Anda di halaman 1dari 61

CRITICAL BOOK REVIEW

PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK


(Drs. Kuntjojo,M.Pd.)
Mata kuliah: Perkembangan Peserta Didik
Dosen Pengampu :

OLEH:

Nama : SAIDIN NAFRI

NIM : 7193341041

Kelas : Pend. Ekonomi A

Jurusan : Pend.Ekonomi

Fakultas : FE

Universitas Negeri Medan


TP.2019
Kata Pengantar

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa karena
berkat rahmat dan kasih karunia-Nya saya dapat menyelesaikan tugas
critical book mengenai “Perkembangan Peserta Didik” ini. Dalam tugas
critical book ini saya memaparkan mengenai penjelasan Psikologi
Perkembangan, Pertumbuhan dan perkembangan, Periodisasi
perkembangan dan fase fase perkembangan juga kelebihan dan
kekurangan buku perkembangan peserta didik serta hal-hal yang berkaitan
dengan perkembangan peserta didik.

Saya menyadari bahwa buku ini masih ada kekurangan nya oleh sebab itu
saya minta maaf dan harap memaklumi apabila terdapat penjelasan dan
dan hal-hal yang masih belum sempurna. Akhir kata saya ucapkan
terimakasih dan semoga tugas ini dapat bermanfaat bagi pembaca nya.

Medan, Nopember 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

Kata pengantar...........................................................................................ii
Dafatar isi...................................................................................................ii
1.1. Halaman Cover Buku
A. Identitas Buku……………………………………………………………....
Bab I. PENDAHULUAN
2.2. Latar Belakang…………………………………………………………….
2.3. Tujuan Critical Buku…………………………………………………..
2.4. Manfaat…………………………………………………………………
Bab II Isi Buku
2.5 Ringkasan Buku 1 dan 2………………………………………………………………..
Bab III.Pembahasan Umum
3.1 Perbedaan .........................................................................................5
3.2 Keunggulan.....................................................................5
3.3 Kelemahan............................................................................................6
Bab IV.Penutup
4.1 Kesimpulan..........................................................................................10
4.2 Saran..................................................................................................10
Daftar pustaka............................................................................................11
1.1. Halaman Cover Buku

A. Identitas buku

1. Buku 1
Judul Buku : Perkembangan Peserta Didik
Nama Pengarang : Dra. Rahmulyani, M.Pd., Kons
Penerbit/Tahun Terbit/Jlh Hlm : UNIMED PRESS/2015/191
Nama Mahasiswa : SAIDIN NAFRI
Nim Mahasiswa : 7193341041

2. Buku 2

Judul Buku : Perkembangan Peserta Didik


Nama Pengarang : Drs. Kuntjojo, M.Pd.
Penerbit/Tahun Terbit/Jlh Hlm : Universitas Nusantara PGRI KEDIRI

Bab 1 Pendahuluan

2.2 Latar Belakang

Dalam Critical Book Report ini , mahasiswa dituntut untuk lebih banyak membaca


agar menambah pengetahuan di dalam mata kuliah Perkembangan Peserta Didik.
Dan dapat mampu mengkritisi buku serta mengambil kesimpulan isi buku dan
kelemahan serta keunggulan isi buku. Dan dalam Critical Book Report ini saya
melakukan kajian tentang “Tugas Perkembangan Remaja Berkenaan Dengan
Kehidupan Berkeluarga” dari buku:

·    Buku I : Perkembangan Peserta Didik penulis Dra.Rahmulyani, M. Pd, Kons

·    Buku II: Perkembangan Peserta Didik penulis  Drs. Kuntjojo M. Pd


Masa remaja merupakan transisi dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa,
masa setengah bayi dan masa tua. Dimana pada masa ini remaja memiliki
kematangan emosi, sosial, fisik dan psikis. Remaja juga merupakan tahapan
perkembangan yang harus dilewati dengan berbagai kesulitan. Dalam tugas
perkembangannya, remaja akan melewati beberapa fase dengan berbagai tingkat
kesulitan permasalahannya sehingga dengan mengetahui tugas-tugas
perkembangan remaja dapat mencegah konflik yang ditimbulkan oleh remaja
dalam keseharian yang sangat menyulitkan masyarakat, agar tidak salah persepsi
dalam menangani permasalahan tersebut. Pada masa ini juga kondisi psikis
remaja sangat labil. Karena masa ini merupakan fase pencarian jati diri. Biasanya
mereka selalu ingin tahu dan mencoba sesuatu yang baru Diketahuinya. Remaja
dituntut untuk menentukan untuk membedakan yang terbaik dan yang buruk
dalam kehidupannya. Sebelum menentukan hal yang berpengaruh dalam
pembentukan kepribadian hendaknya kita pelajari dahulu tugas perkembangan
remaja dalam kehidupannya. Oleh karena itu, kami mencoba membahas
mengenai tugas perkembangan remaja baik yang berkenaan dengan kehidupan
kehidupan keluarga.

2.3 Tujuan

Tujuan penulisan Critical Book Report ini adalah:

1. Untuk melatih mahasiswa berpikir kritis dalam mencari informasi yang


disajikan oleh buku.
2. Untuk mengajarkan mahasiswa  mengulas atau menelaah isi buku.
3. Untuk melatih mahasiswa agar mampu membandingkan buku yang satu
dengan buku yang lainnya termasuk di dalamnya kelebihan dan kelemahan
isi buku.
4. Untuk mengetahui tugas perkembangan remaja berkenaan dengan
kehidupan berkeluarga.

2.4 Manfaat

1. Agar mahasiswa mengetahui dan memahami isi buku.


2. Agar mahasiswa secara tidak langsung menguasai materi yang dibahas
dalam buku
3. Menumbuhkan kekreatifan berpikirdan menelaah sebuah buku
4. Agar mahasiswa mengetahui keunggulan dan kelemahan sebuah buku
5. Agar mahasiswa mampu memiliki kekreatifan dalam mengembangkan ide
dari setiap pembahasan buku.
6. Dapat memahami tugas perkembangan remaja berkenaan dengan
kehidupan berkeluarga.

Bab II ISI BUKU

1. Ringkasan Buku
A. Identitas buku

1. Buku 1
Judul Buku : Perkembangan Peserta Didik
Nama Pengarang : Dra. Rahmulyani, M.Pd., Kons
Penerbit/Tahun Terbit/Jlh Hlm : UNIMED PRESS/2015/191
ISBN                 : 978-602-798-39-7
Ukuran               : 18 x 25 cm
Bahasa Teks       : Bahasa Indonesia

II.     DESKRIPSI BUKU

   Materi yang diberikan pada buku Perkembangan peserta Didik  ini disajikan
untuk mencapai kompetensi dalam mata kuliah Perkembangan Pesera
Didik.Dalam buku Perkembangan Peserta Didik ini terdiri dari 9 bab yang masing-
masing bab membahas tentang hal yang berbeda-beda. Masing-masing judul bab
dalam buku ini, yakni:

Bab I                  : Hakekat Perkembangan

Bab II                : Teori Perkembagan

Bab III               : Perkembagan Remaja

Bab IV               : Tugas-Tugas Perkembangan Remaja

Bab V                : Kebutuan Dan Perbedaan Kebutuhan Remaja


Bab VI               : Perkembangan Konsep Diri

Bab VII             : Penyesuaian Diri dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya

Bab VIII             : Permasalahan Yang Timbul Pada Masa Remaja Usia Sekolah   Menengah
Bab IX               : Implikasi Perkembangan Anak Usia Sekolah Menengah Terhadap

Penyelenggaraan Pendidikan

Pada kajian ini, saya memfokuskan pada 1 materi pemaparan saja, khususnya
mengenai “Tugas Perkembangan Remaja Berkenaan Dengan Kehidupan
Berkeluarga” yang terdapat di dalam bab IV.

2.1 BAB I HAKIKAT PERKEMBANGAN


A. Pengertian Perkembangan
Perkembangan dapat diartikan sebagai proses perubahan kuantitatif dan kualitatif
individu dalam rentang kehidupannya, mulai dari masa konsepsi, masa bayi, masa kanak-kanak,
masa anak, masa remaja, sampai masa dewasa.
Perkembangan dapat diartikan juga sebagai “Suatu proses perubahan dalam diri individu
atau organisme, baik fisik (jasmaniah) maupun psikis (rohaniah) menuju tingkat kedewasaan
atau kematangan yang berlangsung secara sistematis, progresif, dan berkesinambungan".
Ciri-ciri Perkembangan
1. Terjadinya perubahan ukuran dalam (a) aspek fisik: perubahan tinggi dan berat badan,
dan (b) aspek psikis: semakin bertambahnya perbendaharaan kata dan matangnya
kemampuan berpikir.
2. Terjadinya perubahan proporsi dalam (a) aspek fisik: proporsi tubuh anak berubah sesuai
dengan faseperkembangannya, dan (b) aspek psikis: perubahan imajinasi dari yang
fantasi ke realitas.
3. Lenyapnya tanda-tanda lama dalam (a) aspek fisik: lenyapnya kelenjar thymus pada
bagian dada, rambut halus, dan gigi susu; dan (b) aspek psikis: lenyapnya masa
mengoceh.
4. Munculnya tanda-tanda “baru dalam (a) aspek fisik: tumbuh dan pergantian gigi dan
matangnya organ-organ seksual pada usia remaja, dan (b) aspek psikis: berkembangnya
rasa ingin tahu.
B. Prinsip-prinsip Perkembangan
1. Perkembangan Merupakan Proses yang Tidak Pernah Berhenti (Never Ending Process)
2. Semua Aspek Perkembangan Saling Memengaruhi
3. Perkembangan Mengikuti Pola atau Arah Tertentu
4. Perkembangan Terjadi Pada Tempo yang Berlainan
5. Setiap Fase Perkembangan Mempunyai Ciri Khas
6. Setiap Individu yang Normal Akan Mengalami Tahapan atau Fase Perkembangan

2.2. BAB II TEORI PERKEMBANGAN


A.    Pengertian Teori Perkembangan

Berhubungan beberapa aspek di dalamnya diberikan penonjolan tertentu, maka


timbulah berbagai pandangan (teori) mengenai psikologi perkembangan. Suatu
teori akan memperoleh arti yang penting bila ia lebih banyak dapat melukiskan,
menerangkan, dan meramalkan gejala yang ada. Teori adalah pernyataan-
pernyataan tentang sebuah konsep yang tersusun secara integratif yang berfungsi
sebagai acuan saat harus menyebutkan/mendeskripsikan, membuat prediksi, dan
menejelaskan sebuah fenomena atau perilaku yang muncul. Berdasarkan data ini
dapat ditarik kesimpulan bahwa suatu teori adalah sutu konsepsualisasi yang
umum. Suatu terori harus dapat diuji kebenarannya. Bila tidak dia bukan suatu
teori.

a.      Teori Psikoanalisis Freud

Teori ini berfokus pada masalah alam bawah sadar, sebagai salah satu aspek
kepribadian. Freud  meyakini bahwa kepribadian manusia memiliki tiga struktur
penting, yaitu id, ego, dan superego.

1)      Id, merupakan struktur kepribadian yang asli, yang berisi segala sesuatu


yang secara psikologis telah ada sejak lahir. Id merupakan reservior (gudang)
energi psikis dan menyediakan seluruh daya untuk menggerakkan kedua struktur
yang lain. Id merupakan sesuatu komponen yang menggunakan prinsip
kesenangan.

Contoh: orang yang lapar, pasti akan membayangkan makanan. Tetapi tidak akan
menjadi kenyang jika hanya membayangkan. Karena itu, perlu adanya sistem lain
yang menghubungkan pribadi dengan dunia objektif, yaitu ego.

2)      Ego, merupakan bagian kepribadian yang bertugas sebagai pelaksana yang


bekerja atas dasar kenyataan pada dunia luar atau realitas yang ada di luar
dirinya. Ego berperan sebagai “eksekutif” yang memerintah, mengatur, dan
mengendalikan kepribadianContoh:.ketika seseorang merasa lapar (dorogan dari
id), maka ego akan memuaskan angan-angan tersebut dengan mencari makanan
yang benar-benar nyata.

3)      Superego, merupakan dasar moral dari hati nurani. Superego memegang


kendali atau filter dari kedua sistem kepribadian, sehingga tahu baik-buruk,
benar-salah, dan boleh tidak

b.      Teori Psikososial Erikson

Menurut teori psikososial Erikson, kepribadian terbentuk ketika seseorang


melewati tahap psikososial sepanjang hidupnya. Psikososial berarti tahap-tahap
kehidupan seseorang dari lahir sampai mati dibentuk oleh pengaruh-pengaruh
sosial yang berinteraksi dengan suatu organisme yang menjadi matang secara fisik
dan psikologis. Perkembangan manusia dibedakan berdasarkan kualitas ego
dalam delapan tahap perkembangan. Empat tahap pertama terjadi pada masa
bayi, dan empat tahap terakhir terjadi pada masa dewasa sampai usia tua.

1)      Tahap kepercayaan dan ketidakpercayaan (trust versus


mistrust),  merupakan tahap yang terjadi selama tahun-tahun pertama. Contoh
dalam tahap ini adalah hubungan antara ibu dengan bayi. Ketika ibu memberi
makan, memeluknya, mengajak berbicara, maka bayi akan merasa bahwa dirinya
diterima di dalam lingkungannya. Hal ini yang menjadi landasan pertama bagi rasa
percaya. Sebaliknya, jika ibu tidak memenuhi kebutuhan sang bayi, maka dalam
diri bayi akan timbul rasa ketidakpercayaan terhadap lingkungannya.

2)      Tahap otonomi dengan rasa malu dan ragu (autonomi versus shame and
doubt), yaitu tahap kedua perkembangan psikososial yang berlangsung pada akhir
masa bayi dan masa baru pandai berjalan. Contohnya: anak mulai berlatih untuk
pergi ke toilet.

3)      Tahap Inisiatif dengan Rasa Bersalah (initiatif versus guilt), terjadi pada


masa-masa prasekolah (3-5 tahun). Anak-anak perlu mulai menunjukkan kendali
dan kekuasaan atas lingkungan. Contoh: anak-anak mulai mengeksplor diri
mereka.
4)      Tahap Kerajinan dan Rasa Rendah Diri (industry versus inferiority), terjadi
kira-kira pada usia sekolah (6-11 tahun). Pada masa ini anak-anak mulai memasuki
dunia yang baru, yaitu sekolah.

5)      Tahap Identitas dan Kekacauan Identitas (identity versus identity


confusion), terjadi pada masa-masa remaja (12-18 tahun). Pada masa ini anak
dihadapkan pada masa pencarian jati diri. Keberhasilan memunculkan
kemampuan untuk tetap yakin pada diri sendiri, sedangkan kegagalan
mengakibatkan kebingungan peran dan rasa diri yang lemah. Ha ini biasanya
terjadi ketika sedang berhubungan sosial.

6)      Tahap Keintiman dan Isolasi (intimacy versus isolation), terjadi pada masa


dewasa muda (19-40 tahun). Tugas individu pada masa ini yaitu membentuk relasi
intim dengan orang lain. Keberhasilan memunculkan hubungan kuat, sedangkan
kegagalan menghasilkan kesepian. Contoh: mulai menjalin hubungan dekat dan
cinta dengan orang lain.   

7)      Tahap Generatifitas dan Stagnasi (generativity versus stagnation), terjadi


pada masa pertengan dewasa (40-65 tahun). Ciri utama tahap ini adalah
perhatian terhadap apa yang dihasilkan (keturunan, ide, dan sebagainya) serta
pembentukan dan penetapan garis-garis pedoman untuk generasi selanjutnya.
Keberhasilan mendorong perasaan kebergunaan pencapaian, sedangkan
kegagalan menghasilkan stagnasi. Contoh: ketika individu sudah bekerja dan
menjadi orang tua.

8)      Tahap Integritas dan Keputusasaan (integrity versus despair), terjadi pada


masadewasa akhir (65-meninggal). Orang dewasa akhir perlu melihat ke belakang
dan mengevaluasi apa yang telah dilakukan dalam kehidupan mereka selama ini.
Keberhasilan menghasilkan perasaan arif, sedangkan kegagalan menghasilkan
penyesalan dan keputusasaan.

2.      Teori Perkembangan Kognitif

Teori kognitif menekankan pada pikiran-pikiran sadar untuk memahami


perkembangan pemikiran logis dan dampaknya terhadap perilaku.. Teori kognitif
didominasi oleh Teori Piaget.
a.      Teori Piaget

Piaget berpendapat bahwa anak memiliki peran aktif dalam perkembangan


mereka sendiri dan berinteraksi dengan lingkungannya.

Ada empat tahap perkembangan kognitif dan pikiran secara kualitatif berbeda
pada setiap tahap.

1)      Tahap Sensorimotor (0-2 tahun),

2)      Tahap Praoperasional (2-7 tahun),

3)      Tahap Operational Konkret (7-11 tahun),

4)      Tahap Operasional Formal (11 tahun-dewasa),

3.      Teori Perkembangan Behavoirisme dan Belajar Sosial

Teori ini mengemukakan bahwa kunci untuk memahami perkembangan terletak


pada perilaku yang dapat diamati dan respons individu terhadap stimulus
lingkungan. Artinya, bahwa perilaku merupakan respons yang dipelajari terhadap
penguatan yang diberikan oleh lingkungan. Prinsip-prinsip belajar dan
pengkondisian yang digambarkan dalam teori B.F. Skinner dan John B. Watson
menejlaskan tentang perkembangan manusia.

Teori belajar sosial yang dikemukakan oleh Albert Bandura menjelaskan bahwa
banyak perilaku manusia dipelajari dengan cara mangamati perilaku dan sikap-
sikap orang lain, dan menggunaknnya sebagai contoh bagi perilaku kita sendiri.

4.      Teori Perkembangan Kontektual

Dalam psikologi, istilah kontes digunakan untuk menunjukkan kondisi yang


mengelilingi suatu proses mental, dan kemudian mempengaruhi makna atau
signifiknisme. Teori konstektual memandang perkembangan sebagai proses yang
terbentuk dari transaksi timbal balik antara anak dan konteks perkembangan
sistem fisik, sosial, kulural, dan historis diana kejadian itu terjadi.

Beberapa teori yang berpengaruh dalam teori Konstektual:


1)      Teori Etologis, teori ini menekankan bahwa perilaku sangat dipengaruhi oleh
biologi, terkait evolusi, dan ditandai oleh periode-periode kritis.

2)      Teori Ekologis,  teori ini memeberikan tekanan bahwa perilaku dipengaruhi


oleh sistem lingkugan.

5.      Teori Perkembangan Konstruktivis Sosial

Teori Konstruktivis sosial merupakan teori yang menekankan pengaruh


lingkungan sosial dan budaya pada perkembangan. Teori-teori palong signifikan
yang memperhitungkan faktor-faktor sosial dan budaya dalam perkembangan
adalah Lev Vygotsky dan Urie Bronfenbrenner.

6.      Model-Model Tansaksional Perkembangan

       Teori ini mejlaskan pembentukan hasil-hasil positif dan negatif bagi anak-nak
dan khususnya pembentukan perilaku-perilaku yang tidak biasa. Pendekatan ini
pertama kali dikemukakan pada tahun 1970-an. Salah satu teoritis yang paling
utama dalam bidang ini adalah Sameroff (1991; Sameroff & Chandler, 1975).

7.      Teori Perkembangan Humanistis

Teori humanistis muncul pada tahun 1950-an. Aloiran ini dianggap sebagai reaksi
terhadap behaviorisme dan psikoanalisis. Teori ini adalah suatu pendekatan yang
multifaset terhadap pengalaman dan tingkah laku manusia.

Ciri-ciri pendekatan ini adalah sebagai berikut:

1)      Memusatkan perhatian pada person yang mengalami dan karenanya


berfokus pada pengalaman sebagai fenomena dalam mempelajari manusia.

2)      Menekankan pada kualitas-kualitas yang khas pada manusia.

3)      Menyandarkan diri pada kebermaknaan dalam memilih masalah-masalah


yang akan dipelajari dan prosedur-prosedur penelitian yang akan digunakan serta
menentang penekanan yang berlebihan pada objektifitas yang mengorbankan
signifikasi.
4)      Memberikan perhatian penuh dan meletakkan nilai yang pada kemuliaan
dan martabat manusia serta tertarik pada perkembangan potensi yang inheren
pada setiap inheren pada setiap individu.

8. Teori ELEKTRIK

Orientasi teoritis elektrik (electric theoretical orientation) tidak mengikuti sebuah


pendekatan teori manapun,namun memilih menggunakan segi-segi yang
dianggap paling baik dari masing-masing teori.

2.3.BAB III PERKEMBANGAN REMAJA


Masa remaja disebut juga adolescence , yang daiam bahasa latin berasal dari kata
adolescere, yang berarti “to grow into adulthood”. Adolesen merupakan periode
transisi dari masa anak ke masa dewasa, dalam mana terjadi perubahan dalam
aspek biologis, psikologis, dan sosial.
A.Karakteristik Setiap Aspek Perkembangan
1. Perkembangan Fisik
Masa remaja yang diawali dengan pubertas, adalah masa kematangan fisik.
yang sangat cepat, yang meliputi aspek hormonal dan perubahan fisik.
2. Perkembangan Kognitif
Vigotksy .meyakini bahwa perkembangan kognitif, dalam hal ZPD sangat
dipengaruhi oleh lingkungan sosial (sosial budaya). Terkait dengan
pemrosesan informasi tentang kognitif remaja adalah menyangkut
bagaimana remaja memperoleh, menyimpan, dan menggunakan informasi
untuk berpikir dan memecahkan masalah. Dalam pemrosesan informasi ini
ada dimensi penting yang perlu diperhatikan, yaitu atensi (attention),
memori (memory), dan pemungsian eksekutif (Executive functioning)
3. Perkembangan Identitas Diri (Self-Identity)
Identitas diri merupakan potret diri yang meliputi berbagai hal (Santrock,
2008) sebagai berikut yaitu karier, arah sikap politik seseorang, keyakinan
spiritual, status, motivasi untuk berprestasi, tingkat intelektualitas yang
tinggi, orientasi seksual seseorang, warisan budaya, sesuatu yang disenangi,
bersahabat atau bermusuhan, citra individu terhadap tubuhnya.
4. Perkembangan Emosi

Meskipun pada usia remaja kemampuan kognitifnya telah berkembang dengan


baik, yang memungkinkannya untuk dapat mengatasi stres atau fluktuasi emosi
secara efektif, tetapi ternyata masih banyak remaja yang belum mampu ngelola
emosinya, sehingga mereka banyak mengalami depresi, marah-marah, dan
kurang mampu meregulasi emosi.

5. Perkembangan kepribadian
Dewasa ini para ahli psikoiogi bersifat interaksionis, yang
berpendapat bahwa kedua pendekatan, yaitu traits dan con text
perlu diperhitungkan daiarn upaya memahami kepribadian. Hubungan
antara traits dengan situasi dapat digambarkan dengan dua orang remaia,
yaitu i-iasan dan Arif. Hasan mempunyai sifat introvert, dia lebih senang
menyendiri atau berada di tempat yang tenang, seperti di perpustakaan,
semen tara Arif yang extravert lebih senang beraktivitas yang melibatkan
banyak orang, seperti aktif dalam organisasi, atau senang berpesta.
6. Perkembangan Kesadaran Beragama
Remaja sudah seharusnya melaksanakan nilainilai atau ajaran agama dalam
kehidupannya.
A. Hormon-hormon Seksual
Kelenjar yang berkaitan dengan pertumbuhan tubuh dan seks adalah ;
1. Kelenjar bawah otak(Pituitary)
Kelenjar ini dinamakan juga kelenjar induk. Beberapa hormon-hormon yang
dikeluarkan oleh kelenjar ini berpengaruh pada seksualitas,seperti :
a) Hormon pertumbuhan yang mempengaruhi pertumbuhan badan
terutama pada masa remaja.
b) Hormon perangsang pada pria,yaitu hormon yang mempengaruhi
testis(buah zakar)
c) Hormon pengendali pada wanita yang mempengaruhi indung
telur(ovarium) untuk memproduksi sel-sel telur(ovum) dan hormon-
hormon estrogen dan progesteron.
d) Hormon air susu yang mempengaruhi kelenjar susu di masa wanita
sedang menyusui bayinya
2. Testis
Testis(buah zakar) ada 2 buah. Testis memproduki hal-hal berikut :
a) Hormon androgen dan testosteron yang sejak remaja menyebabkan
tumbuhnya tanda-tanda kelaki-lakian pada orang yang bersangkutan
seperti kumis dan jenggot,jakun,otot yang kuat,suara yang berat, bulu
kemaluan dan ketiak, dan sebagainya. Testosteron juga menyebabkan
timbulnya irahi(nafsu seks,libido)
b) Benih laki-laki(spermatozoa)
3. Indung telur(ovarium)
Indung telur memproduksi hal-hal berikut :
a) Hormon progesteron, bertugas untuk mematangkan dan
mempersiapkan sel telur(ovum) sehingga siap untuk dibuahi
b) Hormon estrogen, yaitu yang mempengaruhi pertumbuhan sifat-sifat
kewanitaan pada tubuh seseorang(payudara membesar,pinggul
membesar,suara halus dan lain-lain)
c) Sel telur, sudah terkandung dalam jumlah banyak di dalam indung
telur, tetapi baru dimatangkan satu per satu sejak anak masuk usia
remaja.
B. Tanda-tanda Seksual Sekunder
Sejak usia remaja kita bisa langsung membedakan pria dengan wanita.
Mengenai pria misalnya dari kumis, suara yang berat, jakun, otot-otot yang
kuat dan lain-lain. Mengenai wanita dari pinggulnya yang besar,
payudaranya, suaranya yang lembut dan lain-lain. Tanda-tanda badaniah
yang membedakan pria dengan wanita ini disebut tanda-tanda seksual
sekunder.

KARAKTERISTIJK PERKEMBANGAN ANAK USIA SEKOLAH


I. Karakteristik perkembangan anak usia sekolah antara lain:
1. Perkembangan fisik-motorik

Motorik halus Motorik kasar

1. Menulis 1. Baris berbaris


2. Menggambar dan melukis 2. Seni bela diri
3. Mengetik (komputer) 3. Senam
4. Merupa (seperti membuat kerajinan dari 4. Berenang
tanah liat) 5. Atletik
5. Menjahit 6. Main sepak bola
6. Membuat kerajinan dari kertas
2. Perkembangan intelektual
Upaya sekolah untuk mengembangkan intelektual yaitu memberikan peluang untuk
bertanya, dan menilai hal-hal tentang berbagai hal yang terkait dengan pelajaran,
menyelenggarakan kegiata-kegiatan perlombaan mengarang, menggambar, dan cerdas-
cermat.
3. Perkembangan bahasa
Untuk mengembangkan kemampuan berbahasa sebaiknya pada anak dilatihkan membuat
karangan atau tulisan berbagai hal yang berkaitan dengan pengalaman hidup sendiri.
4. Perkembangan emosi anak

Karateristik emosi yang stabil Karakteristik emosi yang tidak stabil

1. Menunjukkan wajah yang ceria 1. Menunjukkan wajah yang murung


2. Mau bergaul dengan teman secara 2. Mudah tersinggung
baik 3. Tidak mau bergaul dengan orang
3. Bergairah dalam belajar lain.
4. Dapat berkonsentrasi dalam belajar 4. Suka marah-marah
5. Bersikap respek (menghargai) 5. Suka mengganggu teman
terhadap diri sendiri dan orang lain. 6. Tidak percaya diri.
5. Perkembangan sosial adalah pencapaian kematangan dalam hubungan atau interraksi
sosial, dapat juga diartikan sebagai proses belajar untuk menyesuaikan diri dengan
norma-norma kelompok, tradisi, dan moral agama. Dalam pengembangan sosial ini
sangat diperlukan pendekatan pengajaran keagamaan sehingga sikap anak-anak dapat
berkembang ke hal yang lebih positif.

2.4. BAB IV -Tugas Perkembangan Remaja


A.    Tugas-Tugas Perkembangan Remaja Pada Umumnya

Havigrust mendefinisikan tugas perkembangan remaja adalah tugas yang muncul


pada saat atau sekitar satu periode tertentu dari kehidupan individu dan jika
berhasil akan menimbulkan fase bahagia dan membawa keberhasilan dalam
melaksanakan tugas-tugas berikutnya, akan tetapi jika gagal akan menimbulkan
rasa tidak bahagia dan kesulitan dalam menghadapi tugas-
tugas perkembangan berikutnya.

Tugas-tugas perkembangan masa remaja difokuskan pada upaya meningkatkan


sikap dan perilaku kekanak-kanakan serta berusaha untuk mencapai kemampuan
bersikap dan berperilaku secara dewasa.
Berikut adalah beberapa tugas-tugas perkembangan remaja menurut Havigrust
yang seharusnya dicapai pada periode remaja, yaitu sebagai berikut :

1.      Menguasai kemampuan membina hubungan baru dan lebih matang dengan


teman sebaya yang sama atau pun berlawanan jenis.

Kemampuan membina hubungan baik baru tersebut adalah kemampuan berpikir


positif, empati, altruistik dan kontrol emosi. Kemampuan berpikir positif dapat
diartikan sebagai kebiasaan memahami orang lain pada dasarnya baik. Remaja
yang berpikir positif terhadap teman sebayanya suka menonjolkan aspek-aspek
positif dari teman sebayanya tersebut. Remaja ini terhindar dari tingkah laku
berburuk sangka atau hanya melihat sisi negatif teman sebayanya.

Remaja yang memiliki kemampuan empati mudah memahami perasaan teman


sebaya, sehingga mereka cepat tanggap dan saling mereaksi secara positif
perasaan temannya tersebut. Remaja yang bertingkah laku altruistik
mengutamakan kepentingan orang lain daripada kepentingan dirinya sendiri.  Dan
remaja yang memilki kontrol emosi tinggi memperlihatkan tingkah laku sabar ,
dan bersikap humor ketika teman sebayanya bertingkah laku yang kurang
menyenangkan.

2.      Menguasai kemampuan melaksanakan peranan sosial sesuai dengan jenis


kelamin

a.       Sebagai laki-laki mampu melaksanakan peranan sebagai berikut :

1)      Mampu membina pergaulan yang harnonis dengan teman perempuan

2)      Mau melindungi wanita dan orang-orang yang lemah, misalnya anak kecil,
orang tua, dan sebagainya

3)      Memiliki rasa percaya diri dalam bergaul

4)      Memiliki kemampuan berpikir positif terhadap orang lain

5)      Menyukai dan menampilkan cara-cara berkomunikasi yang sopan, suka


mendengarkan atau memberi rasa penghormatan kepada orang lain
b.      Sebagai perempuan, mau dan mampu melaksanakan peranan sebagai
berikut :

1)      Mampu membina hubungan dan bekerja sama dengan sebaya laki-laki

2)      Bertingkah laku lembut, ramah dan berbaik hati kepada orang lain

3)      Menampakkan kasih sayang teerhadap anak-anak dan orang-orang yang


lemah

4)      Mampu melakukan komunikasi yang sopan, suka mendengarkan,


mengucapkan kata-kata yang menyenangkan dan menimbulkan perasaan hormat
pada orang lain

5)      Berpikir positif terhadap orang lain

3.      Menerima keadaan fisik dan mengaktualisasikan secara efektif.

Remaja yang mencapai tugas perkembangan akan dapat menerima keadaan


fisiknya sesuai dengan jenis kelamin yang dimilkinya, apakah sebagai pria atau
wanita

4.      Mencapai kemerdekaan emosional dari orang tua dan orang dewasa lainnya.

Remaja yang telah mencapai tugas perkembangan ini, mampu mengembangkan


kasih sayang terhadap orang tua, perasaan hormat terhadap orang dewasa dan
ikatan emosional dengan lawan jenis.

5.      Memiliki kemampuan untuk mandiri secara ekonomi.

Remaja yang matang memiliki dorongan untuk mencari biaya hidup sendiri.
Mereka ingin berbuat sesuatu yang bisa menghasilkan uang, seperti dengan ikut
kerja paruh waktu.

6.      Memiliki kemampuan memilih dan mempersiapkan diri untuk karier.

Sebagai remaja yang berkembang, mereka sudah memiliki keyakinan nilai-nilai


untuk bekal hidup dalam karier, memiliki ketetapan karier yang akan ditekuni dan
mengarahkan diri dalam pendidikan dan kepribadian yang sesuai dengan tuntutan
karier yang mereka pilih.

7.      Berkembangnya keterampilan intelektual dan konsep-konsep yang perlu


untuk menjadi warga negara yang baik.

Sebagai remaja yang berkembang, maka dari aspek intelektual dia


memperlihatkan kemampuan menerapkan atau mempergunakan ilmu yang
mereka pelajari dalam menghadapi kehidupan mereka.

8.      Memiliki keinginan untuk bertanggung jawab terhadap tingkah laku sosial.

Sebagai remaja yang telah mencapai tugas perkembangan ini, remaja benar-
benar menjunjung tinggi nilai-nilai sosial, mencintai dan ingin bertingkah laku
sosial yang manusiawi.

9.      Memiliki perangkat nilai dan sistem etika dalam bertingkah laku.

Remaja telah memiliki sikap dan nilai-nilai sebagai dasar dalam bertingkah laku
atau filsafat hidup. Mereka mempedomani nilai-nilai agama, budaya  dan ilmu
pengetahuan dalam bertingkah laku.

Sedangkan menurut Hurlock, ada beberapa tugas tugas perkembangan


remaja yang seharusnya dicapai, antara lain sebagai berikut :

1.      Mampu menerima keadaan fisiknya

2.      Mampu menerima dan memahami peran seks usia dewasa

3.      Mampu membina hubungan baik dengan anggota kelompok yang berlainan


jenis

4.      Mencapai kemandirian emosional

5.      Mencapai kemandirian ekonomi

6.      Mengembangkan konsep dan keterampilan intelektual yang sangat


diperlukan untuk melakukan peran sebagai anggota masyarakat
7.      Memahami dan menginternalisasikan nilai-nilai orang dewasa dan orang tua

8.      Mengembangkan perilaku tanggung jawab social yang diperlukan untuk


memasuki dunia dewasa

9.      Mempersiapkan diri untuk memasuki perkawinan

10.  Memahami dan mempersiapkan berbagai tanggung jawab kehidupan


keluarga

Jika tugas perkembangan sebelum usia remaja telah dipenuhi, maka


perkembangan fisiknya akan diikuti dengan kematangan emosi dan tanggung
jawabnya dalam berpikir sebagai seorang yang dewasa. Ia juga akan bisa memilih
teman dekat yang baik baginya dan membatasi pergaulan tanpa bersikap masa
bodoh dengan teman yang kurang baik bagi diri dan agamanya. Hal ini juga dapat
terlihat dari interaksi sosialnya yang baik dengan lingkungannya.

B.     Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Lancarnya Pelaksanaan Tugas


Perkembangan Remaja

Secara umum, faktor yang mempengaruhi lancarnya pelaksanaan tugas


perkembangan remaja adalah sebagai berikut :

1.      Faktor herediter/keturunan (genetik)

2.      Faktor lingkungan

3.      Faktor interaksi antara genetis dan lingkungan

Berikut adalah beberapa faktor yang berpengaruh  terhadap lancarnya


pelaksanana tugas-tugas perkembangan menurut seorang ahli :

1.      Pertumbuhan fisik remaja

Tugas perkembagan akan suskses  bila  pertumbuhan  fisik remaja berjalan


dengan sewajarnya

2.      Perkembangan psikis remaja


Tugas perkembangan akan sukses bila perkembangan psikisnya, seperti mental,
sikap perasaannya berkembang dengan wajar

3.      Posisi remaja dalam keluarga

Kelancaran tugas perkembangan juga banyak dipengaruhi oleh posisinya ditengah


keluarga; sebagai anak tunggal atau bukan, anak kandung atau anak angkat, anak 
pertama atau terakhir

4.      Kesempatan remaja untuk mempelajari tugas- tugas perkembangan

Banyak sedikitnya kesempatan yang dimiliki remaja sangat berpengaruh pada


pelaksanaan tugas perkembangan remaja

5.      Motivasi diri

Ada tidaknya motivasi, kuat atau lemah nya motivasi tersebut atau faktor


pendorong yang ada dalam diri seorang remaja akan memperlancar atau
menghambat pelaksanaan tugas-tugas perkembangan remaja

2.6 BAB V Kebutuan Dan Perbedaan Kebutuhan Remaja

A.  Teori Kebutuhan

Teori yang berdengan kebutuhan hidup manusi dikemukakan oleh Abraham


H.Maslow(1970). Ia melukiskan manusia sebagai mahluk yang tidak pernah
berada dalam keadaan sepenuhnya puas. Bagi manusi kepuasaan itu sifatnya
sementara dan jika suatu kepuasan telah didapat maka kebutuhan yang lainnya
akan muncul menuntut pemuasaan begitu seterusnya. Maslow (Gable, 1987)
mengemukakan hirearki kebutuhan dari yang paling dasar sampai yanag paling
tinggi, yaitu:

1.      Kebutuhan Fisiologis

2.      Kebutuhan Ingin Rasa Aman

3.      Kebutuhan Rasa Memiliki dan Kasih Sayang

4.      Kebutuhan Penghargaan
5.      Kebutuhan Ingin Rasa Tahu

6.      Kebutuhan Estetik

7.      Kebutuhan Petumbuhan

8.      Kebutuhan Aktualisasi Diri

Pemenuhan suatu kebutuhan dibawahnya akan mendasari dan mendorong


pemenuhan kebutuhan yang lebih tinggi manakala kebutuhan dibawahnya atau
kebutuhan yang lebih dasar sudah terpenuhi lebih dahulu.

Penjabaran masing-masing kebutuhan adalah sebagai berikut:

1.      Kebutuhan Fisiologis

Kebutuhan ini adalah yang paling dasar, kuat dan jelas karena merupakan
kebutuhan untuk mempertahankan hidupnya secara fisik, yaitu kebutuhan akan
makanan, minuman,sandang, tempat tinggal,seks, tidur dan oksigen serta
kebutuhan biologis seperti buang air besar, buang air kecil, bernafas, dan lain
sebagainya.

2.      Kebutuhan Keamanan dan Keselamatan

Setelah kebutuhan fisiologisnya terpenuhi akan muncul pada diri seseorang


kebutuhan akan rasa aman. Seseorang yang merasa tidak aman memiliki
kebutuhan yang berlebihan akan keteraturan menghindari segala sesuatu yang
dipandang asing bagi dirinya dan yang tidak diharapkan oleh dirinya. Contoh
konkritnya  seperti : Bebas dari penjajahan, bebas dari ancaman, bebas dari rasa
sakit, bebas dari teror, dan lain sebagainya.

3.      Kebutuhan Rasa Memiliki dan Kasih Sayang

Setelah kedua kebutuhan tersebut terpenuhi maka muncullah kebutuhan yang


lebih tinggi yaitu kebutuhan akan rasa memiliki dan dimiliki, cinta serta kasih
sayang.seseorang akan merasa asedihg kalau tidak diterima dan dicintai oleh
orang atau kelompoknya.
Bagi maslow, cinta dan kasih sayang adalah sangat berharga karena di dalamnya
menyangkut suatu hubungan erat, sehat, dan penuh cinta kasih antara dua orang
atau lebih serta menumbuhkan sikap saling percaya. Misalnya adalah : memiliki
teman, memiliki keluarga, kebutuhan cinta dari lawan jenis, dan lain-lain.

4.      Kebutuhan Penghargaan

Ada dua kategori tentang kebutuhan akan penghargaan pada manusia, yaitu:

Kebutuhan akan harga diri

Kebutuhan akan penghargaan dari orang lain yang meliputi: Kepercayan diri,


kompetensi, penguasaan, kecukupan, prestasi, ketidaktergantungan, dan
kebebasan.

Seseorang yang memiliki harga diri akan lebih percaya diri, lebih mampu, dan
lebih produktif. Harga diri yang paling stabil dan paling sehat adalah yang tumbuh
dan berkembang dari penghargaan orang lain yang wajar, bukan penghargaan
karena kedudukan, kemasyuran atau sanjungan kosong. Contoh : pujian, piagam,
tanda jasa, hadiah, dan banyak lagi lainnya.

5.      Kebutuhan Ingin Rasa Tahu

Rasa ingfin tahu sesungguhnya dapat dikatakan sebagai suatu proses pencarian
makna (Erick Framun, 1969). Karena merupakan proses pencarian
makadidalamnya mengandung unsur untuk memahami, menyusun, mengatur,
menganalisis, menemukan hubungan-hubungan dan makna-makna serta
membangun suatu sistem nilai.

6.      Kebutuhan Estetik

      Maslow menggambarkan bahwa kebutuhan estetik berkorelasi dengan


gambaran diri seseorang. Mereka yang tidak menjadi lebih sehat oleh karena
keindahan adalah orang-orang yang terbelenggu oleh gambaran diri mjereka yang
rendah. Ia juga mengatakan bahwa kebutuhan keindahan dapat ditemukan dalam
setiap peradaban dari zaman kezaman.
7.      Kebutuhan  Akan Pertumbuhan

Maslow melukiskan bahwa kebutuhan yang sama sekali harus dan termasuk
kebutuhan yang lebih tinggi yang kemudian dilukiskan sebagai kebutuhan akan
pertumbuhan atau dikenal dengan Being Values.

Maslow (Gable, 1987) mengemukakan bahwa ada sejumlah daftar Being


Values yang ditemukan yaitu: sifat menyeluruh, kesempurnana, penyelesaian,
keadilan, sifat hidup, sifat kaya, kesederhanaan, keindahan, kebaikan, keunikan,
sifat tanpa kesukaran, sifat penuh permainan, kebenaran kejujuran dan
kemyataan, dan sifat merasa cukup.

8.      Kebutuhan Aktualisasi Diri

Kebutuhan aktualisasi diri merupakan aspek penting dalam teori tentang


motivasi. Ia mengatakan bahwa kebutuhan aktualisasi diri biasanya muncul
sesudah kebutuhan akan penghargaan diri dan kasih sayang terpenuhi secara
memadai. Dalam hierarki kebutuhan aktualisasi merupakan kebutuhan setinggi
atau puncak kebutuhan manusia. Ia juga menegaskan bahwa setiap oarbf harus
berkembang sepenuhnya kekampuan yang dimilikinya.

Namun, dalam sumber lain penggolongan sekaligus urutan hirarki kebutuhan


menurut Maslow tersebut adalah hanya lima yaitu sebagai berikut :

Kebutuhan Fisiologis. Termasuk di dalamnya segala kebutuhan yang sangat


diperlukan untuk dapat bertahan hidup seperti makan, minum, tidur, dsb.
Kebutuhan fisiologis ini tidak bisa diabaikan untuk jangka waktu lama, jadi harus
segera dipenuhi.

Kebutuhan akan Rasa Aman. Yaitu kebutuhan akan perlindungan terhadap


bahaya, ancaman, dan penderitaan. Baik keamanan dalam arti fisik maupun
keamanan mental (seperti jaminan hari tua).

Kebutuhan Sosial. Yaitu kebutuhan untuk bersosialisasi atau berafiliasi dengan


orang lain. Misalnya kebutuhan untuk diterima dalam sebuah lingkungan,
kebutuhan rasa cinta, persahabatan, kontak sosial, dll.
Kebutuhan akan Rasa Keakuan. (Penghargaan atas Kemampuan Diri). Kebutuhan
ini bisa berkaitan dengan rasa percaya diri, kompetensi, kemampuan
pengetahuan, bisa pula berupa reputasi (status, prestige, dikenal orang,
penghargaan atau rasa hormat dari orang lain).

Kebutuhan Aktualisasi Diri. Yaitu untuk merealisir potensi diri dan untuk
mengembangkan diri secara berkelanjutan, serta untuk menjadi dirinya sendiri.

2.7. BAB VI Perkembangan Konsep Diri


 HOME
 ARTIKEL
 CERPEN
 DOWNLOAD
 MAKALAH
 ERROR 404

Home » Tugas » PERKEMBANGAN KONSEP DIRI

PERKEMBANGAN KONSEP DIRI


Diposkan oleh Contoh Makalah

Konsep diri merupakan salah satu aspek perkembangan psikososial peserta


didik yang penting dipahami oleh seorang guru. Hal ini karena konsep diri
merupakan salah satu variable yang menentukan dalam proses pendidikan. Banyak
bukti yang menguatkan bahwa rendahnya prestasi dan motivasi belajar siswa serta
terjadinya penyimpangan-penyimpangan perilaku siswa di kelas banyak
disebabkan oleh persepsi dan sikap negative siswa terhadap kesulitan belajar,
lebih disebabkan oleh sikap siswa yang memandang dirinya tidak mampu
melaksanakan tugas-tugas di sekolah.

Pengertian Konsep Diri

Sebagai sebuah konstruk psikologi , konsep diri didefenisikan secara berbeda


oleh para ahli. Seifert dan Hoffnung (1994), misalnya, mendefiniskan konsep diri
sebagai “suatu pemahaman mengenai diri arau ide tentang diri
sendiri” . Santrock (1996) menggunakan istilah konsep diri mengacu pada
evaluasi bidang tertentu dari diri sendiri. Sementara itu, Atwater (1987)
menyebutkan bahwa konsep diri adalah keseluruhan gambaran diri, yang meliputi
persepsi seseorang tentang diri, perasaan, keyakinan, dan nilai-nilai yang
berhubungan dengan dirinya. Selanjutnya, Atwater mengidentifikasi konsep diri
atas tiga bentuk. Pertama, body image, kesadaran tentang tubuhnya, yaitu
bagaimana seseorang melihat dirinya sendiri. Kedua, ideal self, yaitu bagaimana
cita-cita dan harapan-harapan seseorang mengenai dirinya. Ketiga, social self, yaitu
bagaimana orang lain melihat dirinya.
Menurut Burns (1982), konsep diri adalah hubungan antara sikap dan keyakinan
tentang diri kita sendiri. Sedangkan Pemily (dalam Atwater; 1984), mendefisikan
konsep diri sebagai system yang dinamis dan kompleks dari keyakinan yang dimiliki
seseorang tentang dirinya, termasuk sikap, perasaan, persepsi, nilai-nilai dan
tingkah laku yang unik dari individu tersebut. Sementara itu, Cawagas (1983)
menjelaskan bahwa konsep diri mencakup keseluruhan pandangan individu akan
dimensi fisiknya, karakteristik pribadi nya, motivasinya, kelemahannya,
kelebihannya atau kecakapannya, kegagalannya, dan sebagainya.
Berdasarkan pada beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa konsep diri
adalah gagasan tentang diri sendiri yang mencakup keyakinan, pandangan dan
penilaian seseorang terhadap dirinya sendiri. 

Konsep Diri dan Harga Diri


Dalam kajian psikologi perkembangan, sering dijumpai istilah “harga diri” (self-
esteem) di samping istilah “konsep diri” (self concept). Bahkan sejumlah peneliti
tidak selalu menyebutkan perbedaan yang jelas antara harga diri dan konsep diri.
Bahkan tidak jarang mereka menggunakan kedua istilah tersebut secara bergantian
untuk menunjuk pada pengertian yang sama. Akan tetapi, sejumlah ahli lain
mengatakan bahwa kedua istilah tersebut tidak sama, meskipun mempunyai
hubungan. Hal ini sebagaimana dijelaskan oleh Dacey dan Kenny (1997):
Where as self-concept answers the question “Who am I?” , self-esteem answers
the question “ How do I feel about who I am?” Self-esteem is related to self-
concept. As weel defined self-concept leads to high self-esteem, which in turn often
leads to successful behavior.
Dimensi Konsep Diri
Para ahli psikologi juga berbeda pendapat dalam menetapkan dimensi-dimensi
konsep diri. Namun, secara umum sejumlah ahli menyebutkan 3 dimensi konsep
diri, meskipun dengan menggunakan istilah yang berbeda-beda. Calhoun dan
Acocella (1990) misalnya, menyebutkan 3 dimensi utama dari konsep diri, yaitu:
dimensi pengetahuan, dimensi pengharapan, dan dimensi penilaian. Paul J. Centi
(1993) menyebutkan ketiga dimensi konsep diri dengan istilah: dimensi gambaran
diri (self¬image), dimensi penilaian diri (self-evaluation), dan dimensi cita-cita diri
(self-ideab. Sebagian ahli lain menyebutnya dengan istilah: citra diri, harga diri,
dan diri ideal.

1.Pengetahuan
Dimensi pertama dani konsep diri adalah apa yang kita ketahui tentang diri sendiri
atau penjelasan dari "siapa saya" yang akan memberi gambaran tentang diri saya.
Gambaran diri tersebut pada gilirannya akan membentuk citra diri. Gambaran diri
tersebut mezupakan kesimpulan dari: pandangan kita dalam berbagai peran yang
kita pegang, seperti sebagai orangtua, suami atau istri, karyawan, pelajar, dan
seterusnya; pandangan kita tentang watak kepribadian yang kita rasakan ada pada
diri kita, seperti jujur, setia, gembira, bersahabat, aktif, dan seterusnya;
pandangan kita tentang sikap yang ada pada diri kita; kemampuan yang kita miliki,
kecakapan yang kita kuasai, dan berbagai karakteristik lainnya yang kita lihat
melekat pada diri kita. Singkatnya, dimensi pengetahuan (kognitif) dari konsep diri
mencakup segala sesuatu yang kita pikirkan tentang diri kita sebagai pribadi,
seperti "saya pintar", "saya cantik", "saya anak baik", dan seterusnya.

2.Harapan .
Dimensi kedua dari konsep diri adalah dimensi harapan atau diri yang dicita-citakan
dimasa depan. Ketika kita mempunyai sejumlah pandangan tentang siapa kita
sebenarnya, pada saat yang sama kita juga mempunyai sejumlah pandangan lain
tentang kemungkinan menjadi apa diri kita di masa mendatang. Singkatnya, kita
juga mempunyai pengharapan bagi diri kita sendiri. Pengharapan ini merupakan
diri-ideal (self-ideal) atau diri yang dicita-citakan.

3. PENILAIAN
P enilaian terhadap diri kita sendiri merupakan pandangan kita tentang
atau kewajaran kita sebagai pribadi. Menurut calhoun(1990),setiap hari
kita berperan sebagai penilai diri kita sendiri,menilai apakah kita
bertentangan:
1)pengharapan bagi diri kita sendiri(saya dapat menjadi apa)
2)standar yang kita terapkan bagi diri kita sendiri(saya seharusnya
menjadi apa)

3.1 BAB VII Penyesuaian Diri dan Faktor-Faktor YANG Mempengaruhinya


Pengertian Penyesuaian Diri Penyesuaian diri adalah usaha manusia untuk
mencapai harmoni pada diri sendiri dan lingkungannya. Penyesuaian diri dalam
bahasa aslinya dikenal dengan istilah adjustment atau personal adjustment.
Membahas tentang penyesuaian diri, menurut Schneiders (dalam Ali, 2006) dapat
ditinjau dari tiga sudut pandang, yaitu:

1. Penyesuaian diri sebagai adaptasi (adaptation). Berdasarkan latar belakang


perkembangannya, penyesuaian diri diartikan sama dengan adaptasi (adaptation).
Padahal adaptasi ini umumnya lebih mengarah pada penyesuaian diri dalam arti
fisik, fisiologis, atau biologis.
2. Penyesuaian diri sebagai bentuk konformitas (conformity). Penyesuaian diri
sebagai usaha konformitas mengisyaratkan bahwa usaha individu seakan-akan
mendapat tekanan kuat untuk selalu mampu menghindar diri dari penyimpangan
perilaku baik secara moral, sosial, maupun emosional. Individu selalu diarahakan
kepada tuntutan konformitas dan terancam tertolak dirinya ketika perilakunya
tidak sesuai dengan norma-norma yang berlaku.
3. Penyesuaian diri sebagai usaha penguasaan (mastery). Penyesuaian diri sebagai
usaha penguasaan (mastery), yaitu kemampuan untuk merencanakan dan
mengorganisasikan respon dalam cara-cara tertentu sehingga konflik-konflik,
kesulitan, frustasi tidak terjadi. Dengan kata lain, penyesuaian diri diartikan
sebagai kemampuan penguasaan dalam mengembangkan diri sehingga dorongan,
emosi dan kebiasaan menjadi terkendali dan terarah.
`1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penyesuaian Diri Menurut Schneiders
(1964), ada lima faktor yang dapat mempengaruhi proses penyesuaian diri
remaja, yaitu: a. Kondisi Fisik i. Hereditas dan Konstitusi Fisik Ada kemungkinan
besar disposisi yang bersifat mendasar seperti periang, sensitif, pemarah,
penyabar dan sebagainya, sebagian ditentukan secara genetik, yang berarti
kondisi hereditas terhadap penyesuaian diri, meskipun tidak secara langsung.
Faktor lain yang berkaitan dengan konstitusi tubuh yang dapat mempengaruhi
penyesuaian diri adalah intelegensi dan imajinasi. Dua faktor ini memainkan
peranan penting dalam penyesuaian diri.

ii. Sistem Utama Tubuh Fungsi yang memadai dari sistem syaraf merupakan
kondisi umum yang diperlukan bagi penyesuaian diri yang baik. Sebaliknya,
penyimpangan pada sistem syaraf akan berpengaruh terhadap kondisi mental
maka penyesuaian diri kurang baik. Gejala psikosomatis (gejala yang menyinggung
proses-proses baik fisik maupun psikis) merupakan salah satu contoh dari tidak
berfungsinya sistem syaraf yang kurang baik sehingga mempengaruhi
penyesuaian diri.

iii. Kesehatan Fisik Kondisi fisik yang sehat dapat menimbulkan penerimaan diri,
percaya diri, harga diri dan lain-lain yang akan menjadi kondisi yang sangat
mempengaruhi bagi proses penyesuaian diri. Sebaliknya, kondisi yang tidak sehat
dapat menyebabkan perasaan rendah diri, kurang percaya diri bahkan
menyalahkan diri sehingga akan berpengaruh kurang baik bagi proses
penyesuaian diri.

b. Kepribadian i. Kemauan dan Kemampuan untuk Berubah (Modifiability)


Kemauan dan kemampuan untuk berubah merupakan karakteristik kepribadian
yang akan mempengaruhi proses penyesuaian diri. Kemauan dan kemampuan
untuk berubah ini akan berkembang melalui proses belajar bagi individu yang
dengan sungguh-sungguh belaja untuk dapat berubah, maka kemampuan
menyesuaikan dirinya akan berkembang juga. Sebaliknya, kualitas kemampuan
untuk berubah akan berkurang tau menurun disebabkan oleh sikap dan kebiasaan
yang kaku, sering mengalami kecemasan dan frustasi. ii. Pengaturan Diri (self
regulation) Pengaturan diri sama pentingnya dengan proses penyesuaian diri dan
pemeliharaan stabilitas mental, kemampuan untuk mengatur diri dan
mengarahkan diri. Kemampuan mengatur diri dapat mencegah individu dari
keadaan penyimpangan kepribadian. Kemampuan pengaturan diri dapat
mengarahkan kepribadian normal mencapai pengendalian diri dan realisasi diri.
iv. Intelegensi Intelegensi sangat penting bagi perolehan perkembangan gagasan,
prinsip dan tujuan yang memainkan peranan penting dalam proses penyesuaian
diri. Kemampuan pengaturan diri sesungguhnya muncul tergantung pada kualitas
dasar dalam penyesuaian diri yaitu intelegensi. Baik buruknya penyesuaian diri
seseorang ditentukan oleh kapasitas intelektual ataupun intelegensinya.

c. Proses belajar

i. Belajar Kemampuan belajar merupakan unsur penting dalam penyesuaian diri


individu karena respon-respon dan sifat-sifat kepibadian yang diperlukan bagi
proses penyesuaian diri diperoleh dan diserap melalui proses belajar.
Kemampuan belajar akan muncul dari dalam diri individu. Oleh sebab itu
perbedaan pola-pola penyesuaian diri dari yang normal sampai dengan yang tidak
normal merupakan hasil perubahan yang dipengaruhi oleh proses belajar dan
kematangan. Pengaruh proses belajar akan muncul dalam bentuk mencoba-coba
dan gagal (trial and error), pengondisian (conditioning), dan menguhubungkan
(association) berbagai faktor yang ada dimana individu itu melakukan proses
penyesuaian diri.

ii. Pengalaman Ada dua jenis pengalaman yang memiliki nilai signifikan terhadap
proses penyesuaian diri, yaitu:

1. Pengalaman yang menyehatkan (Salutary Experiences) Peristiwa-peristiwa yang


dialami oleh individu dan dirasakan sebagai sesuatu yang menyenangkan,
mengasikkan, dan ingin mengulangnya kembali, ditransfer ketika individu harus
menyesuaikan diri dengan lingkungan baru. 2. Pengalaman traumatik (Traumatic
Experiences) Peristiwa yang dialami oleh individu dan dirasakan sebagai sesuatu
yang sangat menyenangkan, menyedihkan dan sangat menyakitkan sehingga
individu tidak ingin mengulangnya kembali. Individu yang mengalami pengalaman
ini akan cenderung ragu-ragu, kurang percaya diri, gamang, rendah diri dan
merasa takut ketika harus menyesuaikan diri dengan lingkungan baru. iii. Latihan
Latihan merupakan proses belajar yang diorientasikan pada perolehan
keterampilan atau kebiasaan. Penyesuaian diri sebagai suatu proses yang
kompleks yang mencakup proses-proses psikologis dan sosiologis maka
memerlukan latihan agar mencapai hasil penyesuaian diri yang baik.

d. Lingkungan

i. Lingkungan keluarga Semua konflik dan tekanan yang ada dapat dihindarkan
atau dipecahkan bila individu dibesarkan dalam keluarga dimana terdapat
keamanan, cinta, respek, toleransi dan kehangatan. Dengan demikian
penyesuaian diri akan menjadi lebih baik bila dalam keluarga individu merasakan
bahwa kehidupannya berarti.

ii. Lingkungan Sekolah Sekolah mempunyai tugas yang tidak hanya terbatas pada
masalah pengetahuan dan informasi saja, akan tetapi juga mencakup
tanggungjawab pendidikan secara luas. Demikian pula dengan guru, tugasnya
tidak hanya mengajar, tetapi juga berperan sebagai pendidik yang menjadi
pembentuk masa depan, ia adalah langkah pertama dalam pembentukan
kehidupan yang menuntut individu untuk menyesuaikan dirinya dengan
lingkungan.

iii. Lingkugan Masyarakat Lingkungan masyarakat juga menjadi faktor yang dapat
mempengaruhi perkembangan penyesuaian diri. Konsistensi nilai-nilai, aturan-
aturan, norma, moral dan perilaku masyarakat akan diidentifikasikan oleh individu
yang berada dalam masyarakat tersebut sehingga akan berpengaruh terhadap
proses perkembangan penyesuaian diri.

e. Agama dan Budaya Agama erat kaitannya dengan faktor budaya. Agama
memberikan sumbangan nilai-nilai, keyakinan, praktek-praktek yang memberi
makna mendalam, tujuan, serta kestabilan dan keseimbangan hidup individu.
Proses Penyesuaian Diri Proses penyesuaian diri menurut Scheneider (dalam Ali,
2006) setidaknya melibatkan tiga unsur yaitu:
1. Motivasi Faktor motivasi dapat dikatakan sebagai kunci untuk memahami
proses penyesuaian diri. Motivasi sama halnya dengan kebutuhan, perasaan, dan
emosi merupakan kekuatan internal yang menyebabkan ketegangan dan
ketidakseimbangan dalan organisme.

2.Sikap Terhadap Realitas Berbagai aspek penyesuaian diri ditentukan oleh sikap
dan cara individu bereaksi terhadap manusia sekitarnya, benda-benda, dan
hubungan-hubungan yang membentuk realitas.

BAB VIII

Permasalahan Yang Timbul Pada Masa Remaja Usia Sekolah   Menengah

mplikasi perkembangan psikomotor dan fisik masa anak dalam


pendidikan misalnya dalam membimbing remaja dalam tugas
perkembangan masa remaja , yaitu Mencapai hubungan yang lebih matang
dengan teman sebaya. Mencapai peran sosial sebagai pria atau wanita.
Menerima keadaan fisik dan menggunakannya secara efektif. Mencapai
kemandirian emosional dari orang tua dan orang dewasa lainnya. Mencapai
jaminan kemandirian ekonomi. Memilih dan mempersiapkan karier.
Mempersiapkan pernikahan dan hidup berkeluarga. Mengembangkan
keterampilan intelektual dan konsep-konsep yang diperlukan bagi warga
negara. Mencapai perilaku yang bertanggung jawab secara sosial.
Memperoleh seperangkat nilai sistem etika sebagai petunjuk/pembimbing
dalam berperilaku. (Sunarto,2008:14)

Masalah yang Mungkin Timbul Karena Perkembangan Fisik dan Psikomotorik :

A. Kecanggungan remaja dalam bergaul bahkan dengan orang dewasa


sekalipun
B.   Gejala emosional seperti ada rasa malu saat menstruasi
C.   Pemuasan biologis yang tidak tepat
D. Perkembangan fisik hormoral dan hormoral yang cepat menimbulkan
goncangan : masa badai dan topan
E.  Upaya yang dapat mengubah sikap dan perilaku keanak-anakan menjadi
sikap dan perilaku dewasa, tidak semuanya mudah dicapai baik oleh remaja
laki-laki maupun perempuan. 
F.  Seringkali para remaja mengalami kesulitan untuk menerima perubahan-
perubhan fisiknya. Hanya sedikit remaja yang merasa puas dengan
tubuhnya. Hali ini disebakan pertumbuhan tubuhnya dirasa kurang serasi.
G.  Perkembangan fungsi seks pada masa ini pada masa ini dapat menimbulkan
kebingungan remaja untuk memahaminya, sehingga sering terjadi salah
tingakah dan perilaku  yang menentang norma.
H. Dalam memasuki kehidupan masyarakat, remaja yang terlalu mendambakan
kemandiriannya, dalam arti menilai dirinya cukup mampu untuk mengatasi
maslah kehidupan.

B.   MASALAH REMAJA DENGAN PERKEMBANGAN BAHASA DAN


PERILAKU KOGNITIF

Pada masa remaja awal ditandai dengan perkembangan kemampuan


intelektual yang pesat. Namun ketika, si remaja tidak mendapatkan kesempatan
pengembangan kemampuan intelektual, terutama melalui pendidikan di sekolah,
maka boleh jadi potensi intelektualnya tidak akan berkembang optimal. Begitu
juga masa remaja, terutama remaja awal merupakan masa terbaik untuk mengenal
dan mendalami bahasa asing. Dalam psikologi kognitif bahasa menjadi salah satu
objek materialnya, karena bahasa merupakan perwujutan dan fungsi-fungsi
kognitif (Gunarsa,1987:136)

Masalah-masalah yang mungkin  timbul berhubungan dengan


perkembangan bahasa dan perilaku kognitif.
A.        Bagi individu-individu tertentu, mempelajari bahasa asing
bukanlah hal yang menyenangkan.  Kelemahan-kelemahan dalam
fonetik misalnya, juga dapat merupakan bahan semacam cemoohan,
yang bukan mustahil berakibat sikap negatif terhadap pelajaran dan
guru bahasa asing yang bersangkutan, benci pelajarannya dan juga
terhadap gurunya.
B.       Intelegensi juga merupakan kapasitas dasar belajar, bagi yang

dianugerahi IQ yang tinggi (superior) atau di bawah rata-rata (slow


learners), kalau kurang bimbingan yang memadai akan membawa
ekses psikologis (underachiever-prestasinya di bawah kapasitasnya
karena malas atau nakal ; inferiority conflex – rasa rendah diri karena
tidak pernah mastery atau mencapai hasil yang diharapkan dalam
belajarnya).
C.       Kadang-kadang terjadi ketidakselarasan, antara keinginan dan

minat seseorang dengan bakat khusus (aptitudes)-nya, sering


membawa kesulitan juga dalam memilih program/jurusan/jenis
sekolah yang akan dimasukinya.  Banyak kegagalan studi mungkin
bersumber pada pilihan yang kurang tepat ini.
3.   MASALAH REMAJA DENGAN PERKEMBANGAN PERILAKU
SOSIAL, MORALITAS, DAN KEAGAMAAN
Masa remaja disebut pula sebagai masa social hunger (kehausan sosial), yang
ditandai dengan adanya keinginan untuk bergaul dan diterima di lingkungan
kelompok sebayanya (peer group). Penolakan dari peer group dapat
menimbulkan frustrasi dan menjadikan dia sebagai isolated dan merasa rendah
diri.Hal ini disebabkan pada masa remaja, khususnya remaja awal akan
ditandai adanya keinginan yang ambivalen, di satu sisi adanya keinginan
untuk melepaskan ketergantungan dan dapat menentukan pilihannya
sendiri, namun di sisi lain dia masih membutuhkan orang tua, terutama
secara ekonomis.
Seseorang dengan perasaan-perasaan yang secara sensitive halus, tetapi
tidak berkembang juga akan mudah larut dalam kesedihan tanpa alas an
atau dalam kekuatan-kekuatan lain yang tak dkenal (Walt,donal.2004:166).

D.   MASALAH PADA REMAJA DENGAN PERKEMBANGAN PERILAKU AFEKTIF,


KONATIF, DAN KEPRIBADIAN
A. Mudah sekali digerakkan untuk melakukan gerakan atau kegiatan
dekstruktif yang spontan untuk melampiaskan ketegangan instutif
emosionalnya meskipun ia tidak mengetahui maksud yang
sebenarnya dari tindakan-tindakannya itu.  Mudah terlibat kegiatan-
kegiatan masa remaja.
B.   Ketidakmampuan menegakkan kata hatinya membawa akibat sukar
terintregasikan dan sintesis fungsi-fungsi psikofisiknya, yang berlanjut
akan sukar pula menemukan identitas pribadinya.  Ia akan hidup
dalam suasana adolencentimes (remaja yang berkepanjangan)
meskipun usianya sudah menginjak dewasa.
C. Ketika memasuki masa pubertas, setiap anak telah mempunyai
sistem kepribadian yang merupakan pembentukan dari
perkembangan selama ini. Di luar sistem kepribadian anak seperti
perkembangan ilmu pengetahuan dan informasi, pengaruh media
massa, keluarga, sekolah, teman sebaya, budaya, agama, nilai dan
norma masyarakat tidak dapat diabaikan dalam proses pembentukan
kepribadian tersebut. Pada masa remaja, seringkali berbagai faktor
penunjang ini dapat saling mendukung dan dapat saling berbenturan
nilai.
BAB IX
Implikasi Perkembangan Anak Usia Sekolah Menengah Terhadap
Penyelenggaraan Pendidikan

a.         Pengertian Perkembangan Fisik dan Psikomotorik


      Perkembangan Fisik
Awal dari perkembangan pribadi seseorang pada asasnya bersifat
biologis. Fisik atau tubuh manusia merupakan sistem organ yang kompleks dan
sangat mengagumkan. Perkembangan fisik individu meliputi empat aspek, yaitu
sistem syaraf, otot-otot, kelenjar endokrin dan struktur/fisik tubuh. Dalam taraf-
taraf perkembangan selanjutnya kondisi jasmaniah seseorang akan mempengaruhi
kepribadiannya. Perkembangan fisik ini mencakup aspek-aspek
anatomis (struktur tubuh) dan fisiologis (fungsional tubuh). Perkembangan
fisik berlangsung mengikuti prinsip-prinsip cepalocaudal dan prowinodestral.
           Perkembangan Psikomotorik
Perkembangan psikomotorik merupakan perkembangan terkait dengan
perilaku motorik (koordinasi fungsional neuromuscular system) dan fungsi
psikis (kognitif, afektif dan konatif). Dua prinsip perkembangan utama yang
tampak dalam semua bentuk perilaku psikomotorik ialah bahwa perkembangan itu
berlangsung dari yang sederhana kepada yang kompleks, dan dari yang kasar dan
global (grass bodily movements) kepada yang harus dan spesifik tetapi
terkoordinasikan (finely coordinated movements).

b.        Karakteristik Perkembangan Fisik dan Psikomotorik


1.      Karakteristik Perkembangan Fisik
a)      Perkembangan fisik pada masa kanak-kanak ditandai dengan mulai mampu
melakukan bermacam-macam gerakan dasar yang semakin baik, pertumbuhan
panjang kaki dan tangan secara proporsional, koordinasi gerak dan keseimbangan
berkembang dengan baik, dan ketahanan tubuh bertambah.
b)      Perkembangan fisik pada masa remaja yang paling menonjol terdapat pada
perkembangan kekuatan, ketahanan, dan organ seksual. Ditandai dengan
pertumbuhan berat dan tinggi badan yang cepat, pertumbuhan tanda-tanda seksual
primer dan sekunder serta timbulnya hasrat seksual yang tinggi (masa pubertas).
c)      Perkembangan fisik pada masa dewasa ditandai dengan kemampuan fisik menjadi
sangat bervariasi seiring dengan pertumbuhan fisik. Pertumbuhan ukuran tubuh
yang proporsional memberikan kemampuan fisik yang kuat. Pada masa dewasa
pertumbuhan mencapai titik maksimal dan mulai berhenti.
2.      Karakteristik Perkembangan Psikomotorik
a)      Perkembangan pada masa kanak-kanak ditandai oleh beberapa hal misalnya dapat
melompat 15-24 inchi, dapat menaiki tangga tanpa bantuan, dan dapat berjingkrak.
Semakin lama mereka bisa mengontrol tindakan mereka. Untuk perkembangan
berikutnya mereka bisa makan, mandi, berpakaian sendiri, membantu orang lain,
menulis, menggambar dan lain-lain.
b)      Perkembangan psikomotorik pada masa remaja ditandai dengan keterampilan
psikomotorik berkembang sejalan dengan pertumbuhan ukuran tubuh, kemampuan
fisik, dan perubahan fisiologi. Kemampuan psikomotorik terus meningkat dalam
hal kekuatan, kelincahan, dan daya tahan. Secara umum, perkembangan
psikomotorik pada laki-laki lebih tinggi dari perempuan karena perkembangan
psikomotorik pada perempuan akan terhenti setelah mengalami menstruasi.
c)      Perkembangan psikomotorik pada masa dewasa merupakan puncak dari seluruh
perkembangan psikomotorik. Latihan merupakan hal penentu dalam
perkembangan psikomotorik. Melalui latihan yang teratur dan terprogram,
keterampilan psikomotorik akan dapat ditingkatkan dan dipertahankan. Semua
sistem gerak dan koordinasi dapat berjalan dengan baik.

c.         Perbandingan Perkembangan Fisik dan Psikomotorik antara Pria dan Wanita


             1)      Perkembangan pada Pria
a.       Fisik : lahir dengan tubuh relatif panjang, pertumbuhan tinggi lebih lama saat
praremaja dan sangat cepat saat remaja, proporsi otot lebih besar, berkembang
lebih lambat serta lebih sedikit lemak dalam tubuhnya.
b.      Psikomotorik : cara berjalan lebih kaku, kemampuan berlari lebih baik,
kemampuan menulis, menggunting dan menyusun sesuatu kurang rapi, serta lebih
suka dengan kegiatan fisik yang menantang (olahraga berat, climbing, dll).

2)      Perkembangan pada Wanita


a.       Fisik : lahir dengan tubuh relatif lebih pendek, pertumbuhan tinggi lebih cepat
saat praremaja dan menurun saat remaja, proporsi otot lebih kecil, berkembang
lebih cepat serta memiliki lebih banyak lemak dalam tubuhnya.
b.      Psikomotorik : cara berjalan lemah gemulai, kemampuan berlari rendah,
kemampuan menulis, menggunting dan menyusun sesuatu lebih rapi, serta lebih
suka dengan kegiatan fisik yang sederhana (olahraga ringan, menari, dll)

d.        Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Fisik dan Psikomotorik


1.    Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Fisik
Faktor yang memengaruhi perkembangan fisik (motor skills) peserta didik
dibedakan menjadi dua, yakni faktor internal (keturunan, gangguan emosional,
jenis kelamin, dan kesehatan) dan faktor eksternal (lingkungan, gizi, dan status
sosial ekonomi).
2.    Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Psikomotorik
Faktor yang memengaruhi perkembangan psikomotorik peserta didik
dibedakan menjadi dua, yakni faktor internal (keturunan/gen dari orang tua,
gangguan emosional, perkembangan sistem syaraf, pertumbuhan otot,
perkembangan kelenjar endokrin dan perubahan struktur tubuh) dan faktor
eksternal (pola asuh orang tua dan lingkungan).
e.         Implikasi Perkembangan Psikomotor dan Fisik Terhadap Pendidikan
Pemahaman terhadap pekembangan fisik dan psikomotorik berkaitan erat
dengan perencanaan pendidikan. Pemahaman terhadap perkembangan ini dapat
membantu upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan yang lebih efektif dan
efisien.
1.      Implikasi Pendidikan pada Anak
Anak memiliki rasa ingin tahu yang besar. Mereka merasa tertantang untuk
melakukan hal baru. Anak-anak belajar berbuat terhadap lingkungannya sebelum
ia mampu berpikir mengenai apa yang sedang ia perbuat.
2.2    Implikasi Perkembangan Bahasa Dan Perilaku Kognitif

Pada tahap SMA, peserta didik apalagi dizaman globallisasi ini kerap
menggunakan istilah-istilah bahasa inggris yang merupakan bahasa internasional.
Bahasa inggris dalam kalangan sma juga merupakan ajang “keren-kerenan”. Hal
yang biasa terjadi ialah saat mereka mengungkapkan sesuatu dengan bahasa
inggris yang dipublikasikan ke social media. Sebagian mendapat respon yang
bagus namun peserta didik yang salah dalam pelafalan, arti dsb akan menjadi
cemoohan akibatnya timbul rasa kurang percaya diri dan imbasnya cenderung
tidak menyukai pelajaran bahasa inggris.
Padahal, menurut Yusuf (2005:118), bahasa sangat erat kaitannya dengan
perkembangan berpikir individu. Perkembangan pikiran individu tampak dalam
perkembangan bahasanya, yaitu kemampuan membentuk pengertian, menyusun
pendapat, dan menarik kesimpulan.
Dalam hal ini guru harus dapat meminimalisir ketidaksukaan peserta didik
terhadap pelajaran bahasa, karena pentingnya bahasa dalam perkembangan berfikir
mereka. Meskipun mereka cenderung tidak suka, namun demi kepentingan mereka
kedepannya guru hendaknya mencari cara agar siswa  berminat terhadap mata
pelajaran bahasa inggris.
2.3    Implikasi Perilaku Sosial, Moralitas Dan Keagamaan
Dalam kehidupan remaja yang masih mempunyai kelabilan dalam berpikir,
remaja cenderung melakukan perbuatan-perbuatan yang justru bertentangan
dengan norma masyarakat atau agamanya, seperti mengisap ganja, mencuri. Dalam
aspek pemahaman moral, Sugiyo (1995: 106) menegaskan bahwa problematik
dalam diri kaum muda sendiri umumnya berpangkal pada
penampilan psikis dan fisik, mereka berupaya menidentifikasi, mengimitasi diri
mereka dengan tokoh-tokoh idola mereka. 
2.4    Implikasi Perilaku Apektif, Konatif, dan Kepribadian
Memasuki usia sekolah menengah, ada lima kebutuhan yang mulai Nampak
yaitu kebutuhan fisik, kebutuhan rasa aman, afiliasi sosial, penghargaan, dan
perwujudan diri. Reaksi emosional mulai berubah-ubah, kecenderungan arah sikap
mulai Nampak, dan menghadapi masa krisis identitas diri.
2.5    Implikasi Perkembangan Emosi Remaja terhadap Penyelenggaraan
Pendidikan.
Masa remaja merupakan puncak emosionalitas, pertumbuhan organ-organ
seksual mempengaruhi emosi atau perasaan-perasaan baru yang dialami
sebelumnya, seperti rasa cinta, rindu dan keinginan berkenalan lebih dalam dengan
lawan jenis.
Intervensi pendidikan untuk mengembangkan emosi remaja agar dapat
mengembangkan kecerdasan emosional, salah satu diantaranya ialah dengan
menggunakan intervensi yang dikemukakan oleh W.T. Grant Consortium, yaitu:
1.      Pengembangan keterampilan emosional
Cara yang dapat dilakukan adalah:
-          Mengidentifikasi dan memberi nama atau label perasaan
-          Mengungkapkan perasaan
-          Menilai intensitas perasaan
-          Mengelola perasaan
-          Menunda perasaan
-          Mengendalikan dorongan hati
-          Mengurangi stress
-          Memahami perbedaan
   Pengembangan keterampilan kognitif
Cara yang dapat dilakukan adalah:
-          Belajar melakukan dialog batin sebagai cara untuk menghadapi dan mengatasi
masalah atau memperkuat perilaku diri sendiri
-          Belajar membaca dan menafsirkan isyarat-isyarat sosial
-          Belajar menggunakan langkah-langkah penyelesaian masalah dan mengambil
keputusan
-          Belajar memahami sudut pandang orang lain
-          Belajar memahami sopan santun
-          Belajar bersikap positif
-          Belajar mengembangkan kesadaran diri
3.      Pengembangan keterampilan perilaku
Cara yang dapat dilakukan adalah:
-          Mempelajari komunikasi non verbal
-          Mempelajari komunikasi verbal
-          Belajar mengembangkan kesadaran diri
-          Belajar mengambil keputusan pribadi
-          Belajar mengelola perasaan
-          Belajar menangani stress
-          Belajar merempati
-          Belaraj berkomunikasi
-          Belajar membuka diri
-          Belajar mengembangkan pemahaman
-          Belajar menerima diri sendiri
-          Belajar mengembangkan tanggung jawab pribadi
-          Belajar mengembangkan ketegasan
-          Mempelajari dinamika kelompok
-          Belajar menyelesaikan kelompok
 
 Implikasi Perkembangan Konsep Diri
Konsep diri menurut Atwater (1987) adalah keseluruhan gambaran diri, yang
meliputi persepsi seseorang tentang diri, perasaan, keyakinan, dan nilai-nilai yang
berhubungan dengan dirinya.
Ada tiga bentuk tentang konsep diri menurut Atwater yaitu:
1.      Body image, kesadaran tentang tubuhnya, yaitu bagaimana seseorang melihat
dirinya sendiri.
2.      Ideal self, yaitu bagaimana cita-cita dan harapan-harapan seseorang mengenai
dirinya.
3.      Social self, yaitu bagaimana orang lain melihat dirinya.
 Implikasi Tugas-Tugas Perkembangan Remaja Bagi Pendidikan
Menurut R.J.havinghurst tugas-tugas perkembangan diartikan sebagai tugas
yang timbul pada suatu periode atau masa tertentu dalam kehidupan seseorang.
Keberhasilan dalam melaksanakan tugas perkembangan akan menumbuhkan rasa
bahagia, serta memberikan kemudan bagi pemenuhan tugas-tugas selanjutnya.
Sedangkan kegagalan akan menimbulkan ketidakbahagiaan dan membawa
kesukaran dalam menghadapi tugas-tugas perkembangan selanjutnya.
Tugas-tugas ini timbul karena adanya 3 kekuatan kerja sama, yaitu:
1.      Kematangan fisik, misalnya: si A, belajar berjalan karena kemtangan otot-otot
kaki; dan si B, belajar bertingkah laku,bergaul dengan jenis kelamin yang
berbedapada masa remaja karena kematanganorgan-organ seksual.
2.      Tuntutan masyarakat secara kultural, misalnya: belajar membaca, belajar menulis,
belajar berhitung, dan belajar berorganisasi.
3.      Tuntutan dari dorongan dan cita-cita individu sendiri, misalnya: memilih
pekerjaan, dan memilih teman hidup.
2. Buku 2

Judul Buku : Perkembangan Peserta Didik


Nama Pengarang : Drs. Kuntjojo, M.Pd.
Penerbit/Tahun Terbit/Jlh Hlm : Universitas Nusantara PGRI KEDIRI

Dalam buku Perkembangan Peserta Didik ini terdiri dari 9 bab yang masing-
masing bab membahas tentang hal yang berbeda-beda. Masing-masing judul bab
dalam buku ini, yakni:
BAB I :PSIKOLOGI PERKEMBANGAN
BAB II :PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN
BAB III :PERIODISASI PERKEMBANGAN
BAB IV :FASE-FASE PERKEMBANGAN

2.1 BAB 1 PSIKOLOGI PERKEMBANGAN


Psikologi perkembangan atau developmental psychology pada mulanya
dikenal dengan psikologi anak, karena perhatiannya yang tertuju pada
perkembangan anak-anak. Sejarah psikologi perkembangan bisa dikatakan
berawal ketika para ahli mulai berpikir tentang hakikat anak.

Johan Amos Comenius (1592 – 1671), seorang ahli pendidikan dari


Cekho, mengatakan bahwa anak tidak boleh dianggap sebagai orang
dewasa
yang bertubuh kecil. Dalam bukunya yang berjudul Didactica Magna, ia
menganjurkan agar pembelejaran dapat menarik perhatian anak. Oleh
sebab itu
kegiatan tersebut harus diragakan agar anak-anak dapat mengamati,
menyelidiki, dan mengalaminya sendiri.

J.P Pestalozzi (1746 – 1827), dari Swiss, dikenal sebagai pendidik yang
sangat memperhatikan kehidupan anak-anak. Ia ingin meningkatkan
pendidikan
di masyarakat dengan cara mengutamakan pendidikan bagi anak-anak. Ia
mengajurkan agar pendidikan untuk anak disesuaikan dengan
perkembangan
jiwa mereka. Hendaknya proses pembelajaran didasarkan pada
pengalaman,
dimulai dari tingkat yang mudah mengarah pada tingkat yang lebih sulit.

1. Tokoh-tokoh dari Jerman


a. Clara dan William Stern mempelajari permainan dan perkembangan
anak-anak serta menulis buku Psychology der Fruhen Kindheit
(1914).
b. Charlotte Buhler mempelajari perkembangan bahasa anak-anak.
c. Meuman, mempelajari cara berpikir anak-anak. Ia berpendapat
bahwa cara berpikir anak-anak masih sugestibel.
d. Kerschenstener, berhasil mengumpulkan dan meneliti sejumlah
gambar yang telah dibuat oleh anak-anak dan membuat deskripsi
tentang fase-fase perkembangan kemampuan menggambar pada
anak-anak.

B. Pengertian, Objek dan Metoda Psikologi Perkembangan


1. Pengertian Psikologi Perkembangan
Secara etimologis, istilah psikologi (bahasa Indonesia) atau psychology
(bahasa Inggris) berasal dari dua kata bahasa Yunani , yaitu psyche dan
logos (Sarlto Wirawan S., 1986 : 1). Psike artinya jiwa dan logos artinya
nalar, logika, atau ilmu.
Dari dua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa psiklogi
merupakan ilmu yang mempelajari tingkah laku atau aktivitas-aktivitas jiwa
(khususnya pada manusia), baik itu manusia yang normal maupun yang
tidak normal, baik manusia sebagai individu maupun sebagai kelompok,
baik itu aktivitas yang bersifat kgnitif, afektif, maupun psikomotorik .

Lebih jelas lagi apa yang dikatakan


oleh Ross Vasta dkk. (Syamsu Yusuf, 2004 : 3). Menurut mereka,
“psikologi perkembangan merupakan cabang psikologi yang
mempelajari perubahan tingkah laku dan kemampuan sepanjang
proses perkembangan individu dari masa konsepsi sampai mati”
2. Objek Psikologi Perkembangan
Objek setiap ilmu dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu objek
material dan objek formal. Objek material adalah objek yang bersifat
umum, dilihat dari wujud bendanya. Sedangkan objek formal adalah objek
yang bersifat khusus, dari segi apa objek material ditinjau.Objek material
psikologi perkembangan adalah perilaku manusia atau kompleks dari
gejala-gejala jiwa manusia. Sedangkan objek formalnyaadalah perilaku
manusia ditinjau berdasarkan proses perkembangan yangterjadi, sejak
masa konsepsi sampai meninggal.

3. Metoda Psikologi Perkembangan


Metoda, tepatnya metoda ilmiah merupakan suatu prosedur untuk
mencapai suatu tujuan, yaitu diperolehnya kebenaran ilmiah tentang objek
yang dipelajari oleh ilmu. Untuk mempelajari gejala kejiwaan, metoda yang
dipakai dalam psikologi perkembangan adalah longitudinal method dan
cross-sectional method.
Longitudinal method merupakan metoda yang dilakukan dengan waktu
yang relative lama, hari demi hari, bulan demi bulan, bahkan dari tahun
ketahun. Kelebihan metoda ini adalah bahwa suatu proses perkembangan
dapat dipelajari secara teliti.
Cross-sectional method atau sering juga disebut transversal method
merupakan metoda penelitian yang dilakukan dengan mempelajari perilakU
individu-individu dari tingkatan usia yang berbeda namun secara berurutan.

2.2 BAB II PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN


A. Konsep-konsep Dasar Pertumbuhan dan Perkembangan
1. Pengertian Pertumbuhan
Pertumbuhan adalah proses perubahan progresif yang bersifat kuantitatif
dan
yang terjadi pada aspek fisik. Contoh: munculnya gigi baru, semakin
bertambahnya jumlah gigi, semakin bertambahnya tinggi badan, dst.

2. Pengertian Perkembangan
Perkembangan adalah proses perubahan progresif yang bersifat kualitatif
fungsional dan yang terjadi pada aspek fisik atau psikis. Contoh :
munculnya kemampuan berdiri dan berjalan, semakin meningkatnya
kemampuan berdiri dan berjalan, semakin meningkatnya kemampuan
berpikir, berimajinasi, dst.
3. Persamaan dan Perbedaan Pertumbuhan dengan Perkembangan
a. Persamaan pertumbuhan dengan perkembangan ialah bahwa keduanya
merupakan proses perubahan progresif.
b. Perbedaannya adalah : (1) sifat perubahan, pada pertumbuhan
perubahan bersifat kuantitatif sedangkan pada perkembangan, perubahan
bersifat kualitatif fungsional; (2) aspek yang berubah, pada pertumbuhan
yang berubah adalah aspek fisik, sedangkan pada perkembangan aspek
fisik dan psikis.
4. Hubungan Pertumbuhan dengan Perkembangan
Perkembangan tidak terpisahkan dengan pertumbuhan. Perkembangan
individu dapat terjadi secara normal bila yang bersangkutan mengalami
pertumbuhan yang normal. Dapat pula dinyatakan bahwa pertumbuhan
merupakan prasyarat perkembangan.
Perkembangan terjadi bersamaan atau setelah terjadinya proses
pertumbuhan. Contoh: dalam waktu kurang lebih 12 bulan semenjak
kelahirannya, ukuran kaki anak semakin bertambah besar dan panjang
(pertumbuhan), kemudian kaki tersebut mulai difungsikan untuk berdiri dan
berjalan (perkembangan).

5. Karakteristik Perkembangan
Terjadinya perkembangan pada individu dapat diketahui berdasarkan
karakteristik tertentu yang dialaminya. Karakteristik-karakteristik dimaksud
mudah dikenali, yaitu sebagai berikut.
a. Terjadinya perubahan semua aspek baik aspek fisik maupun aspek
psikis.Perubahan-perubahan yang dimaksud merupakan perubahan
progresif,
kearah kemajuan.
b. Perubahan dalam proporsi fisik dan juga psikis. Perubahan pada
proporsi fisik, tepatnya tubuh jelas sekali terlihat. Semakin bertambah usia
perbandingan dalam ukuran tubuh individu semakin berubah dan pada
masa remaja tubuh individu telah memiliki proporsi tubuh seperti yang
dimiliki orang dewasa.
c. Lenyapnya tanda-tanda yang lama, baik secara fisik maupun kejiwaan.
Tanda-tanda fisik yang hilang misalnya : kelenjar thymus (kelenjar
anakanak)yang terletak pada bagian dada, kelenjar pineal pada bagian
bawah otak, rambut-rambut halus, dan gigi susu.
d. Diperolehnya tanda-tanda yang baru. Tanda-tanda baru pada aspek fisik
diantaranya adalah : pergantian gigi, munculnya ciri-ciri seks primer dan
juga seks sekunder.
5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan
Beberapa individu yang usianya sama ternyata perkembngan mereka baik
secara vertical maupun horizontal tidak selalu sama.
a. Teori Empirisme
Teori empirisme disebut juga teori tabularasa dan environmentalism. Teori
ini dipelopori oleh John Locke (1632 – 1704). Menurut teori empirisme,
perkembangan individu ditentukan oleh lingkungannya.
b. Teori Nativisme
Teori nativisme dengan tokohnya Arthur Schopenhauer (1788 – 1880),
beranggapan bahwa perkembangan individu semata-mata ditentukan oleh
faktor-faktor yang dibawa sejak lahir (pembawaan). Bila individu dilahirkan
dengan pembawaan yang baik dengan sendirinya perkembangannya
akan baik, dan sebaliknya.
c. Teori Konvergensi
Teori konvergensi disebut juga teori interaksionisme. Teori ini
dikemukakan oleh William Stern (1871 – 1939). Menurut Stern,
perkembangan individu merupakan hasil perpaduan atau interaksi antara
faktor pembawaan dengan faktor lingkungan.
Dari ketiga teori tersebut yang dapat diterima kebenarannya adalah teori
kon-vergensi.

6. Prinsip-prinsip Perkembangan.
a. Bahwa perkembangan merupakan perubahan progresif.
Melalui perkembangan segala-sesuatu yang masih bersifat kemungkinan
dapat berubah menjadi kenyataan. Hal demikian dapat digambarkan sebagai
berikut.
POTENSIALITAS AKTUALITAS
BAKAT KECAKAPAN
DEPENDENSI INDEPENDENSI
KAPASITAS ABILITAS
INKOMPETENSI KOMPETENSI
AUTOPLASTIS ALLOPLASTIS
NON PRODUKTIF PRODUKTIF

Bagan 1 : HAKIKAT PERKEMBANGAN

b. Bahwa perkembangan awal lebih penting dibandingkan dengan


perkembangan-per-kembangan selanjutnya.
c. Bahwa perkembangan membutuhkan lingkungan.
Apa saja yang dimiliki individu sejak kelahirannya sebagai kemampuan
potensial membutuhkan stimuli atau pengaruh dari lingkungan terutama
lingkungan sosial.
d. Bahwa proses perkembangan berlangsung dengan mengikuti pola
tertentu.
e. Bahwa tempo perkembangan bersifat individual.Beberapa individu yang
usianya sama atau hampir sama, tingkatperkembangannya tidak selalu
sama, ada yang cepat, ada yang sedang, adapula yang lambat. Misalnya
kemampuan berjalan, ada anak yang sudah bisaberjalan ketika berusia 11
bulan, anak yang lain bisa berjalan ketika usianya13 bulan, dan yang lain
lagi baru bisa berjalan pada saat dia berusia 15bulan.
f. Bahwa perkembangan berlangsung secara bertahap, di mana setiap
tahapperkembangan memiliki karakteristik tertentu dan tugas-tugas
perkembangan tertentu, serta resiko tertentu pula

B. Teori-teori tentang Proses Perkembangan


1. Teori Asosiasi (tokoh : John Locke)
Menurut teori asosiasi perkembangan merupakan proses asosiasi, yaitu
proses penyatuan dari bagian-bagian menjadi keseluruhan. Dalam proses
ini bagian bersifat primer sedangkan keseluruhan bersifat sekunder.
Contoh :pengetahuan yang dimiliki oleh individu diperoleh sedikit demi
sedikitsehingga terbentuk sebagai suatu kesatuan.
2. Teori Gestalt (tokoh :Wertheimer)
Menurut teori Gestalt, perkembangan adalah proses diferensiasi, yaitu
proses penguraian dari keseluruhan menjadi bagian-bagian. Ini berarti
bahwa keseluruhan bersifat primer, sedangkan bagian-bagian bersifat
sekunder.
Contoh : pertumbuhan pada masa pranatal dan perkembangan individu
sebelum dan sesudah masa pubertas.
3. Teori Neo Gestalt (tokoh : Kurt Lewin)
Lewin menyatakan bahwa perkembangan merupakan proses
diferensiasi dan stratifikasi. Yang dimaksud dengan proses stratifikasi
adalah proses pembentukan lapisan-lapisan kepribadian. Pada awal
perkembangan, lapisan kepribadian anak sangat terbatas, apa yang
terwujud dalam gerak-gerik dan ucapannya sama dengan apa yang ada
dalam isi jiwanya. Semakin bertambah usia, semakin bertambah pula
jumlah lapisankepribadian, sehingga semakin sulit untuk mengetahui isi
jiwa seseorang,karena apa yang terlihat sebagai tingkah laku belum tentu
sama dengan isi jiwanya.
4. Teori Sosiologis (tokoh : J.M. Baldwin dan Sigmund Freud )
Menurut Baldwin, perkembangan merupakan proses sosialisasi yang
berlangsung secara imitasi, yaitu proses peniruan terhadap sikap maupun
tingkah laku orang lain.
Sedangkan menurut Sigmund Freud, perkembangan adalah proses
sosialisasi yang berlangsung melalui identifikasi, yaitu proses menyamai
orang lain.
5. Teori Bio Sosial (tokoh : Havighurst)
Menurut teori ini, perkembangan adalah proses belajar. Havighurst
menyatakan living is learning and growing is learning, artinya hidup itu
adalah belajar, dan berkembang juga belajar. Maksudnya adalah bahwa
manusia itu untuk mempertahankan hidupnya harus belajar, dan karena
belajar maka dia dapat berkembang. Untuk belajar, menurut Havighurst,
diperlukan kemasakan biologis dan kemasakan sosial (latihan-latihan).

C. Tugas-tugas Perkembangan
1. Pengertian Tugas-tugas Perkembangan
Berdasarkan definisi yang dekemukakan oleh Havighurst tersebut dapat
diidentifikasi pokok-pokok pengertian mengenai tugas perkembangan
sebagai
berikut.
a. Bahwa tugas perkembangan merupakan suatu tugas, bisa berupa
penguasaan keterampilan, sikap, pola-pola tindakan tertentu, dst., yang
muncul atau harus dikuasai oleh individu pada fase perkembangan
tertentu.
b. Bila individu berhasil melaksanakan tugas-tugas perkembangan maka
dia akan merasakan kebahagiaan dan lebih mudah dalam menghadapi
tugas-tugas perkembangan fase berikutnya.
c. Bila individu gagal dalam melaksanakan tugas-tugas perkembangan
pada suatu fase perkembangan maka akan menyebabkan
ketidakbahagiaan, penolakan masyarakat terhadap dirinya, serta
timbulnya kesulitan dalam melaksanakan tugas-tugas perkembangan
berikutnya.
2. Sumber-sumber Tugas- tugas Perkembangan
Faktor apakah yang menyebabkan munculnya tugas-tugas
perkembangan?Menurut Havighurst (Hurlock, 1997 : 9) munculnya tugas-
tugas perkembangan bersumber dari faktor-faktor sebagai berikut.
a. Kematangan fisik, seperti belajar berdiri, berjalan, dst.
b. Tekanan-tekanan budaya atau harapan dari masyarakat, misalnya
belajar membaca, menulis, bersikap hormat pada orang tua, dst.

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penguasaan Tugas-tugas Perkembangan


1. FAKTOR INTERNAL
2. FAKTOR EKSTERNAL

2.3 BAB III PERIODISASI PERKEMBANGAN


A. Pendahuluan
Perkembangan adalah perubahan progresisif. Dalam proses ini kehidupan
individu ber-sifat dinamis yang ditandai dengan adanya perubahan ciri-ciri
tingkah laku. Ini berarti bahwa pada rentang usia tertentu terdapat cirri-ciri
tingkah laku yang khas, yang berbeda dengan masa sebelum dan
sesudahnya.
ada dua hal yang menjadi catatan para ahli, yaitu :
1. Meskipun tempo perkembangan bersifat individual, namun secara umum
dapat ditemukan tanda-tanda atau ciri-ciri yang terjadi hampir bersamaan.
2. Deskripsi tentang karakteristik perilaku individu pada setiap fase
perkembangan tidak didasarkan pada realitas bahwa fase perkembangan
yang satu dengan lainnya terpisahkan secara deskrit. Bahwa batas antara
fase perkembangan satu dengan lainnya bersifat samara-samar
B. Dasar-dasar Periodisasi Perkembangan
Pendapat para ahli tentang periodisasi perkembangan tidak sama bila dasar
yang dipakai dalam periodisasi tidak sama. Dasar-dasar dalam periodisasi
perkembangan secara garis besar dibedakan menjadi tiga macam, yaitu : tinjauan
secara biologis, tinjauan secara didaktis, dan tinjauan secara psikologis.
1. Periodisasi Berdasarkan Tinjauan Biologis
Pada periodisasi ini penetapan fase /masa / periode perkembangan
didasarkan pada perubahan-perubahan segi biologis atau timbulnya tanda biologis
tertentu. Tokoh yang mengemukakan periodisasi semacam ini antara lain sebagai
berikut.
a. Aristoteles
Menurut Aristoteles perkembangan berlangsung melalui :
1) Fase I : 0 – 7 tahun : periode anak kecil
2) Fase II : 7 – 14 tahun : periode anak sekolah
3) Fase III : 14 – 21 tahun : periode dan remaja
Peralihan dari fase I ke fase II ditandai dengan pergantian gigi, dari fase
II ke fase III ditandai dengan matangnya organ reproduksi.
b. Kretschmer
Kretscher menyatakan bahwa perkembangan berlangsung melalui ;
1) Fase I : 0 - 3 tahun : Fullungsperiode I (pengisian I)
2) Fase II : 3 - 7 tahun : Sterckungsperiode I (rentangan I)
3) Fase III : 7 - 13 tahun : Fullungsperiode II (pengisian II)
4) Fase IV : 13 – 20 tahun : Sterckungsperiode II (rentangan II)
Menurut Kretschmer, pada Fullungsperiode anak kelihatan gemuk
pendek dan pada Sterckungsperiode anak kelihatan kurus tinggi.

2. Periodisasi Berdasarkan Tinjauan Didaktis.


a. Johan Amos Comenius
Menurut Comenius, tahap-tahap perkembangan adalah berikut.
1) Fase I : 0 - 6 tahun : Scola Materna (sekolah ibu)
2) Fase II : 6 - 12 tahun : Scola Vernacula (sekolah bahasa ibu)
3) Fase III : 12 - 18 tahun : Scola Latina (sekolah bahasa Latin)
4) Fase IV : 18 - 24 tahun : Academia (akademi)

b. Jean Jaques Rousseau


Menurut Rousseau, tahap perkembangn terdiri dari ;
1) Fase I : 0 - 2 tahun : masa asuhan
2) Fase II : 2 - 12 tahun : masa latihan jasmani dan indera
3) Fase III : 12 - 15 tahun : masa pendidikan akal
4) Fase IV : 15 - 20 tahun : masa pembentukan watak

3. Periodisasi Perkembangan Berdasarkan Tinjauan Psikologis


a. Oswald Kroh
mendiskripsikan periodisasi perkembangan menjadi sebagai berikut.
1) Fase I : 0 - 3 tahun : masa kanak-kanak awal
2) Fase II : 3 - 13 tahun : masa keserasian bersekolah
3) Fase III : 13- 21 tahun : masa kematangan

b. Elizabeth B. Hurlock
1) Fase ke- 1 : konsepsi – lahir : masa prenatal
2) Fase ke- 2 : 0 - 14 hari : masa neonatus
3) Fase ke- 3 : 14 hari - 2 tahun : masa bayi
4) Fase ke- 4 : 2 - 6 tahun : masa kanak-kanak awal
5) Fase ke- 5 : 6 - 12 tahun : masa kanak-kanak akhir
6) Fase ke- 6 : 12 - 13 tahun : masa pubertas
7) Fase ke- 7 : 13 - 15 tahun : masa remaja awal
8) Fase ke- 8 : 15 - 18 tahun : masa remaja akhir
9) Fase ke- 9 : 18 - 40 tahun : masa dewasa awal
10) Fase ke-10 : 40 - 60 tahun : masa usia pertengahan
11) Fase ke-11 : 60 - meninggal : masa lanjut usia

2.4.BAB IV FASE-FASE PERKEMBANGAN


Perkembangan merupakan proses yang berlangsung secara bertahap.
Tahap apa saja yang dilalui individu dalam perkembangannya, karakteristik dan
kemampuan apa sajakah yang muncul serta permasalahan-permasalahan apa
pula yang biasanya dihadapi individu pada setiap fase perkembangan ? Untuk
menjawab pertanyaan tersebut diperlukan acuan berupa periodisasi
perkembangan.
B. Fase Pranatal
1. Berlangsungnya Fase Pranatal
Masa pranatal atau masa dalam kandungan berlangsung sejak terjadinya
konsepsi sampai kelahiran yang lamanya kurang lebih 280 hari atau 9 bulan.
Masa pranatal terbagi dalam tiga periode (Hurlock, 1997 : 36) , yaitu sebagai
berikut
a. Periode Zigot (sejak konsepsi sampai akhir minggu kedua).
Bentuk zigot sebesar kepala peniti, tidak berubah karena tidak
mempunyai mempunyai sumber makanan dari luar, sedangkan
hidupnya dipertahankan kuning telur.
Dengan berjalannya zigot dari tuba Fallopi turun ke uterus, maka
terjadi banyak pembelahan dan zigot terbagi menjadi lapisan luar dan
lapisan dalam.
Lapisan luar kemudian berkembang menjadi placenta (ari-ari), tali
pusar, dan selaput pembungkus janin; lapisan dalam berkembang
menjadi mausia baru.
Sekitar sepuluh hari setelah pembuahan, zigot tertanam di dalam
dinding uterin.

b. Periode embrio (akhir minggu kedua sampai akhir bulan kedua).


Embrio berkembang menjadi manusia dalam bentuk kecil.
Terjadi perkembangan besar, mula-mula di bagian kepala dan terakhir
pada anggota tubuh.
Semua bagian tubuh yang penting, baik bagian dalam maupun bagian
luar, telah terbetuk.
Embrio mulai bergerak di dalam uterus, dan terjadi gerakan-gerakan
spontan dari anggota tubuh.
Placenta (ari-ari), tali pusar, dan selaput pembungkus janin
berkembang; ketiganya melindungi dan memberi makan embrio.
Pada akhir bulan kedua pranatal, berat embrio rata-rata satu
seperempat ons dan panjangnya satu setengah inci.

c. Periode janin (akhir bulan kedua sampai lahir).


Terjadi perubahan pada bagian-bagian tubuh yang telah terbentuk,
baik dalam bentuk / rupa maupun perubahan aktual, dan terjadi
perubahan-perubahan dalam fungsi.
Pada akhir bulan ketiga beberapa organ dalam telah berkembang
sehingga mulai dapat berfungsi.
Pada akhir bulan kelima, berbagai organ dalam telah menempati posisi
hampir seperti posisi di dalam tubuh orang dewasa.
Sel-sel saraf, yang ada sejak minggu ketiga, jumlahnya meningkat
pesat selama bulan kedua, ketiga dan keempat.
Gerak-gerik janin biasanya tampak pertama kali antara minggu
kedelapan belas sampai dua puluh, kemudian meningkat dengan
cepat sampai akhir bulan kesembilan.
Pada akhir bulan ketujuh, perkembangan janin telah memadai dan
dapat hidup bila lahir sebelum waktunya.
Pada akhir bulan kedelapan, tubuh janin sudah lengkap terbentuk,
meskipun lebih kecil dibandingkan dengan bayi normal yang cukup
bulannya.
2. Proses Dimulainya Kehidupan
Kehidupan baru dimulai dengan bersatunya sel reproduksi pria dengan
sel reproduksi wanita. Kedua sel reproduksi ini dikembangkan dalam organ
reproduksi yaitu gonad. Sel-sel reproduksi pria, yaitu spermatozoa (bentuk
tunggalnya : spermatozoon), dipruduksi dalam gonad pria, yaitu testes.
Sedangkan sel-sel reproduksi wanita atau ova (bentuk tunggalnya : ovum)
diproduksi dalam gonad wanita yang disebut ovarium atau indung telur.
Sel-sel reproduksi pria dan wanita adalah sama, dalam arti keduanya
mengandung kromosom. Setiap sel reproduksi yang matang mempunyai
23 kromosom, dan setiap kromosom mengandung gen yaitu pembawa
keturunan. Gen adalah partikel yang ditemukan dalam kombinasi dengan
gen-gen lain dalam bentuk menyerupai benang di dalam kromosom.
Diperkirakan terdapat sekitar 3000 gen di dalam kromosom.
Sebelum.kehidupan dimulai, sel reproduksi pria dan wanita harus
melalui beberapa proses persiapan. Untuk sel wanita, terdapat tiga proses
persiapan, yaitu : pematangan, ovulasi, dan pembuahan, sedangkan
untuk sel re-produksi pria hanya melalui dua proses saja, pematangan dan
pembuahan (Hurlock, 1997 : 29 – 30).

1) Pematangan
Pematangan sel reproduksi merupakan proses persiapan pertama
dalam menentukan apa saja unsur bawaan dari manusia yang baru
dibentuk itu.
Proses ini berupa reduksi kromosom melalui pembelahan sel. Dalam
masing-masing sel reproduksi, apakah spermatozoon atau ovum
terdapat 23 pasang kromosom sebelum proses pematangan terjadi.

2) Ovulasi
Ovulasi dalah proses pelepasan sebuah ovum yang telah matang
selama siklus haid. Proses ini hanya terjadi pada sel reproduksi wanita.
Dalam kelahiran kembar yang tidak identik (kembar fraternal), dua tau
lebih ova matang dilepaskan dari folikel dari sati atau dua ovarium.
3) Pembuahan
Proses ketiga dalam awal pembentukan individu baru adalah
pembuahan ovum oleh spermatozoon. Dalam pembuahan normal, ovum
berada dalam salah satu tabung Fallopi ketiga bergerak dari satu
ovarium ke rahim.

C. Fase Neonatal
1. Ciri-ciri Fase Neonatal
a. Masa neonatal merupakan masa paling singkat.
Dibandingkan masa atau fase perkembangan lainnya, masa neonatal yang
Berlangsung sekitar 14 hari merupakan masa yang paling singkat
.
b. Masa neonatal merupakan masa terjadinya penyesuaian yang radikal.
Dikatakan penyesuaian yang radikal karena lingkungan yang dihadapi
setelah dia dilahirkan sangat jauh berbeda dengan lingkungan sebelumnya.

c. Masa neonatal merupakan masa terhentinya pertumbuhan.


Pada masa ini pertumbuhan berhenti untuk sementara karena individu
sedang menghadapi tugas berat yaitu penyesuaian diri.
d. Masa neonatal merupakan pendahuluan bagi perkembangan
selanjutnya.
Ketika baru dilahirkan individu hanya memiliki kemampuan yang sangat
sedikit, yang terbatas pada kemampuan instintif.

e. Masa neonatal merupakan masa yang beresiko tinggi.


Penyesuaian diri merupakan pekerjaan berat bagi bayi neonatal yang
kemampuannya masih sangat terbatas, terbukti dengan tingginya
kematian pada masa ini (Hurlock, 1997 : 53).
2. Penyesuaian Diri Bayi Neonatal
a Macam-macam penyesuaian diri yang harus dilakukan bayi neonatal.
1) Penyesuaian terhadap perubahan suhu udara.
Suhu udara di dalam rahim ibu sekitar 36 derajat Celcius. Pada lingkungan
sesudah lahir suhu berkisar antara 20 dan 21 derajat Celcius dan akan
berubah-ubah terutama setelah bayi meninggalkan rumah sakit.

2) Penyesuaian dalam hal bernafas.


Sebelum bayi lahir, ia memperoleh oksigen yang berasal dari plasenta
melalui tali pusat. Bila tali pusat diputuskan setelah lahir, bayi harus
menghirup dan mengeluarkan udara dengan memfungsikan paru-parunya.

3) Penyesuaian dalam menghisap dan menelan.


Selama dalam kandungan, bayi memperoleh makanan yang tetap melalui
tali pusatnya. Setelah dia dilahirkan, dia mengandalkan refleksnya dalam
menghisap dan menelan.

4) Penyesuaian dalam hal membuang / mengeluarkan kotoran.


Pembuangan kotoran sebelumnya dilakukan melalui tali pusat, setelah lahir
pembuangan dilakukan dengan memfungsikan organ ekskresinya

3. Kemampuan Sensorik Bayi Neonatal.


Kemampuan yang dimiliki oleh bayi neonatal masih sangat terbatas, yaitu baru
kemmapuan sensorik. Menurut Hurlock (1997 : 63) bayi neonatal menunjukkan
kemampuan sensorik sebagai berikut.
a. Penglihatan
b. Pendengaran
c. Pembau
d. Pencecap
e. Kepekaan kulit
f. Kepekaan organic

4. Tugas Perkembangan Masa Neonatal


Tugas perkembangan suatu fase berbeda dengan yang
ada pada fase sebelum dan sesudahnya. Tugas perkembangan bayi neonatal
adalah melakukan penyesuaian diri terhadap 4 hal sebagaimana dijelaskan pada
uraian sebelumnya, yaitu penyesuaian terhadap : suhu udara, kemampuan
bernafas, kemampuan menghisap dan menelan, dan kemampuan dalam
membuang kotoran.

Bab III.Pembahasan Umum

3.1 Perbedaan

BUKU I BUKU II
LEBIH LENGKAP MATERINYA FASE- FASE ISI BUKU MATERI YANG DISAJIKAN HANYA
PERKEMBANGAN BAYI,KANAK,REMAJA,DEWASA BERUPA FASE BAYI DAN KANAK YANG DIPERJELAS
DST
Teori teori perkembangan lengkap Teori yang disajikan hanya bebarapa
terkhusukan untuk bayi anak
Terdapat ISBN DIDALAM BUKU Tidak terdapat ISBN DALAM BUKU
BUKU UTAMA BUKU PANDUAN ASLI BUKU PEMBANDINF FORMAT BUKU
UNIMED PRESS PDF

A.           BUKU I PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK

·           KELEBIHAN

NO BUKU I BUKU II
1 Dari cara penyajiannya buku ini sama saja Bukunya sangat bagus
dengan buku-buku yang lain dimana terdapat penyajiannya berupa materi
prakarta, daftar isi, daftar pustakaan, bab dan yang sudah diperjelas dan
sub-bab materi yang akan dijelaskan. terprinci

2 Menyajikan tulisan dengan ukuran yang tepat. Menyajikan tulisan dengan


ukuran yang tepat.

3 Pembahasan pada sub bab spesifik, langsung Pembahasan pada sub bab
pada intinya. spesifik, langsung pada intinya.
4 Bentuk sampul dan kertasnya tebal dan tidak
mudah koyak. Bentuk format file pdf rapi

5 Di setiap awal bab, terdapat tujuan umum dan Terdapat beberapa gambar
tujuan khusus yang mempermudah sehingga
tidak memperbosankan
pembaca
6 Setiap akhir bab terdapat daftar pustaka dari Format buku pdf sehingga
materi yang dibahas. bagus mudah disimpan dihp
dan dilihat tidak bias hancur
dan rusak
7 Setiap bab ada rangkuman dari materi yang Isinya Mudah untuk dipahami
telah di paparkan dalam bab tersebut

8 Terdapat evaluasi di masing-masing akhir bab Termasuk buku yang bagus


sehingga melatih pembaca untuk mengulas untuk pembanding buku
kembali pemahamannya mengenai materi yang utama tidakperlu beli dan
telah di paparkan. mencarinya jauh hanya dengan
mencari diwebsite

KEKURANGAN

N BUKU I BUKU II
O
1 Kurang menarik untuk dibaca karena Manteri hanya diperjelas pada
tidak terdapat warna warni tulisan. masa bayi dan kanak-kanak

2 Hanya terdapat 2 gambar di dalam Penulis hanya menjelaskan sedikit


buku sehingga membuat pembaca dan tidak terlalu umum dalam
bosan dan minat membaca menjadi materinya
kurang.

BAB IV. PENUTUP


A.    SIMPULAN

BA BUKU I BUKU II
B
I Perkembangan Merupakan perubahan Psiklogi perkembangan
progresif dan Berkesinambungan yang merupakan ilmu yang
dialami individu yang dialami dari akhir mempelajari tingkah laku
hayatnya.prinsip perkembangan yaitu 1. atau aktivitas-aktivitas jiwa
Perkembangan merupakan merupakan (khususnya pada manusia),
proses yang tidakpernah berhenti. 2. baik itu manusia yang
Semua aspek saling normal maupun yangtidak
normal, baik manusia
mempengaruhi.3.mengikuti pola tertentu.
sebagai individu maupun
4. Erjadi tempo berlainan.5.setiap fase
sebagai kelompok, baik
perkembangan mempunyai mepunyai cirri itu aktivitas yang bersifat
khas.6.setiap individu norma mengalami kgnitif, afektif, maupun
fase perkembangan. 7. Perkembangan psikomotorik.
ditentukan oleh kematangan
II Menurut teori Psikoanalisa struktur Pertumbuhan adalah proses
kepribadian manusia terdiri dari tiga perubahan progresif yang
bersifat kuantitatif dan
struktur yaitu id,eo dan super yang terjadi pada aspek fisik.
ego.keidupan remaja dipenuhi ketenangan Perkembangan adalah proses
dan konflik. Remaja berusaha menekan perubahan progresif yang
ketegangan yang dialami dengan cara bersifat kualitatif
fungsional dan yang terjadi pada
meredam konflik tersebut kedalam pikiran aspek fisik atau psikis.
yang tidak sadar.teori perkembangan Perbedaannya adalah : (1) sifat
yaitu;teori kognitiif,pieget,teori perubahan, pada pertumbuhan
behaviorisme dan teori kontekstual perubahan
bersifat kuantitatif sedangkan
ekologis pada perkembangan, perubahan
bersifat
kualitatif fungsional; (2) aspek
yang berubah, pada
pertumbuhan yang
berubah adalah aspek fisik,
sedangkan pada perkembangan
aspek fisik dan
psikis.
III Perkembangan fisik remaja menunjukkan Perkembangan adalah
perkembangannya cepat baik dari segi perubahan progresisif
Yang dimaksud periodisai
tinggi dan berat badan maupun perkembangan perubahan
perkembangan seksual. Perkembangan terhadap pengaruh internal yaitu
intelektual/kognitif remaja berada otak dan segala hal yang
padatahap opersional formal artinya mencakup kemapuan dan setiap
tahunnya semakin
mereka telahdapat berpikir abstrak dan berkembangan
berpikir dengan melihat kemasa depan.

IV J. Havinghust membagi tugas Fase fase perkembangan yaitu tahap


tahapyang dilalui individu dalam
perkembangan remaja 10 bagian yaitu;1) perkembangannya,karakteristik dan
mencapai hubungan baru yang lebih kemampuan nya dalam segala hal fase
matang dengan hungan sebaya. tersebut yaitu 1.fase pranata, 2. Fase
2)mencapai peran social pria dan Neonatal,
wanita.3)menrima keadaan fisiknya dan
menggunakannya secara efektif.4)mencari
kemandirian dariorang tua dan orang
dewasa lainnya 5) mencapai jaminaan
kebebasan ekonomis. 6)memilih dan
menyiapkan lapangan kerja.7)persiapan
memasuki kehidupan berkeluarga.
8)mengembangkan keterampilan
intelektual. 9) mencapai dan
mengharapkan tingkah laku sosisal 10).
Memproleh system etika sebagai
pedoman hidup
V MASLOW mengemukakan hirerki
kebutuhan dari yang dasar sampai yang
paling tinggi yaitu 1)kebutuhan fisiologis
2)kebutuhan rasa aman 3)kebutuhan rasa
memiliki dan kasih saying 4) kebutuhan
penghargaan 5) kebutuhan ras ingin tahu
6) kebutuhan estetik 7) kebutuhan
pertumbuhan 8) kebutuhan aktualisasi diri
VI Konsep diri adalah bagaimana seorang
melihat dirinya yang mencakup keyakinan,
pandangan penilaian seorang terhadap
dirinya sendiri. Konsep diri seseorang
dibuat oleh lingkungan terutama
lingkungan keluarga dimana seseorang
anak dibesarkan . bagaimana pola asuh
orang tua terhadap anak sangat
menentukan pembentukan konsep diri
negative.

VII Penyesuaian diri dapat diartikan sebagai


adaptasi, sebagai bentuk konformitas, dan
sebagai usaha penguasaan.sebagai
adaptasi penyesuaian diri berarti
kemampuan individu untuk menyesuaikan
.diri dengan lingkungan termasuk
penyesuain secara fisik,fisiologis,atau
biologis

VIII Remaja dalam perkembangan mengalami masalah,


hanya saja maslah itu ada yang wajar, ada yang
sedang dan ada yang berat.remaja yang bernasalah
wajar adalah tingkah laku yang secara psikologis
masih dalam batas cirri-ciri pertumbuhan dan
perkembangannya masalah.bertaraf menegah adalah
remaja yeng mengalami maslah yeng juga masih
berhubungan dengan pertumbuhan dan
perkembangannya.

IX Perkembangan fisik pada usia remaja terutama


remaja awal (usia SLTP) berlangsung sangat cepet.
Kecepatan perkembangan fisik menyebabkan kurang
seimbang pada proporsi dan berat badan . pada masa
ini tumbuh cirri-ciri sekunder dari perkembangan
remaja,seperti tumbuh bulu pada public
region,terjadinya pengembangan otot pada daerah-
daerah tertentu,disertai dengan mulaimengalami
sekresi kelenjar jenis kelamin.
B.                 SARAN

BUKU I
Saran untuk buku Perkembangan Peserta Didik penulis Dra. Rahmulyani, M.Pd.yang saya berikan
mengenai materi “Tugas ringkasan setiap bab dalam buku” haruslah lebih mengembangkan isi materi
serta meningkatkan kreatifitas terhadap isi buku tersebut misalnya penulis  menambahkan gambar guna
untuk membuat pembaca tertarik untuk membaca buku tersebut.

BUKU II
Dan saran saya untuk buku Perkembangan Peserta Didik penulis Dr. H. sunarto dan Drs. Kuntjojo M .Pd.
materinya jangan terpusat sama perkembangan bayi dan kanak-kanak tapi harus juga masa remaja lebh
lebih diperjelas lagi

Anda mungkin juga menyukai