Anda di halaman 1dari 13

MODEL DAN AZAS KEPEMIMPINAN

Oleh:
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah S.W.T, karena atas segala
limpahan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan penulisan
makalah ini dalam bentuk isi yang dibuat dengan sebaik-baiknya. Penulis ucapkan terima
kasih kepada pihak-pihak yang tidak dapat penulis sampaikan dalam menyelesaikan
makalah ini maupun menjadi jalan kebaikan bagi siapapun, terutama bagi penulis maupun
bagi pembaca.

Makalah yang berjudul Metode Penelitian Korelasional, disusun guna memenuhi


salah satu syarat tugas mata kuliah Metodologi Penelitian Pendidikan di Lingkungan
Pendidikan Teknologi dan Kejuruan baik dalam lingkup penelitian pendidikan dan non
pendidikan.

Penulis sangat menyadari terdapat banyak keterbatasan dalam penulisan makalah


ini. Oleh karena itu, kritik dan saran yang dapat membangun serta menjadi
pengembangan dari makalah ini sangat diharapkan penulis untuk perbaikan makalah di
masa yang akan datang.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................ii

DAFTAR ISI.........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN...................................................................................1

1.1 Latar Belakang Penulisan..............................................................................1

1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................1

1.3 Tujuan Pembahasan.......................................................................................2

BAB II KAJIAN PUSTAKA..............................................................................3

2.1 Pengertian Kepemimpinan Otokratis...........................................................3

2.2 Pengertian Kepemimpinan Permisif.............................................................4

2.3 Pengertian Kepemimpinan Partisipatif.........................................................4

2.4 Pengertian Kepemimpinan Demokratis........................................................5

2.5 Pengertian Azas Kepemimpinan Power........................................................8

2.5 Pengertian Azas Kepemimpinan Autority....................................................8

2.5 Pengertian Azas Kepemimpinan Keimanan.................................................8

2.5 Pengertian Azas Kepemimpinan Ketakwaan...............................................8

2.6 Pengertian Azas Kepemimpinan Musyawarah...........................................11

BAB III Penutup..............................................................................................

3.1 Kesimpulan....................................................................................................13

3.2 Saran..............................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................19
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penulisan


Dunia pendidikan memegang peranan yang amat penting untuk menjamin
kelangsungan hidup negara dan bangsa, karena pendidikan merupakan wahana
untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia.
(Sukiyanto & Maulidah, 2020). Masyarakat Indonesia dengan laju
pembangunannya masih menghadapi masalah pendidikan yang berat, terutama
berkaitan dengan kualitas, relevansi, dan efisiensi pendidikan. Kepemimpinan
dalam menjalankan pendidikan merupakan unsur terpenting dalam
keberlangsungan organisasi mulia ini.
Kepemimpinan adalah cara seorang pemimpin mempengaruhi perilaku
bawahan, agar mau bekerja sama dan bekerja secara produktif untuk mencapai
tujuan organisasi. Kepemimpinan juga merupakan ruh yang menjadi pusat sumber
gerak organisasi untuk mencapai tujuan. Kepemimpinan Kepala Sekolah
merupakan salah satu faktor yang dapat mendorong sekolah untuk mewujudkan
visi, misi, tujuan dan sasaran sekolahnya melalui program-program yang
dilaksanakan secara terencana dan terarah (Bayu, 2017).
Pemimpin yang efektif adalah pemimpin yang menggunakan sumber daya
secara strategis untuk memprioritaskan tujuan pembelajaran, menetapkan tujuan
dan ekspektasi yang jelas, dan memastikan lingkungan terorganisir yang
mendukung pembelajaran (Pérez-García et al., 2018). Dengan demikian, peran
kepala sekolah dalam reformasi Pendidikan sangat penting.(Hsiao et al., 2013).
Kepala sekolah memiliki peranan penting dalam sebuah organisasi sekolah yaitu
sebagai sikap kepemimpinan instruksional yang menjalankan tanggung jawab
sehingga mampu mendorong organisasi kearah yang lebih baik.(Hsiao et al.,
2013).
Kepala Sekolah dalam organisasi sekolah merupakan pimpinan yang
bertanggungjawab atas kelangsungan organisasi tersebut. Usaha pengelolaan dan
pembinaan sekolah melalui kegiatan administrasi, manajemen dan kepemimpinan
tergantung pada kemampuan kepala sekolah. Sehubungan dengan itu maka dapat
dikatakan bahwa kepala sekolah selaku administrator berfungsi untuk
merencanakan, mengorganisasikan, mengarahkan, mengkoordinasikan dan
mengawasi seluruh kegiatan pendidikan yang diselengggarakan di suatu sekolah.
Kepala Sekolah sebagai manajer pendidikan berfungsi mewujudkan
pendayagunaan setiap sektor pendidikan guna mencapai Standar Nasional
Pendidikan (Nasrun, 2016).
Standar Nasional Pendidikan merupakan luaran tujuan dari diadakannya
sekolah formal yaitu SMK. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 13 Tahun 2015 Tentang Standar Nasional Pendidikan
menyatakan ada delapan standar yang harus dipenuhi dalam melaksanakan
pendidikan disekolah yaitu, standar kompetensi lulusan, standar isi pendidikan,
standar proses pendidikan, standar penilaian pendidikan, standar pendidik dan
tenaga kependidikan, standar pengelolaan, standar pembiayaan. Standar tersebut
merupakan tujuan penting yang dapat dicapai tentunya dengan kepemimpinan
yang baik dari kepala sekolah.
Kepemimpinan dalam lingkup dunia Pendidikan terutama Sekolah
Menengah Kejuruan sangat penting. Beberapa model kepemimpinan akan dibahas
lebih dalam guna mengetahui macam dan kriteria jenis kepemimpinan diantaranya
adalah, model kepemimpinan otokratis, permisif, partisipatif, dan demokratis serta
perlu juga membahas azas kepemimpinan power, autority, keimanan, ketakwaan,
dan musyawarah.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah:
1. Apa pengertian model kepemimpinan otokratis, permisif, partisipatif, dan
demokratis
2. Apa pengertian azas kepemimpinan power, autority, keimanan, ketakwaan,
dan musyawarah.

1.3 Tujuan Pembahasan


1. Mengetahui model kepemimpinan otokratis, permisif, partisipatif, dan
demokratis
2. Mengetahui azas kepemimpinan power, autority, keimanan, ketakwaan, dan
musyawarah.
BAB II
KAJIAN TEORI

2.1 Model Kepemimpinan Otokratis


Model kepemimpinan otokratis adalah model kepemimpinan yang sangat
dominan dalam setiap pengambilan keputusan dan setiap kebijakan, peraturan,
prosedur diambil dari idenya sendiri. Kepemimpinan jenis ini memusatkan
kekuasaan pada dirinya sendiri. Ia membatasi inisiatif dan daya pikir dari para
anggotanya. Pemimpin yang otoriter tidak akan memperhatikan kebutuhan dari
bawahannya dan cenderung berkomunikasi satu arah yaitu dari atas (pemimpin)
ke bawah (anggota). Jenis kepemimpinan ini biasanya dapat kita temukan di
akademi kemiliteran dan kepolisian (Yanthy et al., 2020).
Kepemimpinan jenis ini cenderung terdapat aksi transaksi antara pemimpin
dan bawahan di mana pemimpin akan memberikan reward ketika bawahan
berhasil melaksanakan tugas yang telah diselesaikan sesuai kesepakatan.
Pemimpin dan bawahan memiliki tujuan, kebutuhan dan kepentingan masing-
masing.

2.2 Model Kepemimpinan Permisif


Tipe Permisif (Leissez-Faire), yaitu Pada tipe permisif, kepala sekolah
menerapkan pandangan bahwa tidak ada aturan untuk semua orang, ini didasari
atas alasan bahwa setiap orang terlahir bertanggung jawab dan memiliki kemam-
puan untuk melaksanakan kewajibannya. Dalam tipe kepemimpinan ini
sebenarnya pemimpin tidak memberikan kepemim- pinannya, dia membiarkan
bawahannya berbuat sekehendaknya. Pemimpin sama sekali tidak memberikan
kontrol dan koreksi terhadap pekerjaan bawahannya (Halilah, 2011).
Kepala sekolah yang menerapkan gaya kepemimpinan gaya permisif
percaya bahwa tidak ada aturan bagi semua orang karena setiap orang pada
dasarnya terlahir bertanggung jawab dan memiliki kemam- puan untuk
melaksanakn kewajibannya. Kepercayaan seperti ini hanya bisa berlaku pada staf
guru atau bawahan yang sudah berpengalaman tetapi tidak pada karyawan yang
masih baru dalam pekerjaannya. Jika gaya kepemimpinan Permisif ini digunakan
secara serampangan bisa saja menimbulkan kekacauan dalam lingkungan
organisasi sekolah hingga tidak kondusif.

2.3 Model Kepemimpinan Partisipatif


Gaya kepemimpinan partisipatif, ide dapat mengalir dari bawah (anggota)
karena posisi kontrol atas pemecahan suatu masalah dan pembuatan keputusan
dipegang secara bergantian. Pemimpin memberikan ruang gerak bagi para
bawahan untuk dapat berpartisipasi dalam pembuatan suatu keputusan serta
adanya suasana persahabatan dan hubungan saling percaya antar pimpinan dan
anggota (Yanthy et al., 2020).
Gaya kepemimpinan partisipatif dapat menginspirasi perubahan positif pada
mereka (anggota) yang mengikuti. Para pemimpin jenis ini memperhatikan dan
terlibat langsung dalam proses termasuk dalam hal membantu para anggota
kelompok untuk berhasil menyelesaikan tugas mereka.

2.4 Model Kepemimpinan Demokratis


Tipe kepemimpinan demokratis adalah pemimpin yang menganggap dirinya
sebagai bagian dari kelompoknya dan bersama-sama dengan kelompoknya
berusaha betanggung jawab tentang terlaksananya tujuan Bersama (Sanjani,
2019). kepemimpinan demokratis, diperlukan oleh kepala sekolah dalam
menciptakan iklim dan budaya sekolah serta melaksanakan kepemimpinan yang
efektif di sekolah. Oleh karena itu kepemimpinan demokratis yang digunakan
oleh kepala sekolah akan berperan dalam memajukan sekolah secara keseluruhan.
Model kepemimpinan demokratis kepala sekolah akan berperan dalam
pembentukan dan pembangunan iklim dan budaya sekolah, agar tercipta sekolah
yang efektif. Kepemimpinan demokratis dalam sekolah atau yang sering disebut
kepemimpinan demokratis dalam bidang pendidikan, mempunyai tanggungjawab
tersendiri artinya kepemimpinan demokratis dalam pendidikan mempunyai sifat
tanggungjawab yang berbeda dari kepemimpinan yang lain. Kepemimpinan
demokratis dalam sekolah harus bertanggungjawab terhadap pengalaman-
pengalaman di sekolah dalam membentuk sikap dan perilaku siswa.
Tanggungjawab tersebut merupakan satu aspek penting dalam sistem sekolah, dan
merupakan fungsi yang mendasar dalam pelaksanaan manajemen pendidikan.

2.5 Azas Kepemimpinan Power


Kekuasaan (power) sebagai konstruk ilmu politik, bahkan ada yang
berpendapat sebagai hakikat ilmu politik itu sendiri, pada umumnya dikonotasikan
sebagai hal yang negatif, tidak seberapa yang memandangnya secara positif
(positive thinking). Kekuasaan pada tataran sekolah, juga terlihat gejala
pengguanaannya yang negatif ini, kekuasaan menekan (coercive power) dan
perilaku kepemimpinan yang bersifat otoriter juga banyak dilakukan oleh kepala
sekolah dalam memenej sumber daya berupa guru (Dasman, 2002).
Kepemimpinan pendidikan dengan pola menekan atau memaksa (coercive
power) sebenenarnya perlu dirubah, karena dunia pendidikan tidak memerlukan
coercive power tapi yang diperlukan adalah pemberdayaan (empowerment),
artinya pengguaan kekuasaan oleh kepala sekolah harus dalam arti konstruktif dan
positif sehingga dapat meningkatkan moral guru dan performance sumber daya
pendidikan.
Kemampuan mempengaruhi dan menggerakkan pola pikir dan perilaku orang
lain sesuai dengan yang diinginkan oleh pemimpin, didukung adanya “daya
dorong tertentu” yang disebut power, yang sering diterjemahkan dengan istilah
“kewibawaan” (Ekosiswoyo, 2007). Dalam setiap kepemimpinan, menurut Fleet
(1988: 354), seorang pemimpin memiliki paling tidak lima power, yaitu (a) reward
power, yaitu kewibawaan yang menyebabkan bawahan atau orang lain melak-
sanakan tugas tertentu dengan harapan agar mem- peroleh hadiah yang diberikan,
(b) coersive power, yaitu kewibawaan yang mendorong bawahan atau orang lain
berbuat sesuatu dengan motivasi agar terhindar dari hukuman yang diberikan oleh
pemim- pin, (c) legitimate power, yaitu kewibawaan yang mendorong bawahan atau
orang lain mengerjakan se- suatu karena memiliki kewenangan sehingga orang lain
mempunyai kewajiban mematuhinya, (d) expert power, yaitu bawahan atau orang lain
melaksanakan tugas karena percaya bahwa pribadi pemimpinnya memiliki
pengetahuan khusus dan keahlian serta mengetahui apa yang diperlukan oleh
bawahannya, dan (e) referent power, bawahan melaksanakan tugas karena kagum
terhadap pribadi pemimpinnya, bah- kan bawahan ingin memperoleh restu, serta
berke- inginan untuk bisa berbuat atau tampil seperti pri- badi pemimpinnya.

2.6 Azas Kepemimpinan Authority


Kepemimpinan di suatu organisasi perlu mengembangkan staf dan
membangun iklim motivasi yang menghasilkan tingkat kinerja yang tinggi, maka
pemimpin perlu memikirkan gaya kepemimpinannya. Pemimpin yang mempunyai
nilai tinggi pada dimensi pertimbangan menggambarkan suasana kerja yang saling
mempercayai, menghormati gagasan bawahan, dan mempertimbangkan perasaan
bawahan.
Kepemimpinan authority, mendasarkan diri pada kekuasaan dan paksaan
yang mutlak harus dipatuhi. Setiap perintah dan kebijakan ditetapkan tanpa
berkonsultasi dengan bawahan terlebih dahulu (Hadiyanti, 2015). Pemimpin
bergaya dan bertipe authority selalu berdiri jauh dari anggota kelompoknya, dan
ia senantiasa memiliki kekuatan absolut dan tunggal, pada kondisi dan situasi
yang sikap dan prinsipnya kaku. Penonjolan diri yang berlebihan sebagai simbol
keberadaan organisasi, hingga cenderung bersikap bahwa dirinya dan organisasi
adalah identik. Dalam menentukan dan menerapkan disiplin organisasi begitu
keras dan menjalankannya dengan sikap kaku, pemimpin bergaya dan bertipe ini
juga tidak dapat dikritik, bawahannya juga tidak mendapat kesempatan untuk
memberikan saran maupun pendapat.Apabila pimpinan ini sudah mengambil
keputusan, biasanya keputusan itu berbentuk perintah dan bawahannya hanya
melaksanakannya saja.

2.7 Azas Kepemimpinan Keimanan


Azas kepemimpinan keImanan adalah azas yang akan membalut power,
authority dan amanah tersebut sehingga kepemimpinan akan dibangun atas dasar
bangunan yang komprehensip, kuat dan berorientasi jauh ke depan tidak sekedar
melihat manajemen hanya diorientasikan kepada masalah mondial (duniawi)
semata. Seorang pemimpin yang kuat imannya, dia memahami bahwa
kemampuan memimpin yang dia miliki adalah pemberian Tuhannya. Dia
menyadari punya kekurangan, dan di saat itu dia juga mudah bertawakkal kepada
Tuhannya. Sehingga keberhasilan dan kegagalan baginya akan memiliki makna
yang sama, karena keduanya diyakini sebagai anugerah sekaligus pilihan
Tuhannya. Disini pentingnya zero power (Abi, 2017).

2.8 Azas Kepemimpinan Ketakwaan


Takwa sebagai azas kepemimpinan bukan dalam arti yang sempit, yakni
takwa berarti berhati-hati dan teliti. Oleh sebab itu dalam surah al-Hasyr: 18
mengenai perencanaan, Allah Swt memulai menyeru dengan seruan “Hai orang-
orang yang beriman bertakwalah”, baru dilanjutkan dengan perintah mengamati
kondisi kekinian yang digunakan untuk menyusun rencana ke depan. Setelah itu
ditutup dengan seruan “bertakwalah” kembali. Ini menunjukkan perencanaan dan
implementasi rencana harus dengan kehati-hatian dan ketelitian dalam
mengumpulkan data, pula dalam mengimplementasikannya (Abi, 2017).

2.1 Azas Kepemimpinan Musyawarah


Sebagaimana diterangkan dalam surah as-Syura ayat 38 dan Ali Imran ayat
159. Musyawarah penting karena kepemimpinan berkaitan dengan banyak orang.
Melalui musyawarah akan terbangun tradisi keterbukaan, persamaan dan
persaudaraan. Perencanaan, organisasi, pengarahan dan pengawasan selalu saja
terkait dengan sejumlah orang, maka keterbukaan, persamaan dan persaudaraan
akan memback up lancarnya proses manajemen tersebut (Abi, 2017).
Musyawarah merupakan salah satu prinsip dalam berorganisasi yang harus
dibangun antara pemimpin dan yang dipimpin. Kata musyawarah dapat
didefinisikan sebagai pembahasan bersama dengan maksud mencapai keputusan
atas penyelesaian masalah, perundingan, perembukan. Menerima asas
musyawarah untuk membangun mufakat adalah perkara akidah (Kholiq, 2017).
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan terkait model dan azas kepemimpinan dan
merujuk pada tujuan makalah ini, maka didapat beberapa kesimpulan yaitu
sebagai berikut:
1. Kriteria berbagai macam model kepemimpinan dapat digunakan oleh
pemimpin sesuai dengan kebutuhannya masing-masing. Model
kepemimpinan dapat diterapkan beberapa diantaranya adalah karena sebab
kondisi lingkungan, kondisi masyarakat yang dipimpin, serta kedudukan
pemimpin saat itu.
2. Azas kepemimpinan memberikan ciri-ciri bagaimana model kepemimpinan
dapat dilaksanakan dengan baik. Azas kepemimpinan memiliki peran penting
sebagai guidance untuk menerapkan suatu model kepemimpinan.

3.2 Saran
Berdasarkan pembahasan tentang model dan azas kepemimpinan, maka
penulis memberikan saran dan rekomendasi sebagai berikut:
1. Kepada mahasiswa yang sedang mempelajari mata kuliah Menejemen Mutu.
Makalah ini diharapakan memberikan wawasan terkait kepemimpinan
pendidikan yang dikaitkan dengan model dan azas kepemimpinan.
2. Bagi yang ingin memperdalam ilmu model dan azas kepemimpinan,
disarankan untuk bisa lebih memahmai tentang Menejemen Mutu.
3. Bagi pemakaalah berikutnya, dapat mengembangkan kajian model dan azas
kepemimpinan yang berkembang.
DAFTAR PUSTAKA

Abi, S. (2017). | Faiqatul Husna. 02, 131–154.


Bayu, K. (2017). Kepuasan Kerja Memoderasi Pengaruh Lingkungan Kerja Dan
Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Guru Smk Negeri 1 Pati.
Proceedings, 1(1), 254–269.
Dasman. (2002). KEKUASAAN DI SEKOLAH: Tingkat Penggunaan Basis
Kekuasaan Posisi (Position Power)
___________________________________________________________
Oleh: Dasman Lanin. 29–37.
Ekosiswoyo, R. (2007). Kepemimpinan Kepala Sekolah yang Efektif Kunci
Pencapaian Kualitas Pendidikan. Jurnal Ilmu Pendidikan, 14(2), 76–82.
http://journal.um.ac.id/index.php/jip/article/view/24/322
Hadiyanti, H. (2015). Abstrak Kata Kunci : Peran Kepemimpinan , Kinerja
PENDAHULUAN Latar Belakang Kepemimpinan Pengertian
Kepemimpinan. 3(1), 206–219.
Halilah. (2011). Kepemimpinan Wanita Dalam Manajemen Kependidikan.
Management of Education, 1(1), 1–9.
Hsiao, H. C., Lee, M. C., & Tu, Y. L. (2013). The Effects of Reform in Principal
Selection on Leadership Behavior of General and Vocational High School
Principals in Taiwan. Educational Administration Quarterly, 49(3), 421–450.
https://doi.org/10.1177/0013161X12462387
Kholiq, A. (2017). Model Kepemimpinan Transformatif Kepala Madrasah.
Manarul Qur’an: Jurnal Ilmiah Studi Islam, 17(1), 34–52.
https://doi.org/10.32699/mq.v17i1.922
Nasrun, N. (2016). Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap Motivasi
Kerja dan Kinerja Guru. Ilmu Pendidikan: Jurnal Kajian Teori Dan Praktik
Kependidikan, 1(2), 63–70. https://doi.org/10.17977/um027v1i22016p063
Pérez-García, P., López, C., & Bolívar, A. (2018). Efficacy of the Educational
Leadership in the Spanish Context: The Perspective of Its Agents. NASSP
Bulletin, 102(2), 141–160. https://doi.org/10.1177/0192636518774134
Sanjani, M. A. (2019). Kepemimpinan Demokratis Kepala Sekolah. Jurnal
Serunai Administrasi Pendidikan, 7(1), 122–148.
https://doi.org/10.37755/jsap.v7i1.131
Sukiyanto, S., & Maulidah, T. (2020). Pengaruh Gaya Kepemimpinan Kepala
Sekolah dan Budaya Organisasi terhadap Motivasi Guru dan Karyawan.
Jurnal Pendidikan Edutama, 7(1), 127. https://doi.org/10.30734/jpe.v7i1.874
Yanthy, E., Purwanto, A., Pramono, R., Cahyono, Y., & Asbari, M. (2020).
Pengaruh Gaya Kepemimpinan Transformasional dan Tranksaksional
Terhadap Kinerja Sistem Jaminan Halal HAS 23000. BISNIS : Jurnal Bisnis
Dan Manajemen Islam, 8(1). https://doi.org/10.21043/bisnis.v8i1.7045

Anda mungkin juga menyukai