Anda di halaman 1dari 21

KEPEMIMPINAN PENDIDIKAN

“Landasan Teori Kepemimpinan dan pendidikan, Human Resources


Management, Perbedaan Karakteristik Kepemimpinan
dan pendidikan, Hubungan Peran Pemimpin, Teori
Kepemimpinan Menurut Ahli”

MAKALAH

Disusun untuk memenuhi salah satu Nilai Tugas Kelompok


Mata Kuliah Kepmimpinan Pendidikan
Dosen Pengampu : Dr. Sungkowo Edi Mulyono, M,Si

Disusun oleh :

Cahya Aprilianasari 0103522043


Ririn Ismaya 0103522021

ROMBEL REGULER 2

JURUSAN MAGISTER PENDIDIKAN DASAR


PASCA SARJANA
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2023

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan karunia-Nya. Berkat

rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan penelitian ini dengan baik tanpa halangan yang

berarti. Tugas makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Kepemimpinan

Pendidikan dengan judul “Landasan Teori Kepemimpinan dan pendidikan, Human

Resources Management, Perbedaan Karakteristik Kepemimpinan dan pendidikan, Hubungan

Peran Pemimpin, Teori Kepemimpinan Menurut Ahli” Dalam menyusun makalah ini kami

menghadapi berbagai kendala, namun semuanya dapat teratasi dengan baik sehingga makalah

dapat tersusun sampai selesai dengan tepat waktu. Kami sadar semua itu berkat pertolongan

Allah SWT.

Makalah ini masih memiliki banyak kekurangan, namun kami berharap makalah ini

dapat bermanfaat bagi pembaca. Kritik dan saran terhadap makalan ini kami terima dengan

senang hati, demi kemajuan kami dalam belajar dan menjadi tenaga pendidik yang

professional.

Temanggung, 14 Februari 2023

Penulis

Kelompok 1

ii
DAFTAR ISI
hal

KATA PENGANTAR ...................................................................................... ii


DAFTAR ISI ................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN
A Latar Belakang .............................................................................. 1
B Rumusan Masalah ......................................................................... 1
C Tujuan .............................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Landasan Teori Kepemimpinan dan Pendidikan ............................ 2
2.2. Human Resources Management……………………………………………. 4

2.3. Perbedaan Karakteristik Kepemimpinan Pendidikan..…………………….. 5

2.4. Hubungan Peran dan Pemimpin……………………………. ….……. 10

2.5. Teori Kepemimpinan Menurut Ahli ……………………………………….. 12

BAB III PENUTUP


3.1 Simpulan ............................................................................................................. 17
3.2 Saran .......................................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................18

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kepemimpinan merupakan bagian penting dari manajemen yaitu merencanakan dan
mengorganisasi, tetapi peran utama kepemimpinan adalah mempengaruhi orang lain untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Hal ini merupakan bukti bahwa pemimpin boleh jadi
manajer yang lemah apabila perencanaannya jelek yang menyebabkan kelompok berjalan ke
arah yang salah. Akibatnya walaupun dapat menggerakkan tim kerja, namun mereka tidak
berjalan kearah pencapaian tujuan organisasi. Guna menyikapi tantangan globalisasi yang
ditandai dengan adanya kompetisi global yang sangat ketat dan tajam.
Sebuah sekolah adalah organisasi yang kompleks dan unik, sehingga memerlukan tingkat
koordinasi yang tinggi. Untuk membantu para kepala sekolah di dalam mengorganisasikan
sekolah secara tepat, diperlukan adanya satu esensi pemikiran yang teoretis, seperti kepala
sekolah harus bisa memahami teori organisasi formal yang bermanfaat untuk
menggambarkan kerja sama antara struktur dan hasil sekolah. Oleh sebab itu dikatakan
bahwa” keberhasilan sekolah adalah sekolah yang memiliki pemimpin yang berhasil.
Keberhasilan pendidikan di sekolah juga sangat ditentukan oleh keberhasilan kepala
sekolah dalam mengelola tenaga kependidikan yang tersedia di sekolah. Kepala sekolah
merupakan salah satu komponen pendidikan yang berpengaruh dalam meningkatkan kinerja
guru. Kepala sekolah bertanggung jawab atas penyelenggaraan kegiatan pendidikan,
administrasi sekolah, pembinaan tenaga kependidikan lainnya, dan pendayagunaan serta
pemeliharaan sarana dan prasarana (Mulyasa 2004:25). Hal tersebut menjadi lebih penting
sejalan dengan semakin kompleksnya tuntutan tugas kepala sekolah, yang menghendaki
dukungan kinerja yang semakin efektif dan efisien. Dalam perannya sebagai seorang
pemimpin, kepala sekolah harus dapat memperhatikan kebutuhan dan perasaan orang-orang
yang bekerja sehingga kinerja guru selalu terjaga.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka dirumuskan permasalahan:
1. Apa saja Landasan Teori Kepemimpinan dan Pendidikan ?
2. Apa yang dimaksud Human Resources Management ?
3. Apa saja Perbedaan Karakteristik Kepemimpinan dan Pendidikan
4. Apa Hubungan Peran dan Pemimpin ?
5. Apa Saja Teori Kepemimpinan Menurut Ahli

C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka dirumuskan tujuan sebagai berikut:
1. Untuk Menjelaskan Landasan Teori Kepemimpinan dan Pendidikan.
2. Untuk menjelaskan Human Resources Management.
3. Untuk menjelaskan Perbedaan Karakteristik Kepemimpinan dan Pendidikan
4. Apa Hubungan Peran dan Pemimpin ?
5. Apa Saja Teori Kepemimpinan Menurut Ahli

1
BAB II
PEMBAHASAN

2. LANDASAN TEORI KEPEMIMPINAN DAN PENDIDIKAN

2.1.Definisi Kepemimpinan Pendidikan


Kepemimpinan (Leadership) merupakan salah satu yang sangat vital bagi
terlaksananya fungsi-fungsi manajemen. Pengertian umum pendidikan adalah
kemampuan dan kesiapan yang dimiliki oleh seseorang untuk dapat mempengaruhi,
mendorong, mengajak, menuntun, menggerahkan, dan kalau perlu memaksa orang
atau kelompok agar menerima pengaruh tersebut dan selanjutnya berbuat sesuatu
yang dapat membantu tercapainya suatu tujuan tertentu yang telah ditetapkan.
Menurut Ralp M. Stogdill, kepemimpinan adalah proses mempengaruhi
kegiatan-kegiatan kelompok yang diorganisis menuju kepada penentuan dan
pencapaian tujuan. Sondang P. Siagian, kepemimpinan merupakan motor atau daya
penggerak dari pada semua sumber-sumber, dan alat yang tersedia bagi suatu
organisasi. Mardjin syam (1966) mengartikan kepemimpinan sebagai keseluruhan
tindakan guna mempengaruhi serta mengingatkan orang, dalam usaha bersama untuk
mencapai tujuan, atau dengan definisi yang lebih lengkap dapat dikatakan bahwa
kepemimpinan adalah proses pemberian jalan yang mudah dari pada pekerjaan orang
lain yang terorganisir dalam organisasi guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Sedangkan “Pendidikan” mengandung arti dalam lapangan apa dan dimana
kepemimpinan itu berlangsung, dan sekaligus menjelaskan pula sifat atau ciri-ciri
yang harus dimiliki oleh kepemimpinan itu.
Dengan demikian Kepemimpinan pendidikan merupakan kemampuan untuk
menggerakan pelaksanaan pendidikan, sehingga tujuan pendidikan yang telah
ditetapkan dapat tercapai secara efektif dan efisien.

2.2.Fungsi Pemimpin Pendidikan


Fungsi utama pemimpin pendidikan (Putri & Afriansyah, 2019), antara lain :
1) Pemimpin membantu tercapainya suasana persaudaraan, kerjasama, dengan penuh
rasa kebebasan.
2) Pemimpin membantu kelompok untuk mengorganisir diri yaitu ikut serta dalam
memberikan rangsangan dan bantuan kepada kelompok dalam menetapkan dan
menjelaskan tujuan.
3) Pemimpin membantu kelompok dalam menetapkan prosedur kerja, yaitu
membantu kelompok dalam menganalisis situasi untuk kemudian menetapkan
prosedur mana yang paling praktis dan efektif.
4) Pemimpin bertanggung jawab dalam mengambil keputusan bersama dengan
kelompok. Pemimpin memberi kesempatan kepada kelompok untuk belajar dari
pengalaman. Pemimpin mempunyai tanggung jawab untuk melatih kelompok
menyadari proses dan isi pekerjaan yang dilakukan dan berani menilai hasilnya
secara jujur dan objektif.

2
5) Pemimpin bertanggung jawab dalam mengembangkan dan mempertahankan
eksistensi organisasi.
2.3.Syarat-syarat Pemimpin Pendidikan
Untuk mewujudkan seorang menjadi pemimpin yang ideal dibutuhkan syarat-
syarat yang tergambarkan dalam bentuk ciri-ciri yang dimiliki. Ada pun menurut
Sidiq dan Khoirussalim (2021) syarat untuk menjadi seseorang pemimpin adalah:
a) memiliki kompetensi yang sesuai dengan zamannya, artinya kompetensi
yang dimiliki sangat berguna untuk diterapkan pada saat itu, dan kompetensi
tersebut diakui oleh banyak pihak serta pakar khususnya.
b) memahami setiap permasalahan secara lebih dalam dibandingkan dengan
orang lain, serta mampu memberikan keputusan terhadap permasalahan
tersebut.
c) mampu menerapkan konsep “the right man and the right place” secara tepat
dan baik. The right man and the right place adalah menempatkan orang
sesuai dengan tempatnya dan kemampuan atau kompetensi yang dimiliki,
artinya pemimpin adalah yang bisa melihat setiap potensi yang dimiliki oleh
seseorang dan menempatkan potensi tersebut sesuai pada tempatnya.

2.4.Pendekatan Kepemimpinan Pendidikan


a. Pendekatan menurut pengaruh kewibawaan (power influence approach)
Menurut pendekatan ini, dikatakan bahwa keberhasilan pemimpin dipandang
dari segi sumber dan terjadinya semua kewibawaan yang ada pada para
pemimpin, dan dengan cara yang bagaimana para pemimpin menggunakan
kewibawaan tersebut kepada bawahan. Pendekatan ini menekankan sifat
timbal balik, proses saling mempengaruhi dan pentingnya pertukaran
hubungan kerja sama antara para pemimpin dengan bawahan.
b. Pendekatan sifat (the traits approach)
Pendekatan ini menekankan pada kualitas pemimpin. Keberhasilan pemimpin
ditandai oleh daya kecakapan luar biasa yang dimiliki oleh para pemimpin
seperti: tidak kenal lelah atau penuh energy, intuisi yang tajam, tinjau ke
masa depan yang tidak sempit, dan kecakapan keyakinan yang sangat
menarik.
c. Pendekatan Perilaku (behaviorial approach)
Pendekatan perilaku memandang kepemimpinan dapat dipelajari dari dari
pola tingkah laku dan bukan sifat-sifatnya. Studi ini melihat dan
mengidentifikasi prilaku yang khas dari pemimpin dalam kegiatannya untuk
mempengaruhi anggota-anggota kelompok atau pengikutnya. Perilaku
pemimpin ini dapat berorientasi pada tugas keorganisasian ataupun pada
hubungan dengan anggota kelompoknya. Pendekatan ini menitik beratkan
pandangannya pada dua aspek perilaku kepemimpinan yaitu : fungsi-funsi
kepemimpinan dan gaya-gaya kepemimpinan.
d. Pendekatan kontingensi/ situasi
Pendekatan kontingensi menekankan pada cirri-ciri pribadi pemimpin dan
situasi, mengemukakan dan mencoba untuk mengukur atau memprkirakan

3
ciri-ciri pribadi ini, dan membantu pimpinan dengan garis pedoman perilaku
yang bermanfaat yang didasarkan kepada kombinasi dari kemungkinan yang
bersifat kepribadian dan situasional.
2.5.Keterampilan Pemimpin Pendidikan
Kazt dalam Sidiq dan Khoirussalim (2021) mengemukakan tiga keterampilan/skill
yang harus dikuasai oleh seorang pemimpin, ialah human telation skill, techinal skill,
dan conceptual skill. Seberapa jauh ketiga keterampilan itu harus dipunyai pemimpin
sesuai dengan kedudukannya.
1. Human relation skill
Kemampuan berhubungan dengan bawahan. Bekerja sama menciptakan iklim kerja
yang menyenangkan dan kooperatif. Terjalin hubungan yang baik sehingga
bawahan merasa aman dalam melaksanakan tugasnya.
2. Technical skill
Kemampuan menerapkan ilmunya kedalam pelaksanaan (operasional) Dalam
rangka mendayagunakan/memanfaatkan sumber-sumber yang ada. Melaksanakan
tugas yang bersifat operasional. Memikirkan pemecahan masalah-masalahyang
praktis. Makin tinggi tingkat manager, secara relatif technicalskill makin kurang
urgensinya.
3. Conceptual skill
Di dalam melihat sesuatu secara keseluruhan yang kemudian dapat
merumuskannya, seperti dalam mengambil keputusan, menentukan kebijakan dan
lain-lain. Dalam hubungan perlu ditekankan bahwa seorang pemimpin yang baik,
adalah pemimpin yang tidak melaksanakan sendiri tindakan-tindakan yang bersifat
operasional. Lebih banyak merumuskan konsep-konsep. Keterampilan ini ada juga
yang menyebut dengan managerial skill.

3. HUMAN RESOURCES MENAGEMENT


3.1.Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia
Pengelolaan sumber daya manusia merupakan suatu proses yang
berhubungan dengan implementasi fungsi-fungsi manajemen mulai dari
perencanaan, pengorganisasian, pengarahaan hingga pengawasan yang berperan
penting secara efektif dan efisien dalam menunjang tercapainya tujuan individu,
maupun organisasi. Oleh karenanya, apabila sumber daya manusia dalam
organisasi dikelola dan dimanfaatkan dengan baik, maka organisasi tersebut akan
mampu menjalankan roda usahanya secara optimal.
Pengertian manajemen sumber daya manusia banyak diberikan oleh para
ahli. Mondy dan Martocchio (2016) menyebutkan manajemen sumber daya
manusia merupakan proses pencapaian tujuan organisasi melalui penggunaan
manusia atau individu yang ada di dalamnya. Individu atau karyawan yang
dikelola agar memiliki kompetensi dan keahlian sesuai yang dibutuhkan dalam
mendukung pekerjaanya.
Manajemen sumber daya manusia juga didefinisikan sebagai pendekatan
strategis untuk pengelolaan asset yang paling berharga di dalam organisasi yaitu

4
orang yang bekerja di sana, yang secara individu atau kolektif (tim kerja)
berkontribusi terhadap pencapaian sasaran yang telah ditetapkan (Amstrong,
2008)

3.2.Fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia


Manajemen sumber daya manusia memiliki fungsi penting bagi organisasi, tidak
saja pada level manajerial tetapi juga pada tingkat operasional. Danang Sunyoto
(2012) menyebutkan terdapat 2 fungsi manajemen sumber daya manusia, yaitu :
a. Fungsi Manajerial
Fungsi manajerial dibagi menjadi empat yaitu perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan dan pengendalian.
b. Fungsi Operasional
Fungsi operasional dibagi manjadi enam aktivitas yaitu pengadaan,
pengembangan, kompensasi, integrasi, pemeliharaan dan pemutusan hubungan
kerja
3.3.Tujuan Manajemen Sumber Daya Manusia
Pengimplementasian manajemen sumber daya manusia akan memberikan
berbagai manfaat dan tujuan bagi organisasi di antaranya ( Sugiarto, 2007):
a. Organisasi akan memiliki sitem informasi sumber daya manusia yang akurat
b. Organisasi akan memiliki hasil analisis pekerjaan atau jabatan berupa deskripsi
dan atau spesifikasi pekerjaan atau jabatan terbaru
c. Organisasi memiliki kemampuan dalam menyusun dan menetapkan
perencanaan sumber daya manusia yang mendukung kegiatan bisnis
d. Organisasi akan mampu meningkatkan efisiensi dan efektifitas rekrutmen dan
seleksi karyawan
e. Organisasi dapat melakukan kegiatan orientasi sosialisasi secara terarah dan
dapat melaksanakan pelatihan secara efisisien dan efektif serta dapat
melaksanakan penilaian kinerja karyawan
f. Organisasi dapat melaksanakan program pembinaan dan pengembangan karir
karyawan serta dapat melakukan penelitian di bidangnya
g. Organisasi dapat menyusun sekala upah atau gaji dan mewujudkan sistem
balas jasa bagi para karyawan.

4. PERBEDAAN KARAKTERISTIK KEPEMIMPINAN DAN PENDIDIKAN


4.1.Model – Model Kepemimpinan dalam pendidikan
a. Kepemimpinan Visioner
Kepemimpinan Visioner adalah kemampuan pemimpin dalam mencipta,
merumuskan, mengkomunikasikan/mensosialisasikan/ mentransformasikan
dan mengimplementasikan pemikiran - pemikiran ideal yang berasal dari
dirinya atau sebagai hasil interaksi sosial antara anggota organisasi yang
diyakini sebagai cita-cita organisasi dimasa depan yang harus diraih atau
diwujudkan melalui komitmen semua personil.
Seseorang dapat dikatakan sebagai pemimpin yang Visioner dalam
menghasilkan pendidikan yang produktif, bila selama melaksanakan tanggung

5
jawabnya sebagai sebagai seorang pemimpin dapat mengelola proses
pendidikannya yang tersedia (jika memungkinkan mengadakan sumber daya
yang baru) telah berhasil menciptakan output yang sesuai dengan visi yang
ditetapkan dan berdaya guna menjadi SDM yang handal sesuai dengan
harapan atau keinginan stakeholder/pengguna jasa pendidikan, dimana
hasilnya dapat menciptakan lulusan yang memiliki benefit terhadap individu
yang melakukannya berupa kemampuan / keahlian yang relevan dengan
kehidupan dan dapat menolong diri dan keluarga dalam kehidupannya.

b. Kepemimpinan Transformasional
Burns (1978) orang yang disebut-sebut sebagai yang pertama kali
menggagaskannya, mendefinisikan kepemimpinan transformasional sebagai “a
process in which leaders and followers raise to higher leves of morality and
motivation”. Gaya kepemimpinan semacam ini akan mampu membawa
kesadaran para pengikut dengan memunculkan ide-ide produktif, hubungan
yang sinergikal, kebertanggungjawaban, kepedulian edukasional dan cita-cita
bersama, pemimpin dengan kepemimpinan transformasional adalah
kepemimpinan yang memiliki visi ke depan dan mampu mengidentifikasikan
perubahan lingkungan serta mampu mentransformasi perubahan tersebut ke
dalam organisasi, mempelopori perubahan dan memberikan motivasi dan
inspirasi kepada individu untuk kreatif dan inovatif serta membangun kerja
sama yang solid.
Yuki (1996) menyimpulkan esensi kepemimpinan transformasional
adalah memberdayakan para pengikutnya untuk bekerja secara efektif dengan
membangun komitmen mereka terhadap nilai-nilai baru, mengembangkan
keterampilan dan kepercayaan mereka, menciptakan iklim yang kondusif bagi
berkembangnya inovasi dan kreativitas.
Pemimpin transformasioal sesungguhnya merupakan agen perubahan,
karena memang erat kaitannya dengan transformasi yang terjadi dalam suatu
organisasi. Fungsi utamanya adalah berperan sebagai katalis perubahan,
bukanya sebagai control perubahan. Seorang pemimpin transformasional
memiliki visi yang jelas, memiliki gambaran holistic tentang bagaimana
organisasi dimasa depan ketika semua tujuan dan sasarnnya telah tercapai.

Karakteristik pemimpin trasformasional, menurut Aan Komariah dan Cepi


Triatna (2006;78) adalah sebagai berikut :
1. Pemimpin yang memiliki wawasan jauh ke depan dan berupaya
memperbaiki dan mengembangkan organisasi bukan untuk saat ini tetapi
di masa datang. Dan oleh karena itu pemimpin ini dapat
dikatakan pemimpin visioner.
2. Pemimpin sebagai agen perubahan dan bertindak sebagai katalisator, yaitu
yang memberi peran mengubah sistem ke arah yang lebih baik. Katalisator
adalah sebutan lain untuk pemimpin transformasional karena ia berperan
meningkatkan segala sumber daya manusia yang ada. Berusaha

6
memberikan reaksi yang menimbulkan semangat dan daya kerja cepat
semaksimal mungkin, selalu tampil sebagai pelopor dan pembawa
perubahan.

Implementasi kepemimpinan transformasional dalam pendidikan


Model kepemimpinan transformasional dalam bidang pendidikan
memang perlu diterapkan seperti kepala sekolah, kepala dinas, dirjen dll.
Model kepemiminan ini memang perlu diterakan sebagai salah satu solusi
krisis pemimin pendidikan terutama dalam bidang pendidikan. Adapun alas
an-alasan mengapa perlu diterapkan model kepemimpinan transformasional
didasarkan pendapat olga epitropika (2001:1) mengemukakan enam hal
mengapa kepemimpinan transformasional penting bagi suatu organisasi,
yaitu:
1. Secara signifikan meningkatkan kinerja organisasi
2. Secara positif dihubungkan dengan orientasi pemasaran jangka panjang
dan kepuasan pelanggan
3. Membangkitkan komitmen yang lebih tinggi kepada para anggotanya
terhadap organisasi
4. Meningkatkan kepercayaan pekerja dalam manajemen dan perilaku
keseharian organisasi
5. Meningkatkan kepuasan pekerja melalui pekerjaan dan pemimpin
6. Mengurangi stress para kinerja dan meningkatkan kesejahteraan.

4.2.Tipe Kepemimpinan Pendidikan

Dalam ruang lingkup kajian kepemimpinan, paling tidak ada tiga tipe dan gaya
kepemimpinan yang paling mendasar, antara lain: kepemimpinan otoriter
(authoritarian leadership), kepemimpinan demokratis (democratic leadership), dan
kepemimpinan bebas (laissez faire leadership). Di samping itu juga masih ada
beberapa tipe dan gaya kepemimpinan, seperti: kepemimpinan kharismatik,
kepemimpinan paternalistik, kepemimpinan ahli (expert), dan sebagainya.

1. Kepemimpinan Demokratis.
Tipe kepemimpinan demokratis ditandai dengan adanya partisipasi dalam penentuan
tujuan serta perpaduan berbagai pendapat atau pikiran untuk menentukan cara-cara
terbaik dalam pelaksanaan pekerjaan. Tipe kepemimpinan ini mendorong timbulnya
inisiatif bawahan, di samping juga bersifat terbuka ditandai dengan adanya proses
pengawasan. Tipe kepemimpinan demokratis ini hanya akan dapat diterapkan dalam
lembaga yang menerapkan sistem open management yang memiliki karakteristik
sebagai berikut:
a. Adanya partisipasi bawahan dalam proses kelembagaan (social participation);
b. Adanya pertanggungjawaban dari pemimpin terhadap bawahan (social
responsibility)
c. Adanya dukungan terhadap pemimpin (social support)

7
d. Adanya pengawasan oleh bawahan terhadap pemimpinnya (social control).

2. Kepemimpinan Otoriter.
Seorang pemimpin yang mempunyai tipe otoriter ini selalu menganggap bahwa
kekuasaan yang sah adalah miliknya, sehingga ia menganggap bahwa hak untuk
memerintah dan mengendalikan orang lain berada di tangannya. Tipe kepemimpinan
ini menghimpun sejumlah perilaku yang cenderung terpusat pada pemimpin sebagai
penentu kebijakan dalam melaksanakan tujuan organisasi. Dalam melaksanakan
pekerjaannya, seorang pemimpin yang otoriter menganggap bahwa tidak perlu
mengadakan konsultasi terlebih dahulu dengan orang lain, melainkan langsung
memerintahkan apa yang dikehendaki.
Dengan demikian, tidak ada kesempatan yang diberikan kepada bawahan untuk
diikutsertakan dalam proses pengambilan keputusan. Kebutuhan akan kekuasaan
menjadi dominan pada seorang pemimpin, kewenangan bawahan sangat kecil dalam
menentukan kebijakan organisasi. Tipe kepemimpinan otoriter cenderung
menggunakan wewenang untuk melakukan doktrin dan intimidasi pada bawahan,
diikuti dengan mekanisme kontrol yang sangat ketat. Dalam konteks ini, kondisi
bawahan serta dinamika organisasi berada di bawah kendali pemimpin. Pemimpin
memiliki kekuasaan yang sangat besar, tidak ada alternatif bagi bawahan selain
tunduk pada otoritas pemimpin.

3. Kepemimpinan Bebas (laissez faire leadership).


Tipe kepemimpinan ini berpandangan bahwa bawahan/anggota sebuah organisasi
dapat membuat keputusan secara mandiri, serta dapat mengurus dirinya sendiri
dengan sesedikit mungkin adanya pengarahan dari pemimpin dalam melaksanakan
tugas dan tanggung jawabnya. Hubungan antara pemimpin dan bawahan sebatas
penyampaian informasi dalam rangka menyempurnakan tugas-tugas organisasi.
Seringkali dalam tipe kepemimpinan laissez faire ini, anggota diberikan kebebesan
sepenuhnya dalam menjalankan aktivitas, tanpa mekanisme kontrol yang ketat.
Pengawasan dari pimpinan diberikan jika dipandang perlu, sehingga pemimpin sering
berposisi sebagai penasehat. Kepemimpinan dijalankan sebagai upaya intensif dari
seorang pemimpin dalam mempengaruhi fikiran, sikap dan perilaku anggota. Tipe
kepemimpinan ini sangat bertolak belakang dengan tipe kepemimpinan otoriter.

4. Kepemimpinan Kharismatik (charismatic leadership).


Tipe dan gaya kepemimpinan kharismatik ini menekankan pada karakteristik dari
kualitas pemimpin yang cukup istimewa, sehingga mampu menciptakan kepatuhan
dari para pengikutnya. Kepemimpinan kharismatik dapat diartikan sebagai
kepemimpinan yang memiliki kekuasaan yang kuat, serta dipercayai oleh pengikutnya
berdasarkan wibawa dan daya tarik yang dimiliki seorang pemimpin. Menurut House
(1997) seorang pemimpin kharismatik mempunyai dampak yang dalam dan tidak
biasa terhadap pengikutnya, mereka merasakan bahwa keyakinan pemimpin tersebut
adalah benar, mereka menerima pemimpin tersebut tanpa mempertanyakan lagi,
mereka tunduk kepada pemimpin dengan senang hati, mereka merasa sayang terhadap

8
pemimpinnya dan terlibat secara emosional dalam misi organisasi, mereka percaya
bahwa dapat memberikan kontribusi terhadap keberhasilan misi, dan mereka memiliki
tujuan-tujuan kinerja yang tinggi. Kepemimpinan kharismatik memiliki kemampuan
untuk mempengaruhi bawahan dengan mendayagunakan keistimewaan dan kelebihan
melalui sifat pribadi pemimpin. Perilaku pemimpin kharismatik memunculkan rasa
hormat, segan dan patuh yang sangat besar dari para pengikutnya. Karena pengaruh
kepribadiannya, pemimpin diterima sebagai orang yang patut diikuti dalam
mewujudkan tujuan organisasi.

5. Kepemimpinan Kebapakan (paternalistic leadership).


Paternalistik berarti kebapakan, maka tipe kepemimpinan ini merupakan tipe
kepemimpinan yang perannya diwarnai oleh sikap kebapakan, dalam arti bersifat
melindungi, mengayomi dan menolong anggota organisasi yang dipimpinnya.
Pemimpin menjadi tempat bertumpu bagi para bawahannya dalam menyelesaikan
masalah-masalah yang ada. Pemimpin yang memiliki tipe ini akan selalu berusaha
melindungi dan meningkatkan kesejahteraan bawahan atau pengikutnya.
Kepemimpinan paternalistik lebih cenderung mengutamakan kepentingan bersama
daripada kepentingan pribadi seorang pemimpin. Namun tipe ini hanya bisa
diterapkan dalam organisasi tertentu dengan kondisi tertentu pula, sebab dalam tipe
atau gaya kepemimpinan paternalistik ini terdapat kelemahan, yakni akan
menghambat kepercayaan diri sendiri pemimpin tersebut serta anggota atau
bawahannya.
Tipe kepemimpinan ini banyak terjadi pada masyarakat agraristradisional. Menurut
Siagian popularitas seorang pemimpin ini banyak dipengaruhi oleh beberapa hal,
antara lain:
a. Kuatnya ikatan primordial;
b. Extended family system;
c. Kehidupan masyarakat yang komunalistik;
d. Peran adat istiadat yang sangat kuat dalam masyarakat;
e. Hubungan pribadi dan rasa hormat yang tinggi pada orang tua.

6. Kepemimpinan Ahli (expert leadership).


Tipe dan gaya kepemimpinan ini didasarkan pada keahlian atau keterampilan tertentu
yang dimiliki oleh seorang pemimpin sesuai dengan bidang tugas yang dijalankan.
Dalam konteks ini, pemimpin harus memiliki profesionalisme yang diperoleh baik
dari jenjang pendidikan tertentu maupun dari pengalaman pribadi seorang pemimpin.
Keahlian tersebut dalam realitasnya dapat digunakan dalam membimbing dan
mengarahkan orang lain dalam melaksanakan pekerjaan serta memecahkan masalah-
masalah.

9
5. HUBUNGAN PERAN PEMIMPIN
Kepemimpinan merupakan sub sistem dari pada manajemen. Karena mengingat
peranan vital seorang pemimpin dalam menggerakan bawahan, maka timbul
pemikiran di antara para ahli untuk bisa jauh lebih mengungkapakan peranan apa saja
yang menjadi beban dan tanggung jawab pemimpin dalam mempengaruhi
bawahannya. Pengertian peran itu sendiri adalah adalah perilaku yang diatur dan
diharapkan dari seseorang dalam posisi tertentu. Jadi dari keterangan di atas dapat
disimpulkan bahwa peranan kepemimpinan adalah seperangkat perilaku yang
diharapkan dilakukan oleh seseorang sesuai kedudukannya sebagai seorang
pemimpin.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar kepemimpinan dapat berperan dengan
baik, antara lain:
a. Yang menjadi dasar utama dalam efektivitas kepemimpinan bukan pengangkatan
atau penunjukannya, melainkan penerimaan orang lain terhadap kepemimpinan
yang bersangkutan.
b. Efektivitas kepemimpinan tercermin dari kemampuannya untuk tumbuh dan
berkembang
c. Efektivitas kepemimpinan menuntut kemahiran untuk “membaca” situasi
d. Perilaku seseorang tidak terbentuk begitu saja, melainkan melalui pertumbuhan
dan perkembangan.
e. Kehidupan organisasi yang dinamis dan serasi dapat tercipta bila setiap anggota
mau menyesuaikan cara berfikir dan bertindaknya untuk mencapai tujuan
organisasi.

Berikut ini beberapa peran pemimpin


1. Peran Pemimpin dalam Manajemen Sumber Daya Manusia
Mengapa sering terjadi keluhan dari para pelanggan tentang mutu produk dan
pelayanannya di suatu perusahaan. Hal ini wajar terjadi sejalan dengan semakin
tinggi dinamika preferensi dan kritisnya para pelanggan tentang mutu. Karena itu
dibutuhkan peran utama manajemen (seorang manajer) yakni melaksanakan
fungsi-fungsi manajemen untuk memperoleh hasil yang ditargetkan perusahaan
atau yang diinginkan oleh pelanggan. Sementara peran pemimpin dengan
kepemimpinan mutunya adalah mengembangkan dan memperbaiki sistem agar
program pengembangan mutu SDM berhasil sesuai harapan. Dalam prakteknya,
seorang manajer di samping melaksanakan fungsi-fungsi manajemen juga harus
mampu menjalankan kepemimpinan mutu SDM dengan efektif secara
bersinambung.

2. Peran Kepemimpinan dalam Pengambilan Keputusan


Kepemimpinan seseorang dalam sebuah organisasi sangat besar perannya dalam
setiap pengambilan keputusan, sehingga membuat keputusan dan mengambil
tanggung jawab terhadap hasilnya adalah salah satu tugas pemimpin. Sehingga
jika seorang pemimpin tidak mampu membuat keputusan, seharusnya dia tidak
dapat menjadi pemimpin.

10
3. Peran Kepemimpinan Dalam Membangun Tim
Unit kerja yang solider yang mempunyai identifikasi keanggotaan maupun kerja
sama yang kuat. Proses pembentukan Ruang lingkup peran hubungan yang
melekat pada pemimpin meliputi peran pemimpin dalam pembentukan dan
pembinaan tim-tim kerja; pengelolaan tata kepegawaian yang berguna untuk
pencapaian tujuan organisasi; pembukaan, pembinaan dan pengendalian hubungan
eksternal dan internal organisasi serta perwakilan bagi organisasinya. Tim adalah
kelompok kerja yang dibentuk dengan tujuan untuk menyukseskan tujuan bersama
sebuah kelompok organisasi atau masyarakat. Tujuan dari pembentukan tim di
sini adalah membangun Pedoman umum dalam membentuk atau membangun tim.

4. The Vision Role


Sebuah visi adalah pernyataan yang secara relatif mendeskripsikan aspirasi atau
arahan untuk masa depan organisasi. Dengan kata lain sebuah pernyataan visi
harus dapat menarik perhatian tetapi tidak menimbulkan salah pemikiran. Agar
visi sesuai dengan tujuan organisasi di masa mendatang, para pemimpin harus
menyusun dan manafsirkan tujuan-tujuan bagi individu dan unit-unit kerja.

5. Peran Pembangkit Semangat


Salah satu peran kepemimpinan yang harus dijalankan oleh seorang pemimpin
adalah peran membangkitkan semangat kerja. Peran ini dapat dijalankan dengan
cara memberikan pujian dan dukungan. Pujian dapat diberikan dalam bentuk
penghargaan dan insentif. Penghargaan adalah bentuk pujian yang tidak berbentuk
uang, sementara insentif adalah pujian yang berbentuk uang atau benda yang
dapat kuantifikasi. Pemberian insentif hendaknya didasarkan pada aturan yang
sudah disepakati bersama dan transparan. Insentif akan efektif dalam peningkatan
semangat kerja jika diberikan secara tepat, artinya sesuai dengan tingkat
kebutuhan karyawan yang diberi insentif, dan disampaikan oleh pimpinan
tertinggi dalam organisasi , serta diberikan dalam suatu ‘event’ khusus.
Peran membangkitkan semangat kerja dalam bentuk memberikan dukungan, bisa
dilakukan melalui kata-kata , baik langsung maupun tidak langsung, dalam
kalimat-kalimat yang sugestif. Dukungan juga dapat diberikan dalam bentuk
peningkatan atau penambahan sarana kerja, penambahan staf yag berkualitas,
perbaikan lingkungan kerja, dan semacamnya.

6. Peran Menyampaikan Informasi


Informasi merupakan jantung kualitas perusahaan atau organisasi; artinya
walaupun produk dan layanan purna jual perusahaan tersebut bagus, tetapi jika
komunikasi internal dan eksternalnya tidak bagus, maka perusahaan itu tidak akan
bertahan lama karena tidak akan dikenal masyarakat dan koordinasi kerja di
dalamnya jelek. Penyampaian atau penyebaran informasi harus dirancang
sedemikian rupa sehingga informasi benar-benar sampai kepada komunikan yang
dituju dan memberikan manfaat yang diharapkan. Informasi yang disebarkan

11
harus secara terusmenerus dimonitor agar diketahui dampak internal maupun
eksternalnya. Monitoring tidak dapat dilakukan asal-asalan saja, tetapi harus
betul-betul dirancang secara efektif dan sistemik. Selain itu, seorang pemimpin
juga harus menjalankan peran consulting baik ke ligkungan internal organisasi
maupun ke luar organisasi secara baik, sehingga tercipta budaya organisasi yang
baik pula. Sebagai orang yang berada di puncak dan dipandang memiliki
pengetahuan yang lebih baik dibanding yang dipimpin, seorang pemimpin juga
harus mampu memberikan bimbingan yang tepat dan simpatik kepada
bawahannya yang mengalami masalah dalam melaksanakan pekerjaannya

6. TEORI KEPEMIMPINAN MENURUT PARA AHLI


6.1.Teori-Teori Kepemimpinan
Teori kepemimpinan membicarakan bagaimana seseorang menjadi pemimpin,
atau bagaimana timbulnya seorang pemimpin. Teori-teori kepemimpinan menurut
Thoha (2003):
1. Teori Sifat (trait theory)
Teori ini menyatakan bahwa sesungguhnya tidak ada korelasi sebab
akibat antara sifat dan keberhasilan manajer, pendapatnya itu merujuk pada
13 hasil penelitian Keith Davis yang menyimpulkan ada empat sifat umum
yang
berpengaruh terhadap keberhasilan kepemimpinan organisasi, yaitu :
a. Kecerdasan, pada umumnya membuktikan bahwa pemimpin
mempunyai tingkat kecerdasan yang lebih tinggi dibandingkan dengan
yang dipimpin. Namun demikian pemimpin tidak bisa melampaui
terlalu banyak dari kecerdasan pengikutnya.
b. Kedewasaan dan keleluasaan hubungan sosial, para pemimpin
cenderung menjadi matang dan mempunyai emosi yang stabil, serta
mempunyai perhatian yang luas terhadap aktivitas-aktivitas sosial. Dia
mempunyai keinginan menghargai dan dihargai.
c. Motivasi dan dorongan prestasi, para pemimpin secara relatif
mempunyai dorongan motivasi yang kuat untuk berprestasi. Mereka
berusaha mendapatkan penghargaan yang instrinsik dibandingkan dari
yang ekstrinsik.
d. Sikap-sikap hubungan kemanusiaan, para pemimpin yang berhasil mau
mengakui harga diri dan kehormatan para pengikutnya dan mampu
berpihak kepadanya, dalam istilah penelitian Universitas Ohio,
pemimpin itu mempunyai perhatian, dan kalau mengikuti istilah
penemuan Michigan, pemimpin itu berorientasi pada karyawan bukan
berorientasi pada produksi.
Menurut Mangkunegara (2013) seseorang yang dilahirkan sebagai
pimpinan karena memiliki sifat-sifat sebagai pimpinan. Namun pada dalam
teori ini juga tidak memungkiri bahwa sifat-sifat sebagai pimpinan tidak
seluruhnya dilahirkan, tetapi ada yang dicapai melalui pendidikan dan 14

12
pelatihan. Peran penganut teori sifat ini berusaha menggeneralisasikan sifat-
sifat umum yang dimiliki oleh pemimpinnya, seperti sifat fisik, mental dan
kepribadian. Dengan asumsi pemikiran, bahwa keberhasilan seseorang sebagai
pemimpin ditentukan oleh kualitas sifat atau karakteristik tertentu yang
dimiliki dalam diri pimpinan tersebut, baik berhubungan dengan fisik, mental,
psikologis, personalitas, dan intelektual. Beberapa sifat yang dimiliki
seseorang pimpinan antara lain taqwa, sehat, cakap, jujur, tegas, setia, cerdik,
berani, disiplin, berwawasan luas, komunikatif, berkemauan keras, tanggung
jawab dan sifat positif lainnya.
2. Teori Kelompok
Teori ini beranggapan bahwa, supaya kelompok bisa mencapai tujuannya,
maka harus terdapat suatu pertukaran yang positif di antara pemimpin dan
pengikut-pengikutnya. Teori kelompok ini dasar perkembangannya pada
psikologi sosial. Menurut Mangkunegara (2013) sering disebut dengan teori
perilaku dimana teori ini dilandasi pemikiran, bahwa kepemimpinan
merupakan interaksi antar pemimpin dengan pengikut, dan dalam interkasi
tersebut pengikutlah yang melakukan menganalisis dan mempersepsikan
apakah menerima atau menolak kepemimpinannya. Pendekatan perilaku
menghasilkan dua orientasi yaitu perilaku pimpinan yang berorientasi pada
tugas atau yang mengutamakan penyelesaian tugas dan perilaku pemimpin
yang berorientas pada orang yang mengutamakan penciptaan
hubunganhubungan manusiawi.

3. Teori Situasional
Teori ini menyatakan bahwa beberapa variabel situasional mempunyai
pengaruh terhadap peranan kepemimpinan, kecakapan, dan pelakunya
termasuk pelaksanaan kerja dan kepuasan para pengikutnya. Beberapa
variabel situasional diidentifikasikan, tetapi tidak semua ditarik oleh
situasional ini. Menurut Rivai, Veithzal, Darmansyah, Ramly (2014) suatu
pendekatan terhadap kepemimpinan yang menyatakan bahwa pemimpin
memahami perilakunya, sifat-sifat bawahannya, dan situasi sebelum
menggunakan suatu gaya kepemimpinan tertentu. Pendekatan ini
mensyaratkan pemimpin untuk memiliki ketrampilan diagnostik dalam
perilaku manusia.
4. Teori Kepemimpinan Kontijensi
Model kepemimpinan yang dikemukakan oleh Fielder sebagai hasil pengujian
hipotesa yang telah dirumuskan dari penelitiannya terdahulu. Model ini berisi
tentang hubungan antara gaya kepemimpinan dengan situasi yang
menyenangkan dalam hubungannya dengan dimensi-dimensi empiris berikut
ini:
a) Hubungan pimpinan anggota, variable ini sebagai hal yang paling
menentukan dalam menciptakan situasi yang menyenangkan.
b) Derajat dari struktur tugas. Dimensi ini merupakan urutan kedua dalam
menciptakan situasi yang menyenangkan.

13
c) Posisi kekuasaan pemimpin yang dicapai lewat otoritas formal. Dimensi
ini merupakan urutan ketiga dalam menciptakan situasi yang
menyenangkan.

5. Teori Jalan Tujuan (Path-Goal Theory)


Teori ini mula-mula dikembangkan oleh Geogepoulos dan kawan-kawannya
di Universitas Michigan. Pengembangan teori ini selanjutnya dilakukan oleh
Martin Evans dan Robert House. Secara pokok, teori path-goal dipergunakan
untuk menganalisis dan menjelaskan pengaruh perilaku pemimpin terhadap
motivasi, kepuasan, dan pelaksanaan kerja bawahan. Ada dua factor
situasional yang telah diidentifikasikan yaitu sifat personal para bawahan, dan
tekanan lingkungan dengan tuntutan-tuntutan yang dihadapi oleh para
bawahan. Untuk situasi pertama teori path-goal memberikan penilaian bahwa
perilaku pemimpin akan bisa diterima oleh bawahan jika para bawahan
melihat perilaku tersebut merupakan sumber yang segera bisa memberikan
kepuasan, atau sebagai suatu instrument bagi kepuasan masa depan. Adapun
faktor situasional kedua, path-goal, menyatakan bahwa perilaku pemimpin
akan bisa menjadi factor motivasi terhadap para bawahan, yang diperlukan
untuk mengefektifkan pelaksanaan kerja.

Sedangkann teori tentang kepemimpinan yang diuraikan oleh kartini kartono


(2001) sebagai berikut:
1. Teori Otrokratis
Kepemimpinan menurut teori ini didasarkan atas perintah-perintah, paksaan,
dan tindakan-tindakan yang arbiter (sebagai wasit). Ia melakukan pengawasan
yang ketat, agar semua pekerjaan berlangsung secara efisien.
Kepemimpinannya berorientasi pada struktur organisasi dan tugas-tugas. Ciri
khusus dari kepemimpinan seperti ini ialah: a. Memberikan perintah-perintah
yang dipaksakan, dan harus dipatuhi. b. Menentukan policies/kebijakan untuk
semua pihak, tanpa berkonsultasi dengan para anggota. c. Tidak pernah
memberikan informasi mendetail tentang rencana-rencana yang akan datang,
akan tetapi hanya memberitahukan pada setiap anggota kelompoknya langkah-
langkah segera yang harus mereka lakukan. d. Memberikan pujian atau kritik
pribadi terhadap setiap anggota kelompoknya dengan inisiatif sendiri.

2. Teori Psikologis
Teori ini menyatakan, bahwa fungsi seorang pemimpin adalah memunculkan
dan mengembangkan sistem motivasi terbaik, untuk memotivasi kesediaan
bekerja dari para pengikut dan anak buah. Pemimpin merangsang bawahan,
agar mereka mau bekerja, guna mencapai sasaran-sasaran organisatoris
maupun memenuhi tujuan-tujuan pribadi. Maka kepemimpinan yang mampu
memotivasi orang lain akan sangat mementingkan aspek-aspek psikis manusia
seperti pengakuan (recognizing), martabat, status sosial, kepastian emosional,

14
memperhatikan keinginan dan kebutuhan pegawai, kegairahan kerja, minat,
suasana hati, dan lain-lain.

3. Teori Sosiologis
Dalam teori ini, kepemimpinan dianggap sebagai usaha-usaha untuk
melancarkan antar-relasi dalam organisasi dan sebagai usaha untuk
menyelesaikan setiap konflik organisatoris antara para pengikutnya, agar
tercapai kerja sama yang baik. Pemimpin menetapkan tujuan-tujuan, dengan
menyertakan para pengikut dalam pengambilan keputusan terakhir.
Selanjutnya juga mengidentifikasi tujuan, dan kerap kali memberikan petunjuk
yang diperlukan bagi para pengikut untuk melakukan setiap tindakan yang
berkaitan dengan kepentingan kelompoknya.

4. Teori Suportif
Menurut teori ini, para pengikut harus berusaha sekuat mungkin, dan bekerja
dengan penuh gairah, sedang pemimpin akan membimbing dengan sebaik-
baiknya melalui kebijakan tertentu. Dalam hal ini, pemimpin perlu
menciptakan suatu lingkungan kerja yang menyenangkan, dan bisa membantu
mempertebal keinginan setiap pengikutnya untuk melaksanakan pekerjaan
sebaik mungkin, sanggup bekerjasama dengan pihak lain, mau
mengembangkan bakat dan keterampilannya, dan menyadari benar keinginan
untuk maju. Teori suportif ini biasa dikenal dengan teori partisipatif atau teori
kepemimpinan demokratis.

5. Teori Laissez Faire


Kepemimpinan Laissez Faire ditampilkan oleh seorang tokoh “ketua dewan”
yang sebenarnya tidak mampu mengurus dan dia menyerahkan tanggung
jawab serta pekerjaan kepada bawahan atau kepada semua anggota.
Kepemimpinan semacam ini pemimpin adalah seorang “ketua” yang bertindak
hanya sebagai simbol. Pemimpin semacam ini biasanya tidak memiliki
keterampilan teknis. Kepemimpinannya tidak mampu mengkoordinasikan
semua jenis pekerjaan, tidak berdaya menciptakan suasana kooperatif.
Sehingga lembaga atau organisasi yang dipimpinnnya menjadi kacau balau.
Sehingga, pada intinya pemimpin Laissez Faire itu bukanlah seorang
pemimpin dalam pengertian yang sebenarnya. Artinya, semua anggota yang
dipimpinnya bersikap santaisantai dan bermotto “lebih baik tidak usah bekerja
saja”. Sehingga kelompok tersebut praktis menjadi tidak terbimbing dan tidak
terkontrol.
6. Teori Kelakukan Pribadi
Kepemimpinan jenis ini akan muncul berdasarkan kualitas-kualitas pribadi
atau polapola kelakuan para pemimpinnya. Teori ini menyatakan, bahwa
seorang pemimpin itu tidak melakukan tindakan-tindakan yang identik sama
dalam setiap situasi yang dihadapi. Dengan kata lain, pemimpin dalam
kategori ini harus memapu fleksibel, luwes dan bijaksana serta harus mempu

15
mengambil langkah-langkah yang paling tepat untuk suatu masalah. Pola
tingkah laku pemimpin dengan ciri ini erat kaitannya dengan: 1. Bakat dan
kemampuannya 2. Kondisi dan situasi yang dihadapi 3. Good-will atau
keinginan untuk memutuskan dan memecahkan permasalahan yang muncul 4.
Derajat supervisi dan ketajaman evaluasinya.

7. Teori Traist Great Men


Teori ini memandang bahwa untuk mengidentifikasi sifat-sifat unggul seorang
pemimpin dapat diketahui melalui sifat, karakter dan perilaku orang-orang
besar yang sudah terbukti sukses dalam menjalankan kepemimpinannya.
Sehingga ada beberapa ciriciri unggul yang diharapkan dimiliki oleh seorang
pemimpin, yaitu mempunyai intelegensi tinggi, banyak inisiatif, energik,
punya kedewasaan emosional, memiliki keterampilan yang komunikatif,
mempunyai kepercayaan diri yang tinggi, peka, kreatif dan selalu memberikan
parstisipasi sosial yang tinggi.

8. Teori Situasi
Teori ini menjelaskan, bahwa harus terdapat daya lenting yang tinggi pada diri
seorang pemimpin untuk dapat menyesuaikan diri, tuntutan situasi, lingkungan
dan zaman yang terus mengalami perubahan. Sebab permasalahan-
permasalahan hidup, dan saatsaat yang tidak terduga seperti adanya perang,
revolusi dan lain-lain tentu penuh dengan ancaman dan bahaya. Maka situasi-
situasi seperti itu harus memunculkan satu tipe kepemimpinan yang relevan
dengan kondisi saat itu.

9. Teori Humanistik/Populistik
Fungsi kepemimpinan menurut teori ini ialah mengorganisir kebebasan
manusia dan memenuhi segenap kebutuhan insani, yang dapat dicapai melalui
interaksi pemimpin dengan rakyat. Untuk melakukan hal ini, perlu adanya
organisasi yang baik dan pemimpin yang baik, yang mau memperhatikan
kepentingan dan kebutuhan rakyat. Organisasi berfungsi sebagai sarana untuk
melakukan kontrol sosial, agar pemerintah melakukan fungsinya dengan baik,
serta memperhatikan kemampuan dan potensi rakyat. Hal ini dapat
dilaksanakan melalui interaksi dan kerja sama yang baik antara pemerintah
dan rakyat dengan memperhatikan kepentingan masing-masing.

16
BAB III
PENUTUP

3.1. KESIMPULAN
Kepemimpinan pendidikan sebagai satu kemampuan dan proses mempengaruhi,
membimbing, mengkoordinir dan menggerakkan orang-orang lain yang ada hubungan
dengan pengembangan ilmu pendidikan dan pelaksanaan pendidikan dan pengajaran,
agar supaya kegiatan-kegiatan yang dijalankan dapat lebih efisien dan efektif di dalam
pencapaian tujuan-tujuan pendidikan dan pengajaran.
Sebagai pemimpin pendidikan, kepala sekolah menghadapi tantangan yang berat,
untuk itu ia harus memiliki persiapan yang memadai. Karena banyak tanggung jawab
maka kepala sekolah memerlukan pembantu. Ia hendaknya belajar bagaimana
mendelegasikan wewenag dan tanggung jawab sehingga ia dapat memusatkan
perhatiannya pada usaha pembinaan program pengajaran.
Kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan, harus mampu mengelola sarana
dan prasarana pendidkan, pelayanan khusus sekolah dan fasilitas-fasilitas pendidikan
lainnya sedemikian rupa sehingga guru-guru dan murid-murid memperoleh kepuasan
dalam melaksanakan tugasnya.

3.2. SARAN
Saran bagi pemimpin pendidikan, dalam hal ini adalah kepala sekolah, adalah
kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan harus dapat memimpin sekolah,
bertanggung jawab atas tercapainya tujuan sekolah, juga diharapkan
menjadi pemimpin dan inovator di sekolah. Oleh sebab itu, seorang kepala sekolah
hendaknya memiliki kualitas kepemimpinan yang baik agar signifikan bagi
keberhasilan sekolah.
Oleh karena itu seorang kepala sekolah harus memenuhi syarat-syarat untuk
menjadi pemimpin pendidikan, memiliki keterampilan memimpin dan keterampilan
hubungan insane serta menerapkan model kepemimpinan yang baik sesuai dengan
karakteristik dirinya, karena sesungguhnya keberhasilan suatu sekolah
pada hakikatnya terletak pada efisiensi dan efektivitas penampilan seorang kepala
sekolah.

17
DAFTAR PUSTAKA

AA. Anwar Prabu Mangkunegara, 2013, Manajemen Sumber Daya Manusia Manajemen; Edisi
Kedua, Cetakan Ketigabelas, BPFE.

Afriansyah, H. 2017. Kepemimpinan Pendidikan.. Padang:Universitas Negeri Padang

Kartini Kartono. (2001). Pemimpin dan Kepemimpinan : Apakah Pemimpin Abnormal itu? Jakarta :
Raja Grafindo Persada.

Mulyasa.2004. Menjadi Kepala Sekolah Profesional. Bandung:Remaja Rosda KaryaSutikno Sobry,


M. 2012. Manajemen Pendidikan. Lombok: Holistica

Sumidjo, Wahjo. 1999. Kepemimpinan Kepala Sekolah. Jakarta: Rajawali Pers


Sidiq, Umar dan Khoirussalim. 2021. Kepemimpinan Pendidikan. Ponorogo: Nata Karya.
Tim Dosen Jurusan Administrasi Pendidikan. 2009. Manajemen Pendidikan. Bandung: Alfabeta

Zainal, Veithzal Rivai, Muliaman Darmansyah Hadad dan H. Mansyur Ramly. 2014.Kepemimpinan
dan Perilaku Organisasi. Edisi Keempat. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.

18

Anda mungkin juga menyukai