Anda di halaman 1dari 29

CRITICAL BOOK REPORT

DISUSUN OLEH :

NAMA : ROYCAN NADEAK

NIM : 5191111005

MATA KULIAH : FILSAFAT PENDIDIKAN

DOSEN PENGAMPU :1) PROF.DR. EFENDI NAPITUPULU, M.Pd


2) TRY WAHYU PURNOMO, S.Pd, M.Pd

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN

FAKULTAS TEKNIK-UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2019

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan karunia-
Nya lah saya dapat menyelesaikan CBR Filsafat Pendidikan ini dengan tepat waktu dengan tanpa
ada halangan.

Terimakasih juga kepada dosen pengampu selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan arahan kepada saya . Penulis telah berusaha dengan tenaga dan pikiran, tetapi
karena kemampuan, pengetahuan dan pengalaman yang terbatas maka penulis menyadari bahwa
masih banyak kekurangan dari kritik buku baik isi, susunan, maupun tata bahasa. Walaupun
demikian penulis berharap critical book ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak demi
kesempurnaan Critical Book Report ini.

Medan, Oktober 2019

Roycan Nadeak

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................ i

DAFTAR ISI .......................................................................................................................... ii

BAB I IDENTITAS BUKU ………………………………………………………………. 1

A. JUDUL BUKU……………………………………………………………………1

B. PENULIS BUKU………………………………………………………………….1

C. PENERBIT……………………………………………………………………….1

D. TAHUN TERBIT…………………………………………………………………1

E. CETAKAN……………………………………………………………………...1

F. TEBAL BUKU………………………………………………………………….1

G. KOTA TERBIT …………………………………………………………………1

BAB II RINGKASAN BUKU ............................................................................................ 2

A. TUJUAN PENDIDIKAN DAN PENGAJARAN DI INDONESIA ………….2-3

B. KEWIBAWAAN (GEZAG) DALAM PENDIDIKAN ……………………… 3-6

C. HUBUNGAN PEMBAWAAN, KETURUNAN DAN LINGKUNGAN DALAM

PENDIDIKAN…………………………………………………………………..6-8

D. PENDIDIKAN DALAM LINGKUNGAN KELUARGA……………………8-11

E. BEBERAPA KESUKARAN DALAM PENDIDIKAN…………………… 11-21

BAB III KELEBIHAN DAN KELEMAHAN BUKU………………………………… 22

A. KELEBIHAN BUKU…………………………………………………………..22

B. KELEMAHAN BUKU………………………………………………………..22

3
BAB IV PENUTUP………….......................................................................................... 23

A. KESIMPULAN….............................................................................................23

B. SARAN……………………………………………………………………… .23

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................... 24

4
BAB I

IDENTITAS BUKU

A. Judul Buku :Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis

A. Pengarang : Drs. M. Ngalim Purwanto , MP

B. Penerbit : PT. Remaja Rosadakarya

C. Tahun Terbit : 1985

D. Cetakan : II

E. Tebal Buku : XIII + 198 Halaman

F. Kota Terbit : Jakarta

5
BAB II

RINGKASAN BUKU

A. Tujuan Pendidikan dan Pengajaran Di Indonesia

Tujuan Pendidikan menurut UU No. 4 Tahun 1950 RI: Tujuan pendidikan dan
pengajaran ialah membentuk manusia susila yang cakap dan warga Negara yang
demokratis, serta bertanggung jawab tentang kesejahteraan masyarakat dan tanah air.
Tujuan Pendidikan untuk mencari penghidupan Sebagian ibu bapak menyerahkan
anak-anaknya ke sekolah ialah supaya anak-anak mereka kelak dapat mencari
penghidupan sendiri, bahkan dapat pula menolong orang tuanya di kemudian hari. Tujuan
pendidikan untuk mendapatkan ilmu pengetahuan.
Sebagian guru-guru berpendapat, bahwa tujuan pendidikan ialah mengisi otak
anak-anak dengan macam-macam ilmu pengetahuan serta menghafal ilmu-ilmu itu
sehafal-hafalnya, supaya maju dalam ujian penghabisan, bahkan supaya mendapat nilai
angka yang tinggi dan nomor satu dalam ujian itu.
Tujuan pendidikan untuk kehidupan yang sempurna Menurut Herbert
Spencer, bahwa tujuan pendidikan ialah menyiapkan manusia untuk kehidupan yang
sempurna. Untuk menyiapkan kehidupan yang sempurna itu haruslah tabiat manusia
dididik dengan sempurna dari segala seginya: jasmani, budi pekerti, hati, perasaan,
tangan dan lidah.
Tujuan pendidikan dan pengajaran dapat dibedakan dan disusun menurut
hirarki sebagai berikut:
1. Tujuan umum Tujuan pendidikan nasional Indonesia adalah manusia yang berjiwa
pancasila. Tujuan umum pendidikan berkenaan dengan kseluruhan peristiwaperistiwa
pendidikan dan merupakan tujuan dari keseluruhan jenis kegiatan dan waktu
berlangsungnya peristiwa-peristiwa pendidikan. Tujuan Pendidikan untuk mencari
penghidupan.
2. Tujuan Pendidikan menurut UU No. 4 Tahun 1950 RI: Tujuan pendidikan dan
pengajaran ialah membentuk manusia susila yang cakap dan warga Negara yang
demokratis.

6
Tujuan Pendidikan dan pengajaran di Indonesia Tujuan pedidikan di tinjau kembali pada
setiap sidang MPRS dan MPR telah merumuskan tujuan pendidikan tersebut:
a. TAP MPRS No XXXI/MPRS/1966
1) Mempertinggi kecerdasan dan keterampilan
2) Membina / perkembangan fisik yang kuat dan sehat.

b. TAP MPR No 4/MPR/1975


Tujuan pendidikan adalah membangun di bidang pendidikan didasarkan atas falsafah negara
pancasila dan diarahkan untuk membentuk manusia-manusia pembangun yang berpancasila.

c. TAP MPR No I MPR/1988.


Tujuan pendidikan adalah berdasarkan pancasila, bertujuan untuk meningkatkan kualitas
manusia Indonesia yaitu manusia yang budiman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha
Esa

d. TAP MPR No 2 MPR/1993 Tujuan pendidikan untuk meningkatkan kualitas


manusia Indonesia yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME berbudi
pekerti yang luhur, profesional, bertanggung jawab.

B. Kewibawaan (Gezag) dalam Pendidikan

Kewibawaan merupakan suatu syarat mutlak pendidik di dalam dunia pendidikan.


Karena dengan adanya kewibawaan pendidik, anak didik dengan sadar mengikuti
kewibawaannya, artinya mengakui hak orang lain untuk memerintah dirinya. Dengan
kata lain, kewibawaan termasuk dalam macam alat pendidikan yang dapat mempengaruhi
anak didik dalam belajarnya. Seorang pendidik sepatutnya bisa menggunakan
kewibawaannya dalam menolong dan memimpin si anak yang dididik ke arah
kedewasaanya. Oleh karena kewibawaan merupakan suatu syarat mutlak pendidik di
dalam dunia pendidikan, maka pada kesempatan kali ini akan dipaparkan tentang:
pengertian, perbedaan pendidik, serta fungsi kewibawaan dan identifikasi.
1.Pengertian Kewibawaan (Gezag)
Kewibawaan (Gezag) menurut etimologi berasal dari kata zeggen yang berarti

7
“berkata”. Siapa yang perkataannya mempunyai kekuatan mengikat terhadap orang lain,
berarti mempunyai kewibawaan atau gezag terhadap orang lain. Sedangkan kewibawaan
menurut terminologi ialah pengakuan dan penerimaan secara sukarela terhadap pengaruh
atau anjuran yang datang dari orang lain. Kewibawaan (Gezag) itu ada pada orang
dewasa, terutama pada orang tua. Dapat kita katakan bahwa kewibawaan yang ada pada
orang tua (ayah dan ibu) itu adalah asli.

2. Perbedaan Antara Kewibawaan Orang Tua dan Guru (Pendidik-pendidik Lainnya)


Terhadap Anak-anak Didiknya
a.Orang Tua (Ayah dan Ibu)
Orang tua (ayah dan ibu) adalah pendidik yang terutama dan yang sudah
semestinya. Merekalah pendidik yang asli, yang menerima tugas dari kodrat, dari tuhan
untuk mendidik anak-anaknya. Motivasi pengabdian orang tua ini semata-mata demi
cinta kasih yang kodrati. Di dalam suasana cinta dan kemesraan inilah proses pendidikan
berlangsung seumur anak itu dalam tanggungjawab keluarga. Oleh karena itu, sudah
semestinya mereka mempunyai kewibawaan terhadap anak-anaknya. Adapun
kewibawaan orang tua memiliki dua sifat:
a. Kewibawaan pendidikan
b. Kewibawaan keluarga

2. Guru (Pendidik-Pendidik Lainnya)


Guru-guru sebagai pendidik, dengan wibawanya dalam pergaulan membawa
murid sebagai anak didik kearah kedewasaan. Guru (pendidik-pendidik lain) menerima
jabatannya sebagai pendidik bukan dari kodrat (dari tuhan), melainkan dari pemerintah.
Ia ditunjuk, ditetapkan, dan diberi kekuasaan sebagai pendidik oleh negara atau
masyarakat. Maka dari itu, kewibawaan yang ada padanya pun berlainan dengan
kewibawaan orang tua. Kewibawaan guru (pendidik lainnya), yang karena jabatan, juga
memiliki dua sifat:
a. Kewibawaan pendidikan
b. Kewibawaan memerintah

8
C. Fungsi Kewibawaan dalam Pendidikan
Tidak setiap macam tunduk atau menurut terhadap orang lain dapat dikatakan “tunduk
terhadap wibawa pendidikan”. Bagaimana sikap anak terhadap kewibawaan pendidik?
Dalam hal ini Langeveld menjelaskan:
1. Sikap menurut atau mengikut (volgen), yaitu mengakui kekuasaan orang lain yang
lebih besar karena paksaan, takut, jadi bukan tunduk atau menurut yang sebenarnya.
2. Sikap tunduk atau patuh (gehoorzamen), yaitu dengan sadar mengikuti
kewibawaannya, artinya mengakui hak orang lain untuk memerintah dirinya, dan dirinya
merasa terikat untuk memenuhi perintah itu. Dalam hal terakhir inilah tampak fungsi
wibawa pendidikan, yaitu membawa si anak ke arah pertumbuhannya yang kemudian
dengan sendirinya mengakui wibawa orang lain dan mau menjalankannya juga.

D. Pendidik Menggunakan Kewibawaannya


Sebagai seorang pendidik sepatutnya bisa menggunakan kewibawaannya dalam
menolong dan memimpin si anak yang dididik ke arah kedewasaanya. Oleh karena itu,
penggunaan kewibawaan pada pendidikan harus berdasarkan faktor-faktor berikut:
1. Pendidik hendaklah mengabdi kepada pertumbuhan anak yang belum selesai
perkembangannya. Dengan kebijaksanaan pendidik, hendaklah anak dibawa ke arah
kesanggupan memakai tenaganya dan pembawaannya yang tepat. Jadi, wibawa
pendidikan itu bukan bertugas memerintah, melainkan mengamati serta memperhatikan
dan menyesuaikannya pada perkembangan dan kepribadian masing-masing anak.
2. Pendidik hendaklah memberi kesempatan kepada anak untuk bertindak atas
inisiatif sendiri. Kesempatan atau keleluasaan itu hendaknya makin lama makin
diperluas, sesuai dengan perkembangan dan bertambahnya umur anak. Jadi, dengan
wibawa itu hendaklah pendidik berangsur-angsur mengundurkan diri sehingga akhirnya
tidak diperlukan lagi.
3. Pendidik hendaknya menjalankan kewajibannya itu atas dasar cinta kepada si anak.
Ini berarti bermaksud hendak berbuat sesuatu untuk kepentingan si anak. Jadi, bukannya
memerintah atau melarang untuk kepentinganya sendiri. Cinta itu perlu bagi pekerjaan
mendidik. Sebab, dari cinta atau kasih sayang itulah timbul kesanggupan selalu bersedia
berkorban untuk sang anak, selalu memperlihatkan kebahagiaan anak yang sejati.

9
E. Kewibawaan dalam Masyarakat Orang Dewasa dan dalam Pendidikan
1. Kewibawaan dalam Masyarakat Orang Dewasa
a. Dalam masyarakat orang dewasa harus ada wibawa supaya dapat tercapai
maksud masyarakat itu, yaitu kesejahteraan umum.
b. Masyarakat orang dewasa menurut atau patuh kepada pendukung-pendukung
kekuasaan pemerintah itu bukan karena orang-orang itu telah mendapat pengangkatannya
untuk menjalankan kewajibannya.
c. Sebaliknya, pemerintah meminta kita semua menaati segala peraturannya.
Bagaimana batin kita (masing-masing orang) yang sebenarnya – setuju atau tidak,
mengkritik atau tidak – pemerintah tidak mengindahkannya, asal kita taat kepada apa
yang diperintahkan.
d. Kewibawaan dan pelaksanaan kewibawaan dalam masyarakat orang dewasa
tidak menjadi berkurang, tetapi tetap stabil karena tujuannya ialah hendak mengatur
perputaran masyarakat yang baik. Selama hidup dalam masyarakat, kita tetap taat di
bawah kewibawaannya dan negara tetap akan melaksanakan kewibawaannya di atas kita

C. Hubungan Pembawaan, Keturunan dan Lingkungan di dalam Pendidikan

Pendapat-pendapat tentang faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan anak


muda hingga dewasa diantaranya:
1. Aliran Nativisme, mengemukakan bahwa segala perkembangan manusia itu telah
ditentukan oleh faktor-faktor yang dibawa sejak lahir.
2. Aliran Empirisme, berpendapat bahwa dalam perkembangan anak menjadi manusia
dewasa itu sama sekali ditentukan oleh lingkungannya atau oleh pendidikan dan
pengalaman yang diterimanya sejak kecil. Pendapat ini berlawanan dengan kaum
Nativisme.
3. Hukum Konvergensi, mengemukakan bahwa pembawaan dan lingkungan kedua-
duanya menentukan perkembangan manusia.

10
Keturunan adalah sifat-sifat atau ciri-ciri yang diwariskan atau diturunkan melalui
sel-sel kelamin. Syarat untuk menentukan suatu sifat atau ciri-ciri yang terdapat pada
seseorang itu keturunan atau bukan, yaitu:
a. persamaaan sifat atau ciri-ciri
b. ciri-ciri harus menurun melalui sel-sel kelamin

Pembawaan adalah seluruh kemungkinan-kemungkinan atau kesanggupan-kesanggupan


(potensi) yang terdapat pada suatu individu dan yang selama masa perkembangannya benar-
benar dapat diwujudkan (direalisasikan).
Macam-macam pembawaan terdiri dari:
1. Pembawaan Jenis, menunjukkan ciri-ciri yang khas dan berbeda dengan jenis-jenis
makhluk lain seperti bentuk badan, anggota-anggota tubuhnya, intelijensi, ingatannya, dsb.
2. Pembawaan Ras, umumnya masih pembawaan keturunan mengenai ras seperti ras
Indo Jerman, ras Mongolia, ras Negro, dll.
3. Pembawaan Jenis Kelamin, merupakan bawaan sejak lahir bagi manusia yang normal
seperti jenis kelamin laki-laki atau perempuan.
4. Pembawaan Perseorangan, merupakan pembawaan yang bersifat individual
(pembawaaan perseorangan) seperti setiap manusia mempunyai watak, intelijensi, dan sifat
yang berbeda-beda.
Pembawaan keturunan sebagian besar menampakan diri dalam sifat-sifat jasmaniah (physis)
dan sebagian lagi dalam pembawaan rohaniah (psikis). Pembawaan yang bersifat fisis lebih
terlihat dengan nyata dari pada pembawaan keturunan yang bersifat kejiwaan atau psikis.
Pengertian lingkungan menurut Sartain (ahli psikologi Amerika) adalah meliputi semua
kondisi-kondisi dalam dunia ini yang dalam cara-cara tertentu mempengaruhi tingkah laku,
pertumbuhan, perkembangan atau life processes kecuali gen-gen dan bahkan gen-gen dapat
pula dipandang sebagai menyiapkan lingkungan bagi gen yang lain.
Macam-macam lingkungan menurut Sartain, yaitu:
1. Lingkungan Alam/Luar, adalah segala sesuatu yang ada dalam dunia ini yang bukan
manusia, seperti rumah, tumbuh-tumbuhan, air, iklim, hewan, dsb.
2. Lingkungan Dalam, adalah segala sesuatu yang termasuk lingkungan alam/ luar, contoh:
makanan yang sudah di dalam perut kita.

11
3. Lingkungan Sosial, adalah semua orang/manusia lain yang mempengaruhi kita baik
secara langsung maupun tidak langsung. Pengaruh langsung, seperti keluarga, teman-
teman, lingkungan sekolah, sepekerjaan, dsb. Sedangkan pengaruh tidak langsung, seperti
melalui radio, televisi, membaca buku-buku, majalah-majalah, surat-surat kabar, dsb.
Kepribadian merupakan hasil interaksi antar gen-gen dan lingkungan sosial kita, karena
interaksi ini maka tiap-tiap orang mempunyai keunikan masing-masing, setiap orang
mempunyai kepribadian sendiri-sendiri yang berbeda dengan satu sama lain. Jika dalam hal
individu-individu yang memiliki beberapa gen yang sama atau bersamaan lingkungan
sosialnya, interaksi itu menghasilkan variasi-variasi/perbedaan-perbedaan yang luas
dalam personality. Anak kembar satu telur yang memiliki heredity yang sama dan
lingkungan sosial yang berbeda-beda, kepribadiannya menunjukkan perbedaan-perbedaan
yang nyata.
Menurut Allport, kepribadian adalah organisasi dinamis daripada sistem psikofisik dalam
individu yang turut menentukan cara-caranya yang unik (khas) dalam menyesuaikan dirinya
dengan lingkungannya.
Menurut Woodworth, cara-cara individu itu berhubungan lingkungannya dapat dibedakan
menjadi 4 macam, yaitu:
1. Individu bertentangan dengan lingkungannya
2. Individu menggunakan lingkungannya
3. Individu berpartisipasi dengan lingkungannya
4. Individu menyesuaikan dirinya dengan ligkungannya
Dalam arti yang luas menyesuaikan diri mengandung arti:
1. Mengubah diri sesuai dengan keadaan lingkungannya
2. Mengubah lingkungan sesuai dengan keadaannya

D. Pendidikan Dalam Lingkungan Keluarga

Ada 3 komponen yang berperan dalam pendidikan anak. Pendidikan di lingkungan


keluarga, lembaga sekolah dan pendidikan di lingkungan masyarakat. Peranan lingkungan
keluarga sangat besar terhadap proses pendidikan anak.

12
Meskipun tidakl memiliki struktur kurikulum sebagaimana lazimnya lembaga sekolah,
lingkungan keluarga dipercaya menjadi pondasi yang kuat bagi pendidikan anak. Hal ini
cukup beralasan, anak lahir dan dibesarkan di lingkungan keluarga. Keadaan ini menjadi saat
yang tepat untuk menenamkan nilai-nilai karakter, budi pekerti dan tingkah laku yang baik
bagi orang tua.
Kedua orang tua atau orang dewasa lainnya di rumah tangga akan menjadi pendidik
pertama. Masalahnya adalah, apakah kedua orang tua dapat memainkan peranannya sebagai
pendidik pertama yang patut diteladani.
Selain itu, waktu anak lebih banyak di lingkungan keluarga jika dibanding dengan
lingkungan lainnya. Oleh sebab itu pendidikan di lingkungan keluarga berperan sangat
strategis dalam pembentukan karakter dan budi pekerti mulia.
Pendidikan di lingkungan keluarga akan mengikuti pola-pola tertentu. Namun demikian
pola pendidikan masing-masing keluarga dipengaruhi oleh hal berikut ini:

1.Karakter orang tua


Pola pendidikan di lingkungan keluarga dipengaruhi oleh karakter orang tua. Karakter ini
meliputi nilai-nilai filosofis dan budaya yang dianut oleh orang tua. Nilai-nilai ini
berpengaruh besar terhadap corak dan warna pendidikan anak di rumah tangga.

2.Pendidikan orang tua


Pendidikan orang tua akan menentukan sejauh mana keterlibatan orang tua dalam mendidik
anak di rumah tangga. Jika pendidikan orang tua belum memadai maka tanggung jawab
pendidikan anak lebih diserahkan pada lembaga sekolah.
Namun sebaliknya, orang tua yang mendapat pendidikan yang cukup memadai lebih
banyak keterlibatannya dalam pendidikan anak di rumah tangga. Lebih memungkinkan untuk
mendampingi anak belajar di rumah sehingga berpeluang untuk memacu prestasi belajar
anak di sekolah.

3.Pemenuhan kebutuhan jasmani dan rohani


Kepedulian orang tua terhadap pemenuhan kebutuhan anak meliputi makanan dan minuman
yang halal, sehat dan bergizi. Dengan memenuhi kebutuhan anak sesuai dengan tuntunan

13
agama akan membuat anak menjadi sehat jasmani, berpikir cerdas dan berkepribadian yang
baik.
Tiga faktor ini akan ikut mewarnai bagaiamana pertumbuhan dan perkembangan anak
selanjutnya. Pola pendidikan di lingkungan keluarga yang kondusif akan menjadikan anak
tumbuh dan berkembang dengan baik. Maka tugas lembaga lain selain keluarga tidak
menjadi lebih berat mengurus anak tersebut.
Lingkungan keluarga perlu menumbuhkembangkan budaya-budaya baik dalam keluarga
dalam pembentukan karakter anak. Misalnya,

1.Budaya ibadah
Budaya beribadah di rumah tangga menunjukkan adanya kesadaran akan pendidikan
rohaniah dan mental spiritual. Pendidikan ini akan membentuk nilai keimanan dan ketaqwaan
pada anak. Budaya ini tidak dapat diterapkan melalui doktrin belaka, melainkan melalui
contoh dan keteladanan orang tua.
Ketika orang tua berharap anaknya taat beribadah maka orang tua perlu melakukannya
terlebih dulu sehingga anak dengan mudah mencontoh kebiasaan orang tua da;lam beribadah.

2.Budaya membaca dan menulis


Budaya membaca di rumah tangga akan menumbuhkan kebiasaan anggota keluarga untuk
selalu mencari dan menggali ilmu pengetahuan yang bermanfaat. Dan tentunya menjadi
komplit bila diikuti dengan budaya menulis. Menulis adalah kegiatan berkomunikasi dengan
orang lain melalui bahasa tulisan. Gagasan dan ide anak akan dapat dicurahkan melalui
bahasa tulis.

3.Budaya hemat
Berhemat dalam keluarga bukan berarti melatih sikap pelit dan kikir. Konsep hemat dalam
lingkungan keluarga adalah memnggunakan segala sesuatunya sesuai kebutuhan. Jika
melewati kebutuhan berarti tindakan mubazir dan sia-sia. Ini dapat dibudayakan melalui
kebiasaan-kebiasaan anggota keluarga sehari-hari.
4.Budaya disiplin

14
Budaya disiplin dalam lingkungan keluarga terutama sekali masalah disiplin waktu. Namun
dalam hal ini juga menyangkut penggunaan waktu sebaik mungkin sehingga tidak terbuang
sia-sia. Pembiasaan diri anggota keluarga terlihat dari bagaimana anggota keluarga
menyusun skedul kegiatan harian. Sekedul harian di rumah untuk orang tua berbeda dengan
anak. Anak lebih terfokus pada kegiatan belajar, bermain, melakukan ibadah dan lain
sebagainya.

5.Budaya komunikasi
Tempat curhat yang paling baik adalah bersama orang tua. Tentu tidak semua hal yang dapat
dibicarakan dengan kedua orang tua. Namun paling tidak kedua orang tua menyediakan
waktu dan membuka diri untuk menerima cerita, keluh-kesah, serta hal lain yang mungkin
diceritakan anak.
Komunikasi antara orang tua dan anak sangat penting ditumbuhkembangkan.
Membangun komunikasi yang baik dapat dilakukan pada waktu-waktu tertentu. Misalnya,
ketika makan malam bersama, berkunjung ke tempat hiburan atau ke kafe pada waktu
liburan.
Bagi yang berjauhan antara orang tua dan anak, komunikasi lewat fasilitas mobile sangat
berarti banyak dalam membangun budaya komunikasi. Boleh juga melalui media sosial yang
ada seperti facebook, twitter, dan lain sebagainya

E. Kesukaran Dalam Pendidikan

Pekerjaan mendidik bukanlah pekerjaan yang mudah. Hasil dari pekerjaan


mendidik tidak hanya ditentukan oleh kehendak si pendidik sendiri, tetapi jga ditentukan
oeh banyak factor lain. Di dalam pendidikan, factor-faktor lingkungan dapat
mempengaruhi dan bahkan turut pula mempengaruhi pertumbuhan anak didik demikian
pula anak itu sendiri tidak dapat diabaikan. Di dalam pendidikan terdapat bermacam-
macam kesukaran yang disebabkan oleh keadaan atau pembawaan anak itu sendiri
maupun oleh lingkungan dan atau oleh si pendidik sendiri.
Adapun beberapa kesukaran yang dimaksud adalah sebagai berikut :

15
1. Keras hati dan keras kepala
Apakah yang dimaksud dengan keras hati dan keras kepala itu ?
Keras hati dan keras kepala adalah suatu sifat anak-anak yang sering sangat
menyulitkan para orang tua atau pendidik-pendidik lain Kedua sifat itu ada persamaan
dan perbedaannya.
Anak yang keras hati berbuat menurut nafsu dan kemauannya sendiri,
bertentangan dengan tindakan orang lain. Ia mengemukakan kemauannya terhadap
kemauan si pendidik. Ia berpegangan teguh pada tujuannya sendiri, dan tidak ingin
melepaskannya untuk tujuan lain.
Anak yang keras kepala tidak mau juga mengerjakan apa yang disuruhkan
kepadanya, tetapi ia tidak memiliki alasan yang betujuan. Yang ada hanyalah sifat yang
pasif, yaitu menolak kemauan orang lain. Umumnya sifat keras hati lebih banyak terdapat
pada anak-anak dalam lingkungan keluarga, dan jarang terdapat di sekolah terhadap
gurunya. Akan tetapi, di dalam pergaulan diantara anak-anak sesamanya sifat ini banyak
terdapat.
a. Keras Hati
1) Apakah yang dapat menimbulkan keras hati pada anak? Adapun sebab-
sebabnya antara lain adalah :
a) Karena pembawaan anak
Dalam kehidupan sehari-hari sering kita dapati anak yang sedari kecilnya telah
menunjukkan sifat keras hati, anak yang demikian kelihatannya nakal dan bandel; segala
yang dilarang sama sekali tidak diacuhkannya; dan jika tidak dituruti atau dilarang apa
yang menjadi kehendaknya, lekas sekali timbul marahnya yang meluap-luap.
Tentu saja dalam hali ini perlu sekali, pendidik yang tepat yang sesuai dengan tabiat
anak. Pendidik hendaklah dapat bertindak bijaksana; janganlah memerintah dan melarang
jika tidak benar-benar perlu.

b) Karena keadaan badan yang terganggu


Tiap-tiap anak, dan barangkali juga tiap-tiap manusia, mempunyai hasrat berbuat
sebaliknya dari yang diminta orang lain kepadanya. Hasrat yang demikian ini (keras hati)
akan lebih besar jika ia sedang tidak sehat badannya, atau kalau ia kurang tidur

16
umpamanya, atau baru sembuh dari sakit. Demikian pula, anak yang penggugup dan
mudah kena perangsang, sifat itu tampak lebih besar lagi.
c) Karena perkembangan rohani anak
Ditinjau dari sudut perkembangan anak, sifat keras hati dan juga keras kepala itu dapat
kita pandang sebagai suatu hal yang sewajarnya.
Kebanyakan ahli ilmu jiwa berpendapat bahwa timbulnya trotz-periode pertama atau
masa menentang itu disebabkan anak itu mulai menyadari bahwa dirinya mempunyai
kemauan; kemauan anak mulai berkembang. Ia ingin selalu mencoba kemauannya itu,
yang biasanya berlawanan dengan kemauan orang dewasa. Dalam hal ini pendidik harus
bersikap sabar dan bijaksana. Disamping itu, kita harus memimpin anak itu ke arah jalan
yang benar, yang bukan menurutkan hawa nafsunya saja. Dengan kata lain, hendaklah
kemauan yang sedang tumbuh pada anak itu kita pupuk, kita pimpin, dan kita arahkan ke
jalan yang semestinya
d) Karena kesalahan-kesalahan dalam pendidikan
Kesalahan yang terdapat dalam pendidikan orang tua terhadap anak-anaknya antara lain
ialah memanjakan, pendidikan yang tidak konsekuen, yang setiap waktu berubah-ubah.
Kadang-kadang pada suatu saat keras, tetapi pada saat yang lain ia bersikap terlalu lemah
dan terlalu manis. Pendidikan yang tidak tegas dan tidak konsekuan akan mengakibatkan
kebimbangan pada anak-anak didiknya.
2) Bagaimana usaha pendidik untuk mengatasi keras hati ini ?

1. Mempermudah anak-anak berlaku patuh dengan jalan membiasakan anak-anak hidup


secara teratur dan tertib.
2. Perintah dan larangan hendaklah diberikan dengan lemah lembut dan dapat
membesarkan hati mereka jangan sekali-kali dengan keras dan kasar.
3. Hendaklah pendidik senantiasa ingat akan keadaan jasmani atau rohani anak pada
waktu itu.
4. Janganlah memanjakan anak. Bertindaklah dengan tegas yang konsekuen agar anak-
anak tahu apa yang menjadi pegangannya.

17
5. Dalam menghadapi anak yang keras hati itu kita harus bersikap tenang dan tegas,
jangan kehilangan ketenangan atau tergoyang kseimbangan batin kita; jadi kita harus
tetap sabar.
6. Pada anak-anak kecil kadang-kadang berhasil juga dengan membelokkan perhatiannya
ke arah yang lain
7. Sering dengna usaha”tidak begitu mengacuhkan” dapat berhasil juga. Dan
bagaimanapun juga, makin sedikit orang lain yang tahu sifat anak itu, makin baik.
8. Dengan memberikan hukuman kepada anak yang demikian itu, umumnya tidak
berhasil. Bagi anak-anak yang sudah agak besar dapat juga dengan memberikan
sedikit kata-kata nasehat yang singkat.

b. Keras Kepala
Bilamana dan apa saja yang yang dapat menimbulkan keras kepala itu ?

1. Karena terlalu dimanjakan. Anak yang dimanja umumnya selalu dituruti apa yang
menjadi kehendaknya. Akibatnya anak itu mengalaami kesulitan dan kesukaran dalam
permainan maupun dalam pekerjannya sehari-hari.
2. Dapat juga keras kepala itu disebabkan karena iri hati terhadap adiknya yang baru
lahir. Ia merasa kasih sayang orang tuanya yang tadinya dicurahkan kepadanya
beralih kepada adiknya.Banyak kehendaknya yang tidak dapat dilayani oleh ibunya. Ia
merasa kesal, sering membantah atau tidak menuruti perintah orang tuanya.
3. Keras kepala yang disebabkan karena pendidik itu sendiri. Umpamanya karena anak
itu banyak dicela atau ditertawakan,diejek ataupun dihina. Karena itu orang tua/guru
hendaknya jangan mencela atau menertawakan anak.
4. Tindakan yang keras dan kasar atau tidak menaruh kasih sayang, dapat pula
menimbulkan keras kepala.
5. Perasaan takut dan perasaan harga diri-kurang misalnya, anak yang takut mendapat
nilai buruk atau takut ditertawakan tidak mau melakukan perintah gurunya.
6. Ada kalanya keras kepala itu timbul bila anak tidak dapat memecahkan soal yang
sulit-sulit dalam pelajaran di sekolah atau dalam permainannya.
7. Akhirnya, ada pula keras kepala yang semu (pura-pura) saja, bukan keras kepala
yang sebenarnya

18
Usaha yang terutama dari pendidik ialah megetahui sebab-sebabnya dengan teliti
agar selanjutnya dapat bertindak dengan tepat dan bijaksana, umpamanya ;

1. Jangan terlalu memanjakan anak atau terlalu banyak memberikan pertolongan.


Didiklah anak-anak ke arah dapat berdiri sendiri dengan kemampuan sendiri
2. Kalau keras kepala itu karena putus asa, gembirakan hati anak itu, jangan dicela atau
dihina, tetapi berikanlah kepaercayaan terhadap dirinya, besarkanlah hatinya.
3. Pendidik hendaknya ingat tabiat anak-anak dan keadannya pada waktu itu, lahir
maupun batinnya.
4. Janganlah memberi tugas atua pekerjaan yang terlalu sukar sehingga tidak dapt
terpecahkan oleh anak.
5. Pada anak yang masih kecil, usaha kita dapat pula berhasil dengan membelokkan
perhatian itu ke arah lain, apalagi kalau tanda-tanda keras kepala itu baru mulai
nampak.

3. Anak yang Manja


Kita dapat memanjakan anak dengan bermacam-macam cara :

 Meliputi si anak dengan seribu satu macam pemeliharaan dan menyingkirkan segala
kesulitan baginya
 Memenuhi segala kebutuhan si anak. Apa saja yang menjadi kehendak dan keinginan
si anak - biarpun akan merugikan atau menganggu kesehetan dan perttumbuhannnya –
dituruti saja
 Membiarkan dan membolehkan si anak berbuat skehendak hatinya;jadi tidak
membiasakan dia akan ketertiban, kepatuhan, peraturan, dan kebiasaan-kebiasaan baik
lainnya

Umumnya kita sependapat bahwa kebanyakan anak yang diancam bahaya ‘dimanjakan”
ialah :

1. anak tunggal
2. anak sulung adiknya belum lahir
3. anak bungsu

19
4. anak yang termanis atu terpandai di antara saudara – saudaranya
5. anak yang sering sakit
6. anak yang cacat
7. sorang anak laki-laki yang saudaranya perempuan semua
8. seorang anak perempuan yang saudara-saudaranya laki-laki semuanya
9. anak yang diasuh oleh neneknya
10. anak angkat

Hal-hal yang menyebabkan pemanjaan itu antara lain adalah :

1. Karena ketakutan yang berlebih-lebihan akan bahaya yang mungkin mengancam si


anak.
2. Keinginan yang tidak disadari untuk selalu menolong dan memudahkan kehidupan si
anak.
3. Karena orang tua sendiri takut akan kesukaran, segan bersusah-susah,ingin mudah dan
enaknya saja.
4. Karena kebodohan orang tua, dalam hal ini dalam pola pengasuhan anak.

Akibat-akibat buruk memanjakan anak ;

 Anak akan mempunyai sifat mementingkan dirinya sendiri.


 Kurang mempunyai rasa tanggung jawab
 Memanjakan juga dapat mengakibatkan anak menjadi mempunyai perssaan harga diri
kurang.
 Di sekolah, anak yang manja itu selalu berusaha menarik perhatian guru atau teman-
temannya.
 Karena tidak ada kemauan dan inisiatif; di sekolah anak yang manja itu biasanya
bersifat pemalas.

Petunjuk-petunjuk singkat yang dapat membantu kita dalam mendidik anak-anak:

20
1. Jangan mengindahkan anak yang manja itu lebih daripada anak-anak yang lain.
Pendidik harus berusaha agar anak yang manja menginsafi bahwa ia tidak berbeda
dengan anak-anak yang lain.
2. Didiklah mereka itu ke arah percaya kepada kemampuan diri sendiri. Dalam hal ini
pendidik jangan memberi pertolongan kepadanya, jika tidak benar perlu.
3. Besarkan hatinya terhadap hasil-hasil usahanya yang telah dikerjakannya sendiri.
4. Kembangkan perasaan social anak itu. Biasakan ia bekerja sama, bantu – membantu
dengan temannya.
5. Yang terpenting pula ialah memnginsafkan orang tua bahwa perbuatan mereka
memanjakan anak itu adalah keliru dan seharusnya diubah.

4. Perasaan Takut pada Anak


Perasaan takut adalah sejenis naluri (insting). Perasaan takut terdapat pada semua
orang ; baik rang tua maupun uda, dewasa maupn anak-anak, kaya ataupun miskin,
semua mempunyai perasaan takut itu.kebanyakan perasaan atkut yang ada pada anak-
anak dan oran dewasa disebabkan karena pengaruh lingkungan.
Adapun yang dapat menimbulkan rasa takut pada anak-anak antara lain adalah ;

1. Sesuatu yang aneh-aneh, yang selama ini belum pernah dikenalnya, misalnya suara
kucing atau tikus di atas loteng rumahnya dan sebaginya.
2. Sesuatu yang telah dikenalnya, bercampur dengna hal yang amsih asing sekali dan
tidak masuk akal mereka.
3. Jika mereka terpisah dari orang yang mereka sayangi atau yang dikenalnya. Anak
menangis jika ditinggalkan sendirian dirumahnya.
4. Karena ditimbulkan karena pengaruh orang dewasa atau anak-anak yang sudah agak
besar.
5. Kesulitan-kesulitan yang dialami anak itu dalam kehidupan sehari-hari.

Secara ringkas, sebab-sebab terutama yang dapat menimbulkan perasaan takut pada anak-
anak dapat kita katakana sebagai berikut ;

 Tidak tahu apa yang sbenarnya terjadi disekitarnya

21
 Kesukaran-kesukaran dalam kehidupan, yang menghilangkan kepercayaan terhadap
diri sndiri
 Berpisah dengan orang yang dicintai dan dikenal
 Pengaruh-pengaruh salah dari orang lain yang dilakukan dngna sadar atau tidak sadar.

Bagaimana cara mengatai rasa takut pada anak-anak?

1. Kenalkan anak-anak itu kepada hal - hal yang ditakutinya. Bila anak takut pada
sesuatu yang tidak dikenalnya, obatnya ialah mengajar anak itu mengenal
liingkungannya lebih baik
2. Bangkitkan kepercayaan keada diri sendiri pada anak itu
3. Usahakan agar hubungan pendidik (guru) dan anak didik selalu erat
4. Pendidik hendaklah bersikap tenang, jangan gugup jika menghadapi sesuatu hal yang
membehayakan atau menakutkan

5. Dusta anak
Dalam perkembangan anak sejak keci, kita perhatan bahwa sebenarnya mula-mula
anak itu tidak tahu dan tidak pernah berdust. Anak-anak yang berusia 3-4 tahun selalu
mengatakan apa saja yang diengar dan dilihatnya dengna sesungguhnya. Ia mengatakan
itu apa adanya. Akan tetapi, disbabkan karena pengaruh-pengaruh lingkungan dan kaerna
kesalahan-kesalahan dalam pendidkan keluarga, banyak anak yang udah berbuat dusta.
Macam-macam Dusta pada Anak
1. Dusta Semu
Dikatakan dusta semu karena mereka belum mengetahui benar tentang buruk dan
baik dalam arti susila. Lagipula mereka tidak mempunyai tujuan menipu atau berdusta
pada orang lain. Suatu perbuatan dapat dikatakakn dusta yang sebenarnya jika yang
melakukan itu :
(1) menginsyafi benar bahwa ia berdusta
(2) mempunyai tujuan untuk menipu orang lain
(3) dengan dustanya itu ia mengharapkan mencapai suatu maksud.
Yang menyebabkan anak kecil itu melakukan dusta semu antara lain :

22
1. Pengamatannya yang belum sempurna : Orang tua atau guru janganlah cepat-cepat
mempercayai atau menganggap benar seluruh keterangan yang diajukan oleh anak-
anak dalam usia semuda itu, apalagi jika keterangna itu bersifat pengaduan mengenai
dirinya.Karena daya ingatan anak belum sempurna.
2. Karena daya ingatan anak belum sempurna
3. Karena fantasinya yang sangat kuat

Sikap orang tua/guru terhadap duta semu anak ;

 Tunjukkan kepada anak itu bahwa ia khilaf atau ia hanya berangan-angan saja
 Bagi guru pnting sekali memimpin anak agar dalam pelajaran mereka dibiasakan
mengamati sendiri dengan seksama, teratur dan objektif
 Pendidik (terutama orang tua) tidak boleh mengatakan ,”Aah…bohong kamu! Saya
tidak percaya kepadamu!” kepada anak-anak yang dusta semu, sebab dengan kata-kata
tersebut anak-anak akan menjadi kurang kepercayaan terhadap pendidiknya.

2) Dusta sebenarnya
Macam-macam dusta yang sering terdapat pada anak-anak dan sebab-sebabnya.
(1) Dusta karena takut
Kebanyakan dusta pada anak-anak adalah dusta karena takut.Anak takut dimarahi oleh
ayahnya atau gurunya, maka ia berdusta
(2) Dusta social atau dusta altruistis
Dusta semacam ini dilakukan oleh anak untuk melindungi orang lain. Seorang anak
melakukan dusta tetrhadap gurunya dengan maksud supaya dengan dusta itu temannya
akan terhindar dari hukuman.
(3) Dusta untuk kepentingan diri sndiri dan dusta egoistis
Dusta macam ini hendaknya mendapat perhatian yang besar dari para pendididk dalam
memberantasnya. Peberian hukuman kepada si pendusta merupakan hal yang sewajarnya
pula. Termasuk dusta macam ini terdapat pula dusta karena iri hati atau dengki kepada
orang lain.
(4) Dusta kompensasi

23
Dusta kompensasi adalah dusta yang dilakukan anak disebabkan perasaan kurang harga
diri. Anak-anak yang menderita perasan kurang harga diri sering menganggap bahwa
orang-orang yang disekitarnya memandang rendah terhadap mereka.
Petunjuk-petunjuk umum yanng dapat diberikan dalam memberantas dusta antara lain :

1. Si pendidik harus memberi contoh yang baik bagi anak-anak didiknya.


2. Antara pendidik dan anak didiknya hendaklah ada suasana saling mempercayai.
3. Sehubungan dengan hal (2) diatas, pendidik tidak boleh bertindak terlalu keras
terhadap anak didiknya
4. Si pendidik hendaklah selalu berikhtiar untuk menambah dan memperkokoh
keberanian anak dalam menghadapi rintangan-rintangan dan kesulitan dalam
kehidupannya.
5. Pendidik hendaklah berusaha menginsafkan anak-anak bahwa dusta itu ialah
perbuatan yang tidak bai, tidak susila dan dilarang oleh agama dan masyarakat.

6. Agresi dan Frustasi


a. Agresi
Agresi (agression) berarti penyerangan,serangan; yakni suatu keinginan menyerang
orang lain yang menghalangi tercapainya suatu tujuan. Atau lebih jelas lagi agresi adalah
segala perbuatan yang dimaksudkan sebagai serangan terhadap orang lain dan juga
bersifat permusuhan.
Agresi disebabkan oleh hal yang bersifat rohaniah. Dalam batin kita tersembunyi
kekuatan-kekuatan yang mendorong kita ke arah yang tertentu, sedangkan kita sendiri
tidak sadar akan kekuatan-kekuatan itu. Bila hasrat batin itu demikian kuat, tetapi
terhalang oleh keadaan dan dunia luar, maka timbullah reaksi menyerang terhadap
penghalang itu, timbullah agresi Jadi, agresi itu terutama terjadi bila seseorang dalam
mencapai tujuannya, dihalang-halangi oleh orang lain.
Sebab-sebab lain dapat juga disebabkan karena iri hati, kebebasannya sangat
dibatasi, perintah dari seeorang yang menjengkelkan, tersinggung perasaan dan
kehormatannya, dihina orang lain dan sebagainya.

b. Frustasi

24
Menurut aliran ilmu jiwa modern dikatakan bahwa di dalam diri manusia itu
terdapat dorongan-dorongan batin yang mempengaruhi tingkah laku dan kehidupan
manusia.
Jika hasrat dalam batin kita tak dapat diberi kepuasan, tidak dapat terpenuhi karena
suatu rintangan, dan kita merasa sangat kecewa karenanya, maka hal itu kita
namakan frustasi. Jadi, frustasi sebenarnya ialah keadaan batin seseorang,
ketidakseimbangan dalam jiwa, suatu perasaan ttidak puas karena hasrat atau dorongan
yang tidak dapat terpenuhi.
Demikianlah, kita dapat mengatakan bahwa agresi itu timbul karena adanya
frustasi. Tetapi tidak semua frustasi akan menimbulkan agresi pada seseorang.
Woodworth dalam bukunya phychology mengemukakan bahwa rintangan-
rintangan yang dapat menimbulkan frustasi itu dapat dibagi menjadi empat golongan
besar.

1. Rintangan-rintangan yang bukan manusia


2. Rintangan-rintanagn yang disebabkan orang lain :Frustasi yang disebabkan oleh
seseorang umumnya lebih menganggu atau lebih terasa daripada yang disebabkan oleh
sesuatu yang bukan manusia
3. Pertentangan antara mtif-motif positif yang terdapat dalam diri orang itu

25
BAB III

KELEBIHAN DAN KELEMAHAN BUKU

A. Kelebihan Buku

Buku ini sangat baik dijadikan panduan untuk pengajaran. Terutama bagi para
calon guru. Hal ini dikarenakan, materi yang disampaikan pada buku ini sangat
memadai dan lengkap serta mudah dipahami. Penggunaan bahasa atau kata – kata
yang umum sehingga tidak terlalu sulit untuk menelaah bahasanya.

B. Kelemahan Buku

Tidak adanya penelitian mutakhir yang mendukung buku ini ataupun teori
teori yang dikemukakan dalam buku ini membuat ataupun menimbulkan sedikit
keraguan pada si pembaca.

Kualitas kertas buku tersebut juga yang sangat minim, sehingga tidak
menimbulkan kesan pembaca maupun kenyamanan pembaca.

26
BAB IV

PENUTUP

C. Kesimpulan
1. Perubahan merupakan suatu keharusan atau kenyataan yang tidak dapat kita tolak,
sehingga pelajar-pelajar harus kita didik untuk menguasainya dan bukan
sebaliknya, mereka menjadi dikuasai oleh perubahan.
2. Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003
dijelaskan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, masyarakat, bangsa, dan negara.
3. Selanjutnya dalam UU sidiknas Tahun 2003 BAB II Pasal 3 dijelaskan tujuan
pendidikan sebagai berikut : Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,
dan menjadi warga negara yang demokrasi serta bertanggung jawab.
4. Pendidikan berlangsung dikeluarga, dirumah, disekolah, dan dimasyarakat.
Pendidikan harus berlangsung dengan keteladanan dan komunikasi. Orang tua
adalah pendidik dikeluarga (dirumah); Guru dan tenaga kependidikan lainnya
adalah pendidik disekolah; Tokoh atau pemuka masyarakat, alim ulama, pejabat
dsb. adalah teladan bagi peserta didik. Karena itu, masing-masing individu atau
manusia dewasa adalah pendidik dan contoh bagi individu lainnya terutama bagi
peserta didik yang mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan.

D. Saran
1. Pendidikan seharusnya lebih diperhatikan dan difasilitasi memadai dalam
penyelenggaraannya sehingga menghasilkan sumber daya manusia yang
berkualitas.

27
DAFTAR PUSTAKA

Purwanto M. Narlim. (1985) ILMU PENDIDIKAN TEORITIS DAN PRAKTIS ;


RemajaRosadakarya : JAKARTA

28
29

Anda mungkin juga menyukai