Anda di halaman 1dari 24

TUGAS MAKALAH PERANCANGAN ALAT PABRIK

MERANCANG ALAT PERPINDAHAN PANAS ANULUS MODEL


SERIE-PARAREL

Disusun Oleh:
1. Dedi Cristian Situmorang (NIM. 21030116120029)
2. Adam Nurfalah Erdian (NIM. 21030116120070)
3. Cantika Aulia Salsabila (NIM. 21030117120041)
4. Pury Diana Shintawati (NIM. 21030117120045)
5. Muhamad Rainaldo J (NIM. 21030117130123)
6. Natanael Sembiring (NIM. 21030117130124)
7. Miftahudin (NIM. 21030117130126)
8. Fikri Risang Adi (NIM. 21030117130130)
9. Throriq Wirata Imanto (NIM. 21030117140023)

DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2020
PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang atas
berkat dan anugerah-Nya, penulis dapat menyelesaikan Makalah Perancangan Alat
Pabrik Merancang Alat Perpindahan Panas Anulus Model Serie-Pararel.
Makalah ini tidak lepas dari peran serta berbagai pihak. Oleh karena itu,
penulis mengucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. Ir Bakti Jos, DEA selaku dosen
mata kuliah Perancangan Alat Pabrik, yang telah banyak mencurahkan waktu dan
pikiran dalam membantu penulis menyelesaikan makalah ini. Serta seluruh pihak
yang telah membantu penyusunan makalah ini.
Makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu saran dan kritik
yang mebangun sangat penulis harapkan. Dan penulis berharap makalah ini dapat
dikembangkan lagi dan dapat bermanfaat untuk diaplikasikan.

Semarang, 6 April 2020

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN COVER .............................................................................................. 1


PRAKATA .............................................................................................................. 2
DAFTAR ISI ........................................................................................................... 3
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. 4
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 5
1.1 Pengertian Heat Exchanger ........................................................................... 6
1.2 Jenis-Jenis Heat Exchanger ........................................................................... 6
1.3 Prinsib Kerja Double Pipe ............................................................................. 9
1.4 Konstruksi Double Pipe Heat Exchanger .................................................... 11
1.5 Double Pipe Exchanger Susunan Seri dan Pararel ...................................... 12
1.6 Kelebihan dan Kekurangan Double Pipe Exchanger .................................. 13
1.7 Perancanngan Double Pipe Exhanger Seri-Pararel ..................................... 13
1.8 Contoh Perhitungan Double Pipe Exhanger Seri-Pararel ............................ 16
1.9 Aplikasi Double Pipe Exchanger ................................................................ 20
BAB II PENUTUP ................................................................................................ 22
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 23
DAFTAR GAMBAR

Gambar. 1.1 Alat Penukar Kalor Jenis Double Pipa…............................................9


Gambar. 1.2 Heat Exchanger Double Pipa…..........................................................9
Gambar. 1.3 Lokasi pengotor ...............................................................................10
BAB I
PENDAHULUAN

Heat Exchanger atau unit penukar panas merupakan suatu alat dimana
terjadi aliran perpindahan panas diantara dua atau lebih fluida pada suhu atau
temperature yang berbeda, yang mana kedua fluida tersebut mengalir di dalam
system (Sudrajat, 2017). Heat Exchanger dapat berfungsi sebagai heater, cooler,
condensor, reboiler, maupun chiller. Biasanya medium pemanas yang dipakai
adalah air yang dipanaskan sebagai fluida panas dan air biasa sebagai air
pendingin (cooling water).
Sebagian besar dari industri-industri yang berkaitan dengan pemprosesan
selalu menggunakan Heat Exchanger. Alat ini sangat luas dipakai dalam industri
seperti kilang minyak, pabrik kimia maupun petrokimia, industri gas alam,
refrigerasi, serta pembangkit listrik. Sehingga alat penukar kalor ini mempunyai
peran yang penting dalam suatu proses produksi atau operasi (Andrivan., dkk,
2012).
Pertukaran panas terjadi karena adanya kontak, baik antara fluida yang
terdapat dinding yang memisahkan maupun keduanya bercampur langsung
(direct contact). Pemilihan yang tepat suatu alat penukar kalor akan menghemat
biaya operasional harian dan perawatan. Untuk mengetahui unjuk kerja dari alat
penukar kalor perlu diadakan analisis. Dengan analisis yang dilakukan dapat
diketahui bahwa alat tersebut mampu menghasilkan kalor dengan standar kerja
sesuai kebutuhan yang diinginkan. Bila alat penukar kalor dalam keadaan baru,
maka permukaan logam dari pipa-pipa pemanas masih dalam keadaan bersih.
Namun, setelah alat beroperasi beberapa lama terbentuklah lapisan kotoran atau
kerak pada permukaan pipa tersebut. Tebal tipisnya lapisan kotoran tergantung dari
fluida yang digunakan. Adanya lapisan tersebut akan mengurangi koefisien
perpindahan panasnya. Harga koefisien perpindahan panas untuk suatu alat penukar
kalor selalu mengalami perubahan selama pemakaian. Batas akhir alat dapat
berfungsi sesuai dengan perencanaan adalah saat harga koefisien perpindahan panas
mencapai harga minimum.
Penukar panas dirancang sebisa mungkin agar perpindahan panas antar fluida
dapat berlangsung secara efisien. Untuk efisiensi, penukar panas dirancang untuk
memaksimalkan luas permukaan dinding antara kedua cairan, dan meminimalkan
resistensi terhadap aliran fluida melalui exchanger. Kinerja penukar juga dapat
dipengaruhi oleh penambahan sirip atau corrugations dalam satu atau dua arah,
yang meningkatkan luas permukaan dan dapat menyebabkan turbulensi. Salah satu
tipe dari alat penukar kalor yang banyak dipakai adalah Double Pipe Heat
Exchanger. Dalam jenis penukar panas dapat digunakan berlawanan arah aliran
atau searah aliran, baik dengan cairan panas atau dingin cairan yang terkandung
dalam ruangan anular dan cairan lainnya dalam pipa.

1.1 Pengertian Heat Exchanger


Heat exchanger atau unit penukar panas merupakan suatu alat yang
dimana terjadi aliran perpindahan panas diantara dua atau lebih fluida pada
suhu atau temperature yang berbeda, yang mana kedua fluida tersebut mengalir
di dalam system (Sudrajat, 2017). Di dalam heat exchanger tersebut, kedua
fluida yang mengalir terpisah satu sama lain, biasanya oleh pipa silindris.
Seperti konsep perpindahan panas pada umumnya, fluida dengan temperatur
yang lebih tinggi akan mengalirkan panas ke fluida yang bertemperatur lebih
rendah. Penukar panas dirancang sebisa mungkin agar perpindahan panas antar
fluida dapat berlangsung secara efisien. Pertukaran panas terjadi karena
adanya kontak, baik antara fluida terdapat dinding yang memisahkannya
maupun keduanya bercampur langsung (direct contact) (Fachrudin, 2019).

1.2 Jenis-Jenis Heat Exchanger


Heat exchanger dapat dibagi menjadi beberapa tipe berdasarkan
fungsional dan jenis permukaan perpindahan panasnya. Pembagian tipe heat
exchanger secara fungsional diantaranya:
1. Regenerative type
Dalam penukar panas regeneratif, jalur aliran biasanya terdiri
dari matriks, yang dipanaskan ketika fluida panas melewatinya (Hot blow).
Panas ini kemudian dilepaskan ke fluida dingin ketika mengalir melalui
matriks (Cold Blow). Penukar panas regeneratif juga dikenal sebagai
penukar panas kapasitif.
Regenerator terutama digunakan dalam aplikasi gas/gas heat
recovery pada pembangkit listrik dan industri energi lainnya. Dua jenis
utama regenerator adalah statis dan dinamis. Kedua jenis regenerator
bersifat sementara dalam operasi dan jika tidak ada perhatian besar dalam
desain keduanya, maka dapat terjadi kontaminasi silang antara aliran panas
dan dingin. Namun, penggunaan regenerator kemungkinan akan
meningkat di masa depan karena banyak upaya dilakukan untuk
meningkatkan efisiensi energi dan memulihkan lebih banyak panas tingkat
rendah. Namun, karena heat exchanger regeneratif cenderung digunakan
untuk aplikasi khusus, heat exchanger recuperative type lebih sering
digunakan (Kothandaraman, 2006).
2. Recuperative type
Ada banyak jenis recuperative exchangers, yang secara luas
dapat dikelompokkan menjadi kontak tidak langsung, kontak langsung
dan spesial. Heat exchanger dengan kontak tidak langsung menjaga
fluida melakukan pertukaran panas secara terpisah dengan menggunakan
tabung, plat, dan lain-lain. Heat exchanger dengan kontak langsung tidak
memisahkan fluida yang melakukan pertukaran panas dan pada
kenyataannya bergantung pada fluida yang berada dalam kontak dekat
(Kothandaraman, 2006).
3. Direct Mixing Type
Dalam hal ini, fluida dicampur dan mencapai suhu normal.
Namun heat exchanger tipe ini sangatlah jarang digunakan
(Kothandaraman, 2006).
Sementara itu, pembagian tipe heat exchanger berdasarkan
permukaan perpindahan panasnya dapat diatur dalam beberapa bentuk
diantaranya single tube arrangement, shell and tube arrangement, dan
cross flow heat exchanger (Sudrajat, 2017)
Dikarenakan banyaknya jenis dari alat penukar kalor, maka dalam
pembahasan akan dibatasi pada alat penukar kalor jenis heat exchanger
yang banyak dijumpai dalam industri perminyakan. Heat exchanger
ini juga banyak mempunyai jenis-jenisnya.
1. Shell and Tube
Jenis ini merupakan jenis yang paling banyak digunakan
dalam industry perminyakan. Alat ini terdiri dari sebuah shell
(tabung/slinder besar) dimana didalamnya terdapat suatu bandle
(berkas) pipa dengan diameter yang relative kecil. Satu jenis
fluida mengalir didalam pipa-pipa sedangkan fluida lainnya
mengalir dibagian luar pipa tetapi masih didalam shell.
Alat penukar panas shell and tube terdiri atas suatu bundel
pipa yang dihubungkan secara parallel dan ditempatkan dalam
sebuah pipa mantel. Fluida yang satu mengalir di dalam bundel pipa,
sedangkan fluida yang lain mengalir di luar pipa pada arah yang
sama, berlawanan, atau bersilangan. Kedua ujung pipa tersebut dilas
pada penunjang pipa yang menempel pada mantel. Untuk
meningkatkan effisiensi pertukaran panas, biasanya pada alat
penukar panas shell and tube dipasang sekat (buffle). Ini bertujuan
untuk membuat turbulensi aliran fluida dan menambah waktu tinggal
(residence time), namun pemasangan sekat akan
memperbesar pressure drop operasi dan menambah beban kerja
pompa, sehingga laju alir fluida yang dipertukarkan panasnya harus
diatur (Mustafa, 2017).
2. Double Pipe (Pipa Ganda)
Salah satu jenis penukar panas adalah susunan pipa ganda.
Dalam jenis penukar panas dapat digunakan
berlawanan arah aliran, baik dengan cairan panas atau cairan
dingin yang terkandung dalam ruangan nular dan cairan lainnya
dalam pipa.
Gambar. 1.1 Alat penukar kalor jenis Double Pipe

1.3 Prinsib Kerja Double Pipe


Alat penukar panas pipa rangkap terdiri dari dua pipa logam standart
yang dikedua ujungnya dilas menjadi satu atau dihubungkan dengan kotak
penyekat. Fluida yang satu mengalir di dalam pipa, sedangkan fluida kedua
mengalir di dalam ruang anulus antara pipa luar dengan pipa dalam. Alat
penukar panas jenis ini dapat digunakan pada laju alir fluida yang kecil dan
tekanan operasi yang tinggi. Sedangkan untuk kapasitas yang lebih besar
digunakan penukar panas jenis selongsong dan buluh (shell and tube heat
exchanger).
Pada jenis ini tiap pipa atau beberapa pipa mempunyai shell sendiri-
sendiri. Untuk menghindari tempat yang terlalu panjang, heat exchanger ini
dibentuk menjadi U. Pada keperluan khusus, untuk meningkatkan
kemampuan memindahkan panas, bagian diluar pipa diberi srip. Bentuk
siripnya ada yang memanjang, melingkar dan sebagainya.

Gambar. 1.2 Heat Exchanger Double Pipa (Kern, 1983 hal 103)
Pada alat ini, mekanisme perpindahan kalor terjadi secara tidak
langsung (indirect contact type), karena terdapat dinding pemisah antara
kedua fluida sehingga kedua fluida tidak bercampur. Fluida yang memiliki
suhu lebih rendah (fluida pendingin) mengalir melalui pipa kecil, sedangkan
fluida dengan suhu yang lebih tinggi mengalir pada pipa yang lebih besar
(pipa annulus). Penukar kalor demikian mungkin terdiri dari beberapa
lintasan yang disusun dalam susunan vertikal. Perpindahan kalor yang
terjadi pada fluida adalah proses konveksi, sedang proses konduksi terjadi
pada dinding pipa. Kalor mengalir dari fluida yang bertemperatur tinggi ke
fluida yang bertemperatur rendah.
Dalam desain pipa penukar panas ganda, yang merupakan faktor
penting adalah jenis pola aliran dalam penukar panas. Sebuah penukar panas
pipa ganda biasanya akan baik berlawanan arah / counterflow atau aliran
paralel. Pola yang aliran dan tugas panas yang dibutuhkan pertukaran
memungkinkan perhitungan log mean perbedaan suhu. Yang bersama-sama
dengan perpindahan panas keseluruhan diperkirakan koefisien
memungkinkan perhitungan luas permukaan perpindahan panas yang
diperlukan. Kemudian ukuran pipa, panjang pipa dan jumlah tikungan dapat
ditentukan.

Gambar. 1.3 Lokasi pengotor (Kern, 1983 hal 106)


Namun, terkadang dalam beberapa alat seperti HE ini, akan ada
pengotor didalam pipa yang membuat proses perpindahan kalor nya
menjadi terganggu. Pengotoran ini dapat terjadi endapan dari fluida yang
mengalir, juga disebabkan oleh korosi pada komponen dari heat exchanger
akibat pengaruh dari jenis fluida yang dialirinya. Selama heat exchanger ini
dioperasikan pengaruh pengotoran pasti akan terjadi. Terjadinya
pengotoran tersebut dapat menganggu atau mempengaruhi temperatur
fluida mengalir juga dapat menurunkan ataau mempengaruhi koefisien
perpindahan panas menyeluruh dari fluida tersebut. Beberapa faktor yang
dipengaruhi akibat pengotoran antara lain: Temperatur fluida, Temperatur
dinding tube dan Kecepatan aliran fluida.

1.4 Konstruksi Double Pipe Heat Exchanger


1. Hairpin
Penyatuan dua kaki, konstruksi hairpin lebih disukai karena membutuhkan
ruang yang tidak begitu besar.
2. Packing & glad
Packing dan glad menyediakan penyegelan untuk anulus dan mendukung
pada inner pipa.
3. Return Bend
Ujung-ujung yang berlawanan bergabung membentuk huruf U melalui
sambungan las.
4. Support lug s
Support lugs dapat dilengkapi pada ujung innner pipa.
5. Flange
Pipa-pipa luar dihubungakan dengan flange pada akhir sambungan agar
mudah dibuka atau dibongkar guna pembersihan dan pemeliharaan
6. Union Join
Untuk pemasangan inner tube dengan U-bend.
7. Nozzles
Bagian kecil dari pipa yang di hubungkan ke shell atau ke saluran yang
bertindak sebagai inlet atau outlet dari cairan.
8.Gasket
Packing diletakkan diantara dua buah flange agar aliran dapat bergerak
bebas
Peralatan pelengkap Double Pipe Heat Exchangers:
1. Pompa
Pompa digunakan untuk memompa fluida dari tangki ke double-pipe
heat exchangers.
2. Valve
o Gate valves
Valve ini memungkinkan uap untuk memasuki pipa uap pada annulus
double-pipe heat exchangers.
o Disc Glove valves
Ketika valve ini terbuka, air dingin dapat memasuki double-pipe heat
exchangers.
o Ball valves
Valve ini digunakan untuk mengarahkan fluida ke saluran
pembuangan setelah proses selesai.
o Computer controlled valves
Control valve digunakan untuk mengontrol sebanyak apa fluida
pendingin yang diinginkan memasuki double-pipe heat exchangers.
o Flowmeter
Flowmeter digunakan untuk mengukur laju alir fluida proses.
3. Termocouple
Termocouple menjaga kestabilan suhu fluida proses.
(Williams, 2002)

1.5 Double Pipe Exchanger Susunan Seri dan Pararel


Alat penukar kalori ini menggunakan 2 macam tube yang diameternya tidak
sama pada konstruksi pipa ganda ini terdapat pipa didalam (inner tube) dan
luar pipa (outer tube) sering disebut annulus.
Bila ditinjau dari segi kebutuhan operasi, maka alat penukar ini dapat
diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Penukar kalor susunan seri
b. Penukar kalor susunan seri parallel
Pada konstruksi susunan seri, maka fluida dalam tube sebelah dalam maupun
sebelah luar (didalam annulus) alirannya satu lintasan tanpa cabang sedangkan
alat penukar kalor susunan seri paralel, didalam tube sebelah dalam dan fluda
dalam anulus masing-masing mempunyai cabang. Penutup pipa rangkap ini
ternyata tidak memadai untuk laju aliran yang lebih besar dari pada yang dapat
ditangani dengan beberapa buah tabung saja. Jika kita menggunakan banyak
penukar kalor pipa rangkap secara parallel, bobot logam yang digunakan
sebagai pipa luar akan menjadi sedemikian tinggi sehingga penggunaan
konstruksi selongsong dan tabung sekaligus, akan lebih menjadi ekonomis.
Penukar panas ini hanya melakukan suatu lintasan selongsong dan satu lintasan
pula di dalam tabung (Mustaza, 2013).

1.6 Kelebihan dan Kekurangan Double Pipe Exchanger


Kelebihan Double Pipe Heat Exchanger:
 Mampu untuk beroprasi pada tekanan yang tinggi
 Fleksibel dalam berbagai aplikasi dan pengaturan pipa,
 Dapat dipasang secara seri atau paralel,
 Mudah bila kita ingin menambah luas permukaannya dan
 Kalkulasi design mudah dibuat dan akurat.
 Double pipe heat exchanger sangat berguna karena dapat dirakit di toko
pemasangan pipa apa pun dari suku cadang standar dan memberikan
permukaan perpindahan panas yang murah
Kekurangan Double Pipe Heat Exchanger
 Kapasitas perpindahan panasnya sangat kecil, ketika digunakan dengan
peralatan distilasi pada proses industri diperlukan jumlah yang sangat
besar. Ini membutuhkan ruang yang cukup besar, dan setiap penukar pipa
ganda memperkenalkan tidak kurang dari 14 titik di mana kebocoran
mungkin terjadi. Waktu dan biaya yang diperlukan untuk pembongkaran
dan pembersihan secara berkala adalah penghalang dibandingkan dengan
jenis peralatan lainnya.
 Mahal, dan
 Digunakan untuk fluida yang berjumlah sedikit yang akan dipanas kan
atau dikonsdensasikan.

1.7 Perancanngan Double Pipe Exhanger Seri-Pararel


Kondisi Operasi yang Dibutuhkan:
Fluida panas: T1, T2, W, c, s atau ρ, μ, k, ΔP, Rdo atau Rdi
Fluida dingin: t1, t2, w, c, s atau ρ, μ, k, ΔP, Rdi atau Rdo
Diameter pipa harus diketahui atau diasumsi
Urutan perhitungan umum:
1. Perhitungan neraca panas:
Q  WCT1  T2   wct2  t1 
Kehilangan panas karena radiasi tidak begitu signifikan bila
dibandingkan dengan perpindahan panas pada HE.
2. Perhitungan Δt:
T2  t1 T T
P'  , R'  1 2
T1  t1 nt 2  t1 

1  P' nR'  R'1  1 1 n 1 


 2.3 log     
 R'1  R'  P'  R' 

t   T1  t1 
n parallel cold stream
3. Tc dan tc: Jika cairan bukan fraksi minyak bumi atau hidrokarbon
temperatur kalori tidak dapat melalui Fig. 17 dan Pers. (5.28) dan (5.29).
Karenanya, perhitungan UC dilakukan untuk aliran panas dan dingin
akhir menghasilkan Uh dan Uc yang dari salah satunya menghasilkan
Kc. Fc kemudian didapat melalui Fig. 17 atau Pers. (5.27). Jika kedua
cairan tidak begitu viskos pada aliran akhir dingin, katakan saja tidak
lebih dari 1 cp, jika kisaran temperatur tidak melebihi 50 -100 °F, dan
jika perbedaan temperatur kurang dri 50°F, nilai rata-rata dari T1
dengan T2 dan t1 dengan t2 dapat digunakan menggantikan Tc dan tc

untuk mengevaluasi sifat fisik. Untuk cairan nonviskos    /  w 


0.14

dapat diasumsikan bernilai 1.


Inner pipe:
4. Luas permukaan, a p  D 2 / 4 , ft2.

5. Mass velocity, G p  w / a p  2, lb/(hr)(ft2).

6. Tentukan μ pada Tc dan tc tergantung pada fluida apa yang mengalir


melalui pipa dalam.
Melalui D ft, Gp lb/(hr)(ft2), μ lb/(ft)(hr) didapat bilangan Reynold,
Re p  DGp /  .

7. Dari gambar 24 dimana jH  hi D / k c / k   /  w 0.14 vs


1
3 DGp / 

didapat jH.
8. Dari c Btu/(lb)(°F), μ lb/(ft)(hr), k Btu/(hr)(ft2)(°F/ft) pada Tc dan tc

didapat c / k  3 .
1

9. Untuk menentukan hi, jH dikalikan k / Dc / k 13   1.0 atau


1 0.14 1
hi D  c  3    k  c  3
      1.0  hi Btu/(hr)(ft2)(°F)
k  k   w  D k 

10. Ubah hi menjadi hio; hio  hi  Ai / A  hi  ID OD .


Annulus:

4’. Area alir, aa   D22  D12 / 4 , ft2 
4  flow area D 2  D12
Diameter ekuivalen De   2 ft
wetted perimeter D1
5’. Kecepatan massa, Ga = w/aa lb/(hr)(ft2)
6’. Didapatkan μ pada To atau tc, lb/(ft) (hr) = centipoise x 2.42. dari De
Ft, Ga lb / (hr)(ft2), μ lb/(ft)(hr) didapat bilangan Reynolds
𝐷𝑒𝐺𝑎
Rea = μ

7’. Dari gambar 24 dimana ju = (hoDo/k)(cμ/k)-1/2(μ/μw)-0,14 vs. DeGa/μ


untuk mendapatkan ju
8’. Dari c, μ, dan k, semua didapat saat Tc atau tc menghitung (cμ/k)1/2
9’. Untuk mendapatkan ho kalikan j\u dengan (k/Do)(cμ/k)1/2(  =1.0)atau
x 1.0 = ho BTU/(hr)(ft2)(°F)
Koefisien keseluruhan:
11. Hitung Uc = hioho/(hio+ho), Btu/(hr)(ft2)(°F)
12. Hitung UD dari 1/UD = 1/Uc + Rd.
13. Hitung A dari Q = UDA ∆t dimana dapat diterjemahkan sebagai panjang.
Jika panjang tidak berhubungan dengan bilangan integral dari hairpins,
akan terdapat perubahan pada dirt factor di hasil. Perhitungan ulang
dirt factor harus sama atau melebihi kebutuhan dirt factor dengan
menggunakan bilangan integral hairpins selanjutnya yang lebih besar.
Perhitungan ∆P. Membutuhkan pengetahuan dari total panjang dari kolom
untuk memenuhi kebutuhan transfer panas
Inner Pipe:
1. Untuk Rep pada (6) diatas didapat f dari pers. (3.46) or (3.476)
2. ∆Fp = 4fG2L/2gp2D, ft.
∆Fpp/144 = ∆Pp, psi
Annulus:
1’. Didapat D’e =
Hitung dari friksi bilangan Reynolds., Re’a = D’eGe/μ. Untuk Re’a
didapat f dari pers. (3.46) atau (3.47b)
2’. ∆Fa = 4fG2L/2gp2D’w ft.
3’. Saat masuk dan keluar, satu satuan kecepatan per hairpins:
𝑉3
∆Fi = 2𝑔′ft / hairpins

(∆Fa + ∆Fi)p = ∆Pw, psi


Terdapat kelibihan ketika kedua fluida dihitung dari sisi ke sisi.

1.8 Contoh Perhitungan Double Pipe Exhanger Seri-Pararel


6000 lb/jam lube oil (26 0 API) didinginkan dari 4000F menjadi 3000F sebagai
media pendingin digunakan crude oil (340 API ) yang masuk pada suhu 600 F
dan keluar alat perpindahan panas pada suhu 800F. Jika pressure drop yang
diizinkan = 10 psi dan Rd masing-masing arus = 0,003

a. Berapa banyak hairpin yang panjangnya 20 ft dengan dimensi 3X2 in IPS


dibutuhkan?
b. Bagaimana susunannya
c. Berapa harga Rd final?

(1) Heat Balance


400 + 300
Lube oil, Tav = = 350
2

∆T1 = 100
C = 5,8 (Fig. 4, Kern)
Q = m. c. ∆T
= 6000. 0,58. 100
= 348.000

Maka,
60 + 80
Crude oil, tav = = 70
2

C = 0,46
348.000 = Cp. W. ∆T
348.000 = 0,46. W. 26
W = 37.826,08 lb/jam
Karena selisih W nya 2 kali lipat maka kondisinya seri pararel
(2) ∆𝑻
320−240
∆T LMTD = ln (320/240)

= 278,08
(3) Caloric Temperature
TC = 300 – 60
= 240 figure 17
TH = 400 – 80
= 320
∆TC 240
= 320 = 0,75
∆TH

KC = 0,43 (fig. 17, Kern) atas


FC = 0,46 (fig. 17, Kern) bawah
TC = 300 + 0,46 (100) = 346o F
tC = 60 + 0,46 (20) = 69,2o F
Karena digunakan dimensi 3X2 in IPS maka fluida yang kecepatannya besar
dalam hal ini crude oil diletakkan di pipa sedangkan lube oil diletakkan pada
anullus

Hot fluid; annulus, lube oil


(4) Flow Area
D = Diameter dalam pipa
D1 = Diameter luar pipa
D2 = Diameter dalam anulus
D1 = 2,38 / 12 = 0,1483 tabel hal.
D = 2,067 / 12 = 0,1725 844, tabel D2 = 3,068 / 12 = 0,2567 10
𝛼 a = π (D2 − D1) / 4
𝛼 a = 3,14 (0,2567 – 0,1483) / 4
𝛼 a = 0,0204 ft2
De = (D22 – D12) / D1
De = (0,25672 – 0,14832) / 0,1483
= 0,2960
(5) Mass Velocity
Ga = w / 𝛼a
Ga = 6000 / 0,0204 ft2
= 294.117 lb/ (hr) (ft2)
(6) Pada Suhu 346 µ = 3 Cp
= 3 x 2,42
= 7,25 lb/ft.hr
Jika hanya dibutuhkan 2 hairpin
L 2 × 40
akan menjadi 0,2960 = 270,27
D
De × 6a 0,296 × 294 × 117
Re = = (fig. 1, Kern)
34 7,25

= 12.008
(7) JH = 42 (figure. 24, Kern)
(8) Pada TC = 3460F 26o API
C = 0,6 (fig. 4, Kern) K= 0,068
1⁄
Cμ 3 0,6 × 7,25
(K) =( )=4
0,068
1⁄
ho K C×μ 3
= JH De ( )
∅a K
ℎ𝑜
= 42 X (0,068/0,295) 4 = 38,954
∅𝑎

Cold fluid; inner pipe, crude oil


(4) Flow Area, D = 2,067/12 = 0,172 ft
ap = πD2/4 = 3,14 (0,172 ft)2/4 = 0,0232
Karena diasumsikan dua pararel maka W/2 lb/hr akan mengalir pada masing-
masing pipa.
(5) Mass Velocity
Gp = w / 𝛼p
Gp = 37826/(2 0,0232)
Gp = 815215,517 (lb) /(hr) (ft2)
(6) Pada Suhu tc = 69,2 0F
Mencari dengan XY pada figure 14 (kern)
µ = 7 Cp. 2,42 = 16,94 lb/ft hr
𝐷 𝐺𝑝 0,172 𝑓𝑡 815.215,517
Rep = = 𝑙𝑏
μ 16,94 ℎ𝑟
𝑓𝑡

Rep = 8525,96
(7) JH =37 (Gambar 24)
(8) Pada Suhu tc =69,2 0F
k= 0,078 Btu/(hr)(ft2) (0F/ft) (Gambar 1)
c= 0,46 Btu/(lb) (0F) (Gambar 14)
𝑐 0,46 16,94 1/3
(𝜇 )1/3 =( ) = 4,569
0,078
𝒉𝒊 𝒄
(9) ∅𝒑 = JH k/D (𝝁 )1/3
ℎ𝑖 0,078
= 37. 0,172 4,569 = 76,663
∅𝑝

Sekarang kemabali ke bagian anulus


𝑡𝑐+ℎ𝑜/∅𝑎 69,2+38,594
tw = ℎ𝑖𝑜 ℎ𝑜 = 66,58+38,594 (300-60)
+
∅𝑝 ∅𝑎

tw = 157,268
µw = 2,7 2,42 = 6,534 (gambar 14)
∅𝑎 = (𝜇a / 𝜇𝑤)0,14 = 1,01466
ℎ𝑜
ho =∅𝑎 ∅𝑎 = 38,594 1,014 = 39,159

(10) Sekarang Kembali ke Pipa


tw= 157,268
µw = 2,7 2,42 = 6,534 (gambar 14)
∅𝑝 = (𝜇p / 𝜇𝑤)0,14 = (16,94/6,534)0,14
∅𝑝 = 1,1426
hio= 66,58 1,1426 = 76,079
ℎ𝑖𝑜 ℎ𝑜 76,079 39,159
Uc = ℎ𝑖+ℎ𝑜 =76,079+39,159 = 78,318
1 1
= 𝑈𝑐 + Rd ( Rd perhitungan besarnya 2 kali Rd yang dibutuhkan)
𝑈𝑑
1 1
= + 0,006
𝑈𝑑 78,318

Ud = 53,304
𝑄 354.000
A= = 53 304 278 = 23,88 ft2
𝑈𝑑 ∆𝑇 𝐿𝑀𝑇𝐷

Required Length = (23,88 12) / 2,38 = 120,44


Maka jumlah hairpin yang dibutuhkan = 4, dimana 4 X 40 = 160
𝑄 354.000
Ud = 𝐴 ∆𝑇 = 160 𝑋 0,622 𝑋 278 = 12,795
1 1 1 1
Rd = 𝑈𝑑 - 𝑈𝑐 = = 12,795 - 78,318 = 0,06538

1.9 Aplikasi Double Pipe Exchanger


Pada teknologi industri makanan, minuman, proses kimia dan farmasi,
propertis fluida yang tepat terutama pada proses pemanasan dan pendinginan
tersebut sangat penting. Alat penukar kalor tipe pipa ganda banyak
diaplikasikan pada industri ini (Ma’a dan Putra, 2012). Perkembangan
industri pengolahan kimia, pembangkit listrik, pengkondisian udara dan
sebagainya juga telah banyak melakukan perpindahan energi panas dari suatu
aliran fluida ke aliran fluida lainnya. Alat yang digunakan untuk melakukan
proses perpindahan energi panas tersebut salah satunya juga adalah Double
Pipe Heat Exchanger. Dipilihnya alat tipe ini dikarenakan konstruksi yang
dimiliki oleh Double Pipe Heat Exchanger ini sederhana, cukup murah untuk
dibuat, dan dibandingkan dengan tipe lain, jumlah ruang yang ditempati
umumnya lebih tinggi dibandingkan dengan tipe lainnya. Alat penukar kalor
tipe pipa ganda merupakan peralatan perpindahan panas yang sesuai dalam
aplikasi – aplikasi yang tidak membutuhkan permukaan perpindahan panas
yang besar. (Ma’a, 2013)
Multi tube double pipe heat exchangers tersedia dalam desain finned
dan bare tube. Ukuran shell dari 3 inci - 16 inci IPS. Desain tersedia untuk
memenuhi sebagian besar kebutuhan penukar panas; dari minyak berat dan
aspal hingga kimia ringan, bensin, butana, dan hidrokarbon lainnya dan juga
tersedia desain untuk transfer panas gas preasure tinggi dan untuk memproses
mematikan atau sulit mengandung cairan dan gas seperti hidrogen, dowhterm
dan asam (King Abdulaziz University, 2018).
BAB II
PENUTUP

Heat Exchanger atau unit penukar panas merupakan suatu alat dimana
terjadi aliran perpindahan panas diantara dua atau lebih fluida pada suhu atau
temperature yang berbeda, yang mana kedua fluida tersebut mengalir di dalam
system. Alat ini sangat luas dipakai dalam industri seperti kilang minyak,
pabrik kimia maupun petrokimia, industri gas alam, refrigerasi, pembangkit
listrik , sehingga alat penukar kalor ini mempunyai peran yang penting dalam
suatu proses produksi atau operasi.
Salah satu tolak ukur yang menentukan pemilihan suatu jenis penukar panas
adalah kemampuannya untuk memindahkan panas yang pada umumnya disebut
efektivitas dan efisiensi energi supaya tidak banyak membuang dan
menghamburkan waktu. Untuk satu ukuran penukar panas yang digunakan, maka
efektivitas dan efisiensi energi yang tinggi akan menunjukkan semakin banyaknya
fluks panas dan waktu yang digunakan akan lebih efisiens dan panas yang dapat
dipindahkan per satuan massa fluida akan bagus. Heat exchanger dapat dibagi
menjadi beberapa tipe. Salah satu tipe dari alat penukar kalor yang banyak dipakai
adalah Double Pipe Heat Exchanger. Dalam jenis penukar panas dapat digunakan
berlawanan arah aliran atau searah aliran, baik dengan cairan panas atau dingin
cairan yang terkandung dalam ruangan anular dan cairan lainnya dalam pipa. Untuk
mengetahui unjuk kerja dari alat penukar kalor maka perlu diadakan analisis.
Sehingga upaya untuk mengembangkan suatu rancangan penukar panas yang
memberikan efektivitas perpindahan panas tinggi senantiasa menjadi lebih baik dan
menjadi sebuah topik yang menarik.
DAFTAR PUSTAKA

Andrivan, T. M. S., Aulia F., Rikki A. B., dan Aulia B P. 2012. “Makalah Heat
Exchanger ( Alat Penukar Panas )”. Medan: Fakultas Teknik Univesritas
Sumatera Utara.
Anwar. 2019. “Kaji Eksperimental Pengaruh Diameter Selonsong Terhadap Unjuk
Kerja Alat Penukar Kalor Pipa Ganda”. Jurnal Mekanikal, Vol. 10 No.1:
Januari 2019: 942-947
Fachrudin, A. R., Gumono., dan Riyanto H. N. 2019. Pengaruh Jumlah Sirip
Terhadap Perpindahan Panas pada Double Pipe Heat Exchanger. Jurnal
Teknik Mesin: Vol. 2, No. 2
Kern, D.Q. 1983. “Process Heat Transfer International Student Edition”. Japan :
McGraw-Hill Book Company
King Abdulaziz University. 2018. MEP 460 Heat Exchanger Design: Double pipe
heat Exchanger. Jeddah : Mechanical Engineering Department
Kothandaraman, C.P. 2006. Fundamentals of Heat and Mass Transfer (3rdEd). New
Ma’a, M. 2013. Karakteristik Perpindahan Panas pada Double Pipe Heat
Exchanger, Perbandingan Aliran Parallel dan Counter Flow. Jurnal Teknik
Elektro dan Komputer. 1(2): 161-168.
Ma’a, M., dan Putra. 2012. Karakteristik Perpindahan Panas dan Pressure Drop
pada Alat Penukar Kalor tipe Pipa Ganda dengan aliran searah. Proceding
Applied Engineering Seminar 2012, hal 18-22.
Mustaza. "Karakteristik Perpindahan Panas pada Double Pipe Heat Exchanger,
perbandingan aliran parallel dan counterflow." Jurnal Teknik Elektro dan
Komputer 1.2 (2013): 161-168.
Mustafa. 2017. “Kinerja Pemanas Air Dari Panas Buang Air Conditioner dengan
Heat Exchanger Tipe Shell And Tube”. Jurnal Mekanikal, Vol. 8 No.2: Juli
2017: 752-758.
Sudrajat, J. 2017. “Analisa Kinerja Heat Exchanger Shell and Tube pada Sistem
COG Booster di Integrated Steel Mill Krakatau”. Jurnal Teknik Mesin: Vol:
6, No. 3
Williams, J. B. 2002. Double-Pipe Heat Exchanger. Diakses melalui
https://www.che.utah.edu/ pada 03 April 2020.

Anda mungkin juga menyukai