Anda di halaman 1dari 17

CRITICAL JURNAL REVIEW

MK KETERAMPILAN DASAR
PAUD
PRODI S1 PGSD - FIP

SKOR NILAI :

KONSEP DASAR PAUD

Nama Mahasiswa : Lastri


Sihotang NIM : 1201111046

Dosesan Pengampu : Dr.Naeklan Simbolon,M.pd


Mata Kuliah : Keterampilan Dasar
Pendidikan

PROGRAM STUDI SARJANA PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

TAHUN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa .Yang telah memberikan
rahmat dan karunia yang dilimpahkan Nya kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan
CRITICAL JOURNAL REVIEW. Tujuan saya menulis critical journal review ini yang utama
untuk memenuhi tugas dari dosen saya Sri Nahyati, S.Pd., M.Pd dalam mata kuliah Keterampilan
Dasar PAUD.
Jika dalam penulisan CJR saya terdapat berbagai kesalahan dan kekurangan dalam
penulisannya, maka kepada para pembaca, penulis memohon maaf sebesar-besarnya atas koreksi-
koreksi yang telah dilakukan. Hal tersebut semata mata agar menjadi suatu evaluasi dalam
pembuatan tugas ini.

Semoga dengan ada nya pembuatan tugas ini dapat di berikan manfaat berupa ilmu
pengetahuan yang baik bagi penulis maupun bagi para pembaca. Penulis telah berupaya
semaksimal mungkin dalam menyelesaikan tugas ini, namun penulis sadar bahwa ini sangat jauh
dari kata kesempurnaan. Oleh karena itu, dengan tangan terbuka penulis menerima kritik dan saran
yang membangun guna untuk memperbaiki tugas ini.

Akhir kata penulis ucapkan terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa dan dosen
pengampu semoga dapat bermanfaat dan bisa menambah pengengetahuan bagi pembaca.

Medan , 23 oktober 2020

LASTRI SIHOTANG

1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................................1
DAFTAR ISI................................................................................................................... 2
BAB I.............................................................................................................................. 3
PENDAHULUAN...........................................................................................................3
A. Latar belakang......................................................................................................... 3
B. Tujuan penulisan..................................................................................................... 3

C. Maanfaat penulisan..................................................................................................3

D. Identitas buku.......................................................................................................... 4

BAB II............................................................................................................................. 5

RINGKASAN ISI JURNAL I.........................................................................................5

A. Pendahuluan............................................................................................................... 5

B. Deskripsi isi jurnal......................................................................................................5

RINGKASAN ISI JURNAL II....................................................................................... 8

A. Pendahuluan............................................................................................................ 8

B. Deskripsi isi jurnal...................................................................................................9

BAB III..........................................................................................................................14

PEMBAHASAN ISI JURNAL..................................................................................... 14

A. Kelebihan Jurnal.......................................................................................................14

B. Kekurangan Jurnal ...................................................................................................14

BAB IV......................................................................................................................... 15

PENUTUP.....................................................................................................................15

A. Kesimpulan...............................................................................................................15

B. Saran......................................................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................... 16

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Critikal journal review merupakan tugas yang mengharuskan mahasiswa dalam melihat,
menganalisa, dan menilai sebuah journal dalam segi tampilan, penulisan,isi,dan aspek
bahasa journal tersebut.Sebagai penulis Critical journal review
ini sangat penting dalam mengembangkan kualitas jurnal tersebut.
Penulis dapat mengetahui kekurangan dan kelebihan jurnal yang ditulisnya.
8Reviewers juga berperan penting dalam meningkatkan kualitas jurnal. Pendapat yang
beragam dari Reviewer tidak dapat dipandang sebagai kritikan saja. Kritikan tersebut harus
bersifat membangun kualitas baik itu dari penampilan, penulisan, tata bahasa, maupun isi dari
jurnal tersebut. Dari kritikan yang beragam ini, Reviewer harus bertanggungjawab dalam
membuat Critical journal Review Untuk itulah sikap kehati-hatian dan kecermatan merupakan
hal terpenting dalam meriview. Jika mahasiswa terbiasa dalam meriview, tentunya pengalaman
dan pengetahuan seorang reviewers menjadi bertambah.

B. TUJUAN PENULISAN
· Untuk menyelesaikan tugas Critical Jurnal review dalam mata kuliah Konsep Dasar
PAUD
· Mampu berfikir sistematis dan kritis.
· Mampu mengekspresikan pendapat dalam memandang suatu jurnal yang akan direview.
· Mampu menyampaikan, menggunakan dan mengaplikasikan ilmu mereview untuk
menjadi susatu sistem yang terpada dalam Konsep Dasar PAUD

C. MANFAAT PENULISAN
· Menambah wawasan pengetahuan tentang “Konsep Dasar PAUD”
· Mempermudah pembaca mendapatkan inti dari sebuah Journal yang telah di lengkapi
dengan ringkasan Journal , pembahasan isi Journal, serta kekurangan dan kelebihan
Journal tersebut.
· Melatih siswa merumuskan serta mengambil kesimpulan-kesimpulan atas Journal yang
dianalisis tersebut.

3
D. IDENTITAS JURNAL

Jurnal 1

Judul Artikel : Konsep Pendidikan Anak Usia Dini Menurut Ki Hadjar Dewantara
Nama Journal : olden Age Jurnal Ilmiah Tumbuh Kembang Anak Usia Dini
Edisi terbit :2018
Pengarang artikel : Ratih Cahyani Suyadi
Penerbit : Tidak diketahui
Kota terbit : Yogyakarta
Nomor ISSN : 2502-3519

Jurnal 2
Nama Journal : PERKEMBANGAN ANAK USIA DINI

EdisiTerbit : 2018

Pengarang Artikel : Mulianah Khaironi

Penerbit : Jurnal Golden Age Hamzanwadi University

Nomor ISSN : 2549-736

4
BAB II

RINGKASAN ISI JURNAL I


A. PENDAHULUAN

Berbeda dengan negara maju, kondisi pendidikan anak usia dini di Indonesia belum tergarap
dengan baik. Perhatian pemerintah untuk mengembangkan pendidikan anak usia dini masih jauh
dari harapan. Hal tersebut disebabkan oleh : (1) Selama ini pelaksanaan pembelajaran pada anak
usia dini lebih terfokus pada kegiatan akademik, (2) Kondisi ekonomi negara,(3) Kesalahan
memaknai arti penting pendidikan prasekolah sebagai pendidikan yang tidak wajib dan tidak
penting untuk diikuti oleh setiap anak, (4) Hampir seluruh Taman Kanak-kanak swasta yang
dikembangkan secara swadaya, (5) Para guru Taman Kanak-kanak pada umumnya tidak
memperoleh gaji yang pantas dan yang berstatus PNS jumlahnya kurang dari 1%, (6) Jumlah anak
yang mengenyam pendidikan Taman Kanak-kanak juga sangat rendah, yaitu sekitar 12 %.
Taman anak atau Taman Indrya yang di Yogyakarta, dalam proses pembelajarannya, ternyata
tidak hanya mengkonsentrasikan pada pelajaran (latihan) panca indera saja, anak juga dimasukkan
pada pembelajaran disekolah sebagai kultur. Dan kedua sifat pendidikan tersebut dianggap satu,
sebab bahwa dalam Taman Siswa hiduplah kepercayaan, bahwa dalam segala tingkah laku dan
segala keadaan hidupnya anak-anak itu sudah diisi oleh Sang Maha Among segala alat – alat yang
bersifat mendidik anak (Dewantara, 2009, pp. 147-148).
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat disimpulkan bahwa sedemikian
pentingnya pendidikan yang dilaksanakan sejak dini melalui jenjang pendidikan formal maupun
non formal membuat pendidikan anak usia dini memiliki kedudukan yang sama pentingnya dengan
pendidikan di atasnya. Oleh karena itu para orang tua perlu untuk memasukkan anaknya ke Taman
Kanak-kanak, dengan tujuan agar dapat memfasilitasi pertummbuhan dan perkembangan anak.

B. DESKRIPSI ISI
1. Hubungan Pendidikan Anak Usia Dini 0-7 tahun dengan Taman Indrya yang didirikan
oleh Ki Hadjar Dewantara
Piaget memiliki pemikiran mengenai perkembangan kognitif adalah bahwa perkembangan
dihasilkan dari kombinasi antara berbagai kekuatan pematangan dan pengaruh lingkungan. Hasil
akhir dari interaksi antara maturasi dan lingkungan adalah terwujudnya perubahan kualitatif.
Contohnnya anak kecil tidak memiliki kemampuan untuk melakukan konservasi atau membalik
urutan operasi, sementara anak yang lebih tua usianya mampu melaksanakan tindakan-tindakan
mental tersebut (Patilimia, 2015, pp. 11-15).
Taman Indrya sebenarnya adalah taman pendidikan untuk menyokong tumbuhnya panca
indera kanak-kanak dibawah umur 7 tahun. Pada periode itu, mulai anak lahir sampai umur 7 tahun

5
belumlah waktunya kanak-kanak belajar dengan menggunakan fikirannya. Jiwanya masih bersifat
utuh bulat atau total dan belumlah nampak differensiasi tri sakti manusia : fikiran, rasa dan
kemauan. Disamping itu ialah segala dorongan, nafsu dan kekuatan-kekuatan lain-lainnya yang
semuanya terkenal dengan namanya instincten dan semuanya itu perlu untuk dapat memenuhi
segala kepentingan hidup manusia menurut kodratnya. Instincten tadi, yang perlu untuk
pemeliharaan hidup menurut tuntunan kodratnya, belum cukup untuk mewujudkan hidup menurut
syarat-syarat adab kemanusian Instincten hanya cukup untuk memenuhi keperluan hidup yang
primair dan primitif. Instincten harus dituntun dan dialirkan kearah adab kemanusian (Dewantara,
1997, p. 281).

Jadi Apa yang disampaikan oleh Gesell tentang kesiapan belajar dan Piaget mengenai
perkembangan kognitif itu benar adanya, karena itu mengapa Pendidikan Anak harus disesuaikan
dengan bagaimana caranya supaya anak dapat memahami pembelajaran. Konsep Pendidikan Anak
Usia Dini Ki Hadjar Dewantara sendiri adalah tepat dan sesuai dengan differensiasi tri saktinya
manusia. Karena itu, mengapa penerapan sistim pendidikan anak usia dini, dimulai sejak lahir
sampai usia tujuh tahun.

2. Hubungan Pendidikan Anak Usia Dini Tentang tabiat (adab) dengan Taman Indrya yang
didirikan oleh Ki Hadjar Dewantara
Taman Indrya menjelaskan bagaimana hubungan Pendidikan Anaka Usia Dini tentang perilaku
(adab). Berikut penjelasannya:
Pertama, lihatlah bagaimana para ibu yang berbudi dan cerdas memlihara keselamatn
jasmaninya kanak-kanak, kesehatan, kebersihan, makan-minumnya, pakaian dll. Bgaimana mereka
bermain-main dengan anak-anaknya, membuata barang-barang dari kayu, biji-biji yang bermacam-
macam, tangkai padi, gelagah, janur, daun pisang dan mendong, lidi, rumput dll. Bagaimana para
ibuibu menuntun anak-anaknya bernyanyi dan menari (walaupun hanya menggerak-gerakan tangan
dengan irama), melagukan teka-teki dengan lagu pocung, menggambar ditanah, meniru gambar
batik atau gambar wayang, mengutas bunga melati, menur, mawar, kanti, dll. Kembang setaman.
Pendeknya carilah segala usaha ibu terhadap kanak-kanaknya yang dengan ukuran paedagogi
modern (psychologi dan paedologi) boleh dianggap berfaedah bagi kemajuan pertumbuhan jasmani
dan rohaninya.
Kedua, tinjaulah bagaimana caranya kanak-kanak menyenangkan dirinya sendiri, sendirian
ataupun dengan kawan-kawannya. Misalnya mengumpulkan rupa-rupa barang, gambar biji sawo
atau salak dll. Membuat boneka-bonekaan, bermasak-masakan atau berpasaran bagi anak
perempuan, berkemah, bertamu-tamuan. Demikian seterusnya harus kita cari bagaimanakah anak-
anak itu memelihara keinginannya dan kesenangannya. Dengan begitu kita dapat kenal dengan
jiwanya, watak-wataknya dan ini perlu sekali bagi tiap-tiap guru Taman Indrya.

6
Jelas bahwa uraian tanya jawab diatas bahwa pendidikan Anak Usia Dini berkaitan dengan
tabiat anak-anak dapat dipula dijelaskan dan uraian pada Taman Idrya yang didirikan Ki Hajar
Dewantara yang mana peran orang tua ibu yang berbudi (pendidik) sangatlah menuntun agar
peserta didik nyaman dan memberikan nilai-nilai yang positif yang ditanamkan melalui cara-cara
yang menyenangkan.

Konsepsi Taman siswapun dicoba dituangkan Ki Hadjar Dewantara dalam kegelisahan-


kegelisahan rakyat terhadap kondisi pendidikan yang terjadi pada saat itu. Kelahiran Taman siswa
adalah titik balik dalam pergerakan Indonesia. Kaum revolusioner yang mencoba menggerakkan
rakyat secara radikal pun terpaksa memberikan ruang gerakan ini. Bagi Ki Hadjar, pendidikan
adalah cara yang dipakai untuk meneruskan nilai-nilai kebudayaan dari satu generasi ke generasi
lainnya, sedangkan kebudayaan itu sendiri meupakan sifat yang menjiwai pendidikan (Rahardjo,
2009, p. 53).
Karena itu untuk dapat membimbing pengembangan kebudayaan secara tepat dan fungsional
kiranya diperlukan kejelasan konsep mengenai arti pengembangan kebudayaan, tujuan
pengembangan itu serta fungsi dan bentuk pengembangan tersebut. Rangkaian aksi kebudayaan
yang dilakukan secara sadar, terarah dan sistematik kami sebut sebagai pengembangan kebudayaan
nasional adalah usaha sadar untuk memlihara, menghidupkan, memperkaya, membina,
meyebarluaskan dan memanfaatkan segenap perwujudan dan keseluruhan hasil pikiran, kemauan
serta perasaan manusia, perkembangan hubungan manusia dengan manusia, hubungan manusia
dengan Tuhan Yang Maha Esa, untuk dihayati, diresapi dan dinikmati oleh seluruh anggota
masyarakat
Saat mendirikan Taman siswa Ki Hadjar Dewantara menghendaki agar sekolah menjadi taman,
tempat mekarnya bunga-bunga bangsa, tempat memumpuk semangat nasionalisme, serta memacu
kerja keras dan pantang menyerah dengan dasar kasih sayang. Dari gagasan Ki Hadjar Dewantara
itu, sangat jelas bahwa sekolah harus menjadi tempat yang nyaman bagi anak didik, seperti halnya
di rumah. Di sekolah, siswa mendapat perlakuan yang penuh kasih sayang dari para guru dan
dididik dengan penuh kesugguhan hati dan tanggung jawab.
Jadi Jelaslah bahwa Pendidikan Kesenian di Taman Kanak-kanak, ialah merupakan wadah
untuk mengembangkan kebudayaan bangsa. Konsep Pendidikan Kesenian Ki Hadjar Dewantara
adalah konsentrasi pelajaran lagu, bahasa, cerita serta gerak irama, itulah yang menyebabkan
permainan kanak-kanak dalam hidup bangsa itu benar-benar bersifat kesenian.

7
RINGKASAN ISI JURNAL II

2.1 PENDAHULUAN
Setiap individu mengalami perkembangan. Perkembangan terjadi sejak usia dini hingga dewasa.
Perkembangan tidak dapat diukur, tetapi dapat dirasakan. Perkembangan bersifat maju ke depan
(progresif), sistematis, dan berkesinambungan. Hal-hal yang berkembang pada setiap individu
adalah sama, hanya saja terdapat perbedaan pada kecepatan perkembangan, dan ada perkembangan
yang mendahului perkembangan sebelumnya, walaupun sejatinya perkembangan antara aspek yang
satu dengan aspek yang lain terjadi secara beriringan. Contoh: individu A pada usia 1 tahun sudah
bisa mengucapkan beberapa kata dengan fasih dan jelas, tetapi belum bisa berjalan. Adapun
individu B pada usia 1 tahun sudah bisa berjalan, tetapi belum mampu mengucapkan kata dengan
jelas. Cepat dan lambatnya pekembangan yang dialami oleh individu pada setiap aspek
perkembangannya dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti: stimulasi, nutrisi, kesehatan,
lingkungan, dan berbagai faktor lainnya. Anak usia dini adalah anak yang berada pada rentang usia
0-6 tahun. Pada usia tersebut, perkembangan terjadi sangat pesat. Berdasarkan hasil penelitian,
sekitar 40% dari perkembangan manusia terjadi pada usia dini. Oleh karena itu, usia dini dipandang
sangat penting sehingga diistilahkan usia emas (golden age). Setiap individu mengalami usia dini,
hanya saja usia dini tersebut hanya terjadi satu kali dalam fase kehidupan setiap manusia, sehingga
keberadaan usia dini tidak boleh disia-siakan. Usia dini adalah masa yang paling tepat untuk
menstimulasi perkembangan individu. Agar dapat memberikan berbagai upaya pengembangan,
maka perlu diketahui tentang perkembangan-perkembangan yang terjadi pada anak usia dini.
Pengetahuan tentang perkembangan anak usia dini akan menjadi modal orang dewasa untuk
menyiapkan berbagai stimulasi, pendekatan, strategi, metode, rencana, media atau alat permainan
edukatif, yang dibutuhkan untuk membantu anak berkembang pada semua aspek perkembangannya
sesuai kebutuhan anak pada setiap tahapan usianya.

8
2.2 DESKRIPSI ISI JOURNAL

RINGKASAN ISI JURNAL II

 PEMBAHASAN

A.PERKEMBANGAN NILAI MORAL DAN AGAMA

Perkembangan Nilai Moral dan Agama Kata moral dan agama terdengar “berat” jika dibahas pada
anak usia dini. Justru karena kedua hal tersebut “berat” sehingga harus diperkenalkan, dibiasakan,
dan dikembangkan sejak usia dini. Moral dan agama jangan dijadikan sebagai momok yang
menakutkan bagi anak. Kenapa? Karena Negara Indonesia adalah negara yang bermoral dan
menjunjung tinggi ajaran dan nilai agama.

tahapan perkembangan moral pada individu adalah:

I. Tingkat Prakonvensional. Pada tingkat ini, anak responsif terhadap aturan baik dan
buruk, benar atau salah, tetapi penafsirannya masih berdasarkan konsekuensi fisik atau
hedonistik dari tindakan (hukuman, hadiah). Tingkat ini terdiri dari, tahap 0:
Penghakiman egosentris. Anak membuat penilaian yang baik atas dasar apa yang
disukai dan diinginkan.
Tahap 1: Orientasi hukuman dan ketaatan. Konsekuensi fisik dari tindakan menentukan
kebaikan atau keburukan dari tindakan tersebut.
Tahap 2: Orientasi relativis instrumental. Tindakan yang benar terdiri dari apa yang
secara instrumen memuaskan kebutuhannya sendiri dan terkadang kebutuhan orang lain.
II. Tingkat Konvensional. Pada level ini, individu merasakan perlunya memelihara
martabat keluarga, kelompok, atau bangsanya. Sikapnya bukan hanya satu kesesuaian
dengan harapan pribadi dan tatanan sosial, tetapi menunjukkan kesetiaan kepada
kelompoknya. Level ini terdiri dari dua tahap berikut.
Tahap 3: Perilaku baik adalah perilaku yang disenangi orang lain. Tahap 4: Orientasi
"hukum dan ketertiban". Individu berorientasi pada otoritas, aturan tetap, dan
pemeliharaan tatanan sosial. Perilaku yang benar terdiri dari melakukan tugas seseorang,

9
menunjukkan rasa hormat terhadap otoritas, dan mempertahankan tatanan sosial yang
diberikan untuk kepentingannya sendiri.
III. Pasca-Konvensional, Otonom. Individu membuat upaya yang jelas untuk
mendefinisikan nilainilai moral dan prinsip-prinsip yang memiliki validitas dan aplikasi
terpisah dari otoritas kelompok dan terpisah dari identifikasi individu itu sendiri dengan
kelompok. Levelnya memiliki dua tahap berikut.
Tahap 5: Orientasi legalistik kontrak sosial. Tindakan yang benar cenderung
didefinisikan dalam hal hak-hak dan standar individu secara umum yang telah diperiksa
dan disetujui oleh seluruh masyarakat.
Tahap 6: Orientasi etika-prinsip universal. Hak didefinisikan oleh keputusan hati nurani
sesuai dengan prinsip-prinsip etika yang dipilih sendiri secara logis dan universal.
Susanto (2014: 67-69) menjelaskan bahwa perkembangan moral pada awal masa kanak-
kanak masih dalam tingkat rendah, karena perkembangan intelektual anak belum
mampu menerapkan perinsip abstrak tentang benar dan salah, dan tidak memiliki
dorongan untuk negikuti peraturan-peraturan, karena tidak mengerti manfaatnya sebagai
anggota kelompok sosial. Perkembangan moral pada masa kanak-kanak memiliki tanda-
tanda: sikap keagamaan represif meskipun banyak bertanya, pandangan ketuhanan
dipersonifikasikan, penghayatan secara rohaniah masih belum mendalam, hal ketuhanan
sesuai dengan kemampuan kognitifnya. Moral dan agama merupakan sesuatu yang
abstrak. Keduanya akan terlihat oleh indera penglihatan apabila ditunjukkan melalui
perilaku dalam kehidupan sehari-hari.

B.PERKEMBANGAN SOSIAL EMOSIONAL


Perkembangan sosial merupakan peningkatan kemampuan individu dalam berinteraksi dengan
orang lain, sedangkan perkembangan emosional adalah kemampuan individu untuk mengelola dan
mengekspresikan perasaannya dalam bentuk ekspresi tindakan yang dinampakkan melalui mimik
wajah maupun aktivitas lainnya (verbal atau non verbal) sehingga orang lain dapat mengetahui dan
bahkan memahami kondisi atau keadaan yang sedang dialaminya. Hal tersebut menyebabkan
perkembangan sosial emosional tidak dapat dipisahkan satu sama lain, karena sama-sama
10
berhubungan dengan interaksi antara individu dengan individu maupun individu dengan society.
Gairah emosional yang ada pada individu juga merupakan hasil dari interaksi yang dilakukan.
Perkembangan sosial emosional yang dimiliki oleh individu dewasa adalah berawal dari
perkembangan sosial emosional sejak usia dini, dan seiring dengan tahapan perkembangannya,
maka perkembangan sosial emosional individu menjadi lebih komplek. Perkembangan emosional
individu pertama kali ditunjukkan dengan tangisan saat kelahirannya, sedangkan perkembangan
sosial individu pada masa bayi ditandai dengan kemampuannya untuk berinteraksi dengan orang
yang paling dekat dengannya, yaitu “mama”. Perkembangan sosial emosional saat bayi akan
terlihat saat mama mengungkapkan sesuatu yang membuat bayi menjadi tertawa atau tersenyum,
atau bayi menangis saat diambil dari gendongan mama oleh orang lain. Seiring tahapan usia dan
stimulus yang diberikan untuk mengembangkan perkembangan anak sejak usia dini, maka
kemampuan sosial emosional anak semakin meningkat.
Sosial emosional menjadi satu kesatuan aspek perkembangan yang tidak dapat dipisahkan. Dalam
interaksi yang dilakukan dengan orang lain tentunya akan mengikutsertakan kemampuan individu
mengelola emosi, seperti tersenyum kepada orang lain, menampakkan wajah ceria, menampakkan
wajah cemberut, dan emosi positif maupun negative yang dapat dilihat oleh orang lain ketika
berinteraksi sosial.

C.PERKEMBANGAN KOGNITIF
Perkembangan kognitif adalah perkembanga yang berhubungan dengan kemampuan individu untuk
mengolah informasi, dalam bahasa sehari-hari disebut kemampuan berpikir. Dalam proses
pengolahan informasi, pengalaman (pengetahuan) yang sudah dimiliki akan berkolaborasi dengan
pengalaman (pengetahuan) baru yang diperoleh, sehingga terbentukklah kesimpulan baru tentang
pengetahuan tersebut. Kesimpulan-kesimpulan yang dihasilkan akan berubah seiring dengan proses
belajar dan pengalaman yang diperoleh.
Kognitif merupakan salah satu aspek perkembangan yang harus distimulasi sejak usia dini.
Kemampuan tersebut dapat dikembangkan melalui berbagai kegiatan main yang dirancang untuk
anak, baik di dalam maupun di luar kelas, atau ketika anak berada di rumah. Kegiatan main yang
dirancang disertai dengan penyediaan berbagai media, sumber belajar, maupun alat permainan
edukatif, yang akan digunakan sebagi perantara untuk memudahkan anak dalam menggali

11
pengetahuan dan pengalaman. Adapun contoh kegiatan main yang dapat dirancang adalah bermain
puzzle, percobaan-percobaan sains sederhana, dan bermain maze.

D. PERKEMBANGAN BAHASA
Bahasa adalah alat atau sarana untuk berkomunikasi antara individu yang satu dengan individu lain
secara
pribadi maupun di dalam komunitas. Mengingat pentingnya peranan bahasa bagi kehidupan
manusia, sehingga kemampuan bahasa yang dimiliki individu harus dikembangkan sejak usia dini.
Kemampuan bahasa yang dimiliki oleh individu akan terus berkembang sesuai tahapan usianya,
dan dipengaruhi oleh faktor-faktor tertentu yang mendukung dan menghambat perkembangan
bahasa tersebut.
Kemampuan mendengar anak akan mempengaruhi kemampuan berbicaranya. Hasil pendengaran
anak akan diaplikasikan melalui ucapan bibirnya. Perkembangan berbicara anak dimulai dari
berceloteh dengan makna yang belum jelas, lalu berceloteh dengan makna yang mulai jelas (seperti:
ma ma, dan seterusnya), hingga pada kemampuan berbicara dengan bunyi yang jelas mengucapkan
kata demi kata sampai kepada kemampuan mengucapkan kalimat yang lengkap subjek, predikat,
dan objeknya. Kemampuan membaca dan menulis pada anak usia dini dikembangkan melalui
langkahlangkah yang dirancang dalam kegiatan main. Kemampuan membaca anak mulai
dikembangkan melalui kegiatan mengenal gambar, mengenal kata, mengenal huruf, merangkai
huruf menjadi satu kata, hingga merangkai huruf membentuk kalimat sederhana. Adapun
kemampuan menulis dikembangkan melalui kegiatan latihan mencoret-coret, latihan memegang
pensil, latihan menyambung garis, latihan menulis garis, membuat berbagai bentuk, hingga ke
tahap menulis huruf dan angka. Bahasa anak yang pertamakali berkembang atau distimulasi adalah
bahasa ibu, yaitu sebagai bahasa anak untuk berkomunikasi dengan orangorang terdekat dan
lingkungan sekitarnya. Namun tidak berarti second language tidak distimulasi. second language
juga bagian terpenting dalam perkembangan bahasa anak yang sangat bermanfaat dalam
komunikasi anak dalam scope lingkungan yang lebih luas (dunia).

12
E. PERKEMBANGAN FISIK MOTORIK

Perkembangan fisik motorik merupakan bagian penting dalam perkembangan manusia, di samping
perkembangan-perkembangan aspek lainnya. Perkembangan fisik motorik harus distimulasi sejak
usia dini karena berkaitan dengan keterampilan gerak yang akan memudahkan dan mempengaruhi
keluesan gerak individu, baik gerakan kasar yang melibatkan otot-otot besar maupun gerakan halus
yang melibatkan koordinasi jari-jari tangan dengan mata.

Pada perkembangan fifik motoric terdapat lingkup perkembangan yang sama pada setiap usia.
Walaupun demikian, perlu diingat bahwa kemampuan motorik kasar dan motorik halus anak
berbeda-beda pada setiap tahapan usia. Misalnya pada usia 0->12 tahun contoh kemampuan
motorik kasar anak adalah merangkak, sedangkan pada usia yang lebih tinggi kemapuan motorik
kasar anak akan semakin meningkat dan komplek seiring dengan kematangan otot-otot tubuh dan
stimulasi yang diberikan.

F.PERKEMBANGAN KREATIVITAS

Perkembangan anak usia dini tidak terbatas pada perkembanganperkembangan di atas. Kreativitas
sebagai salah satu aspek perkembangan anak usia dini juga perlu di bahas dalam artikel ini.
Kreativitas merupakan kemampuan individu mengaktualisasikan diri dalam bentuk perilaku,
motivasi, proses, dan hasil karya, yang dapat meningkatkan kualitas dan kesejahteraan hidupnya.
Ihat Hatimah (dalam Susanto, 2014: 121-123) menyebutkan bentuk kreativitas pada anak usia dini
sebagai berikut:

1. Berpikir kreatif, yaitu anak mampu mengungkapkan pemahamannya tentang sesuatu, mampu
memberika jawaban terhadap suatu pertanyaan, mampu berinisiatif, mapu berimajinasi, mampu
mengembangkan ide, mampu mengerjakan tugas yang diberikan dengan teliti.

2. sikap kreatif, meliputi: anak memiliki rasa ingin tahu yang tinggi dengan banyak bertanya dan
senang mencoba hal-hal yang baru, anak tertarik untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang
dilontarkan guru, anak senang dan untuk mengeluarkan pendapatnya, tidak mudah terpengaruh, dan
memiliki pendirian yang kuat.

3. Karya kreatif, yaitu anak mampu menghasilkan berbagai bentuk hasil karya pada setiap kegiatan
yang dilakukan.

13
BAB III

PEMBAHASAN

A. Pembahasa Kelebihan dan Kekurangan Jurnal

Jurnal I
 Kelebihan Jurnal
 Ruang lingkup si artikel ini cukup bagus dimana terdapat pendahuluan dan kesimpulan
sehingga pembaca mudah mengerti apa yang akan dibahas dan apa inti yang telah
dibahas
 Jurnal ini juga sudah memiliki ISSN
 Menurut saya bahasa yang dipakai sangat baik dapat menanbah kosa kata bahasa
indonesia bagi pembaca.
 Journal ini menurut saya cukup akurat Karena apa yang dibahas didalam nya berlandas
kan hal positif yang bisa dicontoh semua orang.

 Kekurangan Jurnal
 Jurnal ini terlalu terbelit-belit terlalu banyak penjelasan yang tidak sesuai dengan judul
 Didalam artikel ini banyak sekali pembahasan yang sulit dimengerti hal ini
dikarenakan tulisan,kalimat dan paragraph terlalu rapat.Hal ini menyebabkan pembaca
sulit menemukan materi.
Jurnal II
 Kelebihan Jurnal
 Menurut saya bahasa yang dipakai sangat baik dapat menanbah kosa kata bahasa
indonesia bagi pembaca.Dalama spek bahasa dapat dilihat bahwa bahasa yang
digunakan sudah benar sesuai dengan tata bahasa yang diterapkan, dan bahasa yang
digunakan juga sopan dan tidak menyinggung pembaca.
 Journal ini menurut saya cukup akurat Karena apa yang dibahas didalam nya berlandas
kan hal positif yang bisa dicontoh semua orang.

 Kekurangan Jurnal
 Bahasa yang digunakan sedikit akan rumit dimengerti untuk dimengerti orang-orang
yang kurang pengetahuannya dalam pengunaan bahasa indonesia yang baku.
 Tanda baca yang tata letaknya kurang tepat.

14
BAB IV

PENUTUP

A.KESIMPULAN
Dalam segala pelajaran, kesibukan serta pemberian kesenangan kepada anak-anak, sudah
seharusnya menyesuaikan dengan alam rakyat sendiri, karena itu pendidikan kanak-kanak yang ada
di Indonesia harus memasukkan permainan kanak-kanak bangsa. Permainan kanak-kanak yang
hidup dalam alam kanak-kanak bangsa mempunyai sifat yang khusus atau istiwewa, dikarenakan
sesuai dengan instincten (kodratnya sendiri) dan sifat kesenian yang nampak dari sebagian besar
permainan kanak-kanak itu.
Banyak dari permainan kanak-kanak bangsa yang menggabungkan pelajaran-pelajaran lagu,
sastra dan cerita, yang amat sederhana tetapi cukup mengandung bahan–bahan untuk pendidikan
kesenian. Dalam gabungan ketiga macam pelajaran tersebut, terdapat pendidikan rasa, fikiran dan
budi pekerti yang diperlukan untuk pembentukan watak atau tabiat yang akan merapatkan jiwa
anak dengan kebangsaannya.

B.SARAN
Dalam pembuatan jurnal selanjutnya agar lebih memperhatikan hal-hal yang kalihatannya kecil,
misalkan penggunaan bahasa dan tanda baca, agar jurnal selanjutnya lebih baik.

15
DAFTAR PUSTAKA

 file:///C:/Users/oke/Downloads/76-268-8-PB.pdf

 file:///C:/Users/oke/Downloads/739-2905-2-PB.pdf

 http://ejournal.uin-suka.ac.id/tarbiyah/index.php/goldenage/article/view/2351

16

Anda mungkin juga menyukai