Anda di halaman 1dari 19

CRITICAL JOURNAL REVIEW

MK. ANALISIS ZAT GIZI MIKRO


PRODI S1 GIZI - FT

Skor Nilai :

DETERMINATION OF ASCORBIC ACID CONTENT USING THE REVERSE


PHASE–HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY (RP-HPLC)
METHOD
(Nurul Ismillayli, et al., 2020)

Kelompok 5
Nama Mahasiswa :
Emya Meliani Br Sitepu NIM 5203540012
Kartika Mutiara NIM 5203240021
Yudia Wulandari NIM 5203240019

Kelas :
Gizi B

Dosen Pengampu :
Nora Susanti, S.Si, M.Sc, Apt
Risti Rosmiati, S.Gz, M.Si
Hardi Firmansyah, S.Si, M.Si

Mata Kuliah :
Analisis Zat Gizi Mikro

PROGRAM STUDI S1 GIZI


FAKULTAS TEKNIK - UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
September 2021
Excecutive Summary
CJR atau yang lebih dikenal sebagai Critical Journal Review adalah sebuah kegiatan
dimana mahasiswa harus mengkritisi satu atau dua dan bahkan lebih dengan menggunakan
artikel atau journal yang telah dibaca dan kemudian dibentuk menjadi sebuah laporan.
Pembuatan laporan CJR ini bertujuan sebagai salah satu pemenuhan tugas KKNI dan
merupakan salah satu tugas pokok yang ada di dalam mata kuliah Analisis Zat Gizi Mikro,
untuk itu tugas ini diselesaikan sebagai salah satu kriteria untuk mendapat nilai sks yang
cukup sebagai syarat kelulusan.
Critical Journal Review ini juga bertujuan untuk memberikan pembelajaran pada
mahasiswa dengan membaca journal dan dapat menganalisa kelebihan, kekurangan,
perbandingan dengan jurnal lainnya serta melihat persamaan yang ada pada journal lainnya.
Selain itu tugas ini juga dapat dijadikan sebagai sumber pembahasan pembelajaran bagi para
dosen yang sedang mencari materi pembelajaran karena pada dasarnya tugas ini bertujuan
untuk mengomentari isi dan pembahasan yang ada di dalam sebuah journal dan dapat melihat
kelebihan dan kekurangan sebuah journal.
Journal yang direview ini berisikan penentuan kadar asam askorbat menggunakan
metode reverse phase high performance liquid chromatography. Penulis melakukan
penelitian analisis kromatografi menggunakan KCKT produk dari Waters Breeze HPLC–
USA (yang dilengkapi dengan berbagai piranti, yaitu Waters Delta-600 pump, Waters 600-
controller, Waters-2487 Dual l Absorbance Detector).
Selain itu, di dalam jurnal juga disajikan beberapa grafik, yaitu grafik Spektra
serapan asam askorbat pada variasi konsentrasi 10, 30 dan 50 µg/mL, grafik kromatogram
larutan asam askorbat 100 µg/mL dalam pelarut asam metafosfat-asam asetat, grafik
stabilitas asam askorbat 50 µg/mL dalam pelarut asam metafosfat-asam asetat, kalibrasi
KCKT fase terbalik nilai AUC terhadap asam askorbat, dan grafik validasi metode antara
HPLC fasa terbalik vs titrimetri untuk penentuan kadar asam askorbat. Tujuan penyajian
grafik dalam jurnal ini adalah agar pembaca dapat memahami dengan baik, karena dalam
grafik sudah tergambar jelas pemaparannya.
Di dalam CJR ini kami menuliskan beberapa bab yaitu Bab 1 pendahuluan yang
berisikan tentang rasionalisasi pentingnya CJR, tujuan penulisan CJR, manfaat CJR, dan
identitas jurnal tersebut. Bab 2 yaitu ringkasan isi artikel. Bab 3 yaitu pembahasan/analisis
berisikan tentang pembahasan isi jurnal serta kelebihan dan kekurangan isi jurnal. Dan bab
4 atau bab penutup berisi tentang kesimpulan dan rekomendasi.

i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. atas berkat rahmat dan karunia-
Nya, penulisan makalah ini dapat terselesaikan. Adapun Critical Journal Review ini yaitu
mengenai “Determination of Ascorbic Acid Content Using The Reverse Phase–High
Performance Liquid Chromatography (RP-HPLC) Method”.
Critical Journal Review (CJR) ini kami susun dengan maksud sebagai tugas mata
kuliah Analisis Zat Gizi Mikro dan menjadikan penambahan wawasan sekaligus pemahaman
terhadap materi tersebut. Harapannya semoga penyelesaian penulisan Critical Journal
Review ini kami semakin memahami tentang bagaimana penulisan Criitical Journal Review
yang baik dan benar.
Di lain sisi, kami mendapatkan pengalaman dan ilmu yang berharga dalam
penyusunan penulisan Critical Journal Review ini. Kami sangat berterima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian CJR ini, khususnya kepada dosen
pengampu mata kuliah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan CJR ini masih sangat jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran serta bimbingan
dari para dosen demi penyempurnaan di masa-masa yang akan datang, semoga karya tulis
CJR ini bermanfaat bagi semuanya.

Medan, 26 September 2021

Kelompok 5

ii
DAFTAR ISI
Excecutive Summary ............................................................................................. i
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
BAB 1 PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Rasionalisasi Pentingnya CJR .................................................................. 1
B. Tujuan Penulisan CJR .............................................................................. 1
C. Manfaat CJR .............................................................................................. 1
D. Identitas Artikel dan Journal yang Direview .......................................... 1
BAB II RINGKASAN ISI ARTIKEL.................................................................. 2
A. Pendahuluan .............................................................................................. 3
B. Deskripsi Isi ................................................................................................ 4
BAB III PEMBAHASAN ...................................................................................... 5
A. Pembahasan Isi Journal ............................................................................ 5
B. Kelebihan dan Kekurangan Isi Artikel Journal ..................................... 12
BAB IV PENUTUP................................................................................................ 13
A. Kesimpulan ................................................................................................ 13
B. Rekomendasi .............................................................................................. 13
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 14
LAMPIRAN ........................................................................................................... 15

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Rasionalisasi Pentingnya CJR
Critical Journal Review (CJR) merupakan kegiatan mengulas suatu jurnal
agar dapat mengetahui dan memahami apa yang disajikan dalam suatu jurnal. Kritik
jurnal sangat penting karena dapat melatih kemampuan kita dalam menganalisis dan
mengevaluasi pembahasan yang disajikan peneliti. Sehingga menjadi masukan
berharga bagi proses kreatif kepenulisan lainnya. Critical Journal Review yang
berbentuk makalah ini berisi tentang kesimpulan dari jurnal yang berjudul
“Determination of Ascorbic Acid Content Using The Reverse Phase–High
Performance Liquid Chromatography (RP-HPLC) Method”. Semoga usaha ini dapat
bermanfaat bagi pembaca umumnya dan bagi penulis khususnya.

B. Tujuan
Mengkritik jurnal ini dibuat sebagai salah satu referensi ilmu yang
bermanfaat untuk menambah wawasan penulis maupun pembaca dalam mengetahui
kelebihan dan kekurangan suatu jurnal, menjadi bahan pertimbangan, dan juga
menyelesaikan salah satu tugas mata kuliah analisis zat gizi mikro di Universitas
Negeri Medan.

C. Manfaat
Manfaat yang didapat dari Critical Journal Review ini adalah sebagai berikut :
1. Membantu pembaca mengetahui gambaran dan penilaian umum dalam sebuah
jurnal atau hasil karya tulis ilmiah lainnya secara ringkas.
2. Mengetahui kelebihan dan kelemahan jurnal yang dikritik.
3. Mengtahui latar belakang dan alasan jurnal tersebut dibuat.
4. Memberi masukan kepada penulis jurnal berupa kritik dan saran terhadap cara
penulisan, isi, dan substansi jurnal.

D. Identitas Artikel dan Jurnal yang Diriview


Jurnal Utama
1. Judul Artikel : Determination of Ascorbic Acid Content Using The Reverse
Phase–High Performance Liquid Chromatography (RP-HPLC) Method
2. Nama Jurnal : Al-Kimia
3. Edisi Terbit : Volume 8 Nomor 2, Desember 2020

1
4. Pengarang : Nurul Ismillayli , Dhony Hermanto , I. G. A. Sri Andayani ,
Ruru Honiar, Ulul Khairi Zuryati , Baiq Mariana, Linda Marta Shofiyana
5. Penerbit : Program Studi Kimia, Fakultas Sains dan Teknlogi, UIN
Alauddin Makassar
6. Kota Terbit : Gowa, Sulawesi Selatan
7. Nomor ISSN : 2302-2736
8. Alamat situs : http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/al-kimia

Jurnal Pembanding
1. Judul artikel : Penetapan Kadar Vitamin C Dari Buah Cabe Rawit
(Capsicum frutescens L.) Dengan Metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi
(KCKT)
2. Nama jurnal : Jurnal Farmasi Higea
3. Edisi terbit : Volume 7, Nomor 2 (2015)
4. Pengarang : Junuarty Jubahar , Yuliana Astuti dan Netty Suharti
5. Penerbit : Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Padang
6. Kota terbit : Padang
7. Nomor ISSN : 2541-3554
8. Alamat situs :
https://jurnalfarmasihigea.org/index.php/higea/article/view/131/127

2
BAB II
RINGKASAN ISI ARTIKEL
A. Pendahuluan
Vitamin C, asam askorbat adalah vitamin yang larut dalam air yang dapat
ditemukan dibanyak sistem biologis dan bahan makanan (sayuran dan buah-buahan
segar). Asam askorbat berperan penting dalam biosintesis kolagen, penyerapan besi,
dan aktivasi respons imun dan terlibat dalam penyembuhan luka dan osteogenesis.
Kekurangan vitamin C pada manusia menyebabkan penyakit yang disebut scurvey
(Du, Cullen, & Buettner, 2012), yang gejalanya meliputi pendarahan, nyeri sendi,
dan kelelahan (Zuo, Zhou, Zuo, & Deng, 2015).
Tubuh manusia tidak dapat menghasilkan asam askorbat, dan karenanya
harus diperoleh sepenuhnya melalui diet seseorang meskipun asupan vitamin C
harian seseorang sangat kecil. Asam askorbat adalah zat yang labil, karena mudah
terdegradasi oleh enzim dan oksigen (Asmara & Amungkasi, 2019). Oksidasi dapat
dipercepat oleh panas, cahaya, dan logam berat yang berlebihan. Itulah sebabnya
kandungan asam askorbat dari bahan makanan dan minuman merupakan indikator
kualitas yang harus dipantau secara hati-hati, terutama selama proses pembuatan dan
penyimpanan.
Penetapan kadar vitamin C dapat dilakukan dengan beberapa metode, antara
lain: Spektrofotometri, titrasi volumetri, dan kromatografi cair kinerja tinggi.
Kromatografi Cair Kinerja Tinggi merupakan suatu teknis analisis obat yang paling
cepat berkembang. Cara ini ideal untuk analisis beragam obat dalam sediaan dan
cairan biologi, karena sederhana, dan kepekaannya tinggi (Munson, 1991).
Kromatografi cair kinerja tinggi sering digunakan untuk menetapkan kadar senyawa-
senyawa tertentu seperti asam-asam amino, asam-asam nukleat, dan protein-protein
dalam cairan fisiologis, menentukan kadar senyawa-senyawa aktif obat, produk hasil
samping proses sintetis, atau produk-produk degradasi dalam sediaan farmasi,
memonitor sampel-sampel yang berasal dari lingkungan, memurnikan senyawa
dalam suatu campuran, memisahkan polimer dan menentukan distribusi berat
molekulnya dalam suatu campuran, kontrol kualitas, dan mengikuti jalannya reaksi
sintetis (Gandjar & Rohman, 2007).

3
B. Deskripsi Isi
Kromatografi cair adalah metode yang berhasil untuk penentuan asam
askorbat dengan selektivitas dan spesifisitas yang baik. Metode KCKT fase terbalik
untuk penentuan kadar asam askorbat menawarkan keuntungan lain diantaranya
kemudahan analisis, akurasi, spesivisitas relatif, pengukuran yang cepat dan jumlah
sampel yang kecil. Pada kajian ini, asam askorbat ditentukan menggunakan KCKT
fase terbalik (Aulia, Sopyan & Muchtaridi, 2016). Hasil yang diperoleh
dibandingkan dengan metode titrimetri konvensional menggunakan dichlorophenol
indophenol (DCPIP) sebagai indikator dalam penentuan titik akhir titrasinya.
Penentuan kadar asam askorbat dilakukan pada sampel jus buah jeruk peras segar
dengan kedua metode, yaitu metode KCKT fase terbalik dan metode titrimetri.
Verifikasi sampel nyata yang akurat dapat digunakan sebagai patokan diet vitamin C
yang dibutuhkan.
Pada jurnal kedua, dilakukan penetapan kadar vitamin C dari buah masak
cabe rawit (Capsicum frutescens L.) family solanaceae. Isolasi vitamin C dengan
metode maserasi mempergunakan pelarut etanol 70% dan dilakukan tiga kali
pengulangan dengan pelarut yang sama. Pemurnian vitamin C mempergunakan
pelarut semi polar yaitu kloroform (CHCl3) pro analisa dan diperoleh vitamin C
berupa kristal (202 mg). Kristal yang didapat dilakukan pengujian kualitatif dan
kuantitatif. Pengujian kuantitatif dengan metode KCKT. Pada penelitian ini sebagai
vitamin C pembanding digunakan vitamin C yang ada dalam perdagangan produk
dari Shadhong Bio Technologi dengan nomor batch 371-22109. Dari data KCKT
ternyata buah masak cabe rawit mengandung vitamin C sebesar 0,1180% ± 0,0107
dengan waktu retensi 2,557 dan luas area 215843.

4
BAB III
PEMBAHASAN
A. Pembahasan Isi Journal
1. Jurnal Utama
Metode Penelitian
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan meliputi material standar asam askorbat dengan
kemurnian 98,7% (Supelco), etanol p.a 99.5% (v/v) untuk kromatografi cair
(LiChrosolv), asam metafosfat p.a. 85% (Emsure), asam asetat p.a, kalium fosfat
monohidrat, 2,6- dikloroindophenol garam natrium dan natrium bikarbonat
(Merck); air suling terdeionisasi (Brataco), dan penyaring 0.45 µm (Whatman).
Sampel yang digunakan adalah jus buah jeruk peras segar. Kolom yang
digunakan pada KCKT fas terbalik adalah merek SGE type 250CL4-ODS2-8/5
µm, panjang 250 mm, diameter 4 mm dan frit 4/5 µm. Sampel dianalisis dengan
KCKT fase terbalik menggunakan metode standar internal dengan detector UV
pada panjang gelombang maksimum 245 nm. Sebagai pembanding digunakan
set alat volumetri/titrasi.
Prosedur
Preparasi bahan
Larutan standar asam askorbat (hanya disiapkan pada saat digunakan)
dibuat dengan memasukkan 50 mg asam askorbat ke labu ukur 50 mL dan
encerkan larutan asam metafosfat-asam asetat, sehingga konsentrasinya kurang
lebih 1000 µg/mL. Larutan asam metafosfat-asam asetat tersebut dibuat dengan
cara mencampurkan 100 mL air suling terdeionisasi (dd) dengan 20 mL asam
asetat dalam gelas beaker 250 mL, kemudian tambahkan dan aduk hingga larut
7.5 g asam metafosfat dan encerkan campuran hingga 250 ml dengan air dd.
Saring melalui saringan kertas bergalur ke dalam botol, tutup botol dengan
stopper atau tutup dan simpan dalam lemari pendingin sampai digunakan.
Sebanyak 2.5 mL larutan standar diambil dan diencerkan dalam larutan asam
metafosfat-asam asetat hingga 25 mL sehingga diperoleh konsentrasi larutan
intermediate asam askorbat lebih kurang 100 µg/mL. Larutan intermediate asam
askorbat ditambahkan larutan asam metafosfat-asam asetat untuk memperoleh
larutan standar pengukuran kalibrasi dengan konsentrasi 10, 20, 30, 40 dan 50

5
µg/mL. Asam metafosfat-asam asetat merupakan pelarut yang bersifat asam,
sehingga produk degradasi utama asam askorbat yaitu asam dehidro askorbat
(bentuk asam askorbat yang mengalami oksidasi) dapat ditekan
pembentukkannya. Gugus hidroksi asam askorbat yang terletak pada posisi alfa
dan beta terhadap atom C karbonil sangat mudah terionisasi pada pH yang
semakin tinggi. Penggunaan air suling terdeionisasi (dd) pada pengenceran
larutan asam metafosfat-asam asetat juga merupakan kontrol untuk membantu
melindungi senyawa ini dari degradasi akibat adanya ion logam. Selain itu,
penyimpanan larutan asam askorbat pada lemari pendingin (5 °C) dapat menjaga
stabilitasnya
Prosedur Pengukuran
Kondisikan KCKT fase terbalik sesuai kondisi umum antara lain fase
gerak etanol dengan kecepatan alir 0.8 mL/min, waktu running 5 menit, volume
injeksi 10 µL dan detector UV. Untuk menentukan parameter operasi yang
optimal untuk metode ini investigasi awal dilakukan, pengukuran panjang
gelombang maksimum dilakukan dengan scanning pada panjang gelombang
200-400 nm. Larutan standar asam askorbat kemudian disaring menggunakan
penyaring millipore 0.45 µm ke dalam vial KCKT dan diinjeksikan ke sistem
KCKT. Analisis kuantitatif dalam penetapan kadar asam askorbat berdasarkan
luas puncak/area under curve (AUC) dari larutan standar tersebut. Kurva
kalibrasi merupakan grafik hubungan antara konsentrasi larutan standar versus
AUC yang bersangkutan sehingga diperoleh persamaan regresi linear. Analisis
kadar asam askorbat sampel dengan melarutkan 2 mL filtrat sampel dengan 20
mL etanol standar. Larutan sampel disaring menggunakan millipore 0.45 µm ke
dalam vial KCKT dan diinjeksikan ke sistem KCKT.
Validasi Metode Analisis
Penentuan kadar asam askorbat dilakukan pada sampel jus buah jeruk
peras segar. Sampel dipreparasi sesuai dengan metode standar yang
direkomendasikan oleh AOAC official methods 967.21 (AOAC, 2006). Sampel
jus buah jeruk peras segar disiapkan dengan menekan buah dan bubur buah dan
lakukan penyaringan. Tambahkan alikuot dari jus yang diperoleh ≥100 mL
dengan volume yang sama larutan asam metafosfat-asam asetat. Saring dengan
penyaring 0.45 µm ke dalam botol vial KCKT dan simpan dalam lemari

6
pendingin sampai digunakan. Metode KCKT fase terbalik digunakan untuk
estimasi kadar asam askorbat dalam sampel tersebut. Metode titrimetri
konvensional menggunakan dichlorophenol indophenol (DCPIP) sebagai
indikator dalam penentuan titik akhir titrasinya, ini digunakan sebagai metode
pembanding KCKT. Larutan pewarna indophenol dibuat dalam gelas beaker 150
mL dengan mencampurkan 50 mL air dd dan 42 mg natrium bikarbonat,
kemudian ditambahkan dan aduk hingga larut 50 mg 2,6-dikloroindophenol
garam natrium, setelah itu encerkan campuran hingga 200 ml dengan air dd.
Saring melalui saringan kertas bergalur. Titik akhir titrasi ditentukan dengan
adanya perubahan warna titrat dari merah mawar menjadi tidak berwarna. Kurva
kalibrasi disiapkan untuk kedua metode, yaitu, metode KCKT fase terbalik dan
metode titrimetri. Penentuan konsentrasi asam askorbat dalam sampel dilakukan
dengan menggunakan metode adisi standar.
Pembahasan
Gambar 1. Hasil menunjukkan kenaikan konsentrasi asam askorbat
diikuti dengan semakin tinggi respon serapan yang terbentuk dengan panjang
gelombang maksimum yang diperoleh adalah tetap 245 nm. Panjang gelombang
245 nm digunakan untuk pengukuran dengan metode KCKT fase terbalik pada
tahap selanjutnya. Parameter penting lain dalam analisis menggunakan metode
KCKT fase terbalik adalah komponen fase gerak. Pada metode KCKT jenis ini,
fase diam yang digunakan bersifat non-polar dan fase geraknya bersifat polar.
Fase diam dalam kolom KCKT adalah oktadesil silika (ODS) yang merupakan
hidrokarbon alkil bersifat non polar dengan kolom C-18 yang terikat pada basis
silika. Sehingga fase gerak yang digunakan pada metode KCKT fase terbalik ini
adalah pelarut polar, yaitu etanol 96%. Pemisahan terjadi pada kolom KCKT
karena komponen sampel yang bersifat kurang polar akan melewati kolom
kromatografi lebih lama dibandingkan komponen sampel yang bersifat lebih
polar. Penelitian menunjukkan bahwa parameter kesesuaian sistem diperoleh
dengan fase gerak yang mengandung etanol.
Berdasarkan pada Gambar 2 fase gerak etanol 96% dapat mengelusi
asam askorbat pada waktu retensi 3.034 menit. Penggunaan asam metafosfat–
asam asetat sebagai pelarut dengan pertimbangan stabilitas larutan asam
askorbat dalam sistem KCKT yang digunakan. Asam askorbat merupakan zat

7
yang mudah terdegradasi oleh enzim dan oksigen atmosfer yang dapat
dipercepat oleh panas, cahaya, dan logam, sehingga penentuan stabilitas menjadi
sangat penting. Stabilitas larutan asam askorbat dapat diamati pada Gambar 3.
Larutan asam askorbat dalam pelarut asam metafosfat-asam asetat dengan
penyimpanan pada suhu 5 °C digunakan sebagai larutan standar dalam
penentuan kadar asam askorbat dengan metode KCKT fase terbalik ini.
Grafik 3 Stabilitas asam askorbat 50 µg/mL dalam pelarut asam
metafosfat-asam asetat Respon KCKT fase terbalik untuk pengukuran kadar
asam askorbat telah diselidiki pada kondisi optimal. Kurva KCKT fase terbalik
untuk pengukuran kadar asam askorbat menunjukkan perubahan nilai AUC
karena konsentrasi asam askorbat. Karakteristik analitik digunakan untuk
memvalidasi suatu metode analisis, hal ini dimungkinkan untuk meminimalisasi
penyimpangan data analisis yang diperoleh dari keadaan sebenarnya. Validasi
metode dilakukan bertujuan untuk memberikan hasil yang mendekati kebenaran.
Karakteristik analisis dalam metode KCKT fase terbalik dalam menentukan
kadar asam askorbat antara lain linieritas, batas deteksi, ketepatan dan ketelitian.
Gambar 4 merupakan kurva kalibrasi KCKT fase terbalik untuk pengukuran
kadar asam askorbat pada panjang gelombang absorbansi 245 nm.
Pada gambar 4 nilai koefisien korelasi merupakan parameter linieritas
dapat ditentukan melalui kurva kalibrasi. Gambar 4 menunjukkan daerah linier
pada interval 10 hingga 50 µg/mL asam askorbat dalam pelarut asam metafosfat-
asam asetat mengikuti persamaan garis y = 36208 [asam askorbat] + 2x106 .
Berdasarkan kurva kalibrasi, nilai koefisien korelasi (r) adalah 0.9991 atau r ≈ 1,
dengan demikian metode KCKT fase terbalik dalam menentukan kadar asam
askorbat mempunyai linieritas tinggi. Pada kurva kalibrasi tersebut memliki nilai
r yang tidak berbeda secara signifikan dengan penelitian sebelumnya (Jubahar,
Astuti & Suharti, 2015). Batas deteksi merupakan konsentrasi analit terendah
dalam sampel yang masih memberikan respon signifikan (dapat dideteksi)
dengan dibandingkan respon blanko. Perhitungan dari hasil penelitian
menunjukkan nilai batas deteksi senyawa standar asam askorbat adalah 0.5
µg/mL, artinya batas deteksi standar dibawah 0.5 µg/mL. Alat kromatografi cair
dapat memberi respon pada konsentrasi yang sangat kecil yaitu 0.5 µg/mL, maka
alat kromatografi cair mempunyai sensitivitas yang tinggi. Gambar 4 dapat

8
diketahui kisaran RSD sebesar ≤ 2%, yang menunjukkan pengukuran dengan
metode KCKT fase terbalik telah memberikan ketelitian dengan validitas tinggi.
Ketepatan (K) dapat diungkapkan dengan kesalahan dimana nilai ketepatan
tergantung pada besarnya penyimpangan data dari nilai rata-rata dengan nilai
sebenarnya. Pada Gambar 4 juga dapat diketahui K sebesar ≤ 5%, hal ini berarti
metode KCKT fase terbalik mempunyai validitas yang tinggi. Validasi
parameter akurasi yang lain adalah recovery, dimana derajat persetujuan antara
nilai yang terukur dengan nilai sebenarnya. Pada Gambar 4 juga menunjukkan
nilai recovery yaitu > 2% (rentang 98 – 102%), hal ini berarti metode KCKT
memiliki recovery yang baik. Dari nilai yang diperoleh pada beberapa parameter
diatas menunjukkan bahwa metode KCKT fase terbalik ini mempunyai validitas
yang tinggi untuk penentuan kadar vitamin C seperti yang ditunjukkan oleh
peneliti sebelumnya.
Pada gambar 5 validasi metode antara HPLC fasa terbalik vs titrimetri
untuk penentuan kadar asam askorbat Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa
metode KCKT fase terbalik berkorelasi baik dengan metode standar titrimetri
dalam penentuan kadar asam askorbat berdasarkan pada koefisien korelasi dan
kemiringan yang diperoleh (R2 = 0.9973; kemiringan = 0.8847), seperti yang
terlihat pada Gambar 5. Hasil penetapan kadar vitamin C dalam sampel buah
jeruk peras segar menggunakan metode KCKT fase terbalik dan metode
titrimetri yaitu 52.9057 ± 0.17 dan 54.2066 ± 0.87 mg dalam 100 g sampel.
Selain itu, berdasarkan analisis statistik (uji-t), tidak ada perbedaan signifikan
untuk kedua metode yang digunakan. Persentase yang baik dari recovery yang
diperoleh yaitu dalam kisaran 97.9-104.3% diperoleh.
Metode KCKT dengan fasa terbalik telah digunakan untuk menentuan
konsentrasi asam askorbat dalam sampel dengan menggunakan pelarut asam
metafosfat-asam asetat. Validasi metode analisis menunjukkan bahwa metode
KCKT fasa terbalik memiliki ketelitian yang baik dengan nilai RSD ≤ 2%, limit
deteksi rendah yaitu 0.5 µg/mL, validitas dan recovery yang tinggi dengan nilai
K ≤ 5% dan recovery pada rentang 98– 102%. Penentuan kadar asam askorbat
pada sampel jus buah jeruk peras segar diperoleh 52.9057 ± 0.17 dalam 100 g
sampel dengan metode HPLC fasa terbalik dan 54.2066 ± 0.87 mg dengan
menggunakan metode titrasi sebagai metode pembanding. Berdasarkan uji

9
statistik diperoleh bahwa hasil pengukuran kedua metode tidak berbeda secara
signifikan. Oleh karenanya metode KCKT fasa terbalik dapat digunakan sebagai
metode penentuan asam askorbat pada analisis rutin vitamin C.

2. Jurnal Pembanding
Metode Penelitian
Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan adalah seperangkat alat Kromatografi Cair Kinerja
Tinggi (HITACHI) dengan colom C18 (PHENOMENEK), timbangan analitik
(PRECISA), corong, aluminium foil, kapas, wadah maserasi (botol gelap), rotary
evaporator (IKA RV 10), dan alat-alat gelas. Sedangkan bahan yang digunakan
adalah buah cabe rawit (Capsicum frutescens L.) yang tua atau yang berwarna
merah, Asam Askorbat pembanding, Etanol 70%, Etanol 95%, Kloroform p.a,
Asam Asetat pro KCKT, Metanol pro KCKT, Aquabidest pro injeksi,
Metaphosphoric Acid (MPA), Kalium Permanganat (KMnO4), Feri Klorida
(FeCl3) , Perak Nitrat (AgNO3), Eter, dan Aseton.
Prosedur Penelitian
Pengadaan Sampel
Pengumpulan buah cabe rawit diambil sebanyak 200 gram yang tua atau yang
berwarna merah. Kemudian tanaman cabe rawit diidentifikasi. Selanjutnya buang
bagian-bagian tidak penting. Kemudian dilakukan pencucian dengan tujuan
untuk menghilangkan tanah dan pengotor lainnya yang melekat pada buah cabe
rawit. Dicuci sesingkat mungkin agar tidak menghilangkan zat berkhasiat dalam
buah cabe rawit tersebut. Kemudian buah cabe rawit yang telah dicuci tersebut
di iris atau dirajang sebesar ± ½ cm.
Pembuatan Ekstrak
Sebanyak 200 gram rajangan buah cabe rawit dimasukkan ke dalam
maserator, ditambahkan 2 liter etanol 70%. Selanjutnya direndam 6 jam pertama
rendaman sambil sekali-kali diaduk, kemudian diamkan selama 18 jam.
Kemudian pisahkan maserat dengan cara filtrasi. Ulangi proses penyarian
sebanyak tiga kali dengan jenis dan jumlah pelarut yang sama. Semua maserat
dikumpulkan, kemudian diuapkan dengan rotary evaporator hingga diperoleh
ekstrak cair dan catat ekstrak cair.

10
Pembuatan Kristal (Pemurnian)
Ekstrak cair yang diperoleh dari 1½ liter maserat sebanyak 500 mL.
Kemudian sebanyak 100 mL masukkan ke dalam 6 erlemeyer dan ditambahkan
15 mL kloroform ke dalam masing-masing erlemeyar tersebut. Lalu ditutup
erlemeyer dengan aluminium foil yang bagian atasnya dilubangi dengan jarum,
selanjutnya diletakkan dalam lemari pendingin selama 24 jam. Sehingga
diperoleh endapan berupa kristal. Terakhir kristal dipisahkan dengan cara
melalui penyaringan. Selanjutnya kristal yang didapatkan di timbang dan
didapatkan 77 mg kristal kasar. Lalu kristal tersebut diuji secara kualitatif dan
kuantitatif menggunakan KC
Pembahasan
Gambar 1 hasil reaksi vitamin C pada sampel Kristal yang didapat
dilakukan uji kualitatif dengan uji pereaksi warna kristal dilarutkan didalam
aquadest dalam tabung reaksi kemudian di reaksikan dengan larutan KMnO4
warna KMnO4 hilang dan lama-lama menjadi coklat, kemudian larutan kristal
ditambahkan dengan larutan FeCl3 dalam suasana dingin terbentuk warna ungu
dengan campuran metanol 1 mL, selanjutnya dilakukan uji pengendapan yaitu
dengan direaksikan dengan larutan AgNO3 terbentuk endapan hitam. Tujuan
dilakukan uji kualitatif ini untuk mengetahui ada atau tidaknya vitamin C
didalam kristal kasar buah cabe rawit tersebut. Dari hasil kualitatif yang
didapatkan dapat disimpulkan bahwa kristal kasar buah cabe rawit positif
mengandung vitamin C.
Gambar 2 kromatogram dari vitamin C pembanding 4 µg/mL dengan
fase gerak campuran asam asetat (0,1 %) : metanol (95:5). Gambar 3
kromatogram dari vitamin C pembanding 6 µg/mL dengan fase gerak campuran
asam asetat (0,1 %) : metanol (95:5). Gambar 4 kromatogram dari vitamin C
pembanding 8 µg/mL dengan fase gerak campuran asam asetat (0,1 %) : metanol
(95:5). Gambar 7 grafik hubungan luas area dengan konsentrasi dari vitamin C
pembanding. Kemudian dilakukan uji kuantitatif dengan KCKT baik kristal
kasar vitamin C buah cabe rawit maupun vitamin C pembanding. Pada penelitian
ini, fase gerak yang digunakan asam asetat 0,1 % : metanol (95 : 5) didapatkan
puncak yang sempit atau simetris dengan waktu alir 1mL/menit. Selanjutnya
pembuatan baku induk vitamin C 100 µg/mL dengan menimbang 50 mg vitamin

11
C dimasukkan labu ukur 100 mL sehingga didapatkan konsentrasi 500 µg/mL
selanjutnya dipipet 10 mL dan dilarutkan ke dalam labu ukur 50 mL dan
didapatkan konsentrasi 100 µg/mL. Kemudian dilakukan pembuatan kurva
kalibrasi dari larutan vitamin C konsentrasi 100 µg/mL dengan berbagai
konsentrasi dan didapatkan nilai Y = 91405,8 + 65197,3x sehingga dari nilai ini
bisa didapatkan konsentrasi kadar vitamin C yang didapatkan serta nilai r yang
didapatkan adalah 0,99883. Kromatogram I kristal kasar vitamin C buah cabe
rawit 50 mg dengan fase gerak campuran asam asetat (0,1 %) : metanol (95:5)
Gambar 9 kromatogram II kristal kasar vitamin C buah cabe rawit 50 mg dengan
fase gerak campuran asam asetat (0,1 %) : metanol (95:5).
Analisa kadar vitamin C pada kristal kasar buah cabe rawit. Dari 200
gram buah cabe rawit diperoleh kristal kasar vitamin C 202 mg (0,101%). Pada
penetapan kadar vitamin C pada kristal kasar buah cabe rawit 50 mg didapatkan
persen kadar rata-rata vitamin C sebanyak 0,2385 mg (0,1180%) ± 0,0107
dengan waktu retensi (RT vitamin C) 2,557 dan luas area 215843. Pemeriksaan
secara kuantitatif dilakukan tiga kali pengulangan untuk memastikan kadar
vitamin C yang terdapat pada kristal kasar buah cabe rawit.
B. Kelebihan dan Kekurangan Isi Artikel Journal
a. Kelebihan
Pada jurnal utama, jurnal ini menggunakan bahasa yang mudah dipahami
oleh pembaca. Jurnal ini juga membahas materi yang disampaikan dengan baik
dan lebih spesifik. Pada jurnal ini terdapat gambar grafik dan dijelaskan
pembahasannya setiap grafik. Pembahasan yang diberikan juga sudah jelas.
Metode yang digunakan juga jelas. Prosedurnya juga dijelaskan.
Pada jurnal kedua, bahasa yang digunakan mudah dipahami. Prosedur
yang digunakan juga disampaikan dengan baik, begitu juga metode yang
digunakan. Terdapat juga pembahasannya. Terdapat grafik yang menambah
pembahasan agar lebih mudah dipahami.
b. Kekurangan
Pada jurnal utama, ada beberapa kata atau istilah yang tidak dimengerti.
Sedangkan pada jurnal kedua, kurangnya pembahasan di setiap grafik sehingga
cukup sulit dimengerti maksud dari grafik tersebut.

12
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan jurnal utama dan jurnal pembanding dapat ditarik kesimpulan
bahwa Validasi metode analisis menunjukkan bahwa metode KCKT fasa terbalik
memiliki ketelitian yang baik dengan nilai RSD ≤ 2%, limit deteksi rendah yaitu 0.5
µg/mL, validitas dan recovery yang tinggi dengan nilai K ≤ 5% dan recovery pada
rentang 98– 102%.
B. Rekomendasi
Kedua jurnal ini sangat bagus untuk dibaca sebagai referensi jika ingin tau
lebih banyak lagi mengenai cara menentukan kadar asam askorbat, baik
menggunakan metode Reverse Phase–High Performance Liquid Chromatography
(RP-HPLC) maupun metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT), karena
dalam kedua jurnal ini sudah lengkap dijelaskan.

13
DAFTAR PUSTAKA
Ismillayli, Nurul, el. al. 2020. Determination of Ascorbic Acid Content Using The Reverse
Phase–High Performance Liquid Chromatography (RP-HPLC) Method. Al-Kimia,
8(2), 168-176.

Jubahar, J., Yuliana A., & Netty S. 2015. Penetapan Kadar Vitamin C Dari Buah Cabe Rawit
(Capsicum frutescens L.) Dengan Metode Kromatografi Cair Kiinerja Tinggi
(KCKT). Jurnal Farmasi Higea, 7(2), 2018-217.

14
LAMPIRAN
Jurnal 1

Cover Journal Halaman Judul

Daftar Isi Journal Isi Artikel

Jurnal 2

Halaman Judul Daftar Isi Journal Isi Artikel

15

Anda mungkin juga menyukai