Anda di halaman 1dari 11

MODEL KEPEMIMPINAN

BERBASIS KEARIFAN LOKAL DI MINANGKABAU DAN BUGIS

NAMA MAHASISWA:

ROYCAN NADEAK (5191111005)

DOSEN PENGAMPU: PROF. DR. HARUN SITOMPUL, M.Pd.

MATA KULIAH : KEPEMIMPINAN

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN

FAKULTAS TEKNIK – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah Tuhan Yang maha Esa atas
berkat dan rahmatnya sehingga saya masih diberikan kesempatan untuk dapat
menyelesaikan mini riset ini dengan tepat waktu. Laporan Mini riset ini saya buat
guna untuk memenuhi penyelesaian tugas pada matakuliah kepemimpinan, semoga
laporan mini riset ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi para
pembaca.

Dalam penulisan laporan mini riset ini, saya tentu saja tidak dapat
menyelesaikan sendiri tanpa bantuan dari pihak lain. Oleh karena itu sayang
mengucapkan terima kasih kepada ; orang tua yang selalu mendoakan, teman
teman yang selalu memberi dukungan dan menyumbangkan pikirannya dalam
pembuatan laporan mini riset ini.

Saya menyadari bahwa laporan mini riset ini masih jauh dari kata sempurna
karena masih banyak kekurangan. Oleh karena itu dengan kerendahan hati penulis
meminta maaf dan mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna
perbaikan dan penyempurnaan kedepannya.

Medan, November 2019

Penulis
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kepeminpinan adalah rangakaian kegiatan penataan berupa kemampuan


mempengaruhi perilaku orang lain dalam situasi tertentu agar bersedia bekerja sama
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Triantoro, Safaria.2004).
Struktur organisasi merupakan kerangka dan susunan perwujudan pola
tetap hubungan-hubungan di antara fungsi-fungsi, bagian-bagian atau posisi-posisi,
maupun orang-orang yang menunjukkan kedudukan, tugas, wewenang dan
tanggung jawab yang berbeda dalam suatu organisasi. Struktur ini mengandung
unsur-unsur:
1. Spesialisasi kegiatan berkenaan dengan spesifikasi tugas-tugas individu
dalam kelompok kerja (pembagian kerja) dan penyatuan tugas-tugas tersebut
menjadi satuan-satuan kerja (departementalisasi).
2. Standardisasi kegiatan, merupakan prosedur-prosedur yang digunakan
organisasi untuk menjamin terlaksananya kegiatan seperti yang
direncanakan.
3. Koordinasi kegiatan, menunjukkan prosedur-prosedur yang
mengintegrasikan fungsi satuan-satuan kerja dalam organisasi.
4. Sentralisasi dan desentralisasi pembuatan keputusan, yang menunjukkan
lokasi atau letak kekuasaan pembuat keputusan.
5. Ukuran satuan kerja, menunjukkan jumlah karyawan dalam suatu kelompok
kerja.

Agar struktur organisasi dapat mendukung pencapaian tujuan hendaknya


mengandung 3 (tiga) hal, yaitu :
1. Cara (sistem) Pendelegasian Tugas dan Wewenang
Pendelegasian tugas dan wewenang yang jelas memungkinkan tenaga kerja
mengetahui tugas-tugas yang dibebankan kepadanya dan yang menjadi tanggung
jawabnya. Tenaga kerja juga akan mengetahui ruang lingkup wewenang yang
dimilikinya atau tugas-tugas yang akan dilaksanakannya.
Dengan kondisi kerja tersebut tenaga kerja mengetahui sumber pemberi
delegasi tugas dan tempat melaporkan hasilnya. Cara atau sistem pendelegasian
tugas dan wewenang yang jelas tidak akan menyebabkan dualisme dalam
pelaksanaan aktivitas perusahaan.
2. Koordinasi
Jika pendelegasian tugas dan wewenang sudah jelas maka keadaan tersebut
harus diikuti oleh koordinasi, sebab setiap individu maupun bagian dalam organisasi
perusahaan sudah mengetahui posisi, tugas, wewenang yang dimiliki. Dengan kata
lain koordinasi diperlukan untuk mengatur kondisi tersebut.
3. Komunikasi
Agar koordinasi dapat diterapkan, maka perlu komunikasi yang bermanfaat
untuk mendekatkan setiap tenaga kerja maupun kelompok kerja. Hal tersebut
dimaksudkan untuk saling memberikan informasi antara tenaga kerja maupun
kelompok kerja. Tanpa komunikasi akan terjadi kondisi yang membingungkan dan
tidak mendukung aktivitas-aktivitas dalam upaya pencapaian sasaran dari organisasi
tersebut.

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Teori Kepemimpinan

1. Definisi Kepemimpinan

Dalam bahasa Indonesia “ Pemimpin” sering disebut penghulu, pramuka,


pelopor, Pembina, panutan, pembimbing, pengurus, penggerak, ketua, kepala,
penuntun, raja, tua-tua, dan sebagainya. Sedangkan Istilah memimpin,
kepemimpinan, dan memimpin pada mulanya berasal dari kiata dasar yang sama “
pimpin”. Namun demikian ketiganya digunakan dalam konteks yang berbeda.
Pemimpin adalah suatu lakon/peran dalam sistem tertentu, karenanya seorang
dalam peran formal belum tentu mampu memimpin. Istilah kepemimpinan pada
dasarnya berhubungan dengan keterampilan, kecakapan, dan tingkat pengaruh
yang dimiliki seseorang. Arti pemimpin adalah seorang pribadi yang memiliki
kecakapan dan kelebihan, khususnya kecakapan/ kelebihan di satu bidang sehingga
dia mampu mempengaruhi orang-orang lain untuk bersama-sama melakukan
aktivitas-aktivitas tertentu demi pencapaian satu atau beberapa tujuan. Pemimpin
adalah seorang pribadi yang memiliki kecakapan dan kelebihan – khususnya
kecakapan-kelebihan di satu bidang , sehingga dia mampu mempengaruhi orang
lain untuk bersama-sama melakukan aktivitas-aktivitas tertentu untuk pencapaian
satu beberapa tujuan.

Pemimpinan (leader) pada dasarnya adalah adalah orang yang mampu


menggerakan sumberdaya (terutama manusia) untuk bekerja bernama untuk
mencapai tujuan. Menurut jack welch dalam slater (2001: 33), pemimpin adalah
orang yang memberikan inpirasi dengan visi yang jelas mengenai bagaimana
sesuatu dapat dikerjakan dengan cara yang lebih baik.
Pemimpin dan kepemimpinan adalah sesuatu yang tidak dapat dipisahkan,
merupakan suatu kesatuan, seorang pemimpin harus mempunyai jiwa
kepemimpinan. Jiwa kepemimpinan, jiwa kepemimpinan ini terbentuk dari suatu
proses dari waktu kewaktu hingga akhirnya akan mengkristal dalam suatu bentuk
karakteristik kepemimpinan, seseorang yang mempunyai jiwa kepemimpinan,
dengan usaha yang gigih akan dapat membantu lahirnya penegasan sikap
kepemimpinan pada dirinya ( fahmi 2012 : 16)
Robbins (2003 : 40) menyatakan bahwa kepemimpinan ( leadership) adalah
kemampunan untuk mempengarahi suatu kelompok kearah tercapainya tujuan. Dari
dk efinisi ini terdapat empat implikasi penting yaitu :
1. Kepemimpinan melibatkan orang lain- bawahan atau pengikut. Kesediaan
mereka untuk menerima pengarahan dari pemimpinan, akan membantu
dalam menentukan status atau kedudukan pemimpin dan membuat proses
kepemimpinan dapat berjalan. Tanpa bawahan, semua mutu atau kualitas
kepemimpinan dari seorang manager menjadi tidaka relevan.
2. Kepemimpinan melibatkan distribusi kekuasaan yang tidak merata antara
pemimpin dan anggota kelompok. Pemimpin biasanya mempunyai
kekuasaan yang lebih besar dan mempunyai wewenang untuk
mengaarahkan berbagai kegiatan dari anggota organisasi.
3. Kepemimpinan adalah kemampuan menggunakan berbagai bentuk
kekuasaan untuk mempengaruhi tingkah laku pengikut dengan berbagai
cara, pemimpin tidak hanya dapat memerintah bawahan “apa” yang harus
dilakukan, tetapi juga dapat mempengaruhi “bagaimana” bawahan
melaksanakan perintahnya.
4. Kepemimpinan adalah mengenai “nilai” seorang pemimpin harus
memperhatikan komponen moral dalam melaksanakan kepimimpinannya.
Pemimpinan harus dapat menjadi guru atau contoh etika bagi para
bawahan atau pengikutannya.

2. Karakteristik Kepemimpinan
Karakteristik kepemimpinan yang ideal :

1. Wawasan yang Luas


Karakteristik kepemimpinan yang utama adalah seorang pemimpin harus
memiliki wawasan yang luas. Hal ini diperlukan agar seorang pemimpin dapat
mengambil langkah terbaik dalam bertindak. Seorang pemimpin bukan hanya harus
berwawasan luas dalam hal ilmu, namun juga berwawasan luas dalam hal emosi.
Memahami berbagai macam emosi diperluka agar seorang pemimpin mampu
dengan mudah memahami emosi dari setiap anggota.
2. Bertanggung Jawab
Ketika menjadi seorang pemimpin berarti seseorang telah berani menerima
efek dari setiap keputusan yang telah diambil. Dalam setiap tindakan yang diambil,
tentunya seorang pemimpin harus siap dengan kemungkinan terburuk dan
pemecahan masalah. Untuk itu seorang pemimpin dituntut cekatan dan memiliki
pemikiran yang praktis. Seorang pemimpin juga bertanggung jawab terhadap
anggotanya dengan cara mendukung dan memotivasi anggota.
3. Jujur
Kejujuran diperlukan dalam segala hal, termasuk menjadi
karakteristikkepemimpinan. Pemimpin yang ideal adalah dia yang mampu jujur pada
diri sendiri dan orang lain. Ketika seorang pemimpin jujur, maka anggota yang lain
akan mengikuti. Untuk itu, kejujuran adalah hal yang penting, karena kesalah
pahaman dapat dihindari ketika kejujuran di terapkan.
4. Bijaksana
Mengambil sebuah keputusan bukanlah hal yang mudah, karenanya seorang
pemimpin dituntut untuk bijaksana dalam mengambil keputusan. Kunci seseorang itu
adalah seorang yang bijak ketika dia berwawasan luas dan jujur.
5. Rela Berkorban
Seseorang yang egois bukanlah pilihan tepat untuk menjadi pemimpin.
Pemimpin harus bisa mengesampingkan kepentingan pribadi diatas kepentingan
bersama. Jika memilih pemimpin egois, bisa dipastikan keputusan yang dibuat akan
merugikan semua kalangan.
6. Menghargai Seseorang
Karakteristik kepemimpinan berikutnya adalah menghargai seseorang.
Seorang pemimpin yang hebat bukanlah individunya saja yang hebat, tapi juga ada
anggota yang hebat yang mendukungnya. Pemimpin baiknya memperhatikan
aggotanya dengan memberi motivasi dan reward kepada anggotanya. Dengan
demikian, anggota akan merasa dihargai oleh pemimpin.
7. Agen Perubahan
Agen perubahan adalah seseorang yang mampu memacu perubahan, bukan
menuntut perubahan. Terkadang banyak orang salah dalam memahami maksud dari
“agen perubahan”. Banyak pemimpin yang hanya bisa menuntut adanya perubahan,
tanpa peduli kepadaanggota. Padahal agen perubahan dimaksudkan seorang
pemimpin mampu memberikan gagasan, informasi dan contoh sehingga timbulnya
sebuah perubahan.

3. Perbedaan Pemimpin dan Manajer


No pemimpinan Manajer
1 Mengarahkan pada kemampuan Mengarahkan pada sistem dan
individu mekanisme
2 Merupakan kualitas hubungaan Merupakan fungsi status kewenangan
3 Diarahkan untuk mencapai Diarahkan untuk mencapai tujuan
keinginan
4 Bersifat hubungan personal Bersifat hubungan inpersonal
5 Menggantungkan diri pada Menggantungkan diri pada daya dan
sumber yang ada pada dirinya dana yang ada
4. Kepemimpinan Formal dan Informal

Kepemimpinan formal ialah kepemimpinan yang memimpin organisasi formal


seperti perusahaan, lembaga pemerintahan, organisasi militer, dan sebagainya.
Pemimpin formal ialah seseorang yang oleh organisasi tertentu dipilih sebagai
pemimpin, berdasarkan keputusan dan pengangkatan resmi untuk memegang suatu
jabatan dalam struktur suatu organisasi, dengan segala hak dan kewajiban yang
berkaitan dengannya, untuk mencapai sasaran organisasi yang telah ditetapkan.

Pemimpin formal memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1. Berstatus sebagai pemimpin formalatau resmi (disahkan dan diangkat) selama


masa jabatan tertentu, atas dasar legalitas formal oleh penunjukan pihak yang
berwenang, ada legitimitas.

2. Sebelum pengangkatan harus memenuhi beberapa persyaratan formal terlebih


dahulu.

3. Diberi dukungan oleh organisasi formal untuk menjalankan tugasnya.

4. Bisa mencapai promosi atau kenaikan pangkat formal, dan dapat dimutasikan.

5. Bila melakukan kesalahan-kesalahan, akan dikenakan sanksi dan hukuman.

Kepemimpinan informal adalah kepemimpinan yang pada dasarnya tidak


dipilih atau diangkat secara formal. Seseorang menjadi pemimpin informal kalau
ia diakui mempunyai keunggulan fisik, keunggulan psikologi, ilmu pengetahuan
dan keterampilan yang diakui oleh para anggota organisasi. Karena memiliki
sejumlah kualitas unggul, dia mencapai kedudukan sebagai seorang yang
mampu mempengaruhi kondisi psikis dan perilaku suatu kelompok. Dalam
organisasi formal, pemimpin informal tidak mempunyai wewenang untuk
memberi perintah dan menghukum para anggota organisasi. Akan tetapi mampu
mempengaruhi para anggota organisasi melalui visinya, memberi contoh,
perilaku dan praktik membuat atau menyelesaikan sesuatu.

Ciri-ciri pemimpin informal, yaitu:


1. Tidak memiliki penunjukan formal atau legitimitas sebagai pemimpin.

2. Masyarakat menunjuk dirinya, dan mengakuinya sebagai pemimpin.

3. Status kepemimpinannya berlangsung selama kelompok yang bersangkutan


masih mau mengakui dan menerima dirinya.

4. Tidak dapat dimutasikan.

5. Tidak pernah mencapai promosi

6. Tidak memiliki atasan.

Pendekatan yang dilakukan pemimpin formal dan pemimpin informal terhadap


pengikutnya berbeda. Pemimpin formal biasanya melakukan pendekatan yang
sifatnya instruksi. Sementara pemimpin informal lebih sering melakukan
pendekatan terhadap pengikutnya dengan pendekatan yang sifatnya persuasive.

Anda mungkin juga menyukai