Anda di halaman 1dari 20

Makalah Fisika Dalam Interdisiplin Ilmu

“KONSEP SUHU, KALOR DAN ENERGI DALAM BIDANG KIMIA”

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendalaman Konsep Fisika


Dosen Pengampu : Satria Mihardi, S.Pd.,M.Pd

DISUSUN OLEH :

Nama Mahasiswa : Christina Panggabean (4203321019)


Kevin Philip Pasaribu (4203321002)
Natasya Audina (4202421026)
Putri Aprillia (4202421002)
Kelompok :E
Kelas : Pendidikan Fisika B 2020

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


FAKULTAS MATEMATIKA ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2022

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan Rahmat dan Karunia-Nya kepada penulis, sehingga makalah ini dapat
diselesaikan dengan baik dan tepat waktu. Tanpa pertolonganNya mungkin penulis tidak
akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Penyusun juga berterima
kasih pada Bapak Satria Mihardi, S.Pd., M.Pd selaku Dosen Pengampu mata kuliah
Fisika Dalam Interdisiplin Ilmu yang telah membimbing penulis untuk menyusun
makalah ini.
Adapun tujuan penyusun dalam menyusun makalah yaitu untuk memenuhi salah
satu tugas mata kuliah Fisika Dalam Interdisiplin Ilmu, sehingga dapat digunakan
sebagai bahan diskusi, serta dapat diaplikasikan sebagai bahan pembelajaran.
Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Segala
kritik dan saran yang membangun selalu penulis harapkan demi penyempurnaan
makalah ini dikemudian hari. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Akhir kata, penulis mengucapkan terimakasih.

Medan, 3 November 2022

Penulis
Grub E

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………………i

DAFTAR ISI…………………………………………………………………………….ii

BAB I
PENDAHULUAN………………………………………………………………..1

1.1 Latar Belakang……………………………………………………………………….1

1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………………………1

1.3 Tujuan………………………………………………………………………………..1

BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………………...2

2.1 Konsep Suhu, Kalor dan Energi………………………………………………………


2

2.2
Termokimia…………………………………………………………………………..3

2.3 Konsep Suhu, Kalor dan Energi dalam Bidang


Kimia………………………………..4

BAB III
PENUTUP……………………………………………………………………..14

3.1 Kesimpulan…………………………………………………………………………14

3.2 Saran………………………………………………………………………………..14

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………..15

ii
iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Suhu dan kalor adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan
sehari-hari. Banyak kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan dua hal tersebut. Pada
zaman modern perkembangan teknologi terjadi dengan sangat pesat. Perkembangan ini
juga terjadi di dunia teknik industri. Dari tahun ke tahun orangorang berusaha keras
dalam mengembangkan mesin yang lebih canggih sehingga dapat membantu dan
memudahkan pekerjaan manusia di berbagai bidang sekaligus juga untuk mempercepat
proses produksi. Pada umumnya, semua mesin di dunia menggunakan prinsip ilmu
fisika.

Salah satu ilmu fisika yang digunakan dalam pembuatan mesin-mesin tersebut
adalah prinsip suhu dan kalor. Prinsip suhu dan kalor berperan penting agar mesin
mampu bekerja dengan optimal dengan menghindari kerusakan teknis serta menjaga
kualitas produksi. Suhu adalah ukuran yang menyatakan energi panas tersimpan dalam
suatu benda. Benda bersuhu tinggi berarti memiliki energi panas yang tinggi, begitu
juga sebaliknya. Kalor adalah perpindahan energi panas yang terjadi dari benda bersuhu
yang lebih tinggi ke benda bersuhu lebih rendah.

1.1 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah penulisan makalah ini adalah :
1. Bagaimanakah konsep dan pengertian dari suhu?
2. Bagaimanakah konsep dan pengertian dari kalor?
3. Bagaimanakah konsep dan pengertian dari energi?
4. Bagaimanakah konsep suhu, kalor dan energi untuk bidang kimia?

1.2 Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah:
1. Menjelaskan konsep dan pengertian dari suhu.
2. Menjelaskan konsep dan pengertian dari kalor.
3. Menjelaskan konsep dan pengertian dari energi.
4. Menjelaskan konsep suhu, kalor dan energi untuk bidang kimia.

i
ii
BAB II

PEMABAHASAN

2.1 Konsep Suhu, Kalor dan Energi

Konsep suhu (temperatur) berasal dari pengetahuan tentang "panas" dan "dingin"
yang didasarkan atas Indera perasa. Benda panas pada umumnya memiliki suhu yang
lebih tinggi daripada benda dingin. Jadi, suhu merupakan suatu besaran yang
menunjukkan ukuran derajat panas atau dinginnya suatu benda. Perubahan suhu benda,
baik menjadi lebih panas atau menjadi lebih dingin biasanya diikuti dengan perubahan
bentuk atau wujudnya.
Kalor biasa disebut juga dengan panas. Energi panas merupakan salah satu energi
yang dapat diterima atau dilepaskan oleh suatu benda. Arah perpindahan energi panas
selalu dari benda yang lebih panas ke benda yang lebih dingin. Tidak pernah panas
mengalir dari benda dingin ke benda panas. Energi panas yang dipindahkan dari satu
benda ke benda lain yang berbeda suhunya dinamakan kalor.
Apabila dua benda bersentuhan, secara alami energi dalam bentuk kalor berpindah
dari benda yang suhunya lebih tinggi ke benda yang suhunya lebih rendah. Kalor akan
berhenti berpindah apabila suhu kedua benda itu sama. Perpindahan energi yang hanya
terjadi karena perbedaan suhu disebut aliran kalor atau perpindahan kalor. Pada
peristiwa ini energi yang dipindahkan berupa panas. Jadi, kalor adalah energi yang
berpindah dari satu benda ke benda lain karena adanya perbedaan suhu.
Untuk menaikkan suhu suatu zat bergantung pada tiga faktor, yaitu: perubahan
suhu, massa zat, dan kalor jenis. Jumlah kalor (Q) yang diperlukan untuk menaikkan
suhu sebesar ∆ T benda bermassa benda m dapat dihitung dengan rumus :

Q=m x c x ∆ T

Dengan
Q   : Kalor (J)
m : Massa benda (kg)
c  : Kalor jenis (J/kg°C)
𝚫T : Perubahan suhu (°C)

2
Energi adalah kemampuan untuk melakukan usaha. Energi dapat diubah dari
satu bentuk ke bentuk yang lainnya. Energi bermanfaat pada saat terjadinya perubahan
bentuk. Perubahan bentuk energi tersebut disebut dengan transformasi energi. Sebagai
contoh, energi kimia dalam baterai kering bermanfaat untuk menyalakan senter ketika
terjadi perubahan dari energi kimia menjadi energi listrik. Energi juga dapat
dipindahkan dari satu sistem ke sistem yang lainnya yang disebut dengan transfer
energi.

2.2 Termokimia

Termokimia adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara energi panas dan
energi kimia. Sedangkan energi kimia didefinisikan sebagai energi yang dikandung
setiap unsuratau senyawa. Secara operasional termokimia berkaitan dengan pengukuran
dan pernafsiran perubahan kalor yang menyertai reaksi kimia, perubahan keadaan, dan
pembentukanlarutan. Termokimia merupakan pengetahuan dasar yang perlu diberikan
atau yang dapatdiperoleh dari reaksi-reaksi kimia, tetapi juga perlu sebagai pengetahuan
dasar untuk pengkajian teori ikatan kimia dan struktur kimia. Fokus bahasan dalam
termokimia adalah tentang jumlah kalor yang dapat dihasilkan oleh sejumlah tertentu
pereaksi serta cara pengukuran kalor reaksi. Termokimia merupakan penerapan hukum
pertama termodinamika terhadap peristiwa kimia yang membahas tentang kalor yang
menyertaireaksi kimia

Sistem adalah segala sesuatu yang menjadi pusat perhatian.Sistem merupakan


bagian yang sedang diamati perubahan energinya. Misalnya dalam pengamatan proses
pelarutan garam dapur dalam air, maka garam dapur dan air merupakan sistem.
Lingkungan merupakan bagian di luar sistem. Contohnya dalam proses pelarutan garam
dapur tersebut, maka selain garam dapur dan air merupakan lingkungan, misalnya udara
di sekitarnya.

Sistem dibagi menjadi tiga, yaitu:

1. Sistem terbuka merupakan sistem yang memungkinkan pertukaran energi dan


materi antara sistem dan lingkungan. Contoh: melarutkan garam dapur di beker
gelas yang terbuka.

3
2. Sistem tertutup merupakan sistem yang memungkinkan pertukaran energi antara
sistem dan lingkungan, tetapi tidak memungkinkan terjadinya pertukaran materi.
Contoh: mengamati perubahan panas pada reaksi pelarutan di tempat beker gelas
yang tertutup. Pada keadaan itu materi tidak dapat keluar atau masuk beker
gelas, karena beker gelas dalam keadaan tertutup. Akan tetapi energi masih
dapat keluar masuk beker gelas tersebut. Hal ini ditandai dengan panas yang
menempel pada dinding beker gelas atau sebaliknya energi panas dapat dialirkan
ke dalam sistem tersebut dengan cara dipanaskan di atas nyala api.
3. Sistem terisolasi merupakan sistem yang tidak memungkinkan pertukaran energi
dan materi antara sistem dan lingkungan karena adanya batas yang mengisolasi
sistem dan lingkungan. Contohnya air dalam termos. Air panas yang disimpan
dalam termos tidak mengalami perubahan panas dan volume air tidak berkurang.
Dengan demikian, baik benda maupun energi panas tidak mengalami perubahan

Termodinamika kimia dapat didefenisikan sebagai cabang kimia yang


menangani hubungan kalor, kerja dan bentuk lain energy, dengan kesetimbangan dalam
reaksi kimiadan dalam perubahan keadaan. Termokimia erat kaitannya dengan
termodinamika, karena termokimia menangani pengukuran dan penafsiran perubahan
kalor yang menyertaireaksi kimia, perubahan keadaan dan pembentukan larutan.
Penerapan hukum termodinamika pertama dalam bidang kimia merupakan bahan kajian
dari termokimia.”Energi tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan,tetapi dapat diubah
dari satu bentuk ke bentuk yang lain, atau energi alamsemesta adalah konstan.”

2.3 Konsep Suhu, Kalor dan Energi Dalam Bidang Kimia

A. Proses Pengelolaan Minyak Bumi

Minyak bumi adalah minyak mentah (crude oil) berwujud cairan kental
berwarna hitam yang belum dapat dimanfaatkan. Kemudian agar dapat dimanfaatkan,
minyak bumi harus mengalami proses pengolahan dahulu. Pengolahan minyak bumi
dilakukan dengan kilang minyak yang melalui dua tahap. Pengolahan tahap pertama
(primary processing) dilakukan dengan cara distilasi bertingkat dan pengolahan tahap
kedua (secondary processing) dilakukan dengan berbagai cara.

4
1. Pengolahan minyak bumi tahap pertama

Pengolahan minyak bumi tahap pertama dilakukan dengan distilasi bertingkat, yaitu
proses distilasi berulang-ulang, sehingga didapatkan berbagai macam hasil berdasarkan
perbedaan titik didihnya. Hasil pada proses distilasi bertingkat ini meliputi:

1) Fraksi pertama menghasilkan gas yang pada akhirnya dicairkan kembali dan
dikenal dengan nama elpiji atau LPG (Liquefied Petroleum Gas). LPG
digunakan untuk bahan bakar kompor gas dan mobil BBG, atau diolah lebih
lanjut menjadi bahan kimia lainnya.
2) Fraksi kedua disebut nafta (gas bumi). Nafta tidak dapat langsung digunakan,
tetapi diolah lebih lanjut pada tahap kedua menjadi bensin (premium) atau bahan
petrokimia yang lain. Nafta sering disebut juga sebagai bensin berat.
3) Fraksi ketiga atau fraksi tengah, selanjutnya dibuat menjadi kerosin (minyak
tanah) dan avtur (bahan bakar pesawat jet).
4) Fraksi keempat sering disebut solar yang digunakan sebagai bahan bakar mesin
diesel.
5) Fraksi kelima atau disebut juga residu yang berisi hidrokarbon rantai panjang
dan dapat diolah lebih lanjut pada tahap kedua menjadi berbagai senyawa
karbon lainnya, dan sisanya sebagai aspal dan lilin.
5
2. Pengolahan minyak bumi tahap kedua

Pada pengolahan minyak bumi tahap kedua, dilakukan berbagai proses lanjutan dari
hasil penyulingan pada tahap pertama. Proses-proses tersebut meliputi:

1) Perengkahan (cracking): Pada proses perengkahan, dilakukan perubahan struktur


kimia senyawa-senyawa hidrokarbon yang meliputi: pemecahan rantai, alkilasi
(pembentukan alkil), polimerisasi (penggabungan rantai karbon), reformasi
(perubahan struktur), dan isomerisasi (perubahan isomer).
2) Proses ekstraksi: Pembersihan produk dengan menggunakan pelarut sehingga
didapatkan hasil lebih banyak dengan mutu lebih baik.
3) Proses kristalasasi: Proses pemisahan produk-produk melalui perbedaan titik
cairnya. Misalnya, dari pemurnian solar melalui proses pendinginan, penekanan,
dan penyaringan akan diperoleh produk sampingan lilin.
4) Pembersihan dari kontaminasi (treating): Pada proses pengolahan tahap pertama
dan tahap kedua sering terjadi kontaminasi (pengotoran). Kotoran-kotoran ini
harus dibersihkan dengan cara menambahkan soda kaustik (NaOH), tanah liat
atau hidrogenasi.

Hasil proses tahap kedua ini dapat dikelompokan berdasarkan titik didih dan jumlah
atom karbon pembentuk rantai karbonnya.

Tabel beberapa fraksi hasil pengolahan minyak bumi dan kegunaannya.

6
B. Proses Pembuatan Bioetanol

Bioetanol (bioethanol) merupakan etanol (etil alkohol) yang proses produksinya


menggunakan bahan baku alami dan proses biologis, berbeda dengan etanol sintetik
yang diperoleh dari sintesis kimiawi senyawa hidrokarbon. Etanol yang digunakan
sebagai bahan bakar kendaraan memiliki struktur kimia yang persis sama dengan etanol
yang ditemukan pada minuman keras. Etanol yang digunakan untuk bahan bakar disebut
dengan Fuel Grade Ethanol (FGE) dengan tingkat kemurnian 99.5%

Bahan Baku

 Nira bergula (sukrosa): nira tebu, nira nipah, nira sorgum manis, nira kelapa,
nira aren, nira siwalan, sari-buah mete
 Bahan berpati: a.l. tepung-tepung sorgum biji (jagung cantel), sagu,
singkong/gaplek, ubi jalar, ganyong, garut, umbi dahlia.
 Bahan berselulosa (Þ lignoselulosa):kayu, jerami, batang pisang, bagas, dll.
Sekarang belum ekonomis, teknologi proses yang efektif diperkirakan akan
komersial pada dekade ini !

Pemanfaatan Bioetanol

 Sebagai bahan bakar substitusi BBM pada motor berbahan bakar bensin;
digunakan dalam bentuk neat 100% (B100) atau diblending dengan premium
(EXX)

7
 Gasohol s/d E10 bisa digunakan langsung pada mobil bensin biasa (tanpa
mengharuskan mesin dimodifikasi).

Teknologi Pengolahan Bioetanol

 Teknologi produksi bioethanol berikut ini diasumsikan menggunakan jagung


sebagai bahan baku, tetapi tidak menutup kemungkinan digunakannya biomassa
yang lain, terutama molase.
 Secara umum, produksi bioethanol ini mencakup 3 (tiga) rangkaian proses,
yaitu: Persiapan Bahan baku, Fermentasi, dan Pemurnian.

1) Persiapan Bahan Baku

Bahan baku untuk produksi biethanol bisa didapatkan dari berbagai tanaman, baik yang
secara langsung menghasilkan gula sederhana semisal Tebu (sugarcane), gandum manis
(sweet sorghum) atau yang menghasilkan tepung seperti jagung (corn), singkong
(cassava) dan gandum (grain sorghum) disamping bahan lainnya.

Persiapan bahan baku beragam bergantung pada bahan bakunya, tetapi secara umum
terbagi menjadi beberapa proses, yaitu:

 Tebu dan Gandum manis harus digiling untuk mengektrak gula


 Tepung dan material selulosa harus dihancurkan untuk memecahkan susunan
tepungnya agar bisa berinteraksi dengan air secara baik
 Pemasakan, Tepung dikonversi menjadi gula melalui proses pemecahan menjadi
gula kompleks (liquefaction) dan sakarifikasi (Saccharification) dengan
penambahan air, enzyme serta panas (enzim hidrolisis). Pemilihan jenis enzim
sangat bergantung terhadap supplier untuk menentukan pengontrolan proses
pemasakan.

Tahap Liquefaction memerlukan penanganan sebagai berikut:

 Pencampuran dengan air secara merata hingga menjadi bubur


 Pengaturan pH agar sesuai dengan kondisi kerja enzim
 Penambahan enzim (alpha-amilase) dengan perbandingan yang tepat

8
 Pemanasan bubur hingga kisaran 80 sd 90 C, dimana tepung-tepung yang bebas
akan mengalami gelatinasi (mengental seperti Jelly) seiring dengan kenaikan
suhu, sampai suhu optimum enzim bekerja memecahkan struktur tepung secara
kimiawi menjadi gula komplek (dextrin). Proses Liquefaction selesai ditandai
dengan parameter dimana bubur yang diproses menjadi lebih cair seperti sup.

Tahap sakarifikasi (pemecahan gula kompleks menjadi gula sederhana) melibatkan


proses sebagai berikut:

 Pendinginan bubur sampai suhu optimum enzim sakarifikasi bekerja


 Pengaturan pH optimum enzim
 Penambahan enzim (glukoamilase) secara tepat
 Mempertahankan pH dan temperature pada rentang 50 sd 60 C sampai proses
sakarifikasi selesai (dilakukan dengan pengetesan gula sederhana yang
dihasilkan)

2) Fermentasi

Pada tahap ini, tepung telah sampai pada titik telah berubah menjadi gula sederhana
(glukosa dan sebagian fruktosa) dimana proses selanjutnya melibatkan penambahan
enzim yang diletakkan pada ragi (yeast) agar dapat bekerja pada suhu optimum. Proses
fermentasi ini akan menghasilkan etanol dan CO2.

Bubur kemudian dialirkan kedalam tangki fermentasi dan didinginkan pada suhu
optimum kisaran 27 sd 32 0C, dan membutuhkan ketelitian agar tidak terkontaminasi
oleh mikroba lainnya. Karena itu keseluruhan rangkaian proses dari liquefaction,
sakarifikasi dan fermentasi haruslah dilakukan pada kondisi bebas kontaminan.

Selanjutnya ragi akan menghasilkan ethanol sampai kandungan etanol dalam tangki
mencapai 8 sd 12 % (biasa disebut dengan cairan beer), dan selanjutnya ragi tersebut
akan menjadi tidak aktif, karena kelebihan etanol akan berakibat racun bagi ragi.

Dan tahap selanjutnya yang dilakukan adalah destilasi, namun sebelum destilasi perlu
dilakukan pemisahan padatan-cairan, untuk menghindari terjadinya clogging selama
proses distilasi.

9
3) Pemurnian / Distilasi

Distilasi dilakukan untuk memisahkan etanol dari beer (sebagian besar adalah air dan
etanol). Titik didih etanol murni adalah 78 oC sedangkan air adalah 100 0C (Kondisi
standar). Dengan memanaskan larutan pada suhu rentang 78 - 100 0
C akan
mengakibatkan sebagian besar etanol menguap, dan melalui unit kondensasi akan bisa
dihasilkan etanol dengan konsentrasi 95 % volume.

C. Proses Gasifikasi

Proses gasifikasi adalah proses konversi energi secara thermokimia dan aka terjadi
penguraian biomassa yang dilakukan di dalam suatu alat yang disebut gasifer reaktor,
penguraian tersebut dilakukan dengan cara pemanasan dengan suhu sekitar 900°C.
Bahan baku yang biasanya digunakan adalah limbah pertanian dan kayu. Adapun jenis
gas yang digunakan pada proses gasifikasi yaitu CO, H2, CH2, N2 dan CO2.

Tahap Utama Pada Proses Gasifikasi

Dalam gasifer reaktor, terjadi beberapa proses seperti pengeringan, pengarangan,


oksidasi dan reduksi hingga dihasilkan gas yang sesuai dengan spesifikasi, untuk lebih
jelasnya berikut ulasan mengenai masing-masing proses tersebut:

1) Proses pengeringan/penguapan

10
Pengeringan merupakan tahap awal pada proses gasifikasi ini, dimana kandungan
air dalam biomassa diuapkan oleh gas panas dari reaksi oksidasi pembakaran pada
bagian bawah reaktor, temperatur yang digunakan berkisar 170°C.

2) Proses Pengarangan (Pirolisa)

Selanjutnya dalam proses ini bahan bakar yang telah kering akan mengalami
pemanasan pada temperatur 500-700°C dan dengan menggunakan udara tertentu
sehingga akan terjadi pembakaran yang tidak sempurna sehingga bahan bakar akan
terurai menjadi arang, asam organik dan juga dalam bentuk zat-zat lain.

3) Proses Oksidasi

Dalam proses gasifikasi akan terjadi juga proses oksidasi, tepatnya setelah tahap
pembakaran dan pengarangan selesai. Zat yang dihasilkan dibakar dengan
menggunakan bantuan udara sehingga menghasilkan gas yang mampu terbakar
dengan sempurna, disamping itu akan terbentuk juga gas CO2 yang disertai dengan
timbulnya energi panas. Gas yang akan dihasilkan pada proses ini nantinya yaitu
jenis gas yang dapat ditarik atau dikeluarkan langsung dari dalam reaktor.

4) Proses Reduksi

Tahap ini merupakan proses terakhir proses gasifikasi dimana akan terjadi
pertukaran uap air serta terjadi reduksi CO2 oleh arang karbon. Akibat dari proses
ini, jumlah gas yang dihasilkan akan mengalami peningkatan secara signifikan.

D, Mesin Retort

Mesin retort merupakan mesin yang digunakan untuk proses sterilisasi produk
makanan sehingga produk makanan dapat bertahan dalam jangka waktu yang lama
tanpa perlu ditambahkan bahan pengawet. Mesin retort bekerja dengan cara
memanaskan produk hingga mencapai suhu yang tinggi dalam jangka waktu tertentu.
Setelah itu produk akan langsung didinginkan dengan cara menyemprotkan air hingga
produk mencapai suhu yang tertentu. Mesin retort banyak ditemui di industri
pengolahan makanan

11
Berdasarkan posisinya, mesin retort dibedakan menjadi 2, yaitu:

1. Retort Vertikal

2. Retort Horizontal

Selain itu, mesin retort dapat dibedakan dari cara kerjanya. Berdasarkan cara kerjanya
mesin retort dapat dibedakan sebagai berikut

12
Continuous Retort : Mesin retort yang proses masuk dan keluar produknya secara
otomatis

Batch Retort : Mesin retort yang proses masuk dan keluar produknya secara
manual/memerlukan bantuan manusia

Static Retort : Mesin retort yang keranjang penampungan produknya tidak bergerak atau
statis dalam mesin retort Dynamic Retort : Mesin retort yang keranjang
penampungan bergerak atau produk dinamis dalam mesin retort

Rotary Retort : Mesin retort yang keranjang penampungannya dapat berputar, baik
360°, 270°, dan 180°

Shaking Retort : Mesin retort yang keranjang penampungannya bergerak maju mundur.

13
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

.Termokimia adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara energi panas dan
energi kimia. Fokus bahasan dalam termokimia adalah tentang jumlah kalor yang dapat
dihasilkan oleh sejumlah tertentu pereaksi serta cara pengukuran kalor reaksi.
Termokimia merupakan penerapan hukum pertama termodinamika terhadap peristiwa
kimia yang membahas tentang kalor yang menyertaireaksi kimia. Salah satu contoh
pengaplikasian konsep suhu, kalor dan energi dalam bidang kimia terdapat pada proses
pengelolaan minyak bumi, proses pembuatan bioethanol, proses gasifikasi, dan pada
mesin retort.

3.2. Saran

Kami sebagai penulis, menyadari bahwa makalah ini banyak sekali kesalahan dan
sangat jauh dari kesempurnaan, tentunya, penulis akan terus memperbaiki makalah
dengan mengacu pada sumber yang dapat dipertanggungjawabkan nantinya. Oleh

14
karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran tentang pembahasan makalah
diatas

DAFTAR PUSTAKA

Damayanti, Cahaya, dkk. 2016. Biologi. Klaten: Viva pakarindo


Frank, Kreith. 1991. Prinsip-Prinsip Perpindahan Panas Edisi Ketiga. Jakarta:
Erlangga
Salisbury, Frank B. dan Ross Cleon W. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid 1. Bandung:
ITB
Tim Master Eduka. 2016. Fokus Pemantapan Materi Fisika. Surakarta: Gentasmart

15

Anda mungkin juga menyukai