Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH THERMODINAMIKA

Disusun Oleh :
ADE HIDAYAT (2022337008)

JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN


UNIVERSITAS SAHID
JAKARTA
2023
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan rasa syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta hidayah-Nya kepada penulis sehingga makalah yang berjudul “Themodinamika”
dapat selesai pada waktunya.
Adapun penulisan makalah ini merupakan bentuk dari pemenuhan tugas mata kuliah
Kimia 2. Pada makalah ini akan di bahas mengenai Thermodinamika.
Makalah ini disusun agar dapat menambah referensi para pembaca. Penulis
mengharapkan makalah ini dapat bermanfaat dan dapat diterima pembaca dengan senang
hati. Selanjutnya dengan rendah hati penulis meminta kritik dan saran dari pembaca untuk
makalah ini supaya selanjutnya dapat penulis revisi kembali. Karena penulis sangat
menyadari bahwa makalah ini masih memiliki banyak kekurangan.
Penulis mengucapkan terima kasih yang sebanyak-banyaknya kepada setiap pihak
yang telah mendukung serta membantu dalam proses penulisan makalah ini hingga
rampungnya makalah ini
Demikianlah yang dapat penulis sampaikan, penulis berrharap makalah yang telah
dibuat ini mampu memberikan manfaat kepada setiap pembacanya.

1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................................0
BAB I.........................................................................................................................................3
PENDAHULUAN.....................................................................................................................3
1.1.Latar Belakang..................................................................................................................3
1.2.Rumusan Masalah............................................................................................................3
1.3.Tujuan...............................................................................................................................3
BAB II.......................................................................................................................................4
PEMBAHASAN.......................................................................................................................4
2.1.Sistem Termodinamika.....................................................................................................4
2.2.TERMODINAMIKA I.....................................................................................................7
2.3.TERMODINAMIKA II....................................................................................................9
2.4.TERMODINAMIKA III................................................................................................10
2.5. APLIKASI HUKUM KETIGA TERMODINAMIKA.................................................12
2.5.1. SIKLUS RANKINE...............................................................................................12
2.5.2. Proses Siklus Rankine.............................................................................................13
BAB III....................................................................................................................................15
PENUTUP...............................................................................................................................15
3.1. KESIMPULAN.............................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................16

2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Termodinamika (bahasa Yunani: thermos 'panas' and dynamic perubahan") adalah
fisika energi, panas, kerja, entropi dan kespontanan proses. Termodinamika berhubungan
dekat dengan mekanika statistik di mana banyak hubungan termodinamika berasal.
Termodinamika adalah kajian tentang kalor (panas) yang berpindah. Dalam
termodinamika kamu akan banyak membahas tentang sistem dan lingkungan. Kumpulan
benda-benda yang sedang ditinjau disebut sistem, sedangkan semua yang berada di sekeliling
(di luar) sistem disebut lingkungan.
Pada sistem di mana terjadi proses perubahan wujud atau pertukaran energi,
termodinamika klasik tidak berhubungan dengan kinetika reaksi (kecepatan suatu proses
reaksi berlangsung). Karena alasan ini, penggunaan istilah "termodinamika" biasanya
merujuk pada termodinamika setimbang. Dengan hubungan ini, konsep utama dalam
termodinamika adalahproses kuasistatik, yang diidealkan, proses "super pelan". Proses
termodinamika bergantung-waktu dipelajari dalam termodinamika tak-setimbang.
Karena termodinamika tidak berhubungan dengan konsep waktu, telah diusulkan
bahwa termodinamika setimbang seharusnya dinamakan termostatik. Hukum termodinamika
kebenarannya sangat umum, dan hukum-hukum ini tidak bergantung kepada rincian dari
interaksi atau sistem yang diteliti. Ini berarti mereka dapat diterapkan ke sistem di mana
seseorang tidak tahu apa pun kecual perimbangan transfer energi dan wujud di antara mereka
dan lingkungan. Contohnya termasuk perkiraan Einstein tentang emisi spontan dalam abad
ke- 20 dan riset sekarang ini tentang termodinamika benda hitam.
1.2.Rumusan Masalah
Maka dirumuskan permasalahan berikut :
1. Apa pengertian dan aplikasi hukum termodinamika?
2. Apa dan bagaimana hukum termodinamika?
1.3.Tujuan
Penulisan makalah ini diharapkan mampu memberikan manfaat sebagai berikut :
1. Memberikan tambahan pengetahuan kepada pembaca tentang Hukum Termodinamika.
2. Memberikan penjelasan tentang hal-hal dasar yang sering dilupakan dalam
Thermodinamika.
3. Memberikan pengetahuan kepada pembaca tentang Hukum Termodinamika

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1.Sistem Termodinamika
Termodinamika adalah kajian tentang kalor (panas) yang berpindah. Dalam
termodinamika kamu akan banyak membahas tentang sistem dan lingkungan. Kumpulan
benda-benda yang sedang ditinjau disebut sistem, sedangkan semua yang berada di sekeliling
(di luar) sistem disebut lingkungan. Sistem termodinamika adalah bagian dari jagat raya yang
diperhitungkan. Sebuah batasan yang nyata atau imajinasi memisahkan sistem dengan jagat
raya, yang disebut lingkungan. Klasifikasi sistem termodinamika berdasarkan pada sifat batas
sistem-lingkungan dan perpindahan materi, kalor dan entropi antara sistem dan lingkungan.

Konsep dasar dalam Termodinamika


Pengabstrakan dasar atas termodinamika adalah pembagian dunia menjadi sistem
dibatasi oleh kenyataan atau ideal dari batasan. Sistem yang tidak termasuk dalam
pertimbangan digolongkan sebagai lingkungan. Dan pembagian sistem menjadi subsistem
masih mungkin terjadi, atau membentuk beberapa sistem menjadi sistem yang lebih besar.
Biasanya sistem dapat diberikan keadaan yang dirinci dengan jelas yang dapat diuraikan
menjadi beberapa parameter.

Sistem Termodinamika
Sistem termodinamika adalah bagian dari jagat raya yang diperhitungkan. Sebuah
batasan yang nyata atau imajinasi memisahkan sistem dengan jagat raya, yang disebut
lingkungan. Klasifikasi sistem termodinamika berdasarkan pada sifat batas sistem-lingkungan
dan perpindahan materi, kalor dan entropi antara sistem dan lingkungan.
Ada tiga jenis sistem berdasarkan jenis pertukaran yang terjadi antara sistem dan
lingkungan:
a) Sistem terisolasi
Tak terjadi pertukaran panas, benda atau kerja dengan lingkungan. Contoh dari sistem
terisolasi adalah wadah terisolasi, seperti tabung gas terisolasi.
b) Sistem tertutup
Terjadi pertukaran energi (panas dan kerja) tetapi tidak terjadi pertukaran benda dengan
lingkungan. Rumah hijau adalah contoh dari sistem tertutup di mana terjadi pertukaran
panas tetapi tidak terjadi pertukaran kerja dengan lingkungan. Apakah suatu sistem terjadi

4
pertukaran panas, kerja atau keduanya biasanya dipertimbangkan sebagai sifat
pembatasnya:
pembatas adiabatik: tidak memperbolehkan pertukaran panas.
pembatas rigid: tidak memperbolehkan pertukaran kerja.
c) Sistem terbuka
Terjadi pertukaran energi (panas dan kerja) dan benda dengan lingkungannya. Sebuah
pembatas memperbolehkan pertukaran benda disebut permeabel. Samudra merupakan
contoh dari sistem terbuka.
Dalam kenyataan, sebuah sistem tidak dapat terisolasi sepenuhnya dari lingkungan,
karena pasti ada terjadi sedikit pencampuran, meskipun hanya penerimaan sedikit
penarikangravitasi. Dalam analisis sistem terisolasi, energi yang masuk ke sistem sama
dengan energi yang keluar dari sistem.

Keadaan Termodinamika
Ketika sistem dalam keadaan seimbang dalam kondisi yang ditentukan, ini disebut
dalam keadaan pasti (atau keadaan sistem). Untuk keadaan termodinamika tertentu, banyak
sifat dari sistem dispesifikasikan. Properti yang tidak tergantung dengan jalur di mana sistem
itu membentuk keadaan tersebut, disebut fungsi keadaan dari sistem. Bagian selanjutnya
dalam seksi ini hanya mempertimbangkan properti, yang merupakan fungsi keadaan.
Jumlah properti minimal yang harus dispesifikasikan untuk menjelaskan keadaan dari sistem
tertentu ditentukan olah Hukum fase Gibbs. Biasanya seseorang berhadapan dengan properti
sistem yang lebih besar, dari jumlah minimal tersebut. Pengembangan hubungan antara
properti dari keadaan yang berlainan dimungkinkan. Persamaan keadaan adalah contoh dari
hubungan tersebut.
1. Usaha Luar
Usaha luar dilakukan oleh sistem, jika kalor ditambahkan (dipanaskan) atau kalor
dikurangi (didinginkan) terhadap sistem. Jika kalor diterapkan kepada gas yang menyebabkan
perubahan volume gas, usaha luar akan dilakukan oleh gas tersebut. Usaha yang dilakukan
oleh gas ketika volume berubah dari volume awal V1 menjadi volume akhir V2 pada tekanan
pkonstan dinyatakan sebagai hasil kali tekanan dengan perubahan volumenya.
W =p ∆ V = p(V 2−V 1)

Secara umum, usaha dapat dinyatakan sebagai integral tekanan terhadap perubahan
volume yang ditulis sebagai Tekanan dan volume dapat diplot dalam grafik p-V. jika
5
perubahan tekanan dan volume gas dinyatakan dalam bentuk grafik p-V, usaha yang
dilakukan gas merupakan luas daerah di bawah grafik p- V. hal ini sesuai dengan operasi
integral yang ekuivalen dengan luas daerah di bawah grafik.
Gas dikatakan melakukan usaha apabila volume gas bertambah besar (atau
mengembang) dan V2> V1. sebaliknya, gas dikatakan menerima usaha (atau usaha dilakukan
terhadap gas) apabila volume gas mengecil atau V2 < Vl dan usaha gas bernilai negatif.
2. Energi Dalam
Suatu gas yang berada dalam suhu tertentu dikatakan memiliki energi dalam. Energi
dalam gas berkaitan dengan suhu gas tersebut dan merupakan sifat mikroskopik gas tersebut.
Meskipun gas tidak melakukan atau menerima usaha, gas tersebut dapat memiliki energi
yang tidak tampak tetapi terkandung dalam gas tersebut yang hanya dapat ditinjau secara
mikroskopik.
Berdasarkan teori kinetik gas, gas terdiri atas partikel-partikel yang berada dalam
keadaan gerak vang acak. Gerakan partikel ini disebabkan energi kinetic rata-rata dari seluruh
partikel yang bergerak. Energi kinetik ini berkaitan dengan suhu mutlak gas. Jadi, energi
dalam dapat ditinjau sebagai jumlah keseluruhan energi kinetik dan potensial yang
terkandung dan dimiliki oleh partikel-partikel di dalam gas tersebut dalam skala mikroskopik.
Dan, energi dalam gas sebanding dengan suhu mutlak gas. Oleh karena itu, perubahan suhu
gas akan menyebabkan perubahan energi dalam gas. Dimana AU adalah perubahan energi
dalam gas, n adalah jumlah mol gas, R adalah konstanta umum gas (R= 8,31 J mol-1 K-1,
dan AT adalah perubahan suhu gas (dalam kelvin).
Terdapat empat Hukum Dasar yang berlaku di dalam sistem termodinamika, yaitu:
a) Hukum Awal (Zeroth Law) Termodinamika
Hukum ini menyatakan bahwa dua sistem dalam keadaan setimbang dengan sistem
ketiga, maka ketiganya dalam saling setimbang satu dengan lainnya.
b) Hukum Pertama Termodinamika
Hukum ini terkait dengan kekekalan energi. Hukum ini menyatakan perubahan energi
dalam dari suatu sistem termodinamika tertutup sama dengan total dari jumlah energi
kalor yang disuplai ke dalam sistem dan kerja yang dilakukan terhadap sistem.

6
c) Hukum kedua Termodinamika
Hukum kedua termodinamika terkait dengan entropi. Hukum ini menyatakan bahwa total
entropi dari suatu sistem termodinamika terisolasi cenderung untuk meningkat seiring
dengan meningkatnya waktu, mendekati nilai maksimumnya.

d) Hukum ketiga Termodinamika


Hukum ketiga termodinamika terkait dengan temperatur nol absolut. Hukum ini
menyatakan bahwa pada saat suatu sistem mencapai temperatur nol absolut, semua proses
akan berhenti dan entropi sistem akan mendekati nilai minimum. Hukum ini juga
menyatakan bahwa entropi benda berstruktur kristal sempurna pada temperatur nol
absolut bernilai nol.
2.2.TERMODINAMIKA I
Jika kalor diberikan kepada sistem, volume dan suhu sistem akan bertambah (sistem
akan terlihat mengembang dan bertambah panas). Sebaliknya, jika kalor diambil dari sistem,
volume dan suhu sistem akan berkurang (sistem tampak mengerut dan terasa lebih dingin).
Prinsip ini merupakan hukum alam yang penting dan salah satu bentuk dari hukum kekekalan
energi.
Sistem yang mengalami perubahan volume akan melakukan usaha dan sistem yang
mengalami perubahan suhu akan mengalami perubahan energi dalam. Jadi, kalor yang
diberikan kepada sistem akan menyebabkan sistem melakukan usaha dan mengalami
perubahan energi dalam. Prinsip ini dikenal sebagai hukum kekekalan energi dalam
termodinamika atau disebut hukum I termodinamika. Secara matematis, hukum I
termodinamika dituliskan sebagai:
Q = W + ∆U
Dimana Q adalah kalor, W adalah usaha, dan ∆ U adalah perubahan energi dalam.
Secara sederhana, hukum I termodinamika dapat dinyatakan sebagai berikut. Jika suatu benda
(misalnya krupuk) dipanaskan (atau digoreng) yang berarti diberi kalor Q, yang berarti
mengalami perubahan energi dalam ∆ U.

Proses Isotermik
Suatu sistem dapat mengalami proses termodinamika dimana terjadi perubahan-
perubahan di dalam sistem tersebut. Jika proses yang terjadi berlangsung dalam suhu konstan,
proses ini dinamakan proses isotermik. Karena berlangsung dalam suhu konstan, tidak terjadi
perubahan energi dalam (∆ U = 0) dan berdasarkan hukum I termodinamika kalor yang

7
diberikan sama dengan usaha yang dilakukan sistem (Q= W). Proses isotermik dapat
digambarkan dalam grafik p-V di bawah ini. Usaha yang dilakukan sistem dan kalor dapat
dinyatakan sebagai dimana V2 dan V1 adalah volume akhir dan awal gas.

Proses Isokhorik
Jika gas melakukan proses termodinamika dalam volume yang konstan, gas dikatakan
melakukan proses isokhorik. Karena gas berada dalam volume konstan (∆ V = 0), gas tidak
melakukan usaha (W = 0) dan kalor yang diberikan sama dengan perubahan energi dalamnya.
Kalor di sini dapat dinyatakan sebagai kalor gas pada volume konstan QV
QV-∆ U
Proses Isobarik
Jika gas melakukan proses termodinamika dengan menjaga tekanan tetap konstan, gas
dikatakan melakukan proses isobarik. Karena gas berada dalam tekanan konstan, gas
melakukan usaha (W-p∆ V). Kalor di sini dapat dinyatakan sebagai kalor gas pada tekanan
konstan Qp. Berdasarkan hukum I termodinamika, pada proses isobarik berlaku :
Sebelumnya telah dituliskan bahwa perubahan energi dalam sama dengan kalor yang
diserap gas pada volume konstan
QV-∆ U
Dari sini usaha gas dapat dinyatakan sebagai
W=QP-QV
Jadi, usaha yang dilakukan oleh gas (W) dapat dinyatakan sebagai selisih energi
(kalor) yang diserap gas pada tekanan konstan (Qp) dengan energi (kalor) yang diserap gas
pada volume konstan (QV).

Proses Adiabatik
Dalam proses adiabatik tidak ada kalor yang masuk (diserap) ataupun keluar
(dilepaskan) oleh sistem (Q= 0). Dengan demikian, usaha yang dilakukan gas sama dengan
perubahan energi dalamnya (W=∆ U).
Jika suatu sistem berisi gas yang mula-mula mempunyai tekanan dan volume masing-
masing pl dan VI mengalami proses adiabatik sehingga tekanan dan volume gas berubah
menjadip2 dan V2, usaha yang dilakukan gas dapat dinyatakan seb
Dimana γ adalah konstanta yang diperoleh perbandingan kapasitas kalor molar gas pada
tekanan dan volume konstan dan mempunyai nilai yang lebih besar dari 1 ( γ > 1).

8
Proses adiabatik dapat digambarkan dalam grafik p-V dengan bentuk kurva yang
mirip dengan grafik p-V pada proses isotermik namun dengan kelengkungan yang lebih
curam.
Hukum pertama termodinamika adalah suatu pernyataan mengenai hukum universal dari
kekekalan energi dan mengidentifikasikan perpindahan panas sebagai suatu bentuk
perpindahan energi. Pernyataan paling umum dari hukum pertama termodinamika ini
berbunyi:
“Kenaikan energi internal dari suatu sistem termodinamika sebanding dengan jumlah energi
panas yang ditambahkan ke dalam sistem dikurangi dengan kerja yang dilakukan oleh sistem
terhadap lingkungannya.”
Pondasi hukum ini pertama kali diletakkan oleh James Prescott Joule yang melalui
eksperimen-eksperimennya berhasil menyimpulkan bahwa panas dan kerja saling dapat
dikonversikan. Pernyataan eksplisit pertama diberikan oleh Rudolf Clausius pada 1850:
"Terdapat suatu fungsi keadaan E, yang disebut 'energi", yang diferensialnya sama dengan
jumlah kerja yang dipertukarkan dengan lingkungannya pada suatu proses adiabati.
2.3.TERMODINAMIKA II
Hukum kedua termodinamika berkaitan dengan apakah proses-proses yang dianggap
taat azas dengan hukum pertama, terjadi atau tidak terjadi di alam. Hukum kedua
termodinamika seperti yang diungkapkan oleh Clausius mengatakan, "Untuk suatu mesin
siklis maka tidak mungkin untuk menghasilkan efek lain, selain dari menyampaikan kalor
secara kontinu dari sebuah benda ke benda lain pada temperatur yang lebih tinggi".
Bila ditinjau siklus Carnot, yakni siklus hipotesis yang terdiri dari empat proses
terbalikkan: pemuaian isotermal dengan penambahan kalor, pemuaian adiabatik, pemampatan
isotermal dengan pelepasan kalor dan pemampatan adiabatik; jika integral sebuah kuantitas
mengitari setiap lintasan tertutup adalah nol, maka kuantitas tersebut yakni variabel keadaan,
mempunyai sebuah nilai yang hanya merupakan ciri dari keadaan sistem tersebut, tak peduli
bagaimana keadaan tersebut dicapai. Variabel keadaan dalam hal ini adalah entropi.
Perubahan entropi hanya gayut keadaan awal dan keadaan akhir dan tak gayut proses yang
menghubungkan keadaan awal dan keadaan akhir sistem tersebut.
Hukum kedua termodinamika dalam konsep entropi mengatakan, "Sebuah proses
alami yang bermula di dalam satu keadaan kesetimbangan dan berakhir di dalam satu
keadaan kesetimbangan lain akan bergerak di dalam arah yang menyebabkan entropi dari
sistem dan lingkungannya semakin besar". Jika entropi diasosiasikan dengan kekacauan maka
pernyataan hukum kedua termodinamika di dalam proses-proses alami cenderung bertambah
9
ekivalen dengan menyatakan, kekacauan dari sistem dan lingkungan cenderung semakin
besar.
Di dalam ekspansi bebas, molekul-molekul gas yang menempati keseluruhan ruang
kotak adalah lebih kacau dibandingkan bila molekul-molekul gas tersebut menempati
setengah ruang kotak. Jika dua benda yang memiliki temperatur berbeda T1 dan T2
berinteraksi, sehingga mencapai temperatur yang serba sama T, maka dapat dikatakan bahwa
sistem tersebut menjadi lebih kacau, dalam arti, pernyataan "semua molekul dalam sistem
tersebut bersesuaian dengan temperatur T adalah lebih lemah bila dibandingkan dengan
pernyataan semua molekul di dalam benda A bersesuaian dengan temperatur T1 dan benda B
bersesuaian dengan temperatur T2".
Di dalam mekanika statistik, hubungan antara entropi dan parameter kekacauan adalah, pers.
(1):
S = k log w
dimana k adalah konstanta Boltzmann, S adalah entropi sistem, w adalah parameter
kekacauan, yakni kemungkinan beradanya sistem tersebut relatif terhadap semua keadaan
yang mungkin ditempati.
Kemungkinan untuk menemukan sebuah molekul tunggal di dalam V adalah, pers. (2):
W1= c V
dimana c adalah konstanta. Kemungkinan menemukan N molekul secara serempak di dalam
volume V adalah hasil kali lipat N dari w. Yakni, kemungkinan dari sebuah keadaan yang
terdiri dari Nmolekul berada di dalam volume V adalah, pers.(3):
w = wlN = (cV)N.
Jika persamaan (3) disubstitusikan ke (1), maka perbedaan entropi gas ideal dalam proses
ekspansi isotermal dimana temperatur dan banyaknya molekul tak berubah, adalah bernilai
positip. Ini berarti entropi gas ideal dalam proses ekspansi isotermal tersebut bertambah
besar.
Definisi statistik mengenai entropi, yakni persamaan (1), menghubungkan gambaran
termodinamika dan gambaran mekanika statistik yang memungkinkan untuk meletakkan
hukum kedua termodinamika pada landasan statistik. Arah dimana proses alami akan terjadi
menuju entropi yang lebih tinggi ditentukan oleh hukum kemungkinan, yakni menuju sebuah
keadaan yang lebih mungkin.

2.4.TERMODINAMIKA III

10
Efek magnetokalorik di pakai untuk menurunkan temperatur senyawa
paramagnetikhingga sekitar 0.001 K. Secara prinsip, temperatur yang lebih rendah lagi dapat
dicapai dengan menerapkan efek magnetokalorik berulang-ulang. Jadi setelah penaikan
medan magnetik semula secara isoterm, penurunan medan magnetik secara adiabat dapat
dipakai untuk menyiapkan sejumlah besar bahan pada temperatur T, yang dapat dipakai
sebagai tandon kalor untuk menaikan tandon kalor secara isoterm ynag berikutnya dari
sejumlah bahan yang lebih sedikit dari bahan semula. Penurunan medan magnetik secara
adiabat yang kedua dapat menghasilkan temperatur yang lebih rendah lagi, T, dan seterusnya.
Maka akan timbul pertanyaan apakah efek magnetokalorik dapat dipakai untuk mendinginkan
zat hingga mencapai nol mutlak
Pecobaan menunjukan bahwa sifat dasar semua proses pendinginan adalah bahwa
semakin rendah temperatur yang dicapai, semakin sulit menurunkannya.hal yang sama
berlaku juga untuk efek magnetokalorik dengan persyaratan demikian, penurunan medan
secara adiabat yang tak trhingga banyaknya diperlukan untuk mencapai temperatur nol
mutlak. Perampatan dari pengalaman dapat dinyatakan sebagai berikut:
Temperatur nol mutlak tidak dapat dicapai dengan sederetan prosesyang banyaknya
terhingga.Ini dikenal sebagi ketercapaian temperatur nol mutlak atau ketaktercapaian hukum
ketiga termodinamika. Pernyataan lain dari hukum ketiga termodinamika adalahhasil
percobaan yang menuju ke perhitungan bahwa bagaimana AST berlaku ketika T mendekati
nol. AST ialah perubahan entropi sistem terkondensasi ketika berlangsung proses isoterm
terbuktikan. Percobaansangat memperkuat bahwa ketika T menurun, AST berkurang jika
sistem itu zat cair atau zat padat. Jadi prinsip berikut dapat di terima:
Perubahan entropi yang berkaitan dengan proses-terbalikan-isotermis-suatu sistem-
terkondensasi mendekati nol ketika temperaturnya mendekati nol.
Pada tahun 1911, Planck membuat suatu hipotesis 0, bukan hanya beda entropi yg 0,
tetapi entropi setiap zat suhu T padat atau cair dalam keseimbangan dakhir pada suhu nol.
Dapat ditunjukkan secara eksperimen, bahwa bila suhunya mendekati St menurun. Hukum
ketiga termodinamika terkait dengan temperatur nol absolut. Hukum ini menyatakan bahwa
pada saat suatu sistem mencapai temperatur nol absolut, semua proses akan berhenti dan
entropi sistem akan mendekati nilai minimum. Hukum ini juga menyatakan bahwa entropi
benda berstruktur kristal sempurna pada temperatur nol absolut bernilai nol.
Secara intuitif hukum ketiga dapat dipahami dari fakta bahwa pergerakan ionik atau
molekular maupun atomik yang menentukan derajat ketidakteraturan dan dengan demikian
juga besarnya entropi, sama sekali berhenti pada 0 K. Dengan mengingat hal ini, tidak akan
11
ada perubahan derajat ketidakteraturan dalam perubahan fisika atau kimia dan oleh karena itu
tidak akan ada perubahan entropi.

2.5. APLIKASI HUKUM KETIGA TERMODINAMIKA


Hukum ketiga termodinamika memungkinkan perhitungan perhitungan entropi
absolut dari zat murni pada tiap temperatur dari panas jenis dan panaa transisi. Sebagai
contoh, suatu benda padat pada temperatur T, akan memiliki entropi yang akan dinyatakan
oleh:
Hasil diatas sesuai dengan kenyataan eksperimental. Sebagai contoh, buffington dan
Latimer menemukan bahwa koefisien ekspansi dari beberapa zat padat kristalin mendekati
nol.
Konsekuensi terakhir dari hukum ketiga termodinamika adalah tidak dapat
diperolehnya titik nol absolut. Ditinjau suatu bidang penelitian pada temperatur rendah,
kenyataan eksperimental menunjukan bahwa temperatur yang di peroleh oleh tiap proses
demagenetisasi adaibatik dari temperatur awalnya adalah setengah temperatur awal proses
bersangkutan. Jadi makin rendah temperatur yang dicapai, makin kurang kemungkinannya
untuk didinginkan lebih rendah.
Dengan kata lain diperlukan proses demagnetisasi adiabatik yag tak terbatas
jumlahnya untuk mencapai titik nol absolut.

2.5.1. SIKLUS RANKINE


Siklus Rankine adalah siklus termodinamika yang mengubah panas menjadi kerja.
Panas disuplai secara eksternal pada aliran tertutup, yang biasanya menggunakan air sebagai
fluida yang bergerak. Siklus ini menghasilkan 80% dari seluruh energi listrik yang dihasilkan
di seluruh dunia. Siklus ini dinamai untuk mengenang ilmuwan Skotlandia, William John
Maqcuom Rankine.
Siklus Rankine adalah model operasi mesin uap panas yang secara umum ditemukan
di pembangkit listrik. Sumber panas yang utama untuk siklus Rankine adalah batu bara, gas
alam, minyak bumi, nuklir, dan panas matahari. Siklus Rankine kadang-kadang dikenal
sebagai suatu Daur Camot praktis ketika suatu turbin efisien digunakan, T diagram akan
mulai untuk menyerupai Daur Carnot. Perbedaan yang utama adalah bahwa suatu pompa
digunakan untuk memberi tekanan cairan sebagai penganti gas. Ini memerlukan sekitar 100
kali lebih sedikit energy dibanding yang memampatkan suatu gas di dalam suatu penekan

12
(seperti di Daur Camot). suatu siklus thermodynamic mengkonversi panas ke dalam
pekerjaan. Panas disediakan secara eksternal bagi suatu pengulangan tertutup, yang pada
umumnya menggunakan air sebagai cairan. Siklus ini menghasilkan sekitar 80% dari semua
tenaga listrik yang digunakan. Fluida pada Siklus Rankine mengikuti aliran tertutup dan
digunakan secara konstan. Berbagai jenis fluida dapat digunakan pada siklus ini, namun air
dipilih karena berbagai karakteristik fisika dan kimia, seperti tidak beracun, terdapat dalam
jumlah besar, dan murah.
Dalam siklus Rankine ideal, pompa dan turbin adalah isentropic, yang berarti pompa
dan turbin tidak menghasilkan entropi dan memaksimalkan output kerja. Dalam siklus
Rankine yang sebenarnya, kompresi oleh pompa dan ekspansi dalam turbin tidak isentropic.
Dengan kata lain, proses ini tidak bolak-balik dan entropi meningkat selama proses. Hal ini
meningkatkan tenaga yang dibutuhkan oleh pompa dan mengurangi energi yang dihasilkan
oleh turbin. Secara khusus, efisiensi turbin akan dibatasi oleh terbentuknya titik-titik air
selama ekspansi ke turbin akibat kondensasi. Titik-titik air ini menyerang turbin,
menyebabkan erosi dan korosi, mengurangi usia turbin dan efisiensi turbin. Cara termudah
dalam menangani hal ini adalah dengan memanaskannya pada temperatur yang sangat tinggi.
Efisiensi termodinamika bisa didapatkan dengan meningkatkan temperatur input dari
siklus. Terdapat beberapa cara dalam meningkatkan efisiensi siklus Rankine. Siklus Rankine
dengan pemanasan ulang. Dalam siklus ini, dua turbin bekerja secara bergantian. Yang
pertama menerima uap dari boiler pada tekanan tinggi. Setelah uap melalui turbin pertama,
uap akan masuk ke boiler dan dipanaskan ulang sebelum memasuki turbin kedua, yang
bertekanan lebih rendah. Manfaat yang bisa didapatkan diantaranya mencegah uap
berkondensasi selama ekspansi yang bisa mengakibatkan kerusakan turbin, dan
meningkatkan efisiensi turbin. Siklus Rankine regenerative
Konsepnya hampir sama seperti konsep pemanasan ulang. Yang membedakannya
adalah uap yang telah melewati turbin kedua dan kondenser akan bercampur dengan sebagian
uap yang belum melewati turbin kedua. Pencampuran terjadi dalam tekanan yang sama dan
mengakibatkan pencampuran temperatur. Hal ini akan mengefisiensikan pemanasan primer.

2.5.2. Proses Siklus Rankine


Siklus Rankine adalah suatu mesin kalori dengan uap air menggerakkan siklus. Cairan
Aktip yang umum adalah air. Siklus terdiri dari empat proses, setiap siklus mengubah
keadaan fluida (tekanan dan/atau wujud).

13
Proses 1: Fluida dipompa dari bertekanan rendah ke tekanan tinggi dalam bentuk cair. Proses
ini membutuhkan sedikit input energi.
Proses 2: Fluida cair bertekanan tinggi masuk ke boiler di mana fluida dipanaskan hingga
menjad uap pada tekanan konstan menjadi uap jenuh.
Proses 3: Uap jenuh bergerak menuju turbin, menghasilkan energi listrik. Hal ini mengurangi
temperatur dan tekanan uap, dan mungkin sedikit kondensasi juga terjadi.
Proses 4: Uap basah memasuki kondenser di mana uap diembunkan dalam tekanan dan
temperatur tetap hingga menjadi cairan jenuh.

14
BAB III
PENUTUP

3.1. KESIMPULAN
Terdapat empat Hukum Dasar yang berlaku di dalam sistem termodinamika, yaitu:
 Hukum Awal (Zeroth Law) Termodinamika
Hukum ini menyatakan bahwa dua sistem dalam keadaan setimbang dengan sistem
ketiga, maka ketiganya dalam saling setimbang satu dengan lainnya.
 Hukum Pertama Termodinamik
Hukum ini terkait dengan kekekalan energi. Hukum ini menyatakan perubahan energi
dalam dari suatu sistem termodinamika tertutup sama dengan total dari jumlah energi
kalor yang disuplai ke dalam sistem dan kerja yang dilakukan terhadap sistem.
 Hukum kedua Termodinamika
Hukum kedua termodinamika terkait dengan entropi. Hukum ini menyatakan bahwa total
entropi dari suatu sistem termodinamika terisolasi cenderung untuk meningkat seiring
dengan meningkatnya waktu, mendekati nilai maksimumnya.
 Hukum ketiga Termodinamika
Hukum ketiga termodinamika terkait dengan temperatur nol absolut. Hukum ini
menyatakan bahwa pada saat suatu sistem mencapai temperatur nol absolut, semua proses
akan berhenti dan entropi system akan mendekati nilai minimum. Hukum ini juga
menyatakan bahwa entropi benda berstruktur Kristal sempurna pada temperature nol
absolut bernilai nol

15
DAFTAR PUSTAKA

Martin, A. 1990. "Farmasi Fisika", Universitas Indonesia Press, Jakarta.

Web:

http://id.wikipedia.org/wiki/Termodinamika

16

Anda mungkin juga menyukai