Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH PERPINDAHAN PANAS

HEATER

Disusun Oleh :

1. Cerly Putri Yunita (062230400864)


2. Marlita Handayani (062230400872)
3. Putri Melati Junia (062230400878)
4. Yulia Citra Amanda (062230400883)

Kelas : 3 KC
Kelompok 6
Dosen Pengampu : Endang Supraptiah, S. T., M. T.

Program Study D3 Teknik Kimia


Jurusan Teknik Kimia
Politeknik Negeri Sriwijaya
Tahun Akademik 2023/2024

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang karena anugerah dari-Nya kami
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Heater” dengan baik serta tepat
waktu. Tidak lupa juga shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada
junjungan besar kita, yaitu Nabi Muhammad beserta para keluarga, sahabat dan
pengikutnya hingga akhir zaman.
Kami ucapkan terima kasih kepada dosen pengampu Mata Kuliah
Perpindahan panas, Ibu Endang Supraptiah,S.T., M.T. yang telah membimbing
dan memberikan kami tugas ini sehingga kami dapat mengerti dan memahami
bagaimana proses pembuatan semen di indutri. Diharapkan makalah ini dapat
memberikan informasi sekaligus menambah wawasan dan pemahaman bagi
pembaca.
Kami menyadari masih terdapat banyak kekurangan dalam makalah ini.
Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
guna menyempurnakan makalah ini.

Palembang, Desember 2023

(Kelompok 6)

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ 2


DAFTAR ISI ........................................................................................................... 3
BAB 1 PENDAHULUAN ....................................................................................... 4
1.1. Latar Belakang ...................................................................................... 4
1.2. Rumusan Masalah ................................................................................ 5
1.3. Tujuan ................................................................................................... 5
BAB II PEMBAHASAN ......................................................................................... 6
2.1. Pengertian Heater ................................................................................. 6
2.2. Aliran Heat Exchanger ........................................................................ 7
2.3. Tipe-Tipe Heat Exchanger .................................................................. 8
2.4. Jenis-Jenis Heater .............................................................................. 10
2.5 Prinsip Kerja Heater .......................................................................... 15
2.6 Shell and Tube Heat Exchanger ......................................................... 15
2.7 Alat Penukar Panas Shell and Tube ................................................... 19
CONTOH SOAL DAN PEMBAHASAN ........................................................... 21
BAB III PENUTUP .............................................................................................. 26
3.1. Kesimpulan.......................................................................................... 26
3.2. Saran .................................................................................................... 26
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 27

3
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Unit penukar kalor adalah suatu alat untuk memindahkan panas dari
suatu fluida ke fluida yang lain. Sebagian besar dari industri-industri yang
berkaitan dengan pemprosesan selalu menggunakan alat ini, sehingga alat
penukar kalor ini mempunyai peran yang penting dalam suatu proses produksi
atau operasi. Salah satu tipe dari alat penukar kalor yang banyak dipakai
adalah Shell and Tube Heat Exchanger. Alat ini terdiri dari sebuah shell
silindris di bagian luar dan sejumlah tube (tube bundle) di bagian dalam,
dimana temperatur fluida di dalam tube bundle berbeda dengan di luar tube (di
dalam shell) sehingga terjadi perpindahan panas antara aliran fluida didalam
tube dan di luar tube. Adapun daerah yang berhubungan dengan bagian dalam
tube disebut dengan tube side dan yang di luar dari tube disebut shell side.
Pemilihan yang tepat suatu alat penukar kalor akan menghemat biaya
operasional harian dan perawatan. Bila alat penukar kalor dalam keadaan baru,
maka permukaan logam dari pipa-pipa pemanas masih dalam keadaan bersih
setelah alat beroperasi beberapa lama maka terbentuklah lapisan kotoran atau
kerak pada permukaan pipa tersebut. Tebal tipisnya lapisan kotoran tergantung
dari fluidanya. Adanya lapisan tersebut akan mengurangi koefisien
perpindahan panasnya. Harga koefisien perpindahan panas untuk suatu alat
penukar kalor selalu mengalami perubahan selama pemakaian. Batas terakhir
alat dapat berfungsi sesuai dengan perencanaan adalah saat harga koefisien
perpindahan panas mencapai harga minimum.
Alat penukar panas atau Heat Exchanger (HE) adalah alat yang
digunakan untuk memindahkan panas dari sistem ke sistem lain tanpa
perpindahan massa dan bisa berfungsi sebagai pemanas maupun sebagai
pendingin. Biasanya, medium pemanas dipakai adalah air yang dipanaskan
sebagai fluida panas dan air biasa sebagai air pendingin (cooling water).
Penukar panas dirancang sebisa mungkin agar perpindahan panas antar fluida

4
dapat berlangsung secara efisien. Pertukaran panas terjadi karena adanya
kontak, baik antara fluida terdapat dinding yang memisahkannya maupun
keduanya bercampur langsung (direct contact). Penukar panas sangat luas
dipakai dalam industri seperti kilang minyak, pabrik kimia maupun
petrokimia, industri gas alam, refrigerasi, pembangkit listrik. Salah satu
contoh sederhana dari alat penukar panas adalah radiator mobil di mana cairan
pendingin memindahkan panas mesin ke udara sekitar.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan Heater ?
2. Bagaimana Prinsip kerja Heater ?
3. Apa saja tipe-tipe dan klasifikasi dari Heat Exchanger ?
4. Apa saja jenis – jenis Heater ?
5. Apa saja komponen-komponen Shell and Tube Heat Exchanger ?

1.3 Tujuan
Penulisan makalah ini memiliki beberapa tujuan, antara lain :
1. Mengetahui pengertian Heater.
2. Mengetahui dan memahami prinsip kerja dari Heater
3. Mengetahui tipe-tipe dan klasifikasi dari Heat Exchanger
4. Mengetahui jenis – jenis dari Heater
5. Mengetahui komponen-komponen dari Heat Exchanger

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Heater


Heater merupakan salah satu jenis dari Heat Exchanger yang berfungsi
untuk memanaskan. Heater adalah objek yang dapat memancarkan panas atau
dapat menyebabkan benda lainnya mengalami kenaikan suhu dari suhu yang
rendah untuk mencapai suhu yang lebih tinggi. Dalam bidang rumah tangga
atau domestic, heater biasanya merupakan peralatan yang digunakan untuk
tujuan menghangatkan ruangan. Jenis lain dari heater adalah oven dan tungku
(furnace), Pemanas atau heater dapat memanaskan semua materi baik berupa
padat, cair ataupun gas. Ada 3 jenis mekanisme perpindahan panas yang terjadi
didalamnya. yaitu konduksi, konveksi dan radiasi.
Heater atau terkadang disebut furnace adalah peralatan proses yang
berguna untuk menaikan temperature suatu material. Energi panas yang
digunakan dapat berasal dari hasil proses pembakaran bahan bakar (fuel)
sehingga disebut juga dengan fire heater. Secara garis besar, peralatan ini
terbuat dari metal (metal housing) yang dilapisi refractory pada bagian
dalamnya yang berfungsi sebagai isolasi panas sehingga panas tidak terbuang
keluar. Bahan konstruksi yang digunakan untuk pembuatan heater ini adalah
material yang memiliki titik leleh yang tinggi, agar saat pembakaran bahan
bakar yang memiliki temperature pembakaran yang tinggi peralatan tidak ikut
meleleh atau rusak karena tingginya temperature. Material yang dipanaskan
atau charge bisa berbentuk padat, cair atau gas.
Alat penukar panas adalah alat pendukung proses yang sering
digunakan untuk memindahkan panas, dapat berfungsi sebagai pemanas
maupun pendingin. Alat penukar panas dirancang sedemikian rupa agar
mendapatkan perpindahan panas antar fluida yang berlangsung secara efisien.
Pada alat penukar panas terjadi pertukaran panas karena adanya kontak balik
antara fluida terdapat dinding yang memisahkan maupun keduanya bercampur
secara langsung atau direct contact. Alat penukar panas (heat exchanger) juga
banyak digunakan di banyak aplikasi keteknikan, seperti pada berbagai industri

6
kimia, pembangkit listrik, penyulingan minyak bumi, pendingin, industri
makanan, dan sebagainya.

2.2. Aliran Heat Exchanger


1. Aliran Co-Current
Alirann co-current adalah aliran searah, dimana pada aliran ini fluida
panas dan fluida dingin masuk melalui sisi penukar yang sama, kemudian
mengalir dengan arah yang sama dan keluar pada sisi yang sama. penukar
panas yang menggunakan aliran searah memiliki karakter temperatur fluida
yang memberikan energi akan selalu lebih tinggi dengan fluida yang menerima
energi.

Gambar 2.1 Aliran Co-current

2. Aliran Counter-Current
Penukar panas jenis ini, fluida panas dan fluida dingin masuk dan
keluar penukar pada sisi yang berlawanan. pada tipe ini memungkinkan terjadi
temperatur fluida dingin yang keluar dari penukar panas lebih tinggi
dibandingkan temperatur fluida panas yang keluar dari penukar panas (heat).

Gambar 2.2 Aliran Counter-curren

7
2.3 Tipe – Tipe Heat Exchanger
2.3.1 Double Pipe Heat Exchanger (Penukar Panas Pipa Rangkap)
Alat penukar kalor (heat) tipe Double-Pipe Exchanger terdiri atas dua
buah pipa yang tersusun secara konsentris. Penukar pipa model ini biasanya
terdiri dari beberapa line pipa yang disusun secara vertikal. Pada alat ini, proses
perpindahan panas terjadi secara tidak langsung (indirect contact type), karena
terdapat dinding pemisah antara kedua fluida (panas dan dingin) sehingga
kedua fluida tidak bercampur. Fluida yang memiliki suhu lebih rendah (fluida
pendingin) mengalir melalui pipa kecil, sedangkan fluida dengan suhu yang
lebih tinggi mengalir pada pipa yang lebih besar (pipa annulus). Perpindahan
kalor yang terjadi pada fluida adalah proses perpindahan panas secara
konveksi, sedang proses konduksi terjadi pada daerah dinding pipa. Kalor
mengalir dari fluida yang bertemperatur tinggi ke fluida yang bertemperatur
rendah. Tipe aliran yang digunakan adalah aliran yang kedua fluidanya
berseberangan atau murni counter current.
Double-Pipe Exchanger diperuntukkan sebagai penukar panas pada
proses dengan kapasitas kerja cukup kecil, yaitu dengan luas penampang
kurang dari 200 ft2 dan cocok digunakan pada kondisi tekanan tingg (kuppan,
2013). Penukar panas jenis ini memiliki tingkat fleksibilitas dan yang tinggi
karena unitnya dapat dapat dilakukan penambahan atau pengurangan sesuai
kebutuhan, dengan desain yang mudah dalam pengoperasiannya dan peralatan
yang digunakan sudah distandarisasi sehingga memiliki kualitas yang baik.
Alat penukar panas jenis ini lebih sering digunakan dalam bentuk pipa-U dan
dikenal dengan nama hairpin exchanger.
Hairpin Heat Exchangers adalah desain yang memiliki tingkat
efisiensi yang paling tinggi untuk menangani proses dengan kondisi keluaran
fluida lebih panas memiliki temperatur yang lebih rendah dibanding temperatur
keluaran fluida dingin dan menghasilkan luas permukaan kontak yang paling
kecil. Selain itu, penukar panas jenis ini juga banyak digunakan untuk
mengoperasikan fluida dengan nilai pengotor yang tinggi, seperti slurry.
Hairpin Heat Exchangers bisa digunakan apabila memenuhi satu atau
lebih dari berbagai kondisi berikut:

8
1. Fluida bertekanan tinggi
2. Proses perpindahan panas terjadi secara temperature cross.
3. Pressure drop yang diperbolehkan sangat rendah.
4. Fluida kerja mengandung partikulat padat atau pengotor berupa slurry
5. Proses bersifat siklik
6. Ketika alat penukar panas menjadi subjeck dari perubahan panas mendadak
7. Ketika terjadi flow-induced vibration

Gambar 2.3 Double-pipe Heat Exchanger

2.3.2 Plate and Frame Heat Exchanger


Plate Heat Exchanger merupakan penukar panas yang terdiri dari Pelat
(plate) dan Rangka (frame). Dalam Plate Heat Exchanger, beberapa pelat
disusun dengan susunan tertentu, sehingga terbentuk dua jalur (line) yang
disebut dengan cold Side dan hot Side. Hot Side dialiri fluida dengan
temperatur relatif lebih tinggi dan Cold Side dialiri fluida dengan temperatur
relative lebih kecil. pelat logam digunakan sebagai media untuk mentransfer
panas antara dua cairan. .Pemisah antara pelat-pelat tersebut dipasang penyekat
lunak. Pelat-pelat dari sekat ditentukan oleh suatu perangkat penekan yang
pada setiap sudut pelat terdapat lubang pengalir fluida, fluida mengalir pada
sisi yang lain, sedangkan fluida yang lain mengalir melalui lubang dan ruang
pada sisi sebelahnya karena ada sekat (Artono, 2002)

Gambar 2.4 Plate and Frame Heat Exchanger


9
Plate Heat Exchanger memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan
sebagai berikut:
Kelebihan Plate and Frame Heat Exchanger:
1. Mudah dalam perawatan dan pembersihan
2. Mempunyai perpindahan panas yang efisien.
3. Waktu tinggal media cukup pendek
4. Mudah dalam proses pembersihan
5. Plate and Frame lebih fleksibel, dapat dengan mudah pelatnya ditambah
6. Dapat digunakan untuk fluida dengan tingkat kekentalan yang tinggi
7. Aliran turbulensinya mengurangi peluang terjadinya fouling dan
sedimentasi
8. Biaya yang dibutuhkan cukup rendah
Kekurangan Plate and Frame Heat Exchanger:
1. Pemilihan gasket harus sesuai dan tepat
2. Kondisi operasi yang terbatas pada temperatur 250oC dikarenakan performa
dari material gasket yang sesuai.
3. Plate and Frame Heat Exchanger tidak bisa digunakan pada kondisi tekanan
lebih dari 30 bar.

2.4 Jenis – Jenis Heater


Terdapat berbagai variasi dalam mendesain fired heater. Ditinjau dari
bentuk casingnya, pada umumnya tipe heater yang digunakan di kilang minyak
ada tiga macam, yaitu berbentuk box, silindris, dan cabin. Tipe desain heater
dapat dilihat di gambar 2.5

10
Gambar 2.5 Jenis-Jenis Heater
1. Heater Tipe Box
Merupakan heater yang konfigurasi strukturnya berbentuk box.
Terdapat berbagai desain yang berbeda untuk furnace tipe box. Desain
ini meliputi berbagai macam variasi dari konfigurasi tube coil, yaitu
horizontal, vertikal, helikal dan arbor.

Gambar 2.6 Heater Tipe Box


11
Tube dalam seksi radiasi dalam furnace disebut tube radian/ radiant
tube. Panas yang diambil oleh tube-tube ini terutama diperoleh langsung secara
radiasi dari nyala api dandari pantulan panas refractory.
Shield tube/ tube pelindung biasanya ditempatkan pada bagian bawah
seksi konveksi. Karena tube-tube ini menyerap baik panas radian maupun
panas konveksi, maka tube- tube tersebut akan menerima kerapatan panas yang
tertinggi.
Daerah dengan heat density (kepadatan panas) yang lebih rendah adalah
seksi konveksi. Tube pada seksi ini disebut tube konveksi/ convection tube.
Panas dalam seksi konveksi berasal dari panas hasil pembakaran yang melalui
seksi konveksi.
Ukuran dan susunan tube dalam heater tipe box ditentukan oleh tipe
operasi heater - misalnya distilasi crude oil atau cracking, jumlah panas yang
diperlukan, dan jumlah aliran yang melalui tube.
Heater tipe box dapat berbentuk up-draft (arah flue gas ke atas) atau
down-draft (arah flue gas ke bawah), dengan burner gas (fuel gas) atau minyak
(fuel oil) yang ditempatkan di sisi dinding, di lantai, di atap atau kombinasinya.
Setelah tube konveksi yang dipasang di seksi konveksi, tube pelengkap
biasanya dipasang untuk memanaskan udara burner atau membangkitkan steam
superheateduntuk keperluan proses atau lainnya.

2. Heater Tipe Cabin


Merupakan heater yang strukturnya berbentuk seperti kabin. Terdiri
dari bagian konveksi dan radiasi. Burner terletak pada lantai bawah dan nyala
api tegak sejajar dengan dinding furnace. Tube-tube furnace di daerah
radiasi, umumnya tersusun horisontal, tetapi ada juga yang vertikal.
Dua barisan pipa terbawah dibagian konveksi merupakan “Shield”
(shield section). Dapur cabin mempunyai effisiensi lebih tinggi dari pada
dapur jenis lain. Dapur ini sering dijumpai di industri. Kapasitas maksimum
yang dicapai 120 mm BTU.

12
Gambar 2.7 Heater Tipe Cabin

3. Heeater Tipe Silinder Vertikal


Dapur silinder vertikal (vertical cylindrical furnaces) merupakan dapur
yang berbentuk silinder tegak. Burner terletak pada lantai dapur dengan
nyala api tegak sejajar dengan dinding furnace. Tube-tube furnace di daerah
radiasi terpasang tegak melingkar mengelilingi burner. Panas dipancarkan
secara radiasi di bagian silinder. Bagian konveksi berada di atas bagian
radiasi. Diantara bagian radiasi dan konveksi dipasang kerucut untuk
menyempurnakan radiasi (Reradiating Cone). Dapur ini biayanya murah dan
harga bahan bakarnya rendah. Pemanasan yang diperlukan tidak begitu
tinggi dengan kapasitas maksimum 70 mm BTU

Gambar 2.8 Heater Tipe Silinder Vertikal


13
Selain ketiga jenis Heater di atas masih terdapat beberapa tipe heater
berdasarkan susunan dari tube di bagian radiasi dan konveksi.

1. Heater Dengan Coil Vertical


Heater dengan coil vertical, casingnya dapat berbentuk silindrikal
maupun box. Sebagian besar coil pemanasnya berupa tube vertikal. Dalam
beberapa instalasi, seksi ekonomizer minyak (oil economizer), seksi
pemanas udara (air preheater), atau keduanya dipasang di atas seksi
pemanas vertikal. Tube dalam seksi konveksi dapat berupa susunan vertikal
maupun horizontal. Tujuan dari seksi ekonomizer dan pemanas udara adalah
untuk memperbaiki keekonomian operasi dengan meningkatkan efisiensi
thermal.
Kebanyakan heater coil vertikal dipanasi dari bawah, dengan stack
langsung dipasang di atas heater. Namun down draft vertikal heater juga
telah digunakan.

2. Heater Dengan Coil Helikal


Heater coil helikal adalah heater yang casingnya berbentuk
silindrikal dengan coil berbentuk spiral pada seksi radian mengikuti bentuk
dinding heater. Heater ini umumnya tidak memiliki seksi konveksi, tetapi
bila ada, permukaan konveksi dapat berbentuk spiral datar (flat spiral) atau
berbentuk suatu bank tube horizontal. Stack dari heater coil helikal
kebanyakan terletak langsung di atas heater.

3. Heater Dengan Coil Arbor


Heater coil arbor kebanyakan digunakan pada unit catalytic
reforming untuk keperluan preheat dan reheat untuk gas dan udara proses.
Heater ini mempunyai seksi radian yang terdiri dari header inlet dan outlet
yang dihubungkan dengan tube berbentuk L atau U dengan susunan paralel.
Seksi konveksi berupa coil tube horizontal konvensional.

14
2.5. Prinsip Kerja Heater
Prinsip kerja heater adalah ketika alat pemanas dihubungkan ke sumber
listrik dan dihidupkan, maka arus listrik akan mengalir melalui elemen
pemanas. Elemen pemanas ini mengubah energi listrik yang melaluinya
menjadi energi panas.Adapun prinsip kerja heater yang memanfaatkan radiasi
matahari yang nantinya diserap oleh absorber, lalu air panas ditampung di
dalam tangki yang diberi isolasi.

2.6 Shell and Tube Heat Exchanger


2.6.1 Pengertian Shell and Tube Heat Exchanger
Shell and tube heat exchanger merupakan salah satu jenis penukar
panas yang banyak digunakan dalam proses industri. Alat penukar panas ini
terdiri dari sebuah tabung (shell) dimana didalamnya terdapat suatu berkas
(bandle) pipa dengan diameter yang relative kecil. Heat exchanger jenis ini
biasa digunakan pada proses industri yang memiliki proses dengan jumlah
fluida yang dipanaskan atau didinginkan dalam jumlah besar. Desain alat ini
dapat memberikan luas area penampang atau area penukar panas yang besar
dan memberikan nilai efisiensi perpindahan panas yang besar.
Dalam shell and tube heat exchanger terdapat beberapa jumlah tube
dalam susunan parallel atau seri dimana salah satu fluida mengalir didalam
tube, sedangkan fluida lainnya mengalir di luar tube. .Untuk meningkatkan
nilai effisiensi pertukaran panas, biasanya pada penukar panas shell and tube
dipasang sekat (buffle). Ini bertujuan untuk membuat turbulensi aliran fluida
dan menambah waktu tinggal fluida ( residence time ), namun pemasangan
sekat akan memperbesar pressure drop operasi dan menyebabkan beban kerja
pompa bertambah berat, sehingga laju alir fluida harus diatur sedemikian rupa.
Penukar panas shell and tube sangat populer dan banyak digunakan
karena desainnya yang sederhana, selain pertukaran panas yang sangat efisien.
Proses penukar panas shell and tube melibatkan penggunaan cairan atau uap
yang mengalir melalui shell untuk memanaskan tabung.

15
Gambar 2.9 Shell and tube Heat Exchanger

2.6.2 Komponen dalam Shell and Tube

Gambar 2.10 Komponen dalam Shell and Tube

Komponen tipe heat exchanger ini meliputi shell, sheel cover, tube,
lembaran tube, baffle, dan nozel. Spesifikasi dan standar desain untuk STHE
ditetapkan oleh Tubular Exchanger Manufacturers Association
(TEMA). Sebelum diproduksi, ada beberapa parameter yang diperlukan,
seperti laju aliran, temperatur inlet dan outlet, tekanan, penurunan tekanan,
faktor resistensi, dan geometri seperti diameter shell.
1. Shell
Shell/ cangkang terbuat dari pipa atau pelat logam yang di-welding (dilas)
serta menggunakan bahan yang tahan terhadap suhu ekstrim dan anti korosi
2. Channel atau head
Jenis head tergantung pada penggunaan heat exchanger shell and tube. Di
antara banyak tipe head, tipe bonnet merupakan yang paling umum
digunakan karenan bagian head/channel nya tidak perlu sering dilepas.

16
3. Tube
Bagian tube/ tabung diproduksi melalui proses las atau ekstruksi. Bundle
tube ini terbuat dari baja karbon, baja tahan karat, titanium, Inconel, atau
tembaga. Ketebalan tabung diatur mengikuti besar tekanan, suhu, tegangan
termal, dan ketahanan terhadap korosi.
4. Tube sheet
Tube sheet adalah pelat yang terdiri dari lubang tempat masuknya tube.
Selain itu, tube sheet juga berguna untuk menopang konstruksi tube di
kedua ujung shell.
5. Tube Pitch
Tube pitch adalah jarak antara titik tengah dari satu tube ke tube terdekat
lainnya. Tube-tube tersebut bisa diletakkan dengan pola segitiga atau
persegi. Konfigurasi pola persegi merupakan yang paling mudah
dibersihkan dan menghasilkan turbulensi paling sedikit.
6. Baffle
Baffle digunakan untuk mengarahkan aliran sedemikian rupa sehingga
kecepatan fluida bisa meningkat dan mencapai koefisien perpindahan panas
yang tinggi serta mengurangi fouling.
7. Tie Rod dan Spacer
Tie rod dan spacer adalah penopang sekaligus termasuk komponen
struktural yang dirancang untuk menahan baffle di tempatnya dan menjaga
ruang antara baffle. Jumlah tie rod dan spacer tergantung jumlah baffle dan
diameter cangkang.

2.6.3 Kelebihan Shell and Tube Exchanger


Penukar panas shell and tube digunakan untuk berbagai aplikasi dan
mampu memenuhi kebutuhan di banyak sektor industri. Tak heran jika penukar
panas shell and tube berkontribusi sebesar 65% dari jumlah penukar panas di
pasaran. Berikut ini keunggulan dari shell and tube heat exchanger :
1. Biaya
Dilihat dari segi biayanya, penukar panas tipe shell and tube ternyata lebih
murah daripada beberapa tipe heat exchanger lainnya.

17
2. Kapasitas Panas
Heat exchanger harus mampu menangani suhu ekstrim yang bervariasi
sehingga operasi tetap berjalan. Penukar panas shell and tube memiliki
kapasitas kerja suhu tinggi dan dapat disesuaikan dalam kondisi apa pun.
3. Tekanan
Penukar panas shell and tube dirancang untuk menahan tekanan ekstrim.
4. Pressure drop
Pressure drop atau turunnya tekanan berarti kehilangan energi dan
memperlambat kecepatan aliran. Penukar panas shell and tube dirancang
untuk mengatasi kehilangan tekanan sehingga kecepatan tidak berubah
signifikan. Fouling adalah salah satu hal yang tidak diinginkan dan besar
kemungkinan terjadi jika pressure drop besar. Karena itu, pressure drop
yang minim dapat menghilangkan masalah ini.
5. Penyesuaian
Desain penukar panas shell and tube dapat disesuaikan untuk beradaptasi
dengan proses produksi apa pun. Perubahan diameter pipa, jumlah pipa,
panjang pipa, pitch pipa, dan susunan pipa dapat diubah agar sesuai dengan
kebutuhan aplikasi.
6. Ekspansi termal
Desain penukar panas shell and tube memungkinkan terjadunya ekspansi
termal antara tube dan shell. Konfigurasi ini memberikan penukar panas
kemampuan untuk menangani cairan yang mudah terbakar dan beracun.

2.6.4 Langkah – Langkah Perancangan Shell and Tube Heat Exchanger


Sebelum mendesain alat penukar kalor, dibutuhkan data primer dari laju
fluida seperti temperatur masuk dan keluar serta tekanan operasi masingmasing
fluida. Data ini dibutuhkan terutama untuk fluida gas jika besar densitas fluida
gas tidak diketahui. Untuk fluida berupa cairan, data tekanan operasi tidak
terlalu dibutuhkan karena sifat-sifatnya tidak banyak berubah apabila
tekanannya berubah. Langkah-langkah yang dilakukan dalam merencanakan
atau mendesain alat penukar kalor sebagai berikut :

18
1. Penentuan heat duty (Q) yang diperlukan penukar kalor yang direncanakan
harus memenuhi atau melebihi syarat ini.
2. Menentukan ukuran (size) alat penukar kalor dengan perkiraan yang
masuk akal untuk koefisien perpindahan kalor keseluruhannya.
3. Menentukan fluida yang akan mengalir di sisi tube atau shell. Biasanya sisi
tube direncanakan unuk fluida yang bersifat korosif, beracun, bertekanan
tinggi, atau bersifat mengotori dinding. Hal ini dilakukan agar lebih mudah
dalam proses pembersihan atau perawatannya.
4. Langkah selanjutnya adalah memperkirakan jumlah tube yang digunakan
dengan menggunakan rumus :
A = Nt (π) L.....................................................................
Dimana : Diameter luar tube (mm) dan L = Panjang tube (mm)
5. Menentukan ukuran shell. Langkah ini dilakukan setelah kita mengetahui
jumlah tube yang direncanakan. Kemudian perkirakan jumlah pass dan
tube pitch yang akan digunakan.
6. Langkah selanjutnya adalah memperkirakan jumlah baffle dan jarak antar
baffle yang akan digunakan. Biasanya baffle memiliki jarak yang seragam
dan minimum jaraknya 1/5 dari diameter shell tapi tidak kurang dari 2
inchi.
7. Langkah yang terakhir adalah memeriksa kinerja dari alat penukar kalor
yang telah direncanakan. Hitung koefisien perpindahan panas di sisi
tabung dan sisi shell. Hitung factor pengotornya apakah sesuai dengan
standar yang diizinkan, dan penurunan tekanan di sisi tube dan shell.

2.7 Alat Penukar Panas Shell and Tube


Dalam penguraian komponen-komponen heat exchanger jenis shell and
tube akan dibahas beberapa komponen yang sangat berpengaruh pada
konstruksi heat exchanger.

19
2.7.1 Komponen Shell and Tube Heat Exchanger
Komponen-komponen atau bagian-bagian pembentuk STHE terdiri dari :
1. Shell (Selubung/Cangkang)
2. Shell Cover (Penutup Shell Pada Ujung)
3. Tubes (Pipa)
4. Channel (Saluran)
5. Channel Copper (Penutup Saluran)
6. Tubesheet (Pelat Pengikat Pipa)

Gambar 2.11 Jenis Shell berdasarkan TEMA

20
CONTOH SOAL DAN PEMBAHASAN

1. Heater digunakan untuk memanaskan air 800 mL dari suhu 30°C menjadi
70°C selama 20 menit. Tentukan daya listrik yang digunakan! Cair
= 4.200 J/kg°C
Pembahasan
Diketahui:
m=800 mL=0,8 kg
T2=70°C
T1=30°C
Cair= 4.200 J/kg°C
Ditanya: daya listrik?
Pembahasan:
Hubungan daya dan kalor
P × t =m×c×△T
P = m×c×△T
t
P = 0,8(4.200)(70o−30o)
1200
P= 112 Watt
Jadi, daya yang digunakan sebesar 112 watt.

2. 1.000 lb/jam udara lewat pada bagian dalam dari double pipe H.E, masuk pada
temperatur 60 dan keluar pada temperatur 100 . Dipanasi oleh steam jenuh
bertekanan 50 atm yang lewat di bagian annulus secara berlawanan arah . Pipa
dalam dibuat dari 1,5ʺ sch 80 standar steel. Thermal konduktivitasnya 150
btu/ft.j. , sedangkan pipa luar terbuat dari 3ʺ sch 40 pipa standar. Bila harga h
udara 15 dan harga h steam 600 btu/j. .ft2.
a. Hitung Overall koefisien didasarkan pada bagian luar pipa dalam
b. Hitung panjang H.E tersebut
c. Berapa jumlah steam yang di butuhkan

21
Pembahasan :
Skema sistem Double Pipe Heat Exchanger

Steam
P = 50 atm; T = 508,542oF

DT2 = 408,542oF

o
Udara 100 F T = 100oC
1000 lb/hr
T = 60oF
DT1 = 448,542oF
T = 508,542 oC

Detail ukuran pipa


Dari Lampiran 2

Udara
Inner pipe
Pipa dalam 1,5" sch 80
OD = 1,9 in = 0,158 ft
ID = 1,5 in = 0,125 ft
Steam
ho
hi

Counter Current
m = 1.000 lb/jam
TC1 = 60oF
TC2 = 100oF

a. Overall coeficient didasarkan pada bagian luar pipa dalam


Diasumsi perpindahan panas terjadi pada pipa dengan panjang, L =1 ft
Ao = π Do L = 3,14 x 0,158 x 1 = 0,496 ft2
A1 = π D1L = 3,14 x 0,125 x1 = 0,392 ft2

22
( )
( ⁄ )
( ⁄ )

( ) ( ) ( )

b. Dari interpolasi Lampiran 4 didapat temperatur steam pada P = 50 atm


(735 psia) sebesar 508,542oF. Karena hanya ada perubahan fase dari liquid
ke uap maka Tin steam = Tout steam.

Dari Lampiran 8

( )

( )

( )

q udara

( )
23
q yang mengalir/ft
( )

( )

1,493

c. Steam yang dibutuhkan


Menurut Azas Black :q yang diserap = q yang dilepas
qsteam = msteam x λsteam
qudara = qsteam = 9.600 btu
λsteam pada T = 508,542oF = Hv - HL
Dari Lampiran 4

3. Sebuah heater 300 W digunakan untuk memanaskan air selama 7 menit. Air
mengalami kenaikan suhu 17,09°C. Massa air yang dipanaskan menggunakan
heater sebanyak ... (cair=4.200 J/kg °C)
Pembahasan :
Diketahui: Cair=4.200 J/kg °C
△T=17,09°C
t=7 menit=420 s
P=300 W

24
Ditanya: massa air?
Pembahasan:

P×t = mc△T

m = P×t
c△T

m = 300×420
4.200(17,09)
m = 1,76 kg

Jadi, jawaban yang tepat adalah 1,76 kg

25
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Heater merupakan salah satu jenis dari Heat Exchanger yang berfungsi
untuk memanaskan. Heater adalah objek yang dapat memancarkan panas atau
dapat menyebabkan benda lainnya mengalami kenaikan suhu dari suhu yang
rendah untuk mencapai suhu yang lebih tinggi.
Komponen-komponen atau bagian-bagian pembentuk STHE terdiri dari
1. Shell (Selubung/Cangkang)
2. Shell Cover (Penutup Shell Pada Ujung)
3. Tubes (Pipa)
4. Channel (Saluran)
5. Channel Copper (Penutup Saluran)
6. Tubesheet (Pelat Pengikat Pipa)
Terdapat berbagai variasi dalam mendesain fired heater. Ditinjau dari
bentuk casingnya, pada umumnya tipe heater yang digunakan di kilang minyak
ada tiga macam, yaitu berbentuk box, silindris, dan cabin.

3.2 Saran
Demikianlah makalah tentang perpindahan panas (Heater) ini dibuat,
untuk mendukung ataupun untuk memperbaiki makalah ini diperlukan saran-
saran yang bersifat membangun sehingga nantinya makalah ini menjadi lebih
bagus dan sempurna.

26
DAFTAR PUSTAKA

Amala, A.K. et al. (2022) „Prototype Alat Solar Water Heater Ditinjau dari Laju
Alir Air dan Sudut Kemiringan Panel terhadap Perpindahan Panas
Konveksi‟, Jurnal Pendidikan dan Teknologi Indonesia, 2(11), pp. 461–
467. Available at: https://doi.org/10.52436/1.jpti.243.
Doni Eka Phutra Damanik dan Yulfitra (2018) „Pengaruh Proses Equal Channel
Angular Pressing Terhadap Sifat Mekanik Aluminium Silikon Dengan
Suhu Anil 300°C‟, Jurnal Rekayasa Material, Manufaktur dan Energi,
1(1), pp. 30–38. Available at: https://doi.org/10.30596/rmme.v1i1.2433.
Noufal, M., Wijaya Kusuma, I.G.B. and Suarnadwipa, N. (2017) „Analisa
Perpindahan Panas Pada Heater Tank FASSIP-01‟, 3(1), pp. 1–10.
Rahmat Junaidi, Teuku Zulfadli, Muhammad Yusuf (2021) „Kajian Perpindahan
Panas Pada Solar Water Heater Dengan Sudut Kemiringan Kolektor 40°‟,
Jurnal Ilmiah Teknik Unida, 2(2), pp. 28–33. Available at:
https://doi.org/10.55616/jitu.v2i2.186.
Ramadhan, N. et al. (2017) „Analisis Perpindahan Panas Pada Kolektor Pemanas
Air Tenaga Surya Dengan Turbulence Enhancer‟, Jurnal Rekayasa Mesin,
8(1), pp. 15–22.

27

Anda mungkin juga menyukai