Anda di halaman 1dari 17

KEPEMIMPINAN DAN IMPLEMENTASINYA

DALAM PELAKSANAAN BK DI SEKOLAH

MAKALAH
disusun untuk memenuhi tugas perkuliahan Manajemen Bimbingan dan
Konseling yang diampu oleh Dr. Suharso, M. Pd., Kons. dan Dr. Awalya, M. Pd.,
Kons

Oleh

1. Suci Lestari (1301418007)


2. Sinta Nur Aida Amalina (1301418033)
3. Chofifah Nur M (1301418092)

JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2020

1
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa atas Rahmat dan Karunia-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah “Kepemimpinan dan
Implementasinya dalam Pelaksanaan BK di Sekolah”. Penyusunan makalah ini
diharapkan dapat memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Bimbingan dan
Konseling.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Dr. Suharso, M. Pd., Kons. dan
Dr. Awalya, M. Pd., Kons selaku dosen pengampu mata kuliah Manajemen
Bimbingan dan Konseling yang telah mengizinkan pembuatan makalah ini. Selain
itu, ucapan terima kasih juga kami tujukan kepada orang tua dan teman-teman
yang telah memberikan doa, dukungan serta bantuan sehingga makalah ini dapat
terselesaikan.
Pada penyajian makalah ini kami menyadari masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, kami mengharapkan perbaikan berupa kritik dan
saran yang membangun demi penyempurnaan masalah ini.
Demikianlah makalah ini kami susun dengan segala kelebihan dan
kekurangan. Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat dalam meningkatkan
pengetahuan dan memperluas wawasan pembaca.

Semarang, 24 Maret 2020

Penyusun

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.........................................................................................................2
Daftar Isi...................................................................................................................3
BAB I : Pendahuluan...............................................................................................4
1.1 Latar Belakang......................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................5
1.3 Tujuan....................................................................................................5
BAB II : Pembahasan...............................................................................................6
2.1 Pengertiaan Kepemimpinan..................................................................6
2.2 Tipe-tipe Kepemimpinan.......................................................................7
2.3 Fungsi Kepemimpinan..........................................................................8
2.4 Ciri-ciri kepemimpinan.........................................................................9
2.5 implementasi kepemimpinan dalam pelaksanaan program BK di
Sekolah................................................................................................10
BAB III : PENUTUP.............................................................................................14
3.1 Kesimpulan..........................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................15

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kepemimpinan guru bimbingan dan konseling adalah merupakan kemampuan dan
kesiapan dalam mengajak, menggerakkan, mengarahkan, dan jika perlu memaksa individu
atau kelompok agar menerima pengaruh tersebut dan selanjutnya berbuat sesuatu yang
dapat membantu tercapainya suatu tujuan tertentu yang telah ditetapkan.oleh guru. Konflik
selalu diasosiasikan dengan keadaan emosional yang tidak menyenangkan, seperti halnya
dengan kecemasan atau marah, bila seseorang melakukan penanggulangan, ia akan
membuat respon sedemikian rupa sehingga ia dapat menghindarkan diri, lari atau merasa
tidak enak atau menangani masalah khusus tersebut.
Perkelahian antar peserta didik berdampak negatif, terutama bagi peserta didik itu
sendiri dan terhadap keluarganya dan kehidupannya yang berakibat cidera bahkan
meninggal dunia, kerusakan fasilitas umum, fasilitas sekolah, yang mengakibatkan
terganggunya proses belajar mengajar. Usaha-usaha pengelolaan konflik akan lebih efektif
jika pada awalnya ditujukan kepada subyek tertentu yang membutuhkan, bukan peserta
didik secara massal. Sasaran yang dituju merupakan individu-individu yang harus dilayani
untuk mengatasi hambatan dan kesulitan sehingga dapat memenuhi kebutuhan mereka.
Marsudi Saing, Dkk (2010:45) menyatakan bahwa kedudukan guru pembimbing dalam
mengelola konflik sangat memegang peranan yang penting, guru pembimbing sekaligus
perencana, pelaksana, pengendali, penilai, dan pada akhirnya menjadi pelopor dari hasil
pelaksanaan layanannya.
Dengan demikian, tugas kepemimpinan guru bimbingan dan konseling di sekolah dapat
dilaksanakan dengan baik, apabila didasari oleh kemampuan dalam memimpin peserta
didik. Sagala Syaiful (2011:56) menjelaskan seorang guru perlu memiliki kompetensi dan
ketrampilan konseptual dalam hal hubungan dengan manusiawi, mampu berkomunikasi
dengan guru yang lainnya sebagai teman sejawat maupun menjalin komunikasi dengan

4
peserta didik, mampu menganalisis masalah-masalah yang dihadapi oleh peserta didiknya,
dan mengambil keputusan sebagai langkah awal penyelesaian masalah secara cepat dan
tepat, kemampuan tersebut merupakan wujud dari kompetensi yang harus dimiliki oleh
guru bimbingan dalam menjalankan tugasnya.

2.1 Rumusan Masalah


a. Apakah yang dimaksud kepemimpinan?
b. Apa saja tipe kepemimpinan?
c. Apa fungsi dari kepemimpinan?
d. Bagaimana ciri-ciri kepemimpinan ?
e. Bagaimana implementasi kepemimpinan dalam pelaksanaan program BK di sekolah?

3.1 Tujuan
a. Mengetahui apa itu kepemimpinan
b. Mengetahui tipe-tipe kepemimpinan
c. Mengetahui fungsi kepemimpinan
d. Mengetahui ciri-ciri kepemimpinan
e. Mengetahui implementasi kepemimpinan dalam pelaksanaan program BK di Sekolah

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kepemimpinan


Kepemimpinan dapat diartikan sebagai proses mempengaruhi dan mengarahkan para
pegawai dalam melakukan pekerjaan yang telah ditugaskan kepada mereka. Sebagaimana
didefinisikan oleh Stoner, Freeman, dan Gilbert (1995), kepemimpinan adalah the process of
directing and influencing the task related activities of group members. Kepemimpinan adalah
proses dalam mengarahkan dan mempengaruhi para anggota dalam hal berbagai aktivitas
yang harus dilakukan. Lebih jauh lagi, Griffin (2000) membagi pengertian kepemimpinan
menjadi dua konsep, yaitu sebagai proses, dan sebagai atribut. Sebagai proses,
kepemimpinan difokuskan kepada apa yang dilakukan oleh para pemimpin, yaitu proses di
mana para pemimpin menggunakan pengaruhnya untuk memperjelas tujuan organisasi bagi
para pegawai, bawahan, atau yang dipimpinnya, memotivasi mereka untuk mencapai tujuan
tersebut, serta membantu menciptakan suatu budaya produktif dalam organisasi. Adapun dari
sisi atribut, kepemimpinan adalah kumpulan karakteristik yang harus dimiliki oleh seorang
pemimpin. Oleh karena itu, pemimpin dapat didefinisikan sebagai seorang yang memiliki
kemampuan untuk mempengaruhi perilaku orang lain tanpa menggunakan kekuatan,
sehingga orang-orang yang dipimpinnya menerima dirinya sebagai sosok yang layak
memimpin mereka.
Beberapa pendapat para ahli tentang kepemimpinan mengandung pengertian dan makna yang
sama. Antara lain dikemukakan oleh:
1. Sutarto
Kepemimpinan adalah rangkaian kegiatan penataan berupa kemampuan mempengaruhi
perilaku orang lain dalam situasi tertentu agar bersedia bekerja sama untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan.
2. Sondang P. Siagian

6
Kepemimpinan adalah suatu kegiatan mempengaruhi orang lain agar melaksanakan
pekerjaan bersama menuju suatu tujuan tertentu.
3. Ordway Tead
Kepemimpinan adalah aktifitas mempengaruhi orang-orang agar mau bekerjasama untuk
mencapai tujuan yang diinginkan.
4. George Terry
Kepemimpinan adalah hubungan yang erat ada dalam diri orang atau pemimpin,
mempengaruhi orang-orang lain untuk bekerja sama secara sadar dalam hubungan tugas
untuk mencapai keinginan pemimpin.
5. Franklin G. Mooore
Kepemimpinan adalah kemampuan membuat orang-orang bertindak sesuai dengan
keinginan pemimpin.
2.2 Tipe-tipe Kepemimpinan
1. Tipe Otokratik
Dilihat dari persepsinya seorang pemimpin yang otokratik adalah seorng yang sangat
egois. Seorang pemimpin yang otoriter akan menunjuukkan sikap yang menonjol
”keakuannya”, antara lain dalam bentuk:
a. Kecenderungan memperlakukan para bawahannya sama dengan alat-alat lain ddalam
organisasi, seperti mesin, dan dengan demikian kurang menghargai harkat dan martabat
mereka.
b. Pengutamaan orientasi terhadap pelaksanaan dan penyelesaian tugas tanpa mengaitkan
pelaksanaan tugas itu dengan kepentingan dan kebutuhan para bawahannya.
c. Pengabaian peran para bawahan dalam proses pemgambilan keputusan.
2. Tipe Paternalistik
Tipe pemimpin paternalistik hanya terdapat dilingkungan masyarakat yang bersifat
tradisional, umumnya dimasyarakat agraris. Salah satu ciri utama masyarakat tradisional ialah
rasa hormat yang tinggi yang ditujukan oleh para anggota masyarakat kepada orang tua atau
seseorang yang dituakan. Pemimpin seperti ini kebapakan, sebagai tauladan atau panutan
masyarakat. Biasanya tokohtokoh adat, para ulama dan guru. Pemimpin ini sangat
mengembangkan sikap kebersamaan.
3. Tipe Kharismatik

7
Tidak banyak hal yang dapat disimak dari literatur yang ada tentang kriteria
kepemimpinan yang kharismatik. Memang ada karakteristiknya yang khas yaitu daya tariknya
yang sangat memikat sehingga mampu memperoleh pengikut yang jumlahnya kadang-kadang
sangat besar. Tegasnya seorang pemimpin yang kharisnatik adalah seseorang yang dikagumi
oleh banyak pengikut meskipun para pengikut tersebut tidk selalu dapat menjelaskan secara
konkret mengapa orang tersebut dikagumi.
4. Tipe Laissez Faire
Pemimpin ini berpandangan bahwa umumnya organisasi akan berjalan lancer dengan
sendirinya karena para anggota organisasi terdiri ari orang-orang yang sudah dewasa yang
mengetahui apa yang menjadi tujuan organisasi, sasaransasaran apa yang ingin dicapai, tugas
yang harus ditunaikan oleh masing-masing anggota dan pemimpin tidak terlalu sering
intervensi.
5. Tipe Demokratis
a. Pemimpin yang demokratik biasanya memandang peranannya selaku koordinator dan
integrator dari berbagai unsur dan komponen organisasi.
b. Menyadari bahwa mau tidak mau organisasi harus disusun sedemikian rupa sehingga
menggambarkan secara jelas aneka ragam tugas dan kegiatan yang tidak bisa tidak harus
dilakukan demi tercapainya tujuan.
c. Melihat kecenderungan adanya pembagian peranan sesuai dengan tingkatnya.
d. Memperlakukan manusia dengan cara yang manusiawi dan menjunjung harkat dan
martabat manusia.
e.
2.3 Fungsi Kepemimpinan
A. Pemimpin sebagai eksekutif ( executive Leader)
Sering kali disebut sebagai administrator atau manajer. Fungsinya adalah menerjemahkan
kebijaksanaan menjadi suatu kegiatan, dia memempin dan mengawasi tindakan orang-
orang yang menjadi bawahannya. Dan membuat keputusan-keputusan yang kemudian
memerintahkannya untuk dilaksanakan. Kepemimpinan ini banyak ditemukan didalam
masyarakat dan biasanya bersifat kepemerintahan, mulai dari pusat sampai ke daerah-
daerah memerlukkan fungsi tersebut.
B. Pemimpin sebagai penengah

8
Dalam masyarakat modern, tanggung jawab keadilan terletak di tangan pemimpin dengan
keahliaanya yang khas dan ditunjuk secara khusus. Ini dikenal dengan pengadilan. Dan
bidang lainnya, umpamanya dalam bidang olahraga, terdapat wasit yang mempunyai
tugas sebagai wasit.
C. Pemimpin sebagai penganjur
Sebagai propagandis, sebagai juru bicara, atau sebagai pengarah opini merupakkan
orang-orang penting dalam masyarakat. Mereka bergerak dalam bidang komunikasi dan
publistik yang menguasai ilmu komunikasi. Penganjur adalah sejenis pemimpin yang
memberi inspirasi kepada orang lain.Seringkali ia merupakkan orang yang pandai bergaul
dan fasih berbicara.
D. Pemimpin sebagai ahli
Pemimpin sebagai ahli dapat dianalogikan sebagai instruktur atau seorang juru penerang,
berada dalam posisi yang khusus dalam hubungannya dengan unit social dimana dia
bekerja. Kepemimpinannya hanya berdasarkan fakta dan hanya pada bidang dimana
terdapat fakta. Termasuk dalam kategori ini adalah guru, petugas sosial, dosen, dokter,
ahli hukum, dan sebagainya yang mencapai dan memelihara pengaruhnya karena mereka
mempunyai pengetahuan untuk diberikkan kepada orang lain
E. Pemimpin diskusi
Tipe pemimpin yang seperti ini dapat dijumpai dalam lingkungan kepemimpinan yang
demokratis dimana komunikasi memegang peranan yang sangat penting. Seseorang yang
secara lengkap memenuhi kriteria kepemimpinan demokratis ialah orang yang menerima
peranannya sebagai pemimpin diskusi.

2.4 Ciri – ciri Kepemimpinan


A. Persepsi Sosial
Persepsi sosial dapat diartikan sebagai kecakapan dalam melihat dan memahami
perasaan, sikap dan kebutuhan anggota-anggota kelompok. Kecakapan ini sangat
dibutuhkan untuk memenuhi tugas kepemimpinan. Persepsi sosial ini terutama
diperlukkan oleh seorang pemimpin untuk dapat melaksanakan tugasnya dalam
memberikan pandangan dan patokkan yang menyeluruh dari keadaan-keadaan didalam
dan diluar kelompok.

9
B. Kemampuan berpikir abstrak
Kemampuan berpikir abstrak dapat menjadikkan indikasi bahw seseorang
mempunyai kecerdasan yang tinggi. Kemampuan abstrak yang sebenarnya merupakan
salah satu segi dari struktur intelegensi, khusus dibutuhkan oleh seorang pemimpin untuk
dapat menafsirkan kecenderungan-kecenderungan kegiatan di dalam kelompok dan
keadaan umum diluar kelompok dalam hubungannya degan tujuan kelompok. Ini berarti
bahwa ketajaman persepsi dan kemampuan menganalisis didampingi oleh kemampuan
abstrak dan mengintegrasikan fakta-fakta interaksi sosial didalam dan diluar kelompok.
Kemampuan tersebut memerlukan taraf intelegensia yang tinggi pada seorang pemimpin
yang harus diarahkan oleh persepsi sosial yang telah diterangkan diatas.
C. Keseimbangan emosional
Merupakan faktor paling penting dalam kepemimpinan. Jelasnya, pada diri
seorang pemimpin harus terdapat kematangan emoional yang berdasarkan kesadaran
yang mendalam akan kebutuhan-kebutuhan, keinginan-keinginan, cita-cita, dan alam
perasaan, serta pengintegrasian kesemuanya itu kedalam suatu kepribadian yang
harmonis. Dan ini bukanlah suatu kepribadian harmoni yang beku dan statis, melainkan
suatu harmoni dalam ketegangan-ketegangan emosional, suatu keseimbangan yang
dinamis, yang dapat bergerak kemana-mana, tetapi mempunyai dasar yang matang dan
stabil. Kematangan emosional ini diperlukkan oleh seorang pemimpin untuk dapat turut
merasakan keinginan dan cita-cita anggota kelompok dalam rangka melaksanakan tugas
kepemimpinan dengan sukses.

2.5 Implementasi Kepemimpinan Dalam Pelaksanaan Program BK di Sekolah


A. Organisasi dan Personil BK di Sekolah
A. Organisasi
Struktur organisasi pelayanan bimbingan dan konseling pada setiap satuan pendidikan
tidak mesti sama. Masing-masing disesuaikan dengan kondisi satuan pendidikan yang
bersangkutan. Meskipun demikian, struktur organisasi pada setia satuan pendidikan
hendaknya memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1. Menyeluruh, yaitu mencakup unsur-unsur penting yang terlibat di dalam sebuah
satuan pendidikan yang ditujukan bagi optimalnya bimbingan dan konseling.

10
2. Sederhana, maksudnya dalam pengambilan keputusan/kebijaksanaan jarak antara
pengambil kebijakan dengan pelaksananya tidak terlampau panjang. Keputusan dapat
dengan cepat diambil tetapi dengan pertimbangan yang cermat, dan pelaksanaan
layanan/ kegiatan bimbingan dan konseling terhindar dari urusan birokrasi yang tidak
perlu.
3. Luwes dan terbuka, sehingga mudah menerima masukan dan upaya pengembangan
yang berguna bagi pelaksanaan dan tugas-tugas organisasi, yang semuanya itu
bermuara pada kepentingan seluruh peserta didik.
4. Menjamin berlangsungnya kerja sama, sehingga semua unsur dapat saling menunjang
dan semua upaya serta sumber dapat dikoordinasikan demi kelancaran dan
keberhasilan pelayanan bimbingan dan konseling untuk kepentinga peserta didik.
5. Menjamin terlaksananya pengawasan, penilaian dan upaya tindak lanjut, sehingga
perencanaan pelaksanaan dan penilaian program bimbingan dan konseling yang
berkualitas dapat terus dilakukan. Pengawasan dan penilaian hendaknya dapat
berlangsung secara vertikal (dari atas ke bawah dan dari bawah ke atas), dan secara
horizontal (penilaian sejawat).
B. Personil
Personil Personil yang dapat berperan dalam pelayanan bimbingan dan konseling
terentang secara vertikal dan horizontal. Pada umumnya dapat diidentifikasi sebagai
berikut :
1. Personil pada Kantor Dinas Pendidikan yang bertugas melakukan pengawasan
(penyeliaan) dan pembinaan terhadap penyelenggaraan pelayanan bimbingan dan
konseling di satuan pendidikan.
2. Kepala Sekolah, sebagai penanggung jawab program pendidikan secara menyeluruh
(termasuk di dalamnya program bimbingan dan konseling) di satuan pendidikan
masing-masing.
3. Guru Pembimbing atau Guru Kelas, sebagai petugas utama dan tenaga inti dalam
pelayanan bimbingan dan konseling.
4. Guru-guru lain, (guru mata pelajaran Guru Praktik) serta wali kelas, sebagai
penanggung jawab dan tenaga ahli dalam mata pelajaran, program latihan atau kelas
masing-masing.

11
5. Orang tua, sebagai penanggung jawab utama peserta didik dalam arti yang seluas-
luasnya.
6. Ahli-ahli lain, dalam bidang non bimbingan dan nonpelajaran/ latihan (seperti dokter,
psikolog, psikiater) sebagai subjek alih tangan kasus.
7. Sesama peserta didik, sebagai kelompok subyek yang potensial untuk
diselenggarakannya “bimbingan sebaya”
Untuk setiap personil yang diidentifikasikan itu ditetapkan, tugas, wewenang, dan
tanggung jawab masing-masing yang terkait langsung secara keseluruhan organisasi
pelayanan bimbingan dan konseling. Tugas, wewenang dan tanggung jawab Guru
Pembimbing sebagai tenaga inti pelayanan bimbingan dan konseling dikaitkan
dengan rasio antara seorang Guru Pembimbing dan jumlah peserta didik yang
menjadi tanggung jawab langsungnya. Guru Kelas sebagai tenaga pembimbing
bertanggungjawab atas pelaksanaan bimbingan dan konseling terhadap seluruh
peserta didik di kelasnya.
Berhubungan dengan jenjang dan jenis pendidikan serta besar kecilnya satuan pendidikan,
jumlah dan kualifikasi personil (khusus personil sekolah) yang dapat dilibatkan dalam
pelayanan bimbingan dan konseling pada setiap satuan pendidikan dapat tidak sama.
Dalam kaitan itu, tugas, wewenang dan tanggung jawab masing-masing personil di setiap
satuan pendidikan disesuaikan dengan kondisi satuan pendidikan yang bersngkutan tanpa
mengurangi tuntutan akan efektifitas dan efisiensi pelayanan bimbingan dan konseling
secara menyeluruh demi kepentingan peserta didik.
C. Kepemimpinan BK dalam pengelolahan konflik di sekolah
Pada bagian ini akan diulas mengenai kepemimpinan guru bimbingan dan konseling dalam
pengelolaan konflik peserta didik di sekolah yang, meliputi; pencegehan timbulnya konflik,
mengarahkan peserta didik dalam menghadapi konflik, memotivasi peserta didik dalam
menghadapi konflik, dan upaya dalam pengelolaan konflik peserta didik.
1. Pencegahan timbulnya konflik
Pemberian layanan bimbingan dan konseling kepada peserta didik dilakukan oleh
guru pembimbing dalam membantu peserta didik oleh guru bimbingan dan konseling
dalam upaya mencegah timbulnya konflik peserta didik dengan kemampuan guru
bimbingan dan konseling dalam mempengaruhi perilaku peserta didik kearah tujuan

12
keberhasilan belajar peserta didik adalah merupakan indikator keberhasilan seseorang
guru bimbingan dan konseling. fungsi preventif yaitu layanan fungsi pencegahan, melalui
fungsi ini guru bimbingan dan konseling memberikan bimbingan kepada peserta didik
tentang bagaimana cara menghindarkan diri dari perbuatan atau kegiatan yang
membahayakan dirinya. maka berikut wawancara. Guru bimbingan dan konseling
memberikan layanan informasi kepada peserta didik, mengenai pemberian layanan
pencegahan tersebut, bahkan bila perlu pemberian layanan bimbingan di setiap sekolah
harus terjadwalkan.
Setiap layanan kegiatan bimbingan dan konseling yang dilaksanakan haruslah
secara langsung mengacu kepada satu atau lebih dari fungsi-fungsi bimbingan dan dan
konseling agar hasil-hasil yang hendak di capainya secara jelas dapat diidentifikasi dan
dievaluasi, karena bimbingan dalam rangka menemukan pribadi adalah dalam rangka
mengenal kekuatan dan kelemahan diri dari peserta didik itu sendiri, serta mampu
menerimanya secara positif dan dinamis sebagai modal pengembangan diri lebih lanjut.
Seorang guru bimbingan dan konselin dalam mengarahkan peserta didik, sebagai
contoh dalam pemberian layanan konseling perorangan, terselenggaranya layanan
tersebut atas inisiatif dari peserta didik itu sendiri, artinya bahwa seorang pembimbing
tidak boleh hanya menunggu saja kedatangan peserta didik, tetapi sebaliknya
pembimbing harus aktif mengupayakan agar peserta didik yang bermasalah menjadi
sadar bahwa dirinya bermasalah dan masalah-masalah itu tidak boleh dibiarkan begitu
saja, peserta didik menyadari bahwa mereka memerlukan bantuan untuk memecahkan
masalah-masalahnya dan guru pembimbing wajib untuk mengarahkan mereka yang
bermasalah agar peserta didik tersebut dapat terhindar dari konflik.
2. Mengarahkan peserta didik dalam menghadapi konflik
Pemberian layanan informasi tentang pemahaman diri di berikan pada peserta
didik, baik pada tingkat pendidikan menengah pertama maupun menengah atas atau
sederajat, hal ini dikarenakan pada usia tersebut rentan terdapat konflik dan biasanya
konflik yang di alami peserta didik ada yang langsung di dapatkan oleh guru bimbingan
dan konseling dan ada juga yang di ketahui dari laporan guru bidang studi, dan juga dapat
diketahui dari laporan wali kelas, sebelum menyelesaikan konflik yang terjadi pada
peserta didik, guru bimbingan dan konseling terlebih dahulu memanggil peserta didik

13
yang mengalami konflik, setelah diadakan interogasi dan sudah mengetahui sumber atau
penyebab terjadinya konflik, maka guru bimbingan dan konseling berusaha
menyelesaikannya sendiri, tanpa melibatkan siapapun, namun apabila guru bimbingan
dan konseling tidak dapat menyelesaikannya maka langkah awal yang dilakukannya
adalah dengan mengirim pemberitahuan sekaligus undangan kepada orang tua peserta
didik yang bersangkutan dan menuliskannnya dalam buku laporan kasus dan buku
catatan pribadi siswa, dalam proses penyelesainnya semua pihak yang tersangkut dalam
konflik tersebut di hadirkan bersama-sama untuk menyelesaikan konflik tersebut dan di
ajak untuk berdamai di samping membantu peserta didik dalam mengarahkan agar tidak
terjerumus kedalam hal yang akan merugikan diri peserta didik tersebut jika masalahnya
tidak terselesaikan dengan baik.
Guru bimbingan dan konseling membuat jadwal kerja untuk melaksanakan
rencana program kerja dari sekolah agar dapat mencapai tujuan yang telah di tetapkan
secara bersama-sama, karena rencana penyusunan program adalah merupakan salah satu
aspek atau tahapan program bimbingan yaitu kegiatan yang merumuskan masalah dan
tujuan, bentuk-bentuk kegiatan, personal, fasilitas, anggaran serta berbagai bentuk usulan
kegiatan yang akan dilaksanakan dalam jangka waktu tertentu, dimana dalam penyusunan
program ini yang perlu dilihat adalah kebutuhan dan masalah yang mungkin dihadapi
oleh peserta didik yang berkaitan dengan proses pelaksanaan bimbingan agar peserta
didik dapat berkembang secara optimal sesuai dengan perkembangan usianya tanpa
mengalami hambatan, karena telah di bantu di arahkan oleh guru pembimbing masing-
masing.
3. Memotivasi peserta didik dalam menghadapi konflik
Kemampuan guru bimbingan dan konseling dalam memotivasi peserta didik setiap
menghadapi konflik yang dialaminya, yang tentunya akan dapat membantu dalam
menyelesaikan setiap masalah yang dihadapi oleh peserta didik agar mereka siap dan
dapat terhindar dari konflik. Motivasi merupakan daya atau energi pendorong untuk
dapat bertindak atau melakukan sesuatu, motif merupakan pendorong utama dalam
berprilaku atau memunculkan perilaku, dimana motivasi pada dasarnya merupakan
kondisi mental yang mendorong seseorang melakukan sesuatu tindakan atau aktivitas dan
memberikan kekuatan yang mengarah kepada pencapaian pemenuhan kebutuhan,

14
memberi kepuasan, ataupun mengurangi ketidakseimbangan. Oleh karena itu peserta
didik yang mengalami konflik maupun tidak mengalami konflik di berikan motivasi agar
tidak salah dalam mengambil langkah penyelesaiannya.
4. Upaya pengelolahan konflik peserta didik
Upaya proses pencegahan terhadap suatu konflik lebih baik dari pada proses
penanggulangan, karena jika suatu konflik telah terjadi dalam sebuah sekolah, maka
konflik tersebut pasti menimbulkan dampak-dampak terhadap lingkungan dan warga
sekolah tersebut, untuk menghindari konflik yang mungkin dapat terjadi, peserta didik
dapat diberikan kegiatan yang positif agar mereka sibuk dengan kegiatan positif tersebut,
sehingga dapat mengurangi potensi-potensi terjadinya konflik. Tetapi setiap kegiatan
yang diberikan perlu pertimbangan dan pengawasan yang baik, agar kegiatan tersebut
dapat berjalan sesuai dengan harapan dan tujuan dan bukan menjadi sumber penyebab
konflik. Membuat perencanaan layanan bimbingan terhadap peserta didik yang bagus
baik secara individu ataupun kelompok, juga harus mampu menjadi tauladan bagi peserta
didik agar pendidikan yang mereka jalani dapat diikuti dengan baik sesuai dan dapat
mencapai tujuan yang di inginkan.
Oleh sebab itu perlu adanya kepemimpinan guru bimbingan dan konseling dalam
konteks pengelolaan konflik peserta didik di sekolah yang dapat dilaksanakan dengan
baik, berdasarkan kemampuan guru bimbingan dan konseling dalam memimpin peserta
didik, dan memiliki berbagai keterampilan sesuai pendekatan terhadap peserta didik, baik
itu melalui jalinan komunikasi antara guru bimbingan dan konseling dengan orang tua
dalam penyelesaian konflik peserta didik, maupun solusi mengundang orang tua untuk
memberitahukan masalah yang di hadapi oleh anaknya dalam bingkai penyelesaian
konflik peserta didik di sekolah.

BAB III
15
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kepemimpinan adalah sebagai proses mempengaruhi dan mengarahkan para pegawai
dalam melakukan pekerjaan yang telah ditugaskan kepada mereka. kepemimpinan difokuskan
kepada apa yang dilakukan oleh para pemimpin, yaitu proses di mana para pemimpin
menggunakan pengaruhnya untuk memperjelas tujuan organisasi bagi para pegawai, bawahan,
atau yang dipimpinnya, memotivasi mereka untuk mencapai tujuan tersebut, serta membantu
menciptakan suatu budaya produktif dalam organisasi.
Tipe-tipe kepemimpinan adalah tipe otokratik, tipe paternalistik, tipe karismatik, tipe
laissez faire, dan tipe demokrasi. Sedangkan fungsi kepemimpinan yaitu pemimpin sebagai
eksekutif, pemimpin sebagai penengah, pemimpin sebagai penganjur, pemimpin sebagai ahli,
dan pemimpin diskusi. Kemudian untuk ciri-ciri pemimpin yaitu persepsi sosial, kemampuan
berpikir abstrak. Dan keseimbangan sosial. Implementasi dalam BK yaitu dibagi menjadi 2 yaitu
dalam organisasi dan dalam personil. Dalam organisasi struktur masing-masing disesuaikan
dengan kondisi satuan pendidikan yang bersangkutan. Dan yang dalam personil untuk setiap
personil yang diidentifikasi itu ditetapkan tugas, wewenang, dan tanggung jawab masing-masing
yang terkait secara keseluruhan organisasi pelayanan BK.
Kepemimpinan guru bimbingan dan konseling dalam mengelola konflik merupakan salah
satu strategi untuk dapat mencapai keberhasilan belajar dan keberhasilan pergaulannya, baik di
lingkungan sekolah maupun di lingkungan masyarakat bagi peserta didik, Kemampuan yang
dimiliki oleh guru bimbingan dan konseling tidak hanya terbatas pada kemampuan mengelola
konflik peserta didik, akan tetapi lebih bermakna juga jika seorang guru bimbingan dan
konseling selain membuat perencanaan layanan bimbingan terhadap peserta didik yang bagus
baik secara individu ataupun kelompok, serta mampu menjadi tauladan bagi peserta didik, agar
pendidikan yang mereka jalani dapat di ikuti dengan baik dan sesuai dengan tujuan yang
diinginkan.

DAFTAR PUSTAKA

16
Djibran, Agung Kurniawan. (2017) Kepemimpinan Guru Bimbingan Dan Konseling Dalam
Pengelolaan Konflik Peserta Didik Di Sekolah. Utile : Jurnal Kependidikan, III (I). pp.
27-36. ISSN 2460-2086
Ginintasasi Rahayu.Kepemimpinan.
(http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PSIKOLOGI/
195009011981032RAHAYU_GININTASASI/kepemimpinan.pdf)
Heryanto, Nunu. 2008. Bimbingan dan Konseling di Sekolah.
http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_SEKOLAH/195608101981011D._
NUNU_HERYANTO/konsep_dasar,_prinsip,_asas,_fungsi,_tujuan_BPPLS.PDF.
Diakses pada 24 maret 2020 pukul 08.00 WIB.
Saliman. KEPEMIMPINAN (Konsep, Pendekatan dan Strategi)

17

Anda mungkin juga menyukai