Disusun Oleh:
1. Dedi Cristian Situmorang (NIM. 21030116120029)
2. Adam Nurfalah Erdian (NIM. 21030116120070)
3. Cantika Aulia Salsabila (NIM. 21030117120041)
4. Pury Diana Shintawati (NIM. 21030117120045)
5. Muhamad Rainaldo J (NIM. 21030117130123)
6. Natanael Sembiring (NIM. 21030117130124)
7. Miftahudin (NIM. 21030117130126)
8. Fikri Risang Adi (NIM. 21030117130130)
9. Throriq Wirata Imanto (NIM. 21030117140023)
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang atas
berkat dan anugerah-Nya, penulis dapat menyelesaikan Makalah Perancangan Alat
Pabrik Merancang Alat Perpindahan Panas Anulus Model Serie-Pararel.
Makalah ini tidak lepas dari peran serta berbagai pihak. Oleh karena itu,
penulis mengucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. Ir Bakti Jos, DEA selaku dosen
mata kuliah Perancangan Alat Pabrik, yang telah banyak mencurahkan waktu dan
pikiran dalam membantu penulis menyelesaikan makalah ini. Serta seluruh pihak
yang telah membantu penyusunan makalah ini.
Makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu saran dan kritik
yang mebangun sangat penulis harapkan. Dan penulis berharap makalah ini dapat
dikembangkan lagi dan dapat bermanfaat untuk diaplikasikan.
Penulis
DAFTAR ISI
Heat Exchanger atau unit penukar panas merupakan suatu alat dimana
terjadi aliran perpindahan panas diantara dua atau lebih fluida pada suhu atau
temperature yang berbeda, yang mana kedua fluida tersebut mengalir di dalam
system (Sudrajat, 2017). Heat Exchanger dapat berfungsi sebagai heater, cooler,
condensor, reboiler, maupun chiller. Biasanya medium pemanas yang dipakai
adalah air yang dipanaskan sebagai fluida panas dan air biasa sebagai air
pendingin (cooling water).
Sebagian besar dari industri-industri yang berkaitan dengan pemprosesan
selalu menggunakan Heat Exchanger. Alat ini sangat luas dipakai dalam industri
seperti kilang minyak, pabrik kimia maupun petrokimia, industri gas alam,
refrigerasi, serta pembangkit listrik. Sehingga alat penukar kalor ini mempunyai
peran yang penting dalam suatu proses produksi atau operasi (Andrivan., dkk,
2012).
Pertukaran panas terjadi karena adanya kontak, baik antara fluida yang
terdapat dinding yang memisahkan maupun keduanya bercampur langsung
(direct contact). Pemilihan yang tepat suatu alat penukar kalor akan menghemat
biaya operasional harian dan perawatan. Untuk mengetahui unjuk kerja dari alat
penukar kalor perlu diadakan analisis. Dengan analisis yang dilakukan dapat
diketahui bahwa alat tersebut mampu menghasilkan kalor dengan standar kerja
sesuai kebutuhan yang diinginkan. Bila alat penukar kalor dalam keadaan baru,
maka permukaan logam dari pipa-pipa pemanas masih dalam keadaan bersih.
Namun, setelah alat beroperasi beberapa lama terbentuklah lapisan kotoran atau
kerak pada permukaan pipa tersebut. Tebal tipisnya lapisan kotoran tergantung dari
fluida yang digunakan. Adanya lapisan tersebut akan mengurangi koefisien
perpindahan panasnya. Harga koefisien perpindahan panas untuk suatu alat penukar
kalor selalu mengalami perubahan selama pemakaian. Batas akhir alat dapat
berfungsi sesuai dengan perencanaan adalah saat harga koefisien perpindahan panas
mencapai harga minimum.
Penukar panas dirancang sebisa mungkin agar perpindahan panas antar fluida
dapat berlangsung secara efisien. Untuk efisiensi, penukar panas dirancang untuk
memaksimalkan luas permukaan dinding antara kedua cairan, dan meminimalkan
resistensi terhadap aliran fluida melalui exchanger. Kinerja penukar juga dapat
dipengaruhi oleh penambahan sirip atau corrugations dalam satu atau dua arah,
yang meningkatkan luas permukaan dan dapat menyebabkan turbulensi. Salah satu
tipe dari alat penukar kalor yang banyak dipakai adalah Double Pipe Heat
Exchanger. Dalam jenis penukar panas dapat digunakan berlawanan arah aliran
atau searah aliran, baik dengan cairan panas atau dingin cairan yang terkandung
dalam ruangan anular dan cairan lainnya dalam pipa.
Gambar. 1.2 Heat Exchanger Double Pipa (Kern, 1983 hal 103)
Pada alat ini, mekanisme perpindahan kalor terjadi secara tidak
langsung (indirect contact type), karena terdapat dinding pemisah antara
kedua fluida sehingga kedua fluida tidak bercampur. Fluida yang memiliki
suhu lebih rendah (fluida pendingin) mengalir melalui pipa kecil, sedangkan
fluida dengan suhu yang lebih tinggi mengalir pada pipa yang lebih besar
(pipa annulus). Penukar kalor demikian mungkin terdiri dari beberapa
lintasan yang disusun dalam susunan vertikal. Perpindahan kalor yang
terjadi pada fluida adalah proses konveksi, sedang proses konduksi terjadi
pada dinding pipa. Kalor mengalir dari fluida yang bertemperatur tinggi ke
fluida yang bertemperatur rendah.
Dalam desain pipa penukar panas ganda, yang merupakan faktor
penting adalah jenis pola aliran dalam penukar panas. Sebuah penukar panas
pipa ganda biasanya akan baik berlawanan arah / counterflow atau aliran
paralel. Pola yang aliran dan tugas panas yang dibutuhkan pertukaran
memungkinkan perhitungan log mean perbedaan suhu. Yang bersama-sama
dengan perpindahan panas keseluruhan diperkirakan koefisien
memungkinkan perhitungan luas permukaan perpindahan panas yang
diperlukan. Kemudian ukuran pipa, panjang pipa dan jumlah tikungan dapat
ditentukan.
t T1 t1
n parallel cold stream
3. Tc dan tc: Jika cairan bukan fraksi minyak bumi atau hidrokarbon
temperatur kalori tidak dapat melalui Fig. 17 dan Pers. (5.28) dan (5.29).
Karenanya, perhitungan UC dilakukan untuk aliran panas dan dingin
akhir menghasilkan Uh dan Uc yang dari salah satunya menghasilkan
Kc. Fc kemudian didapat melalui Fig. 17 atau Pers. (5.27). Jika kedua
cairan tidak begitu viskos pada aliran akhir dingin, katakan saja tidak
lebih dari 1 cp, jika kisaran temperatur tidak melebihi 50 -100 °F, dan
jika perbedaan temperatur kurang dri 50°F, nilai rata-rata dari T1
dengan T2 dan t1 dengan t2 dapat digunakan menggantikan Tc dan tc
didapat jH.
8. Dari c Btu/(lb)(°F), μ lb/(ft)(hr), k Btu/(hr)(ft2)(°F/ft) pada Tc dan tc
didapat c / k 3 .
1
∆T1 = 100
C = 5,8 (Fig. 4, Kern)
Q = m. c. ∆T
= 6000. 0,58. 100
= 348.000
Maka,
60 + 80
Crude oil, tav = = 70
2
C = 0,46
348.000 = Cp. W. ∆T
348.000 = 0,46. W. 26
W = 37.826,08 lb/jam
Karena selisih W nya 2 kali lipat maka kondisinya seri pararel
(2) ∆𝑻
320−240
∆T LMTD = ln (320/240)
= 278,08
(3) Caloric Temperature
TC = 300 – 60
= 240 figure 17
TH = 400 – 80
= 320
∆TC 240
= 320 = 0,75
∆TH
= 12.008
(7) JH = 42 (figure. 24, Kern)
(8) Pada TC = 3460F 26o API
C = 0,6 (fig. 4, Kern) K= 0,068
1⁄
Cμ 3 0,6 × 7,25
(K) =( )=4
0,068
1⁄
ho K C×μ 3
= JH De ( )
∅a K
ℎ𝑜
= 42 X (0,068/0,295) 4 = 38,954
∅𝑎
Rep = 8525,96
(7) JH =37 (Gambar 24)
(8) Pada Suhu tc =69,2 0F
k= 0,078 Btu/(hr)(ft2) (0F/ft) (Gambar 1)
c= 0,46 Btu/(lb) (0F) (Gambar 14)
𝑐 0,46 16,94 1/3
(𝜇 )1/3 =( ) = 4,569
0,078
𝒉𝒊 𝒄
(9) ∅𝒑 = JH k/D (𝝁 )1/3
ℎ𝑖 0,078
= 37. 0,172 4,569 = 76,663
∅𝑝
tw = 157,268
µw = 2,7 2,42 = 6,534 (gambar 14)
∅𝑎 = (𝜇a / 𝜇𝑤)0,14 = 1,01466
ℎ𝑜
ho =∅𝑎 ∅𝑎 = 38,594 1,014 = 39,159
Ud = 53,304
𝑄 354.000
A= = 53 304 278 = 23,88 ft2
𝑈𝑑 ∆𝑇 𝐿𝑀𝑇𝐷
Heat Exchanger atau unit penukar panas merupakan suatu alat dimana
terjadi aliran perpindahan panas diantara dua atau lebih fluida pada suhu atau
temperature yang berbeda, yang mana kedua fluida tersebut mengalir di dalam
system. Alat ini sangat luas dipakai dalam industri seperti kilang minyak,
pabrik kimia maupun petrokimia, industri gas alam, refrigerasi, pembangkit
listrik , sehingga alat penukar kalor ini mempunyai peran yang penting dalam
suatu proses produksi atau operasi.
Salah satu tolak ukur yang menentukan pemilihan suatu jenis penukar panas
adalah kemampuannya untuk memindahkan panas yang pada umumnya disebut
efektivitas dan efisiensi energi supaya tidak banyak membuang dan
menghamburkan waktu. Untuk satu ukuran penukar panas yang digunakan, maka
efektivitas dan efisiensi energi yang tinggi akan menunjukkan semakin banyaknya
fluks panas dan waktu yang digunakan akan lebih efisiens dan panas yang dapat
dipindahkan per satuan massa fluida akan bagus. Heat exchanger dapat dibagi
menjadi beberapa tipe. Salah satu tipe dari alat penukar kalor yang banyak dipakai
adalah Double Pipe Heat Exchanger. Dalam jenis penukar panas dapat digunakan
berlawanan arah aliran atau searah aliran, baik dengan cairan panas atau dingin
cairan yang terkandung dalam ruangan anular dan cairan lainnya dalam pipa. Untuk
mengetahui unjuk kerja dari alat penukar kalor maka perlu diadakan analisis.
Sehingga upaya untuk mengembangkan suatu rancangan penukar panas yang
memberikan efektivitas perpindahan panas tinggi senantiasa menjadi lebih baik dan
menjadi sebuah topik yang menarik.
DAFTAR PUSTAKA
Andrivan, T. M. S., Aulia F., Rikki A. B., dan Aulia B P. 2012. “Makalah Heat
Exchanger ( Alat Penukar Panas )”. Medan: Fakultas Teknik Univesritas
Sumatera Utara.
Anwar. 2019. “Kaji Eksperimental Pengaruh Diameter Selonsong Terhadap Unjuk
Kerja Alat Penukar Kalor Pipa Ganda”. Jurnal Mekanikal, Vol. 10 No.1:
Januari 2019: 942-947
Fachrudin, A. R., Gumono., dan Riyanto H. N. 2019. Pengaruh Jumlah Sirip
Terhadap Perpindahan Panas pada Double Pipe Heat Exchanger. Jurnal
Teknik Mesin: Vol. 2, No. 2
Kern, D.Q. 1983. “Process Heat Transfer International Student Edition”. Japan :
McGraw-Hill Book Company
King Abdulaziz University. 2018. MEP 460 Heat Exchanger Design: Double pipe
heat Exchanger. Jeddah : Mechanical Engineering Department
Kothandaraman, C.P. 2006. Fundamentals of Heat and Mass Transfer (3rdEd). New
Ma’a, M. 2013. Karakteristik Perpindahan Panas pada Double Pipe Heat
Exchanger, Perbandingan Aliran Parallel dan Counter Flow. Jurnal Teknik
Elektro dan Komputer. 1(2): 161-168.
Ma’a, M., dan Putra. 2012. Karakteristik Perpindahan Panas dan Pressure Drop
pada Alat Penukar Kalor tipe Pipa Ganda dengan aliran searah. Proceding
Applied Engineering Seminar 2012, hal 18-22.
Mustaza. "Karakteristik Perpindahan Panas pada Double Pipe Heat Exchanger,
perbandingan aliran parallel dan counterflow." Jurnal Teknik Elektro dan
Komputer 1.2 (2013): 161-168.
Mustafa. 2017. “Kinerja Pemanas Air Dari Panas Buang Air Conditioner dengan
Heat Exchanger Tipe Shell And Tube”. Jurnal Mekanikal, Vol. 8 No.2: Juli
2017: 752-758.
Sudrajat, J. 2017. “Analisa Kinerja Heat Exchanger Shell and Tube pada Sistem
COG Booster di Integrated Steel Mill Krakatau”. Jurnal Teknik Mesin: Vol:
6, No. 3
Williams, J. B. 2002. Double-Pipe Heat Exchanger. Diakses melalui
https://www.che.utah.edu/ pada 03 April 2020.