Skor Nilai :
NIM : (2191131007)
MARET 2020
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur patut penulis ucapkan atas hikmat dan kemampuan serta berkat yang
melimpah yang di berikan Tuhan Yang Esa, sehingga penulis dapat menyelesaikan Rekayasa
Ide ini dengan baik. Selain itu rasa terima kasih juga penulis sampaikan kepada Ibu Dra.
Prastiria Sembiring, M. Pd selaku pembimbing mata kuliah Psikologi Pendidikan yang
sudah membimbing penulis dalam mengerjakan Rekayasa Ide ini.
Selain itu juga penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang
mengambil peran serta dalam penulisan Rekayasa Ide dari awal hingga dapat terselesaikan
dengan baik sehingga Rekayasa Ide dapat terselesaikan. Rekayasa Ide ini kami sampaikan
kepada dosen mata kuliah Psikologi Pendidikan sebagai salah satu tugas mata kuliah tersebut.
Penulis sangat menyadari bahwa Rekayasa Ide ini masih sangat jauh dari
kesempurnaan dan masih sangat banyak kesalahan yang perlu diperbaiki. Penulis sangat
mengharapkan pengertian pembaca apabila terdapat banyak kekurangan dalam penulisan
Rekayasa Ide ini. Penulis sadar bahwa masih perlu banyak belajar untuk dapat menulis
Rekayasa Ide ini dengan lebih baik lagi. Dan sekira-kiranya Rekayasa Ide ini dapat berguna
bagi kita semua.
KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG....................................................................................................1
C. TUJUAN.........................................................................................................................1
D. MANFAAT.....................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................4
A. PERBEDAAN INDIVIDU.............................................................................................4
BAB IV......................................................................................................................................8
PENUTUP..................................................................................................................................8
A. KESIMPULAN...............................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................9
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Di dalam sebuah lingkungan belajar seperti ruang kelas terdapat berbagai macam
karakteristik peserta didik. Sebagian besar orang menganggap di dalam proses pembelajaran
tidak ada perbedaan antara siswa satu dengan siswa yang lainnya. Semua siswa dianggap sama
rata. Siswa diberi materi yang sama, menggunakan bahan ajar yang sama, cara belajar yang
sama, mendapat perlakuan yang sama dari pengajar dan diharapkan mendapat hasil belajar yang
semuanya baik.
Padalah seperti yang diketahui, setiap individu memiliki karakteristik yang berbeda-
beda. Begitu pula dengan siswa, sebagai individu, siswa yang satu dengan yang lainnya memiliki
perbedaan. Perbedaan antar inidividu tersebut nantinya dapat berpengaruh bagaimana proses
belajar akan berlangsung. Guru sebagai seorang pengajar tidak bisa begitu saja menyamaratakan
semua anak didiknya. Untuk mencapai proses pembelajaran yang optimal, seorang guru harus
mengetahui apa saja yang dibutuhkan siswanya dan berusaha membantu memenuhi
kebutuhannya dalam belajar.
Seorang guru sebagai salah satu fasilitator dalam pembelajaran matematika sebaiknya
dapat memastikan setiap anak didiknya mendapatkan apa yang ia butuhkan. Oleh karena itu,
seorang guru dituntut untuk dapat memahami perbedaan-perbedaan individu tiap anak didiknya.
Dengan memahami hal tersebut, diharapkan guru dapat menyediakan upaya-upaya agar setiap
siswa dapat mengikuti proses pembelajaran seefektif mungkin.
B. TUJUAN
PEMBAHASAN
A. PERBEDAAN INDIVIDU
Makna “perbedaan” dan “perbedaan individual” menurut Lindgren (1980) menyangkut
variasi yang terjadi, baik variasi pada aspek fisik maupun psikologis. Perbedaan individual
berkaitan dengan “psikologi pribadi”, yang menjelaskan perbedaan psikologis antara orang-
orang serta berbagai persamaannya. Psikologi perbedaan individual menguji dan menjelaskan
bagaimana orang-orang berbeda dalam berpikir, berperasaan, dan bertindak.
Perbedaan individual terbentuk karena adanya faktor-faktor yang mempengaruhi. Faktor
yang berperan paling pertama yaitu faktor bawaan. Setiap individu terlahir dari dua individu
yang juga berbeda antara satu dan lainnya sehingga menghasilkan variasi yang berbeda pula.
Kemudian faktor lingkungan dimana individu tersebut berkembang menjadi faktor penentu
berikutnya. Faktor lingkungan seperti keadaan sosial dan ekonomi setiap individu berbeda satu
sama lain, mengakibatkan karakteristik individu berbeda pula.
Dalam proses pembelajaran sebenarnya perbedaan jenis kelamin dan gender itu sendiri
tidak bisa dikatakan penentu keberhasilan belajar para siswa. Namun faktor sosial dan kultural
dapat menyebabkan adanya perbedaan gender dalam prestasi akademik. Faktor tersebut meliputi
familiaritas siswa dengan mata pelajaran, perubahan aspirasi pekerjaan, persepsi terhadap mata
pelajaran khusus yang dianggap tipikal gender tertentu, dan harapan guru terhadap siswa.
Perbedaan gender terkait dengan kemampuan akademik siswa terlihat pada perbedaan
kemampuan verbal, kemampuan spasial, kemampuan matematika dan sains. Pada umumnya
dalam mata pelajaran matematika dan sains, perempuan cenderung menunjukkan prestasi yang
lebih baik dari laki-laki. Namun pada tahun-tahun berikutnya di sekolah menengah, prestasi
perempuan cenderung menurun dan laki-laki menunjukkan prestasi yang meningkat.
2. Perbedaan kemampuan
a. Gifted
Siswa yang memiliki skor IQ di atas 130 disebut gifted. Dalam proses pembelajaran
khususnya matematika, siswa yang tergolong gifted ditunjukkan dengan prestasi belajar yang
tinggi. Siswa gifted akan mudah memahami pelajaran yang diberikan bahkan lebih dahulu
mempelajari materi yang belum diajarkan.Karakteristik siswa gifted yang terlihat dalam proses
pembelajaran antara lain prestasinya yang di atas rata-rata, cara berfikir yang kreatif dan
komitmen terhadap tugas yang tinggi.
b. Retarded
Siswa yang tergolong retarded yaitu yang memiliki IQ dibawah 70. Pada umumnya siswa
retarded mendapat perhatian yang lebih khusus dan terpisah dengan siswa pada umumnya. Oleh
Panel Mental Retardasi, anak retarded terbagi menjadi beberapa klasifikasi yaitu mild (IQ 50-
70), moderate (IQ 36-50), severe (IQ 20-36), dan profound (IQ dibawah 20). Siswa retarded
membutuhkan bimbingan yang lebih khusus untuk belajar. Pengajaran kepada siswa retarded
lebih diutamakan untuk bersosialisasi dan keterampilan yang sesuai dengan bakatnya.
3. Perbedaan Kepribadian
Definisi kepribadian menurut Atkinson dkk adalah pola perilaku dan cara berpikir yang khas,
yang menentukan penyesuaian diri seseorang terhadap lingkungan. Seseorang mempunyai
kepribadian yang berbeda satu dan lainya. Perbedaan kepribadian menyebabkan adanya
perbedaan perilaku dalam proses kegiatan belajar pula. Terdapat berbagai model untuk
menunjukkan perbedaan kepribadian, salah satunya yaitu model big five. Dalam model big five
kepribadian dikelompokkan menjadi lima dimensi.
a. Extroversion. Siswa dengan kepribadian ini menyukai belajar dengan berkelompok.
Mereka sangat antusias dalam diskusi kelompok. Sedangkan siswa introvert cenderung
menyukai belajar seorang diri. Bukan karena menarik diri dari pergaulan, namun siswa
tipe ini membutuhkan keadaan yang tenang untuk menyerap materi pelajaran.
b. Agreeableness. Siswa jenis ini senang bergaul dengan orang lain dan terbuka dengan
pendapat orang lain. Sedangkan disagreeable akan mempertahankan pendapatnya sendiri.
Dalam proses belajar matematika siswa disagreeable dapat menunjukkan sikap kritisnya.
c. Concientiousness. Berkaitan dengan cara seseorang mengontrol, mengatur dan
memerintah inpuls. Anak yang conscientious akan menghindari kesalahan, mempunyai
tujuan yang jelas dan gigih demi mencapai tujuan yang diinginkannya. Sedangkan
unconcientious kurang berambisi, tidak terikat dengan tujuan yang harus dicapai. Siswa
conscientious cenderung serius dan bersungguh-sungguh dalam belajar demi mencapai
target prestasi yang terbaik.
d. Stabilitas emosional. Neoriticism merujuk pada kecenderungan untuk mengalami emosi
negatif. Siswa yang mempunyai neoriticism yang tinggi akan mudah terpancing oleh hal-
hal yang kecil. Mereka mudah terganggu pada saat belajar sehingga menyebabkan bad
mood dan akhirnya mengganggu proses belajar. Siswa yang tingkat neoriticism nya
rendah dapat mengontrol emosi dengan baik sehingga tidak mudah terganggu oleh hal-
hal kecil.
e. Openness to experience. Kepribadian siswa yang terbuka dengan hal-hal yang baru dan
mau mencoba. Berani mengambil resiko demi menjawab keingintahuan mereka. Dalam
pembelajaran, siswa dengan tipe ini tidak cepat puas dengan apa yang mereka dapatkan
di pelajaran. Siswa akan mencoba soal-soal yang baru, mencari rumus-rumus baru yang
berkaitan dengan topic yang sedang mereka pelajari. Sedangkan siswa pada umumnya
mugnkin hanya menerima apa yang mereka dapat saja.
4. Perbedaan Gaya Belajar
Setiap inidividu mempunyai cara tersendiri dalam memahami sesuatu. Begitu pula cara
siswa dalam menyerap materi pelajaran yang didapatkan dari guru berbeda-beda. Gaya belajar
siswa berkaitan dengan cara belajar yang mereka sukai, atau yang mereka anggap paling efektif.
Gaya belajar siswa juga dapat dipengaruhi bentuk kepribadiannya. Seperti siswa dengan
kepribadian extrovert akan senang dengan pembelajaran yang melibatkan kelompok. Siswa yang
introvert lebih menyukai belajar di tempat yang tenang.
Namun gaya belajar tidak bersifat statis, artinya dapat berubah-ubah sesuai dengan
situasi. Misalnya dalam pembelajaran matematika yang membutuhkan visualisasi dan praktek
dalam kehiuspan sehari-hari. Siswa yang terbiasa belajar sendiri mungkin akan merasa kesulitan
dalam visualisasi dan membutuhkan bantuan orang lain. Siswa tersebut mau tidak mau harus
bertanya pada siswa lain, dengan begitu akan terciptalah kelompok diskusi.
Menyikapi siswa yang kritis diperlukan metode pembelajarn yang terbuka. Memberi
kesempatan siswa untuk mencoba dan membuktikan jawaban yang benar atau salah. Guru juga
harus memberi jalan untuk siswa yang mengeksplorasi materi yang diajarkan. Tetapi perlu
diperhatikan agar tidak memaksakan kehendak kepada siswa-siswa karena akan menjadi beban
mereka. Selain itu guru diharapkan dapat memberi motivasi secara terus menerus kepada siswa
untuk dapat berprestasi.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dalam proses pembelajaran sudah sewajarnya terdapat perbedaan antara siswa satu
dengan yang lain. Tugas seorang guru adalah memenuhi kebutuhan setiap siswanya. Dengan
memahami perbedaan individu yang ada pada siswa-siswanya, guru dapat mengantisipasi dengan
memberikan metode pembelajaran yang bervariatif sehingga semua siswanya dapat mengikuti
pembelajaran matematika dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA