Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

SISTEM TERMODINAMIKA

Disusun Oleh:

Nama : Reno Nabila (4120004)


Arga Dwi Muhayad (4120016)
Deka Yaniza (4120013)
Prodi : Pendidikan Fisika
Mata Kuliah : Termodinamika
Dosen Pengampu : Endang Lovisia,M.Pd.Si

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS PGRI SILAMPARI
2022

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah menolong hamba-Nya


menyelesaikan makalah yang berjudul “Sistem Termodinamika” ini
dengan penuh kemudahan. Tanpa pertolongan Nya mungkin penyusun tidak
akan sanggup menyelesaikan dengan baik.

Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu yang


penulis sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber. Makalah ini
memuat tentang “Hukum 1 Termodinamika”. Walaupun makalah ini mungkin
kurang sempurna tapi juga memiliki detail yang cukup jelas bagi
pembaca.Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada :
1. Rektor Universitas PGRI Silampari Bpk. Dr. H. Rudi Erwandi, M.Pd.
2. Ibu Tri Ariani, M.Pd.Si selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Fisika Universtas PGRI Silampari yang selalu mendukung dan
memfasilitasi hingga karya makalah ini dapat diselesaikan dengan
baik,
3. Endang Lovisia M.Pd selaku dosen pembimbing mata kuliah
termodinamika
4. Teman-teman seperjuangan khususnya mahasiswa progam studi
pendidikan fisika Universitas PGRI Silampari yang telah
memberikan dukungan kepada penyusun..
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan dan manfaat yang
lebih luas kepada pembaca.Penyusun sadar bahwa makalah ini masih
banyak memerlukan perbaikan. Untuk itu mohon saran dan kritiknya. Terima
kasih.

Lubuklinggau 09 Oktober 2022

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................... 2
B. Rumusan Masalah .............................................................................. 2
C. Tujuan ................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Sekala Suhu Internasional .................................................................... 3
B. Teori Kinetik Gas Ideal ........................................................................ 11
C. Kapasitor Kalor .................................................................................... 19
BAB III PENUTUP
A. Simpulan ............................................................................................. 21
B. Saran .................................................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 24

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Termodinamika membahas tentang sistem keseimbangan
(equilibrium), yang dapat digunakan untuk mengetahui besarnya energi yang
diperlukan untuk mengubah suatu sistem keseimbangan, tetapi tidak dapat
dipakai untuk mengetahui seberapa cepat (laju) perubahan itu
terjadi karena selama proses sistem tidak berada dalam keseimbangan. Suatu
sistem tersebut dapat berubah akibat dari lingkungan yang berada di sekitarnya.
Sementara untuk aplikasi dalam materialnya, termodinamika membahas material
yang menerima energi panas atau energi dalam bentuk yang berbeda-beda.
Dalam termodinamika, terdapat hukum-hukum yang menjadi syarat
termodinamika. Di dalam hukum-hukum tersebut terdapat rumus-rumus
yang berbeda pula, sesuai denganpermasalahan yang ada. Ada Hukum 0
Termodinamika atau biasa disebut sebagai Hukum awal Termodinamika, lalu
ada Hukum 1 Termodinamika, Hukum 2 Termodinamika, dan Hukum 3
Termodinamika.
Di dalam Hukum 1 Termodinamika itu sendiri, menjelaskan tentang
energi yang ada dalam suatu sistem dalam termodinamika. Hukum 1
Termodinamika mengenalkan hukum Kekekalan Energi. Hukum
Kekekalan Energi yaitu energi yang tidak dapat diciptakan atau
dimusnahkan, hanya dapat berubah bentuk energi dari bentuk satu ke
bentuk lainnya. Oleh karena itu, Hukum 1 Termodinamika sering disebut
Hukum Kekekalan Energi. Ini berhubungan dengan beberapa proses
termodinamika yaitu proses isotermik, isokhorik, isobarik, dan adiabatik.
Dari energi yang ada pada proses tersebut, dapat pula dihitung berapa kapasitas
panas kalornya, entalpi, dan kalor yang dihasilkan dari proses tersebut

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan skala suhu internasional?
2. Apa saja hukum yang terdapat di Teori kinetik gas ideal ?
3. Apa yang dimaksud Kapasitas kalor?
C. Tujuan

1
1. Untuk mengetahui apa itu skala suhu internasional
2. Untuk mengetahui hukum-hukum di teori kinetik gas ideal
3. Untuk mengetahui apa itu kapasitas kalor

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Skala Suhu Internasional


Hukum ini berbunyi: “Kalor dan kerja mekanik adalah bisa saling tukar”.
Sesuai dengan hukum ini, maka sejumlah kerja mekanik dibutuhkan untuk
menghasilkan sejumlah kalor, dan sebaliknya.Hukum ini bisa juga dinyatakan
sebagai: “Energi tidak bisa dibuat atau dimusnahkan,namun bisa dirubah dari
satu bentuk ke bentuk lainnya”. Sesuai dengan hukum ini, energi yang diberikan
oleh kalor mesti sama dengan kerja eksternal yang dilakukan ditambah
dengan perolehan energi dalam karena kenaikan temperatur.Jika kalor diberikan
kepada sistem, volume dan suhu sistem akan bertambah (sistem akanterlihat
mengembang dan bertambah panas). Sebaliknya, jika kalor diambil dari sistem,
volumedan suhu sistem akan berkurang (sistem tampak mengerut dan terasa
lebih dingin). Prinsip inimerupakan hukum alam yang penting dan salah satu
bentuk dari hukum kekekalan energi.
Sistem yang mengalami perubahan volume akan melakukan usaha dan
sistem yangmengalami perubahan suhu akan mengalami perubahan energi
dalam. Jadi, kalor yang diberikankepada sistem akan menyebabkan sistem
melakukan usaha dan mengalami perubahan energidalam. Prinsip ini dikenal
sebagai hukum kekekalan energi dalam termodinamika atau disebutHukum I
Termodinamika. Untuk suatu proses dengan keadaan akhir (2) dan keadaan awal
(1)
∆U=U2 - U1
Secara matematis, Hukum I Termodinamika dituliskan sebagai
Q =W+∆U
Dimana Q adalah kalor,W adalah usaha, dan ∆U adalah perubahan energi
dalam. Tapirumus itu berlaku jika sistem menyerap kalor Q dari lingkungannya
dan melakukan kerjaW padalingkungannya.

3
Gambar 1. Sistem pada Termodinamika
Hukum I Termodinamika menyatakan hubungan antara energi dalam
(U ),perpindahan panas(Q), dan kerja (W )
∆U = U1 – U2 = Q - W
Jika dalam sistem mengalami proses perubahan yang sangat kecil, maka
dQ = dU + dW
dQ = dU + p Dv
1. Pengertian
Suhu Suhu adalah besaran fisika yang hanya dapat dirasakan. Tubuh
kita dapat merasakan suhu dalam bentuk rasa panas atau dingin. Ketika
menyentuh es, otak memberikan informasi rasa dingin. Ketika berada di
terik matahari, otak memberikan informasi rasa panas. Tampak di sini
bahwa suhu adalah ukuran derajat panas suatu benda.
Kenapa pada suhu lebih tinggi benda menjadi lebih panas? Pada suhu
lebih tinggi atom-atom atau molekul-molekul penyusun benda bergetar lebih
kencang. Akibatnya, energi yang dimiliki partikel menjadi lebih tinggi.
Ketika kita menyentuh benda tersebut maka akan terjadi perpindahan energi
dari partikel benda ke tangan kita. Akibatnya tangan merasakan lebih panas.
Pada saat udara panas, molekul-molekul udara bergerak lebih kencang.
Molekul-molekul ini menumbuk kulit kita lebih kencang sehingga kita
merasakan lebih panas. Sebaliknya, pada saat udara dingin, molekul-
molekul di udara bergerak lebih lambat. Molekul-molekul di kulit kita justru
bergetar lebih kencang. Ketika udara dingin bersentuhan dengan kulit maka
sebagian energi yang dimiliki atom-atom di kulit berpindah ke atom-atom di

4
udara. Getaran atom kulit menjadi lebih lambat sehingga kulit merasakan
dingin.
2. Skala Suhu
Pertanyaan berikutnya adalah berapakan suhu es yang sedang mencair?
Berapakah suhu air yang sedang mendidih? Agar semua orang di seluruh
dunia menyimpulkan nilai suhu yang sama maka perlu ditetapkan skala suhu
secara internasional. Banyak skala suhu yang telah diusulkan para ahli. Di
sini kita akan bahas beberapa saja.
a. Skala Reamur
Pada saat menetapkan skala suhu, maka orang perlu menentukan
dua peristiwa di mana suhunya ditetapkan terlebih dahulu. Dua peristiwa
tersebut harus dapat dihasilkan ulang secara mudah dan teliti. Dua
peristiwa yang sering digunakan sebagai acuan penetapan adalah
peleburan es pada tekanan satu atmosfer dan air mendidih pada tekanan
satu atmosfer (Gambar 11.1). Suhu peleburan es pada tekanan satu
atmosfer sering disebut titik acuan bawah dan suhu didih air pada
tekanan satu atmosfer sering disebut titik acuan atas.

Suhu es yang melebur pada tekanan satu atmosfer dipilih sebagai


titik acuan bawah dan (kanan) suhu air mendidih pada tekanan satu
atmosfer dipilih sebagai titik acuan atas. Skala suhu Reamur ditetapkan
sebagai berikut.
1) Suhu es murni yang sedang melebur pada tekanan satu atmosfer
ditetapkan sebagai suhu 0 derajat.
2) Suhu air murni yang sedang mendidih pada tekanan satu atmosfer
diterapkan sebagai suhu 80.

5
Jadi, ketika kita memanaskan es yang sedang melebur sehingga
menjadi air yang sedang mendidih pada tekanan 1 atmosfer (udara
terbuka) maka kita menaikkan suhu sebesar 80 derajat skala Reamur,
atau 80 oR.
b. Skala Celcius
Cara penetapan skala suhu Celcius tidak beda jauh dengan cara
penetuan skala suhu Reamur. Skala suhu Celcius ditetapkan sebagai
berikut.
1) Suhu es murni yang sedang melebur pada tekanan satu atmosfer
ditetapkan sebagai suhu 0 derajat
2) Suhu air murni yang sedang mendidih pada tekanan satu atmosfer
diterapkan sebagai suhu 100.
Jadi, ketika kita memanaskan es yang sedang melebur sehingga
menjadi air yang sedang mendidih pada tekanan 1 atmosfer kita
menaikkan suhu sebesar 100 derajat skala Celcius, atau 100 oC.
c. Skala Fahrenheit
Penetapan skala suhu Fahrenheit sedikit berbeda dengan penetapan
skala Celcius dan Reamur. Skala suhu Fahrenheit ditetapkan sebagai
berikut.
1) Suhu es murni yang sedang melebur pada tekanan satu atmosfer
ditetapkan sebagai suhu 32 derajat
2) Suhu air murni yang sedang mendidih pada tekanan satu atmosfer
diterapkan sebagai suhu 212.
Jadi, ketika kita memanaskan es yang sedang melebur sehingga
menjadi air yang sedang mendidih pada tekanan 1 atmosfer maka kita
menaikkan suhu sebesar (212 – 32) = 180 derajat skala Fahrenheit, atau
180 oF.
d. Skala Kelvin
Jika suhu zat terus didinginkan maka zat tersebut akan berubah wujud
dari gas menjadi cair, lalu berubah menjadi padat. Jika diturunkan
terusmenerus maka getaran atom-atom dalam zat makin lambat. Ketika
diturunkan lagi maka atom-atom zat tidak bergerak lagi. Untuk semua zat

6
yang ada di alam semesta didapatkan bahwa suhu ketika semua partikel
tidak bergerak lagi sama dengan -273 oC.
Skala suhu Kelvin ditetapkan sebagai berikut.
1) Suhu ketika partikel-partikel zat di alam semesta tidak bergerak lagi
dipilih sebagai titik acuan bawah. Suhu titik acuan bawah ini diambil
sebagai nol derajat mutlak atau nol kelvin
2) Besar kenaikan suhu untuk tiap kenaikan skala kelvin sama dengan
besar kenaikan suhu untuk tiap kenaikan skala celcius.
Dengan demikian, hubungan antara skala kelvin dan celius adalah
Skala kelvin = skala celcius + 273
a. Suhu es murni melebur pada tekanan satu atmosfer adalah 0 oC dan
sama dengan 0 + 273 = 273 K
b. Suhu air murni mendidih pada tekanan satu atmosfer adalah 100 oC
dan sama dengan 100 + 273 = 373 K
Skala kelvin ditetapkan sebagai skala suhu dalam satuan SI.
3. Konversi Antar Skala Suhu
Berapa kelvinkah sepuluh fahrenheit? Berapa reamurkah negatif 100
celcius? Pertanyaan semacam ini akan sering kita jumpai. Beberapa negara
menggunakan skala fehrenheit sedangkan kita di Indonesia umumnya
menggunakan skala celcius. Pada bagian ini kita akan belajar cara
mengonversi suhu dalam berbagai skala di atas. Ada juga alat ukur suhu
yang menampilkan dua skala secara bersamaan, seperti pada Gambar 11.2.
Untuk memudahkan pemahaman tentang teknik konversi suhu, lihat
Gambar 11.3.
a. Konversi antara skala celcius dan reamur
Lihat dua pita yang sebelah atas pada Gambar 11.3. Perhatikan
batas kiri dan kanan pita sebagai titik acuan bawah dan titik acuan atas.
Perhatikan pula suatu suhu yang dinyatakan oleh garis di tengah pita.
Ini adalah suhu benda yang sama. Namun nilainya berbeda ketika
diungkapkan dalam skala berbeda. Jika diungkapkan dalam skala
reamur, nilainya tr, jika diungkapkan dalam skala celcius, nilainya tc,

7
dan seterusnya. Kita gunakan aturan perbandingan matematika yang
sederhana berikut ini

atau

Gambar 11.2 Alat ukur suhu yang menunjukkan skala celcius dan
fahrenheit secara bersamaan (**).
b. Konversi celcius dan Fahrenheit
Perhatikan pita kedua dan ketiga pada Gambar 11.2. Perhatikan
pula suatu suhu yang dinyatakan oleh garis di tengah pita tersebut. Kita
gunakan aturan perbandingan matematika yang sederhana berikut.

atau

8
Gambar 11.3 Ilustrasi untuk memudahkan konversi suhu dalam berbagai
skala.
c. Konversi reamur dan fahrenheit
Perhatikan pita pertama dan ketiga pada Gambar 11.3. Perhatikan pula
suatu suhu yang dinyatakan oleh garis di tengah pita tersebut. Kita
gunakan aturan perbandingan matematika yang sederhana berikut.

d. Konversi celcius dan kelvin


Perhatikan pita kedua dan keempat pada Gambar 11.3. Perhatikan pula
suatu suhu yang dinyatakan oleh garis di tengah pita. Kita gunakan
aturan perbandingan matematika yang sederhana berikut.

9
Kalian dapat melakukan koversi antar satuan yang lain lagi, seperti
antara reamur dan kelvin dan antara fahrenheit dan kelvin.
Contoh 11.1
Nyatakan suhu pada Gambar 11.4 dalam satuan reamur, fahrenheit, dan
kevlin?

Jawab
Pada gambar di atas suhu dinyatakan dalam satuan celcius, yaitu c t =
36,6 oC. Dengan menggunakan persamaan (11.1) kita peroleh suhu
dalam skala reamur

Dengan menggunakan persamaan (11.2) kita peroleh suhu dalam skala


fahrenheit

10
Dengan menggunakan persamaan (11.4) kita peroleh suhu dalam skala
kelvin

4. Alat Ukur Suhu


Berapakah suhu air yang baru dipanaskan 3 menit? Berapakah suhu
udara di luar ruangan saat ini? Berapakah suhu ruangan setelah AC
dinyalakan 10 menit? Berapa suhu badan adik saat diserang deman?
Bagaimana cara mengetahuinya? Jawabnya hanya satu, yaitu melakukan
pengukuran?
Alat yang digunakan untuk mengukur suhu dinamakan termometer.
Termometer telah dibuat dalam berbagai jenis. Jenis-jenis tersebut
disesuaikan dengan kegunaan masing-masing. Juga jangkauan pengukuran
satu termometer dengan termometer lainnya berbeda, sesuai dengan di mana
termometer itu akan digunakan. Termometer yang digunakan untuk
mengukur suhu tubuh hanya berjangkauan sekitar 30 oC – 50 oC.
Penyebabnya adalah tidak ada manusia yang memiliki suhu badan di bawah
30 oC dan di atas 50 oC. Jadi akan percuma saja membuat skala di bawah
30 oC dan di atas 50 oC. Gambar 11.5 memperlihatkan sejumlah
termometer yang digunakan dalam rumah sakit, laboratorium, dan industri.

B. Teori kinetik gas ideal

11
Salah satu sifat gas ideal adalah molekul-molekulnya dapat bergerak
bebas (acak). Sekarang kita akan membahas pengaruh gerak molekul-
molekul gas terhadap sifat gas secara umum dengan Teori Kinetik Gas.
Beberapa konsep yang dibicarakan dalam teori kinetik gas antara lain
tekanan akibat gerak molekul gas, kecepatan molekul gas, dan energi kinetik
gas.

1. Tekanan Gas
Tekanan gas yang akan kita bahas adalah tekanan gas akibat gerak
molekul. Jika gas tersebut berada di dalam ruangan tertutup, molekul-
molekulnya akan menumbuk dinding ruangan dengan kecepatan tertentu.
Tekanan gas di dalam sebuah ruangan tertutup sama dengan tekanan gas
pada dindingnya akibat ditumbuk molekul gas. Gaya tumbukan yang
merupakan laju momentum terhadap dinding inilah yang memberikan
tekanan gas.
Walaupun arah kecepatan molekul tidak sama, namun besar
kecepatan (kelajuan) molekul gas ke semua arah dapat dianggap sama (v x =
vy = vz).
Maka, besar tekanan gas dinyatakan dengan rumus:

Atau

Mengingat bahwa Nm adalah massa gas (M) dan (massa jenis),


maka tekanan dapat dicari dengan persamaan :

Keterangan:

P = tekanan gas (N/m2)


N = jumlah molekul

12
m = massa satu molekul gas (kg)

v2 = rata-rata kuadrat kelajuan


molekul (m/s) ρ = massa jenis gas

(kg/m3)

2. Energi Kinetik sebagai Fungsi Temperatur


Molekul gas yang bergerak mempunyai energi kinetik. Kita lihat kembali
persamaan tekanan sebagai fungsi rata-rata kuadrat kelajuan di depan yang
dinyatakan dengan persamaan :

Persamaan tersebut berlaku jika gas terdiri dari N buah molekul. Untuk satu
buah molekul, persamaan tersebut menjadi :

Persamaan tersebut dapat dituliskan dalam bentuk lain sebagai berikut.

Faktor adalah energi kinetik. Jadi, persamaan tersebut dapat ditulis

dalam bentuk :

atau

Pada pembahasan di atas, kita telah mendapatkan persamaan PV = NkT


dan PV = nRT. Maka, persamaan energi kinetik translasi rata-rata molekul
gas dapat dicari dengan rumus :

13
atau

Keterangan:
Ek = energi kinetik translasi rata-
rata gas (J)

Contoh Soal 4 :

Suatu gas dalam ruang tertutup dengan suhu 57 oC. Berapakah


energi kinetik rata-rata molekul gas tersebut?

Penyelesaian:
Diketahui:
n = 1 mol

k = 1,38 x 10-23 J/K


T = (57 + 273) K = 330 K

k = tetapan Boltzman (1,38 x 10-23 J/K)


T = temperatur mudak gas
(K) n = jumlah mol gas
Ditanya: Ek = ...?

Jawab:

= . 1,38 x 10-23 . 330

= 6,21 x 10-21 Joule

Contoh Soal 5 :
Sebuah tangki yang volumenya 50 liter mengandung 3 mol gas
monoatomik. Jika energi kinetik rata-rata yang dimiliki setiap gas adalah

14
8,2 x 10-21 J, tentukan besar tekanan gas dalam tangki?

Penyelesaian:
Diketahui:
V = 50 liter = 5

x 10-2 m3 n =
3 mol

Ek = 8,2 x 10-21 J
Ditanya: P = ... ?

Jawab:

= 1,97 x 105 N/m2

Contoh Soal 6 :

Di dalam ruang tertutup terdapat gas yang tekanannya 3,2 x 105 N/m2.

Jika massa jenis gas tersebut adalah 6 kg/m3, berapakah kecepatan efektif
tiap partikel gas tersebut?

Penyelesaian:
Diketahui:

P = 3,2 x 105 N/m2 ; ρ = 6 kg/m3


Ditanya: Ek = … ?

Jawab:

15
= 400 m/s

3. Penerapan Teori Kinetik Gas

1. Gerak Brown
Pada tahun 1827, Robert Brown menemukan gejala gerak
semba¬rang yang terus-menerus dari tepung sari yang tergantung di
dalam air. Gerakan partikel tepung tersebut di dalam air kemudian
dikenal sebagai gerak Brown. Sebelum ditemukan teori kinetik,
gerakan ini belum dapat dijelaskan. Pada tahun 1905, Albert Einstein
mengembangkan teori gerak Brown.
Anggapan dasar yang dikemukakan Einstein tentang fenomena
tersebut adalah bahwa partikel-partikel yang tergantung bebas di
dalam suatu fluida (cairan atau gas) bergerak karena temperatur
medium (disebut gerak termal).
2. Penguapan
Proses penguapan dapat dijelaskan dengan dasar teori kinetik.
Molekul-molekul air tarik-menarik satu sama lain. Gaya tarik-menarik
ini membuat molekul air berdekatan pada fase cair. Jika terjadi
kenaikan temperatur, molekul-molekul air akan bergerak lebih cepat
yang berarti energi kinetiknya tinggi. Molekul air yang mempunyai
energi kinetik tinggi mampu melawan gaya tarik molekul lain.
Akibatnya, molekul dengan energi kinetik tinggi dapat terlepas dari
ikatan molekul lain, dan berubah ke fase gas. Akan tetapi, jika molekul
tidak memiliki kecepatan yang memadai untuk berubah ke fase gas,
maka ia akan tertarik kembali ke permukaan air.

3. Kelembaban
Dalam kehidupan sehari-hari, kita kadang mengatakan bahwa

16
udara di sekitar kita kering atau lembab. Keadaan ini disebut
kelembaban udara. Ketika kelembaban udara ini disebabkan oleh
kandungan uap air di udara. Semakin banyak uap air di suatu tempat,
semakin lembab udara di tempat tersebut.

4. Difusi pada Organisme Hidup


Difusi merupakan peristiwa bergeraknya suatu zat dari
konsentrasi tinggi menuju konsentrasi rendah. Peristiwa difusi dapat
diperhatikan ketika meneteskan zat pewarna ke dalam gelas berisi air.
Zat pewarna yang mempunyai konsentrasi lebih tinggi daripada
konsentrasi air, akan menyebar ke seluruh air, walaupun kalian tidak
mengaduk air. Pencampuran ini disebabkan oleh gerakan molekul
yang acak

4.Kapasitas Kalor pada Gas Ideal


Kapasitas kalor merupakan kalor yang diperlukan untuk menaikan
suhu suatu sistemsebesar satu derajat. Apabila tidak ada perubahan fasa,
panas yang diberikan kepada sistem akanmengakibatkan kenaikan
temperatur. Ada 2 jenis kapasitas kalor, yaitu ada kapasitas kalor saatvolume
tetap (CV) dan kapasitas kalor saat tekanan tetap (CP ). Sedangkan rumus
kapasitas kaloritu sendiri adalah :
ΔQ = C . ΔT C = dQ/dT
Dimana C adalah kapasitas panas zat yang secara kuantitatif
didefinisikan
sebagai besarnya energi panas yang dibutuhkan untuk menaikkan suhu zat se
besar 1 C. Dengandemikian kapasitas panas C memiliki satuan J/kal atau J/K.
Sedangkan ΔT tidak lain adalah menyatakan selisih suhu pada keadaan
sebelum dan sesudah diberi energi panas Q.
a) Kapasitas Kalor pada Volume Tetap
.

dQv = CvdT

17
dQv = n Cv dT

Kapasitas panas pada kalor tetap juga memiliki perbedaan rumus,


tergantung pada gasidealnya itu sendiri. Apakah monoatomik, diatomik,
atau polyatomic.

Saat monoatomik Cv = 3/2R


Saat diatomik Cv = 5/2R
Saat polyatomic Cv = 5/2R

b) Kapasitas Kalor pada Tekanan Tetap

dQP = Cp dT

dQP = nC p dT
Sedangkan untuk rasio kapasitas kalor adalah
1. Proses Isotermal

Kalor yang dihasilkan pada proses isotermal yaitu :

∆U = Q – W Q = ∆U W = nCV∆T

Sementara perubahan energi dalamnya yaitu :

∆U = nCY∆T
2. Proses Isokhorik
Kalor yang dihasilkan pada proses isokhorik yaitu :
Q = NcP ∆T = NcV (Tf – Ti)
Sementara perubahan energi dalamnya yaitu :

18
3. Proses Isobarik
Kalor yang dihasilkan pada proses isobarik yaitu :
Q = nCP ∆T = nC p (Tf – Ti )
Sementara perubahan energi dalamnya yaitu :
∆U = Q – W ∆U = nCp∆T - p∆T
pV = nRT ∆T
CV = CV + R ∆U = nC p∆T - nR∆T = nC v ∆T
4. Proses Adiabatik
Pada proses adiabatik, tidak ada perubahan kalor yang terjadi
karena kalor yang diterimadan dikeluarkan sama besarnya, sehingga
Q = 0 . Maka kerja yang dihasilkan proses adiabatik pada gas ideal
yaitu :
Adiabatik : pVY = konstan
P= = CV y
–y
W=∫ ∫ dV

W=C V-y+1

= (Vf –y+1)

Sementara perubahan energi dalamnya yaitu :


Q = 0 ∆U = Q –W ∆U = -W = ( p f Vf - pi Vi )

C. Kapasitor Kalor
Pada bab ini kita simbolkan energi kalor dengan huruf Q. Energi kalor 5,5
kalori ditulis Q = 5,5 kalori. Kalau kalian panaskan berbagai macam bendadi
atas kompor yang sama selama selang waktu yang sama maka kalian akan amati
bahwa kenaikan suhu benda tersebut secara umum tidak sama. Ada benda yang
mengalami kenaikan suhu sangat cepat. Contoh benda ini adalah aluminium,
besi, atau logam lainnya. Ada benda yang mengalami kenaikan suhu lambat.
Contoh benda ini adalah air. Karena dipanaskan selama selang waktu yang sama
maka semua benda tersebut sebenarnya menyerap energi kalor dalam jumlah
yang sama. Tetapi mengapa kenaikan suhu dapat berbeda?

19
Untuk membedakan benda satu dengan benda lain berdasarkan berapa besar
perubahan suhu apabila diberikan energi kalor maka kita definisikan suatu
besaran yang dinamakan kapasitas kalor. Besaran tersebut memiliki rumus

Dengan
C adalah kapasitas kalor;
Q adalah jumlah kalor yang diberikan atau ditarik dari benda tersebut;
T adalah perumabahn suhu benda.
Satuan Q adalah kalori atau joule. Satuan T adalah oC atau K. Jadi satuan
kapasitas kalor dapat berupa kal/oC atau J/oC, atau kal/K, atau J/K.
Persamaan (11.6) jelas mengatakan bahwa:
a) Jika kapasitas kalor sebuah benda bernilai besar maka diperlukan kalor yang
banyak untuk mengubah suhu benda.
b) Sebaliknya, jika kapasitas kalor sebuah benda bernilai kecil maka cukup
diperlukan kalor sedikit untuk mengubah suhu benda.
Contoh 1
Misalkan kalian memiliki sejumlah benda: potongan besi, potongan
aluminium, dan potongan tembaga. Suhu awal semua potongan logam diukur.
Potongan tersebut dimasukkan ke dalam 2.000 g air secara bergantian. Setelah
suhu air turun 5 oC, potongan dikeluarkan dari air dan suhu potongan logam
diukur. Tabel 11.1 adalah data yang diperoleh. Hitunglah kapasitas kalor
masingmasing potongan
Tabel.1 untuk contoh 1

Jawab
Dari semua proses di atas, penurunan suhu air disebabkan oleh
perpindahan kalor dari air ke potongan logam. Jadi besar pengurangan energi
kalor air sama dengan besar kalor yang diserap potongan logam.

20
Karena air mengalami penurunan suhu yang sama maka kalor yang
diserap semua potongan logam dari air sama besar, yaitu Q = massa air 1 kalori
perubahan suhu air = 2.000  1  5 = 10.000 kalori. Dari data table di atas, kita
dapatkan data kapasitas kalor seperti ditunjukkan pada Tabel 2.

Tabel.2 untuk contoh 1

Kapasitas Kalor Bukan Sifat Khas Benda. Masukkan air dalam panci lalu
tempatkan di atas kompor yang menyala. Lakukan berkali-kali dengan jumlah
air yang berbeda. Jangan lupa mengukur suhu air sebelum ditempatkan di atas
kompor dan suhu saat melakukan pemanasan. Apa yang akan kamu amati?
Jika jumlah air makin banyak maka perlu pemanasan lebih lama untuk
menaikkan suhu air 1 oC.
Pemanasan lebih lama bermakna pemberian kalor lebih banyak. Jadi, untuk
menaikkan suhu sebesar 1 oC, air yang lebih banyak memerlukan kalor lebih
banyak.
Kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu air sebesar 1 oC
merupakan definisi kapasitas kalor. Jadi kita simpulkan:
a. Kapasitas kalor suatu zat makin besar jika massa zat makin besar.
b. Kapasaitas kalor suatu zat bukan merupakan besaran yang khas.
c. Zat yang sama memiliki kapasitas kalor yang berbeda jika massanya
berbeda (Gambar. 11.14, atas).
d. Zat yang berbeda dapat memiliki kapasitas kalor yang sama jika
memiliki perbandingan massa tertentu. Contohnya, kapasitas kalor 1 kg
tembaga sama dengan kapasitas kalor 3 kg emas sama dengan kapasitas
kalor 0,43 kg aluminium = kapasitas kalor 0,83 kg baja (Gambar 11.14,
bawah).

21
22
BAB 111
PENURUP
A. Kesimpulan
Sehubungan dengan itu maka dapat dikatakan bahwasanya suhu adalah
besar fisika yang dapat kita rasakan contohnya tubuh kita dapat merasakan suhu
dalam bentuk rasa panas maupun rasa dingin, skala suhu terbagi menjadi 4 yaitu
skala suhu celcius, Fahrenheit, Kelvin dan reamur. Serta kita juga mengetahui
konversi skala suhu baik itu skala Celcius ke reamur skala kelvin ke celcius dan
lain sebagiannya serta kita juga mengetahui alat ukur suhu.
Selanjutnya kita mengetahui jugap teori kinetik gas ideal. Yang mana
terdapat teori gas ideal terdapat beberapa konsep dasar yang harus diketahui mulai
dari tekanan gas, energi kinetik gas ideal dan penerapan teori kinetik gas.
Setelah itu juga kita juga mengetahui kapasitas kalor itu apa saja yang mana
kapasitas kalor terdiridari proses isotermal isokhorik dan isobarik dan proses
adiabatik serta serta juga mengetahui tentang kapasitor kalor.
B. Saran
Dalam penulisan makalah ini mungkin jauh dari kata kesempurnaan, hal ini
di sebabkan oleh kurangnya referensi yang dimiliki oleh penulis, maka untuk itu
penulis mengharapkan kritik dan saran dari dosen pembimbing dan teman-teman
demi kesempurnaan di masa yang akan mendatang.

23
DAFTAR PUSTAKA

Siswanto,2007,kompetensi fisika, Yogyakarta;Citra Aji Parama.


Sukardijo,2002,kimia fisika, Jakarta:Rineka Citra.
Rachmat.Dkk,1999, Sains fisika 3a SMA,Jakarta: Bumi Aksara
Sukardjo,1990,kimia Organik,Jakarta:Rineka Cipta.
Raymond A.Serway dan Jhon W. Jewett, Fisika Untuk Sains Dan Teknik.
Salemba Teknika: Jakarta. 2010
U. rachmat dkk. Sains Fisika untuk SMU PT Bumi Aksara: Jakarta, 2000
Siswanto dan Sukaryadi. Kompetensi Fisika. PT Citra Aji Parama: Yogyakarta,
2007 Daryanto. Fisika Teknik. Jakarta: Rincka Cipta. 1997

24

Anda mungkin juga menyukai