KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN R. I.
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN INDUSTRI
POLITEKNIK ATI MAKASSAR
2018
PERANAN PENAMBAHAN STEAM LOW PADA
PROCESS CONDENSATE STRIPPER (DA 501) DI
PABRIK UREA IA PT PETROKIMIA GRESIK
KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN R. I.
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN INDUSTRI
POLITEKNIK ATI MAKASSAR
2018
i
PENGESAHAN PEMBIMBING LAPANGAN
PT PETROKIMIA GRESIK
Telah melakukan kegiatan bimbingan sejak tanggal 30 Juli s.d 04 November 2018
dan memeriksa hasil Laporan Kuliah Kerja Praktek Mahasiswa berikut ini:
Mengetahui,
Kepala Bagian Urea 1A Pembimbing Lapangan
T.494825
ii
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan kegiatan Kuliah Kerja Praktek ini Telah Diperiksa dan Disetujui oleh:
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir yang
berjudul "PERANAN PENAMBAHAN STEAM LOW PADA PROCESS CONDENSATE
STRIPPER (DA 501)”.
Dalam kesempatan ini, penulis sampaikan rasa terima kasih kepada pihak-
pihak yang telah membantu dalam penulisan tugas akhir ini sehingga dapat
terselesaikan tepat pada waktunya.
Harapan penulis semoga tugas akhir ini bermanfaat bagi semua pihak.
Penulis menyadari bahwa dalam pengerjaan tugas ini masih terdapat banyak
kesalahan ataupun kekurangan, maka dari itu saya selaku penulis mohon maaf
yang sebesar-besarnya, selain itu segala kritik dan saran akan penulis terima untuk
penyempurnaan tugas akhir ini.
Penulis
iv
DAFTAR ISI
JUDUL LAPORAN ............................................................................................... I
PENGESAHAN PEMBIMBING LAPANGAN .......................................................... II
HALAMAN PENGESAHAN .............................. ERROR! BOOKMARK NOT DEFINED.
KATA PENGANTAR .......................................................................................... IV
DAFTAR ISI.................................................... ERROR! BOOKMARK NOT DEFINED.
DAFTAR TABEL ............................................................................................... VII
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... VII
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... VII
BAB I ............................................................................................................... 1
A. Sejarah Perusahaan ....................................................................................... 1
B. Visi, Misi dan Tata Nilai Perusahaan .............................................................. 4
C. Logo Perusahaan............................................................................................ 6
D. Kapasitas Produksi ......................................................................................... 7
E. Latar Belakang Masalah ................................................................................. 7
F. Tujuan Melakukan KKP .................................................................................. 8
G. Tempat dan Waktu Pelaksanaan Kuliah Kerja Praktek.................................. 9
BAB II ............................................................................................................ 10
A. Bahan Baku Pupuk Urea .............................................................................. 10
B. Unit Sintesis ................................................................................................. 12
C. Unit Purifikasi............................................................................................... 20
D. Unit Recovery .............................................................................................. 22
E. Unit Process Condensate Treatment ........................................................... 26
F. Unit Konsentrasi .......................................................................................... 27
G. Unit Prilling .................................................................................................. 31
BAB III ........................................................................................................... 33
A. Daftar Peralatan........................................................................................... 33
1. Process Condensate Tank (FA-501) ........................................................... 33
2. Process Condensate Stripper (DA-501)...................................................... 33
3. Urea Hydrolizer (DA-502) .......................................................................... 33
4. Process Condensate Pump (GA-501) ......................................................... 34
5. Urea Hydrolizer Feed Pump (GA-502) ....................................................... 34
v
6. Preheater (EA-504 dan EA-505) ................................................................ 34
B. Alur dan Filosofi Proses ............................................................................... 34
1. Poses dan Prinsip Operasi ......................................................................... 34
2. Tujuan Penambahan Steam pada Process Condensate Treatment .......... 38
C. Start Up Prosedure ...................................................................................... 39
BAB IV ........................................................................................................... 42
A. Kesimpulan .................................................................................................. 42
1. Process Condensate Stripper (DA-501)...................................................... 42
2. Urea Hydrolizer (DA-502) .......................................................................... 42
B. Saran ............................................................................................................ 43
vi
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
vii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Sejarah Perusahaan
Industri pupuk merupakan industri yang strategis mengingat Indonesia
merupakan negara agraris dengan jumlah penduduk yang besar dan laju
pertumbuhannya setiap tahun cukup tinggi. Dalam rangka memenuhi
kebutuhan pangan agar tercapai kesejahteraan masyarakat, maka
pemerintah berupaya memajukan sektor pertanian supaya meningkatkan
produktivitas pertanian dengan cara menghasilkan pupuk yang berkualitas.
Oleh karena itu, pemerintah telah merancang keberadaan PT Petrokimia
Gresik sejak tahun 1956 melalui Biro Perancang Negara (BPN).
1
Proyek Industri (BP3I) yang dikoordinir Departemen Perindustrian Dasar dan
Pertambangan.
Pada saat itu, Gresik dinilai ideal dengan pertimbangan, antara lain:
2
pabrik pupuk menjadi sebuah industri pupuk terlengkap dan terbesar di
Indonesia yang juga memproduksi produk non pupuk. PT Petrokimia Gresik
sudah menjadi produsen pupuk yang memasok 50% kebutuhan pupuk
subsidi nasional.
3
11. Perluasan ke-11 (Tahun 2010) : pembangunan unit Utilitas
Batubara (UBB) yang mampu mengkonversi energi sebesar 25 MW
12. Perluasan ke-12 (Tahun 2011) : pembangunan pabrik pupuk
Phonska IV dan tangki Amoniak 10.000 MT
13. Perluasan ke-13 (Tahun 2013) : Joint Venture antara PT
Petrokimia Gresik dan Jordan Phosphate Mines Coorporation dalam
bentuk perusahaan PT Petro Jordan Abadi yang menghasilkan
produk berupa Asam Fosfat, Asam Sulfat, dan Cement Retarder
14. Perluasan ke-14 (Tahun 2014) : pengembangan
pelabuhan dan pergudangan, serta pembangunan pabrik ZK II
dengan produk samping berupa HCl. Selain itu, terdapat beberapa
proyek yang masuk kategori pengembangan berkelanjutan yaitu:
- Amoniak dan Urea II
- Uprating IPA Gunungsari
- Revamping Asam Sulfat
- Tangki Amoniak 20.000 MT Double Wall
- Construction Jetty
1. Visi
Menjadi produsen pupuk dan produk kimia lainnya yang berdaya
saing tinggi dan produknya paling diminati konsumen.
2. Misi
a. Mendukung penyediaan pupuk nasional untuk tercapainya
program swasembada pangan.
4
b. Meningkatkan hasil usaha untuk menunjang kelancaran
kegiatan operasional dan pengembangan usaha perusahaan.
c. Mengembangkan potensi usaha untuk mendukung industri kimia
nasional dan berperan aktif dalam community development.
3. Tata Nilai Perusahaan
a. Safety (Keselamatan); mengutamakan keselamatan dan
kesehatan kerja serta pelestarian lingkungan hidup dalam setiap
kegiatan operasional.
b. Innovation (Inovasi); meningkatkan inovasi untuk memenangkan
bisnis. c. Integrity (Integritas); mengutamakan integritas di atas
segala hal.
c. Synergistic Team (Tim yang Sinergis); berupaya membangun
semangat kelompok yang sinergistik.
d. Customer Satisfaction (Kepuasan Pelanggan); memanfaatkan
profesionalisme untuk peningkatan kepuasan pelanggan.
4. Tri Dharma Karyawan
Merupakan tiga slogan yang harus dipenuhi dan diwujudkan
oleh semua karyawan di PT. Petrokimia Gresik. Adapun Tri Dharma
Karyawan tersebut, yaitu:
a. Rumongso Melu Handarbeni (Merasa Ikut Memiliki)
b. Rumongso Melu Hangrukebi (Wajib Ikut Memelihara)
c. Mulatsariro Hangrosowani (Berani Mawas Diri)
5
C. Logo Perusahaan
6
D. Kapasitas Produksi
Tabel 1.1 Kapasitas produksi pupuk dan non pupuk PT Petrokimia Gresik
7
Di dalam Process Condensate Stripper (DA-501) dibutuhkan
penambahan steam low untuk menguraikan kandungan gas amoniak dan
gas CO2, sedangkan di dalam Urea Hydrolizer (DA-502) diperlukan stem
middle untuk mencapai titik temperatur pemecahan urea, yakni 200°C.
8
4 Meningkatkan pemahaman mahasiswa mengenai praktek dalam dunia
kerja sehingga dapat memberikan bekal kepada mahasiswa untuk terjun
langsung ke lapangan.
5 Dapat mengetahui bagaimana peranan steam low pada process
condensate strripper (DA-5010 di pabrik urea IA PT Petrokimia Gresik
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1 Steam
Steam digunakan sebagai media pemanas dalam alat penukar panas.
2 Air umpan boiler
Air umpan boiler di pabrik urea disuplai oleh unit utilitas.
10
3 Air Pendingin
Air Pendingin (cooling water) digunakan sebagai media
pendingin pada alat penukar panas untuk mendinginkan steam
condensate, process condensate dan lain-lain.
4 Udara
Udara yang instrumen berfungsi sebagai penggerak valve, dan
juga untuk membentuk pasivasi digunakan terdiri dari atas udara
instrumen dan udara proses. Udara di unit sintesis dengan tujuan
untuk mencegah korosi.
1 Unit sintesis
2 Unit purifikasi
3 Unit recovery
4 Unit konsentrasi
5 Unit prilling
6 Unit process condensate treatment
Berikut diagram proses produksi urea untuk mempermudah
penjelasan proses pembuatan pupuk urea.
11
B. Unit Sintesis
Unit ini bertujuan untuk menghasilkan urea dengan mereaksikan NH3
cair dan gas CO2 yang dikirim dari unit amoniak dan sirkulasi kembali larutan
carbamate yang diperoleh dari tahap recovery. Reaksi yang terjadi sebagai
berikut:
12
Peralatan utama pada seksi sintesis adalah Reaktor (DC-101),
Stripper (DA-101), Scrubber (DA-102) dan Carbamate Condenser (EA-101
dan EA-102).
1 Reaktor (DC-101)
13
menuju Ammonia Preheater (EA-103). Larutan carbamate berasal
dari carbamate condenser. Dengan pengontakkan ini terjadi reaksi
pembentukan carbamate dan urea. Kedua reaksi merupakan reaksi
kesetimbangan, sehingga untuk mencapai konversi yang diinginkan
perlu kontrol terhadap temperature, tekanan, waktu tinggal dan
perbandingan molar NH3 dan CO2.
Berikut parameter-parameter yang memengaruhi operator
reaktor:
a. Suhu
Reaksi konversi urea merupakan reaksi endotermis
dan untuk mencapai konversi yang tinggi diperlukan
temperature reaksi tinggi. Namun, temperature yang
terlalu tinggi dapat menurunkan pembentukan urea karena
terjadi penambahan volume gas. Pertambahan volume gas
dengan sendirinya akan menambah laju alir gas ke scrubber.
Selain itu, temperature tinggi juga berpengaruh terhadap
korosi material reaktor serta naiknya tekanan
keseimbangan. Temperature rendah juga menurunkan
konversi urea, karena reaksi pembentukan urea adalah
reaksi endotermis. Reaktor beroperasi pada temperature
174-175 oC untuk reaktor bagian bawah. Hal ini tergantung
pada jumlah produksi. Temperature dalam reaktor diatur
dengan menaikkan atau menurunkan steam pemanas pada
ammonia preheater, mengatur ekses NH3 dan laju larutan
recycle.
b. Tekanan
Konversi ammonium carbamate menjadi urea hanya
berlangsung pada fasa cair, jadi diperlukan tekanan tinggi.
Tekanan operasi yang terlalu tinggi dapat menyebabkan
14
kerusakan pada dinding reaktor apabila melebihi tekanan
disain. Tekanan yang rendah akan menurunkan
pembentukan urea karena larutan yang menguap
bertambah. Reaktor beroperasi pada tekanan 167-175
kg/cm2. Tekanan keseimbangan di dalam reaktor
ditentukan oleh temperature operasi dan molar rasio N.C.
apabila reaktor dioperasikan dibawah tekanan
keseimbangan, konversi CO2 menjadi urea akan turun.
Apabila reaktor dioperasikan diatas tekanan keseimbangan,
maka rasio konversi akan naik. Tekanan operasi yang tinggi
akan mengakibatkan temperature operasi di stripper tinggi.
Hal ini dimaksudkan untuk mencapai dekomposisi yang
cukup terhadap bahan yang keluar dari reaktor belum
terkonvensi. Sementara itu kondisi yang demikian akan
mengakibatkan hidrolisis urea dan pembentukan biuret di
stripper bertambah.
c. Waktu Tinggal
Untuk mencapai konversi urea yang tinggi,
diperlukan waktu reaksi yang cukup. Waktu reaksi yang
cukup di atur/dikendalikan dengan ketinggian level cairan
dalam reaktor. Level tinggi menyebabkan adanya larutan
yang terbawa Scrubber. Level yang rendah akan mengurangi
waktu reaksi sehingga konversi yang diinginkan tidak
tercapai. Level operasi berkisar 51-53%. Ketinggian level
diatur dengan bukaan valve pada bagian keluaran reaktor.
Pada suhu dan tekanan rendah diperlukan waktu tinggal
yang lama. Untuk meminimalisasikan waktu tinggal, di
dalam reaktor di pasang Baffle Plate. Hal ini dilakukan untuk
menghindari percampuran balik dari larutan sintesis.
15
d. Perbandingan Molar NH3 dan CO2
Untuk mencapai homogenitas reaksi diperlukan
reaktan dengan konsentrasi tinggi. Diantara kedua reaktan
(NH3 dan CO2), NH3 lebih mudah dipishkan dari aliran gas
daripada CO2. Untuk memisahkan NH3 dari aliran gas dapat
dilakukan dengan absorpsi menggunakan air. Untuk ekses
reaktan digunakan ekses NH3. Perbandingan NH3:CO2
adalah 4:1. Perbandingan ini berfungsi untuk menjaga
konversi. Perbandingan rendah akan menurunkan laju
pembentukan urea dan menambah bahan stripper.
Perbandingan tinggi akan menambah laju gas menuju
stripper. Perbandingan molar dikendalikan dengan
mengatur laju NH3. Larutan urea yang terbentuk didalam
reaktor keluar melalui down pipe dan masuk ke stripper
secara gravitasi dan gas yang terbentuk mengalir ke
scrubber.
2 Stripper (DA-101)
16
CO2 compressor. Penginjeksian udara berfungsi anti korosi/pasivasi
pada logam-logam peralatan proses. Tray dipasang bagian atas dari
stripper untuk memisahkan ammonia dan mengatur molar rasio
N:C larutan pada komposisi yang tepat untuk operasi stripping.
Supaya proses pada stripper sesuai dengan kebutuhannya
diperlukan kontrol terhadap temperature, level, aliran CO2,
tekanan steam, tekanan operasi dan komposisi pada larutan
sintesis urea.
a. Temperature
Reaksi penguraian merupakan reaksi endotermis,
untuk memenuhi kebutuhan kalor reaksi dibutuhkan
temperatur yang tinggi. Temperature yang terlalu tinggi
dapat menyebabkan korosi pada dinding stripper.
Temperature rendah akan menurunkan laju penguraian.
Stripper beroperasi pada temperature bagian bawah 175-
177 °C dan 191,5-193 °C untuk bagian atas.
b. Level
Agar sebagian besar carbamate dapat diuraikan
diperlukan waktu kontak antara larutan dengan pemanas
yang mencukupi. Kontrol level digunakan untuk mengatur
waktu kontak antara larutan dan gas CO2. Level yang terlalu
rendah akan menyebabkan banyak gas CO2 yang terbawa ke
HP decomposer. Level yang tinggi akan meningkatkan reaksi
pembentukkan biuret dan hidrolisis urea dengan reaksi:
17
Level dijaga pada rentang 30-38%. Pengendalian
level dilakukan dengan mengatur bukaan valve pada bagian
keluaran. Umumnya, level di bagian stripper dibuat
serendah mungkin. Level yang tinggi akan menambah
waktu tinggal di bagian bawah stripper sehingga
meningkatkan reaksi pembentukan biuret.
c. Aliran CO2
Selain dengan menggunakan pemanas steam
sebagai stripping, penguraian carbamate dapat dilakukan
dengan meningkatkan tekanan parsial CO2. Aliran CO2
rendah akan menurunkan perbandingan molar NH3CO2
pada reaktor. Laju alir CO2 tergantung pada jumlah
produksi.
d. Tekanan steam
Steam berfungsi sebagai stripping, apabila tekanan
steam meningkat dengan sendirinya temperature
meningkat. Peningkatan temperature dapat mengakibatkan
terjadinya pembentukan biuret dan hidrolisis urea. Hal ini
mengakibatkan kecepatan korosi naik. Tekanan steam
rendah, kalor yang dibutuhkan untuk menguraikan
karbamat tidak mencukupi sehingga efisiensi stripper
menurun. Larutan urea selanjutnya dipanaskan pada bagian
Shell (EA-102).
e. Tekanan Operasi
Tekanan operasi yang tinggi akan menaikkan sisa
amoniak yang terkandung di dalam outlet stripper.
Temperature operasi juga dinaikkan untuk mencapai
dekomposisi yang cukup. Tekanan operasi stripper berada
pada 167-175 kg/cm².
18
f. Komposisi Larutan pada Sintesis Urea
Efisiensi stripping dipengaruhi oleh komposisi
larutan sintesis. Konversi yang tinggi pada larutan sintesis
dapat dicapai dengan efisiensi stripping yang tinggi yang
dilihat dengan rendahnya jumlah steam yang dibutuhkan
pabrik urea.
3 Scrubber (DA102)
19
HP decomposer. Larutan carbamate yang terbentuk diproses lebih
lanjut pada reaktor membentuk urea. Larutan urea dipanaskan
pada bagian shell, dengan pemanasan ini carbamate yang tersisa
akan terurai menjadi amoniak dan CO2. Larutan urea pada bagian
shell EA-102 dan memanaskan panas reaksi dialirkan ke tahap
purifikasi.
C. Unit Purifikasi
Peralatan utama pada unit purifikasi adalah HP decomposer dan LP
decomposer. Larutan urea sintesis yang diproduksi pada unit sintesis
dimasukkan ke unit purifikasi, dimana ammonium carbamate dan excess
amoniak yang terkandung dalam larutan urea diuraikan dan dipisahkan
20
sebagai gas dari larutan urea dengan penurunan tekanan dan pemanasan
dalam HP decomposer dan LP decomposer.
1 HP decomposer (DA-201)
2 LP decomposer (DA-202)
Larutan urea dari DA-201 yang masih mengandung NH3, CO2 dan
carbamate dimurnikan lebih lanjut. Proses pemurnian dilakukan
dengan penurunan tekanan menjadi 2,5-2,6 kg/cm², pemanasan
dengan steam condensate dan CO2 stripping. Agar proses pemurnian
berjalan dengan baik perlu dikontrol temperatur, tekanan dan aliran
CO2.
21
terbentuk dipisahkan dalam FA-205 dan dikirim ke tahap recovery.
Larutan urea dialirkan ke urea solution tank (FA-201).
22
- Washing Column (DA-451)
a. Pengaruh Level
Level larutan dalam EA-401 menentukan waktu
kontak antara absorben dan gas level rendah akan
menghasilkan proses absorbsi yang tidak efisien. Level tinggi
akan menyebabkan sebagian absorben terbawa aliran gas.
Level operasi 65-75%.
b. Pengaruh Tekanan dan Konsentrasi
Tekanan operasi sistem HP absorber ditentukan
sebesar 17,3 kg/cm² oleh kondisi operasi HP decomposer.
Proses absorpsi bersifat eksotermis, sehingga temperature
tinggi akan menurunkan efisiensi absorpsi dan aliran gas ke
DA-451 meningkat. Dengan adanya pembentukkan
carbamate dalam absorben, temperature absorben harus
23
dijaga agar tidak terjadi pembentukkan kristal carbamate.
Pembentukan kristal terjadi karena temperature rendah dan
ini akan menyumbat aliran larutan carbamate. Temperature
operasi dijaga pada 58-98°C. Larutan carbamate dipompa
dengan carbamate pump menuju scrubber (DA-102) dan
carbamate condenser (EA-102).
c. Pengaruh Konsentrasi
NH3 dan CO2 gas dari HP decomposer diumpankan ke
dalam HP absorber bagian bawah dengan konsentrasi sekitar
70% campuran gas terabsorpsi dan sisa NH3 dan CO2
diabsorbsi dibagian absorber.
2 LP absorber (EA-402)
Gas NH3 dan CO2 keluaran LP decomposer diabsorb dengan
larutan absorben dari DA-451 kolom atas. Proses absorbsi sama
dengan proses di HP absorber. Temperature operasi dijaga diatas
40°C. Temperature ini akan terjadi pembentukan padatan
carbamate. Untuk menjaga efisiensi absorbsi diperlukan waktu
kontak yang mencukupi. Level operasi 64-85%, pada level ini waktu
kontak untuk absorbsi mencukupi. Gas yang tidak terabsorb dialirkan
ke final absorber (DA-503) untuk diabsorb lebih lanjut. Larutan
absorben di alirkan ke DA-451 bagian bawah.
24
3 Washing Column (DA-451)
a. Temperature
Temperature atas yang terlalu tinggi akan
menyebabkan gas yang keluar mengandung banyak NH3 dan
CO2. Washing column meliputi bagian atas, tengah dan
bawah. Suhu bagian atas dan bawah masing-masing 49 dan
65°C.
b. Tekanan
Tekanan operasi yang rendah akan menyebabkan
abrorbsi larutan carbamate tidak optimal.
25
E. Unit Process Condensate Treatment
26
F. Unit Konsentrasi
Unit ini berfungsi untuk memekatkan larutan urea dari 70% menjadi
99,7% dengan penguapan secara vacum. Tahap ini terdiri atas dua alat
utama:
27
Temperature operasi dijaga diatas titik didih air. Temperature operasi pada
81°C.
28
Selama operasi panas ditambahkan ke sistem untuk menguapkan
air dengan menaikkan konsentrasi urea, disamping menjaga suhu
air tetap konstan. Tekanan dijaga dibawah kondisi vacum untuk
membantu penguapan air pada penurunan temperature. Selain itu,
perubahan tekanan juga berpengaruh terhadap operasi, terutama
terhadap densitas kristal. Kenaikan vacum mengakibatkan
penurunan temperature pada slurry. Dengan demikian secara tidak
langsung juga akan menaikkan densitas kristal dan sebaliknya. Suhu
dan tekanan pada vacum concentration bagian bawah dijaga
masing-masing sekitar 75-80°C dan 140-180 mmHg.
a. Pengaruh Tekanan
Tekanan Operasi normal adalah 140-180 mmHg. Pada tahap
ini sebagian besar air yang ada didalam larutan dari vacum
concentrator bagian bawah diuapkan. Jika tekanan melebihi 300
mmHg, maka air yang teruapkan sangat sedikit dan ini
mengakibatkan konsentrasi inlet final konsentrator akan lebih kecil
dari 95% dan menyebabkan overload. Apabila tekanan pada tingkat
pertama terlalu rendah maka air akan berlebih yang diuapkan
sehingga konsentrasi larutan akan menjadi sangat tinggi dan
memungkinkan pipa menjadi buntu akibat rendah maka akan
terlalu banyak air yang diuapkan sehingga konsentrasi larutan akan
menjadi sangat tinggi dan memungkinkan pipa menjadi buntu
akibat kristalisasi
b. Pengaruh suhu
29
Range suhu operasi sebesar 133-136°C. Jika suhu terlalu
rendah memungkinkan tekanan steam terlalu rendah atau juga
terlalu banyak produk steam yang dilewatkan melalui heater,
sehingga mengakibatkan penguapan kurang efektif. Namun, jika
suhu operasi terlalu tinggi (>136) maka jumlah kandungan biuret
akan menjadi lebih besar
2 Final separator (FA-203)
a. Tekanan
Tekanan Operasi FA-203 sekitar 36-48 mmHg.
b. Tingkat kevakuman
Tingkat kevakuman yang rendah meningkatkan kadar air di dalam
prill.
c. Suhu
Larutan urea pada FA-202A dipanaskan pada EA-202
menggunakan steam temperature rendah dari rentang ini
menyebabkan pembentukkan padatan atau kristal urea pada pipa
vesel, karena titik leleh urea pada tekanan desain alat adalah 138°c
30
dan titik pemadatan urea adalah sekitar 132,7°c. Jika suhu terlalu
rendah,kristalisasi urea akan terjadi dan mengakibatkan
penyumbatan pada urea prill. Tetapi temperature terlalu tinggi
akan meningkatkan pembentukkan biuret.
G. Unit Prilling
Larutan urea dengan konsentrasi 99,7% berat dialirkan ke dalam
prilling tower. Di dalam prilling tower larutan dispray, didinginkan dan
dipadatkan untuk memeroleh urea prill. Dalam tahap ini terdiri atas
beberapa bagian, yaitu:
31
rendah akan menghasilkan produk pada urea prill dibawah
temperatur lingkungan. Ketika produk keluar dari proses pembutiran
akan kontak dengan lingkungan, temperatur produk akan naik
mencapai temperatur lingkungan. Peningkatan temperatur diikuti
dengan absorbsi uap air udara. Temperatur tinggi pendinginan tidak
merata pada urea prill dan terbentuk aglomerasi. Butiran urea akan
disaring menggunakan bar screen, butiran dengan ukuran diameter
lebih besar dari 1,7 mm akan dilarutkan kembali pada FA-302
dicampur dengan larutan pencuci FD-301. Urea prill yang memenuhi
spesifikasi dispray dengan uresoft untuk mencegah penggumpalan
sebelum dikirim ke pengantongan.
32
BAB III
TUGAS AKHIR
A. Daftar Peralatan
1. Process Condensate Tank (FA-501)
Setelah condensate dikondensasi pada surface condenser, maka
kondensat akan ditampung di Process Condensate Stripper atau yang
memiliki nama item FA-501. Di tangki ini terdapat dua sisi, yaitu sisi big
dan small untuk membedakan kondensat dengan kepekatan lebih tinggi
dan kepekatan yang lebih rendah.
33
4. Process Condensate Pump (GA-501)
Process Condensate Pump berfungsi untuk memompa proses
kondensat yang berada di Process Condensate Tank (FA-501) menuju ke
Final Absorber dan Process Condensate Stripper.
34
konsumsi utilitas. Oleh karena itu, sistem kontrol terhadap polusi di
industri urea ini memiliki keterkaitan.
35
a. Proses kondensasi gas dari unit pemekatan
36
b. Pengolahan proses kondensat
37
hydrolizer (EA-505) untuk memanaskan kondensat masukkan urea
hydrolizer (DA-502). Kondensat selanjutnya dialirkan ke kolom
bawah process condensate stripper (EA-501) dan kontak dengan
steam untuk menguraikan dan memisahkan sisa-sisa urea, aqua
amoniak dan carbamate. Condensate keluar melalui bagian bawah
kolom dan didinginkan melaui heat exchanger pada (EA-504)
menggunakan kondensat yang akan masuk ke process condensate
stripper (DA-501).
38
Setelah melalui unit pengolahan kondensat, pada akhirnya
kondensat akan keluar pada sisi bottom Process Condensate Stripper yang
kemudian akan ditampung di water tank (FA-501). Hasil kondensat ini
diharapkan memiliki minim kandungan mineral dan conductivity dibawah
nilai yang ditentukan. Sehingga ketika kondensat memiliki minim kadar
mineral dapat dimanfaatkan lagi pada unit prilling juga sekaligus kinerja
unit polisher dalam mengolah hasil proses kondensat tidak terlalu berat.
C. Start Up Prosedure
39
temperature top DA501 (TI501) sudah mencapai diatas 100°C dan
atur tekanan dengan PCV501 secara auto dan setting 3 kg/cm².
b) Bila temperatur pada top proses kondensat stripper DA501 (TI501)
sudah mencapai 100°C, alirkan steam dari DA501 ke Urea
Hydrolizer (DA502) dengan membuka perlahan-lahan PCV502 dari
Control Room secara manual, sampai temperature DA502 (TC511)
sudah mencapai diatas 130°C.
c) Tutup semua BV drain di bottom DA501 dan EA505.
d) Bila temperatur DA502 (TC511) sudah mencapai diatas
130°C,kemudian posisikan PCV502 auto pada setting 18 kg/cm².
e) Heating up dan pressurize Urea Hydrolizer (DA502) dengan steam
SM, dengan membuka perlahan-lahan FCV508, secara manual
sampai temperature TC511 sudah mencapai diatas 195°C
3. Start up Process Condensate Treatment.
a) Start GA 501 A/B
b) Start GA 503 A/B
c) Masukkan proses kondensat ke DA501 dengan membuka FC504
secara manual, sesuaikan dengan kemampuan level FA501= 50%
- 85%
d) Bila di DA501 sudah ada level (LCA502)= 80% - 90%, start
GA502A/B untuk mengisi proses kondensat ke DA502 dan
posisikan LV502 auto dan setting= 40% - 70%.
e) Bila level di DA502 (LCA504) sudah terlihat, posisikan LV504
manual atau auto dan setting= 0 – 70%.
f) Buat level di bottom DA501 (LCA503) posisikan auto dan
setting= 40% -70%.
g) Atur flow steam SL ke DA501 (FC505) sehingga temperature
DA501 (TI501)= 129 – 132°C
40
h) Atur flow steam SM ke DA502 (FC508) sehingga temperature
DA502 (TC511)= 199 – 202°C
i) Atur flow steam SM (FI509) dengan flow 0.2 – 0.3 ton/jam
dengan pembukaan BV by pass FC508 ¼ putaran (maksimum).
j) Jaga conductivity proses kondensat outlet DA501 (CRA501)= 30
µHs maksimum, dan kirim ke FB801 dengan membuka LCV304
secara auto atau manual.
k) Bila conductivity proses kondensat outlet DA501 (CRA501) lebih
dari 30 µHs, tutup LCV304 dan overflow-kan kondensat di
FA305.
l) Bila tekanan di DA502 naik lebih dari 18kg/cm², dan pembukaan
control valve PC502 sudah 100%, kurangi pembukaan steam SM
ke FC508 dan tambah pembukaan LCA504.
4. Start EA508.
Start EA508 dilakukan setelah start Prilling Tower.
41
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Steam merupakan salah satu suplai energi yang dibutuhkan dalam
proses industri. Dalam industri pembuatan urea, hampir seluruh proses
memerlukan bantuan pemanas steam. Di Produksi Urea PT. Petrokimia
Gresik berdasarkan jenis besar tekanan steam dibagi menjadi 3, yaitu steam
low, steam middle dan steam high. Di dalam unit pocess condensate
treatment diperlukan penambahan steam untuk menguraikan zat-zat
mineral yang masih terkandung di dalam kondensat.
42
sehingga pada urea hydrolizer memerlukan steam middle yang dapat
menghasilkan panas hingga 330°C
B. Saran
1. Faktor kesehatan dan keselamatan kerja (K3) di lapangan perlu
ditingkatkan lagi agar terciptanya lingkungan kerja yang aman dan
kondusif serta tercapainya zero accident.
2. Agar kiranya fasilitas yang ada tetap dipelihara dengan baik dan sumber
daya yang disediakan oleh perusahaan digunakan sebijak mungkin.
43