m) x 2)

= 3,96 m3

Volume plesteran beton


Volume plesteran = ( P x T x 2) + (P x L) + (L x T x 2)
= (3 m x 1,65 m x 2) + (3m x 3 m) + (3m x 1,65 m x 2)
= 37,8 m3
Volume acian
Volume acian = ( P x T x 2) + (P x L) + (L x T x 2)
= (3 m x 1,65 m x 2) + (3m x 3 m) + (3m x 1,65 m x 2)
= 37,8 m3
Volume pengecatan
Volume pengecatan = ( P x T x 2) + (P x L) + (L x T x 2)
= (3 m x 1,65 m x 2) + (3m x 3 m) + (3m x 1,65 m x 2)
= 37,8 m3

3. Bak Penampung Lindi


Dimensi
P =3m
L =3m
T = 0,2 m

Volume plat lantai (t=0,15m)


Volume lantai kerja = P lantai x L lantai x tebal lantai
= 3 m x 3 m x 0,15 m
= 1,35 m3

Universitas Pertamina - 69
Volume dinding (t=0,2m)
Volume dinding = ((P dinding x T x tebal dinding) x 2) + ((L dinding x T x tebal dinding) x 2)

= ((3 m x 0,2 m x 0,2 m) x 2) + ((3 m x 0,2 m x 0,2 m) x 2)

= 0,48 m3
Volume plesteran beton
Volume plesteran = ( P x T x 2) + (P x L) + (L x T x 2)
= (3 m x 0,2 m x 2) + (3m x 3 m) + (3m x 0,2 m x 2)
= 20,4 m3
Volume acian
Volume acian = ( P x T x 2) + (P x L) + (L x T x 2)
= (3 m x 0,2 m x 2) + (3m x 3 m) + (3m x 0,2 m x 2)
= 20,4 m3
Volume pengecatan
Volume pengecatan = ( P x T x 2) + (P x L) + (L x T x 2)
= (3 m x 1,65 m x 2) + (3m x 3 m) + (3m x 1,65 m x 2)
= 20,4 m3

4. Bak Penampung Digestate


Panjang =3m
Lebar =3m
Tinggi = 0,9 m

Pekerjaan Lantai (tebal 1 bata)


Volume = P lantai x L lantai x 1 bata
=3mx3m
= 9 m3

Pekerjaan Dinding
Volume = ((P dinding x T dinding x 1 bata) x 2) + ((L dinding x T dinding) x 2)
= (( 3 m x 0,9 m x 1) x 2) + (( 3 m x 0,9 m x 1) x 2)
= 10,8 m3

Pekerjaan Plesteran
Volume = (P x T x 2) + (P x L) + (L x T x 2)
= (3 m x 0,9 m x 2) + (3 m x 3 m) + ( 3 m x 0,9 m x 2)
= 19,8 m3

Pekerjaan Acian
Volume = (P x T x 2) + (P x L) + (L x T x 2)
= (3 m x 0,9 m x 2) + (3 m x 3 m) + ( 3 m x 0,9 m x 2)
= 19,8 m3

Universitas Pertamina - 70
Pekerjaan Pengecatan
Volume = (P x T x 2) + (P x L) + (L x T x 2)
= (3 m x 0,9 m x 2) + (3 m x 3 m) + ( 3 m x 0,9 m x 2)
= 19,8 m3

Universitas Pertamina - 71
Lampiran 7. Gambar Teknik dan Desain 3D Pengolahan dengan Biodigester

Gambar L.1 Tampah Depan Desain 3D Pengolahan Biodigester

Gambar L.2 Tampak Atas Desain 3D Pengolahan dengan Biodigester

Universitas Pertamina - 72
Gambar L.3 Tampak Samping Desain 3D Pengolahan Sampah dengan Biodigester

Universitas Pertamina - 73

Anda mungkin juga menyukai