Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH CRITICAL JURNAL REVIEW

LISTRIK MAGNET

MATA KULIAH:FISIKA UMUM KELOMPOK 12;

DOSEN PENGAMPU: AFRILITA HARAHAP-4211210014

DRS. JONNY H. PANGGABEAN, M.SI MEIDY CITRA PRATIWI-4213210011

DEO DEMONTA PANGGABEAN, S.PD., M.PD RAHELITA NAINGGOLAN-4213210004

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

PROGRAM STUDI KIMIA

2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena penulis dapat menyelesaikan
tugas Critical Jurnal Review (CJR) ini tepat pada waktunya. Critical Jurnal Review (CRR) ini
membandingkan jurnal 1 dengan jurnal pembanding lainnya.Adapun tugas ini dibuat untuk memenuhi
tugas rutin Critical Jurnal Review (CJR) mata kuliah “Fisika Umum “.

Penulis berharap Critical Jurnal Review(CJR) ini menjadi salah satu referensi bagi pembaca bila mana
hendak membandingkan isi Jurnal utama dengan jurnal tentang Ilmu listrik magnet.Kritik dan saran yang
membangun dari pembaca sangat penulis harapkan supaya CJR untuk kedepannya menjadi lebih baik
lagi.

Akhir kata, penulismengucapkan terima kasih kepada Dosen Pengampu yang telah memberikan tugasCJR
Fisika Umum ini, agar penulis lebih memahami mengenai tentang Keragaman dan Kesetaraan dari
beberapa buku. Dan penulis mengucapkanterima kasih kepada pembaca atas perhatiannya.

Medan,Maret 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI

BAB I............................................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN ........................................................................................................................................................4
A.Latar Belakang ......................................................................................................................................................4
B.Tujuan ...................................................................................................................................................................4
BAB II ..........................................................................................................................................................................5
IDENTITAS JURNAL .................................................................................................................................................5
A.Identitas Jurnal Utama. .........................................................................................................................................5
B.Identitas Jurnal Pembanding .................................................................................................................................5
BAB III .........................................................................................................................................................................6
RINGKASAN JURNAL ..............................................................................................................................................6
A.Ringkasan Jurnal utama ........................................................................................................................................6
B.Ringkasan jurnal pembanding...............................................................................................................................8
BAB IV .......................................................................................................................................................................11
KELEBIHAN DAN KEKURANGAN JURNAL ......................................................................................................11
BAB V ........................................................................................................................................................................12
PENUTUP ..................................................................................................................................................................12
A.Kesimpulan .........................................................................................................................................................12
B. Saran ..................................................................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................................................13

3
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang

Perkembangan ilmu pengetahuan yang minim disebabkan karena rendahnya minatbaca mahasiswa/i pada saat ini.
Mengkritik jurnal merupakan salah satu cara yang dapatdilakukan untuk menaikkan keterkaitan minat membaca.
Mengkritik Jurnal ( Critical Journal Review) merupakan kegiatan mengulas suatu jurnal agar dapat mengetahui
dan memahami apa yang disajikan dalam suatu jurnal.

Pada dasarnya review jurnal menitikberatkan pada evaluasi (penjelasan, interpretasi dan analisis)mengenai
keunggulan dan kelemahan, apa yang menarik, dan bagaimana jurnal tersebut bisamerubah persepsi dan cara
berpikir serta menjadi pertimbangan apakah dari pengetahuanyang didapat mampu menambah pemahaman
terhadap suatu bidang kajian tertentu. Selain itu mengkritik jurnal juga dapat melatih kemampuan kita dalam
menganalisis dan mengevaluasipembahasan yang disajikan penulis. Sehingga menjadi masukan berharga bagi
proses kreatifkepenulisan lainnya.

Mengkritik jurnal tidak dapat dilakukan apabila pengkritik tidak membaca keseluruhan jurnal tersebut.
Dengan melakukan review tersebut pembaca dapat mengetahui kualitas jurnal dengan membandingkan terhadap
karya dari penulis yang sama atau penulislainnya serta dapat memberikan masukan kepada penulis jurnal
berupa kritik dan saranterhadap sistematika penulisan, isi, dan subtansi jurnal.

B.Tujuan

Adapun tujuan dalam pembuatan Critical Journal Review, yaitu :

1. Memenuhi salah satu tugas wajib yang diberikan oleh dosen pengampu pada mata kuliah Fisika
Umum.
2. Memberikan gambaran kepada pembaca mengenai identitas jurnal,ringkasan jurnal,kelebihan dan
kelemahan jurnal baik dari segi sistematika penulisan,maupun kepaduan keseluruhan isi jurnal serta
implikasinya dari berbagai aspek.
3. Menambah wawasan para pengkritik karena didalam jurnal disajikan masalah serta solusi yang akan
menambah ilmu pengetahuan kita.

4
BAB II
IDENTITAS JURNAL

A.Identitas Jurnal Utama.

Judul ANALISIS ARUS LISTRIK DAN MEDAN MAGNET PADA DAERAH


AKTIF PENGHASIL FLARE NOAA 12017
Jurnal Jurnal Sains Dirgantara
Tahun 2019
Penulis 1.Johan Muhamad
2.Muhamad Zamzam Nurzaman
ISSN 2597-7873
Tanggal review 27 Maret 2022

B.Identitas Jurnal Pembanding

Judul Analisis Energi Yang Dihasilkan Pada Pembangkit Listrik Tenaga


Magnet Dengan Konsep V-Gate
Jurnal Jurnal Fisika

Tahun 2020

Penulis 1.Lutfi Gangsar Prayogo


2.Dahmir Dahlan
3.Eka Maulana
ISSN e-ISSN : 2621-5934
p-ISSN : 2621-7112
Tanggal Rewiew 27 Maret 2022

5
BAB III
RINGKASAN JURNAL

A.Ringkasan Jurnal utama


1. Abstrak Ledakan Matahari atau flare terjadi akibat adanya pelepasan energi magnetik di suatu daerah aktif. Energi
bebas tersebut dihasilkan akibat adanya arus listrik yang mengalir di struktur korona daerah aktif. Pada
daerah aktif penghasil ledakan Matahari, sistem arus listrik dan medan magnetnya terbentuk sedemikian
rupa sehingga energi magnetiknya terakumulasi di daerah tertentu. Oleh karena itu, pemahaman akan
karakteristik sistem kelistrikan dan kemagnetan daerah aktif penghasil ledakan Matahari sangat penting
dikuasai agar prakiraan ledakan Matahari dapat dilakukan. Dengan menggunakan data medan magnet
fotosfer dari Spaceweather HMI AR Patch (SHARP), kami melakukan analisis terhadap NOAA 12017
yang menghasilkan banyak ledakan Matahari, termasuk kelas M dan X pada bulan Maret 2014. Kami
menunjukkan bagaimana cara menurunkan parameterparameter kelistrikan dan kemagnetan pada daerah
aktif ini sepanjang periode ledakan Matahari tanggal 27-29 Maret 2014. Kami menemukan bahwa arus
listrik vertikal pada daerah aktif ini menjadi semakin tidak netral menjelang terjadinya ledakan Matahari.
Kami juga menemukan bahwa banyak ledakan Matahari terjadi pada awalnya di daerah dengan akumulasi
energi yang tinggi, yakni di daerah dengan medan magnet yang tergeser dengan kuat akibat kemunculan
fluks baru. Hasil ini menunjukkan bahwa NOAA 12017 dapat diidentifikasi sebagai penghasil ledakan
Matahari, bahkan sebelum ledakan Matahari terjadi berdasarkan karaketeristik sistem arus dan konfigurasi
medan magnetnya.
2. Latar pergerakan plasma di permukaan Matahari dapat mendistorsi medan magnet yang muncul di permukaan
Belakang Matahari hingga ke korona. Adanya distorsi medan magnet dapat meningkatkan tekanan magnetik
sehingga energi magnetik dapat bertambah. Jika energi magnetik ini sudah terlalu banyak terakumulasi,
terkadang energi ini dilepaskan menjadi sebuah ledakan Matahari. Di daerah aktif, medan magnet yang
terkonsentrasi kuat di permukaan Matahari menyebabkan terjadinya penurunan temperatur plasma di
permukaan tersebut sehingga terlihat sebagai bintik Matahari pada pengamatan cahaya tampak. Pada sistem
bintik Matahari, konfigurasi magnetik yang paling sederhana dapat diperoleh ketika kerapatan arus listrik
pada sistem tersebut nihil (J=0). Konfigurasi magnetik paling sederhana ini disebut sebagai medan magnet
potensial. Medan magnet potensial akan memberikan energi magnetik minimum yang mungkin terbentuk
pada sistem kemagnetan daerah aktif. Di suatu daerah aktif, terdapat garis pemisah antara daerah dengan
polaritas magnetik positif dan negatif, yakni garis kontur untuk kerapatan komponen vertikal medan
magnet (Bz) bernilai nol. Garis ini disebut sebagai garis balik polaritas (polarity inversion line/PIL) atau
garis netral. Medan magnet potensial pada suatu daerah aktif akan cenderung menghasilkan vektor
magnetik yang tegak lurus dengan PIL pada komponen tangensialnya (Welsch, 2006; Fang et al., 2012).
Saat terjadi pergeseran atau gerak berputar di permukaan daerah aktif, vektor komponen tangensial akan
semakin menyimpang dari medan potensial sehingga arahnya semakin sejajar dengan PIL. Akibatnya,
medan magnet daerah aktif menjadi semakin tidak potensial (Fang et al., 2012; Romano et al., 2015).
Perubahan kondisi medan magnet yang semakin tidak potensial akibat gerakan plasma di fotosfer akan
menyebabkan munculnya arus listrik, sehingga kerapatan arus listrik terus meningkat. Hubungan kerapatan
arus listrik dan medan magnet dinyatakan dalam hukum Ampere sebagai, 𝛁 × 𝑩 = 𝜇0𝑱 (1-1) dengan B
adalah kerapatan fluks magnet. Keberadaan arus listrik akan meningkatkan suplai energi dari fotosfer ke
atmosfer Matahari (kromosfer dan korona) yang dapat diukur melalui perhitungan fluks Poynting, 𝑺 = 𝜇10
𝑬 × 𝑩 (1-2) dengan E adalah vektor medan listrik (Kazachenko et al., 2015). Selisih energi magnetik total
pada medan magnet non potensial dan medan magnet potensial disebut sebagai energi bebas (free energy)
atau energi berlebih (excess energy). Dalam suatu peristiwa ledakan Matahari, energi bebas ini dilepaskan
sehingga energi magnetik cenderung akan semakin mendekati energi potensialnya. Dengan demikian, dapat
dikatakan bahwa terdapat keterkaitan erat antara dinamika plasma di fotosfer dengan sistem kemagnetan
dan kelistrikan, serta tingkatan energi di daerah aktif. Dengan kata lain, semakin medan magnet menjadi
non potensial, kerapatan arus listrik dan energi magnetik juga akan cenderung meningkat. Peningkatan arus
listrik dan energi magnetik di daerah aktif menandakan peningkatan kemungkinan terjadinya ledakan
Matahari di daerah tersebut (Sakurai, 1989) medan magnet di sekitar PIL pada daerah aktif penghasil
ledakan Matahari memiliki gradien yang tinggi karena sudut geser yang besar sehingga menjadi tempat
akumulasi arus listrik dan energi magnetik. Kombinasi dari besarnya gradien medan magnet, panjang PIL,
dan nilai fluks magnet yang terlibat dapat dikuantifikasi untuk diperoleh suatu nilai yang dapat digunakan
untuk prediksi ledakan Matahari dan lontaran massa korona.menemukan bahwa fluks magnetik total dan
arus vertikal total merupakan dua parameter utama untuk memprediksi terjadinya ledakan Matahari. Untuk
menurunkan parameterparameter terkait medan magnet dan listrik diperlukan data magnetogram di
fotosfer.Namun, karena deteksi daerah aktif pada pipeline SHARP dilakukan secara otomatis, terkadang
dalam satu daerah (patch) terdapat dua atau lebih sistem kemagnetan. Hal ini menyebabkan perlu
dilakukannya prosedur lain untuk melakukan analisis detail mengenai suatu ledakan Matahari di daerah
aktif. Salah satu gabungan daerah aktif yang terdeteksi oleh SHARP sebagai satu nomor patches adalah
NOAA 12017 dan NOAA 12018. Kedua daerah aktif ini tergabung dalam nomor HMI Active Region
Patches (HARP) yang sama, yaitu 3894, meskipun kedua daerah aktif tersebut mempunyai karakteristik
berbeda. NOAA 12017 menghasilkan beberapa ledakan Matahari, termasuk ledakan Matahari kelas M dan
kelas X, sementara NOAA 12018 cenderung tenang. Adanya perbedaan karakter dua daerah aktif ini akan
membingungkan dalam memahami perhitungan parameter-parameter yang diturunkan oleh SHARP jika
perhitungannya digabung menjadi satu. Oleh karena itu, perlu adanya upaya untuk menurunkan parameter-
parameter fisis daerah aktif tanpa harus bergantung pada hasil penurunan SHARP yang tercantum di
6
Penurunan parameterparameter fisis secara mandiri hanya dari data medan magnet dapat membantu
pemahaman yang lebih mendalam dan utuh terhadap kondisi daerah aktif.
3. Metode Metode yang dilakukan adalah penelitian secara langsung dan studi pustaka.
penelitian Pada penelitian ini dihitung beberapa parameter fisis terkait kemagnetan dan kelistrikan NOAA 12017.
Parameter-parameter tersebut dipaparkan masing-masing pada sub bagian berikut.
1.Medan Potensial
Medan potensial dihasilkan dari asumsi tidak adanya arus listrik yang mengalir (J=0) pada suatu daerah
aktif dari data komponen vertikal medan magnet (Bz) yang diberikan oleh pengamatan
2. Sudut Geser (Shear Angle)
Vektor medan magnet dari data pengamatan dan vektor medan potensial dapat memiliki besar dan arah
yang berbeda. Biasanya, vektor medan magnet dari pengamatan akan cenderung sejajar dengan vektor
medan potensial pada saat awal pertumbuhan daerah aktif. Saat daerah aktif menjadi semakin kompleks,
arah vektor medan magnet yang teramati akan semakin menyimpang dari vektor medan potensial.
Penyimpangan terbesar akan terjadi di sepanjang PIL pada daerah yang mengalami pergeseran atau rotasi
plasma yang kuat. Daerah seperti ini menjadi penanda terakumulasinya energi magnetik pada medan
magnet yang non potensial. Perbedaan arah vektor medan magnet teramati dan vektor medan potensial
dapat dihitung dengan mengukur sudut di antara kedua vektor. Sudut antara kedua vektor ini disebut
sebagai sudut geser (shear angle).
3. Energi Magnetik
Besarnya proksi energi bebas dapat dihitung dari data medan magnet di fotosfer melalui persamaan.
4. Dalam penelitian ini, arus listrik vertikal dihitung dari data medan magnet (magnetogram) hasil
pengamatan untuk setiap waktu (per jam) pada setiap grid. Penurunan turunan (dBx/dy dan dBy/dx)
dilakukan dengan menggunakan metode beda hingga tengah (central finite difference) mempertimbangkan
lima stensil. Untuk menghindari banyaknya muncul noise pada perhitungan arus yang berasal dari daerah
dengan kerapatan fluks magnet rendah, kami mengabaikan nilai arus listrik dari daerah dengan kerapatan
fluks magnet di bawah 100 G. Dari hasil perhitungan arus listrik di setiap grid, dihitung juga arus vertikal
total untuk wilayah NOAA 12017 dengan mengintegrasikannya untuk seluruh wilayah yang terkait.
5. Netralitas Arus
Arus listrik yang dihitung untuk setiap polaritas dapat didominasi oleh arus yang searah dengan polaritas
magnetik atau berkebalikan. Jika dalam suatu polaritas magnetik, arah arus listrik yang searah dengan
medan magnet lebih dominan, maka daerah tersebut didominasi oleh helisitas arus positif. Sebaliknya,
helisitas arus negatif akan lebih dominan jika arus listrik yang berkebalikan dengan arah medan magnet
lebih dominan. Perbandingan besar arus listrik yang searah (direct current/DC) dan yang berkebalikan
(reverse current/RC) dengan medan magnet menentukan seberapa netral arus listrik di daerah tersebut.
4. Hasil dan Untuk menghitung parameterparameter yang terkait dengan energi bebas dan sudut geser, langkah pertama
Pembahsan yang dilakukan adalah menghitung medan potensial, Dengan menggunakan Bz hasil pengamatan pada
setiap waktu, komponen horizontal medan potensial (Bxp dan Byp) dapat dihitung. Dari hasil perhitungan,
vektor medan magnet potensial pada arah horizontal diplot pada bidang permukaan Matahari. Hasil
pengamatan menunjukkan bahwa vektor medan magnet teramati ,Kemunculan fluks magnetik baru
berperan besar dalam meningkatkan perbedaan arah vektor medan magnet potensial dan medan teramati.
Perbedaan sudut antara vektor medan potensial dan medan teramati, mengalami puntiran kuat karena gerak
plasma di permukaan daerah aktif. Hal ini dapat terlihat dari medan magnet korona yang tampak pada
emisi plasma pada panjang gelombang 171 Angstom, Pada panjang gelombang ini, loop medan magnet di
atas daerah aktif dapat teramati secara jelas. Tampak di atas PIL, medan magnet korona terpuntir
membentuk sigmoid seperti huruf S. Keberadaan sigmoid di daerah aktif dapat menjadi penanda
ketidakpotensialan medan magnet di daerah aktif tersebut , energi bebas masih bernilai sangat rendah
hampir di seluruh daerah aktif. Sehari setelahnya, energi bebas meningkat khususnya di sekitar daerah inti
WIL2. Di hari terakhir, kerapatan energi magnetik di sekitar PIL dekat kemunculan fluks magnetik menjadi
semakin tinggi. Hal ini jauh berbeda dengan daerah lainnya yang cenderung tidak mengalami peningkatan
kerapatan energi selama tiga hari. bebas, peningkatan sudut geser dan arus vertikal juga terjadi di daerah
yang sama. Hasil ini ditunjukkan oleh evolusi distribusi sudut geser dan arus vertikal seperti tampak pada
kolom tengah dan kanan di Gambar 3-1. Hal ini menunjukkan bahwa medan magnet berevolusi begitu
dinamis pada daerah WIL2 akibat adanya kemunculan fluks magnetik positif yang mendesak fluks
magnetik negatif yang sudah ada sebelumnya. Kemunculan fluks baru tersebut membawa energi magnetik
baru dan juga meningkatkan energi bebas karena gerak geser dengan plasma yang telah ada. Pergeseran ini
menyebabkan kerapatan arus listrik di daerah ini meningkat. Hasil perhitungan lebih lanjut terhadap arah
arus listrik menunjukkan bahwa daerah ini didominasi oleh helisitas arus positif. Artinya, kebanyakan arus
vertikal di daerah ini searah dengan arah komponen vertikal medan magnet. Konfigurasi seperti ini
diperkuat dengan keberadaan sigmoid yang memiliki bentuk seperti huruf S sebagai ciri helisitas positif.
Sedangkan helisitas negatif akan cenderung membentuk sigmoid berbentuk huruf S terbalik. Untuk dapat
mengetahui kecenderungan evolusi setiap parameter yang diteliti, dilakukan perhitungan akumulasi atau
total dari setiap parameter pada tiap waktu (per jam). Nilai total dihitung dengan cara mengintegrasikan
hasil perhitungan di setiap grid untuk keseluruhan wilayah yang terkait. Kami membedakan perhitungan
nilai total untuk dua wilayah, yaitu WIL1 dan WIL2. Cara ini digunakan agar dapat diketahui seberapa
sensitif perubahan perhitungan parameter untuk luas wilayah yang berbeda. perhitungan arus vertikal
cukup sensitif terhadap luas area integrasinya. Semakin luas area integrasi, semakin besar nilai
ketidakpastian perhitungan arus vertikal yang diperoleh, jika tidak disertai dengan pemilihan fluks
magnetik yang relevan. perhitungan arus vertikal cukup sensitif terhadap luas area integrasinya. Semakin
luas area integrasi, semakin besar nilai ketidakpastian perhitungan arus vertikal yang diperoleh, jika tidak
7
disertai dengan pemilihan fluks magnetik yang relevan.
5. Kesimpulan disimpulkan bahwa parameterparameter fisis daerah aktif yaitu energi bebas, arus vertikal, helisitas arus,
dan netralitas arus dapat digunakan untuk mengetahui potensi kejadian ledakan Matahari di NOAA 12017.
Hasil ini sesuai dengan hasil yang diperoleh oleh peneliti-peneliti lainnya yang menganalisis parameter-
parameter tersebut pada daerah aktif yang lain dengan data SHARP). Namun demikian, besarnya nilai
energi bebas total, arus vertikal total, dan helisitas arus total hanya bermakna sebagai penanda potensi
terjadinya ledakan Matahari jika disertai tren kenaikan, karena besarnya nilai dapat berbedabeda untuk
setiap ledakan Matahari dan setiap daerah aktif. penggunaan rasio netralitas arus sebagai penanda
terjadinya ledakan Matahari yang paling sesuai jika harus diaplikasikan pada daerah aktif yang lain. Hal ini
disebabkan nilai rasio netralitas arus yang selalu berada di angka satu untuk keadaan netral dapat
digunakan sebagai acuan universal untuk berbagai ledakan Matahari. Tentu saja kesimpulan ini masih perlu
diperkuat dengan menambah jumlah sampel daerah aktif dan perhitungan arus listrik yang lebih baik
lagi(Prayogo et al., 2020).

B.Ringkasan jurnal pembanding


1. Abstrak Pemanfaatan energi listrik di Indonesia semakin dibutuhkan masyarakat, namun energi yang digunakan
masih didominasi energi fosil sebesar 87,64 persen. Sehingga perlu dilakukan penelitian pada energi
terbarukan salah satunya pembangkit listrik tenaga magnet, dengan memanfaatkan gaya tarik dan tolak
magnet permanen untuk diubah menjadi gerak putar pada poros yang digunakan untuk memutar generator.
Pembangkit listrik tenaga magnet diharapkan mampu memenuhi kebutuhan listrik sekala rumah tangga di
daerah kepulauan yang memiliki kesulitan akses menjangkau pusat kota. Penelitian ini bertujuan untuk
menentukan sudut dan jarak yang optimal pada stator dan rotor dengan pola V-Gate untuk mendapatkan
kecepatan putaran tertinggi, kemudian dilakukan perhitungan daya yang dihasilkan. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini dengan membuat prototype, kemudian dilakukan pengujian dengan variabel
besar sudut dan jarak pangkal terhadap kecepatan putaran. Dari hasil pengujian, besar sudut yang optimal
adalah 5 derajat, jarak pangkal sebesar 24 mm. Dari hasil perhitungan, daya mekanik yang dihasilkan
sebesar 7,524Watt. Daya tersebut belum mampu memenuhi konsumsi daya motor penarik stator dikarnakan
jumlah magnet stator belum maksimal, sehingga gaya dorong yang dihasilkan kecil. Dari perhitungan
kinerja motor DC dapat dioptimalkan dengan memaksimalkan jumlah magnet stator, sehingga
menghasilkan daya mekanik sebesar 29,936 Watt.
2. Latar Pada saat ini pemanfaatan energi listrik di Indonesia sudah menjadi kebutuhan yang sangat vital, dari data
belakang kajian penyediaan dan pemanfaatan energi yang dipublikasikan oleh Kementrian Energi Dan Sumber Daya
Mineral (ESDM) pada tanggal 23 April 2018, dalam menjamin ketersediaan energi listrik, pemerintah
menargetkan energi yang harus disediakan pada tahun 2025 adalah 400 juta TOE (tonne of oil equivalent).
Besaran 400 TOE tersebut akan diperoleh dari berbagai sumber energi yang terdiri dari minyak bumi 25%,
gas bumi 22%, batubara 30%, dan energi baru terbarukan 23%[1]. Dari data tersebut penggunaan energi
fosil masih mendominasi dari total penggunaan energi di Indonesia, sehingga dapat berdampak buruk bagi
lingkungan, salah satunya yaitu pemanasan global yang sudah banyak dirasakan dampaknya pada saat ini.
Untuk itu perlu dilakukan penelitian pada energi alternatif, salah satunya pembangkit listrik tenaga magnet.
Pembangkit listrik tenaga magnet diharapkan menjadi alternatif energi baru yang ramah lingkungan dimasa
depan untuk rumah hemat mandiri energi di Indonesia, terutama didaerah pulau-pulau kecil atau daerah
yang memiliki kesulitan akses untuk menjangkau daerah pusat kota. Prinsip kerja pembangkit listrik tenaga
magnet adalah dengan memanfaatkan gaya tarik dan tolak pada magnet permanen, gaya magnet tersebut
dapat diubah menjadi gerak putar pada poros jika dirangkai dengan mekanisme yang tepat, sehingga dapat
diperoleh motor penggerak bertenaga magnet yang akan digunakan untuk memutar generator listrik[2].
Magnet permanen terdiri dari beberapa jenis, yang banyak dikenal yaitu magnet ferrite, neodymium dan
magnet samarium cobalt. Magnet ferrite adalah jenis magnet permanen yang disintesis dengan
menggunakan bahan dasar oksida[3]. Sementara magnet samarium-cobalt merupakan magnet permanen
yang kuat terbuat dari paduan samarium dan cobalt. Magnet neodymium merupakan jenis magnet
permanen yang terbuat dari tanah jarang (rare earth), karena terdiri dari dua atom yaitu unsur tanah jarang
neodymium (Nd), kemudian 14 atom besi (Fe) dan satu atom baron (B) maka terbentuk rumus molekul
𝑁𝑑2𝐹𝑒14𝐵[4]. Karakteristik magnet yang dimiliki 𝑁𝑑2𝐹𝑒14𝐵 lebih baik apabila dibandingkan dengan
magnet permanen lainya seperti samarium cobalt dan ferrit, karena magnet ini memiliki energi produk yang
tinggi, sehingga dalam aplikasinya magnet neodymium memiliki ukuran atau dimensi dan volume yang
kecil
3. Metode Adapun metode penelitian yang dilakukan secara pengamatan langsung dan studi pustaka,
penelitian 1.Diagram Penelitian
2.Identifikasi
Jenis magnet yang digunakan pada penelitian ini adalah magnet neodyimum, Magnet neodymium yang
dipasang pada rotor menggunakan grade N30 dengan dimensi 10 mm × 10 mm yang memiliki besar medan
magnet 5411,28 Gauss, sementara pada stator menggunakan grade N30 dengan dimensi 30 mm × 5 mm
yang memiliki besar medan magnet 1913,18 Gauss
3. Pengujian
Setelah dilakukan identifikasi, kemudian dilakukan uji fungsi dan kinerja pada alat percobaan, tahap
pertama dilakukan pengujian terhadap besar sudut V-Gate pada susunan magnet rotor, dikarnakan besar
sudut tersebut bepengaruh terhadap gaya tolak yang diberikan stator terhadap rotor, sehingga semakin
mendapatkan sudut yang tepat maka gaya tolak yang diberikan antaran magnet stator dan rotor maka akan
8
semakin terarah sehingga rotor dapat berputar dengan maksimal. Berikut langkah pengujan besar sudut V-
Gate. Langkah pertama membuat gambar garis susunan V-Gate pada ketas karton dengan besar sudut 2,5
derajat, dan diberikan tanda dimana magnet akan dipasang. Memasang kertas karton yang sudah
digambar pada permukaan rotor, kemudian dipasang selotip hingga kuat. Kemudian menyusun magnet
pada garis yang sudah diberikan tanda, kemudian memberi selotip pada permukaan magnet hingga kuat.
Kemudian rotor dipasang pada rangka dan alat prototipe dijalankan. Mengukur kecepatan putaran rotor
menggunakan tachometter dan mencatat hasilnya. Kemudian semua magnet pada rotor dilepaskan dan
menggambar kembali garis V-Gate pada karton yang baru dengan sudut 5 derajat dan diberikan tanda
diamana magnet akan dipasang. memasang kembali kertas karton yang sudah digambar pada permukaan
rotor, kemudian dipasang selotip hingga kuat Kemudian menyusun kembali magnet pada garis yang
sudah diberikan tanda, kemudian memberi selotip pada permukaan magnet. Kemudian rotor dipasang
pada rangka dan alat prototipe dijalankan kembali. Mengukur kembali kecepatan putaran rotor
menggunakan tachometter dan mencatat hasilnya. Kesimpulan dari pengjian ini, apabila sudut 5 derajat
menghasilkan kecepatan putaran rotor yang lebih tinggi dibandingkan dengan sudut 2,5 derajat, maka perlu
melakukan pengujian kembali dengan sudut yang lebih besar hingga kecepatan turun kembali. Apabila
sudut 5 derajat menghasilkan kecepatan putaran rotor lebih rendah dibandingkan dengan sudut 2,5 derajat,
maka perlu melakukan pengujian kembali terhadap sudut kurang dari 2,5 derajat.
Setelah dilakukan pengujian besar sudut V-Gate, kemudian dilakukan pengujian jarak pangkal V-Gate,
langkah pengjian ini sama dengan pengujian besar sudut, hanya variabelnya jarak pangkal. Pengujian ini
dilakukan dengan variasi jarak 12 mm, 16 mm, 20 mm, 24 mm, 28 mm dan 32 mm. Penggunaan variasi
jarak tersebut dikarnakan pada jarak 16 mm kecepatan putaran rotor lebih tinggi dibanding dengan jarak 12
mm, sehingga jarak pangkal perlu diperlebar menjadi 24 mm. Pada jarak 28 mm kecepatan putaran rotor
kembali turun, begitu pula pada jarak 32 mm kecepatan semakin lambat, maka dapat disimpulkan jarak
pangkal yang menghasilkan gaya magnet terbesar adalah 24 mm, sehingga menghasilkan putaran rotor
yang maksimal. Setelah dilakukan pengujian maka didapat besar sudut dan jarak pangkal V-Gate yang
tepat, kemudian lepaskan semua magnet pada rotor, setelah itu dibuat dudukan magnet pada rotor secara
permanen dengan membuat lubang pada rotor disesuaikan dengan diameter magnet yang akan dipasang.
Kemudian magnet dipasang kembali pada rotor dengan lem power glue. Setelah semua instalasi dari sistem
pembangkit semuanya terpasang, maka alat dapat dijalankan dan dilakukan pengukuran voltase listrik yang
dihasilkan generator, dimana genertor yang dipakai adalah RS-385 SH-2160.
4.Analisa
Daya
Untuk menganalisa daya yang dihasilkan perlu dihitung terlebih dahulu gaya tolak antara magnet stator dan
magnet rotor, gaya tolak juga dipengaruhi seberapa besar medan magnet yang dimiliki, gaya tolak antara
kedua magnet dapat dihitung dengan

9
5.Optimasi
Apabila daya output motor penarik stator sudah dimanfaatkan dengan beban maksimal, maka optimasi bisa
dilakukan dengan mengganti magnet pada stator dan rotor dengan grade yang lebih tinggi, contohnya N52.
Namun apabila daya output belum dimanfaatkan secara maksimal maka cukup menambah jumlah magnet
stator yang disesuikan dengan perhitungan untuk menaikan torsi pada pembangkit, sehingga didapat daya
yang lebih besar.

4. Hasil dan Hasil perhitungan pada tabel diketahui bahwa daya mekanik pada rotor sebesar 7,524 Watt, daya tersebut
pembahasa hanya mampu menggerakan generator mini, yang menghasilkan daya listrik sebesar 5,52 Watt. Sementara
n pada sistem pembangkit ini, konsumsi daya untuk oprasi 8,24 Watt. Tentunya daya yang dihasilkan dari
sistem pembangkit ini minus (tidak cukup untuk mengoprsikan sistem itu sendiri). Sehingga perlu
diidentifikasi kembali apakah jumlah atau jenis maupun dimensi magnet sudah disesuaikan dengan energi
yang dikonsumsi sistem pembangkit itu sendiri. Dari hasil perhitungan output daya mekanik yang dimiliki
motor penarik stator adalah 4,39 Watt, sementara untuk menarik stator hanya dibutuhkan daya mekanik
1,05 Watt. Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa motor penarik stator ini mampu menari 4 stator, dimana 1
stator terdiri dari dua magnet stator. Dari Perhitungan yang dilakukan sistem pembangkit ini dapat
dioptimasi dengan menambah jumlah magnet stator menjadi 8 pcs. Sehingga dari perhitungan daya
mekanik yang dihasilkan sebesar 29,936 Watt, daya tersebut apabila digunakan untuk membangkitkan
listrik dengan generator yang memiliki efisiensi sebesar 85 % maka dapat menghasilkan listrik sebesar
25,44 Watt. Dengan daya sebesar tersebut mampu menghasilkan energi listrik untuk dikonsumsi sistem itu
sendiri dan kemudian sisa energi listriknya dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan penerangan skala rumah
tangga.
5. Kesimpulan 1. Susunan magnet pada rotor yang optimal adalah dengan sudut V-Gate sebesar 5° dan jarak pangkal
sebesar 24mm, kemudian magnet pada stator dipasang berhadapan di tengah pola susunan magnet rotor,
dari susunan magnet tersebut mampu manghasilkan putaran rotor sebesar 146 rpm.
2. Daya dalam sistem pembangkit dapat dihitung dengan mengetahui torsi dari motor bertenaga magnet
permaanen yaitu sebesar 0,51 Nm, kemudian dikalikan dengan kecepatan sudut dari motor bertenaga
magnet permanen, daya mekanik yang diperoleh dari perhitungan sebesar 7,524 Watt.
3. Daya listrik yang didapat dari hasil pengujian adalah sebesar 5,52 Watt.
4. Kebutuhan daya listrik untuk oprasi sistem pembangkit sebesar 8,24 Watt.
5. Daya listrik yang dihasilkan dari sistem pembangkit listrik yang telah dibuat belum cukup untuk
mengoprasikan sistem itu sendiri, namun sistem tersebut masih dapat dioptimasi.
6. Optimasi energi dari sistem pembangkit ini bisa dilakukan dengan cara memaksimalkan kinerja dari
motor penarik stator, dari hasil perhitungan magnet stator bisa ditambah 8 pcs, sehingga apabila dilakukan
maka daya yang dihasilkan mampu mencapai 29,936 Watt.
7. Perlu diteliti lebih lanjut terhadap motor penarik stator, dimana dalam sistem pembangkit ini motor
penarik bergerak maju-mundur, selain memerlukan kekuatan tarikan motor ini harus memiliki respon gerak
yang cepat, dikarnakan motor tersebut bergerak sesuai sinyal yang diberikan oleh sensor proximity yang
membaca sambungan pangkal saat melewati stator.
8. Perlu diteliti lebih lanjut terhadap generator yang sesuai untuk sistem pembangkit ini, dimana efisiensi
generator sangat berpengaruh terhadap listrik yang hasilkan.(Muhamad & Nurzaman, 2019)

10
BAB IV
KELEBIHAN DAN KEKURANGAN JURNAL

A.Jurnal utama

Kelebihan

1.Abstrak menggunakan 2 bahasa termasuk bahasa internasional,yang memungkinkan akan di jadikan


referensi oleh peneliti asing.

2.Latar belakang yang sesuai dengan kajian teori

3.Terdapat caki,yang merupakan sumber pustaka peneliti

4.Terdapat gambar bagian dari analisis data,yang memudahkan pembaca untuk memahami jurnal utama.

5.Terdapat kesesuaian antara tujuan jurnal dan kesimpulan yang diberikan

6.Metode penelitian lengkap dan di jabarkan secara berurutan.

Kekurangan

1.Banyak penggunaan istilah asing pada rumus yang dipaparkan tanpa penjelasan,yang membuat
pembaca sulit mengerti tentang rumus yang di berikan

2.Terdapat singkatan yang tidak memiliki penjelasan yang menyulitkan pembaca mengartikan singkatan
tersebut.

B.Jurnal Pembanding

Kelebihan

1.Latar belakang yang sesuai dengan kajian teori

2.Terdapat gambar dari analisis data,yang memudahkan pembaca untuk memahami jurnal pembanding.

3.Terdapat tabel hasil analisis data yang didapat,yang memudahkan pembaca untuk menyesuaikan hasil
dengan kesimpulan.

4.Terdapat kesesuaian antara tujuan jurnal dan kesimpulan yang diberikan.

5.setiap rumus diberikan penjelasan yang lengkap.

Kekurangan

1.Abstrak tersedia hanya untuk bahasa Indonesia

2.pada bagian hasil dan pembahasan,terdapat kekurangan yaitu bagian pembahasan yang sangat singkat
membuat pembaca sulit untuk memahami analisis yang diberikan.

11
BAB V
PENUTUP

A.Kesimpulan
Setiap karya tulis pastinya memiliki ciri-ciri yang berbeda-beda antara satu dengan yanglainnya, baik itu
dari segi bahasanya, kelebihannya, dan kekurangannya. Setiap jurnal pasti mengandung informasi yang
sudah dipaparkan dengan jelas oleh penulisnya terlepas dari kekurangan yang terkandung dalam setiap
jurnal, namun sudah dapat dipastikan setiap jurnalakan membawa keuntungan bagi pembaca dalam hal
mendapatkan informasi lebih. Dalam jurnal ini, terkandung informasi yang sangat melimpah
yang dapat membuatpembaca menjadi tertarik untuk membaca serta menganalisis jurnal ini.
Diatas telah disampaikan ringkasan dan juga kelebihan serta kekurangan dari masing-masing jurnal
yangdiharapkan dapat menjadi perbandingan antar opini atas pembaca terhadap jurnal tersebut.

B. Saran
Didalam kelebihan dari jurnal tersebut agar lebih dipertahankan dan diperkuat lagi, dan mengenai
kekurangan jurnal agar lebih diteliti lagi untuk mencapai hasil yang lebih maksimal.

Bagi pembaca yang ingin mengunakan kedua jurnal ini untuk referensi sangat disarankan,karena secara
keseluruhan analisis data dan pembahasan yang di berikan terurut.

12
DAFTAR PUSTAKA

Muhamad, J., & Nurzaman, M. Z. (2019). Analisis Arus Listrik Dan Medan Magnet Pada Daerah Aktif
Penghasil Flare Noaa 12017. Jurnal Sains Dirgantara, 17(1), 9–26.
https://doi.org/10.30536/j.jsd.2020.v17.a3190
Prayogo, L. G., Dahlan, D., & ... (2020). Analisis Energi Yang Dihasilkan Pada Pembangkit Listrik
Tenaga Magnet Dengan Konsep V-Gate. Prosiding …, 11–21.
http://industri.teknik.univpancasila.ac.id/semrestek/prosiding/index.php/12345/article/view/367

13

Anda mungkin juga menyukai