DISUSUN OLEH :
NAMA : ARDINSAH
NIM : 4171111010
MEDAN
2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan karunia-Nya saya
dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Kepemimpinan Rekayasa Ide ini yang berjudul “Gaya
Kepemimpinan yang Sesuai Dengan Aliran – Aliran Filsafat Pendidikan”.
Saya berterima kasih kepada Ibu dosen pembimbing yang bersangkutan yang sudah
memberikan bimbingan kepada saya. Penulis juga berterima kasih kepada teman-teman saya atas
dukungannya kepada saya serta saya juga berterima kasih kepada orang tua saya yang telah
mendoakan saya hingga saat ini.
Saya menyadari bahwa tugas ini masih banyak kesalahan. Oleh karena itu saya minta maaf jika
ada kesalahan dalam penulisan dan penulis mengahrapkan kritik dan saran yang membangun guna
kesempurnaan tugas ini
2
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Gaya – Gaya Kepemimpinan..................................................................5
2.2. Aliran – Aliran Filsafat Pendidikan........................................................6
3
BAB IV PENUTUP
4.1. Kesimpulan..............................................................................................13
4.2. Saran........................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................14
BAB I
PENDAHULUAN
sesuai, guru juga harus bisa menentukan gaya kepemimpinan apa yang sesuai dengan aliran
tersebut. Oleh karena itu, aliran filsafat pendidikan yang dipilih juga harus dengan gaya
kepemimpinan yang dimiliki.
1.3. Tujuan
Dapat mengetahui gaya kepemimpinan yang ada di dalam pendidikan.
Dapat mengetahui aliran filsafat pendidikan yang biasa digunakan dalam lembaga
pendidikan.
Dapat mengetahui gaya kepemimpinan yang tepat terhadap aliran – aliran filsafat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
yang aktif, dinamis dan terarah. Aktif dalam menggerakkan dan memotivasi (Rivai,
2010).
Gaya kepemimpinan bebas (Laissez faire) adalah cara seorang pimpinan dalam
menghadapi bawahannya dengan memakai metode pemberian keleluasaan pada
bawahan. Pada gaya kepemimpinan bebas ini pemimpin memberikan kebebasan secara
mutlak kepada bawahannya sedangkan pemimpin sendiri hanya memainkan peranan
kecil, pemimpin memfungsikan dirinya sebagai penasihat yang dilakukan dengan
6
2.2.1 Perenialisme
Perenialisme adalah paham filsafat pendidikan yang muncul pada awal abad
XX sebagai reaksi dari gerakan progresivisme di Amerika Serikat. Perenialisme
sering juga disebut sebagai aliran filsafat pendidikan yang regresif, yaitu menengok
ke belakang; ke zaman Yunani Kuno dan Abad Pertengahan di Eropa yang telah
menghasilkan nilai-nilai abadi (perenial) dalam kehidupan. Nilai-nilai perenial
sampai kapan pun akan diperlukan oleh manusia sehingga pendidikan tidak boleh
meninggalkan nilai-nilai abadi tersebut dalam usahanya untuk mengembangkan
potensi manusia
Manusia hidup di alam dan lingkungan sosial dan memiliki jasmani. Bahwa
pengetahuan dan keterampilan yang memungkinkan manusia menopang jasmani
dan eksitensi jiwanya juga termasuk dalam kurikulum. Sebagai sebuah produk dari
sejarah, manusia menciptakan biografi dirinya. Ketika hidup di masyarakat,
manusia membutuhkan etika, sistem hukum, dan sistem politik dan sistem ekonomi
yang memberikan keberadaan personal dan sosial yang baik. Oleh karena manusia
adalah makhluk sosial dan komunal, bahasa dan keterampilan membaca menjadi
penting. Hal itu menyumbang komunikasi dan bentuk komunitas dasar utama
pendidikan formal. Keterampilan membaca, berbicara, dan menulis adalah bagian
penting pendidikan dasar manusia.
2.2.1. Essensialisme
2.2.3. Progresivisme
Aliran progresivisme lahir di Amerika Serikat sekitar tahun 1870. Para reformis
yang menamakan diri kaum progressive menentang sistem pendidikan tradisional
yang sangat kaku, menuntut disiplin ketat, dan membuat peserta didik menjadi pasif.
Gerakan pembaharuan yang sudah ada sejak akhir abad 19 itu mendapatkan angin
baru pada abad 20 dengan munculnya aliran filsafat Pragmatisme. John Dewey
berusaha menjalin pendidikan progresif dengan filsafat Pragmatisme (Sudarminta,
1994: 44). Selaras dengan pandangan kaum Pragmatis yang menyatakan bahwa
realitas itu terus menerus berubah. Pendidikan bagi kaum progressive merupakan
proses penggalian pengalaman terus-menerus. Pendidik haruslah senantiasa siap sedia
mengubah metode dan kebijakan Perencanaan pembelajaran yang dapat mengikuti
8
2.2.4. Eksistensialisme
Tirani dari aturan yang diktatorial dan otoriter, rejim dan institusi adalah
bentuk nyata dari penindasan dan paksaan. Tirani dari yang rata-rata tampak seolah
demokratis, tetapi dalam kenyataannya adalah gejala penyakit pikiran massa dan
pilihan-pilihan nilainya. Dalam masyarakat yang berorientasi konsumsi, produk
barang dan jasa dibuat dan dipasarkan untuk membentuk kelompok konsumen
terbesar. Media massa, seni dan hiburan juga dirancang sebagai produk yang akan
menarik lebih banyak audiens. Agen-agen ini yang disebut sebagai agen
pendidikan informal merefleksikan dan menciptakan selera populer. Dalam
masyarakat yang seperti ini, penyimpangan dari yang rata-rata atau kebanyakan
orang tidak akan diterima baik. Keunikan menjadi begitu mahal sehingga hanya
dapat dinikmati oleh orang-orang istimewa, yaitu kaum elit, atau oleh orang-orang
yang tidak populer disebut masyarakat marjinal. Secara filosofis, hal tersebut
merupakan pemberontakan terhadap cara hidup individu dalam budaya populer.
Harapan kaum eksistensialis, individu menjadi pusat dari upaya pendidikan.
Tata cara para guru eksistensialis tidak ditemukan pada tata cara guru
tradisional. Guru-guru eksistensialis tidak pernah terpusat pada pengalihan
pengetahuan kognitif dan dengan berbagai pertanyaan. Ia akan lebih cenderung
membantu siswa-siswa untuk mengembangkan kemungkinan-kemungkinan
pertanyaan.
Guru akan fokus pada keunikan individu di antara sesama siswa. Ia akan
menunjukkan tidak ada dua individu yang benar-benar sama di antara mereka
yaang sama satu sama lain, karena itu tidak ada kebutuhan yang sama dalam
pendidikan. Penganut eksistensialis akan mencari hubungan setiap murid
sebagaimana yang disebutkan sebagai acuan hubungan Buber dalam I-Thou dan I-
It. Hal itu berarti, ia akan memperlakukan siswa secara individual di mana ia dapat
mengidentifikasi dirinya secara personal.
BAB III
PEMBAHASAN
Menurut saya gaya kepemimpinan yang tepat dalam melaksanakan aliran – aliran filsafat
pendidikan adalah Gaya kepemimpinan Demokratis karena Seorang pemimpin yang memiliki
karakteristik gaya kepemimpinan demokratis selalu akan memotivasi para karyawan untuk dapat
meningkatkan kinerja dari karyawan tersebut. Dinamis dalam mengembangkan dan memajukan
organisasi. Terarah pada tujuan bersama yang jelas. Sehingga dibawah kepemimpinan
demokratis bawahan cenderung bermoral tinggi, dapat bekerja sama, mengutamakan mutu kerja
dan dapat mengarahkan diri sendiri. Dalam gaya kepemimpinan demokratis pemimpin
12
mengutamakan hubungan antar manusia yaitu hubungan antara bawahan dan atasan yang
memiliki tujuan untuk meningkatkan produktivitas pegawai dengan sering mendorong bawahan
untuk ikut andil dalam menentukan pengambilan keputusan yang tepat. Menjalin hubungan
antara guru dengan murid sangat diperlukan agar terciptanya hubungan yang harmonis di saat
proses pembelajaran. Sehingga siswa tidak segan – segan bertanya kepada guru baik dalam
pelajaran maupun sebagai pembimbing dan panutan
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Gaya – gaya kepemimpinan yang ada di dalam pendidikan antara lain gaya kepemimpinan
demokratis, gaya kepemimpinan otoriter, dan gaya kepemimpinan bebas.
Aliran – aliran filsafat pendidikan yang biasa digunakan dalam lembaga pendidikan antara
lain perenialisme, essensialisme, progressivisme, dan eksistensialisme.
Gaya kepemimpinan yang tepat terhadap aliran – aliran filsafat yaitu gaya kepemimpinan
demokratis karena, seorang pemimpin yang memiliki karakteristik gaya kepemimpinan
13
demokratis selalu akan memotivasi para siswa untuk dapat meningkatkan kinerja dari siswa
tersebut
4.2. Saran
Dalam proses pendidikaan peran guru sangat penting dalam pembentukan karakter
siswanya. Oleh karena itu, guru harus mempunyai jiwa pemimpin untik membimbing siswanya
agar terbentuk karakter yang baik, beriman, dan dapat diandalkan.
14
DAFTAR PUSTAKA
Riyadi, Slamet. 2011. Pengaruh Kompensasi Finansial, Gaya kepemimpinan, dan Motivasi Kerja
Terhadap Kinerja Karyawan pada Perusahaan Manufaktur di Jawa Timur. Jurnal
Manajemen. Vol 13 No. 1. Hal : 18 - 26. Jakarta : Universitas 17 Agustus.
Rosyidi, Abdul Wahid. 2016. Pengaruh Gaya Kepemimpinan Terhadap Kinerja Pustakawan Pada
Perpustakaan Perguruan Tinggi Negeri Di Surabaya. Jurnal Informasi. Vol 4 No.4 Hal : 16
– 24 .