MAKALAH
Disusun oleh :
ROMBEL REGULER 2
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan karunia-Nya. Berkat
rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan penelitian ini dengan baik tanpa halangan yang
berarti. Tugas makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Kepemimpinan
Peran Pemimpin, Teori Kepemimpinan Menurut Ahli” Dalam menyusun makalah ini kami
menghadapi berbagai kendala, namun semuanya dapat teratasi dengan baik sehingga makalah
dapat tersusun sampai selesai dengan tepat waktu. Kami sadar semua itu berkat pertolongan
Allah SWT.
Makalah ini masih memiliki banyak kekurangan, namun kami berharap makalah ini
dapat bermanfaat bagi pembaca. Kritik dan saran terhadap makalan ini kami terima dengan
senang hati, demi kemajuan kami dalam belajar dan menjadi tenaga pendidik yang
professional.
Penulis
Kelompok 1
ii
DAFTAR ISI
hal
BAB I PENDAHULUAN
A Latar Belakang .............................................................................. 1
B Rumusan Masalah ......................................................................... 1
C Tujuan .............................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Landasan Teori Kepemimpinan dan Pendidikan ............................ 2
2.2. Human Resources Management……………………………………………. 4
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kepemimpinan merupakan bagian penting dari manajemen yaitu merencanakan dan
mengorganisasi, tetapi peran utama kepemimpinan adalah mempengaruhi orang lain untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Hal ini merupakan bukti bahwa pemimpin boleh jadi
manajer yang lemah apabila perencanaannya jelek yang menyebabkan kelompok berjalan ke
arah yang salah. Akibatnya walaupun dapat menggerakkan tim kerja, namun mereka tidak
berjalan kearah pencapaian tujuan organisasi. Guna menyikapi tantangan globalisasi yang
ditandai dengan adanya kompetisi global yang sangat ketat dan tajam.
Sebuah sekolah adalah organisasi yang kompleks dan unik, sehingga memerlukan tingkat
koordinasi yang tinggi. Untuk membantu para kepala sekolah di dalam mengorganisasikan
sekolah secara tepat, diperlukan adanya satu esensi pemikiran yang teoretis, seperti kepala
sekolah harus bisa memahami teori organisasi formal yang bermanfaat untuk
menggambarkan kerja sama antara struktur dan hasil sekolah. Oleh sebab itu dikatakan
bahwa” keberhasilan sekolah adalah sekolah yang memiliki pemimpin yang berhasil.
Keberhasilan pendidikan di sekolah juga sangat ditentukan oleh keberhasilan kepala
sekolah dalam mengelola tenaga kependidikan yang tersedia di sekolah. Kepala sekolah
merupakan salah satu komponen pendidikan yang berpengaruh dalam meningkatkan kinerja
guru. Kepala sekolah bertanggung jawab atas penyelenggaraan kegiatan pendidikan,
administrasi sekolah, pembinaan tenaga kependidikan lainnya, dan pendayagunaan serta
pemeliharaan sarana dan prasarana (Mulyasa 2004:25). Hal tersebut menjadi lebih penting
sejalan dengan semakin kompleksnya tuntutan tugas kepala sekolah, yang menghendaki
dukungan kinerja yang semakin efektif dan efisien. Dalam perannya sebagai seorang
pemimpin, kepala sekolah harus dapat memperhatikan kebutuhan dan perasaan orang-orang
yang bekerja sehingga kinerja guru selalu terjaga.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka dirumuskan permasalahan:
1. Apa saja Landasan Teori Kepemimpinan dan Pendidikan ?
2. Apa yang dimaksud Human Resources Management ?
3. Apa saja Perbedaan Karakteristik Kepemimpinan dan Pendidikan
4. Apa Hubungan Peran dan Pemimpin ?
5. Apa Saja Teori Kepemimpinan Menurut Ahli
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka dirumuskan tujuan sebagai berikut:
1. Untuk Menjelaskan Landasan Teori Kepemimpinan dan Pendidikan.
2. Untuk menjelaskan Human Resources Management.
3. Untuk menjelaskan Perbedaan Karakteristik Kepemimpinan dan Pendidikan
4. Apa Hubungan Peran dan Pemimpin ?
5. Apa Saja Teori Kepemimpinan Menurut Ahli
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
5) Pemimpin bertanggung jawab dalam mengembangkan dan mempertahankan
eksistensi organisasi.
2.3.Syarat-syarat Pemimpin Pendidikan
Untuk mewujudkan seorang menjadi pemimpin yang ideal dibutuhkan syarat-
syarat yang tergambarkan dalam bentuk ciri-ciri yang dimiliki. Ada pun menurut
Sidiq dan Khoirussalim (2021) syarat untuk menjadi seseorang pemimpin adalah:
a) memiliki kompetensi yang sesuai dengan zamannya, artinya kompetensi
yang dimiliki sangat berguna untuk diterapkan pada saat itu, dan kompetensi
tersebut diakui oleh banyak pihak serta pakar khususnya.
b) memahami setiap permasalahan secara lebih dalam dibandingkan dengan
orang lain, serta mampu memberikan keputusan terhadap permasalahan
tersebut.
c) mampu menerapkan konsep “the right man and the right place” secara tepat
dan baik. The right man and the right place adalah menempatkan orang
sesuai dengan tempatnya dan kemampuan atau kompetensi yang dimiliki,
artinya pemimpin adalah yang bisa melihat setiap potensi yang dimiliki oleh
seseorang dan menempatkan potensi tersebut sesuai pada tempatnya.
3
ciri-ciri pribadi ini, dan membantu pimpinan dengan garis pedoman perilaku
yang bermanfaat yang didasarkan kepada kombinasi dari kemungkinan yang
bersifat kepribadian dan situasional.
2.5.Keterampilan Pemimpin Pendidikan
Kazt dalam Sidiq dan Khoirussalim (2021) mengemukakan tiga keterampilan/skill
yang harus dikuasai oleh seorang pemimpin, ialah human telation skill, techinal skill,
dan conceptual skill. Seberapa jauh ketiga keterampilan itu harus dipunyai pemimpin
sesuai dengan kedudukannya.
1. Human relation skill
Kemampuan berhubungan dengan bawahan. Bekerja sama menciptakan iklim kerja
yang menyenangkan dan kooperatif. Terjalin hubungan yang baik sehingga
bawahan merasa aman dalam melaksanakan tugasnya.
2. Technical skill
Kemampuan menerapkan ilmunya kedalam pelaksanaan (operasional) Dalam
rangka mendayagunakan/memanfaatkan sumber-sumber yang ada. Melaksanakan
tugas yang bersifat operasional. Memikirkan pemecahan masalah-masalahyang
praktis. Makin tinggi tingkat manager, secara relatif technicalskill makin kurang
urgensinya.
3. Conceptual skill
Di dalam melihat sesuatu secara keseluruhan yang kemudian dapat
merumuskannya, seperti dalam mengambil keputusan, menentukan kebijakan dan
lain-lain. Dalam hubungan perlu ditekankan bahwa seorang pemimpin yang baik,
adalah pemimpin yang tidak melaksanakan sendiri tindakan-tindakan yang bersifat
operasional. Lebih banyak merumuskan konsep-konsep. Keterampilan ini ada juga
yang menyebut dengan managerial skill.
4
orang yang bekerja di sana, yang secara individu atau kolektif (tim kerja)
berkontribusi terhadap pencapaian sasaran yang telah ditetapkan (Amstrong,
2008)
5
jawabnya sebagai sebagai seorang pemimpin dapat mengelola proses
pendidikannya yang tersedia (jika memungkinkan mengadakan sumber daya
yang baru) telah berhasil menciptakan output yang sesuai dengan visi yang
ditetapkan dan berdaya guna menjadi SDM yang handal sesuai dengan
harapan atau keinginan stakeholder/pengguna jasa pendidikan, dimana
hasilnya dapat menciptakan lulusan yang memiliki benefit terhadap individu
yang melakukannya berupa kemampuan / keahlian yang relevan dengan
kehidupan dan dapat menolong diri dan keluarga dalam kehidupannya.
b. Kepemimpinan Transformasional
Burns (1978) orang yang disebut-sebut sebagai yang pertama kali
menggagaskannya, mendefinisikan kepemimpinan transformasional sebagai “a
process in which leaders and followers raise to higher leves of morality and
motivation”. Gaya kepemimpinan semacam ini akan mampu membawa
kesadaran para pengikut dengan memunculkan ide-ide produktif, hubungan
yang sinergikal, kebertanggungjawaban, kepedulian edukasional dan cita-cita
bersama, pemimpin dengan kepemimpinan transformasional adalah
kepemimpinan yang memiliki visi ke depan dan mampu mengidentifikasikan
perubahan lingkungan serta mampu mentransformasi perubahan tersebut ke
dalam organisasi, mempelopori perubahan dan memberikan motivasi dan
inspirasi kepada individu untuk kreatif dan inovatif serta membangun kerja
sama yang solid.
Yuki (1996) menyimpulkan esensi kepemimpinan transformasional
adalah memberdayakan para pengikutnya untuk bekerja secara efektif dengan
membangun komitmen mereka terhadap nilai-nilai baru, mengembangkan
keterampilan dan kepercayaan mereka, menciptakan iklim yang kondusif bagi
berkembangnya inovasi dan kreativitas.
Pemimpin transformasioal sesungguhnya merupakan agen perubahan,
karena memang erat kaitannya dengan transformasi yang terjadi dalam suatu
organisasi. Fungsi utamanya adalah berperan sebagai katalis perubahan,
bukanya sebagai control perubahan. Seorang pemimpin transformasional
memiliki visi yang jelas, memiliki gambaran holistic tentang bagaimana
organisasi dimasa depan ketika semua tujuan dan sasarnnya telah tercapai.
6
memberikan reaksi yang menimbulkan semangat dan daya kerja cepat
semaksimal mungkin, selalu tampil sebagai pelopor dan pembawa
perubahan.
Dalam ruang lingkup kajian kepemimpinan, paling tidak ada tiga tipe dan gaya
kepemimpinan yang paling mendasar, antara lain: kepemimpinan otoriter
(authoritarian leadership), kepemimpinan demokratis (democratic leadership), dan
kepemimpinan bebas (laissez faire leadership). Di samping itu juga masih ada
beberapa tipe dan gaya kepemimpinan, seperti: kepemimpinan kharismatik,
kepemimpinan paternalistik, kepemimpinan ahli (expert), dan sebagainya.
1. Kepemimpinan Demokratis.
Tipe kepemimpinan demokratis ditandai dengan adanya partisipasi dalam penentuan
tujuan serta perpaduan berbagai pendapat atau pikiran untuk menentukan cara-cara
terbaik dalam pelaksanaan pekerjaan. Tipe kepemimpinan ini mendorong timbulnya
inisiatif bawahan, di samping juga bersifat terbuka ditandai dengan adanya proses
pengawasan. Tipe kepemimpinan demokratis ini hanya akan dapat diterapkan dalam
lembaga yang menerapkan sistem open management yang memiliki karakteristik
sebagai berikut:
a. Adanya partisipasi bawahan dalam proses kelembagaan (social participation);
b. Adanya pertanggungjawaban dari pemimpin terhadap bawahan (social
responsibility)
c. Adanya dukungan terhadap pemimpin (social support)
7
d. Adanya pengawasan oleh bawahan terhadap pemimpinnya (social control).
2. Kepemimpinan Otoriter.
Seorang pemimpin yang mempunyai tipe otoriter ini selalu menganggap bahwa
kekuasaan yang sah adalah miliknya, sehingga ia menganggap bahwa hak untuk
memerintah dan mengendalikan orang lain berada di tangannya. Tipe kepemimpinan
ini menghimpun sejumlah perilaku yang cenderung terpusat pada pemimpin sebagai
penentu kebijakan dalam melaksanakan tujuan organisasi. Dalam melaksanakan
pekerjaannya, seorang pemimpin yang otoriter menganggap bahwa tidak perlu
mengadakan konsultasi terlebih dahulu dengan orang lain, melainkan langsung
memerintahkan apa yang dikehendaki.
Dengan demikian, tidak ada kesempatan yang diberikan kepada bawahan untuk
diikutsertakan dalam proses pengambilan keputusan. Kebutuhan akan kekuasaan
menjadi dominan pada seorang pemimpin, kewenangan bawahan sangat kecil dalam
menentukan kebijakan organisasi. Tipe kepemimpinan otoriter cenderung
menggunakan wewenang untuk melakukan doktrin dan intimidasi pada bawahan,
diikuti dengan mekanisme kontrol yang sangat ketat. Dalam konteks ini, kondisi
bawahan serta dinamika organisasi berada di bawah kendali pemimpin. Pemimpin
memiliki kekuasaan yang sangat besar, tidak ada alternatif bagi bawahan selain
tunduk pada otoritas pemimpin.
8
pemimpinnya dan terlibat secara emosional dalam misi organisasi, mereka percaya
bahwa dapat memberikan kontribusi terhadap keberhasilan misi, dan mereka memiliki
tujuan-tujuan kinerja yang tinggi. Kepemimpinan kharismatik memiliki kemampuan
untuk mempengaruhi bawahan dengan mendayagunakan keistimewaan dan kelebihan
melalui sifat pribadi pemimpin. Perilaku pemimpin kharismatik memunculkan rasa
hormat, segan dan patuh yang sangat besar dari para pengikutnya. Karena pengaruh
kepribadiannya, pemimpin diterima sebagai orang yang patut diikuti dalam
mewujudkan tujuan organisasi.
9
5. HUBUNGAN PERAN PEMIMPIN
Kepemimpinan merupakan sub sistem dari pada manajemen. Karena mengingat
peranan vital seorang pemimpin dalam menggerakan bawahan, maka timbul
pemikiran di antara para ahli untuk bisa jauh lebih mengungkapakan peranan apa saja
yang menjadi beban dan tanggung jawab pemimpin dalam mempengaruhi
bawahannya. Pengertian peran itu sendiri adalah adalah perilaku yang diatur dan
diharapkan dari seseorang dalam posisi tertentu. Jadi dari keterangan di atas dapat
disimpulkan bahwa peranan kepemimpinan adalah seperangkat perilaku yang
diharapkan dilakukan oleh seseorang sesuai kedudukannya sebagai seorang
pemimpin.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar kepemimpinan dapat berperan dengan
baik, antara lain:
a. Yang menjadi dasar utama dalam efektivitas kepemimpinan bukan pengangkatan
atau penunjukannya, melainkan penerimaan orang lain terhadap kepemimpinan
yang bersangkutan.
b. Efektivitas kepemimpinan tercermin dari kemampuannya untuk tumbuh dan
berkembang
c. Efektivitas kepemimpinan menuntut kemahiran untuk “membaca” situasi
d. Perilaku seseorang tidak terbentuk begitu saja, melainkan melalui pertumbuhan
dan perkembangan.
e. Kehidupan organisasi yang dinamis dan serasi dapat tercipta bila setiap anggota
mau menyesuaikan cara berfikir dan bertindaknya untuk mencapai tujuan
organisasi.
10
3. Peran Kepemimpinan Dalam Membangun Tim
Unit kerja yang solider yang mempunyai identifikasi keanggotaan maupun kerja
sama yang kuat. Proses pembentukan Ruang lingkup peran hubungan yang
melekat pada pemimpin meliputi peran pemimpin dalam pembentukan dan
pembinaan tim-tim kerja; pengelolaan tata kepegawaian yang berguna untuk
pencapaian tujuan organisasi; pembukaan, pembinaan dan pengendalian hubungan
eksternal dan internal organisasi serta perwakilan bagi organisasinya. Tim adalah
kelompok kerja yang dibentuk dengan tujuan untuk menyukseskan tujuan bersama
sebuah kelompok organisasi atau masyarakat. Tujuan dari pembentukan tim di
sini adalah membangun Pedoman umum dalam membentuk atau membangun tim.
11
harus secara terusmenerus dimonitor agar diketahui dampak internal maupun
eksternalnya. Monitoring tidak dapat dilakukan asal-asalan saja, tetapi harus
betul-betul dirancang secara efektif dan sistemik. Selain itu, seorang pemimpin
juga harus menjalankan peran consulting baik ke ligkungan internal organisasi
maupun ke luar organisasi secara baik, sehingga tercipta budaya organisasi yang
baik pula. Sebagai orang yang berada di puncak dan dipandang memiliki
pengetahuan yang lebih baik dibanding yang dipimpin, seorang pemimpin juga
harus mampu memberikan bimbingan yang tepat dan simpatik kepada
bawahannya yang mengalami masalah dalam melaksanakan pekerjaannya
12
pelatihan. Peran penganut teori sifat ini berusaha menggeneralisasikan sifat-
sifat umum yang dimiliki oleh pemimpinnya, seperti sifat fisik, mental dan
kepribadian. Dengan asumsi pemikiran, bahwa keberhasilan seseorang sebagai
pemimpin ditentukan oleh kualitas sifat atau karakteristik tertentu yang
dimiliki dalam diri pimpinan tersebut, baik berhubungan dengan fisik, mental,
psikologis, personalitas, dan intelektual. Beberapa sifat yang dimiliki
seseorang pimpinan antara lain taqwa, sehat, cakap, jujur, tegas, setia, cerdik,
berani, disiplin, berwawasan luas, komunikatif, berkemauan keras, tanggung
jawab dan sifat positif lainnya.
2. Teori Kelompok
Teori ini beranggapan bahwa, supaya kelompok bisa mencapai tujuannya,
maka harus terdapat suatu pertukaran yang positif di antara pemimpin dan
pengikut-pengikutnya. Teori kelompok ini dasar perkembangannya pada
psikologi sosial. Menurut Mangkunegara (2013) sering disebut dengan teori
perilaku dimana teori ini dilandasi pemikiran, bahwa kepemimpinan
merupakan interaksi antar pemimpin dengan pengikut, dan dalam interkasi
tersebut pengikutlah yang melakukan menganalisis dan mempersepsikan
apakah menerima atau menolak kepemimpinannya. Pendekatan perilaku
menghasilkan dua orientasi yaitu perilaku pimpinan yang berorientasi pada
tugas atau yang mengutamakan penyelesaian tugas dan perilaku pemimpin
yang berorientas pada orang yang mengutamakan penciptaan
hubunganhubungan manusiawi.
3. Teori Situasional
Teori ini menyatakan bahwa beberapa variabel situasional mempunyai
pengaruh terhadap peranan kepemimpinan, kecakapan, dan pelakunya
termasuk pelaksanaan kerja dan kepuasan para pengikutnya. Beberapa
variabel situasional diidentifikasikan, tetapi tidak semua ditarik oleh
situasional ini. Menurut Rivai, Veithzal, Darmansyah, Ramly (2014) suatu
pendekatan terhadap kepemimpinan yang menyatakan bahwa pemimpin
memahami perilakunya, sifat-sifat bawahannya, dan situasi sebelum
menggunakan suatu gaya kepemimpinan tertentu. Pendekatan ini
mensyaratkan pemimpin untuk memiliki ketrampilan diagnostik dalam
perilaku manusia.
4. Teori Kepemimpinan Kontijensi
Model kepemimpinan yang dikemukakan oleh Fielder sebagai hasil pengujian
hipotesa yang telah dirumuskan dari penelitiannya terdahulu. Model ini berisi
tentang hubungan antara gaya kepemimpinan dengan situasi yang
menyenangkan dalam hubungannya dengan dimensi-dimensi empiris berikut
ini:
a) Hubungan pimpinan anggota, variable ini sebagai hal yang paling
menentukan dalam menciptakan situasi yang menyenangkan.
b) Derajat dari struktur tugas. Dimensi ini merupakan urutan kedua dalam
menciptakan situasi yang menyenangkan.
13
c) Posisi kekuasaan pemimpin yang dicapai lewat otoritas formal. Dimensi
ini merupakan urutan ketiga dalam menciptakan situasi yang
menyenangkan.
2. Teori Psikologis
Teori ini menyatakan, bahwa fungsi seorang pemimpin adalah memunculkan
dan mengembangkan sistem motivasi terbaik, untuk memotivasi kesediaan
bekerja dari para pengikut dan anak buah. Pemimpin merangsang bawahan,
agar mereka mau bekerja, guna mencapai sasaran-sasaran organisatoris
maupun memenuhi tujuan-tujuan pribadi. Maka kepemimpinan yang mampu
memotivasi orang lain akan sangat mementingkan aspek-aspek psikis manusia
seperti pengakuan (recognizing), martabat, status sosial, kepastian emosional,
14
memperhatikan keinginan dan kebutuhan pegawai, kegairahan kerja, minat,
suasana hati, dan lain-lain.
3. Teori Sosiologis
Dalam teori ini, kepemimpinan dianggap sebagai usaha-usaha untuk
melancarkan antar-relasi dalam organisasi dan sebagai usaha untuk
menyelesaikan setiap konflik organisatoris antara para pengikutnya, agar
tercapai kerja sama yang baik. Pemimpin menetapkan tujuan-tujuan, dengan
menyertakan para pengikut dalam pengambilan keputusan terakhir.
Selanjutnya juga mengidentifikasi tujuan, dan kerap kali memberikan petunjuk
yang diperlukan bagi para pengikut untuk melakukan setiap tindakan yang
berkaitan dengan kepentingan kelompoknya.
4. Teori Suportif
Menurut teori ini, para pengikut harus berusaha sekuat mungkin, dan bekerja
dengan penuh gairah, sedang pemimpin akan membimbing dengan sebaik-
baiknya melalui kebijakan tertentu. Dalam hal ini, pemimpin perlu
menciptakan suatu lingkungan kerja yang menyenangkan, dan bisa membantu
mempertebal keinginan setiap pengikutnya untuk melaksanakan pekerjaan
sebaik mungkin, sanggup bekerjasama dengan pihak lain, mau
mengembangkan bakat dan keterampilannya, dan menyadari benar keinginan
untuk maju. Teori suportif ini biasa dikenal dengan teori partisipatif atau teori
kepemimpinan demokratis.
15
mengambil langkah-langkah yang paling tepat untuk suatu masalah. Pola
tingkah laku pemimpin dengan ciri ini erat kaitannya dengan: 1. Bakat dan
kemampuannya 2. Kondisi dan situasi yang dihadapi 3. Good-will atau
keinginan untuk memutuskan dan memecahkan permasalahan yang muncul 4.
Derajat supervisi dan ketajaman evaluasinya.
8. Teori Situasi
Teori ini menjelaskan, bahwa harus terdapat daya lenting yang tinggi pada diri
seorang pemimpin untuk dapat menyesuaikan diri, tuntutan situasi, lingkungan
dan zaman yang terus mengalami perubahan. Sebab permasalahan-
permasalahan hidup, dan saatsaat yang tidak terduga seperti adanya perang,
revolusi dan lain-lain tentu penuh dengan ancaman dan bahaya. Maka situasi-
situasi seperti itu harus memunculkan satu tipe kepemimpinan yang relevan
dengan kondisi saat itu.
9. Teori Humanistik/Populistik
Fungsi kepemimpinan menurut teori ini ialah mengorganisir kebebasan
manusia dan memenuhi segenap kebutuhan insani, yang dapat dicapai melalui
interaksi pemimpin dengan rakyat. Untuk melakukan hal ini, perlu adanya
organisasi yang baik dan pemimpin yang baik, yang mau memperhatikan
kepentingan dan kebutuhan rakyat. Organisasi berfungsi sebagai sarana untuk
melakukan kontrol sosial, agar pemerintah melakukan fungsinya dengan baik,
serta memperhatikan kemampuan dan potensi rakyat. Hal ini dapat
dilaksanakan melalui interaksi dan kerja sama yang baik antara pemerintah
dan rakyat dengan memperhatikan kepentingan masing-masing.
16
BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
Kepemimpinan pendidikan sebagai satu kemampuan dan proses mempengaruhi,
membimbing, mengkoordinir dan menggerakkan orang-orang lain yang ada hubungan
dengan pengembangan ilmu pendidikan dan pelaksanaan pendidikan dan pengajaran,
agar supaya kegiatan-kegiatan yang dijalankan dapat lebih efisien dan efektif di dalam
pencapaian tujuan-tujuan pendidikan dan pengajaran.
Sebagai pemimpin pendidikan, kepala sekolah menghadapi tantangan yang berat,
untuk itu ia harus memiliki persiapan yang memadai. Karena banyak tanggung jawab
maka kepala sekolah memerlukan pembantu. Ia hendaknya belajar bagaimana
mendelegasikan wewenag dan tanggung jawab sehingga ia dapat memusatkan
perhatiannya pada usaha pembinaan program pengajaran.
Kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan, harus mampu mengelola sarana
dan prasarana pendidkan, pelayanan khusus sekolah dan fasilitas-fasilitas pendidikan
lainnya sedemikian rupa sehingga guru-guru dan murid-murid memperoleh kepuasan
dalam melaksanakan tugasnya.
3.2. SARAN
Saran bagi pemimpin pendidikan, dalam hal ini adalah kepala sekolah, adalah
kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan harus dapat memimpin sekolah,
bertanggung jawab atas tercapainya tujuan sekolah, juga diharapkan
menjadi pemimpin dan inovator di sekolah. Oleh sebab itu, seorang kepala sekolah
hendaknya memiliki kualitas kepemimpinan yang baik agar signifikan bagi
keberhasilan sekolah.
Oleh karena itu seorang kepala sekolah harus memenuhi syarat-syarat untuk
menjadi pemimpin pendidikan, memiliki keterampilan memimpin dan keterampilan
hubungan insane serta menerapkan model kepemimpinan yang baik sesuai dengan
karakteristik dirinya, karena sesungguhnya keberhasilan suatu sekolah
pada hakikatnya terletak pada efisiensi dan efektivitas penampilan seorang kepala
sekolah.
17
DAFTAR PUSTAKA
AA. Anwar Prabu Mangkunegara, 2013, Manajemen Sumber Daya Manusia Manajemen; Edisi
Kedua, Cetakan Ketigabelas, BPFE.
Kartini Kartono. (2001). Pemimpin dan Kepemimpinan : Apakah Pemimpin Abnormal itu? Jakarta :
Raja Grafindo Persada.
Zainal, Veithzal Rivai, Muliaman Darmansyah Hadad dan H. Mansyur Ramly. 2014.Kepemimpinan
dan Perilaku Organisasi. Edisi Keempat. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.
18