Anda di halaman 1dari 15

TERMODINAMIKA

“Anomali Air”

Dosen Pengampu: Deo Damonta Panggabean

DISUSUN OLEH :

NAMA : Afika Nazurahani (4183141025)

Debora S.C Hutapea (4182141017)

Fitriana A. Tambunan (4183341014)

Indah Ramahdhani (4181141006)

Lisa Amalia (4181141001)

KELAS : Biologi Dik A 2018

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2018
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena kami masih dapat
membuat makalah ini untuk memenuhi tugas dari mata kuliah Fisika Umum. Dengan dibimbing
oleh bapak Deo Damonta Panggabean. Kami berharap tugas ini dapat menjadi salah satu
referensi bagi pembaca.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa dalam pembuatan tugas ini masih jauh dalam kata
kesempurnaan dan tentunya masih banyak kekurangan untuk itu kami mengharapkan kritik dan
saran yang membangun dari pembaca,agar makalah ini menjadi lebih baik. Kami berharap agar
makalah ini bisa bermanfaat bagi penulis khususnya dan para pembaca.

Medan, November 2018

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar......................................................................................................................... i

Daftar Isi.................................................................................................................................... ii

Bab I Pendahuluan................................................................................................................... 1

A. Latar Belakang........................................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah...................................................................................................... 1

C. Tujuan........................................................................................................................ 1

Bab II Pembahasan.................................................................................................................. 2

A. Deskripsi Sistem Termodinamika............................................................................. 2

B. Hukum Termodinamika Pertama............................................................................... 3

C. Hukum Termodinamika Kedua ...................................................................... 6


D. Mesin Kalor.................................................................................................... 8
Bab III Penutup........................................................................................................................ 11

A. Kesimpulan ............................................................................................................... 11

Daftar Pustaka.......................................................................................................................... 12

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Semua mahluk hidup melakukan pekerjaan.Tumbuh-tumbuhan melakukan pekerjaan
ketika mengangkat air dari akar ke cabang-cabang,hewan melakukan melakukan pekerjaan
ketika berenang ,merayap, dan terbang.Kerja juga terjadi ketika pemompaan darah melalui
pembuluh darah dalam tubuh dan pada pemompaan ion ion melewati dinding sel .Semua kerja
ini diperoleh dari pengeluaran energy kimia yang disimpan dalam makanan yang dikonsumsi
oleh mahluk hidup. Termodinamika berasal dari dua kata yaitu thermal (yang berkenaan dengan
panas) dan dinamika (yang berkenaan dengan pergerakan).Termodinamika adalah kajian
mengenai hubungan,panas, kerja, dan energy dan secara khusus perubahan panas menjadi
kerja.Hukum termodinamika pertama dan kedua dirumuskan pada abad ke-19 oleh para ilmuan
mengenai peningkatan efisiensi mesin uap.Bagaimanapun hokum ini merupakan dasar seperti
hokum fisika lainnya.Mereka membatasi efisiensi amuba atau ikan paus seperti mereka
membatasi efisiensi mobil atau tenaga nuklir tumbuhan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dan aplikasi hukum pertama dan kedua termodinamika ?

2. Apa yang terjadi jika tidak ada anomali air?

3. Apa yang dimaksud efisiensi mesin kalor?

C. Tujuan

1. Mengetahui Pengertian Termodinamika I dan II

2. Mengetahui penerapan termodinamika dalam kehidupan

3. Mengetahui pengaruh anomali air

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Deskripsi Sistem Termodinamika


Termodinamika adalah cabang dari ilmu Fisika yang mempelajari sistem banyak partikel
secara fenomenologis makroskopik. Secara fenomenologis, karena pendekatan yang dipakai
adalah pendekatan empirik, berdasarkan generalisasi hasil-hasil eksperimen, dan secara
makroskopik, karena yang ditinjau adalah keadaan sistem secara makro yaitu keadaan banyak
partikel, bukan keadaan secara mikro keadaan masing-masing partikel. Dalam termodinamika
sistem akan dideskripsikan dengan sejumlah besaran fisis yang menggambarkan keadaan sistem
(disebut sebagai besaran keadaan). Keadaan sistem yang ditinjau dalam termodinamika adalah
keadaan makroskopik yang dapat berupa keadaan rerata dari partikel-partikel dalam sistem atau
berupa keadaan kesuluruhan (total) partikel-partikel dalam sistem. Contoh keadaan makroskopik
tersebut adalah temperatur T, jumlah partikel N, volume V , energi dalam U, tekanan p, dan
lainnya. Sebaliknya besaran mikroskopik, yang bukan merupakan besaran ter- modinamika,
misalnya adalah posisi masing-masing partikel ri, kecepatan masing-masing partikel vi, energi
kinetik masing masing partikel Ekidan sebagainya. Besaran-besaran makroskopik tadi
dikelompokkan menjadi dua jenis, yang sebanding dengan jumlah partikel dan yang tidak
bergantung pada jumlah partikel. Besaran yang sebanding dengan jumlah partikel disebut
sebagai besaranekstensif, misalnya jumlah partikel, volume, energi dalam, dan entropi S.

Sedangkan besaran yang tidak bergantung pada jumlah partikel disebut sebagai besaran
intensif, misalnya tekanan, temperatur, panas jenis c, kerapatan _ dan potensial kimia. Tentu
saja, bila suatu besaran ekstensif dibagi dengan besaran ekstensif lainnya, akan didapatkan suatu
besaran intensif. Misalnya, kita akan mendapatkan panas jenis c (besaran intensif) sebagai
kapasitas panas C (besaran ekstensif) dibagi dengan total massa M atau jumlah partikel N.
Besaran intensif yang diperoleh dari besaran ekstensif dibagi dengan jumlah partikel, massa
ataupun volume total disebut sebagai rapat besaran ekstensif tersebut dan dituliskan dengan
simbol huruf kecil besaran ekstensifnya, misalnya rapat energi dalam u (per volume.

2
Terdapat sejumlah relasi yang terkait dengan energi, yang menghubungkan besaran-besaran
keadaan. Relasi-relasi tersebut adalah pernyataan tentang: kesetimbangan termal (dikenal sebagai
hukum termodinamika ke-nol), kelestarian energi (hukum termodinamika pertama), entropi
(hukum termodinamika kedua), entropi minimum atau nol (hukum termodinamika ketiga).
Keempatnya dikenal sebagai hukum-hukum termodinamika. Dalam kajian ini hukum
termodinamika ketiga tidak akan ditinjau, karena pembuktiannya membutuhkan pemahaman
mengenai mekanika kuantum.

B. Hukum Termodinamika Pertama


Hukum ini terkait dengan kekekalan energi. Hukum ini menyatakan perubahan energi
dalam dari suatu sistem termodinamika tertutup sama dengan total dari jumlah energi kalor yang
disuplai ke dalam sistem dan kerja yang dilakukan terhadap sistem. Hukum pertama
termodinamika adalah konservasi energi. Secara singkat, hukum tersebut menyatakan bahwa
energi tidak dapat diciptakan dan tidak dapat dimusnahkan tetapi hanya dapat berubah dari
bentuk yang satu ke bentuk yang lainnya.Untuk tujuan termodinamik, perlu lebih spesifik dan
menguraikan hukum tersebut secara lebih kuantitatif.Termodinamika memperhitungkan
hubungan antara system S, misalnya gas dalam silinder. Sistem dan lingkungan merupakan
semesta U. Energi sestem (Es) adalah jumlah energi kinetik molekul-molekul system (energi
termal) dan energi potensial atom-atom dalam molekul (energi kimia).Energi Esbergantung pada
keadaan system,berubah ketika keadaan berubah. Misalnya,perubahan Isobaric, sumber panas
meningkatkan energi termal system. Jikasumber panas adalah bagian dari lingkungan, energi
Eε lingkungan juga berubah. Hukum pertama termodinamika mengatakan bahwa energi Eu
semesta
Eu = Es + Eε
Tidak berubah.Ini berarti, jika Es dan Eε adalah energi sistem dan lingkungan ketika sistem
berada pada satu keadaan dan E’s dan E’ε adalah energi ketika sistem berada pada keadaan lain,
maka
E’s + E’ε = Es + Eε atau (E’s – Es ) + ( E’ε - E ε )
Seperti sebelumnya, delta digunakan sebagai awalan yang berati “perbedaan dalam“ atau
„perubahan dari“.Secara spesifik ΔES adalah energi dari keadaan akhir sistem dikurangi energi
dari keadaan awal,

3
ΔES = E’S – ES
Dan ΔES adalah energi akhir lingkungan dikurangi energi awal
ΔEε = E’ε – Eε
Hubungan simbol-simbol dapat dituliskan
ΔES + ΔEε = 0 atau
ΔES = - ΔEε hukum pertama
Ini adalah ungkapan matematika yang sesuai untuk hukum pertama termodinamika.Persamaan
tersebut digunakan untuk menghitung perubahan energi sistem jika perubahan energi lingkungan
diketahui, dan serbaliknya.
Pada hukum termodinamika I, terjadi pemuaian zat. Dalam pemuaian zat cair terdapat
anomali air. anomali air adalah sifat kekecualian air atau penyimpangan sifat air. Pada umumnya,
suatu zat akan memuai jika dipanaskan dan akan menyusut jika didinginkan, tetapi air
mempunyai sifat khas. Jika air dipanaskan antara suhu 00C – 40C, volumenya akan menyusut.
Hal ini karena molekul H2O dalam bentuk padat (es) penu dengan rongga, sedangkan dalam
bentuk cair (air) lebih rapat. Dengan demikian, pada saat dipanaskan, molekul H2O (es) akan
merapat lebih dahulu, akibatnya volume menyusut. Oleh karena itu es juga terapung di air.

Setiap benda memuai (volume benda bertambah) ketika suhu benda bertambah dan benda
menyusut (volume benda berkurang) ketika suhu benda berkurang. Air juga memuai ketika
suhunya bertambah dan menyusut ketika suhunya berkurang, tetapi tidak pada suhu 0oC – 4oC.
Antara suhu 0 oC sampai 4 oC, volume air berkurang (air menyusut) seiring bertambahnya suhu.
Jika kita memanaskan air pada suhu 0 oC, semakin panas air, semakin berkurang volume air.
Proses penyusutan terhenti ketika air mencapai suhu 4 oC. Di atas 4 oC, volume air bertambah
(air memuai) seiring bertambahnya suhu. Sebaliknya, air memuai (volume air bertambah) ketika
suhunya berkurang dari 4 oC sampai 0 oC. Pada umumnya benda akan memuai ketika
memperoleh kalor sehingga ukurannya bertambah. Partikel-partikel penyusun sebuah benda akan
bertambah jaraknya jika memperoleh kalor sehingga hal ini berdampak pada ukurannya. Melalui
pemahaman ini kita dapat menduga bahwa besi dengan massa tetap akan memiliki volum lebih
besar saat suhunya 1000C dibandingkan saat suhunya 00C. Semakin tinggi suhu, maka volume
suatu benda akan semakin besar. Lantas bagaimana dengan air? Apakah air pada suhu 1000C
memiliki volum yang besar dibandingkan pada suhu 00C ? Berdasarkan uraian di atas, maka kita
harusnya sepakat menjawab 'ya'. Namun tahukah anda bahwa disinilah letak menariknya sifat air

4
yang dikenal dengan anomali air atau pengecualiaan sifat air dari keadaan umum zat lainnya.
Faktanya air memiliki volum terkecil pada suhu 40C. Bukan hal yang aneh jika kita mengatakan
bahwa volum air pada suhu 100C memiliki volum lebih besar dibanding pada suhu 40C. Namun
bagaimana dengan air pada suhu 00C ? Apakah memiliki suhu yang lebih rendah dari air bersuhu
40C ? Jawabannya tidak. Ternyata air mengalami pemuaian ketika didinginkan mulai 40C sama
seperti saat air dipanaskan di atas suhu 40C. Aneh bukan! Artinya volum air terus bertambah saat
didinginkan terus hingga akhirnya mencapai suhu 00C. Setelah mencapai suhu 00C. Pada
umumnya air akan mengalami perubahan wujud dari air menjadi es. Air akhirnya akan berwujud
es pada suhu minus sehingga sudah jelas air pasti memiliki suhu yang lebih tinggi dari es namun
dengan sifat anomalinya ternyata air justru memiliki volum yang lebih kecil.

Teramat banyak kehidupan yang terancam seandainya tidak ada sentuhan anomali ini.
Bayangkan saat air berlaku normal seperti zat lainnya. Es pada suhu 00C hingga suhu minus
pasti akan memiliki volum yang lebih kecil dibanding air pada suhu positif sehingga massa jenis
es akan lebih besar dibanding air. Apa akibatnya? Sudah dipastikan berdasarkan teori bahwa es
akan tenggelam di air. Jika ini terjadi maka tragedi Titanic 1912 tidak akan terjadi tapi hal yang
lebih buruk dapat terjadi. Sangat dimungkinkan dasar lautan akan menjadi es sehingga
kehidupan dasar laut akan musnah. Makhluk hidup seperti pinguin atau beruang kutub akan
terancam tidak memiliki tempat hidup karena tak ada lagi es yang mengapung. Ketika air
semakin dingin, air menjadi lebih berat sampai suhunya mencapai 40C, pada titik ini segala
sesuatunya tiba-tiba berubah. Setelah itu, air mulai mengembang dan menjadi lebih ringan
seiring menurunnya suhu. Akibatnya, air bersuhu 40C tetap di bawah, air bersuhu 30C berada di
atasnya, air bersuhu 20C berada di atasnya lagi dan seterusnya. Pada permukaan sajalah suhu air
benar-benar mencapai 00C dan di situ air membeku. Namun hanya permukaan yang membeku:
Lapisan air bersuhu 40C di bawah es tetap cair dan itu cukup bagi makhluk hidup dan tanaman
bawah air untuk terus hidup.

Perlu dijelaskan di sini bahwa es dan salju merupakan penghantar panas yang buruk, lapisan
es dan salju mencegah panas pada air bagian bawah terlepas ke atmosfer. Akibatnya, kalaupun
suhu udara mencapai -500C, tebal lapisan es laut tidak akan pernah lebih dari satu atau dua meter
dan akan terdapat banyak retakan di dalamnya. Makhluk seperti anjing laut dan pinguin yang
hidup di daerah kutub dapat mengambil keuntungan dari keadaan ini untuk mencapai air di

5
bawah es. Bongkahan es di Samudera Atlantik mungkin secuil dari sekian banyak bukti bahwa
segala sesuatu yang berhubungan dengan kehidupan telah terukur dengan sangat teliti. Ini
merupakan bukti dari Tuhan yang sangat menyayangi semua makhluk hidup di muka bumi.

Air yang membeku dalam bebatuan, karena volumenya membesar maka mampu memecahkan
bebatuan, dengan begitu mineral dalam batuan bisa keluar dan memberikan manfaat bagi
kehidupan (tumbuhan dan lain-lain). Air yang membeku, menjadi gunungan es akan mengapung
di permukaan laut. Tentu kehidupan akan lebih sulit terjadi di laut, jika volume air ketika
membeku sama saja berat massanya dengan cair. Sifat “anomali air” juga mempengaruhi cuaca,
keseimbangan iklim sehingga cuaca di muka bumi tidak terlalu panas, tidak terlalu dingin. Tentu
pula kita harus memperhatikan sifat lainnya dari air seperti tegangan air (yang memungkinkan
tanaman “minum” air). Kita semua yang telah mengetahui hal ini seharusnya bersyukur setiap
saat karena Tuhan berkehendak atas bertahannya kehidupan di kutub. Keadaan geografis pun
semakin berwarna yang menantang kita untuk selalu belajar tiada henti tentang kebesaran Tuhan.

C. Hukum Termodinamika Kedua


Hukum termodiamika pertama menyatakan bahwa energi adalah kekal. Sebagai
contoh,ketika sebuah benda yang panas di letakan bersetuhan dengan benda yang dingin,kalor
mengalir dari yang panas ke yang dingin,tidak pernah sebaliknya secara spontan.energi potensial
awal batu berubah menjadi energi kinetik pada saat batu jatuh,dan ketika batu tersebut mengenai
tanah,energi ini di ubah menjadi energi dalam dari batu tersebut dan tanah disekitar tempat
jatuhnya ;molekul molekul bergerak dengan lebih cepat dan temperatur sedikit naik.

Hukum termodinamika pertama,kekekalan energi,tidak akan di langgar jika proses proses


ini terjadi dengan sebaliknya.untuk menjelaskan tidak adanya reversibilitas (bisa balik) para
ilmuwan di paruh kedua abad sembilan belas merumuskan prinsip baru yang dikenal sebagai
hukum termodinamika kedua. Hukum pertama termodinamika menyatakan bahwa tenaga adalah
kekal. Akan tetapi, dapat kita memikirkan banyak proses termodinamika yang mengekalkan
tenaga tetapi sesungguhnya tidak pernah terjadi. Misalnya, benda panas dan sebuah benda
dengan dibuat bersentuhan, sudah tentu tidak terjadi benda panas akan semakin panas dan benda
dingin semakin dingin. Walaupun demikian proses-proses ini tidak melanggar hukum pertama

6
termodinamika. Hukum kedua termodinamika membahas pertanyaan mengenai apakah proses-
proses yang dianggap konsisten dengan hukum pertama terjadi atau tidak di alam.

Hukum ini merupakan pernyataan mengenai proses yang terjadi dialam dan yang tidak.
Hukum ini dapat dinyatakan dengan berbagai cara,semuanya sama. Satu pernyataan,di buat oleh
;R.J.E.Clausius (1822-1888),adalah: Kalor mengalir secara alami dari benda yang panas ke
benda yang dingin ;kalor tidak akan mengalir secara spontan dari benda dingin ke benda panas.

Karena pernyataan ini berlaku untuk satu proses tertentu,tidak jelas bagaimana bisa
berlaku untuk proses yang lain.perkembangan pernyataan umum hukum kedua sebagian
didasarkan pada studi mesin kalor.

Hukum kedua termodinamika terkait dengan entropi. Hukum ini menyatakan bahwa total
entropi dari suatu sistem termodinamika terisolasi cenderung untuk meningkat seiring dengan
meningkatnya waktu, mendekati nilai maksimumnya. Sebuah benda dengan massa m dilepaskan
dari ketinggian h secara spontan jatuh ke tanah, kemudian diam.Pada situasi ini energi semesta
adalah jumlah energi termal benda, energi termal tanah dan energi mekanik benda.Sebelum
dilepaskan, benda mempunyai energi mekanik yang sama dengan energi potensialnya U = mgh,
dan setelah benda tersebut diam di tanah, energi mekaniknya nol.Pada proses ini, dengan
demikian energi mekanik semesta berkurang dari mgh menjadi nol.Jika energi total semesta
tidak berubah (hukum pertama termodinamika), energi termal semesta dapat meningkat dengan
mgh.Peningkatan energi termal menunjukan peningkatan yang kecil pada temperatur benda dan
tanah. Sebagaimana diketahui dari pengalaman sehari-hari bahwa suatu benda yang awalnya
diam di tanah tidak akan pernah secara spontan meloncat ke udara.Hal tersebut tidak mungkin
terjadi karena melanggar hukum pertama.Jika sebuah benda meloncat ke udara, akan terjadi
peningkatan energi mekanik semesta.Hal ini tidak akan melanggar hukum pertama,
bagaimanapun jika terdapat hubungan penurunan energi termal semesta.Hukum pertama tidak
menjelaskan mengapa benda tidak pernah meloncat ke udara secara spontan. Proses benda
meloncat ke udara secara spontan adalah kebalikan dari proses benda jatuh ke tanah secara
spontan.Satu proses terjadi dengan mudah. Sedangkan proses kebalikannya tidak akan pernah
terjadi sama sekali.Banyak proses irreversibel yang lain yang dapat terjadi hanya dalam satu

7
arah.Sebagai contoh, ketika benda yang dingin dan benda panas bersentuhan, kalor selalu
mengalir dari benda panas kebenda yang dingin, dan tidak pernah dari benda dingin ke benda
yang panas.

Akibatnya suhubenda yang panas menurun, sedangkan suhu benda yang dingin
meningkat.Jika proses kebalikan yang terjadi, benda yang dingin akan menjadi lebih dingin
sedangkan benda yang panas akan lebih panas.Contoh lain, tinta diteteskan kedalam segelas
air,menyebar hingga tinta tersebut dalam air.proses kebalikannya, dimana campuran air dan tinta
secara spontan memisah menjadi air murni dan tinta murni, tidak akan pernah terjadi Formulasi
Kelvin-Planck atau hukum termodinamika kedua menyebutkan bahwa adalah tidak mungkin
untuk membuat sebuah mesin kalor yang bekerja dalam suatu siklus yang semata-mata
mengubah energi panas yang diperoleh dari suatu reservoir pada suhu tertentu seluruhnya
menjadi usaha mekanik. Hukum kedua termodinamika mengatakan bahwa aliran kalor memiliki
arah; dengan kata lain, tidak semua proses di alam semesta adalah reversible (dapat dibalikkan
arahnya). Sebagai contoh jika seekor beruang kutub tertidur di atas salju, maka salju dibawah
tubuh nya akan mencair karena kalor dari tubuh beruang tersebut. Akan tetapi beruang tersebut
tidak dapat mengambil kalor dari salju tersebut untuk menghangatkan tubuhnya. Dengan
demikian, aliran energi kalor memiliki arah, yaitu dari panas ke dingin. Satu aplikasi penting dari
hukum kedua adalah studi tentang mesin kalor.

D. Mesin Kalor
Jenis mesin paling sederhana yang akan dianalisis adalah mesin dengan bahan krja yang
mengalami proses siklus (ccle process), yaitu serangkaian proses yang “mendar” bahan tersebut
sehingga menghasilkan keadaan akhir yang sama dengan keadaannya sat proses dimuli. Pada
turbin uap, air didaur ulang dan digunakan berkali-kali. Mesin pembakaran dalam tidak
menggunakan udara yang sama berkali-kali, tetapi tetap dapat menganalisis proses siklusnya
yang mendekati operasi sebenarnya.
Seluruh mesin kalor menyerap panas dari sumber pada suhu yang relatif tinggi,
melakukan sejumlah kerja mekanik, dan membuang atau mengeluarkan sejumlah panas pada
suhu yang lebih rendah. Kalau kita tinjau dari sudut pandang mesin semata, panas yang terbuang
menjadi sia-sia. Pada mesin pembakaran dalam panas yang terbiang adalah panas yang

8
dikeluarkan pada gas keluaran yang panas dan pada sistem pendingin, dalam turbin uap, panas
terbuang adalah panas yang harus keluar dari uap uang terpakai untuk mengembunkan dan
mendaur ulang air.
Ketika sebuah sistem mengalami proses siklus, energi dalam awal dan akhir adalah sama. Untuk
proses siklus manapun, hukum pertama terodinamika menuntut
U2 – U1 = 0 = Q – W, jadi Q = W
Yaitu selisih panas yang mengalir ke dalam mesin pada sebuah proses siklus setara
dengan selisih kerja yang dilakukan oleh mesin.
Kita dapat menggambarkan perubahan energi dalam sebuah mesin kalor dengan diagram eliran
energi. Mesin itu sendiri derepresentasikan oleh lingkaran. Jumlah panas QH yang diberkan pada
mesin oleh reserboir panas sebanding dengan lebar pipa saluran masukan. Lebar pipa salran
keluaran sebanding denga besar |QC| dari panas yang dibuang pada keluaran. Garis cabang
mewakili bagian dari panas yang diuba mesin menjadi kerja mekanik W.
Ketika sebuah mesin mengulang siklus yang sama berkali-kali, QH dan QC
menggambarkan kuantitas panas yang diserap dan dibuang oleh mesin selama satu siklus dengan
panas total Q yang diserap persiklus adalah
Q = QH + QC = |QH| - |QC|
Keluaran yang bermanfaat dari mesin adalah kerja total W yang dilakukan oleh bahan kerja
berdasarkan hukum pertama,
W = Q = QH + QC = |QH| - |QC|
Secara ideal kita ingin mengubah seluruh panas QH menjadi kerja, dalam kasus ini kita
memperoleh QH = W dan QC = 0. Pengalaman membuktikan bahwa hal ini tidak mungkin, akan
selalu ada sejumlah panas yang terbuang, dan QC tidak pernah nol. Ini dapat didefinisikan
efisiensi termal dari mesin yang dilambangkan denga e sebagai hasil bagi

Efisiensi termal e merepresentasikan fraksi dari QH yang diubah menjadi kerja. Dengan kata
lain, e adalah apa yang diperoleh dibagi denga apa yang dikeluarkan. Hasilnya selalu lebih kecil
dari satu. Dalam hubungan pipa saluran yang menunjukkan kerja keluaran selebar mungkin serta
memiliki pipa saluran yang menunjukkan panas terbuang sekecil mungkin maka diperoleh
pernyataan serupa untuk e (efisiensi termal pada sebuah mesin).

9
Perangkat apapun yang mengubah panas secara parsial menjadi kerja atau energi
mekanik disebut mesin kalor (heat engine). Biasanya sejumlah bahan didalam mesin mengalami
aliran panas masuk atau keluar, ekspansi dan kompresi dan terkadang perubahan fasa. Kita dapat
menyebut benda tersebut sebagai bahan kerja (working substance) dari mesin. Pada mesin
pembakaran dalam, bahan kerja adalah campuran dari udara dan bensin sedangkan pada
turbin uap, bahan kerja adalah air.

10
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa hukum pertama
termodinamika menyatakan perubahan energi dalam dari suatu sistem termodinamika tertutup
sama dengan total dari jumlah energi kalor yang disuplai ke dalam sistem dan kerja yang
dilakukan terhadap sistem. Pengaplikasiannya dapat kita lihat pada termos yang digunakan
sebagai wadah air, terisolasi dar lingkungan luar karena adanya ruang hampa udara diantara
tabung bagian dalam dan luar. Pada hukum kedua merupakan sebuah proses alami yang bermula
dalam keadaan setimbang berkhir dalam satu setimbang lain bergerak didalam arah yang
menyebabkan entropi dari sistem dan lingkungannya semakin besar dan mesin kalor merupakan
penerapanhukum kedua yakni perangkat apapun yang mengubah panas secara parsial menjadi
kerja atau energi. Pada hukum I termodinamika juga terdapat anomali air. Yang mana jika tidak
ada anomali air maka kemungknan besar dasar lautan akan menjadi es sehingga kehidupan dasar
laut akan musnah. Makhluk hidup seperti pinguin atau beruang kutub akan terancam tidak
memiliki tempat hidup karena tak ada lagi es yang mengapung. Dapat disimpulkan juga efisiensi
mesin kalor didefinisikan sebagai perbandingan resultan usaha yang dilakukan oleh mesin dalam
satu siklus dan energi yang diserap mesin pada suhu tinggi selama siklus.

11
DAFTAR PUSTAKA

Giancoli, Douglas. 2001. Fisika. Jakarta : Erlangga


Halliday dan Resnick. 1979. Fisika Edisi Ketiga Jilid 1. Jakarta : Erkangga
Sears dan Zemansky. 2002. Fisika Universitas Edisi Kesepuluh Jilid 1. Jakarta: Erlangga
Satriawan,Mirza. 2013. Termodinamika. Yogyakarta : Periuk.

12

Anda mungkin juga menyukai